Mastoiditis
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
THT-KL
Diajukan kepada:
Pembimbing Klinik : dr. Dina Permatasari, Sp.THT
Disusun oleh :
Sinta Tri Ciptarini (H2A011042)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
yang telah menolong dan memberkati kami menyelesaikan refarat ini. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di RSUD
Tugurejo Semarang. Selain itu, penyusunan referat ini juga bertujuan agar
penyusun lebih memahami mengenai Mastoiditis.
Dalam penyusunan referat ini, Kami banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa
terima kasih kepada dr, Dina Permatasari Sp. THT selaku pembimbing kami, atas
arahan dan bimbingan dalam penyusunan referat ini.
Akhir kata, penyusun menyadari bahwa referat ini masih jauh dari
sempurna, baik dari pemikran, pengetahuan, penyusunan bahasa, maupun
sistematika. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak yang membaca referat ini sangat diharapkan guna menjadi pelajaran
bagi penyusun dalam menyusun referat di waktu yang akan datang. Dan semoga
referat ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.
Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Penyusun
DAFTAR IS
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................2
1.
2.
Mastoiditis...........................................................................................7
A. Definisi Mastoiditis.......................................................................7
B. Epidemiologi.................................................................................8
C. Etiologi dan Faktor Risiko............................................................9
D. Patogenesis....................................................................................9
E. Manifestasi Klinis.......................................................................13
F. Pemeriksaan Fisik.......................................................................13
G. Pemeriksaan Penunjang..............................................................15
H. Diagnosis.....................................................................................17
I. Penatalaksanaan..........................................................................17
J. Komplikasi..................................................................................20
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Telinga....................................................................................
Gambar 2. Anatomi Telingan Dalam......................................................................
Gambar 3. Anatomi Telingan dan Tulang Mastoid.................................................
Gambar 4. Tulang Mastoid.....................................................................................
Gambar 5. Mastiditis akut dan mastoiditis kronik..................................................
Gambar 6. Mastoiditis.............................................................................................
.............................................................................................................................10
Gambar 7. Mastoiditis dan CT Scan Mastoid.........................................................
.............................................................................................................................15
Gambar 8. Mastoidektomi......................................................................................
.............................................................................................................................19
Gambar 9. Infeksi di telinga tengah........................................................................
.............................................................................................................................19
Gambar 10. Komplikasi dari Mastoiditis................................................................
.............................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan
dalam.
A. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga
bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjangnya kira-kira 2,5 3 cm.
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen
dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.Pada
duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. 1
B. Telinga tengah
Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari :
lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin.
Tulang pendengaran yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes. Tulang
C. Telinga dalam
perilimfa sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat
di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dimana cairan perilimfe tinggi akan
natrium dan rendah kalium, sedangkan endolimfe tinggi akan kalium dan
rendah natrium. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli
disebut sebagai membran vestibuli (Reissners Membrane) sedangkan skala
media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti yang
mengandung organel-organel penting untuk mekanisme
saraf perifer
pendengaran. Organ corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3000) dan
tiga baris sel rambut luar (12000). Sel-sel ini menggantung lewat lubanglubang lengan horizontal dari suatu jungkat jangkit yang dibentuk oleh sel-sel
penyokong. Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel
rambut. Pada permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada
suatu selubung di atasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan
aselular, dikenal sebagai membrane tektoria. Membran tektoria disekresi dan
disokong oleh suatu panggung yang terletak di medial disebut sebagai
limbus.3,4
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang diebut
membrane tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri
dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk
organ Corti. 3,4
D. Tulang Mastoid
Tulang mastoid adalah tulang keras yang terletak di belakang telinga,
didalamnya terdapat rongga seperti sarang lebah yang berisi udara. Ronggarongga udara ini ( air cells ) terhubung dengan rongga besar yang disebut
antrum mastoid.4
Kegunaan air cells adalah sebagai udara cadangan yang membantu
pergerakan normal dari gendang telinga, namun demikian hubungannnya
dengan rongga telinga tengah juga bisa mengakibatkan perluasan infeksi dari
telinga tengah ke tulang mastoid yang disebut sebagai mastoiditis.4
dengan sinus lateralis. Sudut sinodura adalah sudut yang dibentuk oleh
pertemuan duramater fosa media dan fosa posterior otak dengan sinus lateral di
posterior. Sudut ini ditemukan dengan membuang sebersih-bersihnya sel-sel
pneumatisasi mastoid di bagia posterior inferior lempeng dura dan postero
superior lepeng sinus. Sudut keras/ solid angel / hard angel adalah penulangan
yang keras sekali yang dibentuk oleh pertemuan 3 kanalis semisirkularis.
Segitiga trautmann adalah daerah yang terletak di balik antrum yang dibatasi
oleh sinus sigmoid, sinus lateral ( sinus petrosus superior), dan tulang labirin.
Batas medialnya adalah lempeng dura fosa posterior. 4,5,6
2. Mastoiditis
A. Definisi
Mastoiditis merupakan salah satu komplikasi intratemporal Otitis media
(OM) yang tidak tertangani dengan baik. Mastoiditis adalah segala proses
peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Lapisan
epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel mastoid air cells
yang melekat di tulang temporal. Mastoiditis dapat terjadi secara akut maupun
kronis.1,2
Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung
melalui aditus ad antrum. Oleh karena itu infeksi kronis telinga tengah yang
sudah berlangsung lama bisanya disertai infeksi kronis di rongga mastoid.
Infeksi
rongga
mastoid
dikenal
dengan
mastoiditis.
Beberapa
alhi
B. Epidemiologi
Epidemiologi masih belum diketahui secara pasti, tetapi biasanya
terjadi pada pasien-pasien muda dan pasien dengan gangguan sistem imun.2
Di Amerika Serikat sebelum masa antimikroba, mastoidektomi
dilakukan sebanyak 20% dari pasien dengan OMA. Insiden mastoiditis telah
menurun sejak berkembangnya antimikroba dan telah menjadi langka. Pada
tahun 1948, tingkat ini menurun sampai kurang dari 3% dan saat ini
diperkirakan kurang dari 5 kasus per 100.000 orang di Amerika Serikat atau
negara-negara maju lainnya. Insiden mastoiditis lebih tinggi di negara-negara
berkembang daripada di tempat lain, terutama sebagai konsekuensi dari otitis
media yang tidak diobati. Walaupun insiden penyakit ini telah menurun secara
substansial di Amerika Serikat, namun masih merupakan infeksi yang
signifikan secara klinis dengan potensi komplikasi yang mengancam jiwa yang
menjadi perhatian besar adalah dilaporkannya peningkatan tajam insiden
mastoiditis akut pada dekade terakhir di beberapa lokasi. Peningkatan ini
mungkin karena meningkatnya tingkat infeksi yang disebabkan oleh organisme
yang tahan antibiotic, virulensi patogen yang meningkat dan penurunan
penggunaan antibiotika untuk mengobati otitis media akut. Kejadian ini
kemungkinan besar menurun dengan ketersediaan dan pemberian vaksin
pneumokokus terkonjugasi, yang telah diizinkan untuk penggunaan klinis pada
tahun 2000. 8
Internasional negara-negara berkembang dan negara-negara di mana
OMA tidak diobati dengan antibiotik memiliki peningkatan insiden mastoiditis,
mungkin dihasilkan dari otitis media yang tidak diobati. Sebagai contoh,
insiden mastoiditis akut di Belanda, yang memiliki tingkat peresepan antibiotik
rendah untuk OMA, dilaporkan terdapat 3,8 kasus per 100.000 orang per tahun.
Di semua negara lain dengan tingkat peresepan antibiotik tinggi, kejadian ini
jauh lebih rendah dari pada ini, yaitu 1,2-2 kasus per 100.000 orang per tahun. 9
masuknya air ke dalam telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang
kemudian dapat menyebabkan infeksi traktus respiratorius. Pada pemeriksaan
telinga akan menunjukkan bahwa terdapat pus yang berbau busuk akibat
infeksi traktus respiratorius.9,10
Beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya penyakit adalah
faktor tubuh penderita (imunitas) dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat
dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua
tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti
bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya
penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada
dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotic dan kekuatan penetrasi bakteri
terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya
penyakit.9,10
D. Patogenesis
Peradangan mukosa cavum timpani pada otitis media supuratif akut
maupun kronik yang sifatnya maligna (atikoantral) atau disebut juga tipe tulang
(kolesteatom) maka dapat menyebabkan komplikasi intra temporal berupa
mastoiditis, karena kolesteatom mampu mendestruksi tulang disekitarnya. Oleh
karena letak dari antrum mastoid pada dinding anteriornya berbatasan dengan
telinga tengah dan aditus ad antrum.7,8
Mastoiditis merupakan komplikasi intratemporal dari otitis media
yang paling sering dijumpai.
media supuratif kronik) adalah infeksi telinga tengah yang ditandai dengan
sekret telinga tengah aktif atau berulang pada telinga tengah yang keluar
Gambar 6. Mastoiditis
Infeksi akut yang menetap dalam rongga mastoid dapat menyebabkan
osteoitis, yang menghancurkan trabekula tulang yang membentuk sel-sel
mastoid. Oleh karena itu istilah mastoiditis coalescent digunakan. Mastoiditis
coalescent pada dasarnya merupakan empiema tulang temporal yang akan
menyebabkan komplikasi lebih lanjut, kecuali bila progresifitasnya dihambat,
baik dengan mengalir melalui antrum secara alami yang akan menyebabkan
resolusi spontan atau mengalir ke permukaan mastoid secara tidak wajar, apeks
petrosus, atau ruang intrakranial. Tulang temporal lain atau struktur didekatnya
seperti nervus fasiais, labirin, sinus venosus dapat terlibat. Mastoidtis dapat
berlangsung dalam 5 tahapan : 5,7,8
Tahap 1 : hiperemia mukosa pada selulae mastoid
Tahap 2 : transudasi dan eksudasi cairan dan atau pus dalam selulae
mastoid
Tahap 3 : nekrosis tulang akibat hilangnya vaskularisasi septum
Tahap 4 : hilangnya dinding sel dengan proses peleburan (coalescence)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Rontgen
CT Scan
Laboratorium
a. Discharge harus dikirim untuk kultur bakteri aerobik dan anaerobik, jamur,
mikobakteri dan basil tahan asam.
Jika membran timpani sudah perforasi, saluran eksternal dapat
dibersihkan, dan sampel cairan drainase segar diambil. Ketelitian adalah
penting untuk mendapatkan cairan dari telinga tengah dan bukan saluran
eksternal. Kultur dan pengujian kepekaan terhadap isolat dapat membantu
dalam memodifikasi terapi inisial antibiotik.
H. Diagnosis
Diagnosis mastoiditis ditegakkan melalui gejala klinis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang radiologi yang menunjukkan mastoiditis baik foto
polos mastoid Schuller maupun CT scan mastoid. Dengan CT scan bisa dilihat
bahwa air cell dalam prosesus mastoideus terisi oleh cairan (dalam keadaan
normal terisi oleh udara) dan melebar.1,6
Pemeriksaan penunjang yang dapat diminta adalah, pemeriksaan kultur
mikrobiologi, hitung sel darah merah dan sel darah putih yang menandakan
adanya infeksi, pemeriksaan cairan sumsum untuk menyingkirkan adanya
penyebaran ke dalam ruangan di dalam kepala. Pemeriksaan lainnnya adalah
CT-scan kepala, MRI-kepala dan foto polos kepala. 2
I. Penatalaksanaan
Terapi stadium supurasi pada saat didapatkan sekret perlu dilakukan
pemeriksaan kultur dan tes sensitivitas untuk menentukan antibiotik yang
paling tepat. Karena pemeriksaan ini memerlukan waktu 24-48 jam maka
terapi segera diberikan dengan antibiotik spektrum luas yang dapat diganti bila
terdapat kuman yang tidak sesuai, dengan adanya sekret antibiotik topikal
dapat diberikan untuk mengobati mukosa telinga tengah dan melindungi kulit
liang telinga dari otitis eskterna sekunder. Perwatan umum seperti istirahat
baring, pemberian dekongestan dapat diberikan.
Pengobatan mastoiditis akut meliputi :
maka penderita harus dirawat untuk pengawasan yang ketat karena keadaan ini
stadium lanjut dan tindakan pembedahan sangat diperlukan. Pada stadium ini
dilakukan tindakan mastoid untuk draenase abses.
Pengobatan awal berupa miringotomi yang cukup lebar, biakan dan
antibiotik yang sesuai diberikan intravena. Jika dalam 48 jam tidak didapatkan
perbaikan atau keadaan umum pasien bertambah buruk, maka disarankan untuk
dilakukan mastoidektomi sederhana. Bila gambaran radiologis memperlihatkan
hilangnya pola trabekular atau adanya progresi penyakit, maka harus dilakukan
mastoidektomi lengkap dengan segera untuk mencegah komplikasi serius
seperti petrosis, labirintis, meningitis dan abses otak. 5,6
Pengobatan utama pada mastoiditis adalah pembedahan (mastoidektomi) :
1. Mastoidektomi sederhana/ simple mastoidektomi (operasi Schwartze).
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh, dengan tindakan operasi ini dilakukan
pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannnya ialah
supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi, pada operasi ini fungsi
pendengaran tidak diperbaiki.
2. Mastoidektomi Radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK bahaya dengan infeksi atau
kolesteatoma yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan
kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas
antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid
diruntuhkan sehingga ketiga daerah tersebut menjadi satu ruanggan.
semua
jaringan
patologik
dari
rongga
mastoid
dan
Gambar 8. Mastoidektomi
J. Komplikasi
Komplikasi penyakit mastoiditis (akut dan kronik) dapat melibatkan
perubahan-perubahan langsung dalam telinga tengah dan mastoid, atau infeksi
sekunder pada struktur di sekitarnya. 11
Tendensi otitis media mendapatkan komplikasi tergantung pada kelainan
patologik yang menyebabkan otore. Biasanya komplikasi didapatkan pada
pasien OMSK tipe maligna. Akan tetapi suatu otitis media akut atau suatu
eksaserbasi akut oleh kuman virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat
menyebabkan suatu komplikasi. 11
Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga
tengah yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke
struktur di sekitarnya. Pertahanan pertama adalah mukosa kavum timpani yang
menyerupai mukosa saluran nafas yang mampu melokalisasi dan mengatasi
infeksi. Bila sawar ini runtuh, masih ada sawar kedua, yaitu dinding tulang
kavum timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini runtuh, maka struktur lunak di
sekitarnya akan terkena. 13,14,15
yang kronis,
Complications in acute
mastoiditis. Extension of the
infectious process beyond
the mastoid system leads to
intracranial and extracranial
suppurative complications,
including :
- subperiosteal abscess (A),
- epidural abscess (B),
- subdural empyema (C),
- brain abscess (D),
- meningitis (E),
- lateral sinus thrombosis
BAB III
KESIMPULAN
1. Mastoiditis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang yang
menonjol dibelakang telinga). Mastoiditis merupakan hasil dari infeksi yang
lama pada telinga tengah, bakteri penyebab yang paling banyak ditemukan
adalah bakteri gram negative dan Streptococcus aureus.
2. Tanda-tanda dari mastoiditis meliputi nyeri ketuk pada mastoid, bengkak /
abses, fistel di retroaurikula, CAE discharge mukopurulen berbau, granulasi di
CAE, kolesteatoma, cairan keluar terus dari telinga, segging (dinding atap
runtuh), perforasi membran timpani biasanya di apikal atau marginal.
3. Diagnosis mastoiditis ditegakkan melalui gejala klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang radiologi yang menunjukkan mastoiditis baik foto
polos mastoid Schuller maupun CT scan mastoid.
4. Penatalaksanaan mastoiditis akut yaitu dengan antibiotik dan miringotomi,
sedangkan penatalaksanaan mastoiditis kronik yaitu dengan mastoidektomi.
5. Komplikasi penyakit mastoiditis (akut dan kronik) dapat melibatkan
perubahan-perubahan langsung dalam telinga tengah dan mastoid, atau infeksi
sekunder pada struktur di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
2. Adam GL, Boies LR, Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1996
3. Ballenger, JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Edisi
13, Jilid II,Alih Bahasa Staf Ahli Bagian THT FK-UI/RSCM. Jakarta :
Binarupa Aksara. 1997
4. Ludman, Harold. Petunjuk Penting Pada Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan. Jakarta: Hipokrates. 1996.
5. Dejong, W., Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : 2005
6. Rasad, sjahriar. Radiologi Diagnostik edisi ke 2. Jakarta:FKUI. 2005
7. Widodo P dkk. Pola Sebaran Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotika Sekret
Telinga Tengah Penderita Mastoiditis Akutdi RS Dr Kariadi Semarang. 2005.
8. Mukmin, Sri; Herawati, Sri. Teknik Pemeriksaan THT. Laboratorium Ilmu
Penyakit THT, FK UNAIR. Surabaya. 2000.
9. Ogle, J.W., Lauer, B.A. Acute mastoiditis. Am. J. Dis. Child. 2000.
10. Palva, T., Pukkinen, K. Mastoiditis. J. Laryngol. Otol. 1959.
11. Mygind, H. Subperiosteal abscess of the mastoid region. Ann. Otol. Rhinol.
Laryngol. 2000.