Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

PANEL BOOSTER PUMP


4.1 Pengertian dan Fungsi BOOSTER PUMP
Booster Pump merupakan suatu perangkat yang digunakan untuk
meningkatkan tekanan dari sistem aliran air. Booster dirancang untuk membantu
sistem pemompaan mencapai aliran air yang berkecepatan tinggi. Secara fisik Booster
Pump digunakan untuk sistem perairan. Booster Pump biasanya digunakan pada
industri, termasuk limbah medis, pertambangan, dan industri pembuatan makanan.
Booster Pump bekerja secara sinkron dengan pompa lain, dalam artian
Booster Pump tidak dapat menampung dan mengalirkan air dalam jumlah besar
hanya menggunakan Booster Pump itu sendiri. Booster Pump hanya dirancang untuk
mendorong atau menaikan sistem pemompaan. Booster Pump menggunakan gaya
sentrifugal dengan mengandalkan beberapa gerakan dorongan untuk penghisapan dan
mengeluarkan aliran air.

Gambar 4.1 Booster Pump.

4.2 Prinsip Kerja Booster Pump


Prinsip kerja dari booster pump berdasarkan pressure switch yang
memberikan sensor ON atau OFF, pressure switch adalah alat kontak
hubung/putus akibat tekanan. Cara kerja pressure switch adalah bila tekanan air

19

meningkat makan pressure switch akan membuka dan booster pump akan mati,
apabila pressure switch menerima tekanan air yang kurang dari settingan pressure
switch maka secara otomatis booster pump akan bekerja untuk mensuplai
kebutuhan air bersih dimana booster pump menghisap air dari roof tank (tengki
atas) yang kemudian akan di distribusikan ke tiap lantai gedung bertingkat untuk
mensuplai kebutuhan air bersih pada tiap lantai. Tekanan air yang kurang adalah
gambaran indikasi dari penggunaan air di gedung tersebut sangatlah banyak dan
kemudian booster pump membantu untuk menstabilkan tekanan air pada tiap lantai
gedung yang bertujuan agar semua kebutuhan air bersih dari gedung dapat
terpenuhi dan menjaga agar peralatan instalasi pipa air bersih seperti kran agar
tidak rusak karena tekanan air yang berlebihan.
Booster Pump dirancang dengan sistem kerja secara bergantian tujuannya
adalah menghindari proses start stop yang terlalu sering dalam interval pendek
yang mengakibatkan pompa mudah terbakar bila dilakukan star stop yang terlalu
sering, maka dari itu booster pump dirancang dengan sistem kerja bergantian agar
saat pompa 1 hidup dan kemudian dimatikan setelah itu dihidupkan kembali dan
yang bekerja adalah pompa 2 begitu pula sebaliknya.
4.3

Panel Booster Pump


Panel Booster Pump adalah panel yang didesain untuk mengatur sistem kerja
pompa booster. Pada panel booster pump digunakan rangkaian pengendali sistem
kerja motor berdasarkan daya yang digunakan oleh pompa booster, adapun
ketentuan rangkaian pengendali apakah yang digunakan untuk daya(KW) yang
digunakan pompa. Apabila daya yang digunakan untuk pompa booster kurang dari
5 KW maka rangkaian pengendali untuk pompa booster menggunakan rangkaian
pengendali Direct On Line (DOL) namun apabila daya(KW) yang digunakan
pompa booster lebih dari 5KW maka rangkaian pengendali untuk pompa booster
yang menggunakan daya lebih dari 5KW dalam pemasangannya harus dengan
rangkaian pengasutan salah satunya pengasutan star delta. Pengasutan star delta

20

dilakukan karena arus starting yang kecil sehingga mendapatkan rpm yang
nominal, dengan begitu akan mendapatkan efisiensi daya kerja motor.
Motor induksi 3 phasa memiliki gulungan stator yang tahanannya rendah.
Karena tahanannya rendah motor akan mengambil arus besar pada saat starting.
Untuk industri yang mengoperasikan beberapa motor secara bersamaan arus
starting yang besar dari motor tersebut dapat menyebabkan terjadinya overload
disamping akan merusak gulungan stator itu sendiri. Untuk itu pada saat
menjalankan motor induksi 3 phasa lebih dari 5 KW harus menggunakan
pengasutan. Gambar berikut memperlihatkan panel Booster Pump.

Gambar 4.2 Panel Booster Pump Tampak Luar.

21

Gambar 4.3 Panel Booster Pump Saat Dibuka.

Gambar 4.4 Bagian Dalam Panel Booster Pump.

Gambar 4.5 Pintu Bagian Dalam Panel Booster Pump.

22

4.4

Alasan Pemilihan Rangkaian Control Motor Induksi 3 Phasa


4.4.1

Rangkaian Motor Induksi Direct On Line ( D O L )


Rangkaian ini digunakan untuk motor-motor berdaya kecil. Pada cara ini
motor dapat diasut pada tegangan saluran penuh dengan menggunakan penstart
saluran yang dilengkapi dengan Termal Overload Relay (TOR). Cara ini dapat
menghasilkan

kopel

start

yang

lebih

besar

mengingat

kopel motor

induksi berbanding lurus dengan kuadrat tegangan yang dikenakan. Kelemahan


rangkaian ini adalah dapat menghasilkan arus start yang besar, karena itulah
hanya

digunakan

untuk

motor-motor

23

yang

berdaya

kecil.

Gambar 4.6 Rangkaian Motor Induksi Direct On Line (DOL)


Rangkaian kendalinya disuplai dari tegangan 220 Volt. Pada saat tombol start
S2 ditekan arus mengalir melalui F2 S1 S2 K1. Kontaktor megnetik 1 (K1)
bekerja, kontak bantu K1 (NO) menutup dan motor terhubung pada saluran. Untuk
selanjutnya, arus akan mengalir melalui F2 S1 Kontak bantu K1 K1
Kelemahan menggunakan rangkaian Direct On Line (DOL)

Rangkaian ini hanya digunakan untuk motor-motor induksi berdaya kecil.


Dapat menghasilkan arus start yang terlalu besar, arus start yang besar dari motor
tersebut dapat menyebabkan terjadinya overload disamping akan merusak gulungan
stator motor induksi itu sendiri.

Beban dengan inersia yang tinggi atau torsi awal yang tinggi akan menyebabkan
waktu starting motor menjadi lama untuk mencapai kecepatan nominalnya.

Jika motor memiliki torsi yang besar dan dihubungkan Direct On Line maka pada
saat start maka akan menimbulkan arus start yang besar dari motor tersebut dapat
menyebabkan terjadinya pemanasan berlebih (overheating) pada stator dan rotor dan
akan merusak gulungan stator motor induksi itu sendiri.

4.4.2 Rangkaian Motor Induksi Pengasutan StarDelta ( Y )


Pada pengasutan ini selama periode start lilitan motor akan berada dalam
hubungan bintang dan setelah selang waktu tertentu akan berpindah ke hubungan
lilitan delta. Dengan cara ini kenaikan arus start dapat dibatasi hingga sepertiga
kali saja dibandingkan bila motor langsung terhubung delta. Gambar berikut
memperlihatkan rangkaian kendali pengasutan star delta.

24

Gambar 4.7 Rangkaian Motor Induksi Pengasutan StarDelta ( Y )


Rangkaian kendali pengasutan dengan cara ini disuplai oleh tegangan 220 Volt.
Cara kerjanya : jika tombol start S2 ditekan, arus mengalir melalui F2 S1 S2
kontak bantu timer T (NC) kontak bantu K3 K1. Kontaktor magnetik 1 (K1)
bekerja dan motor terhubung dalam lilitan bintang. Saat itu juga kontak bantu K1 (NC)
membuka dan kontak bantu K1 (NO) menutup sehingga arus mengalir melalui F2 S1
S2 kontak bantu K1 (NO) K2. Kontaktor magnetik 2 (K2) bekerja dan motor
terhubung pada sumber tegangan. Pada saat yang sama kontak bantu K2 (NO) menutup
dan timer T bekerja. Setelah t detik kontak bantu T (NC) membuka sehingga K1 tidak
dilewati arus (K1 tidak bekerja), kontak bantu T (NC) menutup, arus mengalir melalu
F2 S1 kontak K2 (NO) kontak bantu T (NO) kontak bantu K1 (NC) K3.
Kontaktor magnetik K3 bekerja, motor terhubung dalam belitan delta. Tombol S1
digunakan untuk melepaskan motor dari sumber tegangan.
Kelemahan Rangkaian Pengasutan Star Delta
25

Tidak baik digunakan untuk beban yang terlalu berat karena pada rangkaian
pengasutan star delta pada saat sambungan star ke sambungan delta terjadi zero
contak (motor tidak bekerja sesaat) dan hal ini sangat berbahaya bila digunakan
untuk beban seperti lift dan eskalator.

Keuntungan Pengasutan Star Delta dibanding Direct On Line

Kenaikan arus start dapat dibatasi hingga sepertiga kali saja dibandingkan bila
lilitan motor langsung terhubung delta.

Motor induksi yang digunakan lebih aman, karena torsi motor yang besar
mengakibatkan arus start yang besar dari motor tersebut dapat menyebabkan
terjadinya pemanasan berlebih (overheating) pada stator dan rotor dan akan merusak
gulungan stator motor induksi itu sendiri.

Pengasutan star delta dilakukan karena arus starting yang kecil sehingga
mendapatkan rpm yang nominal, dengan begitu akan mendapatkan efisiensi daya
kerja motor.
Dalam laporan ini dibahas tentang aplikasi dari pengasutan star delta ke
dalam sebuah pompa yang prinsip kerja dari panel booster pump ini adalah
bergantian antara pompa satu dengan pompa dua.

4.5 Komponen Komponen Pada Panel Booster Pump


4.5.1 MCB ( Mini Circuit Breaker)
MCB ( Miniatur Circuit Breaker ) adalah suatu komponen pada
instalasi listrik untuk pengaman semi otomatis yang fungsinya untuk
mengamankan arus hubung singkat dan beban lebih. Cara kerjanya apabila
terjadi kelebihan muatan listrik atau terjadi hubungan arus pendek, maka secara
otomatis sekering tersebut akan memutuskan aliran listrik dan tidak akan
menyebabkan kerusakan pada komponen yang lain.
Hubungan arus pendek / korsleting adalah suatu hubungan dengan
tahanan listrik () yang sangat kecil akan mengakibatkan aliran listrik (I) yang
26

sangat besar dan bila tidak ditangani dapat mengakibatkan ledakan dan
kebakaran. Hal ini terjadi apabila terjadi antara sumber listrik Phase (+) yang
bertemu atau sumber listrik negative (-), dimana menghasilkan tahanan listrik
sangat kecil atau sama dengan 0 Ohm (), tetapi kemampuannya untuk memutus
arus short circuit tidak lebih dari 5KA.Sesuai dengan rumus dasar dari listrik
yaitu :

V=IxR

Atau

I=

Atau

R=

V
I

Dimana :
V = Tegangan / Voltage ( V / Volt )
I = Arus Listrik ( A / Ampere )
R = Nilai Tahanan Beban ( / Ohm)
Cara kerja MCB dalam memutuskan arus listrik berbeda dengan Fuse /
sekering. Hal ini dikarenakan MCB mempunyai 2 cara pemutusan arus listrik
yaitu:
Pemutusan

arus

listrik

berdasarkan

panas,

dikarenakan

MCB

mempunyai plat Bimetal (perpaduan dua buah logam yang berbeda koefisien
muai logamnya). Bimetal ini akan melengkung apabila terjadi panas yang terus
meningkat yang di akibatkan oleh kelebihan arus listrik, kemudian plat bimetal
ini akan menggerakkan tuas pemutus untuk memutuskan arus listrik.
Pemutusan arus listrik berdasarkan elektromagnetik dilakukan oleh Coil
yang terdapat pada MCB. Apabila terjadi Hubung Singkat maka Coil akan
terinduksi dan daerah sekitarnya akan terdapat medan magnet sehingga akan
menarik poros dan mengoperasikan tuas pemutus aliran listrik.

27

Gambar 4.8 MCB Dan Konstruksi MCB.


Keterangan Gambar Konstruksi MCB
1. Tuas

menyambung, dan

Bagian

yang

digunakan

untuk

memutus,

juga mereset MCB secara manual atau untuk

menunjukan status MCB tersebut (ON/Off).


2. Actuators mekanik : Yaitu bagian untuk menghubungkan kontak input
dengan kontak output yang kerja mekaniknya dipengaruhi oleh tuas.
3. Kontak

: Tempat

dimana

saklar

untuk

memutus

dan

menyambung yang dilengkapi dengan peredam percikan api.


4. Terminal

: Yaitu tempat input dari sumber maupun output

kebeban.
5. Bimetal

: Perpaduan dua buah logam yang berbeda koefisien

muai logamnya.
6. Sekrup Kalibrasi

: Pengunci untuk meletakkan MCB.

7. Selenoid

: Lilitan

kawat

pengamanan.

28

yang

berguna

dalam

proses

8. Arc Peredam

:Tempat untuk pemadam percikan api yang berasal dari

lepasnya kontak pada proses pengamanan.


4.5.2 TOR ( Thermal Overload Relay )
Overload relay yang berdasarkan pemutus bimetal akan bekerja sesuai
dengan arus yang mengalir, semakin tinggi kenaikan temperatur yang
menyebabkan terjadinya pembengkokan , maka akan terjadi pemutusan arus,
sehingga motor akan berhenti. Jenis pemutus bimetal ada jenis satu phasa dan
ada jenis tiga phasa, tiap phasa terdiri atas bimetal yang terpisah tetapi saling
terhubung, berguna untuk memutuskan semua phasa apabila terjadi kelebihan
beban. Pemutus bimetal satu phasa biasa digunakan untuk pengaman beban lebih
pada motor berdaya kecil.
Mekanisme kerja Over load relay: apabila resistance wire dilewati arus
lebih besar dari nominalnya, maka bimetal trip, bagian bawah akan melengkung
ke kiri dan membawa slide ke kiri, gesekan ini akan membawa lengan kontak
pada bagian bawah terdorong ke kiri dan kontak NC (95-96) akan lepas, dan
membuat kontak NO (97-98) akan terhubung. Selama bimetal trip itu masih
panas, maka dibagian bawah akan tetap terbawa ke kiri, sehingga kontak
kontaknya belum dapat dikembalikan ke kondisi semula walaupun reset
buttonnya ditekan, apabila bimetal sudah dingin barulah kontaknya dapat
kembali lurus dan kontaknya baru dapat di hubungkan kembali dengan menekan
reset button.

Gambar 4.9 TOR ( Thermal Overload Relay ).

29

4.5.3 Fuse/Sekring Lebur


Fuse adalah alat pengaman listrik yang paling familiar dan sering kita
jumpai. Fuse terpasang dalam rangkaiaan listrik tersusun secara seri, sehingga
jika terlewati arus yang melebihi kapasitas kerja dari fuse tersebut, maka fuse
akan terbakar dan memutus arus yang ada dalam rangkaian tersebut. Element
penghantar yang terdapat dalam fuse tersebut akan meleleh, dan memutus
rangkaian listrik tersebut sebagai pengaman terhadap komponen-komponen lain
dalam rangkaian listrik tersebut dari bahaya arus besar. Pada panel ini, fuse
digunakan untuk mengamankan lampu indikator.
Jika kita dapati fuse yang telah terbakar atau putus elementnya kita
harus menggantinya dengan yang baru, tetapi yang perlu diingat adalah
penggantian dengan kapasitas arus yang sama. Jika menggantinya dengan
kapasitas arus yang lebih besar maka akan berakibat kerusakan pada rangkaian
listrik tersebut, karena jika ada arus lebih dalam rangkaian tersebut, fuse tidak
akan putus. Jika penggantian fuse dengan kapasitas arus yang lebih kecil maka
fuse akan mudah putus,maka kapasitas arus yang ditentukan harus sesuai dengan
beban.

Gambar 4.10 Fuse/Sekring Lebur.


4.5.4 Push Button

30

Komponen ini berfungsi untuk memutus dan menghubungkan suatu


rangkaian listrik dengan cara pengoperasiannya yaitu ditekan secara manual.
Pada push button ini, tombol warna hijau digunakan untuk menghubungkan
rangkaian (ON) dan tombol warna merah digunakan untuk memutus rangkaian
(OFF), dengan catatan suatu push button mempunyai dua kontak yaitu kontak
NC (Normaly Close) untuk push button Off dan NO (Normaly Open) untuk
push button On. Untuk push button On, NO pada push button harus di parallel
dengan NO pada kontaktor yang bertujuan sebagai pengunci agar aliran listrik
tetap dapat mengalir pada rangkaian ketika tombol push button dilepas.

Gambar 4.11 Push Button.


4.5.5 Kontaktor
Kontaktor atau disebut juga Magnetic Contactor adalah komoponen
listrik yang prinsip kerjanya mirip dengan saklar, tetapi kerjanya saklar ini
dipengaruhi oleh gaya kemagnetan/elektro magnet atau berdasarkan prinsip
induksi elektromagnetik. Pada kontaktor terdapat sebuah lilitan yang sering
disebut coil yang mana bila dialiri arus listrik coil tersebut akan timbul medan
magnet pada inti besinya, yang akan membuat kontaknya tertarik oleh gaya
magnet yang timbul tadi. Kontak pada kontaktor terdiri dari kontak utama dan
kontak Bantu, Kontak utama digunakan untuk rangkaian daya sedangkan
kontak Bantu digunakan untuk rangkaian kontrol yaitu Normaly Close (NC)
dan Normaly Open (NO).

31

Jika kontaknya tertarik oleh gaya magnet yang timbul maka kontak
bantu NO (Normally Open) akan menutup dan kontak Bantu NC (Normally
Close) akan membuka, Artinya kontak NO yang pada posisi coil tidak diberi
tegangan tidak terhubung/tertutup dan akan tertarik menjadi terhubung bila coil
tersebut di beri tegangan, dan sebaliknya begitu pula dengan kontak NC yaitu
pada posisi coil tidak diberi tegangan terhubung dan akan tertarik menjadi
terputus bila coil tersebut bertegangan begitu juga dengan kotak utamanya.
Apabila dibutuhkan kontak bantu yang lebih banyak maka dapat digunakan
aksesoris kontak bantu untuk kontaktor.

Gambar 4.12 Kontaktor.


4.5.6 TDR ( Time Delay Relay )
TDR (Time Delay Relay) sering disebut juga relay timer atau relay
penunda batas waktu banyak digunakan dalam instalasi motor terutama instalasi
yang membutuhkan pengaturan waktu secara otomatis. Fungsi dari peralatan
kontrol ini adalah sebagai pengatur waktu bagi peralatan yang dikendalikannya.
Timer ini dimaksudkan untuk mengatur waktu hidup atau mati dari kontaktor
atau untuk merubah sistem bintang ke segitiga dalam delay waktu tertentu.
Timer dapat dibedakan dari cara kerjanya yaitu timer yang bekerja
menggunakan induksi motor dan menggunakan rangkaian elektronik. Timer
yang bekerja dengan prinsip induksi motor akan bekerja bila motor mendapat
tegangan AC sehingga memutar gigi mekanis dan memarik serta menutup
kontak secara mekanis dalam jangka waktu tertentu.
32

Sedangkan relay yang menggunakan prinsip elektronik, terdiri dari


rangkaian R dan C yang dihubungkan seri atau paralel. Bila tegangan sinyal
telah mengisi penuh kapasitor, maka relay akan terhubung. Lamanya waktu
tunda diatur berdasarkan besarnya pengisisan kapasitor. Bagian input timer
biasanya dinyatakan sebagai kumparan (Coil) dan bagian outputnya sebagai
kontak NO atau NC. Kumparan pada timer akan bekerja selama mendapat
sumber arus. Apabila telah mencapai batas waktu yang diinginkan maka secara
otomatis timer akan mengunci dan membuat kontak NO menjadi NC dan NC
menjadi NO.

Gambar 4.13 TDR (Time Delay Relay).


4.5.7 Relay
Relay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang
digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip, relay merupakan tuas saklar dengan
lilitan kawat pada batang besi (solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri
arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada
solenoid sehingga kontak saklar akan menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya
magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan kontak saklar
kembali terbuka.
Relay terdiri dari Coil & Contact. Coil adalah gulungan kawat yang
mendapat arus listrik, sedang contact adalah sejenis saklar yang pergerakannya
tergantung dari ada tidaknya arus listrik dicoil. Contact ada 2 jenis : Normally
Open (kondisi awal sebelum diaktifkan open), dan Normally Closed (kondisi
awal sebelum diaktifkan close).

33

Secara sederhana berikut ini prinsip kerja dari relay : ketikaCoil


mendapat energi listrik (energized), akan timbul gaya elektromagnet yang akan
menarik armature yang berpegas, dan contact akan menutup.

Gambar 4.14 Relay.


4.5.8 WLC ( Water Level Control )
Rangkaian Water Lever Control atau yang sering disingkat dengan
WLC atau rangkaian kontrol level air merupakan salah satu aplikasi dari
rangkaian konvensional dalam bidang tenaga listrik yang diaplikasikan pada
motor listrik khususnya motor induksi untuk pampa air. Fungsi dari rangkaian
ini adalah untuk mengontrol level air dalam sebuah tangki penampungan yang
banyak dijumpai di rumah-rumah atau bahkan disebuah industri di mana pada
level tertentu motor listrik atau pompa air akan beroperasi dan pada level
tertentu juga pompa air akan mati. Untuk mengontrol level air dalam tangki
penampungan dapat menggunakan dua buah pelampung atau lebih yang mana
masing-masing dari pelampung tersebut menentukan batas atas dan batas
bawah dari level air.

34

Gambar 4.15 WLC ( Water Level Control ).

4.5.9 Selector Switch


Saklar pemilih ini menyediakan beberapa posisi kondisi on dan kondisi
off, ada dua, tiga, empat bahkan lebih pilihan posisi, dengan berbagai tipe geser
maupun putar. Saklar pemilih biasanya dipasang pada panel kontrol untuk
memilih jenis operasi yang berbeda, dengan rangkaian yang berbeda pula.
Saklar pemilih memiliki beberapa kontak dan setiap kontak dihubungkan oleh
kabel menuju rangkaian yang berbeda, misal untuk rangkaian putaran motor
cepat dan untuk rangkaian putaran motor lambat atu bahkan auto dan manual.

Gambar 4.16 Selector Switch.

35

4.5.10

Lampu Indikator
Lampu ini digunakan sebagai isyarat / tanda untuk mengetahui bahwa
rangkaian yang bersangkutan dalam keadaan bekerja atau tidak.
Pada pendistribusian listrik, lampu warna merah digunakan untuk
tanda fasa R, lampu berwarna kuning digunakan untuk tanda fasa S, sedangkan
lampu warna hijau untuk tanda fasa T.
Sedangkan pada rangkaian daya lampu berwarna merah digunakan
untuk tanda bahwa rangkaian tidak bekerja/Off, lampu kuning untuk tanda
bahwa rangkaian kondisi trip, dan lampu berwarna hijau sebagai indikator
bahwa rangkaian dalam kondisi bekerja/On.

Gambar 4.17 Lampu Indikator.

4.5.11

Relay Bergantian
Relay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang
digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip, relay merupakan tuas saklar dengan
lilitan kawat pada batang besi (solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri
arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada
solenoid sehingga kontak saklar akan menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya
magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan kontak saklar
kembali terbuka.

36

Relay terdiri dari Coil & Contact. Coil adalah gulungan kawat yang
mendapat arus listrik, sedang contact adalah sejenis saklar yang pergerakannya
tergantung dari ada tidaknya arus listrik dicoil. Contact ada 2 jenis : Normally
Open (kondisi awal sebelum diaktifkan open), dan Normally Closed (kondisi
awal sebelum diaktifkan close).
Relay bergantian ini pada dasarnya sama dengan relay biasa tetapi
relay ini sedikit berbeda karena relay ini menggunakan socet timer yang
memiliki 2 common, 2 NC dan, 2 NO. Relay ini saat diberi sumber listrik pada
coilnya hanya 1 common yang menjadi NC dan common satunya tetap NO.
Hali ini dapat terjadi karena ada sebuah ger yang menahan posisi kontak
common agar tetap menjadi yang satu NC dan yang common satunya NO
sehingga dimungkinkan untuk bekerja secara bergantian.

Gambar 4.18 Relay Bergantian Dan Socet Relay Bergantian.


4.6. Troble Shooting dan Perawatan
4.6.1 Trouble Shooting
Semakin lama mesin beroprasi maka kemungkinan terjadi trouble semakin
besar. Untuk itu perlu diadakan analisa tentang setiap trouble dan penangan tepat
yang dilakukan pada masing-masing trouble.
Tabel 4.1. Trouble Shooting
Trouble
Sebab
1. Hilang salah satu fasa.
1. Panel booster pump

Solusi
1. Memeriksa apakah yang

37

2.Fuse putus.
tidak bekerja dengan
baik

terjadi pada panel, apakah


3. Overload trip.

masalah hilang fasa

4. Overload thermal

disebabkan dari komponen

putus.

panel ataukah dari sumber


PLN

5. Koil kontaktor
2. Memeriksa kemungkinan

bermasalah.
6. Auxiliary relay
bermasalah.

terjadi overload, ganti


sekering yang putus.
3. Overload adalah Auto-

7. WLC tidak bekerja.

Reset. Memonitor untuk


memastikan terjadi lonjakan
arus. Periksa kondisi mesin
dan beban mesin.
4. Memperbaiki atau
mengganti overload thermal.
5. Memperbaiki atau
mengganti koil yang rusak.
6. Memperbaiki atau
mengganti relay untuk
kontak bantu yang rusak.
7. Periksa dan perbaiki
elektroda pada WLC .

38

1. Kontak utama terbuka,


2. Pompa booster tidak
dapat dijalankan

pemutus sirkuit MCB


terbuka.
2. Masalah kelistrikan

1. Yakinkan semua switch


dalam keadaan ON, dan
MCB dalam keadaan ON
pula.

motor.

2. Cek motor dalam sirkuit

3. Loose kabel .

terbuka, hubung singkat,

4. Air pada roof tank


kosong.

atau motor kelebihan beban.


3. Periksa semua sambungan
tembaga ke terminal apakah
salah dalam penyambungan
atau tidak, kencangkan
semua sekrup terminal.
4. Isi air pada roof tank
hingga penuh, apabila
sampai air dalam rooftank
habis maka WLC akan
memberikan perintah pada
pompa untuk tidak bekerja
karena bila pompa bekerja
dalam keadaan tidak ada air
maka pompa akan cepat
rusak.

39

3. Pompa Booster
bersuara bising

1. Kemungkinan besar

1. Periksa bearing pada

kerusakan berasal

pompa, jika bearing kotor

dari bearing yang ada

maka dibersihkan dan diberi

pada pompa booster.

pelumas agar bearing dapat

Seal pada pompa air

bekerja dengan baik, jika

mengalami kebocoran.

bearing pecah maka di ganti


dengan bearing yang baru.

.
2. Ganti seal pompa dengan
seal yang baru.
1. Periksa dan rencanakan
4. Pompa booster
overload

1.Overload karena salah


perencanaan beban pada

kapasitas daya pompa


dengan kapasitas debit air.

pompa.
2. Kumparan motor

2 .Wekel ulang kumparan

terbakar akibat overload.

motor yang terbakar.

3. Adanya penyumbatan
dalam saluran pipa.

3. Periksa saluran pipa


apakah ada yang tersumbat.

5. Roof tank tidak ada


air

1. Pipa instalasi

1. Bersihkan kotoran yang

tersumbat.

ada pada pipa.

2. Pompa transfer air

2. Periksa dan perbaiki

bermasalah.

masalah apa yang terjadi


pada pompa transfer.

3. Filter air seperti


strainer, carbon filter dan

3. Bersihkan filter dari

sand filter kototr.

kotoran seperti pasir atau


lumpur.

40

4.6.2 Perawatan
Setiap mesin pasti akan mengalami sebuah trouble. Untuk memperkecil
kerusakan, maka dibutuhkan suatu perawatan. Perawatan adalah suatu usaha
yang dilakukam secara sistematis terhadap peralatan sehingga mencapai hasil
atau kondisi dapat diterima dan diinginkan dan peralatan dapat bekerja secara
optimal.
Perawatan Panel
Pemeliharaan
1. Dilakukan penyerfisan panel berupa pembersihan debu di panel menggunakan
vacum cleaner, lap kain ataupun kuas.
2. Pada sambungan mur antara kabel atau busbar sering terdapat karat dan
sebaiknya di semprot dengan cairan anti karat.
3. Mur yang kendor akibat getaran harus di kencangkan kembali hal ini
dilakukan karena apabila sambungan tidak kencang akan menghasilkan
percikan bunga api dan itu sangat berbahaya.
Perbaikan Kecil

41

1. Pengecekan alat-alat listrik seperti pengecekan fuse, lampu indikator, selector


switch, push button dilakukan sebulan sekali. Apabila ada komponen panel
yang rusak seperti fuse putus, lampu indikator mati harus diganti. Pengecekan
ini dilakukan satu bulan sekali.
2. Pengecekan karet pada pintu panel dan kunci pintu panel bila ada karep pada

pintu panel yang kendor harus di lem agar melekat kembali pada panel,
sedangkan jika kunci pintu panel sulit untuk dibuka sebaiknya dilakukan
penyemprotan menggunakan semprotan pelumas agar kunci panel dapat
bekerja dengan baik. Pengecekan ini dilakukan enam bulan sekali.
Perawatan Booster Pump
Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan booster pump :
1. Pastikan air di roof tank tidak pernah kering, karena jika kering akan
mengakibatkan panas pada pompa dan dapat menyebabkan seal pada pompa
rusak dan pompa terbakar pada gulungan staror maupun rotornya.
2. Pastikan Voltase PLN kurang lebih 380 VAC, karena jika voltase terlalu besar
atau terlalu kecil menyebabkan panas pada pompa dan dapat menyebabkan
pompa terbakar pada gulungan staror maupun rotornya.
3. Bilamana perlu, booster pump diberikan pendingin seperti kipas angin agar
panas pada motor tidak terlalu tinggi.
Pemeliharaan
1. Pembersihan debu dilakukan pada saat pompa tidak beroperasi dengn
menggunakan kain, kuas. Bagian pompa yang dibersihkan adalah pompa
bagian luar dan dalam. Pembersihan ini dilakukan satubulan sekali.
2. Pelumasan dilakukan pada poros yang berputar dengan menggunakan minyak
pelumas sesuai dengan ketentuan. Pelumasan dilakukan sebulan sekali agar
pompa bekerja dengan maksimal dan menghindari terjadinya bearing tidak
lancar akibat pompa jarang di beri pelumas. Pelumasan dilakukan satu bulan
sekali.
Perbaikan kecil

42

1. Pengecatan terhadap badan pompa yang cacat permukaan dilakukan pada saat
pompa beroperasi. Sebelum pengecatan dilakukan terlebih dahulu disikat
menggunakan amplas besi kemudian dibersihkan dan dikeringkan lalu di cat
menggunakan cet besi.
2. Penggantian sekat mekanis atau seal dilakukan jika ada kebocoran pada seal
karena jika seal bocor atau rusak pompa tidak bisa bekerja.
Perawatan Instalasi Pipa
Pemeliharaan
1. Pembersihan debu pada pipa power house dengn menggunakan kain.
Pembersihan ini dilakukan sebulan sekali.
Perbaikan Kecil
1. Pengecatan dilakukan terhadap pipa yang cacat permukaanya. amplas besi
kemudian dibersihkan dan dikeringkan lalu di cat menggunakan cet besi.
2. Penggantian bila ditemukan kebocoran pada pipa sambungan atau katup maka
harus dilakukan penggantian. Pipa berdiameter lebih dari 3 inci dapat
dilakukan pengelasan pada bagian yang bocor. Hal ini dilakukan apabila ada
kerusakan.
Perawatan Roof Tank
Pemeliharaan
1. Pembersihan Bak Roof Tank dibersihkan dari lumut yang menempel pada
dinding dan kotoran-kotoran lain seperti serangga yang masuk ke dalam roof
tank dan pengecekan elektroda wlc bila elektroda rusak segera di perbaiki atau
di ganti. Pembersihan ini dilakukan 3 bulan sekali.
Perbaikan Kecil
1. Apabila ada kerusakan pada roof tank biasanya berupa kebocoran pada roof
tank, hal ini disebabkan karena seal perekat pada roof tank tidak kencang dan
perbaikan yang harus dilakukan adalah mengencangkan baut yang ada pada
sambungan roof tank agar seal dapat merekat dengan sempurna. Perbaikan
dilakukan apabila terjadi kebocoran pada roof tank.
43

Perawatan Filter
Pemeliharaan
1. Membongkar bagian filter dan kemudian membersihkan filter dari kotoran
seperti lumpur, batu kerikil kecil menggunakan air mengalir yang bersih agar
kotoran yang menyumbat saluran filter dapat ikut oleh aliran air yang
mengalir.
Perbaikan Kecil
1. Mengencangkan baut yang ada pada filter, apabila ada bayang sudah aus
sebaiknya diganti dengan baut baru, dan memeriksa antara input dan output
filter apakah dalam keadaan baik atau tidak.
Perawatan Katup
Pemeliharaan
1. Katup seperti pengaturan aliran air dalam pipa seperti keran, pemeliharaan
dilakukan bila ditemukan kebocoran pada katup, perlu segera dilakukan
perbaikan atau penggantian.
Perbaikan Kecil
1. Apabila ada katup yang masih dalam kondisi baik namun mengalami
kebocoran maka harus di lem terlebih dahulu agar sambungan antara katup
dan pipa kembali rapat.

44

Anda mungkin juga menyukai