Anda di halaman 1dari 4

Menentukan kebutuhan zat gizi

Kebutuhan zat gizi pada seorang pasien bersifat individual sehingga tidak sama
dengan kecukupan gizi yang dianjurkan (RDA) atau kecukupan masukan zat gizi
yang dianjurkan (RDI).Walaupun demikian penggunaan RDA dan RDI cukup
memadai dalam pelayanan gizi/penyediaan makanan pasien pada umumnya.
Pengertian kebutuhan zat gizi dalam asuhan nutrisi adalah kebutuhan terhadap
masing-masing zat gizi yang perlu dipenuhi agar dapat mencakup 3 macam
kebutuhan yaitu:
- Untuk kebutuhan penggantian (replacement) zat gizi yang kekurangan (deplesi
atau defisiensi)
- Untuk kebutuhan rumat (maintenance)
- Untuk kebutuhan tambahan karena kehilangan (loss) dan tambahan untuk
pemulihan jaringan/organ yang sedang sakit
Untuk menentukan besarnya kebutuhan zat gizi yang diperlukan, harus ditegakkan
dulu diagnosis gizi melalui beberapa pemeriksaan yang seringkali tidak sederhana.
Oleh karena secara hukum, hak, wewenang, dan tanggung jawab dalam membuat
diagnosis berada pada dokter, maka setiap dokter diwajibkan membuat diagnosis
gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang berorientasi pada pasien (tergantung
jenis penyakit). Tahap selanjutnya memerlukan kerjasama antar profesi mulai dari
diterjemahkannya resep nutrisi oleh dietisien ke dalam bentuk makanan atau oleh
ahli farmasi ke dalam bentuk nutrisi parenteral atau suplemen, selanjutnya perawat
yang mengawasi terjaminnya asupan dari nutrisi tersebut serta respon dan toleransi
pasien. Menentukan besarnya kebutuhan zat gizi pada bayi dan anak dapat
diperhitungkan dengan berbagai rumus. Kecukupan atau adekuat tidaknya
pemenuhan kebutuhan dilihat kembali berdasarkan respon pasien.
Secara umum dan sederhana, kebutuhan nutrisi bayi serta anak baik yang sehat
dengan status gizi cukup maupun yang berstatus gizi kurang atau buruk atau
bahkan gizi lebih atau obesitas prinsipnya bertujuan mencapai BB ideal. Oleh sebab
itu untuk memperkirakan tercapainya tambahan kalori serta protein untuk
mencapai tumbuh kejar pada anak gizi kurang atau buruk atau pengurangan kalori
pada anak gizi lebih atau obesitas yaitu menggunakan rumus sebagai berikut:
- umur dimana TB saat ini berada pada persentil-50 (lihat kurva TB/U)
- persentil-50 BB menurut TB saat ini (lihat kurva BB/TB)

Kebutuhan nutrisi pada anak sakit dibedakan berdasarkan kondisi stres yang
disebut sebagai dukungan metabolik (metabolic support) dan non stres yang
disebut sebagai dukungan nutrisi (nutritional support). Selama periode stres

metabolik, pemberian nutrisi berlebihan (overfeeding) dapat meningkatkan


kebutuhan metabolisme di paru dan hati, serta dapat berakhir dengan
meningkatnya angka kematian. Komplikasi overfeeding meliputi:
- Kelebihan produksi CO2 yang meningkatkan ventilasi
- Edema paru dan gagal napas
- Hiperglikemia yang meningkatkan kejadian infeksi
- Lipogenesis karena peningkatan produksi insulin
- Imunosupresi
- Komplikasi hati: perlemakan hati, kolestasis intrahepatik
Kebutuhan kalori serta protein pasien dapat diperhitungkan dengan cara sebagai
berikut:
- Tentukan kebutuhan energi basal ( Basal Energy Expenditure = BEE) (lihat tabel
6)
- Tentukan faktor stres (lihat tabel 7)
- Kebutuhan kalori total = BEE x faktor stres
- Tentukan kebutuhan protein pasien (sesuai dengan RDA)
- Kebutuhan protein total = RDA x faktor stres
- Evaluasi dan sesuaikan kebutuhan berdasarkan hasil pemantauan
Setelah terdapat perbaikan klinis dan melewati fase kritis dari penyakitnya (setelah
hari ke 7-10), kebutuhan kalori serta protein perlu dinilai kembali menggunakan
RDA karena diperlukan untuk tumbuh kejar (catch-up growth).
Memilih alternatif tentang cara pemberian zat gizi
Penentuan cara pemberian nutrisi merupakan tanggung jawab dokter yang
merawat pasien. Pemberian makan secara oral yang biasa dilaksanakan pada
sebagian besar pasien dalam pelayanan gizi di rumah sakit merupakan cara
pemberian zat gizi yang alami
dan ideal. Jika pasien tidak dapat secara alamiah
mengkonsumsi makanan padat, maka dapat diberikan dalam bentuk makanan cair.
Apabila cara tersebut di atas tidak dapat memungkinkan atau tidak dapat
memenuhi zat gizi secara lengkap, dalam pelaksanaan asuhan nutrisi terdapat dua
macam alternatif yaitu pemberian nutrisi secara enteral atau parenteral. Kedua cara
pemberian tersebut dikenal dengan istilah nutritional support atau dukungan nutrisi.
Nutrisi enteral terindikasi jika pemberian makanan per oral dan keadaan lambung
tidak memungkinkan atau tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi dengan syarat

fungsi usus masih baik. Rute nutrisi enteral dapat melalui oral ataupun malalui pipa
makanan. Pemberian nutrisi enteral lebih aman, lebih mudah, dan lebih praktis jika
dibandingkan dengan pemberian nutrisi parenteral. Keuntungan lain dari nutrisi
enteral adalah bentuknya fisiologis dan komposisi zat gizinya lengkap. Meskipun
hanya diberikan 10- 15% dari kebutuhan kalori total, nutrisi enteral dapat merumat
struktur dan fungsi intestinal (efek trofik). Nutrisi parenteral baru dipertimbangkan
jika nutrisi enteral tidak memungkinkan. Rute nutrisi parenteral adalah melalui vena
perifer atau vena sentral.
Memilih alternatif bentuk sediaan zat gizi
Perpaduan perkembangan ilmu gizi klinik dan teknologi telah memungkinkan
diciptakannya berbagai alternatifdalamcaramemenuhi kebutuhan pasien.Saat ini
telah banyak diproduksi dan diperdagangkan aneka ragam hasil pengolahan zat gizi
berupa makanan/minuman buatan industri pangan, yang dikenal sebagai makanan
kemasan. Sebagai akibatnya, untuk mempersiapkan makanan pasien, saat ini tidak
hanya bergantung pada makanan buatan rumah sakit sendiri (home made). Jenis
makanan kemasan tersebut lebih dikenal dengan nama dagangnya dibandingkan
dengan nama generiknya, sebagai contoh makanan cair (generik). Penggunaan
makanan komersial tersebut lebih praktis dan efisien, serta tidak memerlukan
banyak waktu dan tenaga dalam menyiapkannya, meskipun memerlukan biaya
yang lebih mahal. Selain itu terdapat pula aneka ragam sediaan zat gizi buatan
industri farmasi yang pemasarannya digolongkan sebagai zat gizi obat (medicinal
nutrient). Termasuk di dalamnya adalah berbagai sediaan untuk penggunaan oral,
suntikan, maupun infusuntuk memenuhi kebutuhan mikronutrien (vitamin dan
mineral), makronutrien (karbohidrat, lemak, serta protein), serta air. Zat gizi dalam
bentuk obat-obatan tersebut digunakan dalam asuhan nutrisi untuk melengkapi
masukan zat gizi yang tidak dapat dipenuhi melalui makanan.
Pemilihan jenis formula yang digunakan sebagai nutrisi enteral pada pasien bayi
dan anak tergantung pada faktor pasien (umur, diagnosis, masalah gizi yang
terkait, kebutuhan nutrisi, dan fungsi gastrointestinal) serta faktor formula
(osmolalitas, renal solute load = RSL, kepekatan serta kekentalan kalori, komposisi
zat gizi: jenis serta jumlah karbohidrat, protein dan lemak, ketersediaan produk,
serta harganya).
Secara umum formula enteral pediatrik dikelompokkan berdasarkan usia
konsumennya yaitu bayi prematur, bayi aterm, anak usia 1-10 tahun, dan usia di
atas 10 tahun. Formula enteral untuk anak berusia 1-10 tahun lebih padat kalori
daripada formula bayi tetapi mengandung kadar protein, natrium, kalium, klorida
serta magnesium lebih rendah dibandingkan formula enteral untuk orang
dewasa,sebaliknya kadar zat besi,seng,kalsium, fosfor, dan vitamin D-nya lebih
tinggi. Oleh sebab itu, sebaiknya tidak menggunakan formula enteral dewasa pada
anak di bawah usia 10 tahun. Jika terpaksa perlu dipantau dengan ketat, karena
keterbatasan
kapasitas
ginjal
anak
untuk
mengkonsentrasikan
dan

mengekskresikan nutrien, elektrolit serta metabolit yang tidak dimetabolisme (RSL)


dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk memperkirakan potensi RSL dari formula yang
digunakan dapat memakai rumus sebagai berikut:
Selain itu, perlu diberikan suplementasi seng, besi, kalsium, fosfor, dan vitamin.
Batas atas potensial RSL untuk bayi adalah 33 mOsm/100 kkal formula.
Osmolalitasformulayangdimaksuddisiniadalahkonsentrasipartikelyangaktifsecaraos
motik (asam amino, karbohidrat, Dan elektrolit) per liter formula, dinyatakan
dengan mOsm/L. Osmolalitas formula berpengaruh langsung pada lambung dan
usus kecil, hiperosmolalitas berakibat tertariknya air ke dalam saluran cerna untuk
mengencerkan formula sehingga mengakibatkan diare, mual, kembung, atau kram.
The American Academy of Pediatrics (1979) merekomendasikan osmolalitas untuk
formula bayi adalah = 460 mOsm. Formula enteral untuk orang dewasa umumnya
aman dikonsumsi oleh anak yang berusia di atas 10 tahun.
Prinsip pemilihan cairan nutrisi parenteral terutama pada usia <2 tahun sebaiknya
menggunakan larutan asam amino khusus anak (misalnya Aminofusin Paed
[Baxter], Aminosteril [Fresenius]) atau bayi (misalnya Primene 5% [Baxter],
Aminosteril Infant [Fresenius]). Berdasarkan penelitian, neonatus yang mendapat
cairan nutrisi parenteral untuk dewasa mengalami peningkatan konsentrasi
metionin, fenilalanin, dan glisin disertai penurunan konsentrasi tirosin, sistein, dan
taurin plasma dibandingkan dengan bayi yang mengkonsumsi ASI. Salah satu
kelebihan cairan nutrisi parenteral yang didesain khusus untuk bayi dan anak
adalah mengandung asam amino yang conditionally esensial pada bayi dan anak
seperti sistein, histidin, tirosin, lisin, taurin, dan arginin, serta konsentrasi metionin,
fenilalanin, serta glisin yang lebih rendah dari cairan parenteral dewasa.

Anda mungkin juga menyukai