Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan tertentu dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga seorang anak tidak bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Kasus ini mungkin terlihat biasa namun ternyata kasus ini juga termasuk dalama pelanggaran hak nwarga Negara. Seorang siswa dapat menentukan sendiri jurusan yang diinginkannya sesuai dengan minat dan bakat yang diinginkannya sehingga anak tersebut dapat berkembang sesuai dengan keinginan hatinya. Namun karena ada paksaan dari orang tuanya hal ini menyebabkan adanya tekanan secara psikis kepada anaknya. Pasal 1 angka 5 Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia memberikan batasan pengertian mengenai anak yaitu setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya. Batasan pengertian mengenai anak yang terdapat dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia tersebut mempunyai makna yang sama dengan batasan pengertian yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 Undang_Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Hak berekspresi dan mengeluarkan pendapat Jaminan atas hak anak untuk berpendapat dan penyediaan ruang - ruang bagi anak untuk dapat mengeluarkan pendapat atau berekspresi secara merdeka sesuai keinginannya. Anak memiliki kebebasan untuk menunjukan pendapatnya, keinginan anak untuk melanjutkan pendidikan kemanapun yang anak inginkan, sehingga walaupun kasus ini terlihat kecil, namun ternyata memiliki dampak yang cukup buruk bagi perkembangan mental anak. Orang tua harus belajar untuk lebih mengikuti keinginan anak namun tetap dalam kendali sehingga anak dapat melaksanakan pendidikan dengan bahagia sesuai dengan minat dan bakat