Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Hygiene atau biasa disebut juga dengan kebersihan, adalah upaya

untuk memelihara hidup sehat, yang meliputi kebersihan pribadi, kehidupan

bermasyarakat, dan kebersihan kerja. Kebersihan merupakan suatu perilaku

yang diajarkan dalam kehidupan manusia untuk mencegah timbulnya

penyakit karena, pengaruh lingkungan serta membuat kondisi lingkungan

agar terjaga kesehatannya.

Sanitasi dalam arti luas merupakan tindakan hygiene untuk

meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit, sedangkan sanitasi

lingkungan merupakan usaha pengendalian diri dari semua faktor lingkungan

fisik manusia yang mungkin dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi

perkembangan fisik, kesehatan dan daya tubuh manusia. Di Negara

berkembang pada umumnya sanitasi kesehatan berupa fasilitas yaitu

penyediaan air bersih, metode pembuangan kotoran manusia yang baik dan

pendidikan hygiene.

Pendidikan hygiene sebagai kaitannya dengan pemeliharaan kesehatan

individu, tercermin dalam perilaku lingkungan dan perilaku kesehatan.

Perilaku kesehatan yang berkaitan dengan upaya kebersihan diri dalam

kaitannya dengan upaya pencegahan penyakit dilakukan dengan berbagai cara

[Referat Skabies]
contohnya seperti kebiasaan mandi, mencuci tangan dan kaki, dan kebersihan

pakaian.

Penyakit yang berkaitan dengan masalah hygiene salah satunya adalah

penyakit kulit. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti

jamur, virus, bakteri dan parasit hewani yang lain. Penyakit kulit yang

disebabkan parasit hewani salah satunya yaitu Skabies.

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan

sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya. Penyakit

ini menampakkan gejala seperti gatal yang hebat pada waktu malam di celah-

celah jari, bagian punggung dan alat kelamin. Skabies mempunyai

epidemiologi yang luas terutama di negara-negara berkembang seperti di

Asia Tengah, Cina dan India. Wabah skabies dapat terjadi secara lokal atau

secara besar-besaran yaitu epidemik atau pandemik.

Saat ini Badan Dunia menganggap penyakit skabies sebagai

pengganggu dan perusak kesehatan yang tidak dapat dianggap lagi hanya

sekedar penyakitnya orang miskin karena penyakit skabies masa kini telah

merebak menjadi penyakit kosmopolit yang menyerang semua tingkat sosial.

Skabies di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia mempunyai

prevalensi yang cukup tinggi yaitu 6%- 27% dari populasi umum dan

cenderung tinggi pada anak-anak sampai dewasa. Sekitar 300 orang setiap

tahun dilaporkan terserang skabies. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Jayapura tahun 2012, Skabies termasuk dalam 10 penyakit

[Referat Skabies]
tertinggi di daerah Kabupaten Jayapura. Oleh sebab itu, pentingnya

pengetahuan pendidikan Skabies perlu ditingkatkan di dalam masyarakat.

[Referat Skabies]
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI SKABIES

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi

terhadap sarcoptes scabiei var hominis dan produknya. Di Indonesia penyakit

skabies sering disebut kudis, penyakit gudik wesi, budug, dan katala kubusu.

Seluruh siklus hidup Sarcoptes Scabies mulai dari telur sampai bentuk

dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari yang jantan mati setelah kopulasi

yang betina menggali terowongan di stratum korneum dan bertelur. Setelah 3-

5 hari menetas menjadi larva dan 2-3 hari kemudian menjadi nimfa berkaki 8

(jantan dan betina) waktu yang diperlukan sejak menetasnya telur sampai

menjadi bentuk dewasa adalah 7-8 hari, diluar tubuh penderita parasit hanya

dapat hidup selama 2-3 hari pada suhu kamar.

Perkembangan skabies di pengaruhi oleh beberapa faktor atara lain:

Keadaan sosial ekonomi yang rendah

Hygiene perorangan yang buruk

Kepadatan penduduk yang tinggi

Sering berganti pasangan seksual

Minimnya pengetahuan masyarakat tentang skabies

[Referat Skabies]
Kesalahan diagnosa dan penatalaksanaannya

2.2. ETIOLOGI

Penyebab skabies adalah Sarcoptes Scabiei var, hominis

2.2.1. Klasifikasi

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo

Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes

Scabies Var Hominis. Selain Sarcoptes Scabies, misalnya pada kambing

dan sapi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,

punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.

2.2.2. Kebiasaan hidup

Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang

tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku, pergelangan

tangan, bahu dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memeliki kulit serba

tipis, telapak tangan, kaki, muka dan kulit kepala sering diserang kutu

tersebut.

2.2.3. Siklus hidup

Kopulasi (perkawinan) dapat terjadi dipermukaan kulit, yang jantan

mati setelah membuahi tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi

menggali terowongan dalam startum korneum, dengan kecepatan 2-3

milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2-4 butir sehari

mencapai 40-50 butir. Bentuk betina yang dibuahi dapat hidup

[Referat Skabies]
selamanya. Biasanya telur akan menetas dalam waktu 3-5 hari dan

menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.Larva ini dapat tinggal

dalam terowongan dan dapat juga diluar. Setelah 2-3 hari larva tersebut

akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina

dengan 4 pasang kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai alat untuk melekat

dan 2 pasang kaki di belakang.

Ukuran bentuk betina berkisar antara 330-450 mikron kali 250-350

mikro. Ukuran jantan lebih kecil 200-240 mikro kali 150-200 mikro.

Seluruh siklusnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan

waktu antara 8-12 har. Kurang lebih 10% telur dari jumlah keseluruhan

telur tersebut menjadi bentuk dewasa, yang dapat menularkan

penyakitnya.

2.3. PATOGENESIS

Kelainan kulit disebabkan tungau skabies dan garukan gatal akibat sensitisasi

terhadap sekret dan eskret tungau lebih sebulan setelah infestasi. Pada saat itu

kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukan papul, vesikel,

urtikaria dan lain-lain. Garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan

infeksi skunder. Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya tungau skabies,

tetapi oleh penderita sendiri akibat garukan.

[Referat Skabies]
2.4. GEJALA KLINIS

Ada 4 tanda kardinal skabies:

2.4.1. Proritus nokturna (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau ini

lebih banyak pada malam hari.


2.4.2. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai

seluruh anggota keluarga.


2.4.3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang

berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,

rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul

atau vesikel. Jadi timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorfi

(pustul, eksoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan

stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan

bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola

mammae dan lipat glutea, umbilikus, bokong, genitalia eksterna, dan

perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan

telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang

dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.

2.4.4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik.

[Referat Skabies]
2.5. DIAGNOSA BANDING

Diagnosis banding pasien ini adalah Ptiriasis rosea, tinea versikolor,

pedikulosis korporis, prurigo, dermatitis, liken planus, dan berbagai penyakit

kulit lain dengan keluhan gatal.

2.6. PENATALAKSANAAN

2.6.1. Medikamentosa

Syarat obat yang efektif ialah terhadap semua stadium tungau, tidak

menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau dan kotor, tidak

merusak dan mewarnai pakaian, mudah diperoleh, dan harganya murah.

Jenis obat topikal:

Belerang endap (sulfur presipatum) 4-20% dalam bentuk salap atau

krim. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3

hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori

pakaian, dan dapat menimbulkan iritasi.


Emulsi benzil-benzoat 20-25% efektif terhdap semua stadium,

diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh,

sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah

dipakai.
Gama benzene heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim

atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua

stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini

tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil

karena toksik terhadap susunan saraf pusat.

[Referat Skabies]
Krotamin 10% dalam krim atau losio mempunyai dua efek sebagai

antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut dan

uretra.
Krim Permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman

karena sangat mematikan untuk parasit Sarcoptes scabiei dan

memiliki toksisitas rendah pada manusia.

Seluruh anggota keluarga dan pasangan seksual harus diobati,

termasuk pasien dengan hiposensitisasi.

2.6.2. Non-Medikamentosa

Menjemur kasur dan bantal di panas matahari langsung.

Mencuci semua pakaian, seprei dan handung dengan sabun

kemudian menjemurnya di panas matahari langsung.

Menjaga kebersihan diri dengan mandi 2-3 kali sehari dan

menggunakan.

2.7. PENCEGAHAN

Pencegahan dan penanggulangan penyakit skabies dapat dilakukan dengan

cara perbaikan sanitasi, menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk

mencegah infestasi parasit sebaiknya mandi 2 kali sehari, menghindari kontak

langsung dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit

biasa, tidak membahayakan jiwa namun sangat mengganggu kehidupan

sehari-hari. Semua penderita dalam keluarga/pondok/asrama harus di obati.

[Referat Skabies]
Penyakit skabies adalah penyakit yang menular melalui kontak perorangan,

apabila ada salah satu anggota keluarga/pondokan yang menderita skabies

harus segera diobati agar tidak menular kepada anggota yang lain/warga

sekitar.

2.8. PROGNOSIS

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, syarat

pengobatan, dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat

diberantas dan memberi prognosis yang baik.

[Referat Skabies]
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

3.1.1. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi

terhadap sarcoptes scabiei var hominis dan produknya.

3.1.2. Penyebab skabies adalah sarcoptes scabiei var hominis

3.1.3. Terdapat 4 tanda kardinal pada skabies yaitu pruritus nocturna,

umumnya menyerang sekelompok orang, adanya kunikulus atau

terowongan di bawah kulit, ditemukannya tungau.

3.1.4. Penatalaksanaan pasien skabies terdiri atas Belerang endap (sulfur

presipatum) 4-20% dalam bentuk salap atau krim, Emulsi benzil-

benzoat 20-25%, Gama benzene heksa klorida (gameksan) 1% dalam

bentuk krim atau losio, Krotamin 10% dalam krim atau losio, Krim

Permetrin 5%.

3.1.5. Pencegahan dan penanggulangan penyakit skabies adalah dengan cara

perbaikan sanitasi, menjaga kebersihan tubuh, menghindari kontak

langsung dengan penderita, semua penderita dalam

keluarga/pondok/asram harus di obati.

3.1.6. Prognosis penyakit skabies pada umumnya baik.

[Referat Skabies]

Anda mungkin juga menyukai