Kelompok 5
Kelompok 5
Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. (QS. Al Hijr: 88)
Bahwasannya Allah telah mewahyukan kamu agar kamu bertawadlu (rendah hati)
hingga tak seorang pun yang bersombong diri terhadap lainnya, dan tidak ada seorang pun
yang menganiaya yang lainnya. (HR Muslim).
Bukan dari umatku orang yang tidak belas kasihan kepada yang lebih kecil dan tidak
menghargai kehormatan yang lebih tua. (HR Abu Daud dan Tirmidzi).
Siapa yang berkata kepada anak kecil: mari kemari, ini untukmu, kemudian tidak
memberi apa-apa kepadanya, maka hal itu berlaku bohong. (HR Ahmad).
PENDAPAT
Dalam pergaulan, tidak hanya orang yang lebih tua dan orang yang menjadi perhatian
kita untuk selalu kita hormati, tapi juga orang-orang yang lebih muda. Islam menganjurkan
kita agar bersikap merendah dan santun sesama mukmin, termasuk orang yang lebih muda
dari kita. Walau kita banyak kelebihan dibanding mereka, kita tak boleh sombong, dan
congkak pada mereka justru kita harus membantunya dengan penuh kasih sayang dan segala
kecintaan.
Pergaulan dengan orang lebih muda termasuk juga terhadap orang yang keadaan
perekonomiannya rendah, pengetahuan dan pengalamannya lebih lemah dari kita, juga anak
yatim dan fakir miskin. Terhadap mereka kita wajib menyantuni dan bersikap penuh kasih
sayang, tidak berbuat dan berkata kasar, tidak menghina keadaan dan derajat mereka. Jika
kita tidak hormat dan tidak sopan terhadap mereka yang lebih muda dari kita, maka niscaya
mereka pun tidak akan menghormati kita.
ETIKA BERGAUL
[d]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberikan Penghargaan Dan Penghormatan
Kepada Orang Lain.
Nabi mengatakan, bahwa orang yang lebih muda harus menghormati orang yang lebih
tua, dan yang lebih tua harus menyayangi yang lebih muda. Permasalahan ini kelihatannya
sepele. Ketika kita shalat di masjidnamun menjadikan seseorang tersinggung karena
dibelakangi. Hal ini kadang tidak sengaja kita lakukan. Oleh karena itu, dari pengalaman kita
dan orang lain, kita harus belajar dan mengambil faidah. Sehingga bisa memperbaiki diri
dalam hal menghormati orang lain. Hal-hal yang membuat diri kita tersinggung, jangan kita
lakukan kepada orang lain. Bentuk-bentuk sikap tidak hormat dan pelecehan, harus kita
kenali dan hindarkan.
Misalnya, ketika berjabat tangan tanpa melihat wajah yang diajaknya. Hal seperti itu
jarang kita lakukan kepada orang lain. Apabila kita diperlakukan kurang hormat, maka kita
sebisa mungkin memakluminya. Karena-mungkin-orang lain belum mengerti atau tidak
menyadarinya. Ketika kita memberi salam kepada orang lain, namun orang tersebut tidak
menjawab, maka kita jangan langsung menuduh orang itu menganggap kita ahli bidah atau
kafir. Bisa jadi, ketika itu dia sedang menghadapi banyak persoalan sehingga tidak sadar ada
yang memberi salam kepadanya, dan ada kemungkinan-kemungkinan lainnya. Kalau perlu
didatangi dengan baik dan ditanyakan,agar persoalannya jelas. Dalam hal ini kita dianjurkan
untuk banyak memaafkan orang lain.
Allah berfirman.
"Artinya: Terimalah apa yang mudah dari akhlaq mereka dan perintahkanlah orang lain
mengerjakan yang maruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. [Al-Araaf : 199]
[e]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberi Kesempatan Kepada Orang Lain Untuk
Maju.
Sebagai seorang muslim, seharusnya senang jika saudara kita maju, berhasil atau
mendapatkan kenikmatan, walaupun secara naluri manusia itu tidak suka, jika ada orang lain
yang melebihi dirinya. Naluri seperti ini harus kita kekang dan dikikis sedikit demi sedikit.
Misalnya, bagi mahasiswa. Jika di kampus ada teman muslim yang lebih pandai daripada
kita. Maka kita harus senang. Jika kita ingin seperti dia, maka harus berikhtiar dengan rajin
belajar dan tidak bermalas-malasan. Berbeda dengan orang yang dengki, tidak suka jika
temannya lebih pandai dari dirinya. Malahan karena dengkinya itu dia bisa-bisa memboikot
temannya dengan mencuri catatan pelajarannya dan sebagainya.
[f]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Tahu Berterima Kasih Atau Suka Membalas
Kebaikan.
Hal ini bukan berarti dibolehkan mengharapkan ucapan terima kasih atau balasan dari
manusia jika kita berbuat kebaikan terhadap mereka. Akan tetapi hendaklah tidak segan-
segan untuk mengucapkan terima kasih dan membalas kebaikan yang diberikan orang lain
kepada kita.
[g]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memperbaiki Kesalahan Orang Lain Tanpa Melukai
Perasaannya.
Kita perlu melatih diri untuk menyampaikan ungkapan kata-kata yamg tidak
menyakiti perasaan orang lain dan tetapSampai kepada tujuan yang diinginkan. Dalam
sebuah buku diceritakan, ada seorang suami yang memberikan ceramah dalam suatu majelis
dengan bahasa yang cukup tinggi, sehingga tidak bisa dipahami oleh yang mengikuti majelis
tersebut. Ketika pulang, dia menanyakan pendapat istrinya tentang ceramahnya. Istrinya
menjawab dengan mengatakan, bahwa jika ceramah tersebut disampaikan di hadapan para
dosen, maka tentunya akan tepat sekali.
Ucapan itu merupakan sindiran halus, bahwa ceramah itu tidak tepat disampaikan di
hadapan hadirin saat itu, dengan tanpa mengucapkan perkataan demikian. Hal ini bukan
berarti kita harus banyak berbasa-basi atau bahkan membohongi orang lain. Namun hal ini
agar tidak melukai perasaan orang, tanpa kehilangan maksud untuk memperbaikinya.
Kata nasehat itu sendiri berasal dari kata nashala, yang memiliki arti khalasa, yaitu
murni. Maksudnya, hendaklah jika ingin memberikan nasehat itu memurnikan niatnya semata
mata karena Allah. Selain itu, kata nasehat juga bermakna khaththa, yang artinya menjahit.
Maksudnya, ingin memperbaiki kekurangan orang lain. maka secara istilah, nasehat itu
artinya keinginan seseorang yang memberi nasehat agar orang yang diberi nasehat itu
menjadi baik.
Kedua.
Manusia Tidak Suka Diberi Nasehat Secara Langsung.
Hal ini dijelaskan Al Imam Ibn Hazm dalam kitab Al Akhlaq Was Siyar Fi Mudawatin
Nufus, hendaklah nasehat yang kita berikan itu disampaikan secara tidak langsung. Tetapi,
jika orang yang diberi nasehat itu tidak mengerti juga, maka dapatlah diberikan secara
langsung.
Ada suatu metoda dalam pendidikan, yang dinamakan metoda bimbingan secara tidak
langsung. Misalnya sebuah buku yang ditulis oleh Syaikh Shalih bin Humaid, imam masjidil
Haram, berjudul At Taujihu Ghairul Mubasyir (bimbingan secara tidak langsung).
Metoda ini perlu dipraktekkan, walaupun tidak mutlak. Misalnya, ketika melihat
banyak kebidahan yang dilakukan oleh seorang ustadz di suatu pengajian, maka kita
tanyakan pendapatnya dengan menyodorkan buku yang menerangkan kebidahan-kebidahan
yang dilakukannya.
Ketiga.
Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Selalu Memojokkannya Dengan Kesalahan
Kesalahannya.
Yang dimaksud dengan kesalahan-kesalahan disini, yaitu kesalahan yang tidak fatal;
bukan kesalahan yang besar semisal penyimpangan dalam aqidah. Karena manusia adalah
makhluk yang banyak memiliki kekurangan-kekurangan pada dirinya.
Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alus Syaikh menjelaskan dalam ceramahnya, bahwa
ada empat fenomena yang mengotori dakwah Ahlu Sunnah Wal Jamaah.
[1]. Memandang sesuatu hanya dari satu sisi, yaitu hanya dalam masalah-masalah
ijtihadiyah.
[2]. Istijal atau terburu-buru.
[3]. Taashub atau fanatik.
[4]. Thalabul kamal atau menuntut kesempurnaan.
Syaikh Shalih menjelaskan, selama seseorang berada di atas aqidah yang benar, maka
kita seharusnya saling nasehat-menasehati, saling mengingati antara satu dengan yang lain.
bukan saling memusuhi. Rasulullah bersabda yang artinya, janganlah seorang mukmin
membenci istrinya, karena jika dia tidak suka dengan satu akhlaknya yang buruk, dia akan
suka dengan akhlaqnya yang baik.
Imam Ibn Qudamah menjelaskan dalam kitabMukhtasar Minhajul Qashidin, bahwa
ada empat kriteria yang patut menjadi pedoman dalam memilih teman.
[1]. Aqidahnya benar.
[2]. Akhlaqnya baik.
[3]. Bukan dengan orang yang tolol atau bodoh dalam hal berprilaku. Karena dapat
menimbulkan mudharat.
[4]. Bukan dengan orang yang ambisius terhadap dunia atau bukan orang yang materialistis.
Keempat.
Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Tidak Pernah Melupakan Kesalahan Orang Lain.
Sebagai seorang muslim, kita harus bisa memafkan dan melupakan kesalahan orang
lain atas diri kita. tidak secara terus-menerus mengungkit-ungkit, apalagi menyebut-
nyebutnya di depan orang lain. terkadang pada kondisi tertentu, membalas kejahatan itu bisa
menjadi suatu keharusan atau lebih utama. Syaikh Utsaimin dalam kitab Syarh Riyadush
Shalihin menjelaskan, bahwa memaafkan dilakukan bila terjadi perbaikan atau ishlah dengan
pemberian maaf itu. Jika tidak demikian, maka tidak memberi maaf lalu membalas
kejahatannya.
Kelima.
Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Sombong.
Nabi Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidak akan masuk surga, barang siapa
yang di dalam hatinya ada sifat sombong, walau sedikit saja.. " sombong itu adalah
menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. ada beberapa faktor yang bisa
menyebabkan manusia menjadi sombong.
[1]. Harta atau uang .
[2]. Ilmu.
[3]. Nasab atau keturunan.
Keenam
Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Terburu-Buru Memvonis Orang Lain.
Dr. Abdullah Al Khatir rahimahullah menjelaskan, bahwa di masyarakat ada
fenomena yang tidak baik. Yaitu sebagian manusia menyangka, jika menemukan orang yang
melakukan kesalahan, mereka menganggap, bahwa cara yang benar untuk memperbaikinya,
ialah dengan mencela atau menegur dengan keras. Padahal para ulama memilik kaedah,
bahwa hukum seseorang atas sesuatu, merupakan cabang persepsinya atas sesuatu tersebut.
Ketujuh.
Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Mempertahankan Kesalahannya, Atau
Orang Yang Berat Untuk Rujuk Kepada Kebenaran Setelah Dia Meyakini Kebenaran
Tersebut.
Syaikh Abdurrahman bin Yahya Al Muallimi rahimahullah berkata, pintu hawa
nafsu itu tidak terhitung banyaknya. oleh karena itu, kita harus berusaha menahan hawa
nafsu dan menundukkannya kepada kebenaran. Sehingga lebih mencintai kebenaran daripada
hawa nafsu kita sendiri.
Kedelapan.
Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Menisbatkan Kebaikan Kepada Dirinya Dan
Menisbatkan Kejelekan Kepada Orang Lain.
Syaikh Utsaimin rahimahullah dalam kasetnya yang menjelaskan syarh Hilyatul ilm,
tentang adab ilmu. Beliau menjelaskan, bahwa jika kita mendapati atsar dari salaf yang
menisbatkan kebaikan kepada dirinya, maka kita harus husnudzan. Bahwa hal itu
diungkapkan bukan karena kesombongan, tetapi untuk memberikan nasehat kepada kita.
Dalam kitab Ighasatul Lahfan, Al Imam Ibn Qayyim menjelaskan, bahwa manusia
diberi naluri untuk mencintai dirinya sendiri. Sehingga apabila terjadi perselisihan dengan
orang lain, maka akan menganggap dirinya yang berada di pihak yang benar, tidak punya
kesalahan sama sekali. sedangkan lawannya, berada di pihak yang salah. Dia merasa dirinya
yang didhalimi dan lawannyalah yang berbuat dhalim kepadanya. Tetapi, jika dia
memperhatikan secara mendalam, kenyataannya tidaklah demikian.
Oleh karena itu, kita harus terus introspeksi diri dan hati-hati dalam berbuat. Agar bisa
menilai apakah langkah kita sudah benar. Wallahu alam.
Seorang sahabat adalah manusia, dia itu dirimu, hanya saja ia adalah orang lain
sekilas lalu,virus-virus ukhuwah ini adalah seperti berikut:
1) tamak akan kenikmatan dunia (20:131)
seseorang di antara kamu tidak beriman dengan sempurna kecuali setelah mencintai
saudaranya seperti mencintai dirinya. (hadis Nabi)
4) sikap acuh(59:9)
rindu, kedekatan, dan kehangatan perasaan adalah ibarat bahan bakar yang
menyalakan ukhuwah abadi, menambah gelora semangat, dan meringankan segala beban
yang ditanggung.aku hairan, mengapa selalu merindukan mereka
menanyakan keadaannya kepada setiap orang yang ku temui
padahal mereka di sini bersamaku
mataku mencari mereka ke sana kemari
padahal mereka ada di dekat pelupuknya
hatiku bergejolak merindukan mereka
padahal mereka ada di antara tulang rusukku
7) sering membantah, berbeza sikap dan hobi, bersikap sombong dan kasar
ruh ruh itu bagaikan bala tentera, jika mereka saling kenal, maka akan bersatu.
Namun jika tidak saling kenal, maka akan berselisih. (hadis Nabi)
10) mudah percaya terhadap orang yang-orang yang mengadu domba dan memendam dengki
orang2 yang dipertemukan oleh Allah dalam sebuah jalinan ukhuwah harus yakin bahawa
satu sama lainnya saling mencintai dengan penuh ketulusan yang muncul dari nurani yang
paling dalam. Hubungan yang telus seperti itu tidak mungkin dapat tersentuh oleh tangan
tangan dengki, apalagi sampai dapat dihancurkan(8:63)
11) membuka rahsia
jadikanlah semua yang anda ketahui tentang dirinya sebagai amanat yang tidak boleh
dibuka kecuali jika ia mengizinkan
15) menutup diri, berlebihan, membebani, dan menghitung hitung kebaikannya kepadamu
carilah sahabat yang akan kau beri ketulusan dan hak hak ukhuwah, bukannya yang kau
harapkan menerima sesuatu darinya
17) melupakannya kerana sibuk mengurusi orang lain dan kurang setia
orang yang tidak boleh membuktikan cintanya kepada sahabat lama tidak akan mampu
membangun cinta dengan sahabat baru
18) suka menonjolkan kelebihan peribadi,
jika seorang daie mendermakan dakwahnya hanya untuk Allah semata, bukan untuk
kepentingan peribadi, masalah2 biasa tidak akan berubah menjadi problema besar atau
malapetaka
20) selalu menceritakan perkara yang membangkitkan kesedihannya dan suka menyampaikan
berita yang membuatnya resah.
Berikut adalah 5 tips bagaimana berurusan dengan nabi. Tips-tips ini telah dikongsi
oleh seorang sahabat yang amat disenangi oleh kaum wanita dan disegani oleh kaum lelaki.
Semoga dengan mengamalkan perbatasan perhubungan ini, akan lebih suci bagi hati kita dan
bagi hati mereka. Sama-samalah kita menjaga hati.
1. Elakkan berurusan dengan sahabat yang berlainan sejantina. Kalau ada peluang untuk
minta tolong dengan sahabat sejantina, mintalah tolong dari mereka. Disebabkan limitation
kemampuan perempuan seperti repair kereta, repair laptop dan lain-lain, maka terpaksalah
minta tolong dari orang lelaki.
2. Kalau terpaksa contact sahabat yang berlainan jantina, gunakanlah medium perantaraan
dalam bentuk tulisan, seperti SMS, email, atau nota kecil. Gunakan perkataan-perkataan
formal, bukan bahasa pasar. Contoh: Maaf, (bukan sorrie..), Terima kasih (bukan time kaceh).
Lagi satu takyah la buat smiley face ke (^_^), gelak2 ke (hihihih), dan lain2 yg kurang
berfaedah. Elakkan bercakap melalui telefon kalau belum desperate. Ini kerana suara wanita
amat lunak dan boleh menggetarkan jiwa lelaki. Sampai Allah pun kena sound kat org
pempuan supaya keraskan suara. Rujuk qur'an surah Al-Ahzab ayat 32:
"Wahai isteri-isteri nabi, kamu bukanlah seperti perempuan-perempuan lain jika kamu
bertaqwa. Maka jangan lah lemah lembutkan suara dlm berbicara, sehingga bangkit nafsu
orang yang ada penyakit dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan yang baik"
Kalau rasa ayat ini ditujukan kepada isteri-isteri nabi , lembut-lembutkanlah suaramu dan
lihatlah kesannya. Apabila arahan ni diberi kepada isteri-isteri nabi, sepatutnya wanita juga
patut menyahut seruan tu utk mencapai derajat yang sama seperti mereka, derajat wanita-
wanita yang bertaqwa, dan derajat wanita-wanita yang terpilih.
3. Tundukkan hati : Apabila wanita terpaksa berurusan dgn lelaki,mereka sepatutnya merasa
bulu roma mereka meremang, kerana takut pada Allah. Wanita perlu takut sekiranya
disebabkan mereka, lelaki ini tertarik kepada mereka. Waktu berdepan dengan lelaki-lelaki
itu, wanita perlu banyak-banyak lah berdoa, "Ya Allah, jgnlah Kau buatkan lelaki ini tertarik
kepadaku. Jauhkan pandangannya dari panahan syaitan."
4. Tundukkan pandangan. Jangan tertipu dengan mata pelajaran communication skills yang
kita belajar kat uni dulu; "make eye contact with the person you're talking to". bende tu
applicable kalau kita berbicara dengan orang yang sama jantina sahaja. Kalau ada eye contact
dengan orang yang berlainan jantina, kita akan mendapati theory "dari mata turun ke hati" itu
betul. so, be careful dengan pandangan mata.
Para sahabat dulu pun, Allah perintahkan supaya tahan pandangan apabila mereka
berurusan dengan isteri-isteri nabi. Coba rujuk surah al-ahzab ayat 53; "....Apabila kamu
meminta sesuatu dari isteri-isteri nabi, mintalah dari belakang tabir. Itu lebih suci bagi hatimu
dan hati mereka.." Kita bukan disuruh membawa tabir ke mana-mana kita pergi. kalau susah
banget jaga mata, tutuplah pandangan dengan buku. Kita lihat betapa Allah sangat ambil
berat masalah hati para sahabat dan isteri-isteri nabi supaya mereka tak tewas ke dalam
kemungkaran. Kalau kita pun nk jadi sehebat diorang, kenalah buat apa yg diorang buat.
Takkan nk tunggu Allah sebut nama kita dlm Qur'an baru nk buat kot. Cth: "Wahai Cik Ain..
taatilah suamimu..." Isk2. tak layak nye..
5. Cepatkan urusan. Ni mungkin applicable kepada students/ org yg dah kerja yg terpaksa
berurusan dgn team mate yg berlainan jantina. Dah tak boleh elak, dia je team mate kita. So,
apa2 kerja yg nk dibuat bersama, buat je la keje tu. takyah nak borak2, tanya hal peribadilah,
gelak2 lah, buat lawaklah.. tak perlu tak perlu. Siapkan keje cepat2, then pergi. Perbincangan
buatlah di tempat yg proper dan berurusanlah secara professional.
Semoga bermanfaat dan semoga kita dikenali sebagai lelaki soleh dan wanita solehah
yg ada identity, yg taat pada perintah Allah dan takutkan hari pembalasan.Semoga tidak
melalaikan diri kita dan org yg menerimanya. Jaga diri, hiasi peribadi. (",)
wassalam...
Adab bergaul dengan manusia merupakan bagian dari akhlakul karimah (akhlak yang
mulia). akhlak yang mulia itu sendiri merupakan bagian dari dienul Islam. Walaupun prioritas
pertama yang diajarkan olah para Nabi adalah tauhid, namun bersamaan dengan itu, mereka
juga mengajarkan akhlak yang baik. Bahkan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam
diutus untuk menyempurnakan akhlak. beliau Shalallahu alaihi wassalam adalah seorang
manusia yang berakhlak mulia. Allah berfirman.
Artinya : Dan sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung. [Al-Qalam 4]
Dan kita diperintahkan untuk mengikuti beliau, taat kepadanya dan menjadikannya sebagai
teladan dalam hidup. Allah telah menyatakan dalam firman-Nya :
Artinya : Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu contoh teladan yang baik [Al-Ahzab
21]
Artinya : Dan berpegang teguhlah kalian denga tali (agama ) Allah bersama-sama ,
dan janganlah kalian bercerai-berai, Dan ingatlah nikmat Allah yang telah Allah berikan
kepada kalian, ketika kalian dahulu bermusuh-musuhan, lalu Allah lunakkan hati-hati kalian
sehingga dengan nikmat-Nya, kalian menjadi bersaudara, padahal tadinya kalian berada di
tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Allah
menjelaskan kepada kalian ayat-ayatnya, agar kalian mendapat petunjuk [Al-Imran : 103].
Oleh karena itu, adab-adab bergaul ini sangat perlu dipelajari untuk kita amalkan. kita
harus mengetahui, bagaimana adab terhadap orang tua, adab terhadap saudara kita, adab
terhadap istri kita, adab seorang istri terhadap suaminya, adab terhadap teman sekerja atau
terhadap atasan dan bawahan. Jika kita seorang dai atau guru, maka harus mengetahui
bagaimana adab bermuamalah dengan dai atau lainnya dan dengan madu (yang didakwahi)
atau terhadap muridnya. Demikian juga apabila seorang guru, atau seorang murid atau
apapun jabatan dan kedudukannya, maka kita perlu untuk mengetahui etika atau adab-adab
dalam bergaul.
Kurang mempraktekkan etika bergaul, menyebabkan dakwah yang haq dijauhi oleh
manusia. Manusia menjadi lari dari kebenaran disebabkan ahli haq atau pendukung
kebenaran itu sendiri melakukan praktek yang salah dalam bergaul dengan orang lain.
Sebenarnya memang tidaklah dibenarkan seseorang lari dari kebenaran, disebabkan
kesalahan yang dilakukan oleh orang lain.
Jika inti ajaran yang dibawa oleh seseorang itu benar, maka kita harus menerimanya,
dengan tidak memperdulikan cara penyampaiannya yang benar atau salah, etikanya baik atau
buruk, akan tetapi pada kenyataannya, kebanyakan orang melihat dulu kepada etika orang itu.
Oleh karena itu, mengetahui etika ini penting bagi kita, sebagai muslim yang punya
kewajiban saling menasehati sesama manusia, agar bisa mempraktekkan cara bergaul yang
benar.
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat [49] : 13).
Tidak ada makhluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah
berbeda-beda. Meski, ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu pula halnya
dengan manusia. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan
bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul
sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah laku. Allah
menciptakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud keagungan dan kekuasaanNya.
Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar,
sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil. Karena
bisa jadi, sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan menjadi hal yang
besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita dengan orang lain, kecuali
karena ketakwaannya kepada Allah SWT (QS. Al-Hujurat [49] : 13).
Perbedaan bangsa, suku, bahasa, adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika Allah
menciptakan manusia, sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama lainnya. Sekali
lagi, tak ada yang dapat membedakan kecuali ketakwaannya.
Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu kita tumbuhkembangkan agar pergaulan kita
dengan sesama muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah
Islamiyah. Tiga kunci untuk mewujudkannya yaitu ta'aruf, tafahum, dan ta'awun. Inilah tiga
kunci utama yang harus kita lakukan dalam pergaulan.
Ta'aruf
Apa jadinya ketika seseorang tidak mengenal orang lain? Mungkinkah mereka akan
saling menyapa? Mungkinkah mereka akan saling menolong, membantu, atau
memperhatikan? Atau, mungkinkah ukhuwah Islamiyah akan dapat terwujud?
Begitulah, ternyata ta'aruf atau saling mengenal menjadi sesuatu yang wajib ketika
kita akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Denga ta'aruf, kita dapat
membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri
seseorang.
Tak berlebihan, jika kemudian ada yang mengatakan, "Tak kenal maka tak sayang."
Bagaimana kita akan menyayangi orang lain, jika kita tidak mengetahui orang itu. Oleh
Karena itu, jika tak kenal maka ta'aruf. Jika kita belum mengenal, maka berkenalanlah.
Tafahum
Memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul
dengan orang lingkungan. Setelah kita mengenal seseorang, pastikan kita tahu juga semua
yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan. Dengan
memahami, kita dapat memilah dan memilih siapa yang yang harus menjadi teman bergaul
kita dan siapa yang harus kita jauhi, karena mungkin sifatnya yang jahat. Sebab, agama kita
akan sangat ditentukan oleh agama teman dekat kita. Masih ingat, "Bergaul dengan orang
shalih itu ibarat bergaul dengan penjual minyak wangi, yang selalu memberi aroma yang
harum setiap kita bersama dengannya. Sedangkan bergaul dengan yang jahat ibarat bergaul
dengan tukang pandai besi yang akan memberikan bau asap besi ketika kita bersamanya."
Tak dapat dipungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang shalih, akan
banyak sedikit membawa kita menuju kepada keshalihan. Dan begitu juga sebaliknya, ketika
kita bergaul dengan orang yang akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada keburukan
perilaku (akhlakul majmumah).
Ta'awun
Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap
ta'awun (saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa cinta
pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk
saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasulullah SAW telah mengatakan bahwa bukan
termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain.
Ta'aruf, tafahum, dan ta'awun telah menjadi bagian penting yang harus kita lakukan.
Tapi, semua itu tidak akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena Allah. Ikhlas harus
menjadi sesuatu yang utama, termasuk ketika kita mengenal, memahami, dan saling
menolong. Selain itu, tumbuhkan rasa cinta dan benci karena Allah. Karena cinta dan benci
karena Allah akan mendatangkan keridhaan Allah dan seluruh makhlukNya. Wallahu a'lam
bishshawab.
Adab - Adab Pergaulan.
Jangan gemar melihat di kedua sampingmu, kanan atau kiri. Jangan pula banyak
menoleh ke mana-mana. Jangan pula terlampau tajam memandang orang lain. Jikalau engkau
duduk, maka janganlah seolah-olah sebagaimana orang yang tidak tenang duduknya dan
seperti orang yang hendak melompat-lompat sahaja.
Usahakanlah supaya dudukmu itu sentiasa tampak tenang, kata-katamu selalu teratur
dan tertib. Dengarlah hati-hati percakapan orang yang ada di mukamu, tanpa menunjukkan
kehairanan yang amat sangat. Jangan pula engkau biasa meminta orang lain mengulangi
perbicaraannya. Jikalau ada hal-hal yang mentertawakan, maka diamlah secepat mungkin.
Jika kamu ingin berbual secara baik dan sopan, maka ikutilah petunjuk-petunjuk ini :
Hadapilah kawanmu atau musuhmu itu dengan wajah yang menunjukkan kegembiraan
dan kerelaan serta penuh kesopanan dan ketenangan. Jangan sekali-kali kamu menampakkan
sikap angkuh, sombong dan berasa tinggi diri. Rendahkanlah dirimu tapi bukan kerana
perasaan kurang harga diri. Dalam segala hal, letakkan menurut ukuran yang pertengahan,
sebab sesuatu yang berlebihan dari segala macam perkara itu pasti tidak baik dan tercela.
Jangan gemar melihat di kedua sampingmu, kanan atau kiri. Jangan pula banyak
menoleh ke mana-mana. Jangan pula terlampau tajam memandang orang lain. Jikalau engkau
duduk, maka janganlah seolah-olah sebagaimana orang yang tidak tenang duduknya dan
seperti orang yang hendak melompat-lompat sahaja.
Usahakanlah supaya dudukmu itu sentiasa tampak tenang, kata-katamu selalu teratur
dan tertib. Dengarlah hati-hati percakapan orang yang ada di mukamu, tanpa menunjukkan
kehairanan yang amat sangat. Jangan pula engkau biasa meminta orang lain mengulangi
perbicaraannya. Jikalau ada hal-hal yang mentertawakan, maka diamlah secepat mungkin.
2.Duduk berdua di taman-taman, kedai-kedai makan, berjaan berdua malah ada yang lebih
licik dengan menggunakan platform rasmi yang bernama meeting di tempat-tempat yang
mencurigakan bagi yang terlibat dengan persatuan mahasiswa. Walaupun kebanyakan
masyarakat sekitar tidak mempedulikan tindakan sebegini kerana menganggap mahasiswa/i
berpendidikan yang berdua-duaan ini sedang berdiskusi tentang pelajaran atau tugas, namun
apapun alasannya, maka menutup pintu fitnah ini adalah langkah terbaik dan wajib bagi kita.
Sememangnya masyarakat kian dirosakkan dengan istilah 'jangan jaga tepi kain
orang'. Inilah suatu racun yang sedang merosak dan enghancurkan fikrah ummah. Sudah tida
lagi ungkapan amar makruf nahi mungkar dikalnagn masyarakat hingga menyebabkan anak-
anak muda denang sewenangnya berdua-duaan.
Pergaulan memerlukan penelitian dan penjagaan adab yang sewajarnya antara lelaki dan
wanita yang bukan menjadi mahramnya...
Sebagaimana yang dianjurkan Islam supaya lelaki dan wanita menundukkan pandangan
mereka daripada apa yang diharamkan mereka untuk melihatnya. Wanita dan lelaki yang baik
akan sentiasa menjaga pandangan mereka...inikan dalam batas pergaulan- memandang benda
bukan ajnabi sudah haram bagaimana pula dalam bersentuhan atau percakapan...
wallahu a'lam...
:: Apa yg penting kita kena jaga IKHTILAD ketika pergaulan..
:: Ikhtilad adalah amat penting dalam apa jua aspek kita lakuan ketika berurusan dgn kaum
adam..
Realiti hari ini menyaksikan manusia lelaki dan wanita telah bolos daripada pegangan
agamanya sebagaimana bolosnya anak panah dari busarnya. Sifat, sikap, adab dan disiplin
pergaulan jauh sekali daripada ajaran Islam. Dalam fenomena seperti ini perkataan ikhtilat
(pergaulan antara lelaki dan wanita ajnabi) tentu sekali menjadi persoalan yang mengancam
kesejahteraan masyarakat dan keutuhan agama.
Oleh kerana itu ulama-ulama Islam satu masa dahulu secara tegas menghukumkan
masalah ikhtilat di sekolah, di pasar dan di mana-mana tempat adalah haram. Wanita Islam
pula dididik agar mengutamakan rumah daripada pekerjaan. Oleh kerana itu isu wanita
bekerja dan apatah lagi berpolitik adalah satu isu yang ditegah pada satu masa dahulu.
Fiqh semasa pada kali ini akan menghuraikan hukum pergaulan antara lelaki dan
perempuan dalam berbagai sempena dari segi dalil, skop perbincangan dan batas-batas
pergaulan. Contohnya wanita di tempat kerja, di pasar, di pentas dan bergelut di bidang
politik. Adakah ia harus melakukan kerja-kerja yang seperti itu padahal dia terpaksa bergaul,
bercakap dan bersemuka dengan bukan muhram dan bukan kaum sejenis mereka.
Adakah wanita sepenuhnya seperti lelaki dalam bercampur dengan lelaki ajnabi?
Yakni adakah percampuran mereka dengan lelaki sama dengan percampuran lelaki dengan
lelaki, tanpa ada perbezaan?
Jawapannya ialah:
Tidak, secara pastinya tidak. Tidak ada seorang pun yang mengatakan bahawa
pergaulan wanita dengan lelaki sama dengan pergaulan lelaki dengan lelaki. Kerana asasnya
pergaulan lelaki sesama lelaki adalah harus, tetapi pergaulan lelaki dengan wanita tidak
begitu. Maka kalau itu asasnya, pergaulan lelaki dan wanita adalah haram, bukan harus.
Setelah kita mengetahui asal hukum pergaulan antara lelaki dan perempuan adalah
haram, maka ia adalah suatu perkara yang wajib dihindarkan kecuali dalam keadaan terpaksa
atau keperluan yang mendesak. Sheikh Abd. Karim Zaidan dalam kitabnya al-Mufassal Fi al-
Ahkam al-Mar'ah yang masyhur menyebutkan contoh-contoh keadaan tersebut seperti di
bawah.