Anda di halaman 1dari 192

KURIKULUM DAN

:-
'-..
.

MODUL PELATIHAN
.

PRA PURNABAKTI
YANG SEHAT,
MANDIRI DAN
PRODUKTIF

1
Pusat Inteligensia Kesehatan
m:-sMx Wi
, : '. ' ' .- ': '. ; , , : ."''"
Kementerian Kesehatan Rl
KURIKULUM DAN
MODUL PELATIHAN
PRA PURNABAKTI
YANG SEHAT, MANDIRI
DAN PRODUKTIF

SEKRETARIAT JENDERAL

KEMENTERIAN KESEHATAN Rl

JL. HR RASUNA SAID BLOK X5 KAVLING 4-9 KUNINGAN


JAKARTA SELATAN 12950
KATA PENGANTAR

Sungguh sangat disyukuri, berkat rahmat Allah SWT, Modul Pelatihan Persiapan
Pra Pumabakti yang Sehat, Mandiri Dan Produktif dapat diselesaikan sesuai harapan.
Dilatarbelakangi tujuan mempersiapkan Pra Pumabakti yang optimal bagi para pegawai
negeri sipil, Kementerian Kesehatan melalui Pusat Inteligensia Kesehatan bersama lintas
program, para ahli, dan pemerhati bidang kualitas hidup berupaya menyusun kurikulum
untuk panduan penyelenggaraan pelatihan pada para pegawai yang akan memasuki
pumabakti
Disusunnya modul ini tentu tak lepas dari tujuan Pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Salah satu indikator keberhasilannya
diukur dengan meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH). Hal ini mendorong
pemerintah untuk menyusun sebuah kebijakan dalam menyiapkan skema untuk
memastikan di masa pumabakti nanti pegawai memiliki independensi ekonomi,
kesehatan fisik, mental dan spiritual.
Masa Pumabakti biasanya menyebabkan orang menjadi 'kehilangan' pekerjaan,
penghasilan, status, dan wibawa. Hal ini kerap menimbulkan stres dan mengganggu
kesehatan yang sering dikenal sebagai "post power syndrome". Pelatihan Pra Pumabakti
ada ah upaya meningkatkan kesadaran, pemahaman dan pengetahuan pegawai yang akan
memasuki masa pumabakti untuk mengantisipasi kekhawatiran perubahan kondisi
finansial dan mengantisipasi perubahan kebiasaan, emosi yang tidak terkontrol. Dengan
demikian mempersiapkan pra pumabakti adalah satu hal yang penting.
Melalui pelatihan Pra Pumabakti diharapkan para Pumabakti siap dengan
perubahan yang terjadi, sehingga mampu menciptakan kebahagiaan, kesejahteraan,
kesehatan, dan kedamaian di sepanjang kehidupan barunya yang lebih baik dan siap
menghadapi apa pun dengan kualitas fisik, emosianal, dan tentu saja finansial yang baik.
Pembekalan pengetaliuan, wawasan, tips menghadapi pumabakti akan sangat membantu
dalam menjalani masa pumabakti. Dengan demikian, pegawai tersebut akan lebih tenang
dalam menyelesaikan masa bekerjanya dan dapat memberikan tongkat estafet dengan
baik kepada penerusnya
Akhir kata, kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu baik
secara moril maupun materiil dalam kegiatan ini, kami sampaikan terimakasih, semoga
apa yang telah kita usahakan dapat berguna-untuk kita semua. Harapan saya yang utama
adalah Pelatihan Persiapan Pra Pumabakti Yang Sehat, Mandiri Dan Produktif ini dapat
menjadi menu pelatihan kedinasan yang wajib diikuti oleh seluruh pegawai.

Terima Kasih

Jakarta, Desember2013
Sekretaris Jenderal

rSupriyantoro, Sp P, MARS
Ill

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTARISI iii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTARTABEL jx

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Filosofi Pelatihan 3

BAB II PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI 6


A. Peran Peserta 6
B. Fungsi Peserta 6
C. Kompetensi 6

BAB III TUJUAN PELATIHAN 7


A. Tuju an Umum 7
B. Tuju an Khusus 7

BAB IV STRUKTUR PROGRAM 8

BAB V GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN 9

BAB VI PESERTA DAN PELATIH 24


A. Peserta 24
B. Pelatih/F asilitator 24

BAB VII PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN 25


A. Penyelenggara 25
B. Te mpat Penyelenggaraan 25

BAB VIII EVALUASI 26


A. Evaluasi Peserta 26
B. Evaluasi Pelatih /Fasilitator 26
C. Evaluasi Penyelenggaraan 26

BAB IX SERTIFIKAT 27
IV

MODUL
MODUL MATERI DASAR 1. KEBIJAKAN TENTANG PENSIUN 32
I. Deskripsi Singkat 32
II. Tujuan Pembelajaran 32
A. Tuju an Pembelajaran Umum 32
B. Tuju an Pembelajaran Khusus 32
III. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 32
IV. Bahan Belajar 32
V. Langkah-Langkah 33
VI. Uraian Materi 33
A. Hak da n Kewajiban Pegawai Negeri Sipil 33
B. Jenis Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil dan
Pemberhentian dari Jabatan Negeri 34
VII. Referensi 44

MODUL MATERI DASAR 2. KEBIJAKAN HEALTHY AND ACTIVE


AGEING 45
I. Deskripsi Singkat 45
II. Tujuan Pembelajaran 45
A. Tuju an Pembelajaran Umum 45
B. Tuju an Pembelajaran Khusus 45
III. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 45
IV. Bahan Belajar 46
V. Langkah-Langkah 46
VI. Uraian Materi 47
A. Defi nisi dan Tujuan Kelanjutusiaan yang Sehat dan Aktif 47
B. Kebijaka n yang Mendasari Kelanjutusiaan Sehat dan Aktif 47
C. Fakta Global Penuaan dan Kesehatan 48
D. Upaya menuju Kelanjutusiaan yang Sehat dan Aktif 50
E. Peran Stimulasi Kognitif untuk Kelanjutusiaan yang Sehat dan
Aktif 54
VII. Referensi 56

MODUL MATERI INTI 1. LATIHAN FISIK YANG AMAN DAN


BERMANFAAT BAGI LANJUT USIA 57
I. Deskripsi Singkat 57
II. Tujuan Pembelajaran 57
A. Tuju an Pembelajaran Umum 57
B. Tuju an Pembelajaran Khusus 57
III. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 58
IV. Bahan Belajar 58
V. Langkah-Langkah 58
VI. Uraian Materi 59
A. Konse p Lanjut Usia dengan Postur Tubuh dan Fisik Sehat serta
Bugar ... 59
B. Pentingn ya Latihan Fisik/Olahraga 60
C. Tips Menghindari Cedera dan Kapan Berhenti Latihan Fisik/
Olahraga 61
D. Latihan Fisik yang Aman dan Bermanfaat bagi Lanjut Usia 63
VII. Referensi 66

MODUL MATERI INTI 2. GIZI UNTUK KELANJUTUSIAAN SEHAT 67


I. Deskripsi Singkat 67
II. Tujuan Pembelajaran 67
A. Tuju an Pembelajaran Umum 67
B. Tuju an Pembelajaran Khusus 67
III. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 67
IV. Bahan Belajar 68
V. Langkah-Langkah 68
VI. Uraian Materi 68
A. Perub ahan dan Permasalahan Gizi di Masa Pensiun 68
B. Persiapa n Secara Gizi dan Perilaku dalam Mengantisipasi Segala
Perubahan akibat Penuaan Fisik dan Mental 71
VII. Referensi 75

MODUL MATERI INTI 3. KESEHATAN REPRODUKSI DAN


SEKSUALITAS LANJUT USIA 76
I. Deskripsi Singkat 76
II. Tujuan Pembelajaran 76
A. Tuju an Pembelajaran Umum 76
B. Tuju an Pembelajaran Khusus 76
III. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 76
IV. Bahan Belajar 77
V. Langkah-Langkah 77
VI. Uraian Materi 77
A. Keseh atan Reproduksi Lanjut Usia Fase, Tantangan dan Upaya
Pembinaan 79
B. Seksualit as pada Lanjut Usia 94
VII. Referensi 100

MODUL MATERI INTI 4. PERSIAPAN PSIKOLOGIS MENGHADAPI


MASA PENSIUN 102
I. Deskripsi Singkat 102
II. Tujuan Pembelajaran 102
A. Tuju an Pembelajaran Umum 102
B. Tuju an Pembelajaran Khusus 102
III. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 103
IV. Bahan Belajar 103
V. Langkah-Langkah 103
VI. Uraian Materi 104
A. Ster eotip tentang Masa Pensiun 106
B. Pe ndekatan-Pendekatan Individual tentang Masa Pensiun 107
C. Fase-Fase yang Umum Dilalui Individu yang Akan dan Telah
Memasuki Masa Pensiun 108
D. Kategori Sikap-Sikap Individu Memasuki Masa Pensiun 110
E. Penyesuaia n Psikologi Saat Memasuki Masa Pensiun 111
VI

F. Kiat-Kiat Merencanakan Penyesuaian Saat Memasuki Masa


Pensiun 112
VII. Referensi 113

MODUL MATERI INTI 5. MANAJEMEN DAN SINDROMA PASCA


KUASA 114
I. Deskripsi Singkat 114
II. Tujuan Pembelajaran 114
A. Tuju an Pembelajaran Umum 114
B. Tuju an Pembelajaran Khusus 114
III. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 114
IV. Bahan Belajar 114
V. Langkah-Langkah 115
VI. Uraian Materi 115
A. Reaksi terhadap Pensiun 116
B. Manaje men Stres 119
C. Sindroma Pasca Kuasa 122
VII. Referensi 123

MODUL MATERI INTI 6. POTENSI DIRI 124


I. Deskripsi Singkat 124
II. Tujuan Pembelajaran 124
A. Tuju an Pembelajaran Umum 124
B. Tuju an Pembelajaran Khusus 124
III. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 124
IV. Bahan Belajar 124
V. Langkah-Langkah 125
VI. Uraian Materi 126
A. Pote nsi Diri dalam Bidang Keterampilan Teknis 126
B. Pote nsi Diri dalam Bidang Keterampilan Komunikasi 126
C. Potensi Diri dalam Bidang Jejaring Sosial 127
VII. Referensi 127

MODUL MATERI INTI 7. KESEMPATAN KEDUA UNTUK BERKARYA 128


I. Deskripsi Singkat 128
II. Tujuan Pembelajaran 128
A. Tuju an Pembelajaran Umum 128
B. Tuju an Pembelajaran Khusus 128
III. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 128
IV. Bahan Belajar 129
V. Langkah-Langkah 129
VI. Uraian Materi 130
A. Situasi K ependudukan Lansia di Indonesia dan Global 130
B. "Silver College" Sebagai Salah Satu Model Wadah Penggiat
dalam Upaya Pengembangan dan Pemberdayaan Lansia
Potensial 135
C. Membangun Wawasan Pengembangan Ekonomi Produktif 140
VII. Referensi 144
VII

MODUL MATERI INTI 8. LANGKAH-LANGKAH MENUJU SUKSES


BERWIRAUSAHA 146
I. Deskripsi Singkat 146
II. Tujuan Pembelajaran 146
A. Tuju an Pembelajaran Umum 146
B. Tuju an Pembelajaran Khusus 146
III. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 146
IV. Bahan Belajar 147
V. Langkah-Langkah 147
VI. Uraian Materi 148
A. Te ori Kebutuhan Maslow dan Sifat yang Perlu Dimiliki Seorang
Wirausaha 150
B. Motivasi Usaha 154
C. Kepercayaan Diri 157
D. Upaya Menuju Sukses 159
E. Pern buatan Keputusan Usaha/Bisnis 162
VII. Referensi 167

MODUL MATERI INTI 9. PENGELOLAAN KEUANGAN MENJELANG


PENSIUN 169
I. Deskripsi Singkat 169
II. Tujuan Pembelajaran 169
A. Tuju an Pembelajaran Umum 169
B. Tuju an Pembelajaran Khusus 169
III. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 169
IV. Bahan Belajar 169
V. Langkah-Langkah 170
VI. Uraian Materi 170
A. Pengelola an Keuangan menjelang Pensiun 170
B. Perhitu ngan Kebutuhan Dana pada saat Pensiun 172
C. Kiat Meningkatkan Penghasilan 176
VII. Referensi 179

KONTRIBUTOR 180
VIII

DAFTAR GAMBAR

Diagram Proses Pelatihan 28

Program Brain Healthy Life Style 52

Jumlah Penduduk Lanjut Usia di Indonesia 131


IX

DAFTAR TABEL

Peta Lansia Indonesia 132

Daftar Provinsi yang Telah Berstruktur Tua 132

Daftar Perguruan Tinggi Chapter Silver College 138


BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pensiun merupakan suatu proses berakhirnya masa kerja yang akan


dihadapi oleh seorang pegawai baik yang bekerja pada instansi pemerintah,
swasta maupun lembaga BUMN. Pensiun adalah masa dimana seseorang
tidak bekerja lagi setelah bekerja selama kurun waktu tertentu. Masa
pensiun biasanya menyebabkan orang menjadi 'kehilangan' pekerjaan,
penghasilan, status, dan wibawa. Hal ini kerap menimbulkan stres dan
mengganggu kesehatan yang sering dikenal sebagai "post power
syndrome".
Hidup setelah pensiun adalah perubahan, bagi yang siap dengan
perubahan maka ia akan menjadi pribadi-pribadi hebat yang mampu
menciptakan kebahagiaan, kesejahteraan, kekayaan, kesehatan, dan
kedamaian di sepanjang kehidupan barunya. Sebagian orang
mempersepsikan masa pensiun sebagai masa untuk menikmati hasil jerih
payah dari kerja yang dijalani selama ini. Masa pensiun menjadi masa yang
menyenangkan karena 'merasa bebas', dapat mengatur sendiri apa yang
diinginkan, dapat berkumpul dengan anak dan cucu, dapat berinteraksi
dengan lingkungan sosial, dapat beribadah lebih khusuk, mengikuti berbagai
kegiatan keagamaan, tidak terikat waktu kerja, tidak terikat dengan
penugasan dari atasan, bahkan mungkin bisa menjadi 'bos' pada usaha
milik sendiri. Tetapi sebagian orang lainnya menganggap masa pensiun ini
merupakan masa yang cukup memprihatinkan, hal ini karena adanya
persepsi yang kurang tepat dalam memaknai pensiun. Pensiun dianggap
sebagai malapetaka dan kadang-kadang pensiun berarti hidup sengsara.
Indikasi-indikasi bahwa pensiun tersebut adalah sebuah "malapetaka"
bagi calon pensiunan antara lain adalah semangat bekerja mulai berkurang,
bingung, kondisi kesehatan yang menurun, hubungan dalam keluarga
semakin tegang dan Iain-Iain. Hal tersebut menunjukkan bahwa pegawai

%urikidum dan 9Aodul<e[atihan <Pra <Purna6afyiyang Sehat, Mandiri dan <Produktif


sudah mulai khawatir akan situasi dan kondisi yang akan terjadi pada masa
pensiun.
Dampak yang sering muncul pada masa ini sebagai akibat
ketidaksiapan seseorang menghadapi pensiun adalah adanya gangguan
psikologis dan ketidaksehatan mental dalam bentuk kecemasan, stres,
bahkan mungkin depresi. Kondisi ini biasanya juga diikuti oleh adanya
perubahan dan kemunduran fisik dalam bentuk munculnya berbagai
gangguan penyakit, seperti hipertensi, diabetes, jantung dan Iain-Iain. Agar
hal itu tidak terjadi, maka menjelang masa pensiun harus ada persiapan
tertentu. Persiapan memasuki masa pensiun ini diantaranya merupakan
persiapan sikap, mental, pola pikir, hidup sehat, perencanaan keuangan,
belajar menjadi entrepreneur dan sebagainya.
Bila pensiun tidak dipersiapkan sejak awal, sering di masa tua
mengalami stres, jenuh, susah, dan cenderung marah-marah. Hidup terasa
tidak lagi bermakna. Menapaki waktu dari pagi hingga sore, sangatlah lama.
Tidak ada yang dikerjakan, akibatnya banyak yang frustrasi. Untuk
mengantisipasi kekhawatiran tersebut dan perubahan kebiasaan, emosi dan
pemasukan yang tidak terkontrol, maka pegawai calon pensiunan tersebut
perlu dipersiapkan baik secara fisik, mental maupun sosial. Pemberian
pembekalan mengenai pengetahuan, wawasan, tips pada masa persiapan
pensiun akan sangat membantu dalam menjalani masa pensiun. Dengan
demikian, pegawai calon pensiunan akan lebih tenang dalam
menyelesaikan masa bekerjanya dan dapat memberikan tongkat estafet
dengan baik kepada penerusnya.
Oleh sebab itu, diperlukan sebuah Pelatihan Persiapan Pra Pumabakti
yang Sehat, Mandiri dan Produktif bagi karyawan calon pensiunan dalam
mempersiapkan masa pensiun yang lebih baik dan siap menghadapi situasi
apapun dengan perasaan syukur dan berani. Masa pensiun haruslah
dikelola dan dirawat secara lebih terencana agar mampu menjadi pribadi
yang lebih produktif.

TQiri^uCum dan JdoduC(peCatihan <Pra <Purna6a%tiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


B. FILOSOFI PELATIHAN

Filosofi pelatihan merupakan landasan berpikir dengan


memperhatikan segi yang luas dan menyeluruh berkaitan dengan nilai-nilai
yang menjiwai, mendasari serta memberikan identitas pelatihan sebagai
berikut:

1. Prinsip pembelajaran orang dewasa, dengan karakteristik sebagai


berikut:

a. Orang dewasa yang mempunyai konsep diri


Pada umumnya orang dewasa mampu untuk membuat keputusan dan
mampu menghadapi segala risiko atas keputusannya, serta mengatur
hidupnya agar mandiri. Sikap yang terkesan menggurui dalam proses
belajar-mengajar cenderung ditanggapi negatif, sehingga mereka
perlu dilibatkan dalam proses belajar secara partisipatif.
b. Orang dewasa kaya akan pengalaman yang diperoleh dari:
Peristiwa yang dialami pada masa lalu dan masa kini;
Hubungan dengan lingkungan di sekitarnya, termasuk lingkungan
tugasnya;
Pengalaman dengan dirinya sendiri pada masa kini dan masa
lampau.
c. Orang dewasa mempunyai kesiapan belajar
Masa kesiapan belajar orang dewasa berubah sejalan dengan usia
dan peran sosial yang mereka tampilkan. Untuk itulah, urutan program
belajar berdasarkan tahapan yang relevan dengan peran mereka
menjadi penting untuk diutamakan.
d. Orang dewasa berpandangan untuk segera menerapkan hasil
belajamya.
Orang dewasa senantiasa berorientasi pada kenyataan, oleh karena
kegiatan belajar diarahkan pada kemampuan memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupannya.
e. Orang dewasa itu dapat belajar
Sesungguhnya orang dewasa dapat melakukan kegiatan belajar.
Apabila orang dewasa tidak menampilkan kemampuan belajar yang
sebenarnya, kemungkinan hal ini disebabkan oleh adanya perubahan

KjiribuCum dan ModuC<Pelatihan <Pra <Purna6ak}iyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


faktor fisiologis seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, atau
tenaga sehingga mempengaruhi kecepatan belajarnya. Fasilitator
perlu mendorong dan membantu peserta belajar untuk dapat
menerapkannya sendiri.
f. Belajar merupakan proses yang terjadi pada diri orang dewasa
Setiap warga belajar akan mengontrol langsung proses belajarnya,
termasuk potensi intelektual, emosi serta fisik. la merasa adanya
kebutuhan untuk belajar dan melihat tujuan pribadinya yang akan
tercapai melalui belajar. Proses belajar akan terpusatkan pada
pengalaman sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya, dengan
demikian seni pembelajaran orang dewasa merupakan upaya
mengelola lingkungan dan proses belajar itu sendiri. Untuk itu,
digunakan metode dan teknik dimana warga belajarnya terlibat secara
intensif dalam proses belajar.
Kebutuhan orang dewasa untuk belajar adalah karena adanya
tuntutan untuk mengembangkan diri sebagai diri pribadi dan anggota
masyarakat.
Orang dewasa tidak suka diperintah untuk melakukan sesuatu, kecuali
jika mereka diberi kesempatan untuk bertanya 'mengapa?' dan
mengambil keputusannya sendiri.

2. Berorientasi peserta, di mana peserta berhak untuk:


a. Mendapatkan bahan belajar tentang perencanaan dan penganggaran
responsif gender;
b. Mendapatkan pelatih profesional yang dapat memfasilitasi dengan
berbagai metode yang relevan dengan proses pembelajaran,
melakukan umpan balik, dan menguasai materi;
c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki, baik secara visual
(mengamati), auditorial (mendengarkan) maupun kinestetik (gerak);
d. Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki masing-masing
tentang perencanaan dan penganggaran responsif gender.
e. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka,
serta melakukan evaluasi dan dievaluasi.

%iirikuCum dan Modul (Pelatihan <Pra <PurnaSa^tiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
3. Berbasis kompetensi yang memungkinkan peserta untuk:
a. Mengembangkan keterampilan langkah demi langkah dalam
memperoleh kompetensi sesuai dengan tujuan pelatihan.
b. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mendapatkan
kompetensi yang diharapkan pada akhir pelatihan.

4. Penggunaan metode "learning by doing" yang memungkinkan


peserta untuk:

a. Melakukan eksperimentasi menggunakan metode pembelajaran


antara lain, studi kasus, diskusi, dan praktek baik secara individu
maupun kelompok;
b. Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang diperlukan.

7(iiri^uCum dan ModuC(Pelatihan (Pra <Purnabak}iyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


BAB II
PERAN, FUNGSI DAN
KOMPETENSI

A. PERAN PESERTA

Setelah mengikuti pelatihan, peserta berperan sebagai PNS yang mampu


mempersiapkan diri menjadi pensiunan yang sehat, mandiri dan produktif.

B. FUNGSI PESERTA

Dalam melaksanakan perannya, peserta mempunyai fungsi sebagai PNS


yang akan pensiun yang mampu :
a. Melakukan latihan fisik yang aman dan bermanfaat bagi lanjut usia
b. Menjelaskan gizi untuk kelanjutusiaan sehat
c. Menjelaskan seksualitas yang sehat pada lanjut usia
d. Menjelaskan persiapan psikologis menghadapi masa pensiun
e. Menjelaskan manajemen stres dan sindroma pasca kuasa
f. Menjelaskan pengembangan potensi diri
g. Menjelaskan kesempatan kedua untuk berkarya
h. Menjelaskan pengelolaan keuangan menjelang pensiun

C. KOMPETENSI

Setelah mengikuti pelatihan peserta diharapkan mampu:


a. Melakukan latihan fisik yang aman dan bermanfaat bagi lanjut usia
b. Menjelaskan gizi untuk kelanjutusiaan sehat
c. Menjelaskan seksualitas yang sehat pada lanjut usia
d. Menjelaskan persiapan psikologis menghadapi masa pensiun
e. Menjelaskan manajemen stres dan sindroma pasca kuasa
f. Menjelaskan pengembangan potensi diri
g. Menjelaskan kesempatan kedua untuk berkarya
h. Menjelaskan pengelolaan keuangan menjelang pensiun

KjirikuCum dan ModuC(Pelatihan (Pra (PurnaBafyiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


BAB III
TUJUAN PELATIHAN

TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu mempersiapkan diri menjadi


pensiunan yang sehat, mandiri dan produktif.

B. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu:
a. Melakukan latihan fisik yang aman dan bermanfaat bagi lanjut usia
b. Menjelaskan gizi untuk kelanjutusiaan sehat
c. Menjelaskan seksualitas yang sehat pada lanjut usia
d. Menjelaskan persiapan psikologis menghadapi masa pensiun
e. Menjelaskan manajemen stres dan sindroma pasca kuasa
f. Menjelaskan pengembangan potensi diri
g. Menjelaskan kesempatan kedua untuk berkarya
h. Menjelaskan pengelolaan keuangan menjelang pensiun

XurifoiCum dan ModuC(Pelatihan (Pra (PurnaBafaiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


8

BAB IV

STRUKTUR PROGRAM
Guna mencapai kompetensi yang diharapkan setelah mengikuti pelatihan,
struktur kurikulum pelatihan Persiapan Pra Pumabakti yang Sehat, Mandiri dan
Produktif terbagi atas tiga kelompok materi dengan bobot persentase: (1) materi
dasar dengan 10%, (2) materi inti 80%, dan (3) materi penunjang 10%, seperti
tercantum dalam matrik struktur program sebagai berikut:
No Materi Waktu JMLH
T P PL
A Materi dasar:
1. Kebijakan tentang Pensiun 2 -
-
2
2. Kebijakan Healthy and Active Ageing 1 - -
1
Sub Total 3 - -
3
B Materi inti:
1. Latihan Fisik yang Aman dan
1 1 2
Bermanfaat bagi Lanjut Usia
-

2. Gizi Untuk Kelanjutusiaan Sehat 1 1 - 2


3. Seksualitas yang Sehat pada Lanjut
1 - -
1
Usia
4. Persiapan Psikologis Menghadapi Masa
1 2 - 3
Pensiun
5. Manajemen Stres dan Sindroma Pasca
1 2 - 3
Kuasa
6. Pengembangan Potensi Diri 1 6 - 7
7. Kesempatan Kedua untuk Berkarya 2 1 - 3
8. Langkah-Langkah Menuju Sukses
1 3 4
Berwirausaha dan Success Story
-

9. Pengelolaan Keuangan Menjelang


2 2 - 4
Pensiun
Sub Total 11 18 29
C Materi penunjang :
1. Building Learning Commitment (BLC) - 2 - 2
2. Rencana Tindak Lanjut (RTL) - 1 -
1
Sub Total - 3 - 3
TOTAL 14 21 - 35
Ket: T (Teori), P (Penugasan), PL (Praktik Lapangan)

Xurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra <PurnaBak}iyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


9

BABV
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM
PEMBELAJARAN
Nomor : MD.l
Materi : Kebijakan Tentang Pensiun
Waktu : 2 Jpl @ 45 menit (T=2 JPL, P=0 JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan tentang pension
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Sub
Metode Media Alat Bantu Pelatihan Referensi
Khusus Pokok Bahasan
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Menjelaskan tentang hak 1. Hak dan kewajiban Ceramahtanya Modul Komputer Undang Undang Nomor 11 Tahun 1969
dan kewajiban PNS. PNS. jawab Bahan tayang Proyektor
tentang Pensiun PNS dan Janda/Duda
2. Menjelaskan tentang 2. Pemberhentian
Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999
pemberhentian sebagai sebagai pegawai
pegawai negeri sipil dan negeri sipil dan tentang Pokok Pokok Kepegawaian
pemberhentian dari pemberhentian dari Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
jabatan negeri. jabatan negeri.
1979 tentang Pemberhentian PNS
Peraturan Kepala BKN Nomor 18 Tahun
2010

XurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PurnaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


10

Nomor MD.2
Materi Kebijakan Healthy andActive Ageing
Waktu 1 Jpl @ 45 menit (T=l JPL, P=0 JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan tentang healty and active ageing
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Sub
Metode Media Alat Bantu Pelatihan Referensi
Khusus Pokok Bahasan
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Menjelaskan definisi dan 1. Definisi dan tujuan Ceramahtanya Modul Komputer Kementerian Kesehatan RI. 2009.
tujuan kelanjutusiaan kelanjutusiaan sehat jawab Bahan tayang Proyektor
sehat dan aktif. dan aktif. Pedoman Pemeliharaan dan Peningkatan
Kesehatan Inteligensia pada Usia Lanjut
2. Menjelaskan kebijakan 2. Kebijakan yang
yang mendasari mendasari dan Anak. Jakarta.
kelanjutusiaan sehat dan kelanjutusiaan sehat Darmojo, R. Boedhi, dkk. 1999. Buku
aktif. dan aktif.
Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit
3. Menjelaskan fakta 3. Fakta global penuaan FKUI
global penuaan dan dan kesehatan.
kesehatan. Gallo, Joseph. 1998. Buku Saku
Gerontologi. Jakarta: EGC
4. Menjelaskan upaya 4. Upaya menuju
menuju kelanjutusiaan kelanjutusiaan yang Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan
yang sehat dan aktif. sehat dan aktif. Gerontik. Jakarta: EGC

5. Menjelaskan peran 5. Peran stimulasi


stimulasi kognitif untuk kognitif untuk
kelanjutusiaan yang kelanjutusiaan yang
sehat dan aktif sehat dan aktif

_ _

'KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


11

Nomor MI.l
Materi Latihan Fisik yang Aman dan Bermanfaat bagi Lanjut Usia
Waktu 2 Jpl @ 45 menit (T=l JPL, P=l JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan latihan fisik yang aman dan bermanfaat bagi lanjut usia
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Sub
Metode Media Alat Bantu Pelatihan Referensi
Khusus Pokok Bahasan
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Menjelaskan konsep 1. Konsep lanjut usia Ceramahtanya Modul Komputer Exercise and Physical Activity Your
lanjut usia dengan dengan postur tubuh jawab Bahan tayang Proyektor
postur tubuh dan dan fisiknya sehat Everyday Guide, the National Institute on
Praktik latihan Musik latihan Sound system
fisiknya sehat serta serta bugar. fisik fisik Ageing USA, 2004
bugar.
Ergonomic, NIOSH CDC, 2007
2. Menjelaskan pentingnya 2. Pentingnya latihan Pedoman Kesehatan Olah Raga,
latihan fisik/olahraga. fisik/olahraga. Departemen Kesehatan RI, 2002
3. Menjelaskan tips 3. Tips menghindari
menghindari cedera dan cedera dan kapan
kapan berhenti latihan berhenti latihan
fisik/olahraga. fisik/olahraga

4. Melakukan latihan fisik 4. Latihan fisik yang


yang aman dan aman dan bermanfaat
bermanfaat bagi lanjut bagi lanjut usia.
usia.

XurikuCum dan ModuC(Pelatihan <Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


12

Nomor MI.2
Materi Gizi Untuk Kelanjutusiaan Sehat
Waktu 2 Jpl @ 45 menit (T=l JPL, P=l JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami gizi untuk kelanjutusiaan sehat
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Sub
Metode Media Alat Bantu Pelatihan Referensi
Khusus Pokok Bahasan
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Menjelaskan perubahan 1. Perubahan dan Ceramahtanya Modul Komputer Nutrition & Healthy Ageing. (WHO
dan permasalahan gizi di permasalahan gizi di jawab Bahan tayang Proyektor Europe).
masa pensiun. masa pensiun. Pengisian Instrumen Meteran
kuesioner antropometri Timbangan badan
Menjelaskan antisipasi 2. Antisipasi perubahan
Lembarjadwal
perubahan fisik dan fisik dan mental di
isian asupan
mental di masa pensiun masa pensiun dari
makanan
dari aspek gizi dan aspek gizi dan
perilaku. perilaku.

"KjirikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


13

Nomor MI.3
Materi Seksualitas yang Sehat pada Lanjut Usia
Waktu 1 Jpl @ 45 menit (T=l JPL, P=0 JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami seksualitas yang sehat pada lanjut usia
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Sub
Metode Media Alat Bantu Pelatihan Referensi
Khusus Pokok Bahasan
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Menjelaskan kesehatan 1. Kesehatan Ceramah tanya Modul Komputer Keluarga Sejahtera. Kesehatan
reproduksi lanjut usia, reproduksi lanjut jawab Bahan tayang Proyektor
fase, tantangan dan usia, fase, tantangan Reproduksi, BKKBN
upaya pembinaan. dan upaya Ageing and Longevity, RM Nugroho
pembinaan.
Abikusno, Dr, MD, MSc, DrPH, Univ.
2. Menjelaskan seksualitas 2. Seksualitas pada Trisakti
pada lanjut usia. lanjut usia.
Sehat itu Murah, Hendrawan Nadesul.Dr.

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


14

Nomor MI.4
Materi Persiapan Psikologis Menghadapi Masa Pensiun
Waktu 3 Jpl @ 45 menit (T=l JPL, P=2 JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami persiapan psikologis dalam menghadapi masa pensiun.
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Sub
Metode Media Alat Bantu Pelatihan Referensi
Khusus Pokok Bahasan
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Menjelaskan stereotip 1. Stereotip tentang Ceramah tanya Modul Komputer 1. Inui, T.S. 2003. The Need for integrated
tentang masa pensiun. masa pensiun. jawab Bahan tayang Proyektor
Curah pendapat biopsychosocial approach to research on
Kuesioner
2. Menjelaskan 2. Pendekatan- Mengisi successful ageing. Annuals of Internal
Instrumen
pendekatan-pendekatan pendekatan individu kuesioner psikologis Medicine: No. 139, 391 - 394.
individu tentang masa tentang masa
pensiun. pensiun. 2. Papalia, D.E. 2008. Adult Development
3. Menjelaskan fase-fase 3. Fase-fase umum and Ageing. Boston. Mc. Graw Hill.
umum yang dilalui yang dilalui individu 3. Santrock, J.W. 2006. Life Span
individu yang akan dan yang akan dan telah
telah memasuki masa memasuki masa Development, New York: Mc. Graw Hill.
pensiun. pensiun.

4. Menjelaskan kategori 4. Kategori sikap


sikap individu yang individu yang
memasuki masa pensiun. memasuki masa
pensiun.

5. Menjelaskan 5. Penyesuaian
penyesuaian psikologi psikologi saat
saat memasuki masa memasuki masa
pensiun. pensiun.

6. Menjelaskan kiat-kiat 6. Kiat-kiat dalam


dalam merencanakan merencanakan

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


15

penyesuaian diri saat penyesuaian diri saat


memasuki masa pensiun. memasuki masa
pensiun.

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


16

Nomor MI.5
Materi Manajemen Stres dan Sindroma Pasca Kuasa
Waktu 3 Jpl @ 45 menit (T=l JPL, P=2 JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami manajemen stres dan sindroma pasca kuasa.

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Sub


Metode Media Alat Bantu Pelatihan Referensi
Khusus Pokok Bahasan
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Menjelaskan reaksi 1. Reaksi terhadap Ceramahtanya Modul Komputer


terhadap pensiun. pensiun. jawab Bahan tayang Proyektor
Diskusi CD Teknik
2. Menjelaskan manajemen 2. Manajemen stres. kelompok Relaksasi
stres. Praktik Teknik
Relaksasi
3. Menjelaskan sindroma 3. Sindroma pasca
pasca kuasa dan kuasa dan
penanganannya. penanganannya.

KiirikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


17

Nomor MI.6
Materi Pengembangan Potensi Diri
Waktu 7 Jpl @ 45 menit (T=l JPL, P=6 JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami pengembangan potensi diri.
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Sub
Metode Media Alat Bantu Pelatihan Referensi
Khusus Pokok Bahasan
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Menjelaskan potensi diri 1. Potensi diri dalam Penugasan Modul Komputer Career Survival, Strategic Job and Role
dalam bidang bidang keterampilan Tanya Jawab Bahan tayang Proyektor
keterampilan teknis. teknis. Planning, Edgar H .Schein, Pfeiffer &
Diskusi Panduan Diskusi Kertas warna
kelompok warni Company, San Diego, USA, 1995.
2. Menjelaskan potensi diri 2. Potensi diri dalam
dalam bidang bidang keterampilan Second Careers, New Ways To Work
keterampilan komunikasi After 50, Caroline Bird, Little Brown And
komunikasi.
Company, Canada, 1992.
3. Menjelaskan potensi 3. Potensi diri dalam
diri dalam jejaring jejaring sosial.
sosial.

4. Menjelaskan prinsip- Prinsip-prinsip


prinsip kesuksesan pasca kesuksesan pasca
pumabakti pumabakti
L

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


18

Nomor MI.7
Materi Kesempatan Kedua untuk Berkarya
Waktu 3 Jpl @ 45 menit (T=2 JPL, P=l JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kesempatan kedua untuk berkarya.
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Sub
Metode Media Alat Bantu Pelatihan Referensi
Khusus Pokok Bahasan
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Menjelaskan situasi 1. Situasi Ceramah tanya Modul Komputer 1. Santrock J.W. 2006. Life Span
kependudukan lansia di Kependudukan jawab Bahan tayang Proyektor
Indonesia dan global Lansia di Indonesia Diskusi
Development. 10th ed. Mc. Graw Hil
Panduan diskusi
dan Global kelompok 2. Program Kependudukan Dan keluarga
Kuesioner
Pengisian
2. Menjelaskan upaya 2. Upaya Berencana Nasional. Media Pembelajaran
kuesioner
pemberdayaan lansia pemberdayaan lansia BKL, Seri 1 2012. Dtrektorat Bina
potensia dan Wadah potensia dan Wadah
Penggiat "Silver Penggiat "Silver Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan.
College" sebagai model College" sebagai BKKBN. Jakarta.
dan upaya Model dan Upaya
pengembangannya. Pengembangannya 3. Pengembangan Ekonomi Produktif Bagi
Lansia. Media Pembelajaran BKL, Seri 7
3. Menjelaskan upaya 3. Upaya
pengembangan ekonomi Pengembangan 2012. Direktorat Bina Ketahanan
produktif. Ekonomi Produktif Keluarga Lansia dan Rentan. BKKBN.
Jakarta.

4. Pembelajaran Sepanjang Hayat; Universiti


Era ketiga. U3A. Malaysia. University
Putra Malaysia.

"KjirikuCum dan ModuC(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


19

Nomor MI.8
Materi Langkah-Langkah Menuju Sukses Berwirausaha
Waktu 4 Jpl @ 45 menit(T=l JPL, P=3 JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami langkah-langkah menuju sukses berwirausaha
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Sub
Metode Media Alat Bantu Pelatihan Referensi
Khusus Pokok Bahasan
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Menjelaskan teori 1. Teori kebutuhan Ceramah tanya Modul Komputer 1. Anonim. 2010. Naskah Akademik Silver
kebutuhan Maslow dan Maslow dan sifat jawab Bahan tayang Proyektor
sifat yang perlu dimiliki yang perlu dimiliki Diskusi
College: Sebagai Penggiat Ketahanan
Panduan diskusi
seorang wirausaha seorang wirausaha kelompok Keluarga dan Masyarakat. P2SDM-
Lembar kasus
Studi kasus
2. Menjelaskan motivasi 2. Motivasi usaha. LPPM. IPB. Bogor. 5 Juni, 2010
usaha. 2. Baum, J. Robert, Michael Frese, dan

3. Menjelaskan 3. Kepercayaan diri. Robert A. Baron. 2007. The psychology


kepercayaan diri. of entrepreneurship. London: Routledge.
4. Menjelaskan upaya Upaya menuju Cholichul. 2011. Berpacu menjadi yang
menuju sukses. sukses. terbaik (modul Kinerja Kewirausahaan).
5. Menjelaskan pembuatan Pembuatan Hermono, L. 2009. Inspirasi dari
keputusan usaha/bisnis. keputusan Limbah Plastik. PT. Kawan Pustaka
usaha/bisnis.
5. http://bisnisukm.com/percaya-diri-
dalam-memulai-bisnis.html-2011

HubeisM. 2012. Motivasi Usaha. Paper


Pelatihan Pemantapan dan
Pengembangan Usaha Lanjut Usia
Potensial. Silver College, P2SDM,

Kjtrikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


20

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


Nomor MI.9
Materi Pengelolaan Keuangan Menjelang Pensiun
Waktu 4 Jpl @ 45 menit (T=2 JPL, P=2 JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami persiapan dan pengelolaan
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Sub
Metode Media Alat Bantu Pelatihan
Khusus Pokok Bahasan
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Menjelaskan 1. Pengelolaan Ceramahtanya Modul Komputer


pengelolaan keuangan keuangan menjelang jawab Bahan tayang Proyektor
menjelang pensiun pensiun. Latihan soal Petunjuk latihan
soal
2. Menjelaskan 2. Perhitungan
perhitungan kebutuhan kebutuhan dana pada
dana pada saat pensiun saat pensiun

3. Menjelaskan kiat dalam 3. Kiat dalam


meningkatkan meningkatkan
penghasilan. penghasilan.

Kurikulum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBakti


22

Nomor MP.l
Materi Building Learning Commitment (BLC)
Waktu 2 Jpl @ 45 menit(T=0 JPL, P=2 JPL, PL=0JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan konsep "membangun kom
dalam proses pelatihan.

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Sub


Metode Media Alat Bantu Pelatihan
Khusus Pokok Bahasan
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Menjelaskan norma- 1. Konsep Building Curah pendapat Instruksi Komputer


norma belajar. Learning Diskusi simulasi Proyektor
Commitment kelompok Sound system
White Board
2. Melakukan perubahan 2. Harapan
diri untuk mengikuti Flipchart
Pembelajaran.
proses pembelajaran. Spidol
Kertas
3. Melakukan peran secara 3. Norma Belajar Alat tulis
optimal dalam setiap Bersama.
pembelajaran dan
kerjasama.

4. Melakukan peran secara 4. Kontrol Kolektif.


optimal dalam
membangun dan
mengembangkan tim
belajar yang efektif

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif


Nomor MP.2
Materi Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Waktu 1 Jpl @ 45 menit (T=0 JPL, P=l JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menyusun rencana tindak lanjut.
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Sub
Metode Media Alat Bantu Pelatihan
Khusus Pokok Bahasan
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Menjelaskan perlunya Perlunya RTL: Diskusi Form RTL Komputer


RTL. a. Pengertian RTL. Presentasi Proyektor
b. ManfaatRTL. Penugasan Lembar penugasan
Flipchart
2. Menyusun RTL Penyusunan RTL
Spidol
a. Prinsip
penyusunan RTL.
b. Komponen dan
format RTL.
c. Kerangka laporan
RTL.

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBakti


24

BAB VI

PESERTA DAN PELATIH

A. PESERTA

1. Kriteria Peserta

Pegawai Negeri Sipil (PNS) aktif yang dalam kurun waktu maksimal 2
tahun akan memasuki masa pensiun
2. Jumlah Peserta

Pelatihan Persiapan Pra Pumabakti termasuk dalam kategori pelatihan


yang diarahkan pada aspek manajemen maka pelatihan ini dapat diikuti
oleh sebanyak-banyaknya 30 orang peserta.

B. PELATIH/FASILITATOR

Kualifikasi pelatih/fasilitator yang diperlukan yaitu berpengalaman dan ahli


dalam bidang kepegawaian, kesehatan lanjut usia, yang meliputi kesehatan
fisik, mental, sosial dan pengembangan potensi diri serta manajemen
keuangan.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


25

BAB VII

PENYELENGGARA DAN
TEMPAT
PENYELENGGARAAN

PENYELENGGARA

Balai pelatihan dan unit pelatihan kesehatan lainnya yang memiliki


tugas dan fungsi melaksanakan pelatihan di bidang kesehatan.

TEMPAT PENYELENGGARAAN

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


725/Menkes/SK/V/2003, tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di
Bidang Kesehatan, tempat pelatihan adalah institusi pelatihan di bidang
kesehatan yang terakreditasi dan memiliki kelengkapan sarana dan
prasarana yang cukup dan sesuai dengan jenis pelatihan yang
diselenggarakan dan mendukung proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pelatihan.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


26

BAB VIII

EVALUASI

A. EVALUASI PESERTA

Evaluasi terhadap peserta terdiri dari:


a. Pre test

b. Post test

c. Hasil Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL)

B. EVALUASI PELATIH/ FASILITATOR

Komponen-komponen yang dinilai pada evaluasi terhadap pelatih/ fasilitator


sebagaimana dilakukan pada evaluasi terhadap Widyaiswara, sebagai
berikut:

Penguasaan materi
Ketepatan waktu
Sistematika penyajian
Penggunaan metode dan alat bantu pelatihan
Empati, bahasa tubuh dan sikap kepada peserta
Pencapaian Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Kesempatan Tanya jawab
Kemampuan menyajikan
Kerapihan berpakaian

C. EVALUASI PENYELENGGARAAN

Yang dinilai adalah kualitas pelayanan terhadap proses pelatihan, baik di


dalam kegiatan kelas maupun pelayanan sarana/ prasarana penunjang
pelatihan.

Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


27

BAB IX
SERTIFIKAT

Berdasarkan Kepmenkes Nomor 725 tahun 2003 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan, sertifikat pelatihan diberikan
kepada setiap peserta yang telah menyelesaikan proses pembelajaran, dengan
angka kredit 1 (satu) yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dan
oleh panitia penyelenggara.
Angka kredit diberikan berdasarkan atas lamanya program pelatihan
(jumlah jam pelajaran/JPL) dengan kriteria sebagai berikut:

No. LAMA PROGRAM ANGKA

(JAM EFEKTIF @ 45 MENIT) KREDIT

1. 30-80 1

2. 81-160 2

3. 161-480 3

4. 481-640 4

5. 641 - 960 5

6. Lebih dari 961 15


. _

Sumber: (SK Menpan NO. 126 Tahun 1990 tentang Pedoman Penyusunan
dan Pengangkatan Tenaga Fungsional dan Angka Kreditnya)

Peserta yang telah mengikuti Pelatihan Persiapan Pra Pumabakti ini


sekurang-kurangnya 95% dari alokasi waktu pelatihan dan dinyatakan berhasil
menurut hasil evaluasi belajar, mendapatkan 1 (satu) angka kredit.

Kurikulum dan Modul(PeCatihan <Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


28

Lampiran

DIAGRAM PROSES PELATIHAN

Pembukaan

1
Pre test

-z
Building Learning Commitment (BLQ

1
Ranah Penqetahuan: Ranah Keterampilan:

Kebijakan tentang Pensiun. Latihan Fisik yang Aman dan


Kebijakan Healthy and active ageing. Bermanfaat bagi Lanjut Usia.
Gizi untuk Kelanjutusiaan Sehat.
Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Lanjut
Usia.
Persiapan Psikologis Menghadapi Masa
Pensiun.
Manajemen Stres dan Sindroma Pasca
Kuasa.
Pengembangan Potensi Diri.
Kesempatan Kedua untuk Berkarya.
Langkah-Langkah Menuju Sukses
Berwirausaha.
Pengelolaan Keuangan Menjelang Pensiun
Persiapan dan Pengelolan Dana Pensiun.

RTL

Post test

I
Penutupan

Penjelasan

a. Pembukaan

Dalam proses pembukaan diharapkan peserta mendapatkan informasi


tentang latar belakang dan tujuan pelatihan.

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


29

b. Membangun Komitmen Belajar (BLC)


Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta agar dapat
mengikuti proses pelatihan dengan baik, kegiatannya antara lain:
1. Pendinamisasian melalui perkenalan antar-peserta dan fasilitator
dengan menggunakan metode permainan
2. Mengemukakan kebutuhan/harapan, kekhawatiran, dan komitmen
peserta selama pelatihan
3. Kesepakatan para fasilitator, penyelenggara pelatihan dan peserta
dalam berinteraksi selama pelatihan berlangsung, meliputi:
pengorganisasian, kenyamanan, dan keamanan kelas, serta yang
lainnya.

c. Pembahasan Materi

Dalam setiap pembahasan materi inti, peserta dilibatkan secara aktif


dalam proses pembelajaran, secara umum sebagai berikut:
a. Fasilitator mempersiapkan peserta untuk siap mengikuti pelatihan.
b. Fasilitator menjelaskan tentang tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada setiap materi.
c. Fasilitator dapat mengawali proses pembelajaran dengan
penggalian pengalaman peserta, penugasan dalam bentuk
individual maupun kelompok, penjelasan singkat mengenai seluruh
materi, atau review materi.

d. Setelah semua materi disampaikan, fasilitator dan atau peserta


dapat memberikan umpan balik terhadap isi keseluruhan materi
e. Sebelum pemberian materi berakhir, fasilitator dan peserta dapat
membuat rangkuman atau pembulatan.

d. Rencana Tindak Lanjut (RTL)


Penugasan menyusun rencana tindak lanjut agar peserta dapat
merencanakan kegiatan yang akan dilakukan di tempat kerjanya
berdasarkan pembekalan yang sudah dilakukan dalam proses
pelatihan.

KurikjiCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


30

Penutupan
Acara penutupan dapat dijadikan sebagai upaya untuk mendapatkan
masukan dari peserta ke penyelenggara dan fasilitator untuk perbaikan
pelatihan yang akan datang.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif


31

MODUL

Kurikidum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


32

MODUL MATERI DASAR 1

KEBIJAKAN TENTANG PENSIUN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Kebijakan pensiun Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Undang-Undang


dan peraturan-peraturan lainnya, yang di dalamnya terdapat aturan proses
administrasi kepegawaian dan jenis-jenis pemberhentian sebagai Pegawai
Negeri Sipil. Materi ini akan membahas mengenai peraturan hak dan kewajiban
PNS dan jenis-jenis pemberhentian PNS.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan
tentang pensiun.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan peraturan hak dan kewajiban PNS.
2. Menjelaskan pemberhentian sebagai pegawai negeri sipil dan
pemberhentian dari jabatan negeri.

III. POKOK BAHASAN/ SUB POKOK BAHASAN


1. Hak dan Kewajiban PNS.
2. Pemberhentian Sebagai Pegawai Negeri Sipil dan Pemberhentian dari
Jabatan Negeri.

IV. B AHAN BELAJAR

Handout materi Kebijakan tentang Pensiun

KurikuCum dan ModuC(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


33

V. LANGKAH-LANGKAH

Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)


Fasilitator memperkenalkan diri
Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan
dan pentingnya materi ini dalam pelatihan persiapan pensiun

Langkah 2. Hak dan Kewajiban PNS (30 menit)


Fasilitator menjelaskan mengenai hak dan kewajiban setiap PNS
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 3. Pemberhentian Sebagai Pegawai Negeri Sipil dan


Pemberhentian dari Jabatan Negeri (50 menit)
Fasilitator menjelaskan mengenai jenis-jenis pemberhentian
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

VI. UR AIAN MATERI

A. HAK DAN KEWAJIBAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Hak Pegawai Negeri Sipil:


Hak pegawai negeri sipil adalah sesuatu yang diterima oleh Pegawai
Negeri Sipil sesuai persyaratan tertentu yang hams di penuhi antara lain:
11 Pegawai negeri Sipil berhak atas Gaji (Gaji PNS, Perhitungan Masa Kerja,
Kenaikan Gaji Pokok, Tunjangan)
Kenaikan Pangkat, DP.3, Cuti, Tunjangan cacat dengan uang duka,
Kesejahteraan dan pensiun.

Kewajiban Pegawai Negeri Sipil:


Kewajiban Pegawai Negeri Sipil adalah segala sesuatu yang diatur dan
wajib dikerjakan atau boleh dilakukan oleh setiap Pegawai Negeri Sipil
berdasarkan sesuatu peraturan perundang undangan yang berlaku, adapun
kewajiban pegawai negeri sipil seperti kewajiban yang ditetapkan dalam
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok Pokok Kepegawaian dan

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


34

Tujuh Belas Kewajiban yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang disiplin
pegawai negeri.

B. JENIS PEMBERHENTIAN SEBAGAI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN


PEMBERHENTIAN DARI JABATAN NEGERI

Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil adalah pemberhentian


yang menyebabkan yang bersangkutan tidak lagi berkedudukan sebagai
Pegawai Negeri Sipil.
Pemberhentian dari jabatan negeri adalah pemberhentian yang
menyebabkan yang bersangkutan tidak lagi bekerja pada suatu satuan
organisasi Negara, tetapi masih berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Jenis-Jenis Pemberhentian Sebagai Pegawai Negeri Sipil


Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil terdiri atas pemberhentian
dengan hormat dan tidak hormat sebagai Pegawai Pegawai Negeri Sipil.
Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil menerima hak-hak kepegawaiannya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain hak atas pensiun.
Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai
Negeri Sipil, kehilangan hak-hak kepegawaiannya antara lain pensiun.

1. Pemberhentian atas Permintaan Sendiri


Pada prinsipnya Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan permintaan
berhenti, dapat diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Permintaan berhenti tersebut dapat ditunda untuk paling lama 1 tahun, apabila
kepentingan dinas yang mendesak. Permintaan berhenti dapat ditolak apabila
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan masih terikat dalam keharusan bekerja
pada Pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
atau masih ada sesuatu hal yang harus dipertanggungjawabkan.

Kurikulum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif


35

2. Pemberhentian Mencapai Batas Usia Pensiun


Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dengan hormat sebagai
pegawai negeri karena telah mencapai batas usia pensiun 56 tahun, berhak
atas pensiun apabila PNS tersebut telah memiliki masa kerja pensiun
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh tahun). Batas usia pensiun ( BUP) Pegawai
Negeri Sipil pada dasarnya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian PNS, yaitu 56 (lima puluh
enam) tahun. Dan PP Nomor 32 Tahun 1979 ini telah dua kali mengalami
perubahan yaitu dengan PP Nomor 1 Tahun 1994 dan PP Nomor 65 Tahun
2008. Perpanjangan usia pensiunan sendiri terbagi menjadi tiga bagian
yakni:

a- Perpanjangan BUP sampai 65 tahun


untuk PNS yang memangku jabatan peneliti madya dan peneliti utama
dengan tugasnya secara penuh di bidang penelitian atau jabatan lain
yang ditentukan oleh Presiden. Kemudian perpanjangan BUP bagi PNS
yang memangku jabatan struktural Eselon I tertentu pada saat sampai
dengan 62 (enam puluh dua) tahun, memperhatikan dengan tegas
persyaratan sebagai berikut:
Memiliki keahlian dan pengalaman yang sangat dibutuhkan
organisasi;
Memiliki kinerja yang baik
Memiliki moral dan Integritas yang baik
Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan oleh keterangan dokter
ditetapkan dengan Keputusan Presiden atas usul Pimpinan
Instansi/lembaga setelah mendapat pertimbangan dari Tim Penilai
Akhir Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Jabatan
Struktural Eselon 1.

b. Usia pensiun sampai 60 tahun untuk PNS yang memangku golongan


struktural eselon I dan II serta jabatan dokter yang ditugaskan secara
penuh pada unit pelayanan kesehatan negeri dan jabatan pengawas
sekolah menengah atas atau jabatan lain yang ditentukan oleh Presiden.
c. Usia pensiun 58 tahun untuk PNS yang menjadi hakim pada Mahkamah
Pelayaran dan jabatan lain yang ditentukan Presiden.

Kurikulum dan Modul(PeCatihan <Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


36

d. Sesuai dengan PP Nomor 32 Tahun BUP dapat diperpanjang bagi


Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan tertentu. Jabatan-jabatan
tertentu yang diduduki PNS yang dapat diperpanjang BUP nya. Ada
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 dan ada
yang diatur dalam Keputusan Presiden/Peraturan Presiden; yang telah
diatur dalam PP 32 Tahun 1979 antara lain: 65 tahun bagi PNS yang
memangku jabatan ahli peneliti dan peneliti; 60 (enam puluh) tahun bagi
PNS yang memangku jabatan: Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Pejabat Struktural Eselon I, Pejabat Struktural Eselon II,
Dokter yang ditugaskan secara penuh pada Lembaga Kedokteran
Negeri sesuai profesinya.
Perpanjangan BUP yang telah diatur bagi PNS yang telah diatur
dalam Keputusan Presiden/Preturan Presiden antara lain:
a. 65 tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional
Pustakawan; jabatan fungsional Pustakawan Utama; Widyaiswara
Utama; Pranata Nuklir Utama; Pengawas Radiasi Utama.
b. 60 (enam puluh) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan Fungsional
Pemeriksa Pajak (jenjang tertentu); Penilai Pajak Bumi dan Bangunan
(jenjang tertentu); Penyuluh Pertanian (jenjang tertentu); Sandiman
(jenjang tertentu); Penyelidik Bumi Utama dan Madya.
Selain diatur dalam PP dan Keputusan Presiden/Peraturan Presiden,
juga terdapat pengaturan BUP PNS yang diatur dalam Undang-Undang,
antara lain:

a. 65 (enam puluh lima) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan :


- Dosen, sedangkan bagi Profesor yang berprestasi dapat diperpanjang
sampai dengan 70 (tujuh puluh) tahun (UU Nomor 14 Tahun 2005);
- Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Tingkat Banding di lingkungan
Peradilan Umum, PTUN, dan Agama.
b. 62 (enam puluh dua) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan :
- Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Tingkat Pertama di lingkungan
Peradilan Umum.PTUN, dan Agama (UU Nomor 8 Tahun 2004, UU
Nomor 9 Tahun 2004, dan UU Nomor 3 Tahun 2006);
- Jaksa (UU Nomor 16 Tahun 2004).

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


37

c. 60 (enam puluh) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan Guru (UU
Nomor 14 Tahun 2005)
Dengan PP Nomor 65 Tahun 2008, maka bagi PNS yang menduduki
jabatan struktural eselon I tertentu, BUP dapat diperpanjang sampai dengan
62 (enam puluh dua) tahun. Adapun perpanjangan atau sebagaimana
dimaksud dilaksanakan dengan persyaratan sebagaimana yang telah di
sebutkan di atas. Dan Perpanjangan BUP sampai dengan 62 (enam puluh
dua) tahun ditetapkan dengan Keputusan Presiden atas usul Pimpinan
Instansi/Lembaga setelah mendapat pertimbangan dari Tim Penilai Akhir
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian dalam dan dari Jabatan
Struktural Eselon Perpanjangan BUP sampai dengan 62 (enam puluh dua)
tahun dilakukan secara selektif bagi PNS yang menduduki jabatan struktural
eselon I yang sangat strategis. Dengan demikian, tidak semua PNS yang
menduduki jabatan struktural eselon I dapat diperpanjang BUP-nya sampai
dengan 62 (enam puluh dua) tahun.

3. Pemberhentian karena adanya Penyederhanaan Organisasi


Perubahan satuan organisasi negara adakalanya mengakibatkan
kelebihan pegawai. Apabila terjadi hal yang sedemikian maka Pegawai
Negeri Sipil yang kelebihan itu disalurkan pada satuan organisasi negara
lainnya. Kalau penyaluran dimaksud tidak mungkin dilaksanakan, maka
Pegawai Negeri Sipil yang kelebihan itu diberhentikan dengan hormat
sebagai Pegawai Negeri Sipil atau dari jabatan negeri dengan mendapat hak
hak kepegawaian berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.

4. Pemberhentian Karena Tidak Cakap Jasmani Dan Rohani


Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat dengan mendapat
hak hak kepegawaian apabila berdasarkan berdasarkan Surat Keterangan
Tim Penguji Kesehatan dinyatakan:
a. tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri karena
kesehatannya, atau

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


38

b. menderita penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi dirinya sendiri


atau lingkungan kerjanya atau berakhirnya cuti sakit Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan belum mampu bekerja kembali
Pegawai negeri tersebut diberhentikan dengan hormat dengan
mendapat hak pensiun:
- Tanpa terikat pada masa kerja pensiun apabila oleh team penguji
kesehatan dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan
negeri karena kesehatannya yang disebabkan oleh dan ia menjalankan
kewajiban jabatannya
- Jika telah memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 4 tahun
apabila oleh team penguji kesehatan dinyatakan tidak dapat bekerja lagi
dalam semua jabatan negeri karena kesehatannya yang bukan
disebabkan oleh karena ia menjalankan kewajiban jabatan.

5. Pegawai Negeri Sipil Dapat Diberhentikan Dengan Hormat atau Tidak


Hormat

Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak


hormat karena:

a. Melanggar Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil dan Sumpah/Janji Jabatan


Selain Pelanggaran sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji
jabatan karena tidak setia kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan
Pemerintah; atau
b. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak
pidana kejahatan yang ancaman hukumannya kurang dari 4 (empat)
tahun.

Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dengan hormat tidak atas


permintaan sendiri atau tidak dengan hormat karena:
a. Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan
yang ancaman hukumannya 4 tahun atau lebih; atau
b. Melakukan pelanggaran disiplin tingkat berat, Pegawai Negeri Sipil
diberhentikan tidak dengan hormat karena:

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan <Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


39

1) Melanggar sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji


jabatan karena tidak setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
1945, Negara, dan Pemerintah;
2) Melakukan penyelewengan terhadap Ideologi Negara, Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945 atau terlibat dalam kegiatan yang
menentang Negara dan Pemerintah; atau
3) Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan
tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang
ada hubungannya dengan jabatan.

Pemberhentian Karena Meninggal Dunia atau Hilang


Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia dengan sendirinya
dianggap diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Untuk
kelengkapan tata usaha kepegawaian maka pimpinan instansi yang
bersangkutan serendah-rendahnya Kepala Sub Bagian atau pejabat lain
yang setingkat dengan itu membuat surat keterangan meninggal dunia.
Pegawai Negeri Sipil yang hilang dianggap telah meninggal dunia pada akhir
bulan ke-12 sejak ia dinyatakan hilang. Berdasarkan berita acara atau surat
keterangan dari pejabat yang berwajib, maka pejabat yang berwenang
membuat surat pernyataan hilang. Surat pernyataan hilang dibuat selambat-
lambatnya pada akhir bulan kedua sejak yang bersangkutan hilang. Pejabat
yang membuat adalah Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan
Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Gubernur, Bupati/Walikota atau pejabat lain yang ditunjuk.
Pegawai Negeri Sipil yang telah dinyatakan hilang, yang sebelum
melewati masa 12 bulan diketemukan kembali dan masih hidup dan sehat,
dipekerjakan kembali sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil
yang telah dinyatakan hilang yang belum melewati masa 12 bulan
diketemukan kembali, tetapi cacat diperlakukan sebagai berikut:
a. Diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan hak
pensiun apabila ia telah memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun,
tetapi apabila ia belum memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun

Kurikulum dan ModuC(PeCatihan <Pra PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif


40

maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil tanpa


hak pensiun.
b. Apabila hilangnya dan cacatnya itu disebabkan dalam dan oleh karena ia
menjalankan kewajiban jabatannya, maka ia diberhentikan dengan hormat
sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan hak pensiun tanpa memandang
masa kerja.
Pegawai Negeri Sipil yang telah dinyatakan hilang diketemukan
kembali setelah melewati masa 12 bulan diperlakukan sebagai berikut:
a. Apabila ia masih sehat, dipekerjakan kembali;
b. Apabila tidak dapat bekerja lagi, dalam semua jabatan Negeri
berdasarkan surat keterangan Tim Penguji Kesehatan, diberhentikan
dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan mendapat hak-hak
kepegawaian sesuai dengan peraturaan perundang-undangan yang
berlaku.

Catatan: Hilang adalah suatu keadaan bahwa seseorang di luar kemauan


dan kemampuannya tidak diketahui tempatnya berada dan tidak diketahui
apakah ia masih hidup atau telah meninggal dunia.

7. Pemberhentian Karena Sebab-Sebab Lain

a. Pegawai Negeri Sipil yang tidak melaporkan diri kepada pimpinan instansi
induknya 6 bulan setelah habis menjalankan cuti di luar tanggungan
negara, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
b. Pegawai Negeri Sipil yang terlambat melaporkan diri kembali kepada
instansi induknya setelah habis menjalankan cuti di luar tanggungan
negara diperlakukan sebagai berikut:
1) Apabila keterlambatan melaporkan diri itu kurang dari 6 bulan maka
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dapat dipekerjakan kembali
apabila alasan-alasan tentang keterlambatan melaporkan diri itu dapat
diterima oleh pejabat yang berwenang dan ada lowongan dan setelah
ada persetujuan Kepala BKN.
2) Apabila keterlambatan melaporkan diri itu kurang dari 6 bulan tetapi
alasan-alasan tentang keterlambatan melaporkan diri itu tidak dapat

Kurikulum dan Modul(Pelatihan <Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


41

diterima oleh pejabat yang berwenang maka Pegawai Negeri Sipil


yang bersangkutan diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil.
3) Apabila keterlambatan melaporkan diri itu lebih dari 6 bulan maka
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan harus diberhentikan dengan
hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pemberhentian Karena Pegawai Negeri Sipil Menjadi
Anggota/Pengurus Partai Politik Dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun
1999 dinyatakan bahwa Pegawai Negeri dilarang menjadi anggota dan/atau
pengurus partai politik. Pegawai Negeri Sipil yang akan menjadi anggota
dan/atau pengurus partai politik wajib mengundurkan diri sebagai Pegawai
Negeri Sipil, yang diajukan secara tertulis kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian dan tembusannya disampaikan kepada:
a. Atasan langsung Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, serendah-
rendahnya pejabat struktural eselon IV;
b. Pejabat yang bertanggung jawab di bidang kepegawaian instansi yang
bersangkutan;
c. Pejabat yang bertanggung jawab di bidang keuangan yang bersangkutan.
Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri tersebut diberhentikan
dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pemberhentiannya terhitung
mulai akhir bulan yang bersangkutan mengajukan pengunduran diri.
Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik tanpa mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil diberhentikan
tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri yang ditangguhkan
pemberhentiannya, tetapi tetap menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik diberhentikan tidak dengan hormat. Pemberhentian Pegawai Negeri
Sipil sebagaimana tersebut di atas berlaku terhitung mulai akhir bulan yang
bersangkutan menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.

8. Pemberhentian Sementara

Untuk kepentingan peradilan seorang Pegawai Negeri yang didakwa


telah melakukan suatu kejahatan/pelanggaran jabatan dan berhubung
dengan itu oleh pihak yang berwajib dikenakan tahanan sementara, mulai

Kurikulum dan ModuC(PeCatihan (Pra (Purna6aktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


42

saat penahanannya harus dikenakan pemberhentian sementara. Seorang


Pegawai Negeri Sipil yang oleh pihak berwajib dikenakan tahanan
sementara karena didakwa telah melakukan suatu pelanggaran hukum
pidana yang tidak menyangkut pada jabatannya dalam hal pelanggaran yang
dilakukan itu berakibat hilangnya penghargaan dan kepercayaan atas diri
pegawai yang bersangkutan atau hilangnya martabat serta wibawa pegawai
itu.

Tujuan pemberhentian sementara terutama untuk mengamankan


kepentingan peradilan dan juga untuk kepentingan jawatan (instansi).
Selama pemberhentian sementara kepada Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan diberikan penghasilan sebagai berikut:
a. Jika ada petunjuk-petunjuk yang cukup meyakinkan bahwa yang
bersangkutan telah melakukan pelanggaran yang didakwakan atas
dirinya, mulai bulan berikutnya ia diberhentikan diberikan bagian gaji
sebesar 50% dari gaji pokok yang diterimanya terakhir;
b. Jika belum terdapat petunjuk-petunjuk yang jelas tentang telah
dilakukannya pelanggaran yang didakwakan atas dirinya mulai bulan
berikutnya ia diberhentikan diberikan bagian gaji sebesar 75 % dari gaji
pokok yang diterimanya terakhir.
Jika sesudah pemeriksaan oleh pihak yang berwajib pemberhentian
sementara temyata tidak bersalah maka pegawai itu harus segera diangkat
dan dipekerjakan kembali pada jabatannya semula, dalam hal yang demikian
selama masa diberhentikan untuk sementara ia berhak mendapat gaji penuh
serta penghasilan-penghasilan lain yang berhubungan dengan tunjangan
istri dan jabatannya. Jika sesudah pemeriksaan pegawai yang bersangkutan
temyata bersalah maka:
a. Terhadap pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara tersebut
harus diambil tindakan pemberhentian sedangkan bagian gaji berikut
tunjangan-tunjangan yang telah dibayarkan kepadanya tidak dipungut
kembali.

b. Terhadap pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara tersebut


jika perlu diambil tindakan harus diambil tindakan sesuai dengan
pertimbangan/keputusan Hakim.

Kurikulum dan ModuC(PeCatihan <Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


43

Jika berdasarkan keputusan pengadilan telah mempunyai kekuatan


hukum yang tetap dinyatakan tidak bersalah maka Pegawai Negeri Sipil
yang bersangkutan harus direhabilitasikan terhitung mulai saat diberhentikan
sementara dan gaji dibayarkan penuh. Jika temyata yang bersangkutan
dinyatakan bersalah, diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan
tidak hormat. Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan pemberhentian
sementara:

a. Pada saat ia mencapai batas usia pensiun diberhentikan pembayaran


bagian gajinya;
b. Apabila kemudian ia tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang
sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, diberhentikan dengan
hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan mendapat hak-hak
kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
terhitung sejak akhir bulan dicapainya batas usia pensiun.
c. Jika temyata tindak pidana yang dilakukan tersebut diancam hukuman
penjara kurang dari 4 tahun dan ada hal-hal yang meringankan maka
yang bersangkutan dapat diaktifkan kembali sebagai Pegawai Negeri
Sipil, namun tidak tertutup kemungkinan yang bersangkutan dijatuhi
hukuman disiplin atau tindakan administratif lainnya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

VII. REFERENSI

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai Dan


'

Pensiun Janda/Duda Pegawai.


Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/
Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil.
Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor
04/SE/1980 tanggal 11 Pebruari 1980 tentang Pemberhentian Pegawai
Negeri Sipil.

Kurikulum dan ModuC(Pelatihan (Pra (PumaBakti yang Sehat, Mandiri dan (Produktif
44

5. Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor


02/SE/1987 tanggal 8Januari 1987 tentang Batas Usia Pensiun Pegawai
Negeri Sipil.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 tentang Larangan Pegawai
Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai Politik.

KurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


45

MODUL MATERI DASAR 2

KEBIJAKAN HEALTHY AND ACTIVE AGEING

DESKRIPSI SINGKAT

Peraturan Pemerintah No 43/2004 mengatur tentang pelaksanaan upaya


peningkatan kesejahteraan lanjut usia, meliputi berbagai pelayanan dasar,
termasuk di dalamnya adalah pelayanan kesehatan, dimana untuk menuju
kelanjutusiaan yang sehat dan aktif perlu adanya suatu pemahaman bagi para
lansia. Materi ini akan membahas mengenai definisi dan tujuan kelanjutusiaan
sehat dan aktif, kebijakan yang mendasari kelanjutusiaan sehat dan aktif, fakta
global penuaan dan kesehatan, upaya menuju kelanjutusiaan yang sehat dan
aktif, serta peran stimulasi kognitif untuk kelanjutusiaan yang sehat dan aktif.

I. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan
tentang healty and active ageing.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan definisi dan tujuan kelanjutusiaan sehat dan aktif.
2. Menjelaskan kebijakan yang mendasari kelanjutusiaan sehat dan
aktif.

3. Menjelaskan fakta global penuaan dan kesehatan.


4. Menjelaskan upaya menuju kelanjutusiaan yang sehat dan aktif.
5. Menjelaskan peran stimulasi kognitif untuk kelanjutusiaan yang sehat
dan aktif.

III. POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN

Definisi dan Tujuan Kelanjutusiaan yang Sehat dan Aktif

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBakti yang Sehat, Mandiri dan (Produktif
46

Kebijakan yang Mendasari Kelanjutusiaan Sehat dan Aktif


Fakta Global Penuaan dan Kesehatan

Upaya Menuju Kelanjutusiaan yang Sehat dan Aktif


Peran Stimulasi Kognitifuntuk Kelanjutusiaan yang Sehat dan Aktif

IV. B AHAN BELAJAR

Handout materi Kebijakan tentang Healthy and Active Ageing

V. LANGKAH-LANGKAH

Langkah 1. Pengkondisian (5 menit)


Fasilitator memperkenalkan diri
Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan
dan pentingnya materi ini dalam pelatihan persiapan pensiun

Langkah 2. Definisi dan Tujuan Kelanjutusiaan yang Sehat dan Aktif (5


menit)
Fasilitator menjelaskan mengenai definisi dan tujuan kelanjutusiaan yang
sehat dan aktif

Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 3. Kebijakan yang Mendasari Kelanjutusiaan Sehat dan Aktif


(5 menit)
Fasilitator menjelaskan kebijakan yang mendasari kelanjutusiaan sehat
dan aktif

Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 4. Fakta Global Penuaan dan Kesehatan (10 menit)


Fasilitator menjelaskan fakta global penuaan dan kesehatan
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


47

Langkah 5. Upaya Menuju Kelanjutusiaan yang Sehat dan Aktif (10


menit)
Fasilitator menjelaskan bagaimana upaya menuju kelanjutusiaan yang
sehat dan mandiri

Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 6. Peran Stimulasi Kognitif untuk Kelanjutusiaan yang Sehat


dan Aktif (10 menit)
Fasilitator menjelaskan pentingnya peran stimulasi kognitif
untukbagaimana upaya menuju kelanjutusiaan yang sehat dan mandiri.
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

VI. UR AIAN MATERI

A. DEFINISI DAN TUJUAN KELANJUTUSIAAN YANG SEHAT DAN AKTIF

Kelanjutusiaan yang sehat dan aktif adalah proses untuk mencapai


kesejahteraan baik fisik, mental dan sosial sepanjang hidup seseorang
terutama di usia lanjut.
Tujuannya adalah bebas dari penyakit dan kecatatan dengan kondisi
fisik dan fungsi kognitif yang baik serta keterlibatan aktif dalam kehidupan di
usia lanjut

B. KEBIJAKAN YANG MENDASARI KELANJUTUSIAAN SEHAT DAN AKTIF

Kebijakan yang mendasari kelanjutusiaan sehat dan aktif:


- UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
- PP No. 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia: Peningkatan kesejahteraan lansia
meliputi pelayanan keagamaan, mental, spiritual, pelayanan kesehatan,
pelayanan untuk prasarana umum dan kemudahan dalam penggunaan
fasilitas umum.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


48

- Keppres No. 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lanjut Usia


- World Health Day 2012: Ageing and Health, Good Health Adds Life to
Year

World Health Declaration 2012 (Yogyakarta Declaration on Ageing


and Health), telah mencapai suatu komitmen global yang dituangkan dalam
beberapa poin utama sebagai berikut:
Promote and live a healthy lifestyle across the life-course
Create age-friendly environtments and policies to engage older men and
women

Make primary health care age-friendly

Pesan Kunci dari World Health Day (2012) adalah:


Kesehatan merupakan faktor paling penting untuk menjadikan penuaan
positif
Bertambahnya populasi lansia merupakan kemajuan masyarakat
modern.

Aksi pada penuaan dan kesehatan sangat mendesak, setiap orang


memiliki peran untuk bertindak
Kesehatan yang baik memperpanjang usia dan kehidupan
Gaya hidup sehat sepanjang kehidupan salah satu faktor kunci
menjadikan penuaan positif
Kelompok lansia diperlukan dalam membuat lingkungan dan kebijakan
ramah usia/santun lansia

C. FAKTA GLOBAL PENUAAN DAN KESEHATAN

Diperkirakan proporsi lansia (60 tahun keatas) menjadi dua kali lipat
dari 11% di tahun 2006 menjadi 22% pada tahun 2050. Populasi lansia di
dunia yang pada tahun 2006 sekitar 650 juta, akan mencapai 2 miliar pada
tahun 2050. Sebagian besar peningkatan ini terjadi di negara-negara
berkembang, dimana jumlah orang yang lebih tua akan meningkat dari 400
juta pada 2000 menjadi 1,7 miliar pada tahun 2050.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


49

Jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia sebanyak 15,3 juta jiwa


(7,4%) pada tahun 2000. Tahun 2010 menjadi 24 juta jiwa atau 9,77% total
jumlah penduduk. Diestimasikan pada tahun 2020 meningkat menjadi 28,8
juta atau 11,34% dari total jumlah penduduk.
Populasi lansia yang meningkat mencerminkan perbaikan
kesehatan, namun juga menimbulkan tantangan khusus bidang kesehatan
abad ke-21. Populasi lansia yang terus bertumbuh ini dapat meningkatkan
beban ketergantungan. Bila tidak kita carikan solusinya dari sekarang,
Indonesia terancam triple burden, yaitu:
- jumlah kelahiran bayi yang masih tinggi,
- masih dominannya penduduk muda,
- jumlah lansia yang terus meningkat

Berbagai dampak dari peningkatan jumlah usia lanjut adalah


masalah penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular (PTM) termasuk
kesehatan jiwa dan gangguan neurologi bersifat kronis dan multipatologis.
Kesemuanya ini membutuhkan biaya cukup besar.

Berdasarkan fakta klinik geriatri (Pergemi), pasien geriatri (lanjut


usia) memiliki karakterististik sebagai berikut:
1. Multipatologi, yaitu pada satu pasien lanjut usia terdapat lebih dari satu
penyakit yang umumnya bersifat kronik degeneratif.
2. Menurunnya daya cadangan fungsional, menyebabkan pasien geriatri
amat mudah jatuh dalam kondisi gagal pulih.
3. Berubahnya gejala dan tanda penyakit dari yang klasik.
4. Terganggunya status fungsional pasien geriatri; status fungsional adalah
kemampuan seseorang melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
5. Seringkali mengalami gangguan nutrisi, gizi kurang atau gizi buruk.

Penyakit yang sering diderita oleh lanjut usia yaitu infeksi, gangguan
pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan intelektual, inkontinensia,
mobilitas terganggu, merasa haus atau lapar, isolasi, impotensi, instabilitas,
sembelit kronis, insomnia, dan Iain-Iain.

Kurikulum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


50

Geriatric giants adalah kondisi yang paling sering menyebabkan


pasien geriatri harus masuk IGD/dirawat, yang biasanya disebabkan oleh
acute confusional state, depresi, inkontinensia, imobilisasi atau instabilitas
postural.

Promosi kesehatan dan kegiatan pencegahan penyakit sepanjang


kehidupan dapat mencegah atau menunda timbulnya penyakit degeneratif
dan penyakit tidak menular lain yang umumnya bersifat kronis dan
multipatologis. Berinvestasi dalam bidang kesehatan sepanjang kehidupan
akan menghasilkan keuntungan bagi masyarakat. Orang tua yang sehat
merupakan sumber daya bagi keluarga, masyarakat dan secara ekonomi.
Lansia masih dapat berperan penting di masyarakat, misalnya sebagai
relawan, berbagi pengalaman, pengetahuan dan kearifan untuk promosi dan
pencegahan penyakit, membantu merawat keluarga dengan penuh
perhatian, berpartisipasi menunjang ekonomi keluarga.

D. UPAYA MENUJU KELANJUTUSIAAN YANG SEHAT DAN AKTIF

Sasaran upaya menuju kelanjutusiaan yang sehat dan aktif adalah:


1. Kelompok Lansia: untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa lansia
dapat secara aktif berkontribusi kepada masyarakat. Mereka bisa
membimbing warga muda untuk tetap sehat dan aktif pada lanjut usia.
2. Kelompok dewasa muda (sekarang di usia 20 - 30 tahun): yang akan
menjadi orang tua pada tahun 2050. Mereka dapat merawat dan belajar
dari pengalaman para lansia.
3. Pemangku Kepentingan (Stakeholders): Pemerintah, Pemda, DPR/DPRD,
lintas program di kemenkes, lintas sektor, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan dan sektor swasta. Sebagai pembuat kebijakan dan
yang mendukung pemenuhan kebutuhan dan memberikan perlindungan
pada lansia.
Tujuan upaya menuju kelanjutusiaan yang sehat dan aktif adalah
membudayakan gaya hidup sehat dan perubahan perilaku menuju

Kuriktdum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


51

kesehatan yang optimal pada usia lanjut. Upaya untuk menuju


kelanjutusiaan yang sehat dan aktif dapat meliputi:
Meningkatkan kesadaran tentang isu kesehatan pada lansia
Mempromosikan perilaku hidup sehat
Menciptakan lingkungan yang mendukung
Mengembangkan strategi pencegahan
Mendorong deteksi dini dan pencegahan faktor risiko

Upaya menuju kelanjutusiaan yang sehat dan aktif penting untuk


dilakukan, karena bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hidup
(mengurangi risiko berkembangnya kondisi kronis, mengurangi kerusakan
atau keterbatasan yang dihasilkan dari suatu kondisi kronis yang sudah ada,
tidak ada kata terlalu dini dan terlambat untuk memulai kebiasaan sehat).
Upaya menuju kelanjutusiaan yang sehat dan aktif dilakukan secara
terintegrasi pada program yang sudah ada:
1. Program perilaku hidup bersih dan sehat:
Makan buah dan sayur setiap hari
Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Berhenti merokok

2. Program POSBINDU PTM yang dilakukan dengan CERDIK (Cek


kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok dan polusi lainnya, Rajin
aktivitas fisik, Diet sehat, Istirahat cukup, dan Kendalikan stress)
3. Program gaya hidup otak sehat (Brain Healthy Life Style)
a. Aktivitas fisik:

Latihan fisik yang terencana, teratur dan menyenangkan dapat


menstimulasi otak yang membuat seseorang lebih bugar dan
bahagia dibanding kondisi sebelumnya.
Kurangnya aktivitas dan pola makan yang buruk juga berkontribusi
menyebabkan kematian dini
Gaya hidup yang tidak sehat ini berkontribusi terhadap penyakit
kronis termasuk: Penyakit Jantung, Kanker, Obesitas, DM, Depresi,
Osteoporosis, Stroke

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


52

b. Gizi seimbang
Diperkirakan 10-25% lansia menderita gizi buruk
Gizi buruk berkontribusi pada berbagai penyakit seperti penyakit
jantung, Kanker, DM, Depresi, Kesulitan daya ingat, Anemia,
Obesitas, Osteoporosis, dll

c. Interaksi sosial

Lanjut usia yang sering melakukan aktivitas sosial mengalami


penurunan fungsi kognitif yang lebih lambat dibandingkan dengan
lansia yang sedikit melakukan aktivitas sosial.
Aktivitas sosial tersebut, misalnya berkunjung ke tempat saudara,
melakukan rekreasi bersama, aktivitas keagamaan, atau bekerja sosial
(tanpa upah). Kegiatan sederhana pun seperti berkunjung pada sanak
famili sangatlah bermanfaat. Tidak hanya mempererat tali silaturahmi,
tetapi juga bermanfaat untuk mencegah kepikunan.

d. Stimulasi kognitif/ mental


Games, Kuis, Latihan vitalisasi otak, mendongeng, menonton film lama,
life review dan Iain-Iain

Kurikidum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


53

Setiap sesi stimulasi kognitif sekitar 2 jam 1-2 kali / minggu


Penelitian: Unika Atmajaya, dengan meningkatnya fungsi kognitif maka
dapat memperbaiki kesehatan fisik, mental dan kualitas hidup.
e. Mengelola stres
Kecemasan dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah
dan dapat menyebabkan stroke, sakit jantung, asma, diabetes dan
penyakit lainnya
Stres yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan depresi yang
dapat mempengaruhi daya ingat dan memperlambat metabolisme otak
f. Spiritual
Aktivitas spiritual telah dibuktikan berhubungan dengan fungsi kognisi
yang lebih baik.
Penelitian menunjukkan lansia yang lebih sering beribadah mengalami
proses penurunan kognitif yang lebih lambat dibanding kelompok
dengan aktivitas ibadah lebih sedikit.
Aktivitas ibadah diketahui dapat memberikan arti, tujuan, dan harapan
dalam hidup serta dapat mendorong interaksi sosial dan stimulasi yang
mampu membantu mencegah penurunan fungsi kognitif akibat proses
penuaan.

Kegiatan ibadah juga dapat memberikan berbagai pengaruh dan


dampak positif, sehingga terbentuk pola hidup sehat.

Selain upaya-upaya di atas, anjuran yang dilakukan untuk mendukung


upaya kelanjutusiaan yang sehat dan aktif antara lain:
a. Berhenti merokok


Merokok adalah penyebab utama kematian dini di banyak negara
Merokok diketahui berkontribusi terhadap penyakit kronis, termasuk:
beberapa jenis kanker, penyakit jantung, stroke, penyakit paru dan Iain-
lain

Berhenti merokok, bahkan pada usia yang lebih tua, secara signifikan
dapat memperpanjang hidup

Kurikjdum dan Modul(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


54

b. Kunjungi dokter secara teratur


Mendapatkan berbagai pemeriksaan deteksi dini berbagai penyakit
degeneratif dan penyakit tidak menular termasuk pemeriksaan gigi,
penglihatan dan pendengaran, daya ingat, dan kondisi mental
emosional.

Mendapatkan rekomendasi berbagai tes/pemeriksaan seperti: Pap


smear, mammogram, bobe scanning, laboratorium (gula darah, lemak,
kolesterol dll).
Mendapatkan imunisasi seperti influenza.

E. PERAN STIMULASI KOGNITIF UNTUK KELANJUTUSIAAN YANG


SEHAT DAN AKTIF

Sebagaimana usia, otak dan sistem saraf juga akan mengalami


perubahan alamiah. Perlambatan dalam proses berpikir, mengingat, dan
belajar adalah hal yang normal dalam proses menua. Perubahan ini
berbeda-beda pada setiap individu. Sebagian orang mengalami penurunan
yang cukup besar, sebagian hanya mengalami sedikit penurunan.
Beberapa perubahan dalam kemampuan berpikir dianggap sebagai
suatu bagian normal dari peroses penuaan. Sebagian besar pumabakti
yang sehat mengalami penurunan ringan dalam beberapa domain kognitif.
Perubahan ini paling sering terjadi pada area memori visual dan verbal,
kemampuan visuospatial, memori baru atau kemampuan untuk menamai
benda-benda. Gangguan memori non verbal juga dikatakan merupakan
bagian yang normal dalam proses penuaan, termasukjuga gangguan pada
kontrol terhadap atensi dan memori baru.
Jika usia anda berada di periode paruh baya, ada penjelasan yang
baik mengapa anda tidak bisa mengalahkan anak anda dalam permainan-
permainan seperti "mengingat kata" dan "berkonsentrasi". Dalam beberapa
studi dilaporkan bahwa setelah umur 40 tahun, jaringan otak menunjukkan
perubahan genetik yang berperan dalam proses menua, termasuk dalam
proses penurunan fungsi kognitif. Perubahan yang terjadi pada gen yang
berperan dalam plastisitas sinaps, yakni kemampuan otak untuk membentuk

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif


55

sambungan baru yang penting untuk proses belajar dan mengingat serta gen
yang terlibat dalam proses control pada stres dan pertahanan terhadap
oksidan-oksidan yang merusak seperti radikal bebas. Gen-gen ini sangat
rentan terhadap kerusakan DNA akibat proses menua.
Apabila kerusakan ini dapat dicegah, maka menjadi sangat mungkin
untuk mempertahankan bahkan meningkatkan fungsi kognitif, atau
memperlambat penyakit-penyakit otak yang terkait dengan proses menua
seperti Alzheimer atau Parkinson.
Penurunan kemampuan kognitif terjadi bertahun-tahun sebelum
berakhir menjadi demensia, seperti yang terjadi pada penyakit Alzheimer.
Progresivitas penurunan gangguan kognitif berlangsung sangat lambat,
untuk kemudian memburuk dalam seketika sesaat sebelum berakhir menjadi
Alzheimer. Sehingga, penting untuk melakukan deteksi atau pemeriksaan
kesehatan otak secara teratur dan berkala untuk menilai ada tidaknya
penurunan fungsi kognitif. Walaupun pada akhirnya kita semua akan
mengalami penuaan, namun ada banyak cara yang dapat dilakukan
seseorang untuk mempertahankan fungsi kognitifnya yaitu dengan stimulasi
kognitif.
Stimulasi kognitif merupakan salah satu metode non-farmakologis
dalam penatalaksanaan dan pencegahan terhadap penurunan fungsi kognitif
dan mulai direkomendasikan sebagai pilihan utama untuk pencegahan
terhadap penurunan fungsi kognitif awal.
Aktivitas yang dilakukan dalam stimulasi kognitif dapat disesuaikan
secara individual maupun kelompok sesuai kebutuhan, dirancang untuk
dapat diikuti dengan santai dan rekreatifAktivitas yang dilakukan adalah
tetap dan terus melakukan aktivitas seperti berkebun, bermain kartu,
membaca, kegiatan kerohanian, orientasi realita atau terapi kenangan
dengan mendengarkan musik bersama dan membahas tema mengenai
musik tersebut, mendongeng ke cucu, membaca melalui kesusastraan yang
diminati sepertitentang makanan dan efek bagi kesehatan atau berbagai
kegiatan lain yang membutuhkan konsentrasi dan pemikiran untuk
mempertahankan fungsi kognitif.

KurikuCum dan Modul(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


56

Kegiatan stimulasi kognitif dapat diimplementasikan secara umum


pada tempat-tempat seperti perkumpulan pegawai negeri sipil (KORPRI),
paguyuban/ wadah penggiat, tempat ibadah, klub-klub sepeminatan dan
hobi, dan sebagainya. Dengan kegiatan berkelompok tersebut, selain dapat
mencegah penurunan fungsi kognitif juga dapat terjadi peningkatan
kesehatan psikososial.

VII. REFERENSI

1. Kementerian Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pemeliharaan dan Peningkatan


Kesehatan Inteligensia pada Usia Lanjut dan Anak. Jakarta.
2. Darmojo, R. Boedhi, dkk. 1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI

3. Gallo, Joseph. 1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta: EGC


4. Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Kurikidum dan ModuC(PeCatihan (pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


57

MODUL MATERI INTI 1

LATIHAN FISIK YANG AMAN DAN BERMANFAAT BAGI LANJUT USIA

DESKRIPSI SINGKAT

Program latihan fisik atau olahraga yang efektif dapat memperlambat


perkembangan kondisi yang berhubungan dengan penuaan, membantu
mengurangi beberapa rasa sakit dan nyeri arthritis yang merupakan bagian
kehidupan bila usia beranjak menjadi tua, membantu menjaga untuk dapat tetap
aktif dan penting untuk kesehatan secara umum karena dapat mencegah atau
menunda beberapa penyakit seperti penyakit jantung, diabetes, dan
osteoporosis. Materi ini akan membahas mengenai konsep lanjut usia dengan
postur tubuh dan fisiknya sehat serta bugar, pentingnya latihan fisik/ olahraga,
bagaimana melakukan latihan fisik yang aman dan bermanfaat bagi lanjut usia,
serta tips menghindari cedera dan kapan berhenti latihan fisik/ olahraga.

TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan latihan fisik yang
aman dan bermanfaat bagi lanjut usia.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep lanjut usia dengan postur tubuh dan fisiknya
sehat serta bugar.
2. Menjelaskan pentingnya latihan fisik/ olahraga.
3. Menjelaskan tips menghindari cedera dan kapan berhenti latihan fisik/
olahraga.
4. Melakukan latihan fisik yang aman dan bermanfaat bagi lanjut usia.

Kurikidum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


58

III. POKOK BAHASAN/ SUB POKOK BAHASAN

Konsep Lanjut Usia dengan Postur Tubuh dan Fisiknya Sehat serta
Bugar.
Pentingnya Latihan Fisik/ Olahraga.
Menjelaskan Tips Menghindari Cedera dan Kapan Berhenti Latihan Fisik/
Olahraga.
Melakukan Latihan Fisik yang Aman dan Bermanfaat bagi Lanjut Usia.

IV. B AHAN BELAJAR

Handout materi Latihan Fisik yang Aman dan Bermanfaat bagi Usia Lanjut
Instruksi praktik

V. LANGKAH-LANGKAH

Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)


Fasilitator memperkenalkan diri
Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan
dan pentingnya materi ini dalam pelatihan persiapan pensiun

Langkah 2. Konsep Lanjut Usia dengan Postur Tubuh dan Fisiknya


Sehat serta Bugar (5 menit)
Fasilitator menjelaskan mengenai konsep lanjut usia dengan postur tubuh
dan fisiknya sehat serta bugar
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 3. Pentingnya Latihan Fisik/ Olahraga (10 menit)


Fasilitator menjelaskan mengenai pentingnya latihan fisik/ olahraga
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 4. Tips Menghindari Cedera dan Kapan Berhenti Latihan Fisik/


Olahraga (10 menit)
Fasilitator menjelaskan beberapa tips menghindari cedera dan kapan
berhenti latihan fisik/ olahraga

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


59

Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab


Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terima kasih

Langkah 5. Latihan Fisik Yang Aman dan Bermanfaat bagi Lanjut Usia
(10 menit)
Fasilitator menjelaskan latihan fisik yang aman dan bermanfaat bagi lanjut
usia

Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 6. Praktik Latihan Fisik Bersama Seluruh Peserta (45 menit)

VI. UR AIAN MATERI

A. KONSEP LANJUT USIA DENGAN POSTUR TUBUH DAN FISIK SEHAT


SERTA BUGAR

Apakah rahasianya agar kita merasa hidup lebih baik dan bisa hidup
lebih lama? Anda harus tetap aktif! Ketika usia kita beranjak menjadi tua kita
cenderung menjadi kurang aktif. Keadaan ini merupakan proses yang perlahan
lahan, dan tanpa disadari membuat kita secara perlahan menjadi kelebihan berat
badan serta merubah bentuk tubuh kita dari yang semula. Bagaimanakah kita
bisa menghentikan proses ini? Langkah pertama menuju gaya hidup sehat yang
lebih aktif adalah latihan fisik atau berolahraga.
Latihan fisik/ olahraga hanya baik untuk Anda, jika Anda merasa baik.
Jika Anda sedang kena flu atau penyakit lain, jangan latihan dulu sampai Anda
merasa lebih baik. Untuk Anda yang memiliki masalah jantung atau riwayat
penyakit jantung, sebelum memulai program Latihan fisik/ o lahraga pastikan
untuk berkonsultasi dengan dokter Anda. Sebaliknya bila Anda tidak
melaksanakan latihan selama lebih dari 2 minggu, pastikan untuk memulai
latihan dengan bertahap dan perlahan-lahan.
Pilihlah aktivitas yang dapat Anda nikmati dan lakukan secara teratur.
Anda tidak perlu membeli pakaian khusus atau menjadi anggota klub kebugaran
untuk menjadi lebih aktif. Aktivitas fisik dapat dan harus menjadi bagian dari

KjirikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


60

kehidupan sehari-hari Anda. Aktivitas ini antara lain dengan melakukan hal-hal
yang Anda ingin lakukan, seperti berjalan cepat, berenang, naik sepeda, naik
tangga, menyapu dan berkebun di halaman rumah bahkan berdansa adalah
cara yang bagus untuk membuat anda bergerak!
Dalam kegiatan sehari-hari baik dalam keadaan duduk, berdiri, berjalan,
berolah raga maupun dalam keadaan berbaring untuk tidur, kita harus menjaga
postur tubuh dengan baik.
Mengapa postur tubuh sangat penting?
Postur yg baik membantu mempertahankan kurva (lengkungan) tubuh alami,
Postur tubuh yg buruk dapat menarik otot, tendon & ligamen dan
menyebabkan nyeri.
Postur yg baik dapat mencegah sakit leher, pundak, punggung, pinggang,
bokong dan kaki.
Agar tidak bosan, cobalah mencari hal-hal dan cara baru untuk
membangun aktivitas fisik didalam rutinitas harian Anda serta tetap dilaksanakan
dengan postur tubuh yang baik.

B. PENTINGNYA LATIHAN FISIK/ OLAHRAGA

Sebuah program latihan fisik yang efektif dapat memperlambat


perkembangan kondisi yang berhubungan dengan penuaan serta membantu kita
untuk mengurangi beberapa rasa sakit dan nyeri arthritis yang merupakan
bagian kehidupan bila usia kita beranjak menjadi tua. Sebagai contoh adalah
sbb:

Latihan fisik/ olahraga membantu menjaga Anda untuk dapat tetap aktif dan
mempertahankan kemampuan Anda untuk dapat berjalan, yang merupakan
hal utama dan sangat penting dalam mempertahankan kemandirian Anda.
Latihan fisik/ olahraga dapat meningkatkan dan mempertahankan
keseimbangan dan posturtubuh sehingga dapat mengurangi risiko terjatuh.
Latihan fisik/ olahraga dapat meningkatkan kekuatan, ketahanan dan
fleksibilitas otot kita. Hal ini akan membantu mendorong kekuatan tulang.
Rangsangan stres ringan secara berulang-ulang pada tulang kita membantu

Kurikidum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


61

tulang tersebut mempertahankan kadar kalsium dan struktur kepadatan


tulang sehingga dapat mencegah osteoporosis.
Latihan fisik/ olahraga juga membantu mempertahankan jaringan otot.
Setelah usia 30 tahun kita mulai kehilangan jaringan otot. Latihan fisik/
olahraga dapat merangsang pertumbuhan jaringan otot dan memperlambat
proses kehilangan jaringan ini. Kegiatan otot juga akan meningkatkan
metabolisme dengan menggunakan lebih banyak kalori yang berasal dari
jaringan lemak di tubuh kita.
Semakin otot Anda kuat, semakin bisa anda berjalan dengan baik karena
otot yang lebih kuat akan dapat melindungi sendi Anda dengan mengambil
alih beban dan tekanan stres pada sendi Anda. Sejalan dengan peningkatan
usia, sendi kita mulai secara bertahap melemah dan aus akibat terus
menerus digunakan serta harus menahan beban tubuh kita sehari-hari.
Latihan fisik/ olahraga juga penting untuk kesehatan secara umum karena
dapat mencegah atau menunda beberapa penyakit seperti penyakit jantung,
diabetes, dan Osteoporosis. Gerakan berulang akan merangsang proses
alami tubuh memproduksi pelumas untuk permukaan sendi. Hal ini dapat
membantu mengurangi perasaan sakit dan kekakuan sendi pada arthrirtis.
Aktivitas fisik yang baik serta tetap aktif di kehidupan anda, dapat membantu
Anda untuk memiliki lebih banyak energi agar dapat melakukan kegiatan dan
hal-hal yang ingin Anda lakukan sehari-hari.
Aktivitas fisik dapat meningkatkan suasana hati (mood) serta mengurangi
kecemasan dan depresi.

C. TIPS MENGHINDARI CEDERA DAN KAPAN BERHENTI LATIHAN FISIK/


OLAHRAGA

Berikut adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mencegah
cedera dan memastikan Anda beraktivitas fisik/ olahraga dengan aman:
Mulai dengan perlahan, terutama jika Anda belum aktif untuk waktu yang
lama. Sedikit demi sedikit tingkatkan aktivitas Anda.
Jangan menahan napas Anda selama latihan kekuatan, karena dapat
menyebabkan perubahan dalam tekanan darah Anda.

Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


62

Anda harus menghembuskan napas keluar saat Anda mengangkat sesuatu,


dan menghirup nafas ketika Anda bersantai. Walau mungkin tampak aneh
pada awalnya, namun lama kelamaan akan jadi terbiasa.
Gunakan alat pelindung diri untuk keselamatan, misalnya, memakai helm
untuk bersepeda, atau sepatu yang tepat untuk latihan fisik/olahraga,
berjalan atau jogging. Kecuali bila dokter Anda telah meminta Anda untuk
membatasi cairan, pastikan untuk minum banyak ketika Anda melakukan
kegiatan. Banyak orang dewasa yang lebih tua tidak merasa haus bahkan
jika tubuh mereka membutuhkan cairan.
Selalu membungkuk ke depan dari pinggul, bukan pinggang. Jika Anda
menjaga punggung lurus, Anda mungkin membungkuk dengan cara yang
benar.

Lakukan pemanasan otot Anda dulu sebelum Anda melakukan peregangan.


Cobalah berjalan perlahan-lahan.

Kapan harus berhenti latihan fisik/ olahraga dan menghubungi dokter?


Jika sehari setelah berolahraga ada otot atau sendi yang sakit, hal ini
mungkin karena Anda telah melakukan latihan yang terlalu banyak. Lain kali,
berolahragalah dengan intensitas rendah. Jika rasa sakit atau ketidaknyamanan
berlanjut, Anda harus berkonsultasi dengan dokter Anda.
Anda juga harus berkonsultasi dengan dokter Anda jika Anda memiliki
gejala berikut saat berolahraga:
Nyeri dada, mer.asa dada tertekan atau perasaan bahwa jantung Anda
berdebar

Balapan.
Kesulitan bernafas atau sesak napas yang berlebihan.
Sakit kepala/ pusing.
Sakit perut/ mual.
Saat istirahat keluar keringat dingin.
Mengalami kram otot.
Merasa sakit parah di sendi, pergelangan kaki, atau kaki.
Kesulitan dengan keseimbangan tubuh anda.

Kurikulum dan Modul(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


63

LATIHAN FISIK YANG AMAN DAN BERMANFAAT BAGI LANJUT USIA

Persiapan Latihan Fisik


Pakailah baju yang cukup longgar dengan bahan katun untuk menyerap
keringat agar Anda merasa nyaman
Gunakan sepatu kokoh yang memiliki dukungan lengkungan yang baik
dengan tumit yang empuk untuk menyerap hentakan.
Pakailah kaos kaki yang tebal dan lembut.
Dianjurkan untuk makan ringan 2-3 jam sebelum latihan fisik dan minum air
atau jus buah 30 menit sampai 1 jam sebelum latihan fisik.
Jika Anda sudah lama tidak aktif latihan fisik, mulailah perlahan dengan
latihan yang sudah biasa dan nyaman Anda lakukan. Dengan memulai
latihan perlahan-lahan maka kemungkinan Anda mendapat cedera menjadi
kecil. Mulai perlahan juga membantu mencegah nyeri. Berjalan kaki
merupakan kegiatan yang sangat baik untuk memulai latihan fisik. Ketika
Anda sudah terbiasa berolahraga, atau jika Anda sudah aktif, Anda
perlahan-lahan dapat meningkatkan intensitas program latihan Anda. Anda
tidak perlu melakukan latihan dengan intensitas tinggi untuk mendapatkan
manfaat kesehatan yang optimal.
Sebelum memulai program olahraga pastikan untuk berkonsultasi dengan
dokter Anda, terutama jika Anda memiliki masalah jantung atau riwayat
penyakit jantung.

Program Latihan Fisik Untuk Usia Lanjut


Latihan fisik untuk semua usia termasuk usia lanjut harus dilakukan
dengan baik, benar, terukur dan teratur agar aman dan efektif dan tidak terjadi
cedera atau dampak lain yang tidak kita inginkan.
Latihan fisik yang baik dilakukan dengan penentuan berat ringannya yang
bersifat individual dan secara bertahap intensitasnya ditingkatkan.
Latihan fisik yang benar dilakukan sesuai dengan kondisi fisik Anda saat
akan berlatih, agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan.
Latihan fisik sebaiknya dilaksanakan secara terukur sesuai dengan jumlah
denyut nadi yang aman untuk usia dan kondisi kesehatan Anda . Latihan

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


64

fisik pun harus dilakukan secara teratur agar efektif mencapai kebugaran
jasmani, misalnya selama 30 menit sehari dalam 3-4 kali seminggu
Latihan seharusnya tidak menyakiti atau membuat Anda merasa benar-
benar lelah. Anda mungkin merasa sedikit rasa sakit, sedikit ketidaknyamanan,
atau sedikit lelah, tetapi Anda tidak harus merasakan sakit. Bahkan, dalam
banyak hal, mungkin akan membuat Anda merasa lebih baik.

Tahapan dalam satu sesi latihan fisik: terdiri dari komponen


pemanasan, latihan inti, dan diakhiri dengan pendinginan.
1. Pemanasan (warming-up) dan Pereqanqan (masing-masing 10-15 menit)
Pemanasan yang baik merupakan bagian yang sangat penting sebelum
melaksanakan latihan fisik, dalam rangka pengkondisian otot dan sendi untuk
siap melakukan komponen latihan inti dan mencegah terjadinya cedera otot,
ligament dan tendon akibat latihan fisik.
Kegiatan pemanasan yang baik adalah dengan berjalan perlahan-lahan dan
kemudian dilanjutkan dengan melakukan peregangan.
Latihan peregangan berguna untuk mempertahankan luas rentang gerak
persendian sehingga tubuh lentur dan fleksibel. Gerakan peregangan dilakukan
perlahan-lahan sampai terasa ada regangan yang cukup tapi tidak nyeri,
pertahankan posisi tersebut selama 10 detik atau 8 hitungan, diikuti relaksasi
otot dan sendi.

2. Latihan Inti:

a. Latihan Kelenturan (flexibilitas) tubuh


Latihan kelenturan (flexibilitas) penting untuk meningkatkan jangkauan
gerak tubuh dan rentang gerak persendian Anda. Latihan Kelenturan juga
membantu mengurangi ketegangan dan nyeri otot, serta mengurangi
risiko cedera. Dalam menjaga kebugaran secara keseluruhan, kita tidak
boleh mengabaikan peregangan dan latihan rentang gerak persendian
kita (Range of Movement). Program peregangan dan kegiatan seperti
yoga atau tai chi adalah contoh yang baik dari latihan kelenturan /
fleksibilitas tubuh.

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


65

b. Latihan Kekuatan (Force) Otot


Latihan kekuatan meningkatkan kapasitas otot dan kepadatan tulang.
Otot dan tulang yang lebih kuat memudahkan untuk melakukan kegiatan
sehari-hari. Anda bisa bangun dari kursi sendiri, Anda bisa mengangkat
cucu Anda, membawa tas belanja, berjalan jalan di taman atau berkebun
di halaman rumah. Dengan memiliki otot yang kuat dapat me mbantu
mencegah Anda terjatuh. yang berakibat tulang pata h. Metode latihan
kekuatan yang paling umum adalah dengan menggunakan beban, gelang
resistensi atau mesin beban. Hal ini sangat penting untuk menghindari
ketidakseimbangan kekuatan kerja semua kelompok otot utama, termasuk
otot lengan, dada, punggung, perut, pinggul dan kaki.
Jika Anda mengalami osteoporosis atau kehilangan kalsium tulang, Anda
akan perlu untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai program
latihan kekuatan. Sebaiknya melakukan latihan kekuatan otot minimal 2
kali per minggu.
c. Latihan Ketahanan (endurance) otot
Latihan ketahanan dapat dilakukan dengan aktivitas yang mudah seperti
berjalan, berenang, atau bersepeda setidaknya 30 menit, kegiatan yang
membuat Anda bernapas keras pada sebagian besar atau seluruh hari
dalam seminggu. Setiap hari adalah yang terbaik Kegiatan tersebut dapat
membangun energi atau "daya tahan" serta meningkatkan kesehatan
jantung dan sistem peredaran darah. Anda tidak harus aktif selama 30
menit sekaligus bisa dilakukan dengan 3 jenis kegiatan masing-masing
dalam sepuluh menit. Seberapa keras Anda harus mendorong diri sendiri
untuk berlatih? Jika saat latihan fisik/olahraga Anda masih dapat
berbicara tanpa kesulitan sama sekali, berarti latihan Anda kurang keras.
Namun bila Anda tidak dapat berbicara sama sekali, itu artinya latihan
Anda terlalu keras. Bila saat berlatih fisik Anda merasa ada sedikit
kesulitan untuk berbicara ini menunjukkan latihan fisik Anda beratnya
cukup.
d. Latihan Keseimbangan (Balance) tubuh:
Latihan Keseimbangan penting dan dapat membantu mencegah jatuh dan
patah tulang akibat jatuh tadi. Tai chi adalah sebuah program latihan,

Kurikulum dan Modul(Pelatihan <Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


66

pernapasan, dan gerakan berdasarkan praktek Cina kuno. Data di


Amerika menunjukkan bahwa usia lanjut yang berlatih tai chi atau yoga
memiliki rasa percaya diri dan meningkatkan keseimbangan tubuh
sehingga mengurangi kemungkinan jatuh dan takut terjatuh. Lakukan
gerakan yang membantu keseimbangan sebagai berikut:
- Berdiri di satu kaki dengan tangan berpegang pada kursi/ dinding.
Kemudian bergiliran lakukan dengan kaki yang lain. Jika Anda bisa,
cobalah tidak berpegangan pada apa pun untuk dukungan.
- Bangun dari kursi tanpa menggunakan tangan atau lengan.
- Sesekali berjalan dengan tumit. Saat Anda berjalan, menempatkan
tumit satu kaki tepat di depan jari-jari kaki yang lain. Tumit dan jari kaki
harus menyentuh atau hampir menyentuh.(jalan Tandem)

3. Pendinginan {cooling down) (10-15 menit)


Dilakukan setelah selesai melakukan Latihan Inti. Gerakannya sama seperti
pada saat pemanasan dan peregangan, namun lebih ringan dan lebih perlahan-
lahan dibandingkan saat pemanasan. Pendinginan dilakuk an lebih lama bila
dalam cuaca hangat. Sebaiknya dilanjutkan dengan relaksasi tubuh dan pikiran
dengan melakukan pengaturan pernafasan dan meditasi.
Relaksasi tubuh dapat membantu menjaga kebugaran jantung dan secara
keseluruhan, menurunkan tekanan darah bahkan dapat meningkatkan sistem
kekebalan tubuh Anda.

Teknik relaksasi dapat dilakukan melalui meditasi sederhana, yaitu dengan


cara duduk dengan mata tertutup sambil berkonsentrasi pada pengendalian
pernapasan.

VII. REFERENSI

1. Exercise and Physical Activity Your Everyday Guide, the National Institute on
Ageing USA, 2004
2. Ergonomic, NIOSH CDC, 2007
3. Pedoman Kesehatan Olah Raga, Departemen Kesehatan RI, 2002

Kurikulum dan Modul(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


67

MODUL MATERI INTI 2

GIZI UNTUK KELANJUTUSIAAN SEHAT

I. DESKRIPSI SINGKAT

Masalah gizi yang terjadi pada lansia dapat berupa gizi kurang, gizi
berlebih, atau kekurangan vitamin. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang
diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu
dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh. Materi ini akan
membahas mengenai perubahan dan permasalahan gizi di masa pensiun serta
antisipasi perubahan fisik dan mental di masa pensiun dari aspek gizi dan
perilaku.

II TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami gizi untuk
kelanjutusiaan sehat.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan perubahan dan permasalahan gizi di masa pensiun.
2. Menjelaskan antisipasi perubahan fisik dan mental di masa pensiun
dari aspek gizi dan perilaku.

III. POKOK BAHASAN/ SUB POKOK BAHASAN

Perubahan dan Permasalahan Gizi di Masa Pensiun.

Persiapan secara Gizi dan Perilaku dalam Mengantisipasi Segala


Perubahan akibat Penuaan Fisik dan Mental.

Kuriktdum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


68

IV. B AHAN BELAJAR

Handout materi Gizi untuk Kelanjutusiaan Sehat

V. LANGKAH-LANGKAH

Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)


Fasilitator memperkenalkan diri
Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan
dan pentingnya materi ini dalam pelatihan persiapan pensiun

Langkah 2. Perubahan dan Permasalahan Gizi di Masa Pensiun (15


menit)

Fasilitator menjelaskan mengenai upaya untuk mengenali perubahan dan


permasalahan penuaan yang timbul di masa pensiun dan mengetahui
penyebab gizi yang melatarbelakanginya

Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 3. Persiapan secara Gizi dan Perilaku dalam Mengantisipasi


Segala Perubahan akibat Penuaan Fisik dan Mental (20 menit)
Fasilitator menjelaskan mengenai upaya mempersiapkan diri secara gizi
dan perilaku dalam mengantisipasi segala perubahan akibat penuaan fisik
dan mental yang timbul di masa pensiun
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 4. Penugasan (45 menit)

VI. UR AIAN MATERI

A. PERUBAHAN DAN PERMASALAHAN GIZI DI MASA PENSIUN.

Beban Penyakit Indonesia menurut WHO 2010:


Faktor risiko terbanyak adalah risiko dietetik seperti:
Diet makanan kurang buah-buahan dan sayuran hijau serta beras giling
yang rendah serat

KurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


69

Tekanan darah tinggi karena diet makanan tinggi gula pasir dan garam
dapurdan/MSG
Kebiasan merokok tembakau

Kelebihan berat dan/ kegemukan akibat aktivitas fisik kurang


Penyebab kematian dini (2010) adalah Stroke, Tuberkulosi, Kecelakaan
di jalan, penyakit jantung ischaemik, infeksi saluran paru bawah, diabetes. Pada
kelanjusiaan di masa tua:
Perubahan fisik ditandai dengan masa otot berkurang dan jaringan
lemak bertambah, kebutuhan energi berkurang dengan risiko mobilitas
berkurang, semakin tua usia seseorang, semakin kurus perawakannya terutama
pada pria, kandungan air tubuh berkurang menyebabkan dehidrasi dan kendala
dalam mengatur suhu tubuh dengan ciri merasa kedinginan atau kepanasan.
Penimbunan lemak terjadi terutama di daerah perut menyebabkan
kegemukan dan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian. Penimbunan
lemak tersebut meningkatkan risiko penyakit diabetes yang berawal dengan
gangguan toleransi glukosa. Mereka yang lahir dengan berat badan kurang juga
mempunyai risiko menderita penyakit jantung lebih awal di kemudian hari. Hal
tersebut terjadi karena proses percepatan pertumbuhan pada waktu lahir yang
mengembalikan berat badan anak tersebut menjadi normal dan keausan hormon
insulin yang sejak dini harus bekerja lebih keras dalam memungkinkan proses
pertumbuhan tersebut (David Barker).
Kekurangaktifan lansia menyebabkan pengurangan masa otot dan
kekuatan otot (sarkopenia) dengan metabolisme basal tubuh menurun. Kondisi
tersebut dapat diperbaiki dengan latihan beban ringan secara rutin untuk
mengembangkan otot agar lebih efisien dalam proses metabolisme glukosa.
Kehilangan massa tulang: Massa tulang menurun dengan meningkatnya
usia terutama pada perempuan. Kepadatan tulang meningkat pada seseorang
sampai dekade ketiga kehidupan kemudian menurun dan bila melewati suatu
ambang dapat menyebabkan patah tulang secara spontan

Faktor risiko kehilangan tulang adalah:


Immobilitas

j Defisiensi hormon seks (terutama perempuan)

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


70

Kekurusan

Merokok

Alkohol

Corticosteroid

Tirotoksikosis

Penyakit hati kronis


Malabsorpsi usus
Anorexia nervosa

Faktor yg menurunkan risiko kehilangan tulang:


Aktivitas fisik (terutama aktivitas dengan beban ringan)
Terapi sulih hormon (untuk perempuan menopause)
Diuretik (thiazide)
Obesitas

Perubahan sensasi rasa:

Ambang rasa meningkat untuk rasa asin dan manis


Penyakit dan obat obatan dapat mempengaruhi rasa pengecap dan
penciuman sehingga menurunkan selera dan asupan makanan

Fungsi neurologi dan kognitif:


Gangguan mental dan demensia dapat berdampak pada otonomi dan
kemandirian seseorang
Pada gangguan kognitif dijumpai defisiensi folat dan status vitamin B
menurun terutama vitamin B6 dan B12

Fungsi imunitas:
Perubahan imunitas berakibat kepekaan terhadap infeksi dan masa
penyembuhan lama
Kekurangan protein, defisiensi mikronutrien dan zink berkontribusi terhadap
penurunan imunitas

Kurikulum dan ModuC(PeCatihan (pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


71

Kondisi Gigi dan Mulut:


Lansia dengan kondisi gigi dan mulut yang baik pada umumnya mempunyai
status gizi baik
Lansia yang mempunyai jumlah gigi kurang cenderung menghindari
makanan keras seperti apel, roti, wortel, kacang-kacangan dan jeruk

Fungsi pencernaan:
Mulut kering merupakan pertanda dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh
Gangguan fungsi saraf seperti pada pasca stroke menyebabkan gangguan
refleks menelan menyebabkan makan dan minum sulit
Penurunan cairan asam lambung sering akibat atrofi lambung (30% usia 60
tahun ke atas)
Defisiensi B12, folat, kalsium dan besi akibat penurunan asam lambung,
faktor intrinsik dan pepsin
Enzim pankreas menurun dengan meningkatnya usia yang menurunkan
digesti protein dan lemak serta menurunkan sensitivitas kandung empedu
karena enzim cholesistokinin yang menurun

B. PERSIAPAN SECARA GIZI DAN PERILAKU DALAM MENGANTISIPASI


SEGALA PERUBAHAN AKIBAT PENUAAN FISIK DAN MENTAL.

Status gizi:
Status gizi dapat dipengaruhi oleh:
Penyakit
Obat-obatan

Malnutrisi

Kebutuhan gizi untuk energi menurun namun kebutuhan untuk protein dan
zat pengatur seperti vitamin dan mineral meningkat

Kebutuhan gizi:
Kebutuhan protein sekitar 1 g/kg/hari bagi lansia sehat tanpa kelainan ginjal
dan hati

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


72

Kebutuhan energi dan lemak sesuai dengan orang dewasa namun karena
nafsu makan lansia umumnya kurang sumber karbohidrat dapat diganti
dengan lemak jenis omega3

Kebutuhan vitamin:

Kebutuhan vitamin B12, B6 dan folat meningkat karena atrofi Lambung


Defisiensi vitamin tersebut dapat menyebabkan gangguan fungsi kognitif,
imunitas dan kekuatan otot

Disamping itu peningkatan kadar homosistein darah dapat menyebabkan


anemia megaloblastik dan penyakit jantung

Defisiensi vitamin D:

Defisiensi vitamin D yang penting untuk metabolisme kalsium dan


pembentukan tulang dapat menyebabkan fraktur tulang panggul
Lansia terutama penghuni panti yang diam di tempat tidur kekurangan sinar
matahari pagi dan mempunyai fungsi ginjal yang menurun; merupakan dua
faktor penting untuk terganggunya metabolisme vitamin D
Makanan kaya vitamin D adalah ikan laut, daging dan mentega
Lansia dianjurkan kena sinar matahari (sinar Ultra Violet) pagi hari sambil
berjalan kaki selama 15-20 menit setiap hari

Kebutuhan vitamin C:

Terjadi defisiensi vitamin C ringan dengan meningkatnya usia


Makanan kaya vitamin C adalah jeruk, buah dan sayuran
Kadar vitamin C diatas ambang menurunkan risiko penyakit oleh berbagai
sebab sebesar 50 persen
Vitamin C, E dan karotenoid berperan sebagai antioksidan untuk
meningkatkan imunitas tubuh

Kebutuhan Mineral:

Defisiensi besi terjadi karena kehilangan darah kronis akibat tukak dan
penyakit, penurunan absorpsi terjadi akibat penurunan asam lambung, atau
obat-obatan seperti aspirin akibat perdarahan di saluran pencernaan

Kurikulum dan Modul'Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


73

Makanan kaya besi adalah daging, hati dan produk daging lain

Kebutuhan Kalsium:

Absorpsi kalsium menurun dengan meningkatnya usia terutama perempuan


dianjurkan mengasup susu dan produk susu serta susu kedelai juga
dianjurkan
Tembaga mempunyai fungsi penting dalam penyembuhan dan imunitas
Serat kaya fitat menurunkan absorpsi tembaga dan seng
Zink bagian penting dari enzim, hormon dan protein tubuh

Peran herbal: Fungsi utama adalah hormonal (fitoestrogen dalam tempe) dan
anti-radang atau antioksidan (bawang putih, jahe, kunyit).

Perilaku hidup sehat:


Latihan aerobik dan beban mendukung kesehatan dan berkontribusi pada
peningkatan kualitas hidup lansia
Tingkatkan asupan vitamin D dan kalsium yang memperlambat timbulnya
osteoporosis
Pertahankan berat badan normal - kelebihan berat dan kegemukan
merupakan predisposisi ko-morbiditas untuk sindroma metabolik seperti
hipertensi, penyakit jantung, diabetes, osteoartritis dan beberapa kanker
Berhenti merokok meningkatkan kesehatan pada usia berapa pun
Diet tinggi buah dan sayuran sangat bermanfaat
Diet rendah lemak jenuh menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler
Kurangi konsumsi alkohol yang berlebihan
Kurangi asupan garam
Untuk lansia di panti, aktivitas fisik dan sosial dan diet seimbang sangat
penting dan bantuan seperti untuk makan harus diberikan bila diperlukan
Kontributor morbiditas pada lansia adalah jatuh berhubung keseimbangan
dan koordinasi lemah yang ditingkatkan/ diperkuat melalui akitvitas yang
mendukung keseimbangan (seperti taichi, yoga, orhiba dan dansa)

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


74

Sumber Folat

Sayuran hijau daun,


Buah dan berri,
Kentang,
Gandum,
Susu dan hati,
dan Folat dalam fortifikasi makanan seperti serelia dan roti

Mengapa folat:
Defisiensi folat ditandai peningkatan homosistein darah yang dapat
mengakibatkan kelainan di:
Jantung
Stroke

Kanker Kolon

Alzheimer

Mengapa antioksidan:
Hasil metabolisme dalam tubuh menghasilkan radikal bebas dalam bentuk
oksigen yang reaktif dan dapat merusak DNA sel
Antioksidan berfungsi menetralkan radikal bebas dalam tubuh dan
membuang sisa metabolisme tersebut melalui keringat, air seni dan tinja

Tulang sehat:
Osteoporosis atau kerapuhan tulang merupakan sebab utama disabilitas
atau kecacatan

Patah tulang umumnya terjadi di tulang belakang, panggul dan lengan


bawah dan meningkat dengan meningkatnya usia

Faktor risiko osteoporosis:


umur,

gender,
status hormonal,
diet, dan

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


75

faktor perilaku seperti kegiatan fisik kurang dan merokok

Kesimpulan perilaku hidup sehat khususnya untuk pola makan:


Makan tidak sampai merasa kenyang
Makan porsi kecil dan sering sehingga insulin yang mengubah gula menjadi
energi dilakukan secara perlahan dan tidak membebani insulin tersebut
Makan nasi dibatasi seperempat porsi terutama siang hari karena energi
yang terbentuk masih sempat dibakar dan tidak mengendap menjadi lemak
Makanan sehat dan seimbang artinya mengandung semua sumber energi,
pembangun dan pengatur serta nasi diganti dengan roti, pasta, ubi, kentang
Sumber protein diambil dari kacangan, ikan sumber lemak omega3 dan
daging tanpa gajih
Lebih banyak mengasup sumber antioksidan dan serat diambil dari kacang-
kacangan, buah dan sayuran
Cukup cairan terutama air, teh hijau/hitam/merah/putih atau sejenis yang
tinggi kadar antioksidan dan polifenol
Kurangi gula dan garam
.
Suplemen multivitamin dianjurkan terutama di daerah perkotaan dan daerah
perdesaan miskin karena adanya polusi Ingkungan
Disamping makanan sehat dan seimbang harus diikuti dengan:
- Gerak badan rutin setiap pagi selama 15-20 menit sehari
- Tidur terutama malam hari sekitar 5-8 jam
- Mengikuti kegiatan sosial untuk merangsang kegiatan fisik, mental,
psikososial dan spiritual
- Latihan pernafasan dalam/ manajemen stres berupa latihan taichi, yoga,
orhiba dan sejenis
- Latihan stimulasi otak misalnya membaca, mengingat, menulis, teka teki
silang, permainan/games

VII. REFERENSI

1. Nutrition & Healthy Ageing. (WHO Europe, 2010).


2. Burden of Disease (WHO, 2010)

Kurikiilum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


76

MODUL MATERI INTI 3

SEKSUALITAS YANG SEHAT PADA LANJUT USIA

I. DESKRIPSI SINGKAT

Pada proses penuaan semua organ tubuh mengalami kemunduran.


Kemunduran pada organ serta perangkat reproduksi dan seksualitas terdapat
kesenjangan antara pria dan wanita, dimana pria hanya mengalami kemunduran
sedang wanita mengalami kemunduran sampai dengan berhenti pada umur
tertentu. Karena terbatasnya pengetahuan tentang hal tersebut, banyak wanita
dan pria yang menyikapinya secara salah atau berlebihan. Ditambah dengan
kondisi sosial-ekonomi pria/keluarga yang biasanya semakin kuat, maka
kesenjangan dirasakan semakin lebar dan dapat menggoyahkan keharmonisan
keluarga sampai dengan kehancuran. Materi ini akan membahas mengenai
upaya pembinaan kesehatan reproduksi dan seksualitas lanjut usia, agar
mempunyai pengetahuan, sikap dan perilaku yang benar.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami seksualitas
yang sehat pada lanjut usia.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan kesehatan reproduksi lanjut usia, fase, tantangan dan
upaya pembinaan
2. Menjelaskan seksualitas pada lanjut usia

III. POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN


Kesehatan Reproduksi Lanjut Usia, Fase, Tantangan dan Upaya
Pembinaan

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


77

Seksualitas pada Lanjut Usia

IV. B AHAN BELAJAR

Handout/modul materi Seksualitas yang Sehat pada Lanjut Usia

V. LANGKAH-LANGKAH

Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)


Fasilitator memperkenalkan diri
Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran/sesi
Fasilitator melakukan pencairan suasana dengan curah pendapat dan
diskusi kecil pada para peserta mengenai pesan-pesan terkait materi

Langkah 2. Kesehatan Reproduksi Lanjut Usia, Fase, Tantangan dan


Upaya Pembinaan (15 menit)
Fasilitator menjelaskan mengenai latar belakang pembinaan KRL, fase,
tantangan dan upaya pembinaan KRL, serta pembinaan seksualitas pada
lanjut usia
Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk tanya jawab

Langkah 3. Seksualitas pada Lanjut Usia (20 menit)



Fasilitator menjelaskan mengenai seksualitas pada lanjut usia

Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk tanya jawab

VI. UR AIAN MATERI

Program Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) merupakan salah satu


bentuk pelaksanaan dari kesepakatan International Conference on Population
and Development (ICPD) Cairo 1994, dimana dalam komitmen Internasional ini
telah disepakati satu konsensus bahwa hak-hak kesehatan reproduksi di segala
usia harus dijamin antara lain dengan memberikan informasi dan konseling
mengenai kesehatan dan pelayanan reproduksi yang benar.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


78

Berkaitan dengan hal tersebut, berdasar realita di lapangan


menggambarkan bahwa di Indonesia akses informasi dan konseling kesehatan
reproduksi maupun kesehatan seksualitas bagi penduduk yang sekarang
berusia lanjut masih sangat kurang. Akibat dari hal tersebut sangat kompleks
antara lain maraknya penyelewengan dengan wanita lain dan penjaja seks serta
terjadinya sejumlah kasus pelecehan, penyimpangan dan kejahatan seksual
(perkosaan) terhadap perempuan, termasuk terhadap anak-anak dan remaja,
oleh laki-laki lansia. Kondisi ini secara tidak langsung terdukung oleh latar
belakang budaya yang cenderung menempatkan perempuan/ isteri hanya
sebatas sebagai media pemuas seksual suaminya, sehingga lansia perempuan
yang sudah menopause kurang peduli atau membiarkan suaminya untuk
mencari perempuan lain atau wanita penjaja seks.

Realitas ini ditemukan pada penelitian latar belakang budaya lansia di


Yogyakarta oleh United Nations Population Fund (UNFPA) dan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 1999, dengan
responden wanita berusia 57 tahun, dari latar belakang yang berbeda,
menyatakan sudah tidak mau lagi melayani kebutuhan biologis suaminya, dan
secara suka rela menyilahkan suaminya untuk "jajan" di luar. Bila kondisi
semacam ini dibiarkan akan merugikan kesehatan reproduksi kaum lansia
seperti tertular Infeksi Menular Seksual (IMS), mati mendadak karena serangan
jantung akibat dari overdosis obat atau minuman suplemen tertentu, serta
merusak moralitas keluarga lansia tersebut, serta moralitas masyarakat dan
bangsa pada umumnya.

Keadaan ini mencerminkan bahwa sampai saat ini para lansia


tidak/belum memperoleh akses pelayanan konseling kesehatan reproduksi yang
memadai dari pemerintah. Namun saat ini pemerintah telah melangkah maju
dengan memberikan dan menyediakan informasi, konseling dan pelayanan yang
cukup bagi remaja dan dewasa/pralansia perihal kesehatan reproduksi, terutama
melalui Kementerian Kesehatan dan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional serta sektor terkait.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


79

Untuk itu Pelayanan Kesehatan Reproduksi Lansia seharusnya


dilaksanakan sebagai bagian dari jenjang perawatan kesehatan primer yang
antara lain juga mencakup:
KIE dan konseling tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas sesuai
umur;

Pelayanan dan perawatan kesehatan reproduksi sesuai dengan siklus


reproduksi.

Pengobatan kelainan dan penyakit termasuk infeksi organ reproduksi, yakni


penyakit yang ditularkan secara seksual, termasuk macam-macam penyakit
kelamin, HIV/AIDS dan kanker alat reproduksi.

Berdasar latar belakang di atas maka dipandang penting untuk


diterapkannya program Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) yang antara lain
dapat diaplikasikan menjadi bagian integral dari program persiapan
mengahadapi dan pembinaan masa lanjut usia, baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat dan swasta.

A. KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA FASE, TANTANGAN DAN


UPAYA PEMBINAAN

Kondisi fisik, mental dan sosial setiap orang mengalami perubahan yang
terjadi secara pelan, teratur dan pasti. Diawali dari kondisi anak dengan
keadaan/fase yang masih serba lemah dan tergantung, meningkat sampai
puncaknya pada masa dewasa/matang, kemudian menurun sampai kondisi yang
lemah pula pada lansia. Pada saat mengalami penurunan inilah biasanya terjadi
kegelisahan, kegoncangan bahkan bisa terjadi hal-hal yang sangat merugikan
apabila tidak dipersiapkan dan diantisipasi dengan baik dan benar. Keadaan ini
terjadi pada seluruh organ tubuh, termasuk organ, fungsi dan proses reproduksi.
Termasuk disini yang berkaitan dengan seksualitas, yang bila tidak disikapi
dengan benar dapat berdampak kehancuran pribadi maupun keluarga.
Kemunduran yang berkaitan dengan reproduksi, biasanya dikelompokkan
kedalam fase Klimakterium, Senium, Menopause, dan Andropause. Kemunduran
tersebut adalah hal yang pasti terjadi, oleh karena itu yang bisa kita laksanakan

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


80

adalah mengatasi atau mengantisipasi atau menyikapi kemunduran tersebut


dengan benar.

Klimakterium dan Senium

1. Fase klimakterium adalah masa sebelum dan sesudah menopause seorang


wanita, dimana terjadi perubahan fisik maupun psikologis dan sosial yang
disebabkan terutama karena terjadinya penurunan hormon kewanitaan
secara pelan dan pasti pada wanita tersebut. Walaupun pada fase ini
seorang wanita umumnya tanpa kekacauan yang signifikan, tetapi ada yang
mengalami "kekacauan" pola menstruasi, serta terjadi perubahan psikologis
dan perubahan fisik. Kejadian ini berlangsung rata-rata selama 5 tahun
sebelum dan sesudah masa menopause, dengan variasi ada yang sampai
10 tahun, sehingga klimakterium dapat terjadi pada wanita sejak usia 40
tahun s/d 55 tahun.

2. Fase Senium dialami oleh wanita berumur di atas 60 tahun dengan kondisi
mampu beradaptasi terhadap hidup tanpa estrogen. Gejala psikosomatik
yang menonjol seperti mudah berdebar, cemas/ gelisah dan minder. Secara
patologis terdeteksi dengan mudah terjadinya patah tulang terutama tulang
paha sebagai akibat osteoporosis karena tulang tipis dan keropos.
Disamping itu juga terjadi gejala kemunduran Intelectual Quotient (IQ) yang
ditandai dengan cepat lupa, ingatan berkurang, tidak terasa bila berkemih
dan buang air besar, serta sulit melakukan aktivitas di tempat tidur.

Menopause
Menopause adalah fase akhir dari masa reproduksi wanita yang terjadi
secara alamiah. Setiap wanita pasti mengalami masa menopause. Dalam
perjalanan hidupnya seorang wanita yang memasuki usia sekitar 45 tahun,
mengalami penuaan indung telur, sehingga tidak sanggup memenuhi kebutuhan
hormon estrogen. Sistem hormonal seluruh tubuh mengalami kemunduran
dalam memproduksi hormon, antara lain kemunduran kelenjar tiroid yang
mengeluarkan hormon tiroksin untuk metabolisme umum dan kemunduran
kelenjar paratiroid yang mengatur metabolisme kalsium. Penurunan produksi

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


81

hormon menyebabkan berbagai perubahan fisik dan psikis.

Proses Menopause
Menopause adalah waktu berhentinya siklus haid seorang wanita
secara alamiah yang biasanya terjadi pada periode dimana wanita berusia
antara 45 - 50 tahun (Kasdu, 2002). Menopause dapat didahului dengan
proses yang berlangsung lama, bahkan dapat berlangsung selama sepuluh
tahun. Artinya seorang perempuan kemungkinan sudah mengalami
perubahan pada siklus dan kualitas haidnya, serta perubahan-perubahan
fisik maupun psikis lainnya pada saat ia berusia 40 tahun. Menstruasi
benar-benar tidak datang lagi pada wanita rata-rata setelah mencapai usia
50 tahun (dengan rentang usia antara 48 - 52 tahun).
Dapat ditambahkan, bahwa saat datangnya menopause berbeda-
beda setiap orang, karena dipengaruhi oleh usia pertama kali perempuan
memperoleh haid (menarche). Variasi ini terjadi pula akibat adanya
perbedaan status, gizi, kultur/budaya, lingkungan sosial. Sebagai contoh
wanita berpendidikan dan berpenghasilan tinggi biasanya mendapatkan
menopause pada usia lebih tua dibanding dengan wanita dari strata
dibawahnya.

2. Perubahan-perubahan saat menopause


a. Perubahan organ reproduksi:
Rahim mengalami atrofi (pengecilan ukuran), panjang menyusut,
dinding rahim menipis. Jaringan otot rahim menjadi menyusut, dan
mengandung lebih banyak jaringan serabut (fibrotikj. Leher rahim
(serviks; mengecil, tidak menonjol ke dalam, lama kelamaan akan
"merata" dengan dinding vagina.
lipatan-lipatan saluran indung telur menjadi lebih pendek, menipis dan
mengerut, rambut getar pada ujung saluran telur (Umbrae)
menghilang;
Volume indung telur mengecil dan permukaan mengeriput;
Otot jaringan vagina (hang senggama) melemah dan lebar vagina
menyempit;

Kurikulum dan Modul(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


82

Jaringan vulva (mulut kemaluan) menipis karena berkurang/ hilangnya


jaringan lemak, elastisitas dan produksi lender, sehingga nyeri saat
bersenggama (dispareunia).
b. Perubahan fungsi reproduksi
Pada menopause, kondisi fisiologis menyusut disertai dengan
Indung telur mengecil sehingga tidak menghasilkan telor lagi, siklus
menstruasi normal berhenti, dan berarti kesuburan pada wanita tersebut
telah berhenti pula.
c. Perubahan kejiwaan dan sosial.
Perubahan kejiwaan dan sosial dapat dialami seorang wanita
menjelang sampai masa menopause. Antara lain: merasa tua, takut
menjadi tua, tidak menarik lagi, mudah tersinggung, gampang kaget
sehingga jantung berdebar, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan
seksual suaminya, khawatir suami akan menyeleweng. Keinginan seksual
umumnya menurun dan sulit mencapai kepuasan seksual (orgasme).
Dengan pembinaan yang benar, kegiatan seksualitas tetap berjalan
normal, bahkan ada yang meningkat karena sudah terlepas dari rasa
takut hamil. Dari segi ekonomi keluarga, sebagian dari mereka merasa
sudah tidak berguna, secara ekonomi tidak produktif, merasa hanya
menjadi beban keluarga.

3. Gejala menopause
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa saat menopause, volume
hormon estrogen berkurang secara signifikan. Kondisi ini dapat
mengakibatkan penurunan kualitas dan produktivitas hidup kaum wanita,
disertai dengan beberapa kumpulan gejala yang disebut dengan sindroma
kekurangan estrogen, yaitu :
a. Gangguan neurovegetafif; antara lain gejolak panas; Beberapa gejala
menopause adalah timbul hot flushes atau hawa panas, lazimnya terjadi
pada wajah atau kulit leher tetapi dapat pula terasa pada seluruh tubuh.
b. Gangguan psikis; merasa pusing-pusing, emosi berubah-ubah, gampang
tersinggung, depresi (tertekan), insomnia (sulit tidur), dan minat
melakukan hubungan seksual mulai menurun. (Pratiwi, 2005).

Kurikulum dan ModuC(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


83

c. Gangguan organik; seperti infark jantung, osteoporosis,


peradangan/infeksi, termasuk penyusutan organ dan fungsi seks.
d. Tanda-tanda lain menopause adalah lazim dialami perempuan usia di
atas 50/55 tahun. Kulit keriput, payudara kendor, menggantung. Tulang
mengalami keropos (osteoporosis, mudah patah), kelainan pembuluh
darah meningkat. Implikasi yang kemudian muncul adalah aktivitas
senggama : menurun, karena vagina kering dan sakit. Diikuti dengan
keluhan psikis : malu bertemu orang lain dan kemudian cenderung
mengurung diri.

Andropause
Andropause merupakan istilah kenyamanan/ kemudahan penyebutan
bagi reproduksi pria yang mengalami penuaan dengan segala konsekuensi dan
gejala-gejala yang ditimbulkannya di bidang fisik, sosial dan mentalnya. Ada pula
yang memakai istilah menopause pria. Istilah tersebut tidak tepat, terutama
karena kalau menopause pada wanita kesuburannya berhenti, sedangkan pada
pria terutama produksi tesetosteron tidak berhenti tetapi hanya mengalami
kemunduran secara bertahap dan pasti. Di samping itu perubahan fisiologis
reproduksi pada lansia pria tidak terlihat atau kurang terasa dibandingkan
perubahan pada wanita yang terlihat atau berakibat nyata. Sedangkan
perubahan mental maupun sosial relatif sama dengan pada wanita, walaupun
umumnya pada kadar yang lebih ringan.

1. Gejala-gejala fisik Andropause


Gejala fisik Andropause sejalan dengan penurunan kondisi fisik
umumnya, meliputi antara lain:
a. Organ reproduksi mengecil.
b. Potensi seksual mulai menurun;
c. Bisa muncul impotensi terkait dengan masalah sistem sirkulasi darah
tidak lancar termasuk yang beredar di daerah organ reproduksi;
d. Kurang bergairah;
e. Mudah letih, lesu, lemah;
f. Kaku-kaku pada otot, sendi dan tulang;

Kurikjilum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


84

g. Mengalami osteoporosis (penurunan massa tulang);


h. Rambut rontok;
i. Kulit kering;
j. Meski begitu perlu dicatat bahwa tidak semua pria mengalami
andropause pada usia yang sama dan dengan gejala/ tingkat perubahan
yang sama.

2. Perubahan mental/kejiwaan dan sosial Andropause


Suami yang mengalami andropause biasanya daya konsentrasi
terganggu, mudah tersinggung, serta menjadi pemarah karena kecewa/tak
puas dengan kondisi yang dialaminya. Situasi ini sangat tidak
menguntungkan bagi yang bersangkutan, serta tidak menggembirakan bagi
isteri dan anak-anaknya, karena bila berkelanjutan diperkirakan mereka tidak
menghormati ayahnya lagi.

3. Dampak paling buruk ketika suami mengalami andropause


Kemungkinan dampak buruk yang muncul adalah laki-laki pada masa
andropause ter-obsesi pikiran untuk mengetes daya seksualnya kepada
lawan jenisnya atau terobsesi oleh fantasi seksual yang melibatkan dan
mencari pasangan yang lebih muda usianya, pasangan lain/ berselingkuh,
atau menjadi pelanggan wanita penjaja seks. Akibat perilaku tersebut bagi
dirinya adanya kemungkinan terkena penyakit menular seksual, yang
kemudian menular pada isteri/ keluarga. Secara psikologis pasangan akan
merasa dikhianati yang dapat menjurus luntur dan hilangnya kebahagiaan
keluarga. Akibatnya dapat muncul ketegangan, tekanan, dan stress seluruh
anggota keluarga.
Kemungkinan buruk lain adalah apabila yang bersangkutan tidak bisa
dan mau menerima kemunduran yang terjadi, serta berusaha untuk
mengembalikan potensinya dengan obat-obatan. Didorong sikap tidak
menerima kenyataan yang besar maka dapat terjadi over dosis yang bisa
membahayakan kesehatannya bahkan nyawanya.

Kurikulum dan Modul (Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
85

PEMBINAAN KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA


1. Pembinaan Kesadaran dan Kepedulian
Semua makhluk hidup pasti akan mati, dan proses menuju kematian
pada dasarnya berjalan dengan sangat lambat bahkan sampai tidak
dirasakan dan tidak disadari, demikian juga berkaitan dengan kesehatan
reproduksi. Oleh karena itu bagi manusia yang penting adalah menyadari
dan menerima serta mengetahui bagaimana mengelola/menyikapi
kemunduran tersebut dengan benar dan penuh kearifan, agar kehidupan
selalu dalam keadaan sehat, sejahtera dan bahagia.
Beberapa pengetahuan, sikap dan perilaku pokok yang perlu antara
lain:

a. Kehidupan, khususnya kesehatan pasti mengalami kemunduran. Untuk


mencapai kelanjutusiaan sehat, perlu pengelolaan kemunduran tersebut
dengan benar.
b. Untuk mencapai kelanjutusiaan sehat, setiap individu perlu peduli pada
diri sendiri, sehingga berusaha untuk mengetahui, menyadari tentang
kemunduran kesehatannya dan mengetahui cara menyikapinya secara
benar serta mau melakukannya secara benar dan disiplin. Untuk
mendapatkan kelanjutusiaan sehat yang ideal, maka segala upaya
berperilaku hidup sehat harus dilaksanakan sejak awal, paling sedikit
menjelang lanjut usia/pra lansia.
c. Kesehatan meliputi kesehatan jasmani, rohani dan sosial, dimana
ketiganya saling terkait dan mempengaruhi. Oleh karena itu upaya
mengetahui dan antisipasi/ menyikapinya harus secara lengkap, baik
untuk masing-masing unsur maupun sebagai satu kesatuan.
d. Dalam mendukung/menjalankan kehidupan baik yang bersifat jasmani,
rohani maupun sosial kemasyarakatan, didukung oleh organ dan alat
secara lengkap. Salah satu upaya mencapai kelanjutusiaan sehat adalah
menjaga agar semua organ dan alat dapat tetap berfungsi sebagaimana
mestinya, dengan kemunduran yang terjaga dan alami. Misalnya biarkan
kulit mengeluarkan keringat sebagai bagian dari pembuangan sampah
dari tubuh, serta tetap fungsikan otak untuk tetap berfikir dan mengingat
dengan berbagai kegiatan.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


86

e. Motor utama kehidupan adalah kelangsungan dan kelancaran sirkulasi


darah keseluruh jaringan tubuh, dengan peran utama jantung, pembuluh
darah, dan cairan darah, didukung organ-organ pernafasan, pencernaan,
urinal, hormonal dan endocrine, pengolahan zat pendukung kehidupan,
pembuangan sampah, dan organ-organ lain yang ada.
f. Memantapkan kepedulian dengan kearifan melalui 4 langkah strategis
untuk mendapatkan kelanjutusiaan sehat:
Pertama : Pupuk kepedulian atas isyarat-isyarat yang keluar dari tubuh.
Kedua : Analisa isyarat tersebut dengan rasional.
Ketiga : Pertajam analisa dengan pertimbangan nurani, mental dan
sosial

Keempat : Tetapkan keputusan dan laksanakan dengan kedisiplinan.


Contoh, rasa haus merupakan isyarat normal dari tubuh bahwa
kurang cairan.
Dalam analisa, isyarat tubuh tersebut rasional karena tubuh
berkeringat banyak karena suhu yang panas ataupun karena olah raga
berat, seharusnya minum.
Namun dalam analisa dengan pertimbangan nurani dan sosial,
misal pada bulan puasa dimana banyak orang yang tidak makan dan
minum, maka walaupun ada air dan tidak puasa, diputuskan untuk tidak
serta merta minum dan tetap menghormati orang-orang yang berpuasa.
Tindakan terakhir yang merupakan tindakan untuk mengatasi
isyarat tubuh haus adalah berusaha minum ditempat lain, sehingga bisa
mengatasi isyarat haus dari tubuh dan fungsi sosialnya terpenuhi juga.
Demikian juga terhadap isyarat lapar, rasa lelah, mengantuk, ingin
lauk sate, ingin sayur asam, dan Iain-Iain termasuk keinginan beribadah
maupun keinginan berkaitan dengan seks.

2. Pembinaan Kesehatan Fisik dalam KRL

a. Dasar Pertimbangan
Dalam managemen kemunduran fisik, yang utama adalah
menjaga agar sirkulasi darah dalam tubuh tetap lancar dan menjangkau
seluruh organ tubuh. Untuk itu diperlukan:

Kurikulum dan Modul(Pelatihan <Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif


87

- Pertama, jantung yang memompa cairan darah melalui pembuluh


darah, berdenyut normal dan mampu menyesuaikan detak jantungnya
sesuai aktivitas fisik yang dilakukan.
- Kedua, pembuluh darah yang menjadi saluran pengantar cairan darah
keseluruh jaringan tubuh harus bersih, elastisitas tinggi dan mampu
menyesuaikan dengan aktivitas fisik/ detak jantung, serta mampu
melaksanakan fungsi osmosenya.
- Ketiga, cairan darah yang memuat zat-zat nutrisi, oksigen dan zat-zat
lain yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan tubuh, harus dengan
keenceran dan jumlah cukup, bersih, dan mampu mengangkut segala
muatan oksigen dan zat-zat yang diedarkan keseluruh tubuh, baik
untuk dimanfaatkan maupun untuk dibuang sebagai sampah.
Untuk menjamin berfungsinya jantung dan pembuluh darah dengan
baik dan benar, harus didukung dengan asupan gizi yang benar dan
cukup, serta aktivitas fisik yang cukup dan teratur, didukung dengan
usaha agar semua organ tubuh bekerja/ berfungsi sebagaimana
mestinya, misalnya salah satu fungsi kulit adalah pembuangan sampah
melalui keringat, maka sebaiknya diusahakan setiap hari ada kegiatan
fisik sehingga berkeringat. Sedangkan untuk menjamin ketersediaan
cairan darah yang cukup dari segi kualitas dan kuantitasnya, maka
diperlukan asupan gizi dan makanan serta cairan yang cukup dan
sesuai kebutuhan.

Di samping itu kesehatan fisik selalu menjadi satu kesatuan dan


saling mempengaruhi dengan kesehatan psikologis dan sosial. Oleh
karena itu upaya pembinaan kesehatan fisik harus selalu disertai pula
upaya pembinaan kesehatan psikis dan sosial.
Pokok-pokok Pembinaan Fisik dalam KRL
Memperhatikan Dasar Pertimbangan tersebut diatas, dan
mengingat bahwa kemunduran fisik KRL adalah bagian dari proses
penuaan pada umumnya, maka pembinaan fisik dalam KRL juga sesuai
dengan pembinaan kelanjutusiaan sehat pada umumnya, meliputi:
Pengaturan asupan gizi dan cairan
Beraktivitas secara rutin, teratur, terukur, dan terarah.

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


88

Istirahat yang cukup


Meninggalkan kebiasaan yang merugikan
Membina kegiatan/kebiasaan yang memberikan kepuasan
batin.

Kontrol kesehatan secara berkala dan rutin

c. Pengaturan Asupan Gizi dan Cairan:


Pengaturan asupan gizi dan cairan pada lansia sangat penting
dan cukup kompleks, oleh karena itu diperlukan sesi khusus
untuk itu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
Mengetahui dan menyadari perlunya berat badan ideal dan
pola makan sehat serta berusaha secara maksimal/berdisiplin
untuk mewujudkan/melaksanakan.
Makan tidak sampai kenyang, porsi kecil, frekuensi lebih se
ring. Hal ini berkaitan dengan kemunduran sistem pencernaan,
termasuk menghindari diabetes karena insulin dapat menye
lesaikan tugasnya dengan baik (mengubah gula jadi energi).
Makanan sehat, seimbang dan lengkap, mengandung sumber
energi, zat-zat pembangun/pengganti, zat pengatur.
Sumber energi; nasi porsinya dikurangi, berasnya tidak putih,
diselingi sumber energi lain dari ubi-ubian.
Sumber pembangun dan pengganti; terutama protein, hindari
protein dengan kandungan lemak jenuh, perbanyak berasal dari
kacang-kacangan, ikan, dan kalau daging tidak berlemak.
Sumber pengatur; pemasok mineral, vitamin, anti oksidan dan
serat, perbanyak makan sayur, buah-buahan, kacang-
kacangan, suplemen vitamin serta sinar matahari.
Khusus berkaitan dengan KRL dan seksualitas pada lansia,
disamping hal-hal tersebut diatas dapat diperbanyak makanan
yang mengandung phytohormon estrogen (misalnya kedelai
dan pepaya) sebagai terapi pengganti hormon estrogen
alamiah dan mengurangi/mencegah terjadinya hot flushes pada
menopause. Disamping itu dapat diberikan suplemen hormon
bila diperlukan.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


89

Asupan cairan; rata-rata 2 liter sehari, dengan memperhatikan


komposisi makanan, aktivitas fisik dan isyarat dari tubuh
tentang kebutuhan cairan, antara lain rasa haus, mulut kering,
kencing sedikit dan lebih keruh.
Beraktivitas secara rutin, teratur, terukur dan terarah
Peranan beraktivitas secara rutin dan terukur sangat menentukan
dalam manajemen proses penuaan dengan benar dan berhasil baik dari
segi fisik, psikologis maupun sosial. Oleh karena itu diperlukan sesi
khusus untuk topik ini. Beberapa hal yang perlu perhatian antara lain:
Dalam beraktivitas harus dilaksanakan secara rutin dan teratur,
sehingga aktivitas tersebut memberikan dampak positif bagi
kesehatan. Disamping itu juga harus dilaksanakan secara terukur,
tidak terlalu sedikit sehingga cukup memberi dampak dan tidak
berlebihan sehingga sampai kelelahan.
Untuk dicapainya kelanjutusiaan sehat, lingkup aktivitas perlu
lengkap, baik motorik, sensorik, kognitif maupun sosial, sehingga
dapat tetap sehat jasmani, rohani dan sosialnya.
Dasar dalam beraktivitas fisik adalah usaha agar semua organ tubuh
diaktifkan sedemikian sehingga masing-masing organ dapat
melaksanakan fungsinya dengan benar. Otot-otot kontraksi, sendi
bergerak, jantung berdenjut memompa darah, pembuluh darah
dengan aliran darah lancar (ke otot, paru-paru, ginjal, kulit, otak,
panca indera, dan sebagainya), paru-paru dan diaphragma bergerak
kuat dan bebas, kaki dan tangan bergerak bebas dan kuat, kulit
berkeringat dan sebagainya.
Selain melalui olahraga, aktivitas fisik dengan melaksanakan hobi
maupun yang bersifat sosial/ amal dapat menjadi pilihan beraktivitas
dengan manfaat ganda, jasmani, rohani dan sosial.
Aktivitas menulis/ mengarang, membaca, mengisi teka-teki, catur,
diskusi adalah contoh bentuk aktivitas yang diperlukan agar organ
otak dapat melaksanakan fungsinya dalam berfikir, mengingat,
menganalisa dan sebagainya. Yang harus diperhatikan adalah jangan
sampai berlebihan, sehingga lupa waktu istirahat, makan dan

Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


90

sebagainya.
Aktivitas sosial kemasyarakatan dalam bentuk arisan, pengajian, jalan
santai, senam bersama, kunjungan dan pembinaan panti-panti, dan
Iain-Iain kegiatan dapat mendukung dicapainya kesehatan fisik dan
sosial.

Khusus yang berkaitan dengan pembinaan KRL dan seksualitas, yang


perlu perhatian adalah pembinaan kesejahteraan dan harmoni
keluarga, termasuk pembinaan cinta kasih dan seksualitas.
e. Istirahat yang cukup
Istirahat sangat diperlukan untuk menghindari kelelahan dan
menjaga kesehatan. Untuk lansia diperlukan tidur selama 7 sampai 8 jam
sehari, termasuk tidur siang. Dengan tidur yang pulas dapat
menghilangkan kelelahan fisik maupun psikis. Kekurangan tidur dapat
berakibat tubuh terasa lemah dan lelah, mudah marah, mudah
tersinggung, dan sulit konsentrasi. Kelebihan tidur juga berakibat kurang
baik, yaitu menjadi malas/ kurang semangat untuk beraktivitas. Untuk bisa
tidur dengan pulas apabila aktivitas sebelumnya cukup, asupan makanan
cukup, serta tidak ada masalah yang membebani pikiran. Oleh karena itu
bila ada masalah harus segera diselesaikan.
f. Menghentikan Kebiasaan yang Merugikan
Ada beberapa kebiasaan yang harus dihentikan atau dihindari
karena merugikan dalam pembinaan kesehatan umumnya maupun
dalam pembinaan KRL umumnya. Menghentikan merokok dan minuman
beralkohol agar terhindar dari berbagai penyakit paru-paru, kanker dan
gangguan seksualitas. Menghindari dan menghentikan mengkonsumsi
narkoba adalah mutlak. Sedangkan kebiasaan lain yang perlu dihindari
atau minimal dikurangi antara lain makanan yang serba instan terutama
karena pengawetnya, goreng-gorengan karena lemak jenuhnya, dan
junkfood karena sedikitnya/ kurangnya kandungan nutrisi maupun
potensinya untuk merangsang tumbuhnya kanker.
g. Membina kegiatan/ kebiasaan yang memberikan kepuasan
batin.

Untuk melaksanakan kegiatan yang pasti terealisir dan

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


91

mendapatkan manfaat yang besar, maka melanjutkan/


melaksanakan kegiatan yang merupakan hobi adalah pilihan yang
tepat (misalnya humor/banyak tertawa, bercinta dengan benar,
berkaraoke, berkebun, memelihara ikan, menulis buku atau
menulis untuk media). Disamping itu kegiatan yang mempunyai
nilai/ dampak sosial atau amal (misalnya jadi kader atau pembina
posyandu, pengajian) juga merupakan kegiatan yang tidak hanya
mendukung upaya pembinaan kesehatan fisik lansia tapi juga
mempunyai dampak ganda, kesehatan jasmani, rohani dan sosial.
h. Kontrol Kesehatan secara Berkala dan Rutin

Melakukan kontrol kesehatan secara berkala dan rutin sangat


diperlukan untuk mengantisipasi menurunnya daya tahan tubuh atas
infeksi maupun antisipasi terjadinya kelainan/ pertumbuhan tidak normal
seperti kanker, pembesaran prostat, gula darah, tekanan darah tinggi,
kolesterol dan sebagainya. Dalam pembinaan KRL maka pemeriksaan
mulut rahim sangat perlu kaitannya dengan potensi kanker mulut rahim
yang besar.

Pembinaan Kesehatan Rohani/ Psikis Dalam KRL

Kesehatan psikis walaupun dapat dipengaruhi kondisi sosial dan


Kesehatan fisik, tetapi pengaruh terbesar adalah faktor internal. Bahkan
dalam beberapa hal kesehatan psikis dapat berpengaruh besar pada
kesehatan fisik maupun sosial. Oleh karena itu ada sesi khusus berkaitan
dengan Kesehatan psikis/ rohani. Beberapa hal yang perlu perhatian
antara lain:

a. Memupuk Kepribadian
Bentuk Kepribadian sederhana lanjut usia adalah apabila selalu
diwarnai dengan pemikiran yang simpel/ sederhana, serius, syukur, dan
sabar. Simpel/ sederhana dalam berfikir, bersikap, berperilaku dan
menetapkan tujuan. Serius/ sungguh-sungguh dalam berusaha mencapai
tujuan. Syukur saat mendapat kebahagiaan, mencapai tujuan baik
sepenuhnya maupun hanya sebagian dari tujuannya. Sabar dalam
menghadapi musibah atau tantangan, serta mampu mengelola stres.

Kurikulum dan Modul(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


92

Kepribadian tidak bisa dibentuk dalam waktu singkat, tetapi perlu


dibina sedini mungkin, paling tidak mulai pada usia pralansia.
Memupuk Kearifan
Kearifan didukung oleh kepekaan dalam menerima rangsangan
dari dalam maupun dari luar, ketajaman dalam menganalisa
rangsangan yang diterima, kecermatan dalam menerapkan
pertimbangan perasaan /batiniah, dan ketepatan keputusan/
tindakan yang ditempuh. Sebagaimana kepribadian, kearifan juga
tidak bisa dibentuk dalam waktu singkat, tetapi perlu dibina sedini
mungkin, paling tidak mulai pada usia pra lansia.
Membina Pengetahuan dan Memupuk Kesadaran tentang KRL
Yang harus diingat adalah menopause dan andropause dan kondisi
KRL pada umumnya bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan bagian
dari siklus hidup atas kehendak Tuhan. Oleh karena itu langkah utama
yang harus diambil adalah menguasai pengetahuan tentang KRL,
memahaminya, dan menerima dengan ikhlas serta berusaha mengelola
kepastian tersebut dengan baik, sehingga berjalan normal dan dalam
batas kewajaran.
Membina Sikap dan Perilaku Positif untuk KRL
Meningkatkan kualitas kegiatan spiritual.
Membina kesejahteraan dan keharmonisan kehidupan keluarga
Tindakan antisipasi menghadapi akan hilangnya kekuasaan/tanggung
jawab/potensi, baik dari segi menerima kenyataan maupun dalam
menyiapkan aktivitas pengganti/ karir kedua sesuai kondisi dan
kapasitas.
Mencegah timbulnya stres, dan/ atau membina kemampuan untuk
mengelola stres dengan baik.
Pembinaan pengetahuan, pemahaman dan keikhlasan penerimaan
KRL dilaksanakan untuk pasangan/ suami-isteri, sehingga ada saling
pengertian, tenggang rasa dan saling membantu dalam mengelola
KRL dengan benar, termasuk pembinaan cinta-kasih dan seksualitas
dalam masa menopause maupun andropause.
Pembinaan pengetahuan, pemahaman tentang KRL dilaksanakan

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


93

pula untuk keluarga lansia, sehingga saling pengertian dan tenggang


rasa juga diterima dari keluarga. Demikian juga para pembina/
pendamping kegitan kelansiaan diberikan pembinaan, sehingga dapat
meneruskannya pada lansia binaannya, sehingga jangkauan
pembinaan KRL semakin luas.

4. Pembinaan Kesehatan Sosial/ Kemasyarakatan Dalam KRL


Pembinaan kesehatan sosial/ kemasyarakatan tidak bisa dipisahkan
dengan pembinaan kesehatan jasmani maupun rohani. Namun
keterkaitannya dengan pembinaan kesehatan rohani sangat besar bahkan
sering tidak bisa dibedakan. Beberapa hal yang perlu perhatian antara lain:
a. Membina Kesejahteraan dan Kemandirian
Pada dasarnya untuk mengarungi hidup dimasa lansia dengan
nyaman perlu didukung kepastian adanya potensi untuk membiayai
hidup sehari-hari secara mandiri, walaupun hanya cukup
memadai/sederhana. Oleh karena itu secara dini harus sudah
direncanakan dan diusahakan upaya mencapai hidup sejahtera dan
mandiri pada lansia. Hal tersebut bisa diupayakan misalnya dengan
menabung yang terencana, dengan investasi dalam usaha sendiri
maupun gabungan, ataupun investasi pada barang-barang tidak
bergerak misalnya tanah, ruko, dan sebagainya.
b. Membina Keharmonisan Keluarga
Masyarakat sosial terdekat adalah keluarga, yang tidak hanya
hubungan kemasyarakatan tetapi juga hubungan darah, kejiwaan,
bahkan norma agama. Oleh karena itu keharmonisan kehidupan
keluarga harus diwujudkan. Kunci utamanya adalah menerima anggota
keluarga dengan apa adanya dengan berbagai upaya penyesuaian,
serta tidak banyak menuntut khususnya hal-hal yang sangat sulit
diwujudkan dan hal-hal yang diluar kepentingan keluarga.
c. Sifat Pembinaan Kegiatan Sosial Kemasyarakatan
Arah utama pembinaan kegiatan sosial lansia adalah memupuk
semangat sehingga kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan
lansia lebih merupakan amal/ pengabdian kedua bagi negeri dan

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


94

sesama.

d. Membina Keharmonisan Hubungan Sosial Kemasyarakatan


Keharmonisan hubungan sosial kemasyarakatan sangat
mempengaruhi kondisi kesehatan sosial lansia. Hal tersebut dicapai
antara lain melalui kegiatan, kegotong-royongan, tolong-menolong,
kunjungan dalam suka dan duka.
e. Membina/ Mengembangkan Kegiatan Bersama Masyarakat
Kesehatan sosial juga dapat dicapai melalui kegiatan kebersamaan
masyarakat, antara lain dalam bidang keagamaan, pendidikan, seni/
budaya, ekonomi dan kesehatan masyarakat.
f. Pemberdayaan masyarakat tentang kelanjut usiaan sehat
Secara bertahap melalui kegiatan khusus atau kegiatan
masyarakat yang ada, perlu dilaksanakan pemberdayaan masyarakat/
khususnya komunitas lansia tentang kelanjut usiaan sehat maupun
tentang KRL.

B. SEKSUALITAS PADA LANJUT USIA

Seksualitas Pada Wanita Lanjut Usia


Pada menopause produksi hormon kesuburan berhenti. Indung telur
tidak lagi mengeluarkan telur dan hormon, berarti secara biologis telah
terjadi mati haid, yang ditandai dengan tidak terbentuknya dan
dikeluarkannya selaput dalam secara periodik dari rahim. Kekurangan
hormon menyebabkan terjadinya atrofi (pengecilan ukuran) vagina, terjadi
penyempitan, aliran darah menurun disertai menurunnya pengeluaran lendir,
sehingga Hang dan organ senggama kering yang berakibat dispareunia yakni
perasaan nyeri saat bersenggama, serta mengalami penurunan birahi.
Implikasi lanjutan yang kemudian muncul antara lain kulit keriput, payudara
yang melembek. Semua kemunduran tersebut apabila disertai dengan
minimnya pengetahuan tentang KRL, maka wanita tersebut tidak hanya takut
bersenggama tetapi juga disertai rasa minder, tak berguna dan sebagainya.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


95

Keinginan dan tantangan seksual lansia wanita


a. Pada dasarnya wanita menopause tetap mempunyai keinginan untuk
melakukan hubungan seksual, walaupun secara rasional mengalami
penurunan sejalan dengan kemunduran fisik dan KRL pada umumnya.
b. Disisi lain, secara naluriah keinginan bersenggama pada wanita
menopause mengalami peningkatan, karena tidak adanya kekhawatiran
hamil lagi.
c. Besar/ kecilnya sampai ada/ tidaknya keinginan hubungan seks sangat
dipengaruhi luas/ sempitnya dan dangkal/ dalamnya pengetahuan yang
bersangkutan tentang KRL, serta besar/ kecilnya kemunduran kesehatan
fisik yang terjadi.
d. Disamping itu kondisi seksualitas wanita lansia juga dipengaruhi oleh
keharmonisan kehidupan keluarganya. Sesuai dengan pengertian yang
lengkap bahwa seksualitas tidak hanya biologis, maka kualitas cinta
kasih melalui kata-kata, pandangan, senyuman, sentuhan dan lain-
lainnya juga merupakan ukuran kualitas seksualitas yang umumnya
merupakan bagian dari cinta kasih.
e. Tantangan yang cukup besar bagi wanita lansia, selain penguasaannya
tentang seksualitas juga tantangan dari sikap dan perilaku pasangannya
(yang juga lansia) yang menyimpang kehidupan seksualnya, misalnya
penggunaan obat berlebihan dan kehidupan seksual menyimpang
dengan wanita nakal.

Upaya Yang Dapat Dilakukan Wanita Lanjut Usia/ Menopause


Umum:

Melaksanakan kegiatan Pembinaan Kesehatan Reproduksi Lansia secara


keseluruhan sebagamana tertuang pada sub bab PEMBINAAN
KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA (Pembinaan Kesadaran dan
Kepedulian, Pembinaan Kesehatan Fisik, Pembinaan Kesehatan
Rohani/psikis, Pembinaan Kesehatan Sosial/Kemasyarakatan).
Khusus:

a. Menerima dengan ikhlas periode menopause sebagai bagian dari proses


kehidupan.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


96

b. Mengetahui ikhwal menopause maupun kesehatan reproduksi dan


seksual wanita lansia, serta mampu menyikapinya dengan benar.
c. Menjaga kesehatan jasmani, rohani dan sosial pada umumnya antara
lain dengan memperhatikan asupan gizi, aktivitas fisik, mengatur
istirahat, meninggalkan kebiasaan-kebiasaan merugikan, dan
menjalankan kegiatan-kegiatan yang memberikan kebahagiaan/
kepuasan.
d. Membina keharmonisan kehidupan keluarga dan keharmonisan
kehidupan cinta kasih dan seksualitas secara rutin dan berkelanjutan.
e. Hubungan cinta kasih dan seksualitas tidak hanya dan tidak harus selalu
berakhir dengan hubungan biologis/ seks. Ungkapan kemesraan dan
birahi dapat melalui pandangan, sentuhan, ciuman, senyuman,
pemberian hadiah, doa, kata-kata rayuan, hubungan seks dan Iain-Iain,
dapat dilaksanakan kapan saja dan sampai usia berapapun.
f. Mengatasi masalah-masalah berkaitan pembinaan cinta kasih dan
seksualitas, misalnya penggunaan kondom atau jelly dalam mengatasi
dispareunia.
g. Memberikan suplemen protein dan hormon sesuai kebutuhan.

Seksualitas Pada Pria Lanjut Usia


Naluri seks pria meski sudah lanjut usia masih lebih nyata dan lebih
kuat dibanding wanita lansia. Pria lansia dapat mengalami "ereksi" setiap
saat dan lebih bersifat spontan. Maka tak heran banyak kejadian seorang
kakek melakukan perbuatan yang tak pantas, seperti pencabulan pada anak-
anak perempuan, perselingkuhan dengan wanita idaman lain, seksual
menyimpang wanita nakal, sampai dengan tindak perkosaan.
Atas perbuatannya, banyak diantara para lansia itu ditangkap polisi
dan diadili. Tentu peristiwa ini tidak memalukan diri sendiri tetapi juga
memalukan bagi keluarga, besan dan kerabatnya, bahkan kehancuran
keluarga. Dia berbuat dengan alasan kebutuhan seksualnya tidak terpenuhi
lagi di rumah karena isteri sudah menopause dan alasan-alasan lain.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


97

Upaya Yang Dapat Dilakukan Pria Lanjut Usia/Andropause


Umum:

Melaksanakan kegiatan Pembinaan Kesehatan Reproduksi Lansia secara


keseluruhan sebagamana tertuang pada sub bab PEMBINAAN
KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA (Pembinaan Kesadaran dan
Kepedulian, Pembinaan Kesehatan Fisik, Pembinaan Kesehatan
Rohani/psikis, Pembinaan Kesehatan Sosial/Kemasyarakatan).
Khusus:

a. Menerima dengan ikhlas periode andropause sebagai bagian dari proses


kehidupan.
b. Mengetahui ikhwal andropause maupun kesehatan reproduksi dan
seksual pria lansia, serta mampu menyikapinya dengan benar.
c. Menjaga kesehatan jasmani, rohani dan sosial pada umumnya antara
lain dengan memperhatikan asupan gizi, aktivitas fisik, mengatur
istirahat, meninggalkan kebiasaan-kebiasaan merugikan, dan
menjalankan kegiatan-kegiatan yang memberikan kebahagiaan/
kepuasan.
d. Membina keharmonisan kehidupan keluarga dan keharmonisan
kehidupan cinta kasih dan seksualitas secara rutin dan berkelanjutan.
e. Hubungan cinta kasih dan seksualitas tidak hanya dan tidak harus selalu
berakhir dengan hubungan biologis/ seks. Ungkapan kemesraan dan
birahi dapat melalui pandangan, sentuhan, ciuman, senyuman,
pemberian hadiah, doa, kata-kata rayuan, hubungan seks, dan Iain-Iain,
dapat dilaksanakan kapan saja dan sampai usia kapanpun.
f. Terutama pria lansia perlu mengelola keinginan/ nafsu seksual dengan
benar dan arif. Kita terutama lansia harus sadar bahwa semua
kenikmatan duniawi terutama seks, adalah ujian yang berat dan harus
dijaga lebih ketat dibanding kenikmatan lain seperti makanan, minuman
dan sebagainya.

Beberapa Deskripsi Seksualitas Pada Lanjut Usia


1. Temuan penelitian Kinsey di Amerika Serikat (1976) menyatakan :
a. 97 persen laki-laki dan 93 persen perempuan usia di atas 50 tahun

Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


98

menyatakan, secara seksual mereka masih aktif;


b. 94 persen laki-laki dan 84 persen perempuan usia 60 tahun ke atas
menyatakan masih aktif berhubungan seksual;
c. Masalah muncul, mana kala kebutuhan pasangannya berbeda:
73 persen laki-laki usia 65 - 69 tahun masih mampu
bersenggama
60 persen laki-laki usia 70 - 74 tahun menyatakan masih
mampu

48 persen laki-laki usia 75 - 92 tahun masih punya kemauan


bersenggama
Sementara di pihak perempuan secara gradual lebih rendah
dibanding laki-laki dalam hal keinginan berhubungan seksualnya.
Hal inilah yang menyebabkan sering terjadi seorang kakek
menjadi pelanggan tetap penjaja seks, bahkan beberapa orang
diantaranya tertangkap saat dilakukan razia di tempat-tempat
mesum.

Ada pula pria lansia yang meninggal mendadak karena


mengkonsumsi terlalu banyak obat kuat (suplemen).
Perkosaan dan tindak asusila oleh pria lansia juga sering terjadi,
terutama dari kelompok masyarakat bawah. Hal ini disebabkan
antara lain karena lemahnya pengetahuan tentang KRL,
pendidikan, ekonomi/ kesejahteraan dan iman maka sering terjadi
perkosaan/ tindakan asusila pria lansia pada anak-anak termasuk
kerabatnya sendiri. Selain sebab-sebab tersebut di atas,
kelompok ini juga sering berbuat asusila karena isterinya yang
menopause menyikapi kehadiran menopause dengan salah,
minder, merasa tak berguna, merasa tidak bisa melayani lagi dan
cenderung permisif atas perbuatan menyimpang suaminya.

2. Faktor penting yang mempengaruhi interaksi seksual lansia:


a. Keeratan hubungan (relasi) keseharian antara suami dan istri;
b. Kondisi fisik pasangan. Pasangan yang kondisinya kurang bugar
menyebabkan malas melakukan hubungan seksual;

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


99

c. Pola menstruasi yang tidak teratur, berlebihan, berkepanjangan,


serta kemungkinan hamil takkan terjadi lagi sebenarnya
"menguntungkan" lansia menikmati naluri seksualnya;
d. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aktivitas seksual
sebenarnya lebih stabil saat usia beranjak tua dibanding masa
sebelumnya, karena tidak takut hamil.

3. Penyebab menurunnya gairah seksual


a. Khawatir kemungkinan hamil (pada perempuan pramenopause);
b. Gangguan saat bersenggama;
c. Menderita penyakit kronis antara lain jantung, paru- paru, hipertensi,
TBC dan sebagainya;
d. Melakukan kewajiban pengobatan berjangka panjang;
e. Secara psikologis sedang mengalami depresi, stress;
f. Keletihan fisik dan psikis;
g. Problem relasi hubungan personal suami istri;
h. Problem seksual pasangannya seperti ejakulasi dini, kemunduran
kualitas ereksi, impotensi.
i. Bagi pasangan lansia yang saat usia muda kurang aktif dan tidak
teratur melakukan hubungan seksual, akan merasa menderita,
karena bisa menyebabkan lecet dan bahkan perdarahan (bleeding).

4. Hubungan seks pada masa menopause


Aktivitas seksual lansia sebaiknya terus dipertahankan meski
mengalami penurunan frekuensi. Perubahan lain yang terjadi antara lain
rangsangan lebih lama, foore play harus diperlama. Kebersihan
bersenggama pada lansia banyak dipengaruhi oleh : keinginan,
kesiapan, dan kondisi psikologis. Untuk mengatasi vagina kering dapat
digunakan "pelumas" semacam zat yang larut di air misalnya sejenis gel.
Agar tidak membosankan dalam bersenggama maka perlu dilakukan
variasi gaya yang inovatif agar masing-masing merasa menikmati
(Riswanto, 2004, Suparjo, 2005).

Kurikulum dan Modul(Pelatihan Q?ra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


100

5. Kenikmatan seksual pada isteri menopause


Kehidupan seksual pada masa menopause ditentukan oleh
kehidupan seksual dimasa sebelumnya (saat masih muda). Bila
kehidupan seksual sebelum menopause tidak menyenangkan,
diperkirakan setelah mengalami menopause hubungan "intim" tersebut
terasa sebagai beban yang menyengsarakan.

6. Pasangan lansia yang merasa nyaman berhubungan seksual


Bagi pasangan lansia yang saat usia muda aktif dan teratur
melakukan hubungan seksual, maka meski sudah lanjut usia, mereka
akan menikmati seks lebih lama. Hal ini dimungkinkan, oleh karena
organ kelamin menjadi tahan lama karena saat di usia mudanya aktivitas
hubungan seksual teratur dilakukan dan terukur frekuensinya. Kebiasaan
ini berdampak positif karena daerah sensitifnya tidak cepat mengkerut
(kisut).

7. Penanganan pada pasangan yang terganggu aktivitas hubungan


seksualnya
a. Berikan konseling: bahwa menopause bukanlah penyakit, tetapi
semata-mata proses alami. Menopouse tidak mengganggu aktivitas
dan produktivitas seseorang. Namun bila gejala psikisnya signifikan
maka bisa merujuk ke dokter atau rumah sakit yang biasanya akan
diberikan resep berupa obat simptomatik (obat untuk mengurangi
gejala yang dikeluhkan).
b. Penanganan lainnya dapat dilakukan dengan melakukan diet
seimbang terutama mengurangi asupan karbohidrat yang
mengandung gula, mengkonsumsi susu tinggi kalsium, tempe,
kedelai (estrogen alami)
c. Tindakan lanjutan yaitu terapi hormonal jika diperlukan.

Kurikulum dan Modul(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


101

VII. REFERENSI

1. Keluarga Sejahtera. Kesehatan Reproduksi, BKKBN


2. Ageing and Longevity, RM Nugroho Abikusno, Dr, MD, MSc, DrPH, Univ.
Trisakti

3. Sehat itu Murah, Hendrawan Nadesul.Dr

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


102

MODUL MATERI INTI 4

PERSIAPAN PSIKOLOGIS MENGHADAPI MASA PENSIUN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Banyaknya persepsi negatif mengenai pensiun terjadi pada mereka yang


masih punya keinginan untuk meneruskan karir dan pekerjaan lama mereka dan
tidak atau belum melihat adanya aktivitas-aktivitas lain yang dapat mengisi masa
pensiun dengan bermakna, namun dengan adanya persiapan psikologis
menghadapi masa pensiun, maka diharapkan para lansia dapat menghadapi
masa pensiun dengan sikap positif. Materi ini akan membahas mengenai
stereotip tentang masa pensiun, pendekatan-pendekatan individu tentang masa
pensiun, fase-fase umum yang dilalui individu yang akan dan telah memasuki
masa pensiun, kategori sikap individu yang memasuki masa pensiun,
penyesuaian psikologi saat memasuki masa pensiun, dan kiat-kiat dalam
merencanakan penyesuaian diri saat memasuki masa pensiun.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami persiapan
psikologis dalam menghadapi masa pensiun.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan stereotip tentang masa pensiun.
2. Menjelaskan pendekatan-pendekatan individu tentang masa
pensiun.
3. Menjelaskan fase-fase umum yang dilalui individu yang akan dan
telah memasuki masa pensiun.
4. Menjelaskan kategori sikap individu yang memasuki masa pensiun.
5. Menjelaskan penyesuaian psikologi saat memasuki masa pensiun.

Kurikulum dan ModuC(Pelatihan <Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


103

6. Menjelaskan kiat-kiat dalam merencanakan penyesuaian diri saat


memasuki masa pensiun.

III. POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN

Stereotip tentang masa pensiun.


Pendekatan-pendekatan individu tentang masa pensiun.
Fase-fase umum yang dilalui individu yang akan dan telah memasuki
masa pensiun.
Kategori sikap individu yang memasuki masa pensiun.
Penyesuaian psikologi saat memasuki masa pensiun.
Kiat-kiat dalam merencanakan penyesuaian diri saat memasuki masa
pensiun.

IV. B AHAN BELAJAR

Handout pelatihan Persiapan Psikologis Menghadapi Masa Pensiun

V. LANGKAH-LANGKAH

Langkah 1. Pengkondisian (5 menit)


Fasilitator memperkenalkan diri
Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan
dan pentingnya materi ini dalam pelatihan persiapan psikologis
menghadapi masa pensiun

Langkah 2. Stereotip tentang Masa Pensiun (5 menit)


Fasilitator menjelaskan beberapa stereotip tentang masa pensiun
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 3. Pendekatan-Pendekatan Individu tentang Masa Pensiun (10


menit)

Fasilitator menjelaskan berbagai pendekatan-pendekatan individu tentang


masa pensiun
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


104

Langkah 4. Fase-Fase Umum yang Dilalui Individu yang akan dan telah
Memasuki Masa Pensiun (10 menit)
Fasilitator menjelaskan fase-fase umum yang dilalui individu yang akan
dan telah memasuki masa pensiun
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 5. Kategori Sikap Individu yang Memasuki Masa Pensiun (5


menit)

Fasilitator menjelaskan kategori sikap individu yang memasuki masa


pensiun

Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 6. Penyesuaian psikologi saat memasuki masa pensiun (5


menit)
Fasilitator menjelaskan penyesuaian psikologi saat memasuki masa
pensiun
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 7. Kiat-Kiat Merencanakan Penyesuaian Diri Saat Memasuki


Masa Pensiun (5 menit)
Fasilitator menjelaskan kiat-kiat merencanakan penyesuaian diri saat
memasuki masa pensiun
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 8. Penugasan (90 menit)

VI. UR AIAN MATERI

Setiap karyawan pasti akan mengalami masa pensiun, masa dimana


seorang karyawan meninggalkan rutinitas dunia kerja karena sudah mencapai
usia kerja tertentu. Banyak orang yang menganggap pensiun adalah akhir
segalanya sehingga masa pensiun dipersepsi sebagai situasi yang tidak
menyenangkan karena hilangnya kegiatan rutin, menurunnya penghasilan,

KurikuCum dan ModuC(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


105

hilangnya wewenang yang selama ini dimiliki (post power syndrome), hubungan
sosial berkurang, dan kondisi kesehatan menurun disebabkan pensiun biasanya
seiring dengan masuk ke lanjut usia. Namun demikian, tidak semua orang
mengalami hal seperti diatas; banyak juga yang berhasil memasuki masa
pensiun dengan hidup nyaman bersama keluarga dan teman-teman karena
mereka menghadapinya dengan sikap positif. Sikap positif ini didapat dari
perluasan wawasan psikologis guna mempersiapkan diri menghadapi masa
pensiun. Penelitian psikologi sosial menemukan bahwa sikap individu terhadap
masa pensiun pada umumnya positif, yang tidak antusias menghadapi masa
pensiun adalah mereka yang masih punya keinginan untuk meneruskan karir
dan pekerjaan lama mereka dan tidak atau belum melihat adanya aktivitas-
aktivitas lain yang dapat mengisi masa pensiun dengan bermakna.
Sebenarnya masa pensiun adalah masa yang akan menghampiri semua
orang pada usia tertentu, dan karenanya memasuki masa pensiun seharusnya
dimaknai sebagai fase dalam kehidupan yang justru dapat menjadikan hidup
lebih bermakna untuk diri sendiri maupun orang lain. Masalahnya tidak semua
karyawan memiliki kesiapan psikologis untuk memasuki masa pensiun. Mereka
belum memiliki rencana dan strategi untuk mengisi masa pensiun karena belum
melakukan pengukuran potensi diri, belum pernah melihat kelebihan dan
kelemahan diri, dan belum membuat tujuan hidup kedepan yang jelas.
Pensiun bukan hanya suatu tonggak sejarah dalam hidup tapi pensiun
adalah proses. Individu yang dapat menyesuaikan diri ke masa pensiun pada
umumnya adalah individu yang sehat fisiknya, tak punya masalah finansial, aktif
melakukan bermacam kegiatan, cukup berpendidikan, punya jejaring sosial
seperti keluarga dan teman, dan biasanya merasa cukup puas dengan
kehidupan sebelum pensiun. Sebaliknya individu yang tidak memiliki cukup
dukungan finansial, memiliki masalah kesehatan, yang mengalami stres
kehidupan bersamaan dengan memasuki masa pensiun (misalnya kehilangan
pasangan hidup) kebanyakan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri
dengan datangnya masa pensiun ini. Kurangnya kemampuan untuk melakukan
penyesuaian psikologis ke masa pensiun dapat berakibat munculnya perasaan
terisolasi, kecemasan dan kebosanan, friksi dalam hubungan rumah tangga, dan
yang terburuk depresi. Yang perlu diingat adalah penyesuaian diri kepada masa

Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


106

pensiun ini bersifat individual karena setiap orang dibedakan dengan orang lain
oleh berbagai variabel seperti usia pada saat pensiun, jenis kelamin, status
perkawinan, keuangan, dan kesehatan.
Program persiapan pensiun tak hanya meliputi persiapan mengenai
keuangan, tapi juga bagaimana cara mengatur kehidupan supaya sejahtera dan
tetap produktif setelah pensiun, mengantisipasi masalah-masalah fisik dan
emosional, serta menyertakan pasangan hidup yang akan menjalani masa
pensiun bersama para pensiunan. Untuk dapat memasuki masa pensiun
dengan penyesuaian yang smooth, kita perlu mengetahui berbagai aspek
psikologis terkait pensiun, mulai dari berbagai stereotip tentang masa pensiun,
pendekatan-pendekatan psikologis individu-individu ketika memasuki masa
pensiun, fase-fase yang dilalui sebelum dan ketika berada dalam masa pensiun,
dan bagaimana mereka-mereka yang berhasil menyesuaikan diri ke masa
pensiun ini mempersiapkan diri.

A. STEREOTIP TENTANG MASA PENSIUN

Banyak karyawan, terutama pria, memiliki stereotip bahwa hidup adalah


kerja dan kerja menjadi konsep diri yang utama karena kerja adalah
segalanya, mereka mempersepsi pensiun sebagai tidak bekerja dan ini berarti
lenyap pula konsep diri utama. Selanjutnya, tidak bekerja menjadikan hidup
tak bermakna dan manusia yang kehilangan makna hidup akan mengalami
stres akibat krisis identitas.

Stereotip lain mengenai masa pensiun adalah pandangan yang


mengkaitkan masa pensiun dengan usia lanjut atau menjadi tua, yang kemudian
dipersepsi sebagai masa dekat ke akhir kehidupan sehingga merasa tak perlu
melakukan apa-apa, hari-hari dihabiskan dengan duduk di kursi goyang tanpa
beraktivitas. Sebenarnya apakah individu akan memasuki masa pensiun dengan
persepsi menjadi lansia tak berdaya, atau melihat masa pensiun sebagai suatu
fase perubahan alamiah dimana ia masih dapat beraktivitas, tergantung pada
persepsi masing-masing individu yang dipengaruhi oleh faktor kesehatan fisik
(ada tidaknya gangguan kesehatan dan bagaimana ia mempersepsi fisiknya) ,

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


107

sosial (hubungan dengan lingkungan sosial), budaya (pendapat budaya tentang


orang yang pensiun/ lanjut usia) dan kepribadian (matang atau tidak).

B. PENDEKATAN-PENDEKATAN INDIVIDUAL TENTANG MASA PENSIUN

Penelitian-penelitian mengenai penyesuaian kepada masa pensiun


menemukan lima kelompok individu dengan pendekatan yang sama tentang
masa transisi ini (Schlossberg, 2004).
a. Continuers, adalah mereka yang tak ingin berpisah dengan keahlian dan
kemampuan kerja mereka selama ini atau membawanya ke aktivitas dan
minat baru. Sebagian besar dari mereka melihat pekerjaan mereka sebagai
pusat identitas diri dan tak dapat berhenti memikirkan pekerjaan mereka.
Biasanya mereka akan merasa senang bila mereka masih dapat terus
bekerja ditempat mereka yang lama.
b. Adventurers, adalah mereka yang melihat pensiun sebagai kesempatan
untuk mencoba kegiatan baru. Mereka menyalurkan energi dengan
menciptakan/ menjalani aktivitas baru, merubah struktur dalam kehidupan
mereka (misalnya sekolah lagi, dari kota besar pindah ke desa kecil, dari
pekerjaan kantoran menjadi petani duren).
c. Searchers, adalah para pensiunan yang mencoba peran dan aktivitas yang
lain sama sekali melalui suatu proses pencarian yang subjektif dan intuitif.
Dalam proses pencarian ini tak bermasalah bagi mereka untuk mulai
pekerjaan baru, lalu pindah beberapa kali ke pekerjaan baru lainnya, sampai
mereka menemukan kerja yang mereka rasakan cocok bagi mereka
(misalnya menjadi konsultan bisnis, lalu perancang busan busana muslim,
kemudian menjadi ustadzah).
d. Easy gliders, adalah para pensiunan yang santai-santai saja, menyatakan
ingin menikmati kesempatan istirahat tanpa terikat struktur atau waktu, dan
baru akan menentukan sasaran selanjutnya setelah merasa tak puas hanya
bersantai saja dalam hidup.
e. Retreaters, adalah mereka yang pensiun dan benar-benar mengundurkan
diri dari segalanya, mengambil timeout, dan menganggap pensiun bukan
hanya pensiun dari pekerjaan tetapi pensiun dari kehidupan dengan tak mau

KurikuCum dan ModuC(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif


108

melakukan apapun. Kelompok dengan pendekatan ini adalah mereka yang


mengalami kemunduran fisik dan psikologis serta kepikunan lebih cepat dari
pendekatan-pendekatan lainnya. Dari yang sebelumnya bekerja kemudian
menutup diri berpotensi mengembangkan berbagai gangguan psikologis
seperti kecemasan dan depresi.

C. FASE-FASE YANG UMUM DILALUI INDIVIDU YANG AKAN DAN TELAH


MEMASUKI MASA PENSIUN

Penelitian dibidang psikologi sosial menemukan bahwa kebanyakan


individu melalui serangkaian fase menjelang dan sesudah memasuki masa
pensiun (Atchey, 2004):
a. Fase Pensiun Masih Jauh. Kebanyakan orang mulai bekerja tanpa
memikirkan bahwa masa kerja ini pada suatu saat akan berakhir sehingga
mereka tak berfikir untuk mempersiapkan diri untuk pensiun. Walau waktu
terus berjalan mereka tak menyadari bahwa pada suatu saat mereka harus
pensiun yang membawa berbagai konsekuensi.
b. Fase Dekat. Ketika karyawan mulai mendekati usia pensiun, mereka mulai
ingin turut dalam program pra pensiun ini (di Indonesia dikenal MPP).
Program persiapan pensiun membantu karyawan untuk menyesuaikan diri
secara mental psikologis, finansial, fisik, dan kesehatan. Manfaat program
pra pensiun bagi penyesuaian diri tergantung pada faktor-faktor seperti
kesiapan psikologis, keuangan, harapan-harapan sebelum memasuki
pensiun dan kemampuan membuat keputusan yang benar.
c. Fase Bulan Madu. Ketika baru pensiun tidak aneh bila sebagian pensiunan
merasakan euforia. Dalam pikiran mereka pensiun sangat menyenangkan
karena mereka tak perlu pergi kerja, mereka punya waktu untuk melakukan
berbagai hal yang selama mereka masih bekerja tak sempat mereka lakukan
(misalnya berlama-lama bermain dengan cucu-cucu ), dan mereka senang
sekali dapat leluasa mengatur waktu mereka sendiri (misalnya memancing
sepanjang hari, bertamasya kapan saja). Dalam fase bulan madu ini
kegiatan-kegiatan 'merdeka' ini lama-lama menjadi suatu rutinitas. Apabila
rutinitas ini memuaskan, maka penyesuaian ke masa pensiun akan berjalan

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif


109

lancar. Namun bila pensiunan ini mulai bosan dengan rutinitas, terkadang
muncul depresi karena harapan-harapan mereka tentang masa pensiun
temyata tidak realistis.
d. Fase Tak Puas. Fase bulan madu dapat terus menjadi fase tak puas.
Ketidakpuasan biasanya berkenaan dengan pengalaman kehilangan-
kehilangan kekuasaan, prestis, status, pendapatan, dan tujuan hidup
kedepan. Banyak juga pensiunan yang merasa kehilangan peran kerja,
kehilangan perasaan berguna, kehilangan rekan sekerja dan rindu akan
rutinitas kerja dikantor.
e. Fase Reorientasi. Pada titik tertentu, banyak pensiunan yang merasa tak
puas mulai berfikir secara rasional mencari cara coping. Mereka mulai
bereksplorasi, mengevaluasi dan memutuskan gaya hidup apa yang
sebaiknya mereka jalani untuk memperoleh kepuasan dalam hidup. Namun,
ada pula pensiunan yang pada fase ini terpuruk makin dalam kedalam
perasaan mengasihani diri sendiri yang kemudian berujung pada depresi
dan tak berusaha untuk melakukan coping.
f. Fase Stabilitas. Fase ini dialami ketika pensiunan yang berhasil melakukan
coping psikologis menentukan pilihan-pilihan gaya hidup dan memutuskan
untuk menjalaninya. Buat sebagian pensiunan, fase ini ditandai dengan
menikmati kemandirian dan otonomi.

g. Fase Terminasi. Dengan bertambahnya usia, otonomi dan kemandirian


lambat laun berkurang, berganti dengan ketergantungan fisik dan ekonomi
kepada orang lain.
Tidak semua ahli sependapat dengan Atchley, karena proses
penyesuaian diri terjadi dalam setiap transisi kehidupan manusia, dan hidup
adalah perubahan yang membutuhkan kelenturan dan adaptasi psikologis.
Wang (2000) yang meneliti 2000 pensiunan di Barat menemukan tiga
lintasan pola penyesuaian diri pada karyawan yang memasuki usia pensiun.
Pola pertama menunjukkan garis datar yang mengindikasikan hampir tak ada
perubahan dalam kesejahteraan psikologis pensiunan antara masa pra dan
masa pensiun. Pola kedua menampilkan kesejahteraan psikologis yang
meningkat diawal dan ditengah masa pensiun. Pola ketiga menunjukkan kurva

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


110

U yang mengindikasikan turunnya kesejahteraan psikologis diawal masa pensiun


sampai beberapa waktu dan kemudian mengalami kenaikan lagi.

D. KATEGORI SIKAP-SIKAP INDIVIDU MEMASUKI MASA PENSIUN

Secara umum, dilihat dari sikap terhadap masa pensiun, individu dapat
dibagi kedalam 5 kategori, yaitu:
Individu Matang
Individu yang matang adalah individu yang menghadapi masa pensiun
dengan perencanaan yang realistis, berpandangan konstruktif dan
menguasai situasi, serta dengan mudah dapat menyesuaikan diri dengan
statusnya yang baru sebagai pensiunan.
Individu Kursi Goyang
Individu kursi goyang adalah mereka yang menghadapi pensiun dengan
pendapat: "Ah, giliran saya bekerja sudah selesai, sekarang giliran anak-anak
yang mengurusi saya". la cenderung menggampangkan, sebisanya segala
hal diurus orang lain.
Individu Berbaju Zirah
Yang berbaju zirah ini adalah tipe orang yang tidak dapat menerima
kenyataan bahwa ia sudah pensiun. Kemauannya besar sekali untuk tetap
aktif dipekerjaannya, sehingga kadang-kadang ia mengganggu tempatnya
bekerja dulu.
Individu Pencari Kambing Hitam
Yang paling tak enak adalah keluarga individu ini karena harus berhadapan
dengan orang yang memasuki usia pensiun dengan marah-marah, frustrasi
dan kecewa, serta menyalahkan orang lain untuk segala masalah yang
dihadapinya.
Individu Banting Kaca
Ini kebalikannya dari Pencari Kambing Hitam karena individu banting kaca
justru menyalahkan diri sendiri, tenggelam didalam perasaan mengasihani
diri sendiri yang menurut dia bernasib buruk.
Calon pensiunan yang tidak matang, akan terperangkap tanpa persiapan,
merasa hampa dan akhirnya membuat diri sendiri dan keluarganya menderita.

KurikuCum dan ModuC(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


111

E. PENYESUAIAN PSIKOLOGI SAAT MEMASUKI MASA PENSIUN

Karena pensiunan terjadi pada masa individu memasuki tahap


perkembangan dewasa menengah, maka pensiunan yang berhasil
menyesuaikan diri dengan masa pensiun adalah mereka yang mengalami
Successful Ageing. Successful Ageing mencakup kesejahteraan lanjut usia
dalam berbagai aspek kehidupan seperti mental, fisik, sosial dan spiritual untuk
mempertahankan kapasitas keberfungsiannya dalam menghadapi perubahan-
perubahan dalam hidupnya.
Modul-modul sebelum ini telah memberikan pengetahuan mengenai
bagaimana cara menjaga kesehatan fisik , bagaimana memaksimalkan fungsi
kognitif dan fisik. Selain pengetahuan mengenai hal-hal diatas, perlu juga
diketahui komponen-komponen sosiopsikologis lain yang penting dalam
mempersiapkan diri melakukan penyesuaian psikologis memasuki masa pensiun
yaitu pemeliharaan hubungan sosial, aktivitas produktif dan persiapan religius
spiritual.
Peck (dalam Papalia dkk, 2008) menemukan bahwa persiapan
penyesuaian psikologis menuju Successful Ageing pada pensiunan
membutuhkan transisi gradual, dari:
a. Preokupasi pada peran kerja ke konsep diri yang lebih luas. Dengan makin
dekatnya masa pensiun, karyawan yang tadinya mempunyai konsep diri
kaku sebagai seorang yang bekerja/karyawan perlu meredefinisi konsep
dirinya, bahwa ia juga seorang anggota masyarakat, seorang nenek bagi
cucu-cucunya, seorang ulama di lingkungan agamanya atau seorang
pemangku adat dan sebagainya. Individu perlu mempersiapkan struktur dan
arahan pada hidupnya dengan mengeksplorasi minat baru dan
membangkitkan kebanggaan akan konsep diri yang lebih luas ini.
b. Sosialisasi terbatas ke sosialisasi luas dalam hubungan manusia.
Menghargai manusia lain sebagai individu yang unik, sebagai teman,
sebagai pasangan hidup, memperluas jejaring persahabatan di luar keluarga
dan rekan kerja.
c. Kekuatan fisik ke transendensi psikis menuju pengembangan kebijaksanaan.
Kekuatan fisik, stamina dan penampilan muda yang mulai menurun akan

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


112

digantikan oleh kemampuan coping, mengambil pilihan terbaik dalam hidup


yang terbentuk dari kekayaan pengalaman, serta munculnya kebijaksanaan
pada diri orang yang dituakan dalam masyarakat. Selain itu pengembangan
kebijaksanaan juga meliputi peningkatan spiritualitas dan religiusitas.
d. Kekakuan mental ke kelenturan mental. Mau membuka diri kepada
perkembangan mutakhir dalam kehidupan manusia, mau melakukan
introspeksi yang jujur tentang kelebihan dan kekurangan (ciri kepribadian,
ambisi, gaya hidup, keadaan fisik dan psikis, hubungan dalam keluarga, hobi
dan minat, keadaan finansial).
e. Pembatasan kegiatan hanya pada kerja ke kegiatan produktif lainnya, seperti
kegiatan religius, pengembangan kreativitas, kegiatan sosial dan budaya,
olahraga, dan perluasan minat.

F. KIAT-KIAT MERENCANAKAN PENYESUAIAN SAAT MEMASUKI MASA


PENSIUN

Dari wawancara kepada sejumlah individu yang baru pensiun diperoleh


beberapa kiat untuk mempersiapkan penyesuaian diri yang baik kemasa
pensiun:

a. Yang penting adalah memperluas konsep diri, misalnya kalau sekarang


terokupasi pada jabatan atau peran sebagai pejabat di Kementerian, maka
bersiaplah untuk juga bangga akan konsep diri sebagai seorang kepala
keluarga besar, sebagai orang yang mendapat respek di lingkungan karena
sifat sosial, sebagai pemuka agama dan Iain-Iain.
b. Tanyakan pada diri sendiri, apa aspek dalam pekerjaan yang bakal terasa
hilang ketika memasuki masa pensiun dan mulai mencari gantinya agar tidak
ada rasa kosong.
c. Sebelum memasuki masa pensiun periuas jejaring pertemanan agar tak
muncul perasaan kesepian, terisolir karena ditinggalkan oleh rekan-rekan
yang masih bekerja.
d. Sebelum pensiun lakukan audit pribadi, telaah bagaimana keadaan
psikologis, bagaimana keadaan kesehatan, bagaimana kondisi keuangan,
apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan diri.

KurikuCum dan Modul(Pelatihan <Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


113

e. Fokus pada mencari kegiatan lain yang bermakna bagi masyarakat dan diri
pribadi, yang dapat membawa kepuasan batin.
f. Mempererat hubungan kasih sayang dengan anggota keluarga, lebih
mengenali anggota keluarga yang selama kita bekerja mungkin kurang kita
'kenal', banyak mendiskusikan rencana-rencana menjalani masa pensiun
dengan pasangan.
g. Lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan yang lebih luas misalnya
olahraga bersama dilingkungan rumah (selain olahraga untuk kesehatan
pribadi), kegiatan yang bersifat voluntir, mentoring, kegiatan sosial dan
budaya.
h. Meningkatkan kebiasaan-kebiasaan yang menunjang hidup sehat
i. Last but not least, lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan
meningkatkan kegiatan religius spiritual.

VII. REFERENSI

1. Inui, T.S. 2003. The Need for integrated biopsychosocial approach to


research on successful ageing. Annuals of Internal Medicine: No. 139, 391 -
394.

2. Papalia, D.E. 2008. Adult Development and Ageing. Boston. Mc. Graw Hill.
3. Santrock, J.W. 2006. Life Span Development, New York: Mc. Graw Hill.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


*
114

MODUL MATERI INTI 5

MANAJEMEN STRES DAN SINDROMA PASCA KUASA

I. DESKRIPSI SINGKAT


Persiapan, konsep, dan makna dari masa pensiun bagi seseorang
ditentukan oleh kepribadian dan kesiapannya dalam menghadapi masa pensiun,
sehingga upaya untuk menangani stres akibat berbagai reaksi yang timbul dalam
menghadapi masa pensiun perlu dilakukan. Materi ini akan membahas
mengenai reaksi terhadap pensiun, manajemen stres, serta sin droma pasca
kuasa dan penanganannya. 01

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


#

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami dalam cara
mengatasi sindroma pasca kuasa dan manajemen stres. ^
m
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan reaksi terhadap pensiun
2. Menjelaskan manajemen stres
3. Menjelaskan sindroma pasca kuasa dan penanganannya

III. POKOK BAHASAN/ SUB POKOK BAHASAN


Reaksi terhadap Pensiun
Managemen Stres
Sindroma Pasca Kuasa dan Penanganannya

IV. B AHAN BELAJAR

Handout pelatihan Manajemen Stres dan Sindroma Pasca Kuasa


Handout relaksasi

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


115

V. LANGKAH-LANGKAH

Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)


Fasilitator memperkenalkan diri
Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan
dan pentingnya materi ini dalam pelatihan persiapan pensiun
Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta yang sudah
mempersiapkan diri untuk menyampaikan rencananya dalam menjalani
pensiun
Peserta lain diminta untuk memberi tanggapan

Langkah 2. Reaksi Terhadap Pensiun (10 menit)


Fasilitator menjelaskan reaksi terhadap pensiun.
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 3. Manajemen Stres (15 menit)


Fasilitator menjelaskan pengertian stres dan penanganannya
Peragaan stres dalam kehidupan sehari-hari
Latihan relaksasi untuk mengatasi stres

Langkah 4. Sindroma Pasca Kuasa dan Penanganannya (10 menit)


Fasilitator menjelaskan pengertian sindroma pasca kuasa, gejala-
gejalanya dan pencegahannya

Langkah 5. Penugasan (90 menit)

VI. UR AIAN MATERI

Pensiun akan dialami oleh setiap orang yang bekerja dan mereka
menghabiskan sisa hidupnya dalam masa pensiun. Pada saat pensiun, orang
akan mengalami stres karena terjadinya perubahan besar dalam kehidupan yang
menuntut individu tersebut harus beradaptasi dengan keadaannya yang baru.
Berbagai reaksi akan timbul dalam menghadapi masa pensiun,
tergantung dari persiapan dan konsep mereka terhadap masa tersebut.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


116

Sebagian orang akan merasa senang dan lega, karena ia tak perlu lagi
memenuhi tuntutan dari pekerjaan dan sudah bebas menikmati kehidupannya
yang selama ini tak sempat dinikmati selama bekerja. Sebagian lagi akan diliputi
rasa cemas, takut, sedih, tegang, depresi dan sakit-sakitan. Mereka sering pula
merasa sudah tidak berguna lagi, karena tidak mampu bekerja, padahal
sebetulnya mereka ini masih sangat produktif. Arti dan makna dari masa pensiun
bagi seseorang ditentukan oleh kepribadian dan kesiapannya dalam
menghadapi masa pensiun.
Pensiun bukan semata-mata kehilangan jabatan/ kekuasaan atau
pekerjaan, tapi juga terjadi perubahan pola kehidupan sehari-hari. Bagi orang
yang terbiasa menjalani kehidupan sehari-hari di kantor dan memimpin, tiba-tiba
harus tinggal di rumah, maka kemungkinan tanpa disadari akan mengalami
gejala-gejala yang disebut dengan post power syndrome.
Untuk mencegah dampak negatif dari pensiun, maka orang tersebut
perlu dilatih untuk menangani stres yang dialami sehingga mereka terhindar dari
gejala sindroma pasca kuasa atau dampak negatif lainnya.

A. REAKSI TERHADAP PENSIUN

Memasuki masa pensiun memang tidak mudah terutama bila orang


tersebut sebelumnya mempunyai kedudukan atau jabatan. Saat pensiun jabatan
itu akan hilang dan individu sering kehilangan identitas diri. Masyarakat
menganggap individu yang memasuki pensiun sebagai orang yang sudah tidak
dibutuhkan lagi tenaga dan pikirannya. Ketakutan menghadapi pensiun,
membuat banyak orang mengalami berbagai masalah baik dari segi fisik
maupun psikologis dan sosial.
Penerimaan individu menghadapi pensiun terdiri dari 2 kelompok besar,
yaitu:
Merasa senang dan lega karena telah bebas menikmati hidup dan terhindar
dari tekanan pekerjaan. Mereka dapat berwisata ke tempat yang belum
sempat dikunjungi, melaksanakan hobi, menghabiskan waktu dengan
keluarga dan kerabat.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


117

Merasa cemas, takut, depresi, merasa tidak berguna dan menjadi sakit-
sakitan

Bagi sebagian orang, pensiun dikaitkan dengan rasa kehilangan di


berbagai bidang, antara lain:
1. Kehilangan mata pencaharian: karena setelah pensiun pada umumnya
penghasilan akan berkurang.
2. Kehilangan status: posisi seseorang di dunia ini sering dinilai dari
kedudukannya. Sewaktu bekerja ada yang sebagai direktur, menejer, guru
dan Iain-Iain, setelah pensiun maka status ini tentu akan berubah.
3. Kehilangan relasi: pada umumnya tempat bekerja adalah tempat berkontak
dengan orang lain. Pada saat pensiun mereka juga kehilangan kesempatan
kontak sosial dan teman sekerja, khususnya bagi mereka yang
menghabiskan waktunya di kantor.
4. Kehilangan pekerjaan formal: sebetulnya hal ini mudah diganti, namun tak
selamanya berhasil.

Berbagai reaksi untuk menanggulangi rasa tak enak karena pensiun


antara lain:

1. Reaksi eksplosif: orang kehilangan kendali, emosinya meledak-ledak,


marah-marah, agresif baik dalam kata-kata maupun tindakan.
2. Reaksi menarik diri: orang enggan ke luar rumah, enggan bergaul,
menjauh dari kehidupan/ lingkungan sosial. Sering orang tersebut
menenggelamkan diri dalam dunianya sendiri (melamun)
3. Reaksi kompensasi: Orang melakukan berbagai aktivitas sebagai
kompensasi guna mengimbangi rasa kecewa.
4. Reaksi substitusi: orang berupaya mencari pekerjaan yang baru sebagai
pengganti pekerjaan yang hilang.
5. Reaksi sublimasi: Orang melakukan suatu pekerjaan yang secara etik
mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada pekerjaan yang sebelumnya.
Misalnya seorang yang semula menjabat sebagai eksekutif, setelah
kehilangan jabatan, maka dia menjadi penasihat eksekutif yang baru.

KurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


118

6. Reaksi simbolisasi: untuk mengobati rasa kekecewaan karena kehilangan


pekerjaan, orang mendapatkan pekerjaan baru sekedar simbolik saja.
Pensiun bukan semata-mata kehilangan jabatan atau pekerjaan, tapi
juga terjadi perubahan pola kehidupan sehari-hari yang menuntut individu untuk
beradaptasi. Apabila kehilangan ini terjadi secara mendadak, maka
dampaknyapun akan semakin besar. Reaksi yang terjadi sangat ditentukan oleh
kesiapan individu tersebut untuk menghadapi pensiun. Oleh karena itu perlu
dilakukan persiapan yang matang yang sudah dimulai sejak 5 sampai 10 tahun
menjelang pensiun.
Apabila individu kehilangan pekerjaan secara mendadak tanpa
persiapan, sering terjadi reaksi yang dapat dibagi menjadi 3 tahap:
Tahap pertama: shock mental berupa reaksi agitatif dan tidak mau menerima
kenyataan

Tahap kedua: bila tahap pertama sudah dilalui, maka pada tahap kedua
orang akan menunjukkan gejala kecemasan yaitu: mudah tersinggung, rasa
takut akan pikiran sendiri, tegang, tak bisa istirahat tenang, gelisah, mudah
kaget, gangguan konsentrasi dan daya ingat, jantung berdebar-debar, dada
terasa sesak, napas pendek, gangguan pencernaan, nyeri otot, pegal-pegal,
kaku dan nyeri seluruh badan, berkeringat, badan panas dingin, mulut
kering, sukar menelan, gangguan makan, gangguan tidur dan mimpi buruk,
gangguan seksual dan Iain-Iain. Seringkali pula disertai oleh gejala depresi
seperti perasaan murung, sedih, merasa tak berguna, tak berdaya, putus
asa, perasaan bersalah, gangguan nafsu makan, gangguan tidur dan
bermimpi dengan orang-orang yang sudah meninggal
Tahap ketiga: bila tahap kedua sudah berlalu, ia baru sadar sehingga mau
menerima kenyataan. Kemudian orang akan mencari berbagai alternatif
untuk mengatasinya
Banyak yang hanya berhenti sampai tahap kedua dan individu tersebut
membutuhkan pertolongan psikologis agar ia kembali mampu menikmati
kehidupan. Dahulu pengertian pensiun merupakan tahap akhir dari kehidupan,
sekarang ini dengan persiapan yang matang, maka pensiun merupakan awal
bagian lain dari kehidupan yang baru.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif


119

B. MANAJEMEN STRES

Pengertian stres: stres merupakan reaksi individu secara fisik, psikologis


ataupun perilaku terhadap tekanan yang dialami. Reaksi ini dalam rangka untuk
mengatasi atau beradaptasi terhadap tekanan tersebut. Tekanan dapat berasal
dari luar atau dari dalam diri sendiri.

Tekanan dari luar disebabkan oleh perubahan dari lingkungan (rumah,


sekolah, tempat kerja atau lingkungan sosial) yang mengharuskan orang
beradaptasi. Tekanan dari luar disebabkan oleh reaksi individu terhadap
lingkungan, banyak yang bersifat traumatik dan tidak dapat dihindari (misalnya
kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pensiun, perceraian,
masalah keuangan, konflik dan trauma).
Tekanan dari dalam biasanya berupa:
Emosi yang kuat dan bersifat negatif (penyebab psikologis)
Rasa takut, kuatir dan cemas

Rasa marah, benci, cemburu, iri hati dan frustrasi


Rasa rendah diri, sedih dan tidak berguna
Rasa kasihan terhadap diri sendiri
Reaksi individu terhadap stres berbeda yang ditentukan oleh faktor
bawaan, kepribadian dan pengalaman masa lalu. Reaksi tersebut dapat berupa
reaksi positif yaitu sebagai pendorong agar individu tersebut melakukan usaha
ke arah yang lebih baik. Reaksi negatif, maka terjadilah keluhan atau gangguan
baik fisik maupun mental dan perilaku.

Setiap perubahan yang menimbulkan stres kita sebut stresor. Semakin


banyak perubahan dan semakin cepat perubahan itu terjadi, semakin besar pula
stres yang dihadapi.
Stresor fisik berupa: suhu dingin/ panas, kelembaban, suara bising, polusi
udara, zat kimia, makanan, mikroba, radiasi, kelelahan fisik, lingkungan yang
tidak memadai dan Iain-Iain.

Stresor psikologis berupa: konflik, tekanan, krisis, kegagalan dan Iain-Iain.

KurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


120

Stresor sosial/ budaya berupa: kesulitan hubungan sosial, masalah


pekerjaan, pengangguran, pemutusan hubungan kerja, pensiun, perpisahan,
perceraian, konflik rumah tangga dan Iain-Iain.

Reaksi orang dalam menghadapi stres bisa bersifat:


1. Jasmani, berupa :
Kelelahan, sesak napas, nyeri kepala
Pucat, berkeringat, mulut kering
Otot tegang (kepala, leher, pundak, lengan dan kaki)
Berdebar-debar, detak jantung tidak teratur
Tekanan darah tinggi, gula darah dan zat pembekuan darah meningkat
Mual atau nyeri perut, kembung
Perubahan nafsu makan

Rasa nyeri yang tidak jelas


Perubahan berat badan

Siklus haid terganggu pada wanita dan perubahan libido pada laki-laki

2. Psikologis, berupa :
Rasa takut, cemas, kuatir berlebihan

Mudah tersinggung, pemarah atau bahkan mudah menyerang


Sedih, menangis atau merasa tidak berdaya
Sulit memusatkan perhatian
Bersifat ragu atau merasa tidak percaya diri
Kehilangan minat terhadap yang biasa dilakukan
Merasa kecewa

3. Perilaku:

Aktivitas berkurang atau tidak bertenaga


Aktivitas berlebih atau tidak bisa istirahat

Minum alkohol, banyak merokok, mengopi atau menggunakan obat-obatan


atau NAPZA untuk meredakan ketegangan
Sulit berkonsentrasi

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


121

Mudah marah dan menyerang


Gemetar dan nada suara tinggi
Pada tahap yang lebih berat dan berlangsung lama dapat menyebabkan
tekanan darah tinggi, asma, serangan jantung, stroke dan gangguan jiwa. Stres
dalam kehidupan tidak dapat dihindari, yang penting bagaimana menghadapi
stres tanpa terkena dampak yang merugikan.

Beberapa cara menghadapi stres:


Pelihara kesehatan: makan dengan gizi seimbang, tidur atau istirahat yang
cukup, berolahraga secara teratur, tidak merokok dan hindari NAPZA
Rencanakan masa depan: belajar hidup tertib dan teratur, tetapkan tujuan
hidup yang dapat dijangkau dan berusaha untuk mencapainya, gunakan
waktu sebaik-baiknya dan dahulukan yang penting
Hindari membuat beberapa keputusan sekaligus: jangan membuat beberapa
keputusan besar dalam waktu yang berdekatan
Ubah sesuatu yang dapat diubah dan terima sesuatu yang tidak dapat diubah:
setiap orang memiliki kekurangan dan kelemahan
Berbuat sesuai dengan minat dan kemampuan: jangan melakukan pekerjaan
hanya karena melihat keberhasilan orang lain

Berpikir positif: jangan mudah menyalahkan orang atau situasi, tapi cari
penyebab dan atasi penyebab tersebut
Lakukan relaksasi: mengendurkan otot dan menenangkan pikiran, latih
selama 10 sampai 15 menit setiap hari
Bila stres, lakukan pekerjaan yang disenangi: menikmati hiburan,
mendengarkan musik, menonton, jalan-jalan, rekreasi, bernyanyi dan Iain-Iain
Bicarakan masalah anda dengan orang yang dapat dipercaya: jangan
menanggung sendiri beban kehidupan
Belajar dari pengalaman untuk memecahkan masalah: cari cara terbaik untuk
memecahkan masalah

Binalah persahabatan: anda membutuhkan sahabat dalam suka maupun


duka

Luangkan waktu untuk diri sendiri: misalnya melaksanakan hobi

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


122

Tingkatkan iman dan taqwa: terapkan nilai agama dalam kehidupan sehari-
hari

C. SINDROMA PASCA KUASA

Sindroma pasca kuasa adalah sekumpulan gejala yang terjadi pasca


kekuasaan. Gejala ini umumnya dialami oleh orang yang tadinya berkuasa atau
memegang suatu jabatan, namun ketika pensiun atau tidak menjabat lagi akan
timbul gejala-gejala psikologis yang tampil dalam bentuk perilaku atau emosi
yang tidak stabil. Gejala ini terutama akan menonjol pada orang yang
mendasarkan harga dirinya pada kekuasaan.
Gejala-gejala yang timbul, dapat berupa, fisik, psikologis atau perilaku
Gejala fisik berupa: lebih cepat tua dibandingkan dengan waktu menjabat,
rambut putih, kulit keriput, sakit-sakitan, tubuh jadi lemah dan timbul berbagai
keluhan fisik seperti sakit kepala, keluhan lambung, sesak napas dan Iain-Iain
Gejala psikologis berupa: pemurung, tidak bergairah, mudah tersinggung,
merasa malu, merasa tidak berharga dan tidak berguna, cepat marah dan
meledak-ledak

Gejala perilaku berupa: menarik diri dari pergaulan, tidak mau bertemu
dengan mantan teman sekerja, pemarah dan lebih mudah melakukan tindak
kekerasan

Penyebab sindroma pasca kuasa


Kehilangan jabatan: dengan jabatan individu merasa menjadi bagian penting,
merasa yakin akan dirinya karena mendapat pengakuan atas kemampuan
dan merasa puas akan kekuasaan. Setelah tidak menjabat, terjadi penurunan
harga diri, individu merasa kurang diterima, kurang dihargai dan diakui oleh
rekan kerja, keluarga dan masyarakat.
Kehilangan hubungan dengan kelompok eksklusif: misalnya kelompok
pejabat, kelompok menejer, kelompok rekan bisnis, kelompok profesi dan Iain-
lain.

Kehilangan wibawa dalam satu kelompok: misalnya kehilangan wibawa di


depan anak buah karena sudah tidak menjabat lagi.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan <Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


123

Kehilangan kontak sosial yang berorientasi pada pekerjaan: bagi individu


yang sebagian waktunya habis di lingkungan pekerjaan, maka kelompok
sosialnya adalah teman sekerja, atasan, bawahan atau klien.
Kehilangan sumber penghasilan: dengan tidak bekerja lagi, maka sumber
keuangan juga akan menghilang yang menyebabkan perubahan pola hidup
keluarga. Yang dulu hidup berlebihan atau berkecukupan, sekarang harus
hidup lebih hemat.

Cara mencegah sindroma pasca kuasa:


Sikap selama menduduki jabatan jangan berlebihan/ sombong agar tidak
merasa dikucilkan setelah pensiun. Perlu pula disadari bahwa kekuasaan itu
hanyalah amanah dan tidak permanen, kita harus selalu siap bila suatu saat
dilepas
Selama berkuasa jangan hanya memikirkan bagaimana cara
mempertahankan kekuasaan, tapi latih dan didik kader yang akan
menggantikan, sehingga setelah pensiun anda masih tetap dihargai
Sebanyak mungkin menanamkan kebaikan selagi berkuasa. Kalau banyak
menyakiti hati orang atau menindas orang lain, waspadalah bahwa gejala
sindroma pasca kuasa ini akan dekat dengan anda. Tugas utama kekuasaan
bukan untuk menindas orang lain, tapi banyak berbuat baik untuk
kesejahteraan orang lain
Sebelum pensiun bina persahabatan dan interaksi sosial di luar kantor,
misalnya perkumpulan olahraga, arisan, pengajian, perkumpulan seminat,
perkumpulan RT/ RW

Jika pasangan merencanakan untuk hidup sederhana, maka sejak dini sudah
dipersiapkan untuk hidup sederhana, agar saat menjalani pensiun tidak terlalu
terasa perubahan yang dialami.

Bina komunikasi yang baik dalam rumah tangga, tentu dukungan keluarga
sangat berguna dalam mencegah terjadinya sindroma pasca kuasa

VII. REFERENSI

Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


124

MODUL MATERI INTI 6

POTENSI DIRI

I. DESKRIPSI SINGKAT

Pensiunan sebagian besar masih dalam kondisi sehat dan masih


potensial untuk melakukan berbagai aktivitas, akan tetapi sebagian dari mereka
menganggap saat pensiun semuanya akan berakhir sehingga dapat mengalami
berbagai gangguan termasuk stres. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan
suatu pemahaman tentang potensi diri untuk dapat tetap aktif dan produktif
sesuai kemampuan dan minatnya. Materi ini akan membahas mengenai potensi
diri dalam bidang keterampilan teknis, potensi diri dalam bidang keterampilan
komunikasi dan potensi diri dalam bidang jejaring sosial

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami potensi diri.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan potensi diri dalam bidang keterampilan teknis.
2. Menjelaskan potensi diri dalam bidang keterampilan komunikasi.
3. Menjelaskan potensi diri dalam bidang jejaring sosial.

III. POKOK BAHASAN/ SUB POKOK BAHASAN

Potensi diri dalam bidang keterampilan teknis.


Potensi diri dalam bidang keterampilan komunikasi.
Potensi diri dalam bidang jejaring sosial.

IV. B AHAN BELAJAR

Handout materi Potensi Diri

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


125

V. LANGKAH-LANGKAH

Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)


Fasilitator memperkenalkan diri
Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan
dan pentingnya materi ini dalam pelatihan persiapan pensiun

Langkah 2. Penugasan, Penjelasan dan Tanya Jawab (total 125 menit)


1. Potensi Diri dalam Bidang Keterampilan Teknis (45 menit)
Semua peserta diminta menulis pada kertas warna warni yang telah
disediakan tentang potensi dirinya dalam keterampilan teknis
Fasilitator meminta peserta membaca tulisannya masing-masing (jika
memungkinkan semua peserta) dan meminta kepada peserta untuk
menambahkan apabila masih ada lagi potensi yang belum tercantum
Fasilitator memberi penegasan/ menjelaskan potensi diri dalam bidang
keterampilan teknis seperti yang tertulis pada uraian materi.
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

2. Potensi Diri dalam Bidang Keterampilan Komunikasi (40 menit)


Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok
Peserta diminta diskusi dalam kelompok membahas tentang potensi diri
dalam bidang komunikasi dan mempresentasikannya setelah diskusi
selesai

Fasilitator memberi penegasan/ menjelaskan potensi diri dalam bidang


keterampilan komunikasi.
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

3. Potensi Diri dalam Bidang Jejaring Sosial (40 menit)


Peserta diminta diskusi dalam kelompok membahas tentang potensi diri
dalam bidang berjejaring sosial dan mempresentasikannya setelah diskusi
selesai

Fasilitator menjelaskan potensi diri dalam bidang jejaring sosial.


Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


126

Langkah 3. Motivasi Diri (180 menit)

VI. UR AIAN MATERI

Pasca pensiun seseorang dapat melakukan beberapa kegiatan yang


produktif secara ekonomi maupun yang non produktif misalnya kegiatan yang
bersifat sosial. Tetapi juga merupakan hak pensiunan tersebut bila ingin istirahat
untuk menikmati kehidupan dengan memanfaatkan dana pensiun atau sumber
lain yang dipunyai. Apabila pensiunan akan melakukan kegiatan produktif
maupun sosial sebaiknya memahami potensi diri, kekuatan maupun kelemahan
yang dipunyai agar dapat merencanakan kegiatan yang sesuai bagi dirinya.

A. POTENSI DIRI DALAM BIDANG KETERAMPILAN TEKNIS

Keterampilan teknis yang mungkin dipunyai oleh PNS yang dapat


dimanfaatkan pasca pensiun antara lain:
- Keterampilan administratif misalnya mengetik, mengelola keuangan,
manajemen kantor, data dan informasi, menata arsip
- Keterampilan fotografi, sablon, cetak, membuat media, laboratorium,
komputer, menulis cerita/ artikel/ dokumentasi, melatih , me mbuat modul,
mendongeng
- keterampilan berdagang/ bisnis, memasak, menjahit, kecantikan, memijat,
tusuk jarum
- Mempunyai pengetahuan luas tentang suatu hal misalnya tentang kesehatan
ibu anak, tentang imunisasi, tentang promosi kesehatan.

B. POTENSI DIRI DALAM BIDANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI

Keterampilan komunikasi meliputi luwes dalam berkomunikasi,


kemampuan verbal atau bertutur kata baik, kemampuan nonverbal atau bahasa
tubuh, kemampuan mendengar, kemampuan merefleksikan pesan dari
komunikannya, tidak menghakimi, mampu menyampaikan pesan dengan bahasa

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


127

sederhana, kemampuan berempati, menjadi pendengar yang baik, serta mampu


menyampaikan pesan dengan efektif.

C. POTENSI DIRI DALAM BIDANG JEJARING SOSIAL

Potensi diri dalam bidang jejaring sosial meliputi: aktif bermasyarakat,


hubungan dengan lingkungan baik, mempunyai jejaring sosial yang luas,
memahami berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat, akses pada
sumber daya manusia maupun dana, dan memahami teknologi informasi.

Yang dapat dilakukan pasca pensiun antara lain :


- istirahat menikmati kehidupan misal rekreasi,mengurus keluarga, berkebun
- melakukan kegiatan sosial/ non produktif secara ekonomi misalnya aktif
dalam kegiatan sosial bidang kesehatan, bidang pendidikan, keagamaan.
aktif dalam kegiatan politik praktis
- bisnis sesuai kemampuan, potensi dan minatnya misal membuat usaha
katering, pengetikan, sablon, salon
memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan intelektual untuk berkarya
misal menjadi konsultan, menulis artikel, 'menjual' pelatihan keterampilan,
mendirikan klinik

VII. REFERENSI

1. Career Survival, Strategic Job and Role Planning, Edgar H .Schein, Pfeiffer
& Company, San Diego, USA, 1995.
2. Second Careers, New Ways To Work After 50, Caroline Bird, Little Brown
And Company, Canada, 1992.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


128

MODUL MATERI INTI 7

KESEMPATAN KEDUA UNTUK BERKARYA

I. DESKRIPSI SINGKAT

Populasi lansia di Indonesia yang terus bertambah dikhawatirkan akan


membuat angka beban ketergantungan (dependency ratio) semakin besar,
sehingga perlu dikembangkan potensi penduduk lansia melalui pengembangan
karier kedua dalam kehidupannya terutama melalui sektor informal. Materi ini
akan membahas mengenai situasi kependudukan lansia di Indonesia, "silver
college" sebagai salah satu model wadah penggiat dalam upaya pengembangan
dan pemberdayaan lansia potensial, serta membangun wawasan
pengembangan ekonomi produktif.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu memahami kesempatan
kedua untuk berkarya.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
Menjelaskan situasi kependudukan lansia di Indonesia dan global
Menjelaskan "Silver College" sebagai salah satu model wadah penggiat
dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan lansia potensial
Menjelaskan upaya pengembangan ekonomi produktif

III. POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN

Situasi Kependudukan Lansia di Indonesia dan Global


"Silver College" Sebagai Salah Satu Model Wadah Penggiat dalam Upaya
Pengembangan dan Pemberdayaan Lansia Potensial
Upaya Pengembangan Ekonomi Produktif

Kurikulum dan Modul(Pelatihan <Pra (PumaBakti yang Sehat, Mandiri dan (Produktif
129

IV. B AHAN BELAJAR

Handout materi Kesempatan Kedua untuk Berkarya

V. LANGKAH-LANGKAH

Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)


Fasilitator memperkenalkan diri
Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan
dan pentingnya materi ini

Langkah 2. Situasi Kependudukan Lansia di Indonesia dan Global (25


menit)
Fasilitator menjelaskan situasi kependudukan lansia di Indonesia
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 3. "Silver College" Sebagai Salah Satu Model Wadah Penggiat


dalam Upaya Pengembangan dan Pemberdayaan Lansia Potensial (25
menit)

Fasilitator menjelaskan "silver college" sebagai salah satu model wadah


penggiat dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan lansia
potensial
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 4. Upaya Pengembangan Ekonomi Produktif (30 menit)


Fasilitator membangun wawasan peserta mengenai upaya
pengembangan ekonomi produktif
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 5. Penugasan (45 menit)

Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


130

VI. UR AIAN MATERI

A. Situasi Kependudukan Lansia di Indonesia dan Global

Kemajuan di bidang kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi


masyarakat dan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat bermuara
pada peningkatan kesejahteraan rakyat dan juga akan meningkatkan usia
harapan hidup (UHH). Hal ini menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia
dari tahun ketahun semakin meningkat. Jika pemerintah tidak mengantisipasi
keadaan ini dengan berbagai program, maka keberadaan lanjut usia akan
menjadi bom waktu yang akan memperberat beban pemerintah.
Penuaan penduduk lansia di negara berkembang lebih pesat tanpa
diiringi kesejahteraan, tapi dengan kemiskinan dalam abad ini, dibandingkan
dengan negara maju yang menua seiring dengan meningkatnya kemajuan
negara tersebut., tapi dicapai dalam beberapa abad karena adanya dua
peperangan besar dalam permulaan abad ke-20 yang lalu yakni Perang
Dunia I dan II secara tidak langsung mengurangi pertumbuhan jumlah
penduduk termasuk lansia. Di Indonesia dewasa ini telah termasuk negara
yang memiliki penduduk berstruktur lanjut usia (ageing structuredpopulation)
karena penduduk berusia 60 tahun keatas bertumbuh dengan cepat, bahkan
tercepat dibandingkan kelompok usia lainnya. Saat ini penduduk lanjut usia
merupakan penduduk dengan jumlah perkembangan yang terpesat di
seluruh dunia. Tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia dan
akan menjadi 2 milyar di tahun 2025. Jumlah ini merupakan 21% dari total
populasi dunia, dan sekitar 80%nya hidup di negara berkembang.
Di negara berkembang, jumlah penduduk usia 60 tahun ke atas pada
tahun 2015 - 2050 diperkirakan meningkat menjadi 20 %, sementara ini
Indonesia berada di urutan keempat, setelah China, India dan Jepang.
Penduduk lanjut usia Indonesia diprediksi akan tumbuh berlipat ganda dalam
dua dekade mendatang seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup.
Data Badan Pusat Statistik (2010), menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia
di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 14.439.967 jiwa (7,18%). Pada
tahun 2010 meningkat menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%) Pada tahun 2020

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


131

diprediksikan jumlah lanjut usia mencapai 28.822.879 jiwa (11,34 persen)


(Gambar 1). Diperkirakan saat ini jumlahnya sudah sekitar 20 juta lebih, ini
berarti diantara 11 orang penduduk Indonesia terdapat 1 orang lansia. Dari
segi percepatan pertambahannya, Indonesia mengalami percepatan
pertumbuhan penduduk tertinggi didunia (414%), sebagai pembanding
jumlah penduduk di Kenya naik 347%; Brazil 255%, India 242%, China
220%, Jepang 129%, Jerman 66% dan Swedia 33% (United Nations, 2001).

11,34%
12
9,77 % *mm
10
-* 7,18%
8 _ ._ . 6,29 %
5,45 % ^=m
6

2
i 3P-

1980 1990 2000 2010 2020

Sumber: BPS

Gambar 1. Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia (BPS, 2010)

Penduduk Indonesia telah mengalami transisi demografi yang


pendek. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat
(Almizar.2007) melaporkan, pada tahun 1980 angka usia harapan hidup
(UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%); dan pada
tahun 2006 jumlah lansia menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga
meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 penduduk lansia di Indonesia
mencapai 23,9 juta orang (9,77 %) dan UHH 67,4 tahun. Sepuluh tahun
kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan
mencapai 28,8 juta (11,34%) dengan UHH sekitar 71,1 tahun (Tabel 1)

Kurikulum dan Modul(pelatihan <Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


132

Tabel 1. Peta Lansia Indonesia

Tahun Jumlah Lansia Persentase Usia Harapan


(juta) Populasi Hidup(tahun)
(%)
1980 07,9 5,4 52,2
2003 16,3 8,1 65,0
2006 19,0 8,9 66,2
2010 23,9 9,7 67,4
2020 28,8 11,3 71,1
Sumber: Kantor Menko Kesra (2007)

Populasi lansia di Indonesia yang terus bertumbuh dan terdapat


perbedaan yang cukup signifikan antara lansia yang tinggal di perkotaan dan
di pedesaan. Jumlah lansia yang tinggal di perkotaan lebih besar yaitu
sebanyak 15.714.952 (11,20%) dibandingkan dengan yang tinggal di
perdesaan yaitu sebesar 13.107.927 (9,34%). Diperkirakan jumlah
penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per
tahun. Pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan
berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa (Yuhetty 2010). Dan saat ini sudah ada
12 Provinsi yang masuk dalam Provinsi berstruktur tua (> 7% penduduknya
lanjut usia) (Tabel 2).

Tabel 2. Daftar Provinsi yang Telah Berstruktur Tua


(jumlah lansia >7% dari total penduduk)
No Provinsi Penduduk lansia (%)
1 DIY 14,04
2 Jateng 11,16
3 Jatim 11,14
4 Bali 11,02
5 Sulsel 9,05
6 Sumbar 8,74
7 Sulut 8,62

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif


133

8 NTB 8,21
9 Jabar 8,08
10 Lampung 7,78
11 NTB 7,68

12 Maluku 7,27

Sumber: Susenas, BPS (2012) dicatat oleh KOMNAS LANSIA, 2013

Dan menarik untuk dicatat, bahkan kini sudah ada kabupaten/kota


dengan penduduk lansia nya di atas 10%, misalnya Rokan Hulu di Riau
sudah 10% dan kota Semarang sudah mencapai 23%; keduanya sangat
baik karena telah mulai mengembangkan infrastruktur ramah lansia seperti
Puskesmas Ramah Lansia, pembinaan dan kajian keilmuan maupun
pelayanan pengabdian pada kelompok lansia yang intens (misalnya
dilakukan oleh Ageing Research Center, Fakultas Psikologi, UNDIP; Center
for Ageing Studies, Ul; Silver College, IPB dsb.)
Gambaran kependudukan dengan populasi lansia yang terus
bertumbuh dikhawatirkan akan membuat angka beban ketergantungan
(dependency ratio) semakin besar. Hal ini menjadikan Indonesia terancam
triple burden berupa jumlah kelahiran bayi yang masih tinggi, masih
dominannya penduduk muda, dan jumlah lansia yang terus meningkat.
Kondisi ini apabila tidak segera dicarikan solusi agar warga lansia tetap
produktif, tidak mustahil akan menjadi sebuah persoalan sosial yang serius
di kemudian hari (BKKBN, 2012).
Percepatan pertumbuhan penduduk usia balita yang dikenal dengan
post-war baby boom di Indonesia yang terjadi pada dekade 1960-1970-an
akan mengakibatkan percepatan penduduk lanjut usia (age-population
boom). Generasi yang lahir pada era 1960- 1970-an, pada 2010-2020 akan
memasuki tahap pra-lansia dan kemudian akan menjadi lansia. Oleh karena
itu banyak hal yang harus disikapi untuk menghadapi permasalahan lansia di
masa mendatang.
Sebelas tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2002 diselenggarakan
pertemuan akbar kelanjutusiaan ke-2 atau dikenal dengan Madrid

Kurikulum dan Modul(Pelatihan <Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


134

International Plan of Action on Ageing (MIPAA) di Madrid, Spanyol, yang


dihadiri oleh perwakilan 157 negara yang mendeklarasikan 3 butir penting:
1. Partisipasi aktif penduduk lansia (usia 60+ tahun) dalam pembangunan
negara masing-masing
2. Peningkatan kualitas layanan kesehatan dan sosial bagi penduduk
lansia

3. Menciptakan lingkungan yang mendukung/ramah usia termasuk lanjut


usia.

Abikusno (2013) menyatakan bahwa berbeda dengan pertemuan


akbar kelanjutusiaan sebelumnya di Wina tahun 1982 terjadi perubahan
paradigma bahwa penduduk lansia kehidupannya tidak hanya berakhir
di Panti, tetapi setelah pensiun dari pekerjaan tetap aktif dan
mengembangkan karier kedua dalam masyarakat sehingga penduduk
lansia bukan lagi menjadi beban masyarakat, tetapi menjadi aset dalam
pembangunan bersama kelompok usia lain.
Sehubungan dengan pengembangan pendekatan baru tersebut
Badan Kesehatan Dunia (WHO 2002) telah menerbitkan 3 dokumen
strategis dalam kurun waktu itu yakni:
1. Active ageing atau penuaan aktif dengan konsep tiga pilar yakni:
a. peningkatan kualitas layanan kesehatan dan perawatan sosial,
b. partisipasi aktif lansia dalam masyarakat, dan
c. keamanan lansia secara fisik, mental dan sosial termasuk
perlindungan sosial
2. Age-friendly primary health care atau pelayanan kesehatan ramah
lansia dan

3. Global age-friendly cities atau kota ramah lansia global.


Sesuai semangat deklarasi Madrid Intemasional Plan of Action in
Ageing (MIPAA) 2002, tujuan berbagai kebijakan, strategi, dan program
kelanjutusiaan adalah untuk memfasilitasi penduduk lansia yang aktif, sehat
dan produktif. Potensi penduduk lansia dalam pembangunan adalah melalui
pengembangan karier kedua dalam kehidupannya terutama melalui sektor
informal. Bagi mereka yang masih aktif memberikan bantuan usaha ekonomi
produktif dengan sistem Gramin Bank mempunyai nilai strategis untuk

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


135

kemandirian penduduk lansia itu sendiri untuk berpartisipasi secara aktif


dalam pembangunan bangsa dan negara.
Berbagai peluang dalam pengembangan industri kelanjutusiaan di
masa depan bila dikaitkan dengan usaha ekonomi produktif adalah dalam
berbagai bidang di bawah ini, tetapi tidak terbatas hanya pada industri
tersebut:

Bidang ekonomi kreatif seperti batik dan berbagai bentuk kesenian lain
Bidang konsumsi barang kelanjutusiaan
Bidang kesehatan dan pengobatan komplementer/ tradisional
Bidang wisata dan kuliner
Bidang industri rumah tangga/ perekonomian rakyat
Bidang industri bisnis sosial kepengasuhan

B. "Silver College" Sebagai Salah Satu Model Wadah Penggiat dalam


Upaya Pengembangan dan Pemberdayaan Lansia Potensial

Menurut Undang-Undang Nomor 13/1998 tentang Kesejahteraan


Lanjut Usia, Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun (enam puluh) ke atas, dimana lansia menurut UU tersebut dibagi
kedalam Lansia Potensial dan Tidak Potensial. Lanjut Usia Potensial
adalah warga lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/ atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/ atau jasa.
Secara yuridis formal, ketentuan untuk memenuhi hak lansia diatur dalam
Pasal 42 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang
menyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik,
dan atau cacat mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan,
pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara untuk menjamin
kehidupan yang layak sesuai dengan martabat kemanusiaannya,
meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam
kehidupan bermasyarakat.
Menurut Undang-Undang Nomor 13/1998, Pasal 6 (2 a dan b), sesuai
dengan peran dan fungsinya, lanjut usia juga berkewajiban untuk :

Kurikulum dan Modul(pelatihan (pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


136

1. Membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana


berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, terutama di lingkungan
keluarganya dalam rangka menjaga martabat dan meningkatkan
kesejahteraannya;
2. Mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan,
keahlian, keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang
dimilikinya kepada generasi penerus.
3. Memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada
generasi penerus.
Pemberdayaan lansia, terutama lansia potensial, merupakan salah
satu cara yang dapat dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk mencapai
sasaran dan target-target Millenium Development Goals (MDGs). Pihak
berwenang dan terkait perlu memberikan perhatian khusus terhadap lansia,
karena kelompok usia ini masih mempunyai potensi dan kemampuan yang
signifikan untuk berkiprah. Potensi dan kemampuan lansia ini perlu diasah
dan diberi penajaman agar sumbangsih mereka dapat lebih bermakna,
menjadi menua aktif (Active Ageing). WHO (2002) telah mengembangkan
konsep active ageing yang didefinisikan sebagai suatu proses optimalisasi
peluang kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk meningkatkan kualitas
hidup di masa tua. Istilah tersebut bertujuan untuk menyampaikan pesan
inklusif yang lebih luas, daripada sekedar istilah lansia sehat (healthy
ageing) dengan mengakui faktor selain pelayanan kesehatan yang
mempengaruhi bagaimana individu mengalami proses menua.
Penajaman dan peningkatan potensi mereka yang menua aktif (active
ageing) ini dapat diwadahi melalui organisasi yang berada di Perguruan
Tinggi, yang dinamakan SILVER COLLEGE. Silver Collge di IPB telah di
launching tanggal 5 Juni 2010, berkaitan dengan peringatan Hari Lanjut Usia
Nasional (HLUN) 2010 yang di saksikan oleh Pimpinan IPB dan Organisasi
kelembagaan Lansia lainnya yang sudah lebih dahulu berkarya bagi lansia.
Dalam perjalanannya seperti halnya kelembagaan peduli lansia
lainnya. Selama 2 tahun terakhir, Silver College telah mengadakan
penguatan eksistensinya baik kedalam maupun keluar IPB. Kedalam IPB,
kini telah disepakati kepengurusannya dengan melibatkan PPP-IPB,

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


137

WULAN-Agrianita dan keluar IPB S/7ver College telah berperan aktif


bergabung dengan Komnas Lansia, CAS-UI, LLI, Pepabri, PUSAKA, Emong
Lansia, LLI, Senior Club Indonesia dan Institusi Pemerintah seperti BKKBN,
Depsos, yang notabene lembaga tersebut merupakan Panitia aktif
peringatan HLUN dan HLUIN 2010, 2011 dan 2012.
Upaya mengakselerasi peran Silver College tersebut, dimungkinkan
melalui Badan kerjasama Antar Perguruan Tinggi Bidang Pangan Gizi dan
Kesehatan (BKS-PGKM) yang memiliki pokja-pokja PGKM yang ada di
Provinsi-provinsi sasaran Proyek CHN-3 (Dikti-IBRD, Loan 3550 IND).
Dibangun pada tahun 1997, pada awalnya untuk menjalin kerjasama
berkesinambungan (sebagai jejaring) antar Perguruan Tinggi di Provinsi
mitra Proyek CHN-3, Dikti-IPB, dan sekarang telah meluas pada berbagai
perguruan tinggi negeri (PTN) dan swasta (PTS) di penjuru Indonesia, antara
lain: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Sulawesi
Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua dan
Maluku, Kalteng, Sulut, Sumsel dan Jambi.
Oleh karena itu, dengan keberadaan pokja-pokja PGKM yang ada di
provinsi sasaran proyek CHN-3 di penjuru Indonesia, berpotensi turut
bersinergi dan memudahkan untuk bekerjasama dengan stakeholder dan
lembaga swasta untuk membantu mewujudkan lansia yang berdaya guna,
sehat dan mandiri melalui Peran Perguruan Tinggi Dalam Memberi
Kesempatan Kedua Active Ageing untuk Berkarya Melalui Silver College.
Dan pada tahun 2012, difasilitasi oleh Komnas Lansia dan BKKBN, "Silver
College" akan direplikasi ke daerah lokasi Pokja PGKM berada sebagai
"Chapter Silver College".
Wadah penggiat Silver College dikembangkan dengan tujuan untuk:
1. Menyediakan wadah dalam bentuk pendidikan atau pelatihan
BERKELANJUTAN (continuing education) agar warga lansia dapat terus
bersemangat untuk berkarya dan memperkaya ilmu dan kemampuan
dirinya.
2. Mempersiapkan lansia untuk menyumbang kegiatan dalam membangun
dan memberdayakan keluarga, masyarakat dan negara dengan
kegiatan-kegiatan yang dipelajari melalui Silver College.

Kurikulum dan ModuCPelatihan (Pra PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


138

3. Membangun suatu kelembagaan "kampus" yang dapat dipergunakan


sebagai sarana dan media untuk komunikasi dan silaturahmi serta
meningkatkan derajat kesejahteraan para lansia.
Perguruan tinggi sudah diakui sebagai agent of change berbagai
bidang keahlian, baik bidang teknologi, sosial, ekonomi, lingkungan,
keagamaan, kesehatan dan bidang lainnya. Kepedulian perguruan tinggi
untuk memunculkan potensi lansia dapat dilakukan melalui berbagai
kegiatan salah satunya melalui workshop. Workshop pemberdayaan lansia
adalah gagasan yang muncul untuk memfasilitasi gagasan dan pemikiran
para ahli/ pemerhati yang berkecimpung dalam pemberdayaan lansia.
Workshop ini sekaligus menjadi wadah untuk menampung ide dan gagasan
yang terkait dengan pemberdayaan lansia dalam memberdayakan
masyarakat dan membangun negara pada kesempatan kedua (Second
chance for the Old to Build the Nation and Community Empowerment). Saat
ini ajakan akan pentingnya peranan Perguruan Tinggi dalam Pemberdayaan
Lansia Potensial telah bersambut dengan baik. "Silver College" diharapkan
dapat menjadi model bagi pemberdayaan lansia potensial melalui peran
Perguruan Tinggi.
Silver College yang diinisiasi dengan dukungan pada saat itu oleh
Yayasan Damandiri dan Senior Club kini telah direplikasi (Tabel 3) ke Jawa
(Barat, Tengah dan Timur program tahun 2012 bersama BKKBN) serta 5
Provinsi (NTT, Maluku, Kalteng, Bali, Sulut program tahun 2012 bersama
Komnas Lansia) dilanjutkan 5 Provinsi lain (NTB, Sulteng, Jambi, Sulsel dan
Papua, program tahun 2013 bersama Komnas Lansia).

Tabel 3. Daftar Perguruan Tinggi Chapter Silver College


No Nama Perguruan Tinggi No Nama Perguruan Tinggi

1
Universitas Nusa Cendana Universitas Negeri Makassar
20
Cp: bmanongga@yahoo.co.id Cp: taufiqnurramadhan@yahoo.com
Universitas Pattimura Universitas Hassanudin
2 21
Cp: fredyunpatti@yahoo.com Cp: phunhas@gmail.com
Universitas Udayana Universitas Airlangga
3 22
Cp: guspancima@yahoo.com Cp: annis_catur@yahoo.com
Universitas Negeri Manado Poltekes Jakarta
4 23
Cp: hennie_mokoginta@yahoo.com Cp: trina_astuti@yahoo.com

Kurikulum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


139

Poltekes Manado Poltekes Malang


5 24
Cp: mpasambuna@yahoo.com Cp: rahmancahaya@yahoo.com
6
Universitas Palangkaraya Poltekes Medan
25
Cp: emmyantang@yahoo.com Cp: tetty_herta@yahoo.com
Univeritas Mataram Poltekes Bengkulu
7 26
Cp: abisyauqi@yahoo.co.id Cp: patricknmom@yahoo.co.id

8 Poltekes Mataram 27
Universitas Brawijaya
Cp: maftuch@ub.ac.id
Universitas Tadulako
9 28 Universitas Samratulangi
Cp: nurdinrahman_67@yahoo.co.id
Universitas Jambi
10 29 UNKRIP Palangkaraya
Cp: wandy_ipb@yahoo.com

11
Universitas Sriwijaya
30 Universitas NW Mataram
Cp: misyafutri@yahoo.com
12 Poltekes Palembang 31 STAKN Palangkaraya
13
Universitas Cenderawasih Universitas Muhammadiyah
32
Cp: soewarto_ct@yahoo.co.id Palu
Universitas Indonesia
14 33 Universitas Batanghari
Cp: lilisherimc@gmail.com

15
Universitas Negeri Jakarta
Cp: rusilanti@gmail.com
34 Stikes Harapan Ibu

16
Universitas Padjajaran
Cp: pinkyhanida@yahoo.co.id
35 Universitas Yapis Papua
Universitas Pendidikan
17
Universitas Ahmad Dahlan
Indonesia 36
cp: rustiawanjogja@yahoo.co.id;
Cp: ellisen_nik@yahoo.com
Universitas Pangeran Universitas Muhammadiyah
18 Dipenogoro 37 Semarang
Cp: laksmiwid@yahoo.com Cp: trinurhidayatitrapsila@yahoo.com
Universitas Jendral Soedirman
19
Cp: totokadh@yahoo.com

Kedepannya diharapkan dapat menjadi jalan masuk (entry point)


untuk dikembangkan U3A (University era Ketiga) Indonesia dengan belajar
dari negara-negara lain yang telah lebih dahulu memulainya. Contohnya:
negara terdekat Malaysia dimotori oleh Universiti Putra Malaysia (UPM) dan
kini dikelola dengan baik oleh Asosiasi Alumni peserta U3A. Bagaimana
dengan model U3A di Indonesia? Kita masih perlu banyak belajar,
pengalaman perlu dijadikan pembelajaran yang memerlukan pendekatan ke
pihak terkait terutama Kemendikbud (catatan: pendekatan awal telah
dilakukan oleh Komnas lansia pada bulan April 2013 dan keberadaan Silver

KurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


140

College pernah dilaporkan kepada Wapres pada HLUN, 2011) yang diminta
dukungannya untuk memperhatikan Hak-hak Lansia, khususnya lansia
Potensial yang masih sehat dan aktif dan masih ingin berkarya dan mandiri
sebagai "Lansia Peduli" bukan Lansia yang dipedulikan (GNLP, 2011)

C. Membangun Wawasan Pengembangan Ekonomi Produktif

Dalam media pembelajaran BKL seri 7, BKKBN (2012b), sebelum


memulai usaha , perlu dilakukan identifikasi dan inventarisasi potensi.
Apakah usaha yang dilakukan merupakan usaha lanjutan (sudah dilakukan
oleh lansia sejak usia muda), atau usaha yang sama sekali baru (baru saja
akan usaha saat lansia). Bagi usaha lanjutan, maka yang lebih diperlukan
oleh lansia adalah pendampingan usaha, misalnya meningkatkan kualitas
produk, pengemasan dan legalitas usaha dan juga kemitraan. Sedangkan
bagi usaha baru, maka yang pertama kali diperlukan adalah perubahan
"mindset". Lansia perlu mengikuti pelatihan penumbuhan jiwa
kewirausahaan terlebih dahulu. Langkah utama yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Identifikasi dan inventarisasi potensi
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengenali dan menginventarisasi
potensi lingkungan dari segi ekonomi (bahan baku, pengolahan dan
pemasarannya serta pesaing yang ada). Kemampuan tenaga yang akan
dibutuhkan dalam pengembangan kegiatan ekonomi, dan faktor
pendukung lain. Hasil identifikasi tersebut dijadikan dasar rencana
pembentukan kelompok, penetapan jenis usaha yang akan dilaksanakan
oleh kelompok dan pemulihan sumber daya manusia yang cocok dengan
bidang pekerjaannya. Dalam pemilihan SDM yang khusus menangani
kegiatan ekonomi produktif kelompok minimal memiliki kemampuan
sebagai berikut:
a. Pernah melaksanakan kegiatan usaha ekonomi, maksudnya anggota
tersebut akan mengetahui kondisi dan mutu bahan, masalah
penyediaan bahan baku, perkembangan harga dan pusat penyediaan
bahan baku.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif


141

b. Pernah memproduksi barang, maksudnya anggota yang


bersangkutan mengetahui proses produksi, peningkatan kualitas dan
kesinambungan produksi serta perkembangan peralatan pendukung
c. Pernah memasarkan produk, maksudnya anggota yang bersangkutan
mengetahui arah pemasaran, jumlah dan mutu yang dibutuhkan,
perkembangan harga serta tempat bahan baku, harga serta mutu.
d. Pernah mengelola suatu usaha, maksudnya anggota yang
bersangkutan mengetahui bagaimana cara atau arah mengelola suatu
usaha tersebut agar dapat berjalan dan memperoleh keuntungan
(mengatur manajemen perusahaan).

2. Penetapan jenis usaha


Penetapan jenis usaha ini disesuaikan dengan kondisi lingkungan,
potensi wilayah dan keterampilan dari anggota kelompok serta
kebutuhan masyarakat akan produk yang akan dipasarkan.
Adapun alternatif jenis usaha dibidang ekonomi produktif
berdasarkan usahanya terdiri dari:
a. Usaha yang termasuk bidang usaha pertanian, antara lain:
1) Peternakan (termasuk ayam, jangkrik, ternak kambing dan
sebagainya)
2) Perikanan (ikan hias, tambak dan kolam ikan)
3) Tanaman hias (bunga-bungaan, palem dan bonsai)
4) Tanaman pangan (tomat, cabe, jagung, sayuran dan buah-
buhan) dan tanaman obat keluarga (TOGA)
b. Usaha bidang industri kecil dan industri rumah tangga, antara lain
adalah:

1) Kerajinan (perak, emas, kulit, kayu dan rotan)


2) Anyaman (anyaman bambu, rotan dan sebagainya)
3) Makanan kecil, minuman (kue jajan, minuman kemasan dan
sebagainya)
4) Bahan bangunan/ meubelair (kursi, meja dan sebagainya)
5) Produk kreatif (kerajinan daur ulang sampah, pupuk cair dan
Iain-Iain)

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


142

c. Usaha yang termasuk dalam bidang perdagangan dan jasa, antara


lain:

1) Warung makanan, jajanan kebutuhan sehari-hari


2) Kios/ toko kelontong dan sembako (bensin dan sebagainya)
3) Penjaja makanan/ minuman
4) Kios oleh-oleh makanan khas daerah
5) Warpos
6) Kios pulsa telepon
7) Kios kerajinan ringan/ souvenir
8) Warnet

3. Pertimbangan Jenis Usaha yang Akan Dikembangkan


Agar kita dapat melakukan usaha tersebut dan memperoleh
keuntungan, pertimbangan yang kita periukan dalam penetapan jenis
usaha antara lain adalah:

a. Sesuaikan dengan minat dan kemampuan kelompok/ anggota


Jenis usaha yang dipilih mempertimbangkan keinginan dan
kemampuan yang dimiliki oleh para anggota kelompok, dengan
demikian proses produksi dan produk yang dihasilkan akan
berkualitas

b. Ada yang bisa mengerjakan/ ada pensiunan tenaga terampil


Jenis usaha yang dikembangkan sesuai dengan keterampilan
anggota kelompok atau setidak-tidaknya ada sebagian kelompok
terampil dibidang usaha yang akan dikembangkan
c. Ada bahan bakunya/ bahan baku mudah didapat dan tersedia di
lingkungan sekitar
Bahan baku yang akan diolah untuk proses produksi mudah didapat
di lingkungannya dengan harga yang murah, agar ongkos produksi
dapat relatif rendah sehingga nilai jual produk dapat bersaing
d. Peralatan untuk mengerjakan mudah didapat
Teknologi yang dipakai adalah teknologi tepat guna yang
peralatannya mudah didapat dan mudah untuk dilakukan
pemeliharaan

KurikuCum dan Modul(Pelatihan <Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


143

e. Ada yang membina


Sebaiknya kelompok mempunyai pembina apakah dari instansi
pemerintah, swasta, LSM atau pembina yang bersifat individual
namun profesional dan peduli terhadap perkembangan kelompok
lansia.

f. Ada kesiapan dana kegiatan usaha


Sebelum melaksanakan kegiatan usaha, sebaiknya kelompok telah
menyiapkan dana untuk modal awal kegiatan usaha
g. Hasil usaha dibutuhkan banyak orang sesuai dengan permintaan
pasar

Produk kelompok laku dijual, maka jenis usaha disesuaikan dengan


kebutuhan serta kemampuan masyarakat dan harga produk dapat
bersaing dengan produk lainnya.
h. Proses produksi tidak terlalu lama dan tidak sulit
Dalam menetapkan jenis usaha kelompok dapat dipilih yang proses
produksinya cepat agar perputaran modal juga cepat. Dengan
perputaran modal cepat maka keuntungan akan dapat berlipat.
i. Memberikan keuntungan dengan cepat
Keuntungan yang tidak besar dan harga relatif murah, maka omset
penjualan akan berkembang dan keuntungan pun berkembang pula.
j. Hindari kegagalan
Untuk tahap pertama harus betul-betul diperhitungkan tentang
kesulitan-kesulitan mulai dari proses produksi sampai dengan
pemasaran, untuk hal ini diperlukan keuletan dan ketangguhan dan
perhitungan yang tepat dalam melaksanakan kegiatan usaha.
k. Penjualan dibayar tunai
Mengingat modal kegiatan usaha relatif kecil diupayakan setiap
transaksi kegiatan usaha dibayar tunai, karena proses produksi
dapat terganggu apabila modal usaha dalam bentuk piutang.
Setelah melakukan usaha, selanjutnya perlu juga diberikan dipahami
pehyebab dan risiko serta cara mengurangi risiko dan meningkatkan kreativitas
berusaha serta cara penggalangan modal kerja usaha (misal kemitraan dengan
Bank) serta pelatihan pembinaan karir pada kesempatan kedua.

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


144

VII. REFERENSI

Abikusno. N. 2013. Penduduk usia lanjut Kebijakan Ramah lansia dan Nutrisi
Menuju Tua yang Sehat, Mandiri, Produktif dan Berkualitas. The Dancing
Leader 2.0. Jalan Cerdas menuju Sehat. Penerbit Buku Kompas. Editor
Jusuf Sutanto. Hal 241-248.

Adioetomo, SM dan LM.Cicih. 2009. Indonesia's Demographic Dividend and


Ageing : The need for further research. Symposium on Global Ageing and
the Development of Education and Research in Gerontology - Geriatric.
CHRUI. Depok.
Almitsar. H. 2007. Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan Masalah
Kesejahteraan nya. Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat.
http://www.depsos.go.id.

Anonymous.2011. Active Ageing. Apa yang dimaksud. Majalah Lansia. Edisi


08, Tahun 05. 2011.

Aswatini. 2011. Orasi pengukuhan sebagai profesor riset Lembaga Ilmu


Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rabu (21/12/2011), di Jakarta.
BPS. 2010. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2010. Badan Pusat Statistik, Jakarta
GNLP. 2011. Pedoman Gerakan Nasional Lanjut Usia Peduli. Jakarta.
Kompas.com. 2010. Indonesia diperkirakan mencapai puncak "bonus
demografi" pada tahun 2017 sampai 2019.
Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta.
Kusharto CM dan P. Muljono. 2010. Optimalisasi Posyandu dan Posdaya dalam
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat dalam Buku Pemberdayaan
Masyarakat dan Keluarga. Hal 120 - 144. Editor: Ahmad Sulaeman, Titik
Sumarti, Diah Krisnatuti. Fema-IPB. IPB Press. Bogor.
. 2012. Lansia Kesempatan Kedua Berkarya dalam
Pemberdayaan Keluarga dan Masyarakat. Paper disampaikan dalam
Seminar Peringatan Harii Kesehatan Sedunia. 17 April, 2012. Auditorium
G.A. Siwabessy. Gedung Prof. Dr. Suyudi, Lantai 2. Kementerian
Kesehatan R.I., Jakarta.
.2013. Kesempatan Kedua "Active Ageing" Berkarya Dalam
Pemberdayaan Keluarga, Masyarakat Untuk Negara. The Dancing Leader

KurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


145

2.0. Jalan Cerdas menuju Sehat. Penerbit Buku Kompas. Editor Jusuf
Sutanto. Hal 249-259.

Mjljono P, Y. Bachtiar, Mintarti, P.Dewi. 2011. 101 Cara Mengenai Posdaya.


P2SDM IPB. IPB Press. Bogor.
Suyono, H. dan R. Haryanto. 2009. Buku Pedoman Pembentukan dan
Pengembangan Pos Pemberdayaan Keluarga: Posdaya. Jakarta: Balai
Pustaka.

Yuhetty, H. 2010. Peran Pendidikan dalam Menyiapkan Lanjut Usia Potensial


untuk Pembangunan Bangsa. Disampaikan pada Pertemuan Nasional
Penguatan Kelembagaan Sosial Lansia dan Sosialisasi Permendagri
no.60 tahun 2008. Bali 29 September 2010.
Uhited Nation. 2001. Population Ageing. New York.
WHO. 2002. Active Ageing: A Policy Framework. Geneva
(http://whalibdoc.who.int/ha/2002/WHO NMH NPH 02.8.pdf.accessed 26
June 2007)

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


146

MODUL MATERI INTI 8

LANGKAH-LANGKAH MENUJU SUKSES BERWIRAUSAHA


DAN SUCCESS STORY

I. DESKRIPSI SINGKAT

Dalam mempersiapkan diri untuk menuju sukses berwirausaha,


dibutuhkan suatu pemahaman untuk dapat meraih kesuksesan dalam
pengembangan usaha, baik pemahaman kebutuhan, motivasi, kepercayaan diri,
dan langkah-langkah sukses lainnya. Materi ini akan membahas mengenai teori
kebutuhan Maslow dan sifat yang perlu dimiliki seorang wirausaha, motivasi
usaha, kepercayaan diri, upaya menuju sukses dan pembuatan keputusan
usaha/bisnis.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu mempelajari langkah-
langkah menuju sukses berwirausaha

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
Menjelaskan teori kebutuhan Maslow dan sifat yang perlu dimiliki
seorang wirausaha
Menjelaskan motivasi usaha
Menjelaskan kepercayaan diri
Menjelaskan upaya menuju sukses
Menjelaskan pembuatan keputusan usaha/bisnis

III. POKOK BAHASAN/ SUB POKOK BAHASAN


Teori Kebutuhan Maslow dan Sifat yang Perlu Dimiliki Seorang Wirausaha
Motivasi Usaha

KurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif


147

Kepercayaan Diri
Upaya Menuju Sukses
Pembuatan Keputusan Usaha/Bisnis

IV. B AHAN BELAJAR

Handout materi Langkah-Langkah Menuju Sukses Berwirausaha

V. LANGKAH-LANGKAH

Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)


Fasilitator memperkenalkan diri
Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan
dan pentingnya materi ini dalam pelatihan persiapan pensiun
Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta yang sudah
mempersiapkan diri untuk menyampaikan rencananya dalam menjalani
pensiun
Peserta lain diminta untuk memberi tanggapan

Langkah 2. Teori Kebutuhan Maslow dan Sifat yang Perlu Dimiliki


Seorang Wirausaha (10 menit)
Fasilitator menjelaskan teori Maslow (hirarki Kebutuhan), kesempatan
mengaktualisasikan diri, mengembangkan potensi dalam dirinya menjadi
kemampuan nyata.
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 3. Motivasi Usaha (5 menit)


Fasilitator menjelaskan pengertian motivasi usaha dan proses
pembelajaran/pengembangan diri
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 4 Kepercayaan Diri (5 menit)


Fasilitator menjelaskan kepercayaan diri yang relatif antar individu dan
kepercayaan diri yang dinamis dari waktu ke waktu

KurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


148

Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 5. Upaya Menuju Sukses (5 menit)


Fasilitator menjelaskan tips yang harus diperhatikan dan dijalankan
dalam usaha untuk mencapai keberhasilan dalam usaha
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 6. Pembuatan Keputusan Usaha/Bisnis (10 menit)


Fasilitator menjelaskan bagaimana cara pembuatan keputusan
usaha/bisnis

Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 7. Penugasan (45 menit) dan Success Story (90 menit)

VI. UR AIAN MATERI

Menjadi seorang wirausaha adalah pilihan banyak orang saat ini karena
mungkin sulitnya mencari kerja dan kesadaran banyak orang mulai muncul untuk
menjadi orang yang mandiri. Setiap orang pasti memiliki rencana dalam
hidupnya. Salah satunya, tentang bagaimana ia akan menikmati hari tua kelak.
Alternatif yang bisa dipilih? Dengan mengumpulkan cukup simpanan dana
pensiun atau memiliki usaha sendiri yang cukup menghidupi. Namun
adakalanya, tidak perlu menunggu hari tua untuk memulai usaha sendiri.
Beberapa orang memutuskan untuk memiliki usaha sendiri ketika masih di usia
produktif.
Untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus
dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak
kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan atau
kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan
pengalaman usaha. Seseorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa
dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. la adalah seseorang
yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
(ability to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


149

Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan
dein kemauan untuk memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan
sesuatu yang baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang
(opportunity), kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko (risk
bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber
daya.
Jiwa wirausaha terkait erat dengan usaha memperbaiki kualitas diri
sendiri dan kehidupan rohani, agar kita mampu menjadi personifikasi yang dapat
dibercaya dan dihormati karena memiliki standar moral tinggi. Keunikan atau
kualitas produk atau jasa maupun kecanggihan pola pemasaran bukan faktor
utama produk atau jasa yang kita tawarkan diterima dengan baik. Sebab sukses
dalam berwirausaha erat kaitannya dengan kemampuan meraih kepercayaan
banyak orang, yang membuat konsumen tidak pernah ragu untuk membeli
prbduk atau memakai jasa yang kita tawarkan.
Menumbuhkan jiwa kewirausahaan ini juga mencakup kemauan
menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh dengan selalu memenuhi kebutuhan
gizi tubuh, cukup berolahraga, minum, dan istirahat. Sebab pada fase awal
berwirausaha itu membutuhkan tingkat energi tinggi, ketahanan mental, dan
motivasi yang besar, sehingga sangat membutuhkan kebugaran fisik. Selain itu
meningkatkan kemampuan berkomunikasi, meningkatkan daya kreativitas,
mnguasai seluruh kemampuan berwirausaha, mulai dari pola pikir,
kehiampuan, karakter serta pengetahuan wirausaha itu sendiri adalah bagian
penting dalam menumbuhkan jiwa wirausaha.
Belajar dari orang-orang yang lebih dahulu sukses, atau menjadikan
orang-orang yang sudah sukses menjadi pemandu usaha yang akan dijalankan.
Hal ini penting dilakukan seorang pelaku usaha dalam upaya mencapai sukses.
Karena kisah-kisah sukses para pengusaha yang telah berhasil, memberikan
banyak info penting seperti informasi mengenai jenis wirausaha apa yang
sedang menjadi tren di tengah masyarakat atau juga mengenai beberapa jenis
wirausaha yang akan berkembang dalam beberapa waktu mendatang,
memberikan beberapa gambaran bisnis yang sudah dijalankan oleh beberapa
pengusaha. Sehingga hal ini bisa memberikan sebuah gambaran yang lebih
mendalam bagi mereka yang hendak masuk ke dunia wirausaha.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (Purna6aktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


150

Menilik pengalaman Bob Sadino yang kini telah menjadi pebisnis sukses
dan terkenal di Indonesia, dahulu ia memiliki usaha secara door to door dalam
menjual telur dan ayam. Banyak rintangan dan cemoohan orang, namun hal
tersebut justru dijadikan penyemangat. Contoh lainnya pemilik PT. H.M.
Sampoerna, Lion Seeng dan istrinya dahulu bersusah payah merintis usaha
tembakaunya dari bawah dengan membuka kios rokok kecil di pinggir jalan.
Namun seiring waktu kerja keras dan ketekunan mereka terbayar dengan
berkembangnya jaringan bisnis hingga ke manca negara. Hal ini dapat diartikan
bahwa dalam cara mengembangkan usaha, modal bukanlah menjadi faktor
kesuksesan yang utama.
Banyak hal yang patut diketahui dan dipahami oleh para pelaku usaha
pemula agar dapat meraih kesuksesan dalam pengembangan usahanya. Para
pelaku usaha perlu terus menambah dan mengembangkan pengetahuan dalam
menjalankan usahanya agar dapat mewujudkan impiannya untuk menjadi
pengusaha sukses, yaitu dengan mengikuti pelatihan yang menyajikan berbagai
materi terkait dengan bagaimana seorang pelaku usaha mencapai kesuksesan.
Melalui pelatihan tersebut dapat menumbuhkan atau meningkatkan motivasi
usaha, meningkatkan kepercayaan diri dalam menjalankan usaha, mengetahui
tentang langkah-langkah menuju sukses, mengetahui cara mengambil
keputusan usaha/ bisnis.

A. TEORI KEBUTUHAN MASLOW DAN SIFAT YANG PERLU DIMILIKI


SEORANG WIRAUSAHA

1. Teori Motivasi Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow


Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik.
Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima
dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari
ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Kehidupan
keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan
gagasan psikologisnya. Setelah Perang Dunia ke II, Maslow mulai
mempertanyakan bagaimana para psikolog sebelumnya tentang pikiran

Kurikjilum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif


151

manusia. Walau tidak menyangkal sepenuhnya, namun ia memiliki gagasan


sendiri untuk mengerti jalan pikir manusia.
Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan
yang kuat untuk merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk
mencapai tingkatan aktualisasi diri. Untuk membuktikan bahwa manusia
tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, tapi untuk
mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang dengan
keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan
masalah kesehatan mental. Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru
dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia tersebut selaras
dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia
yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari
pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya.

2. Hirarki Kebutuhan Abraham Harold Maslow


Interpretasi dari hirarki kebutuhan Maslow yang direpresentasikan
dalam bentuk piramida dengan kebutuhan yang lebih mendasar ada di
bagian paling bawah. Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk
memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut
Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki,
mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/ fisiologis) sampai yang paling
tinggi (aktualisasi diri).
Hirarki kebutuhan tersebut adalah :
a. Kebutuhan fisiologis, misalnya rasa lapar, haus, tempat berteduh, seks,
tidur, oksigen, dan kebutuhan jasmani lainnya.
b. Kebutuhan akan rasa aman, diantaranya mencakup keselamatan dan
perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.
c. Kebutuhan sosial, mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki,
kasih sayang, diterima baik, dan persahabatan.
d. Kebutuhan akan penghargaan, mencakup faktor penghormatan internal
seperti harga diri, otonomi, dan prestasi serta faktor eksternal seperti
status, pengakuan, dan perhatian.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (Purna6aCtiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


152

e. Kebutuhan akan aktualisasi diri, mencakup hasrat untuk makin menjadi


diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut
kemampuannya.
Pada perkembangannya, teori ini juga mendapatkan kritik. Hal ini
dikarenakan adanya sebuah loncatan pada piramida kebutuhan Maslow
yang paling tinggi, yaitu kebutuhan mencapai aktualisasi diri. Kebutuhan itu
sama sekali berbeda dengan keempat kebutuhan lainnya, yang secara
logika mudah dimengerti. Seakan-akan ada missing link antara piramida ke
empat dengan puncak piramida. Seolah-olah terjadi lompatan logika.

3. Sifat-sifat yang perlu di miliki wirausaha adalah :


a. Percaya diri
Seorang wirausahawan harus memiliki sifat pribadi yang
mantap dan tidak mudah terombang-ambing oleh pendapat orang
lain. Emosionalnya bisa dikatakan sudah stabil, tidak mudah
tersinggung dan naik pitam. Kepercayaan diri akan mempengaruhi
gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan,
semangat kerja, kegairahan berkarya, tetapi dia
mempertimbangkannya secara kritis. Kunci keberhasilan dalam
bisnis adalah untuk memahami diri sendiri. Oleh karena itu

wirausaha yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya


diri yang sehat jasmani dan rohaninya.
b. Berorientasi pada tugas dan hasil
Seorang wirausahawan harus konsisten terhadap usaha yang
dijalaninya dan tentu saja sudah mempertimbangkan matang-
matang tentang hasil yang akan diperoleh nantinya. Seseorang yang
selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu
mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba,
ketekunan dan kerja keras. Dalam kewirausahaan peluang hanya
diperoleh apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif biasanya diperoleh
melalui pelatihan dan pengalaman bertahun-tahun dan
pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis,
tanggap, bergairah dan semangat berprestasi.

Kurikidum dan Modul(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


153

c. Keberanian mengambil risiko


Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha
yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan
daripada usaha yang kurang menantang. Wirausaha menghindari
situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi
situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil. Pada situasi ini
seorang wirausahawan dalam menghadapi suatu masalah harus
dengan penuh perhitungan dan pertimbangan.
d. Kepemimpinan
Setiap manusia mempunyai jiwa kepemimpinan. Sifat ini
harus di-miliki seorang wirausahawan, karena yang akan ia bangun
nantinya adalah lapangan pekerjaan, sifat ini sangat cocok untuk
memanage lapangan pekerjaan yang dibangun agar menjadi solid.
Seorang wirausaha harus memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan,
keteladanan. la selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan
berbeda sehingga ia menjadi pelopor baik dalam proses produksi
maupun pemasaran. Dan selalu memanfaatkan perbedaan sebagai
suatu yang menambah nilai serta seorang pemimpin juga harus mau
menerima kritik dan saran dari bawahan, ia harus memiliki sifat
responsif.
e. Keorisinilan: kreativitas dan Inovasi

Yang dimaksud orisinil dalam berwirausaha adalah sifat yang


inovatif, artinya seorang pengusaha harus bisa memunculkan ide-ide
baru untuk usaha yang akan dijalaninya.Ciri-ciri wirausaha yang
inovatif yaitu tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan
saat ini, selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya dan
selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan.
f. Berorientasi ke masa depan
Seorang pengusaha tentunya sudah mempunyai strategi dan
langkah-langkah tertentu untuk mencapai kesuksesan. Harus dapat
melihat sudut pandang terhadap usaha yang ia jalani, dan
mempunyai gambaran terhadap prospek akan usaha yang ia jalani
kedepannya. Wirausaha harus memiliki perspektif dan pandangan

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


154

ke masa depan karena sebuah usaha tidak mungkin hanya berdiri


untuk sementara waktu tapi suatu usaha didirikan untuk selamanya,
kuncinya adalah dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda dari yang ada sekarang.

B. MOTIVASI USAHA

1. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang
mendorong orang tersebut untuk melakukan sesuatu, termasuk menjadi
young entrepreneur (Sarosa, 2005). Kebanyakan orang yang berhasil di
dunia ini mempunyai motivasi yang kuat yang mendorong tindakan-tindakan
mereka. Mereka mengetahui dengan baik apa yang menjadi motivasinya dan
memelihara motivasi tersebut dalam setiap tindakannya.
Motivasi dalam kewirausahaan meliputi motivasi yang diarahkan untuk
mencapai tujuan kewirausahan, seperti tujuan yang melibatkan pengenalan
dan eksploitasi terhadap peluang bisnis (Baum dkk, 2007). Motivasi untuk
mengembangkan usaha baru diperlukan bukan hanya oleh rasa percaya diri
dalam hal kemampuannya untuk berhasil, namun juga oleh kemampuannya
dalam mengakses informasi mengenai peluang kewirausahaan. Dalam
istilah yang lebih sempit, teori expectancy mengungkapkan bahwa informasi
yang spesifik dan periodik mengenai peluang kewirausahaan mungkin
meningkatkan harapan individu bahwa upaya kewirausahaan akan
memberikan hasil, dengan demikian akan meningkatkan motivasi.
Terdapat lima kategori teori motivasi yaitu :
a. Kebutuhan (needs),
b. Penguatan (reinforcement),
c. Keadilan (equity),
d. Harapan (expectancy), dan
e. Tujuan (goal).
Dari kelima teori tersebut maka teori harapan (expectancy) dan teori
tujuan (goal) merupakan model teori yang paling berguna dalam memahami
motivasi kewirausahaan. Dalam teori harapan (expectancy) tersedia

KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


155

kerangka kerja untuk memahami mengapa dan bagaimana beberapa orang


memilih untuk menjadi wirausahawan dan mengungkapkan bahwa
serangkaian outcome dari wirusahawan adalah lebih kompleks dan sebagian
lainnya memiliki kemungkinan lebih kecil dibandingkan dengan yang lain.
Dalam menjelaskan relevansi teori harapan (expectancy) maka
diungkapkan bahwa wirausahawan mungkin saja tertarik pada situasi
ketidakpastian yang tinggi atau dapat membuat pilihan ketika mereka
menghadapi pilihan yang meragukan, karena jika dibandingkan dengan pra
menejer pada bisnis yang telah mapan, maka wirausahawan lebih toleran
dengan ketidakpastian. Sedangkan proposisi mendasar dari teori goal
adalah bahwa tujuan yang menantang secara khusus (memberikan
komitmen, umpan balik, dan pengetahuan yang memadai) akan
menghasilkan kinerja yang tinggi. Dengan demikian, teori tujuan (goal)
menawarkan penjelasan yang lebih bersifat langsung dengan motivasi
kewirausahan dibandingkan dengan teori harapan (expectancy), yang
mengungkapkan bahwa wirausahawan menyusun tujuan kewirausahan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memulai usaha.
Goal theory merupakan teori yang dapat diuji dalam memprediksi
kinerja kewirausahaan. Dalam hal ini, wirausahawan yang memiliki tujuan
yang lebih tinggi akan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
menjadikan organisasi lebih mampu bertahan dan mampu tumbuh lebih
besar dibandingkan dengan wirausahawan yang memiliki tujuan yang lebih
rendah.

2. Proses Pembelajaran dan Pengembangan Usaha


Melakukan suatu usaha adalah sebuah sarana pembelajaran. Belajar
tentang bagaimana berhubungan dengan banyak orang, bagaimana
meningkatkan mutu, bagaimana tetap bertahan, bagaimana memperlakukan
karyawan dengan baik, dan banyak lain hal lainnya.
Salah satu tokoh pebisnis pernah menyarankan saat kita akan
menjalankan usaha, niatkanlah bisnis sebagai sarana pembelajaran tidak
hanya sebagai sarana mencari uang. Banyak ilmu yang diperoleh melalui
pembelajaran karena dengan ilmu semua hal akan terasa mudah.

Kurikulum dan ModulPelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


156

Sebaliknya tanpa ilmu maka suatu usaha akan terasa sangat berat, semua
kendala dianggap berat.
Saat kita menjalani masa-masa awal berwirausaha, tentu pernah
mengalami kegagalan dan kesalahan. Kegagalan dan kesalahan tersebut
harus dijadikan suatu pembelajaran yang berarti bagi kelanjutan usaha yang
dijalankan. Dari suatu kegagalan kita dapat memperoleh pelajaran-pelajaran
yang berharga, minimal jadi tahu hal-hal apa yang sebaiknya tidak
dilakukan. Insting bisnis seorang pelaku usaha juga akan makin terasa untuk
membedakan mana usaha yang prospeknya bagus dan mana yang tidak.
Hal-hal ini akan membantu seorang pelaku usaha untuk mencapai
keberhasilan di masa yang akan datang. Kegagalan seringkali membuat
orang berhenti di tengah jalan. Hal ini sangat disayangkan karena bisa jadi
mereka akan berhasil di usaha yang berikutnya. Dengan berhenti di tengah
jalan berarti mereka menutup peluang keberhasilan yang bisa jadi sudah
cukup dekat. Karena seorang pelaku usaha harus memiliki sikap pantang
menyerah. Bila usaha belum berhasil, beranilah untuk mencoba lagi.
Jika kegagalan dijadikan suatu pembelajaran, maka keberuntungan
juga sangat penting untuk dijadikan pembelajaran. Sebagai contoh apabila
dalam waktu seketika, pelaku usaha memperoleh keuntungan melimpah,
maka itupun harus dijadikan bahan pembelajaran agar dapat dilakukan terus
perbaikan-perbaikan usaha yang dijalankan.
Menjadikan bisnis sebagai sarana belajar jugas sebagai salah satu
antisipasi agar pada saat gagal seorang pelaku usaha tidak langsung segera
mundur. Justru hal tersebut semakin memacu.

Pengembangan Usaha; Usaha pastinya ingin berkembang positif


dan beranak-pinak serta memberi manfaat bagi banyak orang. Berikut
langkah-langkah yang dapat dilakukan bagi pelaku usaha pemula untuk
mengembangkan usahanya dan mencapai keberhasilan :
a. Miliki keyakinan terhadap ide; dengan keyakinan yang mantap akan ide
atau gagasan dalam usaha yang dijalankan, maka akan dimiliki visi
bisnis yang lebih jelas di masa depan guna mengembangkan bisnis
b. Buatlah konsep bisnis yang sederhana; dengan kemampuan khusus
yang dimiliki pikirkan konsep bisnis yang sederhana

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra PumaBaktiyangSehat, Mandiri dan (Produktif


157

c. Miliki sebuah passion/ minat dalam usaha; dalam mengembangkan


suatu usaha, pelaku bisnis harus memiliki konsistensi yang stabil.
Seorang pelaku bisnis dengan minat yang baik biasanya akan lebih
cepat berkembang dan sukses karena passion yang dimiliki seseorang
akan secara alami mendorong orang tersebut untuk selalu termotivasi
dan tergerak untuk mengembangkan usahanya
d. Jangan berhenti untuk belajar hal baru; saat usaha dirasakan telah
berkembang sebaiknya jangan merasa cepat puas, sebaiknya tetap
mengembangkan diri dengan mempelajari hal-hal yang baru. Tetap
pelajari minat konsumen, trend pasar, dan carilah informasi ke berbagai
sumber sehingga dapat diperoleh ide baru guna melakukan inovasi-
inovasi produk yang semakin menguntungkan bagi usaha yang sedang
dijalankan.
e. Selalu aktif berpromosi; cara mengembangkan usaha yang selalu jitu
adalah dengan selalu aktif mempromosikan dan mensosialisasikan
produk anda, seperti memasang iklan, menggunakan brosur,
memanfaatkan internet marketing, dan menjaring pasar yang lebih luas.

KEPERCAYAAN DIRI

Kepercayaan diri seseorang temyata mempengaruhi kesuksesan


yang mereka dapatkan. Bahkan banyak orang yang berpendapat bahwa
percaya diri menjadi salah satu modal utama untuk meraih sebuah
kesuksesan. Tanpa adanya rasa percaya diri, seseorang cenderung takut
untuk melangkah dan mudah menyerah dengan segala masalah yang
mereka hadapi.
Begitu juga dalam menjalankan sebuah usaha, sikap percaya diri
tentunya dibutuhkan para pelaku usaha untuk mewujudkan target kerja yang
telah mereka tentukan. Dengan modal rasa percaya diri yang tinggi, seorang
pelaku usaha berani menentukan target kerja yang rasional dan berani
mengambil risiko besar untuk medapatkan keuntungan yang lebih
menjanjikan.

Kurikulum dan Modul(pelatihan (pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif


158

Meredith et al.. (2002), mengemukakan nilai hakiki penting dari


wirausaha adalah percaya diri (self confidence). Merupakan paduan sikap
dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan, yang
bersifat internal, sangat relatif dan dinamis dan banyak ditentukan oleh
kemampuannya untuk memulai, melaksanakan dan menyelesaikan suatu
pekerjaan. Kepercayaan diri akan mempengaruhi gagasan, karsa, inisiatif,
kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, kegairahan berkarya.
Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk memahami diri sendiri. Oleh
karena itu wirausaha yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan
percaya diri.
Menurut Suryana (2003), orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap
kewirausahaan yaitu percaya diri (yakin, optimis dan penuh komitmen),
percaya diri dalam menentukan sesuatu, percaya diri dalam menjalankan
sesuatu, percaya diri bahwa kita dapat mengatasi berbagai risiko yang
dihadapi merupakan faktor yang mendasar yang harus dimiliki oleh
wirausaha. Seseorang yang memiliki jiwa wirausaha merasa yakin bahwa
apa-apa yang diperbuatnya akan berhasil walaupun akan menghadapi
berbagai rintangan. Tidak selalu dihantui rasa takut akan kegagalan
sehingga membuat dirinya optimis untuk terus maju.
Membangun kepercayaan diri tidak mudah, namun pada dasarnya
ada beberapa langkah sederhana yang dapat dipraktikkan oleh para pelaku
usaha untuk meningkatkan rasa percaya dirinya. Berikut beberapa tips
untuk meningkatkan rasa percaya diri yaitu :
Pertama, mulailah dengan bergaul di lingkungan yang cukup positif.
Lingkungan dimana Anda berada memang memberikan pengaruh yang
cukup besar bagi perkembangan diri Anda. Ketika Anda banyak bergaul
dengan orang-orang yang pesimis, mudah menyerah, dan cenderung
minder, maka secara tidak langsung perilaku dan sikap Anda akan
mengikuti lingkungan tersebut. Dan begitu juga sebaliknya, bila Anda
berada di lingkungan positif yang mayoritas anggotanya memiliki
kepercayaan diri cukup besar, selalu bersemangat, pantang menyerah
dan selalu optimis dalam menghadapi segala tantangan, tentunya diri

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


159

Anda juga akan terbangun menjadi pribadi tangguh dan memiliki


kepercayaan diri yang tinggi.
Kedua, persiapkan segala hal secara matang. Terkadang seorang pelaku
usaha merasa minder dan pesimis dengan hasil kerja yang akan mereka
raih, karena mereka tidak menyiapkan segalanya secara matang. Apabila
mereka terbiasa melakukan persiapan dengan baik, maka kualitas produk
maupun jasa yang dihasilkan tidak akan mengecewakan para pelanggan,
sehingga sedikit demi sedikit kepercayaan diri pengusaha akan mulai
tumbuh dan bisa berkembang baik apabila konsumen semakin senang
dengan pelayanan yang mereka berikan.
Ketiga, tingkatkan motivasi diri dengan mengingat kesuksesan yang
telah Anda raih. Ketika kepercayaan diri Anda mulai pudar, maka
pompalah semangat Anda dengan mengingat kembali kesuksesan-
kesuksesan yang telah dicapai. Dengan begitu, semangat pelaku usaha
bisa kembali membara dan semakin berusaha mewujudkan impian
mereka yang tentunya lebih besar dari kesuksesan sebelumnya. Ingat,
keberhasilan yang telah Anda raih adalah hasil kerja keras dari skill serta
pengetahuan yang Anda miliki. Jadi, jangan minder dan memandang diri
Anda rendah dengan kemampuan yang ada dalam diri Anda. Karena
sebenarnya Andalah salah satu orang hebat yang berjasa bagi
perkembangan bisnis Anda.
Dengan menumbuhkan kepercayaan diri dalam menjalankan sebuah
usaha, tidak menutup kemungkinan bila bisnis Anda bisa berkembang
semakin besar dan memberikan keuntungan yang menjanjikan setiap
bulannya.

D. UPAYA MENUJU SUKSES

Menjadi wirausahawan tidak mudah. Olah karena itu, untuk


menghadapi saat-saat sulit dalam berwirausaha atau saat semangat
berwirausaha turun, alangkah baiknya jika mendengar nasihat
wirausahawan yang sukses, nasihat para ekonom, atau kalangan
cendekiawan lainnya.

Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


160

Semua orang tentu ingin menjadi seorang yang sukses di dalam


bidang apa saja yang sedang digelutinya. 10 tips menjadi pengusaha sukses
yang sangat penting untuk di ketahui bagi mereka yang ingin sukses di
dalam segala usaha adalah sebagai berikut:
1. Awali dengan Impian dan Imajinasi
Segala sesuatu keberhasilan itu bermula dari impian dan keyakinan
dengan didorong oleh kerja keras untuk mewujudkannya. Impian untuk
menjadi seorang pengusaha yang sukses dapat dicapai dengan kerja
keras. Hanya seorang pemimpi yang mampu menciptakan dan membuat
sebuah terobosan dalam produk, jasa ataupun ide yang bisa sukses.
Mereka tidak mengenai kata tidak bisa atau tidak mampu.
2. Semangat dan Kegigihan.
Antusiasme, semangat dan kegigihan adalah sebuah modal utama di
dalam memulai sebuah perjuangan baru untuk mencapai keberhasilan.
Bila Anda loyo, tidak bersemangat dan dan bermalasan, yakinlah tidak
lama lagi Anda akan segera mengalami kegagalan total. Carilah motivasi
usaha Anda itu dengan mempelajari perjuangan pengusaha-pengusaha
yang telah sukses menjalankan usahanya
3. Mempunyai Pengetahuan Dasar-Dasar Bisnis
Tanpa adanya pengetahuan dasar-dasar bisnis hanya akan membuat
suatu usaha seperti sebuah kelinci percobaan. Kemungkinan besar
hanya akan banyak mengalami kegagalan. Tidak akan ada sukses tanpa
sebuah pengetahuan. Yang terbaik adalah belajar sambil bekerja.
Sebelum memulai usaha ada baiknya bila kita bekerja dengan orang lain
terlebih dulu agar memperoleh pengetahuan dan pengalaman sehingga
siap untuk menjalankan usaha.
4. Berani Mengambil Risiko
Setiap sesuatu yang kita usahakan tentu akan ada risikonya. Semakin
besar hasil yang ingin dicapai, tentu kemungkinan risiko yang akan
dialami apabila mengalami kegagalan juga besar. Orang yang berani
mengambil risiko adalah calon orang yang sukses. Jangan takut akan
kegagalan, tapi jadikanlah kegagalan itu sebagai batu loncatan menuju
kesuksesan.

KurikuCum dan ModuCPeCatihan (pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


161

5. Kerja Keras
Hanya dengan bekerja keraslah sebuah usaha akan mengalami
kemajuan dan kesuksesan. Para pengusaha sukses merintis usahanya
dengan kerja keras tanpa mengenai putus asa dan banyak berkorban
waktu dan tenaga.
6. Mau Belajar dari Pengalaman Orang Lain.
Sebuah pepatah mengatakan: "Pengalaman adalah guru yang terbaik."
Seorang calon pengusaha yang sukses mau mengambil pengalaman
dari orang lain dan dari dirinya sendiri. Apapun pengalaman seseorang
itu baik kesuksesan atau kegagalan harus dijadikan suatu pelajaran
yang berharga sebagai panduan seorang calon pengusaha untuk
memulai atau mengembangkan usahanya.
7. Bersedia Menerima Kritikan dan Nasehat dari Orang Lain
Sebagian orang menganggap bahwa kritikan yang ditujukan kepadanya
itu adalah sebagai sebuah penghambat bagi kelangsungan usahanya.
Akan tetapi bagi orang yang berpikir normal akan menjadikan kritikan
atau bahkan nasehat dari orang lain itu sebagai gurunya yang
membimbing dia ke arah sukses. Menerima kritikan berarti menyadari
bahwa kita mempunyai kekurangan. Dengan mengetahui kekurangan
yang ada pada kita maka kita bisa memperbaiki kekurangan itu.
8. Menjalin Kerjasama dengan Orang Lain
Kerjasama dengan rekan, teman, mitra kerja dan klien sangat penting
bagi perkembangan suatu bisnis. Merekalah yang akan memberi
masukan, saran dan kritik dan membantu di saat-saat sulit. Seorang
pebisnis harus mampu menjalin kerjasama dan bergaul untuk menjalin
relasi bisnis dengan seluas-luasnya.
9. Berani Menghadapi Kegagalan
Seorang pengusaha sukses pada umumnya pernah mengalami
kegagalan, namun mereka namun mereka tidak pernah putus asa dan
terus berusaha sampai mencapai keberhasilan.
10.Tidak Suka Menunda

Seperti kata pepatah: "Time is money!" Oleh karena janganlah suka


menunda-nunda suatu pekerjaan. Lakukanlah saat ini, sekarang juga

KurikuCum dan ModuC(Pelatihan <Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan Produktif


162

selagi ada kesempatan. Menunda suatu pekerjaan berarti adalah suatu


kerugian yang akan membuat anda menyesal.

E. PEMBUATAN KEPUTUSAN USAHA/ BISNIS

Cholichul (2011) menjelaskan bahwa membuat keputusan (decision


making) usaha/ bisnis adalah suatu proses memilih alternatif tertentu dari
beberapa alternatif yang ada. Semakin berpengalaman dalam pengambilan
keputusan, semakin besar pula kepercayaan diri yang akan semakin
berorientasi pula pada suatu tindakan. Jika seorang wirausaha mampu
mengambil suatu keputusan dalam batas-batas waktu yang masuk akal,
mungkin ia mampu mengambil suatu keputusan yang menguntungkan
sehingga sewaktu-waktu muncul peluang-peluang bisnis.
Seorang wirausaha harus cepat mengambil suatu keputusan agar
dapat menggunakan kesempatan sebaik-baiknya. Wirausaha yang ingin
maju dalam bisnisnya, harus dapat memutar akal dengan mengandalkan
intuisi, ide-ide yang penuh kreatif dan inovatif. Mereka juga harus
memandang persoalan dalam konteks yang lebih luas, sambil mengingat
bahwa keputusan-keputusan utama akan mempunyai akibat-akibat jangka
panjang atas operasi bisnisnya. Seorang wirausaha diharapkan lebih aktif
dalam dan lebih kreatif, karena ia harus membuat keputusan (decision
making) tanpa bantuan data-data kuantitatif (data berbentuk angka-angka)
atau dukungan staf yang berpengalaman.
Keberhasilan seorang wirausaha di dalam bisnis, tergantung pada
kemampuan membuat keputusan yang meningkatkan keuntungan bisnisnya
pada masa yang akan datang. Kemampuan membuat keputusan dapat
diperoleh dari pengalamannya selama bertahun-tahun. Akan tetapi, dalam
praktiknya pasti ada saja kesalahan-kesalahan, yang harus cepat disadari
dan diambil tindakan pembetulannya.
Pedoman untuk membuat keputusan, kuncinya adalah sebagai
berikut:

1. Terlebih dahulu, tentukan fakta-fakta dari persoalan yang sudah dikenal.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan <Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


163

2. Identifikasi, bidang manakah dari persoalan-persoalan yang tidak


berdasarkan fakta-fakta. Di bidang yang dikenal inilah, seorang wirausaha
harus menggunakan logika, penalaran, dan institusinya untuk membuat
keputusan.
3. Keberanian dan antusiasme sangat diperlukan dalam menerapkan
sebuah keputusan
4. Bersedia untuk mengambil tindakan agresif dalam menerapkan sebuah
keputusan.
5. Ambillah risiko yang sedang-sedang saja jika terdapat ketidakpastian
yang besar
6. Dalam keadaan tertentu, mungkin lebih baik untuk meneruskan sesuatu
yang telah berhasil pada masa lampau.
7. Jauhilah keputusan-keputusan yang akan mengubah secara drastis
susunan organisasi yang sekarang.
8. Keputusan perlu diuji cobakan dahulu.
Seorang wirausaha harus memulai menerapkan keputusan, semua
keragu-raguan dan ketidakpastian haruslah dibuang jauh-jauh. Jika kita
dihadapkan pada alternatif harus memilih, maka buatlah pertimbangan-
pertimbangan yang matang. Kumpulkan berbagai informasi dan boleh
meminta pendapat orang lain. Setelah itu, ambil keputusan dan jangan ragu-
ragu. Dengan berbagai alternatif yang ada dalam pikiran, para Wirausaha
akan dapat mengambil keputusan yang terbaik. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi pembuatan keputusan (decision making), diantaranya
motivasi, persepsi, dan proses belajar.
Dalam proses pembuatan keputusan, kenyatannya ada wirausaha
yang mampu mengambil keputusan berdasarkan pengalaman, dan ada pula
wirausaha yang berperilaku membuat keputusan secara otomatis. Jika
keputusan diambil berdasarkan pada pengalaman masa lalu, hendaknnya
tergantung juga pada tempat, waktu, pendidikan wirausaha, dan sebagainya.
Seorang wirausaha yang kreatif adalah yang pandai mengambil
keputusan- keputusan yang tepat dalam bisnisnya. Seorang wirausaha
suksesnya tergantung pada kemampuan mengambil keputusan yang
meningkatkan kemampuan meningkatkan laba bisnis pada masa

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


164

mendatang. Seorang wirausaha yang ingin maju sangat tergantung pada


ekspentasi masa depan dan keberlanjutan bisnisnya.
Dalam mengelola bisnisnya, seorang wirausaha harus membuat
keputusan akhir dengan memperhatikan faktor dan pertimbangan berikut:
1. Ukuran dan kompleksitas bisnis.
2. Harapan mengenai pertumbuhan dan perkembangan bisnis.
3. Fasilitas jasa yang tersedia di daerah untuk berbagai instalasi sistem.
4. Kualitas dan kuantitas dari staf yang tersedia untuk pelbagai jenis sistem
dan fasilitas latihan yang tersedia.
5. Jumlah transaksi yang harus diproses.
6. Faktor-faktor keuangan
Proses manajemen bisnis seorang wirausaha, akan meliputi
pengembangan ide dan strategi, pengelolaan orang, serta pengelolaan
sistem untuk menjamin pertumbuhan usaha atau bisnis. Sukses usaha atau
bisnis, tergantung pada pemanfaatan sumber daya uang, pelanggan, harta
fisik, sumber daya manusia, dan waktu yang dipergunakan. Selanjutnya,
kepribadian dan sikap seorang wirausaha dalam melaksanakan keputusan
dapat mempengaruhi hasil akhirnya. Sekali sebuah keputusan telah diambil,
hendaknya jangan ragu-ragu di dalam menerapkannya.
Beberapa faktor dan pertimbangan yang harus diperhatikan dalam
membuat keputusan adalah sebagai berikut:
1. Faktor membuat keputusan
Membuat keputusan di dalam usaha atau bisnis adalah pekerjaan yang
tidak mudah. Di dalam membuat keputusan, seorang wirausaha perlu
memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan yang
diambilnya.
a. Faktor orang
Dalam membuat keputusan, perlu diperhatikan dan dipertimbangkan
orang-orang yang akan merasakan masalah, sebagai akibat dari
adanya keputusan tersebut.
b. Faktor psikologis
Dalam membuat keputusan, seorang wirausaha perlu memperhatikan
dan mempertimbangkan faktor psikologis, baik yang terasa maupun

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


165

yang tidak terasa, seperti emosional, pikiran, perasaan, kekecewaan,


maupun pengaruh kejiwaan lainnya.
c. Faktor fisik

Membuat keputusan merupakan pekerjaan mental. Maka dari itu, di


dalam membuat keputusan, perlu ditransferkan ke arah tindakan fisik.
d. Faktor sasaran

Di dalam membuat keputusan, seorang wirausaha harus


memperhatikan dan mendorong arah usaha atau bisnis dalam rangka
pencapaian sasaran yang sudah ditetapkan.
e. Faktor waktu.

Di dalam membuat keputusan, waktu yang efektif dan efisien harus


cukup untuk menganalisis data-data dan permasalahannya.
f. Faktor pelaksanaan
Faktor pelaksanaan merupakan follow-up dari setiap keputusan yang
diambil. Selanjutnya, perlu diingat pula bahwa setiap keputusan akan
menimbulkan suatu rangkaian tindakan di dalam membuat keputusan.
Pembuatan keputusan dalam kehidupan bisnis, tidaklah begitu mudah.
Setiap alternatif di dalam faktor pembuatan keputusan yang ditujukan
agar semua pihak merasa puas, sudah tentu ada kelebihan dan
kekurangannya. Namun, seorang wirausaha yang berpengalaman
harus mempunyai keberanian dalam membuat dan mengambil suatu
keputusan yang tepat, cermat, dan cepat.

2. Pertimbangan membuat keputusan usaha


Pertimbangan-pertimbangan dalam membuat keputusan, didasarkan atas
beberapa hal sebagai berikut:
a. Keputusan yang akan diambil
Keputusan yang akan diambil, harus dipertimbangkan masak-masak
secara obyektif. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam membuat
keputusan, antara lain manfaatnya, pelaksanaannya, orang-orangnya
b. Tindakan-tindakan

Tindakan-tindakan dalam mengambil dan membuat keputusan yang tepat


dan akurat, adalah sebagai berikut:

Kurikulum dan Modul(Pelatihan <Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan Produktif


166

Menilai data-data

Di dalam menilai data-data, seorang wirausaha harus mengenai betul


persoalan atau permasalahan yang hendak diputuskan, seperti mencari
sebab pokok persoalan, memilih data-data yang benar, memilih data-
data yang tepat
Memilih data-data

Memilih data-data merupakan tindakan penting dalam pembuatan


keputusan. Data terpilih diterapkan ke dalam berbagai alternatif
pemecahan masalah yang diharapkan dan dihadapi, seperti mencari
sebab persoalan pokok, memikirkan kemungkinan untuk memecahkan
persoalan atau mencari jalan keluarnya, memformulasikan faktor-faktor
yang berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya.
Konsekuensi pilihan
Konsekuensi pilihan dalam membuat keputusan adalah usaha untuk
menilai tiap-tiap pilihan dan usaha untuk meramalkan apa yang terjadi
apabila salah satu alternatif yang dilaksanakan.
Tindakan pelaksanaan
Tindakan pelaksanaan dalam keputusan adalah usaha untuk memiliki
suatu tindakan yang telah ditentukan oleh salah satu pilihan seperti
menetapkan langkah-langkah dalam tindakan, pemikiran langkah-
langkah untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil, membuat
keputusan terakhir. Keberanian untuk mengambil keputusan, sangat
tergantung pada sifat pribadi wirausaha masing-masing. Seorang
wirausaha harus selalu berkata pada dirinya, pasti bisa mengambil
keputusan di dalam menentukan bisnisnya. Jika seorang wirausaha
mampu mengambil keputusan dalam batas-batas waktu yang masuk
akal, maka akan mampu mengambil keuntungan sewaktu-waktu timbul
peluang-peluang bisnis.
Pengambilan keputusan merupakan salah satu fungsi kunci
keberhasilan dalam manajemen bisnis. Suatu keputusan yang benar,
tumbuh dan berkembang dari adanya pertentangan antar pendapat dan
alternatif-alternatif yang saling bersaing.

Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan Produktif


167

Dalam proses pembuatan keputusan, keragu-raguan dan


ketidaksetujuan sebenarnya masih diperlukan, karena ada manfaatnya
untuk:

1. Merangsang daya imajinasi untuk mendapatkan jawaban yang benar


terhadap suatu masalah.
2. Memperkaya alternatif-alternatif untuk melahirkan keputusan yang lebih
mantap.

3. Memungkinkan penerimaan bersama, terhadap keputusan yang akan


diambil.

Keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah yang kongkrit,


sebenarnya tidak begitu sulit untuk diambil. Pertimbangan yang diadakan
berkisar pada masalah bertindak atau tidak bertindak dengan
memperhitungkan untung ruginya.
Agar seorang wirausaha mampu membuat keputusan yang efektif dan
efisien, ia harus memiliki beberapa persyaratan, yaitu keterampilan dalam
kepemimpinan, manajerial dan bergaul.
Di dalam kegiatan usahanya, wirausahawan akan dihadapkan pada
berbagai risiko yang akan mempengaruhi kelangsungan usahanya. Oleh
karena itu, wirausahawan dituntut untuk memiliki kemampuan dalam
menghadapi risiko, dan metode pengambilan risiko.

VI REFERENSI

Anonim. 2010. Naskah Akademik Silver College: Sebagai Penggiat


Ketahanan Keluarga dan Masyarakat. P2SDM-LPPM. IPB. Bogor. 5 Juni,
2010

Baum, J. Robert, Michael Frese, dan Robert A. Baron. (2007). The


psychology of entrepreneurship. London: Routledge.
Cholichul. 2011. Berpacu menjadi yang terbaik (modul Kinerja
Kewirausahaan).
4. Hermono, L. 2009. Inspirasi dari Limbah Plastik. PT. Kawan Pustaka
5. http://bisnisukm.com/percaya-diri-dalam-memulai-bisnis.html-2011

Kurikulum dan Modul(Pelatihan Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


168

6. Hubeis M. 2012. Motivasi Usaha. Paper Pelatihan Pemantapan dan


Pengembangan Usaha Lanjut Usia Potensial. Silver College, P2SDM,
LPPM-IPB-Kemensos RI.

7. Meredith, Geoffrey G. 2002. Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Jakarta :


PPM

8. Pembinaan Usaha Kecil menengah IPB. Paper Pelatihan Pemantapan dan


pengembangan Usaha Lanjut Usia Potensial. Silver College, P2SDM, LPPM-
IPB-Kemensos RI.

9. Sarosa, Pietra. (2005). Becoming young entrepreneur: dream big start small,
act now!: panduan praktis & motivasional bagi kaum muda dan mahasiswa.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
10. Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju
Sukses. Jakarta: Salemba Empat.

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


169

MATERI INTI 9

PENGELOLAAN KEUANGAN MENJELANG PENSIUN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Perencanaan keuangan untuk masa pensiun diperlukan semua orang,


baik yang berpendidikan rendah, menengah, atau tinggi dan idealnya seseorang
melakukannya saat masih berusia 35-45 tahun, agar siap menghadapi masa
pensiun. Materi ini akan membahas mengenai pengelolaan keuangan menjelang
pensiun, perhitungan kebutuhan dana pada saat pensiun, dan kiat dalam
meningkatkan penghasilan.

II TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami pengelolaan
keuangan menjelang pensiun.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan pengelolaan keuangan menjelang pensiun.
2. Menjelaskan perhitungan kebutuhan dana pada saat pensiun.
3. Menjelaskan kiat dalam meningkatkan penghasilan.

III POKOK BAHASAN/ SUB POKOK BAHASAN

Pengelolaan keuangan menjelang pensiun.



Perhitungan kebutuhan dana pada saat pensiun.
Kiat dalam meningkatkan penghasilan.

IV B AHAN BELAJAR

Handout /materi Pengelolaan Keuangan Menjelang Pensiun

Kurikulum dan Modul(pelatihan Pra PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif


170

V. LANGKAH-LANGKAH

Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)


Fasilitator memperkenalkan diri
Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan
dan pentingnya materi ini dalam pelatihan persiapan pensiun

Langkah 2. Pengelolaan Keuangan Menjelang Pensiun (25 menit)


Fasilitator menjelaskan pentingnya mengelola keuangan menjelang
pensiun
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 3. Perhitungan Kebutuhan Dana pada Saat Pensiun (25 menit)


Fasilitator menjelaskan bagaimana menghitung kebutuhan dana pada
saat pensiun
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 4. Kiat dalam Meningkatkan Penghasilan (cerdas dalam


mengelola keuangan) (30 menit)
Fasilitator menjelaskan tentang kiat dalam meningkatkan penghasilan
(cerdas dalam mengelola keuangan)
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab

Langkah 5. Penugasan (90 menit)

VI. UR AIAN MATERI

A. PENGELOLAAN KEUANGAN MENJELANG PENSIUN

Survei sebuah lembaga keuangan tahun 2009 lalu menyatakan, dari


orang-orang yang memasuki usia pensiun sekitar separuh hidupnya prihatin
mengandalkan tunjangan pensiun, 12% bangkrut, 5% tetap bekerja, 4% mandiri
secara keuangan, dan hanya 1% yang kaya raya sehingga bisa melakukan apa

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


171

yang diinginkannya. Ditotal, hanya sekitar 10% para pensiunan yang siap dan
dapat menikmati kehidupan masa pensiunnya dengan tenang dan mandiri.
Ini dikarenakan banyak orang tidak peduli dengan masa depan terutama
dengan masa pensiunnya. Ketika berusia 35 - 45 tahun, mereka lebih tertarik
untuk menikmati uangnya. Namun, menginjak usia 50 tahun, banyak yang kaget
ketika mengetahui usia produktifnya tersisa beberapa tahun lagi. Pada saat
ini ah mereka baru menyadari belum punya apa-apa untuk keperluan masa
pensiunnya. Mereka bingung menyadari sebentar lagi akan kehilangan sebagian
besar atau seluruh penghasilan bulanannya sementara biaya hidup bulanan
harus terus diadakan dalam jumlah yang relatif sama. Kenyataan pahit untuk
menghadapi penghasilan rutin akan segera terhenti sedangkan biaya hidup tidak
ikut turun drastis tetapi justru akan meningkat sejalan dengan inflasi dan
munculnya penyakit di usia tua.
Cukup beruntung mereka yang perusahaan tempat bekerjanya
mewajibkan karyawannya ikut program asuransi/ tunjangan hari tua, Dana
Pensiun Pemberi Kerja (DPPK), program pensiun PNS, atau program pensiun
Jafnsostek. Untuk karyawan di perusahaan lainnya atau profesional serta
pengusaha kecil, masih ada alternatif lain yaitu Dana Pensiun Lembaga
Keuangan (DPLK), perencanaan keuangan sendiri atau melalui jasa perencana
keuangan independen.
Sebagian dari mereka yang belum menyiapkan dana pensiun masih
berharap dapat mengandalkan anak dan menantunya untuk membiayai
kehidupan pensiunnya. Ini realistis selama kondisi keuangan anak dan
menantunya berkecukupan dan tidak keberatan untuk ditumpangi. Sebagian
besar yang lain harus terus bekerja atau berakhir di panti jompo (bangkrut).
Mereka yang bekerja pun belum tentu memperoleh dana yang cukup untuk biaya
kesehatannya. Tanpa menyiapkan keuangan saat pensiun dengan baik,
sebagian besar penduduk akan menghadapi timpangnya penghasilan bulanan
ya ig diperoleh dengan pengeluaran bulanan yang diperlukan.

Kesalahan-kesalahan dalam mempersiapkan pengelolaan keuangan menjelang


pensiun:
Terlambat memulai perencanaan dan persiapan pensiun

Kurikulum dan ModulPelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


172

Gagal untuk menghitung perkiraan biaya hidup di masa pensiun


Merasa puas dengan program pensiun yang ada
Tidak sesuai antara jenis investasi dengan tujuan yang dinginkan
Menggabungkan program pensiun (investasi) dengan asuransi
Gagal untuk memahami dahsyatnya bunga majemuk dan Aturan 72

Langkah-langkah perencanaan pengelolaan keuangan menjelang pensiun


Tentukan target usia pensiun
Hitung kebutuhan dana pensiun
Tentukan alokasi aset

Akumulasikan dana pensiun

Tahapan persiapan dalam mengelola keuangan menjelang pensiun


Bebas utang
Ada penghasilan rutin untuk biaya hidup dan biaya kesehatan
Ada dana yang cukup untuk liburan
Kebebasan finansial

B. PERHITUNGAN KEBUTUHAN DANA PADA SAAT PENSIUN

1. Tentukan pada usia berapa akan pensiun?


- Berapa lama lagi akan pensiun? Misalkan 10 tahun lagi
2. Tentukan gaya hidup (life style) yang akan diinginkan pada saat pensiun.
- Apakah sama dengan gaya hidup sekarang?
- Setarakan dengan nilai uang, misalkan Rp2 juta / bulan
3. Besarnya kebutuhan per bulan pada saat awal pensiun adalah:
= Rp2.000.000x(1,05)10
= Rp3.257.789 / bulan (tahun pertama masa pensiun)
= Rp3.420.679 / bulan (tahun kedua masa pensiun)
= dst s/d lamanya pensiun yang direncanakan misalnya 25 tahun
(diasumsikan inflasi per tahun adalah 5%)

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


173

Jika saat ini Anda memiliki passive income sebesar Rp2.000.000 / bulan
yang bertumbuh 5% p.a., maka Anda tidak perlu terlalu pusing memikirkan
bagaimana mengumpulkan dana pensiun. Misalkan Anda memiliki aset properti
selain rumah yang ditinggali, namun tidak menghasilkan passive income. Aset itu
dapat diperhitungkan untuk menjadi pengurang dana pensiun. Caranya adalah
dengan menjualnya sebelum memasuki masa pensiun atau tidak dijual namun
dilj>uat menghasilkan uang sewa atau menjadikannya aset produktif.
Jika Anda tidak punya passive income, inilah total dana yang harus
tei+sedia sebelum pensiun (untuk biaya hidup 25 tahun ke depan):
= Rp505.631.214 (asumsi return 6% p.a. dan inflasi 0% p.a.)
= Rp841.113.895 (asumsi return 6% p.a. dan inflasi 4,8% p.a.)

Pertanyaan yang mengemuka adalah berapa dana yang harus disetorkan


bulanan? Dengan asumsi return investasi 15% p.a. selama 10 tahun ke depan,
setoran tetap = Rp1.837.209 / bulan (selama 10 tahun untuk alternatif 1)
= Rp3.056.184 / bulan (selama 10 tahun untuk alternatif 2)

Dengan asumsi return investasi 10% p.a. selama 10 tahun ke depan,


se :oran tetap menjadi = Rp2.468.360 / bulan (selama 10 tahun untuk alternatif 1)
= Rp4.106.099 / bulan (selama 10 tahun untuk alternatif 2)

Total dana yang diperlukan, demikian juga setoran yang harus dilakukan,
akkn berubah jika dana diharapkan dapat memberikan uang pensiun bulanan
seamanya alias tidak akan pernah habis. Untuk menyelesaikan kasus yang
terakhir ini, kita mempunyai konsep perpetuitas yaitu anuitas tak terhingga.
Uqtuk kasus pertama (dana yang harus tersedia) menjadi:
= Rp651.557.800 (asumsi return 6% p.a. dan inflasi 0% p.a.)

Sekarang misalkan Anda masih mempunyai waktu 25 tahun hingga


pensiun dan gaya hidup yang diinginkan pada saat pensiun adalah sama seperti
saM ini yaitu setara dengan pengeluaran bulanan Rp2 juta. Besarnya kebutuhan
per bulan pada saat awal pensiun adalah:
= Rp2.000.000x(1,05)25

Kurikulum dan ModulPelatihan Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif


174

= Rp6.772.710 / bulan (tahun pertama masa pensiun)


= Rp7.111.345 / bulan (tahun kedua masa pensiun)
= dst s/d lamanya pensiun yang direncanakan misalnya 25 tahun
(diasumsikan inflasi per tahun adalah 5%)

Jika saat ini Anda memiliki passive income sebesar Rp2.000.000 / bulan
yang bertumbuh 5% p.a. atau menjadi Rp6,8 juta per bulan sekitar 25 tahun lagi,
maka Anda tidak perlu terlalu pusing harus menyiapkan dana pensiun. Misalkan
Anda memiliki aset properti selain rumah yang ditinggali, namun tidak
menghasilkan passive income. Aset itu dapat diperhitungkan untuk menjadi
pengurang dana pensiun. Caranya adalah dengan menjualnya sebelum
memasuki masa pensiun atau tidak dijual namun dibuat menghasilkan uang
sewa atau menjadikannya aset produktif.
Jika Anda tidak punya passive income, inilah total dana yang harus
tersedia sebelum pensiun (untuk biaya hidup ketika pensiun hingga 25 tahun ke
depan):

= Rp1.051.171.080 (asumsi return 6% p.a. dan inflasi 0% p.a.)


= Rp1.748.615.545 (asumsi return 6% p.a. dan inflasi 4,8% p.a.)

Pertanyaan yang kembali muncul adalah berapa dana yang harus


disetorkan bulanan? Dengan asumsi return investasi 15% p.a. selama 25 tahun
ke depan, setoran tetap
= Rp324.082 / bulan (selama 25 tahun untuk alternatif 1)
= Rp539.109 / bulan (selama 25 tahun untuk alternatif 2)
Dengan asumsi return investasi 10% p.a. selama 10 tahun ke depan,
setoran tetap menjadi = Rp792.240 / bulan (selama 25 tahun untuk alternatif 1)
= Rp1.317.886 /tahun (selama 25 tahun untuk alternatif 2)

Total dana yang dibutuhkan, demikian juga setoran yang harus disiapkan,
akan berubah jika dana diharapkan dapat memberikan uang pensiun bulanan
selamanya alias tidak akan pernah habis. Untuk menyelesaikan kasus yang
terakhir ini, kita mempunyai konsep perpetuitas yaitu anuitas tak terhingga.
Untuk kasus pertama (dana yang harus tersedia) menjadi:

Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


175

= Rp1.354.542.000 (asumsi return 6% p.a. dan inflasi 0% p.a.)

Dari dua contoh di atas terlihat jika setoran bulanan yang dibutuhkan akan
berkurang drastis jika dana pensiun disiapkan jauh sebelum masa pensiun.
Dana yang harus disisihkan setiap bulan turun dari Rp1.837.209 menjadi hanya
Rp324.082 dan dari Rp3.056.184 menjadi Rp539.109 jika dana yang
di^kumulasikan itu dapat memperoleh return 15% per tahun. Dalam kondisi dana
yahg diakumulasikan untuk pensiun di atas hanya mendapatkan return 10% per
tahun hingga masa pensiun, besar setoran dana periodik juga turun dari
Rp2.468.360 per bulan menjadi Rp792.240 dan dari Rp4.106.099 menjadi
Rp1.317.886.
Yang juga harus diperhatikan adalah besarnya return bulanan atau
tahunan yang dapat diperoleh juga akan mempengaruhi dana bulanan yang
harus disiapkan. Perbedaan return tahunan sebesar 5% yaitu dari 15% menjadi
10% akan menyebabkan setoran bulanan naik lebih dari dua kalinya yaitu dari
Rp324.082 menjadi Rp792.240 dan dari Rp539.109 menjadi Rp1.317.886.
Semua perhitungan setoran dana bulanan yang diperlukan di atas
berdasarkan asumsi memulainya dengan saldo nol atau belum ada dana yang
sudah dimiliki untuk menjadi setoran awal. Angka-angka yang didapat akan turun
jika seorang calon pensiunan sudah memiliki saldo dana saat memulainya. Dana
ini dapat berasal dari penjualan aset yang dimiliki atau dari hasil investasi dan
tabungan yang sudah dilakukan sebelumnya. Semakin besar dana awal yang
dirjiiliki, semakin rendah penyisihan dana bulanan yang diperlukan untuk tujuan
memperoleh dana pensiun yang diperlukan.
Pertanyaan berikutnya yang juga relevan untuk dibahas di sini adalah
bagaimana memperoleh return tahunan sebesar 10% atau 15%? Jika Anda
hafiya mengandalkan produk perbankan seperti deposito dan tabungan, bunga
ata^u return yang didapat tidak akan pernah sebesar itu tetapi hanya sekitar 4%-
6% per tahun. Return (tingkat pengembalian) atau yield (imbal hasil) investasi
sebesar 10%-15% akan dapat dihasilkan jika seseorang berusaha atau
mempunyai bisnis yang memiliki keunggulan di pasar. Alternatif lain adalah
dengan berinvestasi dalam produk pasar modal seperti saham, reksadana
saham, atau reksadana campuran. Membeli produk-produk pasar modal di atas

Kurikulum dan ModulPelatihan <Pra PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif


176

semakin lama akan menjadi semakin mudah yaitu dengan mendatangi


perusahaan-perusahaan sekuritas atau bank-bank BUMN yang mempunyai
perusahaan sekuritas seperti Bank Mandiri memiliki Mandiri Sekuritas dan Bank
BNI dengan BNI Sekuritasnya.

C. KIAT MENINGKATKAN PENGHASILAN -* Cerdas dalam Mengelola


Keuangan

Memahami konsep dahsyatnya bunga majemuk) dan Aturan 72


Memahami opportunity cost of money
Tidak tergoda penipuan berkedok investasi
Mampu membedakan aset riil dan aset finansial (pasar modal dan pasar
uang), aset produktif dan aset konsumtif
Mampu mengubah hobi dari menghabiskan uang menjadi menghasilkan
uang

1. Dahsyatnya Bunga Majemuk dan Aturan 72


Menjadi berapa uang Rp25 juta setelah 10 tahun investasi jika mampu
mendapatkan return tahunan 18%? Rp130,1 juta. Inilah keajaiban dunia nomor
delapan yaitu the power of compound interest.
Hitunglah menjadi berapa uang Rp25 juta setelah 12 tahun jika mampu
mendapatkan return tahunan.
a. 6% (Jawab: Rp50 juta)
b. 12% (Jawab: Rp100 juta)
c. 18% (Jawab: Rp400 juta)

2. Paham Opportunity Cost of Money


Seseorang berinvestasi dalam saham dengan modal Rp25 juta di awal
tahun 2013. Pada akhir tahun, portofolionya masih bernilai Rp25 juta.
Rugikah investor itu?
Anda membeli sebuah toko seharga Rp 500 juta. Modal kerja untuk toko
Anda memerlukan Rp 100 juta. Jika toko ini mampu memberikan laba

Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


177

bersih (sebagai pemilik, Anda tidak mendapatkan gaji) adalah Rp 2 juta


per bulan, apakah Anda senang?
Dana Anda untuk rumah kedua (vila) dan juga kendaraan mahal
mengandung opportunity cost.

3. Tidak Tergoda Penipuan


Penipuan berkedok investasi:
Dimulai sejak tahun 1919 di AS oleh Carlo Ponzi sehingga dikenal
sebagai Skema Ponzi
Yang hampir sama adalah skema piramida
Ada juga yang namanya Surat Nigeria
Anda mungkin pernah menerima SMS atau surat yang menyatakan
selamat karena Anda telah mendapat hadiah mobil
In^at:
Ifsomething sounds too good to be true, it is indeed too good to be true
Growing older is natural, but growing wiser is a choice
Belajarlah dari pengalaman orang lain. Otherpeople experience's, bukan
our own experience, is the best teacher.

Aset Riil vs Aset Finansial

Aset Riil adalah aset dalam pasar barang dan jasa atau dalam sektor riil dan
berwujud (ada bentuk fisiknya)
Usaha

Toko

Ruko

Apartemen
Rumah

Tanah

Komoditi

Lukisan

Barang antik/Coin
Logam mulia

Kurikulum dan Modul(pelatihan Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


178

Kelemahan: kurang likuid, biaya investasi besar, dan biaya transaksi


tinggi.

Keuntungan: nilainya naik sesuai dengan inflasi, ada wujud fisiknya, dan
harga tidak berfluktuasi seperti produk pasar modal,

Aset Finansial adalah aset dalam pasar keuangan dan tidak ada bentuk
fisiknya. Umumnya bukti kepemilikan hanya berupa kertas atau sertifikat
atau bukti transaksi.

Pasar Modal

- Saham

- Obligasi
- Reksa dana

Kelemahan: harga volatil, risiko relatif besar (risiko tingkat bunga, default,
dan sistematik).
Keuntungan: Likuid (gampang masuk/ membeli dan keluar/ menjual),
investasi dapat dimulai dari ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah, biaya
transaksi rendah, dan menjanjikan return yang besar (sesuai dengan
risikonya yang juga besar).

Pasar Uang
- Deposito
- Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
- Valuta asing
- Repo (Gadai Sekuritas)
- Commercial Paper (CP)
Kelemahan: return di bawah inflasi (deposito dan valas); risiko gagal
bayar (repo dan CP)
Keuntungan: sangat likuid, harga tidak volatil, risiko relatif lebih rendah
dibandingkan produk pasar modal.

5. Aset Produktif vs Aset Konsumtif


Aset Produktif adalah aset yang dapat menghasilkan cash flow ; misalnya
usaha, toko, ruko. Aset ini yang harus dikoleksi.

Kurikulum dan Modul(pelatihan (pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif


179

Aset Konsumtif adalah aset yang tidak menghasilkan tetapi justru


mengakibatkan cash outflow; misalnya vila, mobil kedua

Kesimpulan
kebutuhan dana pensiun tergantung banyak faktor yaitu:
Umur saat ini dan umur pensiun atau masa hingga pensiun
Life style
Kemampuan mengendalikan keinginan atau meningkatkan pendapatan
dari berbagai sumber terutama passive income saat pensiun (aset
produktif)
Return investasi dan inflasi periode akumulasi dana hingga usia pensiun
Return investasi dan inflasi selama masa pensiun

VI REFERENSI

1 Frensidy, Budi. 2010. Matematika Keuangan edisi 3 revisi. Salemba Empat.


2 Frensidy, Budi. 2013. Lihai Sebagai Investor. Salemba Empat

Kurikulum dan Modul(Pelatihan <Pra PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif


180

KONTRIBUTOR

Biro Kepegawaian Dharmayati B. Utoyo, MA, Ph.D, Psikolog


e-mail: tu.ropeq@qmail.com Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
e-mail: yatibu@ui.ac.id

Pusat Inteligensia Kesehatan dr. Jusni Solichin, Sp.KJ


e-mail: pusatp3ik@yahoo.com RSJ Dharmawangsa
e-mail: iusniis@qmail.com

dr. Erna Tresnaningsih, MOH, PhD, SpOk dr. Ernanti Wahyurini, M.Sc
Yayasan Pelita Usila Yayasan Pelita Usila
e-mail: ernasuharsa@qmail.com e-mail: ernantiwahyurini@hotmail.com

Dr. dr. RM. Nugroho Abikusno, M.Sc, Dr.PH Prof. Dr. Clara Meliyanti Kusharto, M.Sc
Komnas Lansia IPB
e-mail: nabikusno@vahoo.com e-mail: kcl 51@vahoo.co.id

dr. H. Djoko Rusmoro, MPA Dr. Budi Frensidy, S.E., M.Com


Damandiri Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
e-mail: d rusmoro@yahoo.com e-mail: frensidy@yahoo.com

KurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif

Anda mungkin juga menyukai