Anda di halaman 1dari 6

PROSEDUR PENANGANAN KONTRAK KRITIS,

PEMUTUSAN KONTRAK (TERMINASI)


No. Dokumen :BRR NIAS/SOP/DRAFT Revisi ke : R-00
Tgl. Berlaku : Maret 2007 Tanggal :

1. Tujuan Prosedur ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk melakukan pemutusan


kontrak, bilamana terjadi cidera janji dari salah satu atau kedua belah
pihak sesuai kontrak.

2. Ruang Lingkup Prosedur ini memuat proses pemutusan kontrak dan ketentuan-
ketentuan yang mengatur tentang pemutusan kontrak.

3. Definisi Pemutusan kontrak adalah berakhirnya lebih awal dari jadual perjanjian
pekerjaan oleh salah satu pihak akibat dari salah satu pihak melakukan
pelanggaran mendasar atas Kontrak.

4. Acuan 1. Keppres RI No.80 /2003

2. Kepmen PU No.257/2004

3. Dokumen Kontrak

5. Ketentuan Umum 1. PPK memiliki tanggung jawab terhadap proses pelaksanaan


pekerjaan baik dari segi administrasi, fisik, keuangan, dan fungsional
untuk menjamin dapat terpenuhinya ketepatan waktu, mutu dalam
pelaksanaan pekerjaan dengan batasan biaya yang telah ditetapkan.

2. Kontraktor sebagai mitra kerja diharapkan mampu melaksanakan


pekerjaan sesuai kontrak. Apabila kontraktor dinilai tidak mampu lagi
untuk menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya, maka PPK harus
mengambil langkah-langkah pengamanan dan penyelamatan
pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.

3. Pemutusan kontrak dapat dilakukan oleh pengguna barang/jasa atau


penyedia jasa/ Kontraktor, jika salah satu pihak melakukan
pelanggaran mendasar terhadap Kontrak.

4. Pelanggaran mendasar atas Kontrak termasuk, akan tetapi tidak


terbatas pada berikut ini :

(a) Kontraktor menghentikan Pekerjaan selama 28 hari, sedangkan


penghentian tersebut tidak ditunjukkan dalam Program kerja
yang berlaku dan penghentian sedemikian tidak diperintahkan
oleh pengguna barang/jasa;

(b) PPK memerintahkan Kontraktor menunda kemajuan Pekerjaan


dan perintah tersebut tidak ditarik dalam waktu 28 hari;

(c) Pengguna barang/jasa atau penyedia jasa/Kontraktor dinyatakan


pailit atau dilikuidasi yang bukan merupakan perombakan atau
penggabungan perusahaannya;

(d) Sertifikat Pembayaran yang telah disahkan oleh PPK tidak


dibayar oleh KPA sebagaimana diatur didalam kontrak;

(e) PPK memberitahukan bahwa kegagalan untuk memperbaiki


suatu Cacat Mutu tertentu adalah pelanggaran yang mendasar
atas Kontrak dan Kontraktor ternyata gagal memperbaikinya
dalam waktu yang wajar dan ditetapkan oleh PPK,

Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah VI Nias Hal 1/6


PROSEDUR PENANGANAN KONTRAK KRITIS,
PEMUTUSAN KONTRAK (TERMINASI)
No. Dokumen :BRR NIAS/SOP/DRAFT Revisi ke : R-00
Tgl. Berlaku : Maret 2007 Tanggal :

(f) Kontraktor tidak mempertahankan suatu Jaminan, yang


diperlukan; dan

(g) Kontraktor terlambat menyelesaikan Pekerjaan melampaui


jumlah hari yang menghasilkan jumlah denda keterlambatan
maksimum yang dapat dibayar oleh Kontraktor melampaui batas
sebagaimana ditetapkan didalam Kontrak.

(h) Apabila Kontraktor, menurut pendapat pengguna barang/jasa


terlibat dalam praktek korupsi, penipuan atau penggelapan
dalam persaingan untuk mendapatkan Kontrak atau dalam
pelak-sanaan Kontrak. Maksud dari alinea ini adalah :

(i) Praktek Korupsi, artinya perilaku menawarkan,


memberikan, menerima atau mengupayakan segala sesuatu
yang terencana sedemikian rupa sehingga dapat
mempengaruhi suatu keputusan seorang Pejabat Negara di
dalam proses pengadaan atau sedang terlibat dalam
pelaksanaan kontrak kerja; dan

(ii) Praktek Penipuan dan Penggelapan artinya suatu upaya


memalsukan fakta untuk mempengaruhi suatu proses
pengadaan atau proses pelaksanaan kontrak kerja yang
dapat merugikan pihak pengguna barang/jasa, termasuk
pula upaya praktek kolusi di antara para Peserta Lelang
(yang dilakukan sebelum atau setelah pemasukan
penawaran) dengan tujuan yang telah direncanakan untuk
menciptakan harga penawaran Lelang yang tidak lagi
mengandung unsur persaingan murni dan melenyapkan
makna dari suatu Lelang yang terbuka bebas dan sehat
sehingga dapat merugikan pihak Pemilik.

5. Jika Kontrak diputuskan, maka Kontraktor harus segera meng-


hentikan Pekerjaan, membuat Lapangan aman dan terjamin, dan
meninggalkan Lapangan sesegera mungkin.

6. Sebagai akibat dari ketetapan sanksi pemutusan kontrak kepada


kontraktor dikenakan sanksi-sanksi antara lain:

1) Jaminan pelaksanaan dicairkan/ditarik untuk pihak pengguna


barang/jasa.

2) Sisa jaminan uang muka dicairkan sekaligus atau sebagai


gantinya sisa uang muka harus dilunasi sekaligus kepada
pemberi kerja (tidak boleh dicicil).

3) Membayar denda dan ganti rugi kepada negara.

4) Pengenaan daftar hitam untuk jangka waktu tetentu sesuai


ketentuan BRR NAD Nias yang berlaku.

Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah VI Nias Hal 2/6


PROSEDUR PENANGANAN KONTRAK KRITIS,
PEMUTUSAN KONTRAK (TERMINASI)
No. Dokumen :BRR NIAS/SOP/DRAFT Revisi ke : R-00
Tgl. Berlaku : Maret 2007 Tanggal :

7. Ketentuan Kriteria kesepakatan untuk dinilai kondisi suatu kontrak


adalah sebagai berikut :

1) Suatu kontrak dinilai masuk dalam katagori''kritis"


apabila:

Dalam periode I (rencana pelaksanaan phisik 0-70%)


dari kontrak keterlambatan progres phisik lebih dari 15%

Atau dalam periode II (rencana pelaksanaan phisik 70-


100%) dari kontrak terjadi keterlambatan progres phisik
lebih dari 10 %.

Atau dalam periode III (rencana pelaksanaan phisik 70 -


100 %) apabila pekerjaan belum selesai dan waktu
pelaksanaan sudah habis dan kontraktor dikenakan
denda.

2) Suatu kontrak dinilai dalam katagori "terlambat" apabila :

Didalamn periode I (rencana pelaksanaan phisik 0 - 70


%) dari kontrak terjadi keterlambatan 10 % - 15%.

Atau dalam periode II (rencana pelaksanaan phisik 70 -


100 %) dari kontrak terjadi keterlambatan progres fisik 5
% - 10 %.

3) Dan suatu kontrak dinilai masih dalam batas "wajar" apabila


keterlambatan progres phisik masih dibawah nilai 10 %.
untuk phisik 0 - 70 % dan dibawah 5 % untuk phisik antara
70 - 100 %.

8. Pengamanan terhadap kontrak katagori kritis.

a. Dalam rangka penanganan kontrak kritis, sebelum menentukan


tindak lanjut, perlu dilakukan rapat pembuktian dengan
memberikan uji coba terhadap kontraktor yang lazim disebut
Show Cause Meeting (SCM) atau Rapat Pembuktian.

Pada saat kontrak dinyatakan kritis PPK menerbitkan surat


kepada kontraktor dan menyelenggarakan SCM I tingkat KPA,
PPK, Konsultan Pengawas dan Kontraktor.dilakukan uji coba
pertama kemampuan kontraktor yang disepakati baik besaran
kemajuan fisik yang harus dicapai maupun periode waktu
tertentu.

Apabila sampai dengan batas waktu yang telah disepakati


ternyata kontraktor gagal untuk menunjukan kemajuan prestasi
fhisiknya, maka perlu diselenggarakan pertemuan lanjutan SCM
II tingkat Distrik Nias/Nisel yang membahas dan mengevaluasi
segala permasalahan yang menjadi penyebab kegagalan
pekerjaan lapangan,kemudian dilakukan tes uji coba kedua.

Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah VI Nias Hal 3/6


PROSEDUR PENANGANAN KONTRAK KRITIS,
PEMUTUSAN KONTRAK (TERMINASI)
No. Dokumen :BRR NIAS/SOP/DRAFT Revisi ke : R-00
Tgl. Berlaku : Maret 2007 Tanggal :

b. Apabila kontraktor ternyata tidak mampu memenuhi uji coba


kedua maka dilanjutkan SCM III tingkat BRR Wilayah VI Nias,
dapat mengundang Deputi Operasi dan/atau Deputi Sektor
terkait. Apabila sampai dengan SCM III ternyata kontraktor
gagal untuk menunjukan kemampuan kerjanya dalam uji coba
tersebut, maka langkah pengamanan & penyelamatan pekerjaan
yang dapat diusulkan oleh PPK adalah :

pemutusan kontrak.

Catatan: Pada setiap uji coba yang gagal, PPK harus


menerbitkan surat peringatan kepada kontraktor atas
keterlambatan realisasi fisik pelaksanaan pekerjaan sehingga
tidak terpenuhinya uji coba pekerjaan.

c. Kesepakatan tiga pihak ( three parties agreement).

Langkah pengamanan dan penyelamatan untuk suatu


penyelesaian kontrak yang dinilai lebih luwes yaitu melalui
"Three Partites Agreement" atau kesepakatan 3 (tiga) pihak,
yakni dengan melibatkan kontraktor lain sebagai penerus
pelaksanaan pekerjaan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Kontraktor pertama/semula masih bertanggung jawab


atas seluruh pekerjaan sesuai ketentuan dalam kontrak.

2. Kontraktor pengganti melaksanakan sisa pekerjaan


yang belum diselesaikan oleh kontraktor pertama yang
ditetapkan/ditunjuk oleh PPK setelah mempertimbangkan
kemampuan dan kesanggupan kontraktor pengganti
tersebut. Dan tetap mempergunakan harga satuan
kontraktor pertama. Namun demikian dalam hal terdapat
perbedaan harga satuan, maka selisih harga tersebut akan
menjadi tanggung jawab kontraktor pertama.

4. Kesepakatan selisih harga tersebut didapatkan melalui


negosiasi antara kontraktor pertama dengan penggantinya,
dalam negosiasi dihadiri pula Direksi pekerjaan.

5. Pelaksanaan pembayaran progres fhisik pekerjaan lang-


sung kepada kontraktor pengganti yang diatur dalam
addendum kontrak, yang ditanda tangani oleh tiga
pihak (PPK, kontraktor pertama dan kontraktor pengganti).

6. Hal lain yang perlu disepakati secara khusus dapat


dicanturnkan dalam addendum kontrak tersebut.

Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah VI Nias Hal 4/6


PROSEDUR PENANGANAN KONTRAK KRITIS,
PEMUTUSAN KONTRAK (TERMINASI)
No. Dokumen :BRR NIAS/SOP/DRAFT Revisi ke : R-00
Tgl. Berlaku : Maret 2007 Tanggal :

6. Prosedur dan
Tanggungjawab

Pelaku
No Kegiatan Rekaman
Penanggungjawab
1 Konsultan a. Melaporkan kepada PPK permasalahan, Laporan
Pengawas keterlambatan (kontrak dalam kategori kritis) atau konsultan
pelanggaran yang sangat mendasar terhadap pengawas
perjanjian kontrak oleh Kontraktor yang akan
mengakibatkan kegagalan pencapaian target atau
sasaran pekerjaan.

2 PPK a. Mengadakan rapat penelitian dengan Konsultan


pengawas untuk membahas permasalahan yang
menyebabkan keterlambatan.
Notulen rapat
b. Membuat laporan secara tertulis kepada KPA dan
meminta untuk diadakan rapat Show Cause Meeting
I (SCM I) yaitu tingkat KPA, PPK, Konsultan
Pengawas dan Kontraktor.

3 KPA a. Mengundang PPK, Konsultan Pengawas dan


Kontraktor untuk mengadakan Rapat Show Cause
Meeting I (SCM I). (bila permasalahan itu diduga
benar).
Berita Acara
Show Cause
b. Memberikan kesempatan uji coba pertama kepada
Meeting
kontraktor untuk mengatasi dan menyelesaikan
(SCM) I
permasalahan dalam kurun waktu tertentu.

4 Kontraktor a. Melaksanakan Uji coba pertama (Test Case I )

5 Konsultan a. Mengawasi pelaksanaan Test Case I

6 KPA a. Mengadakan rapat evaluasi Test Case I setelah BA Evaluasi


berakhir waktu test case yang ditentukan. Test Case I

b. Menginstruksikan Kontraktor melanjutkan pekerjaan


bila Kontraktor dapat memenuhi kewajibannya pada
Test Case I. KPA
membuat
c. Menaikkan SCM ke tingkat BRR Distrik Nias/Nisel surat usulan
apabila hasil Test Case I masalah tidak teratasi oleh SCM II
Kontraktor.

7 Kepala BRR Distrik a. Mengundang dan Mengadakan rapat SCM II, yang
Nias/Nisel dihadiri oleh unsur KPA, PPK, kontraktor dan
konsultan pengawas Berita Acara
SCM II
b. Memberi kesempatan untuk kedua kalinya kepada
kontraktor untuk menunjukkan kemampuannya

Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah VI Nias Hal 5/6


PROSEDUR PENANGANAN KONTRAK KRITIS,
PEMUTUSAN KONTRAK (TERMINASI)
No. Dokumen :BRR NIAS/SOP/DRAFT Revisi ke : R-00
Tgl. Berlaku : Maret 2007 Tanggal :

dengan memberikan uji coba kedua, pencapaian


target tertentu dalam waktu yang ditentukan.

8 Kontraktor a. Melanjutkan pekerjaan sesuai dengan test case II

9 Konsultan a. Mengawasi pelaksanaan test case II

10 Kepala BRR Distrik a. Mengevaluasi Test Case II setelah berakhirnya BA Evaluasi


Nias/Nisel waktu test case yang ditentukan dan dituangkan Test Case II
dalam Berita Acara Evaluasi Test Case II

b. Menginstruksikan Kontraktor melanjutkan pekerjaan


bila kewajiban pada test case II terpenuhi.

c. Menaikkan SCM ke tingkat BRR Wilayah VI Nias yang Surat Kepala


melibatkan Deputi Operasi dan Deputi Sektor terkait, BRR Distrik
bila Kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya Nias/Nisel
pada uji coba kedua. usulan SCM
III

11 Kepala BRR Wil VI a. Megundang dan mengadakan SCM III tingkat BRR
Nias Wilayah VI.
Berita Acara
b. Rapat SCM III dengan pihak-pihak terkait dengan SCM III
pelaksanaan proyek dan hasilnya dituangkan dalam
Berita Acara SCM III.

c. Memberi kesempatan terakhir kepada kontraktor


untuk menunjukan kemampuannya dengan
memberikan uji coba ketiga (test case III).

13 Kontraktor a. Melanjutkan pekerjaan sesuai dengan test case III.

14 Konsultan a. Mengawasi pelaksanaan test case III

15 Kepala BRR Wil VI a. Mengevaluasi Test Case III dan dituangkan dalam
Berita Acara evaluasi SCM III

b. Bila kontraktor dapat memenuhi test case III,


Berita Acara
pekerjaan dapat dilanjutkan
Evaluasi SCM
III
c. Bila kontraktor gagal untuk memenuhi target test
case III, Kepala BRR Wilayah dapat
merekomendasikan pemutusan kontrak atau Three
Parties

7. Pengecualian Tidak ada

8. Lampiran Tidak ada

Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah VI Nias Hal 6/6

Anda mungkin juga menyukai