Anda di halaman 1dari 21

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DALAM

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN DI KOTA DEPOK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Perencanaan


Diampu Oleh Sumiyattinah, ST,MT

DISUSUN OLEH:
NADHILLA OKTAVIANTY D1091141009
UTIN MARDIYANTI D1091141022
DWI WAHYU HERIYANTO D1091141005
RENDI SAPUTRA D1091131036

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH KOTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan dan Sasaran....................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup Wilayah............................................................................2
BAB II......................................................................................................................4
KAJIAN LITERATUR............................................................................................4
2.1. Pengertian Metode Analisis.......................................................................4
2.1.1. Diagram Konteks...............................................................................4
2.1.2. Data Flow Diagram (DFD)................................................................4
2.1.3. Entity-Relationship (ER)....................................................................6
2.2. Pengertian Rumah, Perumahan dan Permukiman.....................................7
2.2.1. Rumah................................................................................................7
2.2.2. Perumahan..........................................................................................7
2.2.3. Permukiman.......................................................................................8
2.2.4. Pengertian Kawasan Pemukiman.......................................................9
2.3. Kriteria Kawasan Permukiman...............................................................10
BAB III..................................................................................................................13
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI...........................................................13
3.1 Diagram Konteks.....................................................................................13
3.2 DFD (Data Flow Diagram)......................................................................14
3.3 Entitiy Relationship.................................................................................16
BAB IV..................................................................................................................18
KESIMPULAN......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Informasi merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting dan dapat
dimanfaatkan dalam berbagai aspek. Pada era yang sudah didukung dengan
kemajuan teknologi, proses pencarian informasi menjadi lebih mudah, salah satu
media pencarian informasi tersebut adalah internet. Dalam pencarian informasi
tersebut dibutuhkan adanya keterpaduan antara manusia, software, serta hardware
untuk menghasilkan informasi yang akurat untuk proses yang dituju, seperti
pengambilan keputusan dalam mendukung fungsi operasi manajemen dalam suatu
organisasi. Keterpaduan antara manusia, hardware, dan software untuk
mendapatkan informasi yang akurat dapat disebut dengan sistem informasi,

Salah satu pemanfaatan sistem informasi adalah untuk menentukan lokasi


perumahan. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang
paling mendasar. Dalam pemenuhan kebutuhan rumah ini dapat dikatakan sulit
mengingat ketersediaan lahan yang semakin berkurang, terutama di perkotaan.
Pemanfaatan sistem informasi ini juga dapat diterapkan di Kota Depok. Dala
penentuan lokasi perumahan perlu memperhatikan beberapa faktor serta aspek
untuk mendapatkan lokasi yang strategis dan cocok untuk keberlanjutan
perumahan itu sendiri. Beberapa faktor-faktor yag dapat mempengaruhi
perkembangan perumahan antara lain adalah letak geografis, kependudukan,
sarana dan prasarana, ekonomi, dan peran serta masyarakat. Untuk mempermudah
mendapatkan informasi yang berkaitan dapat menggunakan sistem informasi,
terutama sistem informasi geografis.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut dapat ditarik sebuah rumusan masalah yaitu
Bagaimana memanfaatkan perancangan sistem informasi geografis dalam
menentukan lokasi perumahan di Kota Depok?

1.3 Tujuan dan Sasaran


1.3.1 Tujuan
Untuk mengetahui pemanfaatan perancangan sistem informasi geografis
dalam menentukan lokasi perumahan di Kota Depok
1.3.2 Sasaran
1. Mengidentifikasi diagram konteks sistem informasi
permukiman Kota Depok
2. Mengidentifikasi data flow diagram sistem informasi
permukiman Kota Depok
3. Mengidentifikasi entity relationship sistem informasi
permukiman Kota Depok

1.4 Ruang Lingkup Wilayah


Lokasi kajian pemanfaatan perancangan sistem informasi geografis dalam
penentuan lokasi perumahan berada di Kota Depok. Kota Depok merupakan
sebuah kota yang terdapat di Jawa Barat, Indonesia. Kota Depok ini memiliki area
seluas 202, 29 km2. Kota depok memiliki 11 kecamatan yaitu Kecamatan
Pancoran Mas, Kecamatan Beji, Kecamatan Cipayung, Keccamatan Sukmajaya,
Kecamatan Cilodong, Kecamatan Limo, Kecamatan Cinere, Kecamatan
Cimaggis, Kecamatan Tapos, Kecamatan Sawangan, dan Kecamatan Bojongsari.
Kota Depok ini berbatasan dengan DKI Jakarta di sebelah utara, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, Barat berbatasan dengan Kabupaten
Tangerang, dan selatan dengan Kabupaten Bogor.
Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Depok
Sumber : http://ppsp.nawasis.info/dokumen/profil/profil_kota/kota.depo
BAB II

KAJIAN LITERATUR

2.1.Pengertian Metode Analisis


2.1.1. Diagram Konteks
Diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup suatu sistem. Diagram konteks
merupakan level tertinggi dari DFD yang menggambarkan seluruh input ke dalam sistem atau output dari sistem yang memberi gambaran
tentang keseluruhan sistem.
Diagram konteks (context diagram) menepatkan sistem dalam suatu konteks lingkungan. Diagram ini terdiri atas satu simbol proses
tunggal yang melambangkan keseluruhan sistem. Diagram ini menunjukkan arus data yang mengarah dan keluar dari terminator. (McLeod
ddk, 2008)

2.1.2. Data Flow Diagram (DFD)


Kristanto (2008:61), Data Flow Diagram merupakan suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk menggambarkan

darimana asal data dan kemana tujuan data yang keluar dari sistem, dimana data disimpan, proses apa yang menghasilkan data tersebut dan

interaksi antara data yang tersimpan dan proses yang dikenakan pada data tersebut. DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu

sistem yang telah ada atau sistem yang baru yang akan dikembangkan secara logika dan menjelaskan arus data dari mulai pemasukan

sampai dengan keluaran data tingkatan diagram arus data mulai dari diagram konteks yang menjelaskan secara umum suatu system atau

batasan system dari level 0 dikembangkan menjadi level 1 sampai system tergambarkan secara rinci. Gambaran ini tidak tergantung pada

perangkat keras, perangkat lunak, struktur data atau organisasi file.

Tabel 2.1 Simbol-simbol Data Flow Diagram


Notasi Keterangan
Proses atau fungsi atau prosedur; pada
pemodelan perangkat lunak yang akan
diimplementasikan dengan pemograman
terstruktur, maka pemodelan notasi inilah yang
harusnya menjadi fungsi atau prosedur di dalam
kode program

Catatan: Nama yang diberikan pada sebuah


proses biasanya berupa kata kerja
File atau basis data atau penyimpanan (storage);
pada pemodelan perangkat lunak yang akan
diimplementasikan dengan pemograman
terstruktur, maka pemodelan notasi inilah yang
harusnya dibuat menjadi tabel-tabel basis data
yang dibutuhkan, tabel-tabel ini juga harus
sesuai dengan perancangan tabel-tabel basis data
yang dibutuhkan, tabel-tabel ini juga harus
sesuai dengan perancangan tabel-tabel basis data
(Entity Relationship Diagram (ERD),
Conceptual Data Model (CMD), Physical Data
Model (PDM))

Catatan: Nama yang diberikan pada sebuah


penyimpanan biasanya kata benda
Entitas luar (external entity) atau masukan
(input) atau keluaran (output) atau orang yang
Notasi Keterangan
memakai atau berinteraksi dengan perangkat
lunak yang dimodelkan atau sistem lain yang
terkait dengan aliran data dari sistem yang
dimodelkan.

Catatan: Nama yang digunakan pada masukan


(input) atau keluaran (output) biasanya berupa
kata benda
Aliran data; merupakan data yang dikirm antar
proses, dari penyimpanan ke proses, atau dari
proses ke masukan (input) atau keluaran (output)

Catatan: Nama yang digunakan pada aliran data


biasanya berupa kata benda, dapat diawali
dengan kata data misalnya data siswa atau
tanpa kata data misalnya siswa

2.1.3. Entity-Relationship (ER)


Pada model ER, dunia nyata diterjemahkan menggunakan perangkat konseptual hingga menjadi diagram relasi antar-entity-set.
Seperti halnya model dunia nyata, komponen utama pembentuk model ER adalah relasi dan entity-set. Kedua komponen ini dideskripsikan
oleh atributnya.
1. Entitas
Entitas/entity merupakan individu yang mewakili sesuatu yang penting, nyata eksistensinya, dan bisa dibedakan dengan yang lain.
Karyawan, guru, mobil, jalan raya, dan rumah adalah contoh entitas. Sekumpulan entitas yang setipe/sejenis dan terdapat pada lingkup
yang sama biasanya dikelompokkan menjadi sekumpulan entitas/ entity-set yang diimplementasikan dalam bentuk tabel/layer spasial.
2. Atribut
Setiap entitas memiliki sejumlah atribut yang mendeskripsikan karakteristiknya. Sebagaimna telah disinggung, penentuan atau
pemilihan atribut yang relevan bagi suatu entitas merupakan hal penting di dalam pembentukkan model data. Penentuan atribut pada
umumnya didasarkan pada fakta yang ada.
3. Relasi
Relasi menunjukkan adanya hubungan antar-entitas. Sebagai misal, mahasiswa yang memiliki NIM 15186010 dan Nama Eka
Setiaji memiliki relasi dengan matakuliah berkode GD401 dan nama kuliah Aspek Teknis Hukum Laut. Relasi pada kedua entitas
ini berpengertian bahwa mahasiswa itu sedang mempelajari mata kuliah tersebut. Jika relasinya cukup banyak, maka kumpulan relasi
antar-entitas pada entity-set yang berbeda membentuk relationship-set (himpunan relasi). Meskipun demikian, istilah ini jarang
digunakan sehingga cukup dituliskan sebagai relasi saja
4. Tingkat Relasi
Tingkat relasi menunjukkan adanya batas entitas yang bisa berelasi dengan entitas milik entity-set lain. Dari contoh diketahui bahwa
entitas entity-set mahasiswa bisa berelasi dengan 1, lebih dari 1, atau tidak 1 pun dari entity set mata kuliah. Demikian pula sebaliknya,
entitas pada entity-set matakuliah bisa berelasi dengan 1, lebih dari 1, atau tidak sama sekali dengan entitas milik entity-set mahasiswa.
2.2.Pengertian Rumah, Perumahan dan Permukiman
2.2.1. Rumah
Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan
harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. (UU No 1 Tahun 2011). Sedangkan menurut WHO, rumah adalah struktur
fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik
untuk kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001)
2.2.2. Perumahan
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan
prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, tersedianya listrik,
telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya.
Dalam pandangan ini rumah lebih merupakan suatu sistem sosial ketimbang sistem fisik. Hal ini disebabkan karena rumah berkaitan
erat dengan manusia, yang memiliki tradisi sosial, perilaku dan keinginan-keinginan yang berbeda dan selalu bersifat dinamis, karenanya
rumah bersifat kompleks dalam mengakomodasi konsep dalam diri manusia dan kehidupannya. Beberapa konsep tentang rumah:
1. Rumah sebagai pengejawantahan jati diri; rumah sebagai simbol dan pencerminan tata nilai selera pribadi penghuninya
2. Rumah sebagai wadah keakraban ; rasa memiliki, rasa kebersamaan, kehangatan, kasih dan rasa aman
3. Rumah sebagai tempat menyendiri dan menyepi; tempat melepaskan diri dari dunia luar, dari tekanan dan ketegangan, dari dunia rutin
4. Rumah sebagai akar dan kesinambungan; rumah merupakan tempat kembali pada akar dan menumbuhkan rasa kesinambungan dalam
untaian proses ke masa depan
5. Rumah sebagai wadah kegiatan utama sehari-hari
6. Rumah sebagai pusat jaringan sosial
7. Rumah sebagai Struktur Fisik

2.2.3. Permukiman
Pemukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Pemukiman berasal dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya
adalah perumahan dan kata human settlement yang artinya pemukiman. Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan
rumah beserta prasarana dan sarana ligkungannya. Perumahan menitiberatkan pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land settlement.
Sedangkan pemukiman memberikan kesan tentang pemukim atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan,
sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia (human).Dengan demikian
perumahan dan pemukiman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat hubungannya, pada hakekatnya saling
melengkapi.
Menurut Undang-Undang No 1 Tahun 2011 Permukiman adalah Bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan

2.2.4. Pengertian Kawasan Pemukiman


Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan. Elemen-elemen Dasar Permukiman menurut Constantinos A. Doxiadis (1968: 21-35) adalah sebagai berikut:
Nature (alam)
Men (manusia)
Society (masyarakat)
Shells (rumah)
Network (jaringan atau sarana prasarana)
Untuk mencapai tujuan permukiman yang ideal sangatlah dipengaruhi oleh kelima elemen dasar tersebut. Yaitu kombinasi antara
alam,manusia, bangunan, masyarakat dan sarana prasarana.Elemen dasar tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Alam: iklim, kekayaan alam, topografi, kandungan air, tempat tumbuh tanaman,tempat binatang hidup.
Manusia: kebutuhan biologi (ruang, udara, air, suhu,dll), rasa, kebutuhan emosi(hubungan manusia, keamanan, keindahan,
dll), nilai moral dan budaya.
Masyarakat: kepadatan penduduk, tingkat strata, budaya, ekonomi, pendidikan,kesehatan, hiburan, hukum.
Bangunan: rumah, fasilitas umum (sekolah, rumah sakit, perdagangan, dll), tempatrekreasi, perkantoran, industri,
transportasi.
Sarana prasarana: jaringan (sistim air bersih, listrik, jalan, telepon, TV), saranatransportasi, drainase, sampah, MCK.
Adapun elemen dasar lingkungan perumahan menurut Dirjen Cipta Karya yaitu:
Jalan lingkungan
Jalan setapak
Sistem drainase
Penyediaan air bersih
Pengumpulan dan pembuangan sampah
Fasilitas penyehatan lingkungan (MCK)

2.3.Kriteria Kawasan Permukiman


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 41/PRT/M/2007 tentang pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
karakteristik kawasan permukiman dijelaskan sesaui peraturan tersebut tentang karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan.
A. Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan:
1. Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);
2. Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air
antara 60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari;
3. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi);
4. Drainase baik sampai sedang;
5. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan;
6. Tidak berada pada kawasan lindung;
7. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga;
8. Menghindari sawah irigasi teknis.

B. Kriteria dan batasan teknis:


a. Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan yang ada, dan untuk kawasan-
kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik serta daya dukung lingkungan;
b. Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan baru perumahan tidak bersusun maksimum 50 bangunan
rumah/ha dan dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai;
c. Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan peruntukan permukiman di perdesaan dengan
menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi
pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
d. Kawasan perumahan harus dilengkapi dengan:
1. Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI 03 - 1733 - 2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan;
2. Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup sehingga lingkungan
perumahan bebas dari genangan. Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah
hujan 5 tahunan dan daya resap tanah. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka maupun tertutup. Dilengkapijuga dengan sumur
resapan air hujan mengikuti SNI 03 - 2453 - 2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan
Pekarangan dan dilengkapi dengan penanaman pohon;
3. Prasarana air bersih yang memenuhi syarat, baik kuantitas maupun kualitasnya. Kapasitas minimum
sambungan rumah tangga 60 liter/ orang/hari dan sambungan kran umum 30 liter/orang/hari;
4. Sistem pembuangan sampah mengikuti ketentuan SNI 03 - 3242 - 1994 tentang Tata Cara
Pengelolaan Sampah di Permukiman.
e. Penyediaan kebutuhan sarana pendidikan di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana
yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian
f. Penyediaan kebutuhan sarana kesehatan di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana
yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian
g. Penyediaan kebutuhan sarana peribadatan di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana
yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian
h. Penyediaan kebutuhan sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan olah raga di kawasan peruntukan permukiman
yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lahan minimal, radius pencapaian, dan
kriteria lokasi dan penyelesaian
i. Penyediaan kebutuhan sarana perdagangan dan niaga di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan
jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan
penyelesaian
j. Pemanfaatan kawasan perumahan merujuk pada SNI 03 - 1733 2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan,
Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial Perumahan kepada Pemerintah Daerah;
k. Dalam rangka mewujudkan kawasan perkotaan yang tertata dengan baik, perlu dilakukan peremajaan permukiman
kumuh yang mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kampung Kota
BAB III
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI
3.1 Diagram Konteks

Diagram konteks adalah suatu diagram yang terdiri dari suatu proses saja dan biasa diberi nomor proses 0. Proses ini mewakili dari
dari seluruh sistem. Diagram konteks menggambarkan input atau output suatu sistem dengan dunia luar atau dunia kesatuan luar.

Gambar 3.1 Diagram Konteks Perumahan Kota Depok


Sumber: Hasil Analisis, 2016

Pada Diagram Konteks diatas diketahui Pemerintah daerah dan dinas terkait seperti Dinas Agraria dan Tata Ruang, Dinas PU,
Bappeda dan BPN menginput data spasial seperti data administrasi Kota Depok, data permukiman, data sarana dan prasarana yang ada di
Kota Depok, data kelerengan, data jenis tanah, data jaringan jalan serta sumber air bersih. Data-data tersebut diolah sehingga menghasilkan
output berupa laporan kesesuaian lahan Kota Depok ,yaitu lahan yang sesuai untuk dijadikan peruntukan lahan permukiman di Kota
Depok. Investor sebagai pihak yang menyediakan dana dalam pengembangan pemukiman yang ada di Kota Depok. Investor memasukkan
data berupa potensi lahan yang mungkin cocok untuk permukiman dan potensi pengembangan ekonomi di Kota Depok. Data tersebut
dianalisis sehingga keluarlah hasil berupa informasi potensi lahan permukinan di Kota Depok sehingga investor bisa tahu dimana letak
yang sesuai untuk pengembangan permukiman dan yang tidak bertentangan aturan kota Depok. Investor juga sebagai pengelola perumahan
yang telah dibangun. Oleh karena itu, pemerintah, dinas terkait, dan investor tergolong ke dalam admin sebagai pengelola kawasan
permukiman. Sedangkan penduduk berperan sebagai user yaitu pengguna kawasan permukiman di Kota Depok, yang diperoleh penduduk
berupa informasi lokasi fasilitas umum, lokasi fasilitas sosial, informasi rumah dan prasarana lingkungan.
3.2 DFD (Data Flow Diagram)
DFD merupakan diagram yang menggunakan notasi-notasi untuk menggambarkan arus data sistem secara logika. DFD
menggambarkan komponen-komponen sebuah sistem. Keuntungan menggunakan DFD adalah memudahkan pengguna yang kurang
menguasai komputer untuk mengerti sistem yang akan dikembangkan Data Flow Diagram Level 1 pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Data Flow Diagram Level 1 Perumahan Kota Depok


Sumber: Hasil Analisis, 2016

- Pemerintah sebagai admin untuk proses dalam pengumpulan data dengan tahap Survei.

- Dari hasil survei adanya tahapan pengolahan data untuk membuktikan data tersebut valid dan kemudian menjadi Peta

- Peta yang telah didapat dari hasil pengolahan data digunakan admin yang bersangukutan yaitu Developer sebagai penyedia kawasan
perumahan untuk kebutuhan pemenuhan penduduk
- Dari Developer ada data informasi yang diberikan terhadap lokasi dan pemasaran yang diberikan kepada penduduk yang
membutuhkan perumahan. Developer juga mendapatkan informasi untuk mendapatkan kawsan strategis untuk lokasi perumahan.

Gambar 3.3 Data Flow Diagram Level 2 Perumahan Kota Depok


Sumber: Hasil Analisis, 2016

DFD level 2 ini menjelaskan tentang proses Analisa Kesesuaian Lahan yang memiliki dua sub proses yaitu Analisa potensi lahan
dan analisis kesesuaian permukiman. Proses analisa potensi lahan berfungsi untuk menentukan wilayah mana yang berpotensi untuk
dijadikan permukiman, sedangkan proses analisis kesesuaian permukiman berfungsi untuk menunjukkan permukiman mana yang sudah
sesuai dan wilayah permukiman mana yang tidak sesuai. Proses analisa potensi lahan mengambil data dari geodatabase yang kemudian di
analisa untuk diambil kesimpulan wilayah yang berpotensi dan yang tidak berpotensi, kemudian hasil analisa tersebut diinput kedalam tabel
hasil analisa. Kemudian proses analisa potensi lahan mengirim informasi kepada Badan pemerintahan atau Investor.
Sedangkan untuk proses analisis kesesuaian lahan mengambil data dari tabel hasil analisa dan tabel permukiman, kemudian data
hasil analisa dan data permukiman dianalisis untuk mendapatkan informasi permukiman mana yang sudah sesuai penempatan wilayahnya
dan permukiman mana yang tidak sesuai.
3.3. Entitiy Relationship
Diagram ER menunjukkan hubungan / relasi antar entitas yang ada, yaitu hubungan antar entitas perumahan dengan entitas yang
lainnya. Simbol pada diagram ER dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Simbol Diagram ER
Simbol Keterangan
Entitas/entity merupakan individu yang
mewakili sesuatu yang penting, nyata
eksistensinya, dan bisa dibedakan
dengan yang lain. Entitas dilambangkan
dengan persegi panjang.
Atribut mendeskripsikan karakteristik
yang dimiliki entitas. Setiap entitas bisa
memiliki beberapa atribut yang
dilambangkan dengan elips.
Relasi menunjukkan adanya hubungan
antar-entitas. Relasi dilambangkan
dengan belah ketupat.
Sumber : Prahasta, 2009

Perencanaan kawasan perumahan/permukiman berdasarkan kesesuaian lahan terhadap berbagai kriteria diantaranya yaitu jenis
tanah, kemiringan, aksesibilitas, sumber air, fasilitas sosial, fasilitas umum dan sarana prasarana sehingga dihasilkan kawasan yang sesuai
untuk peruntukan permukiman. Pada diagram(gambar 3.3) juga diketahui hubungan/relasi entitas perumahan yang terdiri dari rumah
komplek yaitu rumah yang disediakan oleh depeloper maupun rumah kampung yang dibangun oleh masyarakat. Perumahan juga terbagi
menjadi Nama
rumahPenduduk
permanen, semi permanen dan nonpermanen berdasarkan kondisi perkerasan rumah, dari kondisi tersebut dapat diketahui
kondisi perumahan yang layak dan tidak layak.
Alamat No. Identitas

N
Membutuhkan Kemiringan
Jenis Tanah
Aksesbilitas
1
Air

PERUMAHAN
N
Memiliki Kriteria
Fasum

Fasos
Sarpras

Terdri dari

N N
N
Rumah Kampung Rumah Komplek Dibangun Developer

Memiliki Nama Perusahaan


Alamat Perusahaan
1
Jenis Rumah

Permanen
Non Permanen Semi Permanen
Gambar 3.3 ER Peruntukan Perumahan di Kota Depok
Sumber: Hasil Analisis, 2016
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam menentukan lokasi perumahan di Kota Depok, sistem informasi
geografis digunakan untuk mengumpulkan, serta memproses data spasial dengan
bantuan software, salah satu software tersebut adalah arc gis. Data yang diolah
serta diproses diantaranya adalah data jenis tanah, kemiringan, jaringan jalan,
administrasi, sumber air bersih, letak fasilitas dan lain-lain. Data-data tersebut
setelah diproses akan menghasilkan output berupa laporan peruntukan lahan Kota
Depok. Dari laporan peruntukan lahan tersebut dianalisis dan dihasilkan informasi
potensi lahan permukiman di Kota Depok. Dalam menentukan lokasi perumahan
Kota Depok juga membutuhkan diagram konteks, data flow diagram, serta entity
relationship untuk memberikan informasi yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, Rehulina,dkk.2014. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG)


Dalam Penentuan Lokasi Perumahan Di Kota Depok.Universitas
Gunadarma, Depok
McLeod, Raymond dan George P. Schell. 2008. Sistem Informasi Manajemen.
Jakarta : Salemba Empat.

Prahasta, Edy, 2009, Sistem Informasi Geografis Konsep-konsep Dasar, Informatika,


Bandung.

Anda mungkin juga menyukai