Anda di halaman 1dari 71

Jasa Konsultan Inventarisasi dan Database dan Pengembangan 202

Kinerja Air Minum Sistem Aplikasi Ketapang


1

LAPORAN PENDAHULUAN
PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

JASA KONSULTANSI INVENTARISASI DAN DATABASE


DAN PENGEMBANGAN KINERJA AIR MINUM SISTEM
APLIKASI KETAPANG
KABUPATEN KETAPANG
TAHUN ANGGARAN 2021
Jasa Konsultan Inventarisasi dan Database dan Pengembangan 202
Kinerja Air Minum Sistem Aplikasi Ketapang
1

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenaanNYA Laporan


Pendahulua Jasa Konsultan Inventarisasi dan Database dan Pengembangan
Kinerja Air Minum Sistem Aplikasi Ketapang dapat diselesaikan. Kegiatan “Jasa
Konsultan Inventarisasi dan Database Pengembanngan Kinerja Air Minum
Sistem Aplikasi Ketapang. Dimana materi dalam laporan ini lebih ditekankan
pada Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian , Kondisi Umum
Wilayah. Dengan tersusunnya laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan
pelaksanaan kegiatan bagi pihak-pihak terkait, khususnya pihak pengguna jasa
dan pihak penyedia jasa (konsultan), sehingga pelaksanaan kegiatan ini dapat
lebih terencana, terarah, tepat sasaran dan sesuai dengan keluaran yang
diharapkan dari kegiatan ini.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini diselenggarakan atas kerjasama antara
pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Bidang Cipta Karya dengan
Konsultan PT. Trias Erisko Konsultan pihak konsultan. Laporan Pendahuluan
ini merupakan dasar dan acuan dalam pelaksanaan pekerjaan maupun penyusunan
laporan berikutnya. Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung
tersusunnya dokumen ini.

Ketapang, Oktober 2021

i
Jasa Konsultan Inventarisasi dan Database dan Pengembangan 202
Kinerja Air Minum Sistem Aplikasi Ketapang
1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan...................................................................................2
1.3 Lokasi Kegiatan.........................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup..........................................................................................2
1.4.1 Ruang Lingkup Materi.......................................................................2
1.5 Keluaran....................................................................................................4
1.6 Sistematika Laporan..................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
2.1 Air Minum......................................................................................................6
2.2. Sistem Penyediaan Air Minum......................................................................7
2.3 Pengertian SPAM...........................................................................................8
2.4 Kebutuhan Air Minum.................................................................................11
2.4.1 Kebutuhan Air Domestik.....................................................................11
2.4.2 Kebutuhan Air Non Domestik.............................................................12
2.5 Alternatif Sistem Penyediaan Air Minum....................................................12
2.6 Sanitasi....................................................................................................16
2.7 Standar Prasarana Sanitasi.......................................................................19
2.8 Pengukuran Indikator Akses Air Minum Layak.....................................23
2.8.1 Perhitungan......................................................................................23
2.8.2 Rumus Perhitungan..............................................................................24
2.8.3 Manfaat Perhitungan........................................................................24
2.9 Pengukuran Indikator Akses Air Minum Aman...........................................25
2.9.1 Perhitungan......................................................................................25
2.9.2 Rumus Perhitungan..............................................................................25
2.9.3 Manfaat Perhitungan........................................................................27
2.10 Pengukuran Indikator Akses Sanitasi Layak..............................................27

ii
Jasa Konsultan Inventarisasi dan Database dan Pengembangan 202
Kinerja Air Minum Sistem Aplikasi Ketapang
1

2.10.1 Perhitungan........................................................................................27
2.10.2 Rumus Perhitungan............................................................................28
2.10.3 Manfaat Perhitungan........................................................................30
BAB III Metodologi Pelaksanaan Kegiatan......................................................31
3.1 Pendekatan Pekerjaan...................................................................................31
3.2 Tahapan Pengumpulan Data.........................................................................31
3.3 Teknik Analisis.............................................................................................33
3.3.1 Analisis Kebijakan Tata Ruang.............................................................33
3.3.2 Analisis Kondisi Fisik Dasar.................................................................33
3.3.3 Analisis Sosial Kependudukan..............................................................33
3.3.4 Analisis Capaian Air Minum.................................................................34
3.3.5 Analisis Capaian Sanitasi......................................................................34
BAB IV Kondisi Umum Wilayah........................................................................35
4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah..............................................35
4.2 Topografi dan Hidrologi...............................................................................36
4.3 Penggunaan Lahan.......................................................................................36
4.4 Kependudukan..............................................................................................41
4.5 Target Capaian Air Minum dan Sanitasi Provinsi Kalimantan Barat..........42
4.6 Target Capaian Air Minum dan Sanitasi Kabupaten Ketapang...................43
4.7 Kondisi Air Minum Wilayah Perencanaan..................................................43

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air minum yang merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kualitas dan
keberlanjutan kehidupan manusia, mutlak harus tersedia dalam kuantitas dan
kualitas yang memadai. Pada hakekatnya, alam telah menyediakan air minum
yang dibutuhkan, namun desakan pertumbuhan penduduk yang tidak merata serta
aktivitasnya telah menimbulkan berbagai dampak perubahan tatanan dan
keseimbangan lingkungan.
Daya dukung air baku yang semakin terbatas, karena pencemaran air
sebagai akibat dari rendahnya kesadaran masyarakat, pengelolaan daerah
tangkapan air kurang baik, dan adanya perubahan iklim, merupakan isu
lingkungan yang penting untuk ditangani. Dilain pihak, ketersediaan air pada
suatu wilayah akan mendorong peningkatan ekonomi di wilayah tersebut karena
pusat pertumbuhan di suatu wilayah hanya akan terjadi bila didukung sarana dan
prasarana dasar, termasuk sarana dan prasarana air minum.
Untuk itu, Pemerintah mempunyai perhatian dalam pengembangan
prasarana dan sarana air minum hingga saat ini khususnya melalui jaringan
perpipaan telah dibangun dan dikembangkan dengan menggunakan berbagai
pendekatan baik yang bersifat sektoral maupun pendekatan keterpaduan dan
kewilayahan (perkotaan dan perdesaan).
Kebutuhan air minum suatu kota berinteraksi dengan kegiatan di daerah
pelayanan yang cenderung meningkat. Variabel penentu besarnya kebutuhan air
minum antara lain jumlah penduduk, jenis kegiatan, standar konsumsi air minum
dan jumlah sambungan. Untuk mengantisipasi kebutuhan air minum ini dilakukan

1
perencanaan dengan memperhatikan prediksi laju pertumbuhan penduduk dan
sarana pendukung kehidupannya.
Mengingat bahwa ketersediaan air juga mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi di suatu wilayah, maka Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Kabupaten Ketapang akan melaksanakan salah satu urusan pemerintah daerah
dengan menyelenggarakan Jasa Konsultan Inventarisasi dan Data Base dan
Pengembangan Kinerja Air Minum Sistem Aplikasi Ketapang.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan Tujuan pengadaan Jasa Konsultansi Inventarisasi dan Data
Base Pengembangan Kinerja Air Minum Sistem Aplikasi Ketapang adalah
membantu Pemerintah Daerah dalam menyiapkan Inventarisasi dan Data Base dan
Pengembangan Kinerja Air Minum Sistem Aplikasi Ketapang agar memiliki
arahan yang jelas terkait dengan permasalahan air limbah yang komprehensif,
efektif dan efisien dan telah mempertimbangkan berbagai aspek baik teknis,
sosial/ekonomi, finansial dan aspek legal kelembagaan.

1.3 Lokasi Kegiatan


Lokasi perencanaan pada Kegiatan Inventarisasi dan Data Base
Pengembangan Kinerja Air Minum Sistem Aplikasi Ketapang Tahun 2021 berada
di Kabupaten Ketapang

1.4 Ruang Lingkup


1.4.1 Ruang Lingkup Materi
Secara umum lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan pada kegiatan
Jasa Konsultan Inventarisasi dan database dan Pengembangan Kinerja Air Minum
sistem Aplikasi Ketapang di Kabupaten Ketapang adalah :

2
1. Langkah persiapan, yaitu interpretasi, koordinasi konsultan dengan pihak
yang berhubungan dengan kegiatan agar diperoleh persepsi yang sama
tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan.
- Koordinasi dengan Dinas PUPR Kabupaten Ketapang dan PDAM
Kabupaten Ketapang.
- Pengumpulan data awal, data primer dan sekunder, buku‐buku referensi
yang berhubungan dengan pekerjaan ini sebagai bahan referensi medan/
lapangan dan untuk penyempurnaan program kerja sehingga akan dicapai
suatu hasil pekerjaan yang maksimal atau mempelajari aturan-aturan baku
dan petunjuk pelaksanaan dokumentasi dan pelaporan sebagai dasar
pembuatan model konseptual sistem, dan beberapa hal lainnya yang perlu
diakomodir dalam sistem yang akan dibuat. Inventarisasi data dan
informasi (data check list) yang dibutuhkan untuk menunjang penyusunan
model pengembangan basis data.
- Studi dan diskusi awal.
- Pembuatan dan penyusunan program kerja, pembagian tugas dan
pengarahan.
2. Penyusunan Laporan Pendahuluan.
3. Pengumpulan data sekunder dan data primer.
Dalam Database Capaian Air Minum dan Sanitasi dapat dilakukan
pengumpulan data primer dan sekunder melalui :
Pengumpulan data primer melalui wawancara atau temuwicara, yang terdiri dari:
- Koordinasi dengan Dinas teknis yang terkait kegiatan untuk mengetahui
kebijakan atau kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten
Ketapang yang berkaitan dengan air minum dan sanitasi.
- Survey dan verifikasi data lapangan, dimana proses validasi data dilakukan
melalui observasi langsung yang menyangkut sumberdaya yang ada,

3
kondisi fasilitas sarana dan prasarana serta sosial ekonomi masyarakat
dilokasi.
Data sekunder yang harus dikumpulkan untuk Database Capaian Air Minum dan
Sanitasi meliputi :
- Dasar atau payung hukum pelaksanaan pemberian ijin pemanfaatan tanah
aset yang ada selama ini di Kabupaten Ketapang.
4. Identifikasi dan verifikasi data.
5. Analisis dan pemilahan data-data yang diperoleh sesuai dengan keterkaitan
antar data.
6. Penyusunan Draft Laporan Akhir.
7. Asistensi, diskusi dan pembahasan laporan.
8. Penyusunan Laporan Akhir Pekerjaan.

1.5 Keluaran

Hasil yang diharapkan dari kegiatan Jasa Konsultan Inventarisasi dan


Database dan Pengembangan Kinerja Air Minum Sistem Aplikasi Ketapang
adalah tersusunnya capaian dan database air minum serta sanitasi di Kabupaten
Ketapang yang di dalamnya berisikan tentang :
1. Identifikasi potensi & permasalahan jaringan air minum dan sanitasi di
Kabupaten Ketapang Khususnya Kecamatan Perkotaan pada kondisi
eksisting.
2. Database jaringan air minum dan sanitasi yang berbentuk peta, tabel dan
visualisasi kondisi sarana fasilitasnya.
3. Dokumen Kajian Tentang Capaian Air Minum dan Sanitasi.

1.6 Sistematika Laporan


Bab I Pendahuluan:
4
Berisi latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup yang terdiri ruang lingkup
wilayah dan materi, metodologi, keluaran dan sistematika laporan.
Bab II Tinjauan Pustaka:
Pada bab ini berisi tentang tinjauan pustaka yaitu terkait peraturan-peraturan,
pengertian serta kebijakan tentang sarana dan prasarana air minum dan sanitasi.
Bab III Metodologi Kegiatan:
Pada bab ini berisi tentang pendekatan pekerjaan, tahapan pengumpulan data dan
analisa yang digunakan untuk menunjang kegiatan ini.
Bab IV Kondisi Umum Wilayah:
Berisi gambaran kondisi wilayah Kabupaten Ketapang seperti kondisi fisik
wilayah, kependudukan, lain sebagainya

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Minum


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum
adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
melalui syarat dan dapat langsung diminum. Air minum harus terjamin dan aman
bagi kesehatan, air minum aman bagi kesehatan harus memenuhi persyaratan
fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib
dan parameter tambahan. Parameter wajib merupakan persyaratan kualitas air
minum yang wajib diikuti dan ditaati oleh seluruh penyelenggara air minum,
sedangkan parameter tambahan dapat ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai
dengan kondisi kualitas lingkungan daerah masing masing dengan mengacu pada
parameter tambahan yang ditentukan oleh Permenkes RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Selanjutnya
menurut Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara
Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, Departemen
Dalam Negeri Republik Indonesia, air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum. Selanjutnya menurut Sutrisno (1991:1) air minum dalam
kehidupan manusia merupakan salah satu kebutuhan paling esensial, sehingga kita
perlu memenuhinya dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Selain untuk
dikonsumsi air bersih juga dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam
meningkatkan kesejahteraan hidup melalui upaya peningkatan derajat kesehatan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa air minum merupakan suatu

6
kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup makhluk hidup, terutama manusia.
Tanpa air minum manusia tidak bisa melangsungkan kehidupannya dengan baik
karena tubuh manusia membutuhkan air minum terutama untuk menjaga
kesehatan. 6 Jika hal ini sudah terpenuhi maka kualitas hidup manusia akan
meningkat dan bisa melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan baik.

2.2. Sistem Penyediaan Air Minum


Peraturan pemerintah yang mengatur tentang sistem penyediaan air minum
adalah Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005. Sistem penyediaan air
minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik
(teknik) non fisik dari prasarana dan sarana air minum. Pengembangan sistem
penyediaan air minum (SPAM) adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) non fisik (kelembagaan,
managemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh
untuk menyediakan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih
baik. Peyelenggaraan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan,
konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau
mengevaluasi sistem fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan
SPAM yang selanjutnya disebut penyelenggara adalah Badan Usaha Milik
Negara/ Badan Usaha Milik Daerah, koperasi, badan usaha swasta, dan/atau
kelompok 8 masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem
penyediaan air minum. Dalam mengelola SPAM, penyelenggara harus
berdasarkan pada prinsip good corporate governance, memenuhi standar
pelayanan minimum, persyaratan kualitas air minum sesuai Peraturan Menteri
kesehatan yang berlaku dan memberikan pelayanan secara penuh 24 jam per hari
kepada pelanggan. Untuk memenuhi hal tersebut diatas, maka diperlukan
pedoman pengelolaan SPAM yang antara lain terdiri dari pedoman pengoprasian
dan pemanfaatan sarana serta administrasi dan kelembagaan SPAM. Pedoman

7
penyusunan pengelolaan SPAM ini merupakan turunan dari Peraturan Pemerintah
Nomor 16 Tahun 2005 tentang pengembangan sistim penyediaan air minum
(SPAM). Secara garis besar, pedoman ini memberikan acuan dalam pengelolaan
SPAM. Muatan pedoman ini adalah materi yang bersifat pengaturan maupun
teknis. Dalam rangka efisiensi, maka pengelolaan SPAM sendiri dapat dilakukan
melalui kerjasama antar pemerinntah daerah, atau kerjasama dengan
penyelenggara lainnya dalam bentuk kemitraan. Namun dalam kondisi suatu
wilayah belum terjangkau oleh pelayanan BUMN/BUMD sebagai penyelenggara
pengembangan SPAM , maka dapat dibentuk Badan Layanan Umum (BLU) –
Unit Pelaksana Teknis (UPT) atau dilakukanya kerjasama dengan penyelenggara
lainnya.

2.3 Pengertian SPAM


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 16 Tahun 2005
tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum terdapat beberapa
pengertian yaitu:
a. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku
adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah
dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk
air minum.
b. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
c. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat,
bersih, dan produktif.

8
d. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan
satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air
minum.
e. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas dan/atau meningkatkan system fisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam
kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada
masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
f. Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau,
dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air
minum.
g. Pelanggan adalah orang perseorangan, kelompok masyarakat, atau instansi
yang mendapatkan layanan air minum dari penyelenggara. Dalam pedoman
Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum,
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 18/PRT/M/2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, yang
dimaksud dengan:
 Tingkat Pelayanan adalah presentasi jumlah penduduk yang dilayani dari total
jumlah penduduk daerah pelayanan, dimana besarnya tingkat pelayanan
diambil berdasarkan survey yang dilakukan oleh PDAM terhadap jumlah
permintaan air minum oleh masyarakat atau dapat juga dilihat berdasarkan
kemampuan yang dimiliki oleh PDAM untuk menyediakan air minum.
 Unit Air Baku adalah sarana dan prasarana pengambilan dan/atau penyedia
air baku, meliputi bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/
penyadapan, peralatan pengukuran dan pemantauan, sistem pemompaan,
dan/atau bangunan pembawa serta kelengkapannya.

9
 Unit Produksi adalah sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk
mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/atau
biologi meliputi bangunan pengolahan dan kelengkapannnya, perangkat
operasional, peralatan pengukuran dan pemantauan, serta bangunan
penampungan air minum.
 Unit Distribusi adalah sarana untuk mengalirkan air minum dari pipa
transmisi air minum sampai ke unit pelayanan.
 Unit Pelayanan adalah sarana untuk mengambil air minum langsung oleh
masyarakat yang terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran
kebakaran.
 Jaringan Pipa Transmisi Air Baku adalah ruas pipa pembawa air dari sumber
air sampai unit produksi.
 Jaringan Pipa Transmisi Air Minum adalah ruas pipa pembawa air minum
dari unti produksi/bangunan penangkap air sampai ke reservoir atau batas
distribusi.
 Pipa Transmisi adalah pipa pembawa air dari sumber air ke instalasi
pengolahan atau pipa pembawa air bersih dari instalasi pengolahan ke unti
distrubusi utama atau reservoir.
 Pipa Distribusi adalah pipa yang dipergunakan untuk mendistribusikan air
minum dari reservoir ke daerah pelayanan atu konsumen.
 Pipa Pelayanan adalah pipa yang menghubungkan jaringan distribusi dengan
sambungan rumah.
 Katup adalah suatu alat yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliaran
dalam pipa.
 Reservoir adalah tempat penyimpanan air sementara sebelum didistribusikan
kepada konsumen.

10
 Sambungan Rumah adalah jenis sambungan pelanggan yang mensuplai air
langsung ke rumah-rumah, biasanya berupa sambungan pipa-pipa distribusi
air melalui meter air dan instalasi pipa di dalam rumah.

2.4 Kebutuhan Air Minum


Air merupakan kebutuhan utama bagi setiap makhluk hidup, sehingga tanpa
air dapat dipastikan tidak ada kehidupan. Selain kebutuhan langsung seperti untuk
10 minum dan mandi, air juga dibutuhkan oleh berbagai makhluk hidup yang lain.
Kebutuhan air bersih suatu daerah dianalisis berdasarkan beberapa pertimbangan
sebagai berikut (RISPAM, 2011).
2.4.1 Kebutuhan Air Domestik
Kebutuhan air domestik adalah pemakaian air untuk segala aktivitas di lingkungan
rumah tangga. Penyediaan air baku untuk keperluan rumah tangga dihitung
berdasarkan :
1. Jumlah penduduk.
2. Persentase jumlah penduduk yang akan dilayani.
3. Cara pelayanan air.
4. Konsumsi pemakaian air (Liter/orang/hari). Beberapa parameter. .yang
dipakai dalam menentukan tingkat pelayanan air bersih yang akan
direncanakan meliputi :
a) Konsumsi pemakaian air bersih Untuk konsumsi pemakaian air bersih
domestik ditentukan untuk SR sebesar 120 L/dt dan SU sebesar 30 L/dt.
b) Jumlah jiwa per sambungan Jumlah jiwa per sambungan rumah dihitung
berdasarkan jumlah rata-rata untuk SR sebesar 5 jiwa/sambungan dan KU
sebesar 100 jiwa/sambungan. Cara menentukan Standar Kebutuhan
Domestik sebagai berikut:
Jaringan perpipaan domestik merupakan air yang didistribusikan (Qd) oleh
pengelola SPAM (m³/bulan dijadikan m³/hari), dikurangi volume kebocoran yaitu
11
presentase kebocoran (A%) x Qd, dibagi dengan jumlah jiwa terlayani (Pt). Pt
yang terkait dengan sambungan rumah (SR) = 4 orang atau sesuai BPS setempat.
Pt terkai hidran umum diasumsikan 1 HU = ±100 orang atau sesuai data eksisting
pemanfaatan HU. Contoh : KJPD = (Qd – (A% - Qd))/Pt, didapat m³/orang/hari
dijadikan Lt/orang/hari Jika tidak tedapat sistem kebutuhan air maka dilakukan
perbandingan dengan wilayah yang mempunyai tingkat karakteristik yang sama.
BJP domestik (Kbjpd) disamakan dengan kebutuhan JP domestik, sehingga
Kbjpd=KJPD dalam Lt/oang/hari.
2.4.2 Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air untuk keperluan non domestik ialah pemakaian air diluar
pemakaian untuk rumah tangga, seperti kebutuhan air untuk niaga/industri,
kesehatan, sosial, perkantoran, pendidikan, dan keagamaan. Untuk mengetahui
perkembangan kebutuhan air non domestik, perlu diketahui rancangan
perkembangan aktivitasnya. Bila tidak didapat, maka digunakan suatu ekivalen
penduduk dimana konsumen non domestik diperhitungkan mengikuti
perkembangan kebutuhan dasar konsumen domestik.
2.5 Alternatif Sistem Penyediaan Air Minum
Adapun Alternatif Sistem Penyediaan Air Minum, yang dapat di gunakan dan
diterapkan oleh masyarakat sebagai berikut :

1. PAH (Penampungan Air Hujan)

12
Gambar 2.1 Bangunan Penampung Air Hujan
Sumber : Dinas PUPR, Tahun 2021
Air hujan adalah salah satu sumber air baku untuk air minum, dengan
kandungan mineralnya rendah, dimana kalau orang minum terus menerus dari air
hujan akan ada efek terhadap kesehatan, yaitu akan gondongen, untuk itu perlu
suatu perlakuan dengan disaring terlebih dahulu, baru dialirkan ke tangka
penampung. Penampungan Air Hujan (PAH) dapat digunakan secara individual
maupun kelompok masyarakat (komunal). Lokasi tempat Penampungan Air
Hujan (PAH) dipilih pada daerah-daerah kritis dengan curah hujan minimal mm
1.300 per tahun.

2. Sumur Galian

13
Gambar 2.2 Bangunan Sumur Gali
Sumber : Dinas PUPR Cipta Karya, Tahun 2017
Sumur gali merupakan sumber air minum yang populer di desa. Fungsi
sumur ini adalah menyadap dan menampung air tanah dan akuifer yang
dipergunakan sebagai sumber air baku untuk air minum. Cara pembuatannya
dengan menggali tanah.
3. Sumur Bor

Gambar 2.3 Bangunan Sumur Bor


Sumber : Kementrian Koordinator Bidang Kemaritian, Tahun 2018

14
Sumur bor merupakan salah satu proses penggalian tanah yang dilakukan
agar bisa mendapatkan sumber mata air yang berada di dalam tanah dan
menggunakan filter untuk menjernihkan air yang didapat dari sumber mata air.
4. Menara Air

Gambar 2.4 Bangunan Tower Air


Sumber : Kementrian PUPR Cipta Karya, Tahun 2018
Sebuah menara air adalah sebuah kontainer penyimpanan air besar yang
ditinggikan yang dibangun untuk menampung persediaan air pada tinggi yang
cukup untuk memberi tekanan pada sistem distribusi air. Mencakup minimal 40
Jumlah KK

2.6 Pengukuran Indikator Akses Air Minum Layak


2.6.1 Perhitungan
Persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum layak adalah
jumlah rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum layak pada
15
waktu tertentu dibagi dengan jumlah rumah tangga seluruhnya pada periode yang
sama dinyatakan dalam satuan persen (%).
2.6.2 Rumus Perhitungan

PAML =JRTAML/JRT+X 100%


Keterangan :
Tabel 2.1
Perhitungan Persentase Air Minum Layak
P AML : Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan
sumber air minum layak.
JRTAML : Jumlah rumah tangga dengan akses terhadap sumber air minum
layak
JRT : Jumlah rumah tangga seluruhnya
Sumber : Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan
Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) Kementrian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas 2019
2.6.3 Manfaat Perhitungan
Hasil pengolahan data dapat membantu para pengambil keputusan dalam
memantau persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum layak
(improved drinking water), berdasarkan asumsi bahwa sumber air tersebut
menyediakan kebutuhan dasar yang dapat memenuhi kebutuhan pokok air minum
sehari-hari masyarakat. Kebutuhan pokok air minum sehari-hari sesuai definisi
pada PP No. 122 tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum adalah air
untuk memenuhi keperluan minum, masak, mandi, cuci, peturasan, dan ibadah.
Indikator ini akan digunakan dalam penyusunan RPJMN 2020-2024, dan hasil
pengolahan data dijadikan sebagai alat monitoring dan pemantauan kinerja
capaian target. Indikator dan pengolahan data ini semestinya digunakan oleh
Kabupaten/Kota dan provinsi dalam penyusunan RPJMD, sesuai dengan amanat

16
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor. 86 Tahun 2017 tentang Tata cara
Penyusunan RPJMD.

2.7 Pengukuran Indikator Akses Air Minum Aman


2.7.1 Perhitungan
Jumlah rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum layak pada
waktu tertentu dibagi dengan jumlah rumah tangga seluruhnya pada periode yang
sama dinyatakan dalam satuan persen (%).
2.7.2 Rumus Perhitungan
Tabel 2.2
Perhitungan Persentase Air Minum Aman
Rumus Keterangan
Sumber Air Minum Layak (Akses Layak)
1 PLSL : Persentase rumah tangga yang
. memiliki akses terhadap layanan sanitasi
JRTAML layak dan berkelanjutan
PAML= X 100 %
JRT
JRTSL : Jumlah rumah tangga dengan
akses terhadap fasilitas sanitasi layak
JRTS : Jumlah rumah tangga seluruhnya
Sumber Air Minum Layak yang Berlokasi di On-Premises
2 PBABS : Persentase rumah tangga yang
. masih melakukan praktek buang air besar
JRTAMLH sembarangan JRTBABS : Jumlah rumah
P AMLH = X 100 %
JRT
tangga yang masih melakukan praktek
buang air besar sembarangan
JRTS : Jumlah rumah tangga seluruhnya
Sumber Air Minum Layak, Berlokasi di On-Premises, dan Tersedia Sepanjang
Tahun
3 PLSPAL : Persentase rumah tangga yang
. memiliki akses terhadap layanan sanitasi
17
layak dengan SPAL JRTSPAL : Jumlah
JRTAMLST rumah tangga dengan akses terhadap
P AMLST = X 100 %
JRT
fasilitas sanitasi layak dengan SPAL
JRTS : Jumlah rumah tangga seluruhnya

Sumber Air Minum Layak, Berlokasi di On-Premises, Tersedia Sepanjang Tahun,


dan Air Memenuhi Kualitas Fisika Air Minum (Akes Aman-Fisik)
4 PLSIPLT : Persentase rumah tangga yang
. memiliki akses terhadap layanan sanitasi
layak dan disedot minimal sekali dalam
JRTAMLAf kurun waktu 5 tahun terakhir JRTSL :
P AMLAf = X 100 %
JRT
Jumlah rumah tangga dengan akses
terhadap fasilitas sanitasi layak dan
disedot minimal sekali dalam kurun 5
tahun
JRTS : Jumlah rumah tangga seluruhnya
Sumber : Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan
Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) Kementrian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas 2019

18
BAB III

METODELOGI

3.1 Pendekatan Pekerjaan


Penanganan pekerjaan secara pendekatan umum adalah konsep
penanganan pekerjaan yang sifatnya administrasi dan non teknis, seperti
Persiapan, Pengorganisasian dan Koordinasi, Mobilisasi dan Demobilisasi, dan
lain-lain yang sifatnya sebagai kegiatan penunjang, sedangkan pendekatan teknis
adalah pekerjaan konsep penanganan pelaksanaan pekerjaan utama.
Metodologi pendekatan yang akan dilakukan dalam Ketersediaan
Dokumen Teknis Penyusunan Database Capaian Air Minum dan Sanitasi
Kabupaten Ketapang khususnya di Kecamatan Perkotaan ini disusun secara garis
besar ada 3 kegiatan yang akan dilakukan yaitu pengumpulan data, kajian
kepustakaan dan analisis data.

3.2 Tahapan Pengumpulan Data


Pengumpulan data berkaitan dengan kegiatan tersebut dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :

1. Data Primer
Data primer diperoleh dari survei pengamatan lapangan yang dilakukan di
Kabupaten Ketapang khususnya Kecamatan Perkotaan, langsung kepada
lokasi-lokasi kawasan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah terkait untuk
menghasilkan data-data masukan (input) proses penilaian kriteria sanitasi
layak. Proses memperoleh data primer dipersiapkan, diorganisasikan, dan
dilaksanakan oleh sebuah tim survei.

19
Data primer diperoleh dari survei pengamatan lapangan yang dilakukan di
Kecamatan Muara Pawan, Kecamatan Delta Pawan dan Kecamatan Benua
Kayong di Kabupaten Ketapang langsung kepada lokasi-lokasi kawasan yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah terkait untuk menghasilkan data-data
masukan (input) proses penilaian kriteria jaringan air minum dan sanitasi
layak. Proses memperoleh data primer dipersiapkan, diorganisasikan, dan
dilaksanakan oleh sebuah tim survei.
Survey dan verifikasi data lapangan, dimana proses validasi data dilakukan
melalui observasi langsung yang menyangkut sumberdaya yang ada, kondisi
sosial ekonomi masyarakat dilokasi, fasilitas sarana dan prasarana.
Pengambilan data primer dilakukan dengan mengikuti pendekatan proses
(spasian dan atribut) dan wawancara semiterstruktur melalui metode yang
dapat dianalisis dengan perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG) seperti :
Kesesuaian lahan ditinjau dari alokasi pemanfaatan ruang melalui Rencana
Tata Ruang Wilayah ataupun dari Rencana Detail Tata Ruang Wilayah yang
telah disusun sebelumnya dan pendelineasian lokasi kawasan perumahan dan
permukiman perkotaan dan keberadaan fasilitas, sehingga setiap bentang
ruang dapat dideskripsikan.
2. Data Sekunder
Data sekunder, dilakukan dengan menggunakan data yang ada baik dari hasil
studi yang berkaitan dengan perencanaan kawasan (RTRW, land use, sarana
& prasarana, dll), kebijakan dan renstra daerah, hasil penelitian, BPS (jumlah
penduduk, dll) serta data dinas-dinas (Dinas PUPR, Dinas Kesehatan dan
Bappeda) di Pemerintahan Kabupaten Ketapang. Pengumpulan data sekunder,
yang dilakukan melalui studi pustaka dari berbagai sumber, seperti laporan
yang ada relevansinya dengan kegiatan ini, hasil-hasil penelitian dan kajian
literatur yang memuat informasi tentang potensi, kapasitas dan luasan, serta

20
lokasi yang sesuai untuk dijadikan sasaran yang berimplikasi pada
ketersedian sarana dan prasarana jaringan air minum serta sanitasi.

3.3 Teknik Analisis


Metode analisa yang digunakan dalam kegiatan ini menggunakan :
3.3.1 Analisis Kebijakan Tata Ruang
Menganalisis kebijakan kebijakan dalam penataan ruang terkait sarana dan
prasarana air minum dan sanitasi dilihat dari, RPJMD Kabupaten Ketapang.
3.3.2 Analisis Kondisi Fisik Dasar
Menganalisis kondisi fisik dasar dalam pembangunan sarana dan prasarana
air minum dan sanitasi berdasarkan kondisi lintang alam, seperti ketinggian,
kelerengan, keikliman serta hidrologi wilayah Kabupaten Ketapang.
Analisis kondisi fisik dasar ini untuk menentukan daya dukung lahan yang
terdiri dari kawasan potensial, kendala dan limitasi.
3.3.3 Analisis Sosial Kependudukan
Penduduk merupakan salah satu faktor penting dalam perencanaan
pembangunan wilayah. Hal yang bisa dianalisis dalam hal kependudukan pada
umumnya menyangkut masalah yang berkaitan dengan perubahan keadaan
penduduk seperti jumlah penduduk dan kepadatan penduduk.
Analisis kependudukan digunakan untuk memproyeksi pertumbuhan
penduduk dimasa yang akan datang untuk melihat kecukupan kebutuhan akan
sarana dan prasarana jaringan air minum dan sanitasi di Kabupaten Ketapang
khususnya Kecamatan Perkotaan.
Faktor-faktor tersebut memiliki peranan penting sebagai bahan yang perlu
diketahui dalam rangka menentukan berbagai keputusan yang berkaitan dengan
proses pembangunan, arahan tata guna lahan dan ketersediaan lahan untuk

21
menampung perkembangan jumlah penduduk. Proyeksi penduduk merupakan
perkiraan jumlah penduduk di masa yang akan datang.
Metode proyeksi penduduk dalam penilitian ini menggunakan metode
linier. Hasil proyeksi akan berbentuk suatu garis lurus. Model ini berasumsi
bahwa penduduk akan bertambah/berkurang sebesar jumlah absolute yang
sama/tetap (β) pada masa yang akan datang dengan memperkirakan jumlah
penduduk pada tahun berikutnya.
(n+m)
Pm=Po+ X (Pn−Po)
n
Pm : Jumlah penduduk pada tahun yang diestimasikan (tahun m)
Pn : Jumlah penduduk pada tahun n
Po : Jumlah penduduk pada tahun (penduduk dasar) awal
m : Selisih tahun yang dicari dengan tahun n
n : Selisih tahun dari 2 sensus yang diketahui
3.3.4 Analisis Capaian Air Minum
Analisis sarana & prasarana air minum akan digunakan untuk melihat
kondisi eksisting sarana dan prasarana air minum yang ada di Kabupaten
Ketapang berdasarkan standar standar pembangunan sarana dan prasarana air
minum.
3.3.5 Analisis Capaian Sanitasi
Analisis sarana & prasarana sanitasi akan digunakan untuk melihat kondisi
eksisting sarana dan prasarana dan sanitasi yang ada di Kabupaten Ketapang
berdasarkan standar standar pembangunan sarana dan prasarana sanitasi.

22
BAB IV

KONDISI UMUM WILAYAH

4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah


Kabupaten Ketapang merupakan kabupaten terluas dibanding 14
kabupaten/kota lain di Provinsi Kalimantan Barat dengan luas sebesar 31.588 km2
atau sekitar 21,28 persen dari luas total Provinsi Kalimantan Barat yang memiliki
luas sebesar 146.807 km2 . Posisi geografis Kabupaten Ketapang berada pada
posisi 0°19’26,51” Lintang Selatan (LS) sampai dengan 3°4’16,59” Lintang
Selatan (LS) dan 109°47’ 36,55” Bujur Timur (BT) sampai dengan 111°21’37,36”
Bujur Timur (BT), dengan posisi terletak pada bagian paling selatan Provinsi
Kalimantan Barat. Wilayah Kabupaten Ketapang terdiri dari 20 Kecamatan,
dimana 13 kecamatan berada di daerah perhuluan dan selebihnya merupakan
kawasan pesisir, yaitu wilayah kecamatan yang sebagian wilayah desanya
berbatasan langsung dengan laut/pantai. Kecamatan-kecamatan di Kabupaten
Ketapang terbagi menjadi 253 desa dan 9 kelurahan. Batas -batas administratif
Kabupaten Ketapang :
a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Sanggau dan Kabupaten
Sekadau
b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Melawi, Kabupaten Sintang
dan Provinsi Kalimantan Tengah
c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Laut Jawa
d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten
Kayong Utara, dan Selat Karimata
Ruang lingkup wilayah studi terdiri dari 3 kecamatan perkotaan di
Kabupaten Ketapang antara lain Kecamatan Muara Pawan, Kecamatan Delta

23
Pawan dan Kecamatan Benua Kayong. Untuk lebih jelasnya, batas lingkup
wilayah kajian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 dan gambar 4.1.

Tabel 4.1 Luas Wilayah Perencanaan Kabupaten Ketapang

No Kecamatan Luas (Ha)

1 Kendawangan 585900

2 Manis Mata 291200

3 Marau 1 16000

4 Singkup 22700

5 Air Upas 79300

6 Jelai Hulu 1 35800

7 Tumbang Titi 1 19800

8 Pemahan 32600

9 Sungai Melayu Rayak 12200

10 Matan Hilir Selatan 1 81300

11 Benua Kayong
34900
12 Matan Hilir Utara
72000
13 Delta Pawan
7400
14 Muara Pawan
61100
15 Nanga Tayap
172800
16 Sandai
177900
17 Hulu Sungai
468500
18 Sungai Laur
165100

24
19 Simpang Hulu
317500
20 Simpang Dua
104800
Total
Sumber : Badan Pusat Statistik Ketapang, Tahun 2019

25
26
4.2 Topografi dan Hidrologi
Kondisi topografi dan hidrologi di wilayah perencanaan Kecamatan Muara
Pawan, Kecamatan Delta Pawan dan Kecamatan Benua Kayong relatif daerah
pesisir pantai yang memanjang dari utara ke selatan dengan kondisi alam di
daerah tersebut biasanya berupa daratan dan rawa-rawa dan berada di wilayah
daerah aliran sungai.

4.3 Penggunaan Lahan


Penggunaan lahan pada Kecamatan Muara Pawan, Kecamatan Delta
Pawan dan Kecamatan Benua Kayong didominasi oleh area terbuka dengan luas

27
4.213,312 Ha, sedangkan penggunaan lahan permukiman dan tempat kegiatan
dengan luas 593,236 Ha.

28
Tabel 4.2 Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Ketapang

Penggunaan Lahan Eksisting


Bangunan
Pertanian
No Kecamatan Area (Fasum,
Hutan Perairan Pertambangan dan Transportasi (blank) Luas (Ha)
Terbuka permukiman,
Peternakan
fasos)
97.891,
1 Kendawangan
38
2 Manis Mata
3 Marau
4 Singkup
5 Air Upas
6 Jelai Hulu
7 Tumbang Titi
8 Pemahan
9 Sungai Melayu Rayak
165,68
10 Matan Hilir Selatan
0,00
11 Benua Kayong 1.055,938 133,607 127,951 774,094 33,687 0,000 2.125,277

29
12 Matan Hilir Utara
179,73
13 Delta Pawan 2.266,484 437,917 312,392 0,320 766,508 104,406 6,072 4.073,838
9,00
197,27
14 Muara Pawan 890,890 21,711 196,663 394,552 13,090 1.714,178
2,00
246.53
15 Nanga Tayap
7,00
17.180,
16 Sandai 1.863,33 664,60
02
17 Hulu Sungai
18 Sungai Laur
19 Simpang Hulu
20 Simpang Dua
Persentase
Sumber : Peta Penutupan Lahan Existing Kabupaten Ketapang, Tahun 2019

30
4.4 Kependudukan
Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik Kabupaten
Ketapang, jumlah penduduk di wilayah perencanaan paling banyak di Kecamatan

31
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Kabupaten Ketapang Tahun 2015-2020

Tahun

NO Kecamatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita

1 Kendawangan 2866.00 2951.00 19141.00 17314.00 19684.00 17853.00 19384.00 17618.00 20341.00 38800.00 57808.00

2 Manis Mata 5511.00 5781.00 14889.00 13551.00 17329.00 15636.00 15757.00 14248.00 18670.00 35526.00 34658.00

3 Marau 3783.00 3816.00 7215.00 6561.00 7378.00 6692.00 7620.00 6925.00 7675.00 14640.00 17283.00

4 Singkup 7813.00 7893.00 3643.00 3279.00 3588.00 3173.00 3698.00 3277.00 3655.00 6891.00 8299.00

5 Air Upas 7571.00 7103.00 9914.00 8828.00 10602.00 9413.00 10374.00 9231.00 11086.00 20935.00 20224.00

6 Jelai Hulu 5471.00 5562.00 8895.00 8232.00 8562.00 7901.00 9131.00 8444.00 8619.00 16578.00 20596.00

7 Tumbang Titi 3859.00 3766.00 13223.00 11923.00 12526.00 11263.00 13103.00 11806.00 12503.00 23753.00 28938.00

8 Pemahan 3089.00 3068.00 2631.00 2419.00 2628.00 2390.00 2694.00 2456.00 2698.00 5153.00 5781.00

32
Sungai Melayu
9 1711.00 1654.00 7170.00 6058.00 6908.00 5730.00 7442.00 6186.00 7013.00 12833.00 15036.00
Rayak

Matan Hilir
10 41674.00 41594.00 17451.00 16774.00 17342.00 16622.00 17969.00 17259.00 17733.00 34740.00 40289.00
Selatan

11 Benua Kayong 19899.00 19766.00 20270.00 20157.00 21327.00 21148.00 21420.00 21283.00 22318.00 44463.00 45047.00

Matan Hilir
12 8083.00 7849.00 8234.00 8004.00 8357.00 8099.00 8408.00 8166.00 8553.00 16848.00 19992.00
Utara

13 Delta Pawan 41674.00 41594.00 42451.00 42417.00 46325.00 46156.00 45031.00 44958.00 49424.00 98696.00 90634.00

14 Muara Pawan 7236.00 7098.00 7371.00 7238.00 7252.00 7101.00 7614.00 7471.00 7382.00 14615.00 18039.00

15 Nanga Tayap 15793.00 14202.00 16087.00 14483.00 15092.00 13549.00 16619.00 14950.00 15149.00 28756.00 36378.00

16 Sandai 14100.00 13206.00 14363.00 13467.00 14517.00 13475.00 15201.00 14138.00 14962.00 28857.00 32374.00

17 Hulu Sungai 6593.00 5778.00 6716.00 5892.00 6276.00 5492.00 6808.00 5971.00 6260.00 11741.00 13884.00

18 Sungai Laur 9981.00 8831.00 10167.00 9006.00 9906.00 8712.00 10769.00 9490.00 10134.00 19053.00 19248.00

19 Simpang Hulu 16308.00 14506.00 16612.00 14793.00 16453.00 14610.00 17208.00 15312.00 16835.00 31795.00 36864.00

33
20 Simpang Dua 4293.00 3830.00 4373.00 3906.00 4253.00 3767.00 4539.00 4030.00 4299.00 8110.00 9285.00

JUMLAH 447156.00 485118.00 495087.00 504008.00 512783.00 570657.00


Sumber : Badan Pusat Statistik Ketapang

34
4.5 Target Capaian Air Minum dan Sanitasi Provinsi Kalimantan Barat
Terkait dengan RPJMD Provinsi Kalimantan Barat tahun 2018-2023
target capaian air minum dan sanitasi sebagai berikut:
Tabel 4.4
Tabel Capaian Air Minum dan Sanitasi Provinsi Kalimantan Barat
Target Capaian
Peningkatan masyarakat yang memiliki akses terhadap air minum
2018 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir
55,20% 58,30% 67,00% 68,00% 69,00% 70,00 70,00%
%
Target Capaian
Persentase pemukiman yang memiliki sarana sanitasi yang layak
2018 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir
48,38% 51,02% 54,63% 58,13% 61,61% 65,03 65,03
%
Sumber: RPJMD Provinsi Kalimantan Barat, 2018-2023
4.6 Capaian Air Minum Kabupaten Ketapang
Terkait dengan RPJMD Kabupaten Ketapang tahun 2016-2020 target
capaian air minum dan sanitasi sebagai berikut:
Target Capaian
Peningkatan masyarakat yang memiliki akses terhadap air minum
2016 2017 2018 2019 2020 Kondisi Akhir
45 % 46,01 % 47 % 54 % 55,5 % 55,5 %
Target Capaian
Persentase pemukiman yang memiliki sarana sanitasi yang layak
2016 2017 2018 2019 2020 Kondisi Akhir
53% 53 % 54 % 55 % 56,5 % 56,5 %
Sumber: RPJMD Kabupaten Ketapang, 2021 -2026
Penyebaran akses layanan air minum oleh PDAM meliputi 4 wilayah pelayanan
kecamatan, yaitu wilayah Ketapang dengan 11.772 pelanggan, kemudian wilayah
Kendawangan dengan 1.495 pelanggan, wilayah Tumbang Titi dengan 132
pelanggan, serta Marau dengan 132 pelanggan. Cakupan pelayanan administrasi

35
sebesar 13,19 % dan Cakupan Pelayanan Teknis sebanyak 30,70 %. Berikut ini
tabel tentang cakupan pelayanan PERUMDA Air Minum Tirta PAWAN
Kabupaten Ketapang.
Tabel
Cakupan Pelayanan Perumda Air Minum Tirta Pawan Kabupaten Ketapang
NO URAIAN Sep-21

1 Jumlah Penduduk Administrasi (Jiwa) 512.783

2 Jumlah Penduduk Teknis (Jiwa) 220.352

3 Jumlah SR 13.531

  - Ketapang 11.772

  - Kendawangan 1.495

  - Tumbang Titi 132

  - Marau 132

4 Jumlah SR (Jiwa) 67.655

5 Cakupan Pelayanan Administrasi (%) 13,19%

6 Cakupan Pelayanan Teknis (%) 30,70%

Sumber : PDAM Kota Ketapang, 2021

4.7 Kondisi Air Minum Wilayah Perencanaan


Kondisi Air Minum wilayah perencanaan meliputi jumlah sarana dan
prasarana air minum yang ada di wilayah perencanaan, beserta kondisi dan
persebarannya, serta pelanggan aktif PERUMDA Air Minum Tirta Pawan
maupun eks pelanggan.

36
4.7.1 Pelanggan PERUMDA AIR MINUM TIRTA PAWAN
Perumda air minum tirta pawan melayani 4 wilayah pelayanan/kota unit
kecamatan, dimana keempat wilayah tersebut adalah PDAM Kota Ketapang,
PDAM unit Kendawangan, PDAM unit Tumbang Titi dan PDAM unit Marau.
Jumlah pelanggan dari 4 wilayah tersebut ada 15.000 pelanggan dimana sebanyak
13.531 merupakan pelanggan aktif dan sebanyak 1.469 merupakan pelanggan
tidak aktif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel .. di bawah ini.
Tabel
Pelanggan Perumda Air Minum Tirta Pawan

N WILAYAH PELAYANAN / JUMLAH TIDAK


AKTIF
o. KOTA UNIT KECAMATAN PELANGGAN AKTIF

1. PDAM KOTA KETAPANG 12.574 11.772 802


2. PDAM UNIT KENDAWANGAN 1.873 1.495 378
3. PDAM UNIT TUMBANG TITI 271 132 139
4. PDAM UNIT MARAU 282 132 150

  JUMLAH KESELURUHAN 15.000 13.531 1.469

Sumber : PDAM Kabupaten Ketapang, Tahun 2021

4.7.2 Sebaran Titik Air Minum Wilayah Perencanaan


Sebaran titik jaringan air minum di kawasan perencanaan menjelaskan kondisi
eksisting, tahun pembuatan dan titik sebaran air minum seperti spam, tower air,
PAH serta sumur bor. Berikut ini penjelasan yang mencakup 20 kecamatan yang
ada di Kabupaten Ketapang.
1. Kecamatan Kendawangan
Kecamatan Kendawangan merupakan kecamatan yang paling dekat dengan
pusat pemerintahan, untuk jaringan air minum penduduk sebagian besar desa
dikawasan perkotaan menggunakan PERUMDA Tirta Air Minum Kecamatan
Kendawangan di Wilayah PDAM Kabupaten Ketapang. Adapun sarana air
bersih yang mencangkup sarana air bersih di Kecamatan Kendawangan sebagai

37
berikut: Mata Air, Sungai, Sumur Gali, Embung, Depot Isi Ulang, Hidran
Umum, PAM, Tangki, Bak Penampang Air Hujan, Sumur Pompa, Menara Air,
Rumah Pompa, Jaringan Perpipaan (SR), Sarana CTPS di SD (Sekolah Dasar) dan
Jamban Sehat di Sekolah untuk wilayah Kecamatan Kendawangan dan juga
dibantu dengan sumur bor, PAH, tower air. Wilayah Kecamatan Sungai Raya
menggunakan sumber air dari aliran sungai kapuas.
Berikut kondisi dari sarana prasarana air minum di Kecamatan Sungai
Raya bisa dilihat pada gambar dibawah ini sebagai berikut:
Sumber : Hasil dokumentasi, 2021
2.

2. Kecamatan Manis Mata

Kecamatan Manis Mata merupakan kecamatan, untuk jaringan air minum


penduduk. Sarana air bersih di Kecamatan Manis Mata sebagai berikut: Mata
Air, Sungai, Sumur Gali, Menara Air, Embung, Rumah Pompa, Reservoir,
Perpipaan, mSR, CTPS ditempat umum untuk wilayah Kecamatan Manis Mata.

38
Berikut kondisi dari sarana prasarana air minum di Kecamatan Manis Mata bisa
dilihat pada gambar dibawah ini sebagai berikut:

Sumber : Hasil dokumentasi, 2021

3. Kecamatan Marau

Kecamatan Marau merupakan Kecamatan di Kabupaten Ketapang, untuk


jaringan air minum penduduk. untuk jaringan air minum penduduk sebagian
besar desa dikawasan perkotaan menggunakan PERUMDA Tirta Air Minum
Kecamatan Kendawangan di Wilayah PDAM Kabupaten Ketapang. Adapun
sarana air bersih yang mencangkup Sarana air bersih di Kecamatan Marau
sebagai berikut: Sumur Gali, Mata Air, Sungai, Pipa, Depot, Menara Air, PMA,
Rumah Pompa, Reservoir, Perpipaan, HU, Jamban Sehat Sekolah, CTPS ditempat
umum untuk wilayah Kecamatan Marau.

39
Berikut kondisi dari sarana prasarana air minum di Kecamatan Marau
bisa dilihat pada gambar dibawah ini sebagai berikut:

40
Sumber : Hasil dokumentasi, 2021

4. Kecamatan Singkup

Kecamatan Singkup merupakan kecamatan di Kabupaten Ketapang, untuk


jaringan air minum penduduk sarana air bersih yang mencangkup di Kecamatan
Singkup sebagai berikut: Mata Air, Sungai, Sumur Gali, Sumur Bor, Menara Air,
Perpipaan, CTPS di SD, SR

Berikut kondisi dari sarana prasarana air minum di Kecamatan Singkup bisa
dilihat pada gambar dibawah ini sebagai berikut:

41
Sumber : Hasil dokumentasi, 2021
5. Kecamatan Air Upas

Kecamatan Air Upas merupakan kecamatan di Kabupaten Ketapang, untuk


jaringan air minum penduduk sarana air bersih yang mencangkup di Kecamatan
Singkup sebagai berikut: Sungai, Sumur Gali, KU, Sumur Bor, Perpipaan,
Menara Air, CTPS di SD. Berikut kondisi dari sarana prasarana air minum di
Kecamatan Air Upas bisa dilihat pada gambar dibawah ini sebagai berikut:

Sumber : Hasil dokumentasi, 2021


6. Kecamatan Jelai Hulu

Kecamatan Jelai Hulu merupakan sebuah kecamatan memiliki Kota Kecamatan


Yang Bernama Riam Kota. Untuk sarana air bersih di Kecamatan Jelai Hulu

42
sebagai berikut: Sumur bor, Menara air, perpipaan, SR, Broncap, PMA, Reservoir,
KU, Jamban Sehat di SD, wastafel di SD, sarana CTPS di SD, Mata Air, Sungai,
Sumur Gali, Pipa, Depot Isi Ulang, HU, Bak Penampungan Air Hujan, Sumur
Pompa untuk wilayah Kecamatan Jelai Hulu.

Berikut kondisi dari sarana prasarana air minum di Kecamatan Jelai Hulu
bisa dilihat pada gambar dibawah ini sebagai berikut:

43
Sumber : Hasil dokumentasi, 2021
7. Kecamatan Tumbang Titi

44
Kecamatan Tumbang Titi merupakan “kota yang lengkap” bagi mereka yang
tinggal di kecamatan ini dan bagi penduduk yang tinggal di wilayah-wilayah
lain di pedalaman karena terdapat penginapan, rumah makan, bank, pasar, toko-
toko untuk kebutuhan sandang-pangan-papan, bengkel, salon kecantikan, rumah
sakit dan sekolah, untuk jaringan air minum penduduk sebagian besar desa
dikawasan perkotaan menggunakan PERUMDA Tirta Air Minum
Kecamatan ...... di Wilayah PDAM Kabupaten Ketapang. Adapun sarana air
bersih yang mencangkup sarana air bersih di Kecamatan Tumbang Titi sebagai
berikut: Intake,KU, Sumur Gali, Sumur bor, Menara Air, PMA,Perpipaan,
Reservoir, Broncap, Kran Umum, Jamban Sekolah, HU, SR, wastafel di SD, CTPS
di SD dan tempat umum, Mata Air, Sungai, Sumur Gali, Pipa, Depot Isi Ulang,
HU, PAM, Sumur Pompa untuk wilayah Kecamatan Tumbang Titi.
Berikut kondisi dari sarana prasarana air minum di Kecamatan Tumbang
Titi bisa dilihat pada gambar dibawah ini sebagai berikut:

45
46
47
Sumber : Hasil dokumentasi, 2021
8. Kecamatan Pemahan
Kecamatan Pemahan merupakan Kecamatan Pemekaran, sebelumnya
merupakan wilayah dari Kecamatan (Tumbang Titi) dan sekarang ini menjadi
kecamatan Pemahan yang mana ibu kota Kecamatannya terletak di desa
Pebihingan. Untuk sarana air bersih di Kecamatan Pemahan sebagai berikut:
Intake, Sumur Bor, Menara Air, Perpipaan, SR, CTPS di SD dan tempat umum,
Mata Air, Sungai, Sumur Gali, Pipa, Depot Air Ulang, HU, Sumur Pompa untuk
wilayah Kecamatan Pemahan.
Berikut kondisi dari sarana prasarana air minum di Kecamatan Pemahan bisa
dilihat pada gambar dibawah ini sebagai berikut:

48
Sumber : Hasil dokumentasi, 2021
9. Kecamatan Sungai Melayu Rayak
Kecamatan Sungai Melayu Rayak merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan
Tumbang Titi dengan Desa Sungai Melayu sebagai Pusat pemerintahan.

49
Untuk sarana air bersih di Kecamatan Sungai Melayu Rayak sebagai berikut:
Intake, Sumur bor, Menara air, Reservoir, KU, HU, Panel surya, solar cell,
Perpipaan, SR, CTPS di SD dan tempat umum, Mata Air, Sungai, Sumur Gali,
Pipa, HU, Sumur Pompa untuk wilayah Kecamatan Sungai Melayu Rayak.
Berikut kondisi dari sarana prasarana air minum di Kecamatan Sungai Melayu
Rayak bisa dilihat pada gambar dibawah ini sebagai berikut:

50
Sumber : Hasil dokumentasi, 2021

10. Kecamatan Matan Hilir Selatan


Kecamatan Matan Hilir Selatan merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten
Ketapang, Kalimantan Barat, Indonesia. Untuk sarana air bersih di Kecamatan
Matan Hilir Selatan sebagai berikut: Rumah Pompa, Sumur Bor, Menara Air, KU,
HU, Bangunan pengolahan, Perpipaan, Panel surya, solar cell, SR, sarana CTPS
di SD dan tempat umum, Mata Air, Sungai, Sumur Gali, Bak Penampung Air
Hujan, Sumur Pompa untuk wilayah Kecamatan Matan Hilir Selatan.
Berikut kondisi dari sarana prasarana air minum di Kecamatan Matan Hilir
Selatan bisa dilihat pada gambar dibawah ini sebagai berikut:

51
Sumber : Hasil dokumentasi,
2021

11. Kecamatan Benua


Kayong
Kecamatan Benua Kayong
merupakan salah satu
kecamatan yang termasuk
dalam kecamatan perkotaan.
Sumber air minum masyarakat Benua Kayong menggunakan Perumda Air
Minum Tirta Pawan, selain itu di dukung dengan adanya sumur gali, mata air,
sumur pompa, depot isi ulang dengan kondisi baik. Ada beberapa desa yang
juga menggunakan sumber air dari aliran sungai pawan.
12. Kecamatan Matan Hilir Utara
Kecamatan Matan Hilir Utara berada sekitar kurang lebih 52 km dari pusat
pemerintahan. Sumber air yang digunakan masyarakat di Kecamatan Matan
Hilir Utara berasal dari sumur bor/pompa, mata air dan air hujan.
13. Kecamatan Delta Pawan
Kecamatan Delta Pawan merupakan kecamatan yang berada di pusat perkotaan.
Kecamatan ini juga termasuk dalam cakupan pelayanan akses dari air minum
Tirta Pawan. Selain itu, sumber air minum masyarakat berasal dari sumur gali,
sumur pompa, bak penampung air hujan, mata air, depot isi ulang, kemudian
ada juga masyarakat yang beli dari tangki swasta.

52
14. Kecamatan Muara Pawan
Kecamatan Muara Pawan merupakan salah satu bagian kecamatan perkotaan.
Sebagian besar masyarakat Muara Pawan menggunakan sumur gali untuk
keperluan sehari-hari. Selain itu juga ada yang menggunakan hidran umum dan
sungai.
15. Kecamatan Nanga Tayap
Sumber air bersih yang digunakan masyarakat Kecamatan Nanga Tayap
sebagian besar berasal dari sumur gali, hidran umum, mata air, sumur pompa,
pipa, depot isi ulang dan sungai.
16. Kecamatan Sandai
Kecamatan Sandai juga tidak berbeda dengan kecamatan lainnya dimana sumber
air bersih yang digunakan berasal dari sumur gali, mata air, sumur pompa, pipa,
depot isi ulang, air hujan dan sungai. Ada beberapa masyarakat yang membeli
dari tangki swasta.
17. Kecamatan Hulu Sungai
Kecamatan Hulu Sungai menggunakan air bersih yang bersumber dari Sumur
gali, sumur pompa, pipa, mata air dan aliran sungai. Rata-rata yang banyak
digunakan di Kecamatan ini adalah sumber air dari sumur gali dan dari pipa.
18. Kecamatan Sungai Laur
Kecamatan Sungai laur menggunakan air bersih yang bersumber dari sumur
gali, pipa, mata air, PAM, sumur pompa, air hujan, depot isi ulang dan juga
aliran sungai Pawan.
19. Kecamatan Simpang Hulu
Mayoritas masyarakat Kecamatan Simpang Hulu menggunakan sumur gali
untuk sumber air bersih, selain itu juga sumber air dari mata air, air hujan, pipa
dan sungai juga menjadi sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup.
20. Kecamatan Simpang Dua
Masyarakat Kecamatan Simpang Dua menggunakan sumur gali, PAM, pipa,
mata air , hidran umum untu kebutuhan air bersih. Selain itu, aliran air sungai
juga mereka gunakan untuk sehari-hari.

53
54
4.8 Kondisi Status Gizi Balita Kabupaten Ketapang
Status Gizi Balita (Stunting) adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai
dengan tubuh pendek. Penderita stunting umumnya rentan terhadap penyakit,
memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal serta produktivitas rendah.
Penyebab dari stunting adalah rendahnya asupan gizi pada 1.000 hari pertama
kehidupan, yakni sejak janin hingga bayi umur dua tahun. Selain itu, buruknya
fasilitas sanitasi, minimnya akses air bersih, dan kurangnya kebersihan
lingkungan juga menjadi penyebab stunting. Kondisi kebersihan yang kurang
terjaga membuat tubuh harus secara ekstra melawan sumber penyakit sehingga
menghambat penyerapan gizi. Berdasarkan data status gizi balitadi Kabupaten
Ketapang Tahun 2020 yaitu sebagai berikut:

55
Tabel Status Gizi Balita berdasarkan TB/U Kabupaten Ketapang Tahun 2020

Sangat Kep
Pendek Normal Tinggi
Jumlah Balita Pendek Total
No Kecamatan
Yang Diukur
N % N % N % N % N %
1. Delta Pawan 619 7 1,13 18 2,91 593 95,80 1 0,16 25 4,04
2. Benua Kayong 599 79 13,19 90 15,03 405 67,61 25 4,17 25 28,21
3. Muara Pawan 599 24 4,01 75 12,52 489 81,64 11 1,84 99 16,53
4. Matan Hilir Utara 602 9 1,50 23 3,82 560 93,02 10 1,66 32 28,21
5. Matan Hilir Selatan 597 48 8,04 83 13,90 456 76,38 10 1,68 131 16,53
6. Kendawangan 603 46 7,63 71 11,77 463 76,78 23 3,81 117 5,32
7. Sungai Melayu 585 50 8,55 100 17,09 416 71,11 19 3,25 150 21,94
Rayak
8. Pemahaman 399 62 15,54 71 17,79 234 58,65 32 8,02 133 19,40
9. Tumbang Titi 582 111 19,07 98 16,84 357 61,34 16 2,75 209 25,64
10. Jelai Hulu 600 32 5,33 83 13,83 481 80,17 4 0,67 115 33,33
11. Marau 626 1 0,16 2 0,32 621 99,20 2 0,32 3 35,91
12. Singkup 617 2 0,32 9 1,46 602 97,57 4 0,65 11 19,17
13 Air Upas 598 54 9,03 105 17,56 437 73,08 2 0,33 159 0,48
14 Manis Mata 616 84 13,64 92 14,94 426 69,16 14 2,27 176 1,78
15 Nanga Tayap 607 54 8,90 105 17,30 441 72,65 7 1,15 159 26,59
56
16 Sandai 623 54 8,67 124 19,90 426 68,38 19 3,05 178 28,57
17 Hulu Sungai 467 7 1,50 23 4,93 433 92,72 4 0,86 30 6,42
18 Simpang Dua 613 31 5,06 41 6,69 492 80,26 49 7,99 72 11,75
19 Sungai Laur 601 61 10,15 150 24,96 386 64,23 4 0,67 211 35,11
20 Simpang Hulu 622 26 4,18 52 8,36 540 86,82 4 0,64 78 12,54
Kab. Ketapang 11775 842 7,15 1415 12,02 9258 78,62 260 2,21 22s57 19,17
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2021

57
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa data status gizi balita di Kabupaten
Sambas menujukkan jumlah yang variatif antara kecamatan lainnya

58
BAB V

HASIL DAN ANALISA

5.1 Analisis Kebijakan Tata Ruang


Berdasarkan RTRW Kabupaten Ketapang Tahun 2015-2035 Kecamatan
yang menjadi wilayah perencanaan dapat dianalisis dalam penentuan kebijakan
tata ruang antara lain sebagai berikut:
5.1.1 Struktur Ruang
Rencana sistem perkotaan di wilayah Kabupaten Ketapang adalah rencana
susunan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah Kabupaten
yang menunjukkan keterkaitan saat ini maupun rencana yang membentuk hirarki
pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah
kabupaten. Apabila ditinjau dari perspektif ekonomi, maka kawasan perkotaan
merupakan kawasan strategis. Dengan demikian, pengembangan kawasan
perkotaan yang direncanakan sebagai pusat pelayanan secara umum diarahkan
untuk mencapai suatu keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan ruang yang
terjadi pada sistem kota-kota tersebut. Pengembangan sistem perkotaan di
Kabupaten Ketapang meliputi:
1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu Kota Ketapang
2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu Kota Balai Berkuak, Sandai,
Tumbang Titi, Manismata, dan Kendawangan;
3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), yaitu Simpang Dua Aur Kuning,
Menyumbung, Nanga Tayap, Pebihingan, Sungai Melayu, Riam,
Marau, Air Upas, Sukaraja, Pesaguan, Sei Awan Kiri, dan Kuala
Tolak, dan
4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yaiu Pangkalan Teluk, Sungai
Kelik, Betenung, Tanungpura, Pelang, Riam Danau, Tanjung,

59
Serengkeh, Nanga Kelampai, Suka Ramai, Terusan, Air Hitam Besar,
Sepotong, Semandang Hulu, Meraban dan Cinta Manis.
Pada rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Ketapang tentang jaringan
Sistem Jarigan Prasarana lainnya:
A. Sistem Jaringan Air Minum
1. Rencana jaringan air minum sebagaimana dimaksud dibagi menjadi 2
terdiri atas;
a. jaringan perpipaan dan
b. jaringan non perpipaan
2. Jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 hurf a meliputi:
a. pipa transmisi air baku berada di sepanjang jalan Kolektor Primer 1
(JKP-1); dan
b. pipa unit distribusi berada disepanjang jaringan jalan Kolektor Primer
2 (JKP-2), jaringan jalan Kolektor Sekunder dan jalan lokal primer.
3. Jaringan non perpipaan sebagaiman dimaksud terdiri atas;
a. Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) di Sub BWPB blok B-2 dan
blok B-3 dan
b. Terminal air terdapat di
1. Sub BWP A blok A-3
2. Sub BWP B blok B-3 dan
3. Sub BWP D blok D-1 dan blok D-3
Adapun arahan rencana struktur ruang (Rencana Sistem jaringan Sumber
Daya Air) di Kabupaten Ketapang untuk arahan pemanfaatan ruang sebagai
berikut:
Arahan
No Rencana Struktur Ruang Lokasi
Pemanfaatan Ruang
1 Rencana Pengembangan Konservarsi Sungai-sungai
Sungai Sumber Daya Air utama di Wilayah
Sungai Pawan dan

60
wilayah Jelai
Kendawangan
Pendayagunaan Sungai-sungai
Sumber Daya Air utama di WS
Pawan dan WS
Jelai-
Kendawangan
Pengendalian Daya Sungai-sungai
Rusak Air Sungai utama di WS
Pawan dan WS
Jelai-
Kendawangan
2 Rencana Pengembangan Peningkatan Kecamatan Delta
Jaringan Air Bersih kapasitas intake Pawan
diiringi dengan
pemasangan pipa
transmisi air baku
Pembagunan intake Kecamatan Matan
baru diiringi Hiir Utara
dengan (Gunung Palung),
pemasangan pipa Kendawangan,
transmisi air baku Sandai, Tumbang
Titi, Balai
Berkuak
Pengembangan Kota Ketapang,
jaringan Kendawanan,
distribusi/pelayana Sandai, Tumbang
n air minum Titi, Manismata,
Balai Berkuak.
Sumber : Hasil Analisis, 2021

61
5.1.2 Pola Ruang
Pada Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Ketapang tentang jaringan
akses air minum meliputi kawasan hutan lindung dan budidaya antara lain:
1. Kawasan Hutan Lindung
Kawasan ini tersebar di Kecamatan Matan Hilir Utara, Matan Hilir
Selatan, Kendawangan, Marau, Jelai Hulu, Tumbang Titi, Sungai Melayu
Rayak, Pemahan, Nanga Tayap, Sandai, Hulu Sungai, Sungai Laur,
Simpang Dua, dan Simpang Hulu. Di dalam kawasan hutan lindung juga
terdapat kawasan hutan desa untuk pemanfaatan jasa lingkungan meliputi
Hutan desan Beringin Rayo di Kecamatan Tumbang Titi dan Hutan desa
Tanjung Beulang di Kecamatan Tumbang Titi.
2. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Penetapan kawasan
budidaya di Kabupaten Ketapang meliputi kawasan peruntukan hutan
produksi; kawasan peruntukan pertanian; kawasan peruntukan perikanan;
kawasan peruntukan pertambangan;kawasan peruntukan industri; kawasan
peruntukan pariwisata; kawasan peruntukan permukiman; dan kawasan
peruntukan lainnya.
- Kawasan peruntukan permukiman, meliputi:
a. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan yang terdapat di Kawasan
perkotaan Ketapang, Ibukota Kecamatan yang ditetapkan sebagai PKL dan
bagian dri PPK yang sudah menunjukkan ciri kekotaan.
b. Kawasan peruntukkan permukiman perdesaan yang terdapat di luar
perkotaan.

62
5.2 Analisis Kondisi Fisik Dasar

5.3 Analisis Kependudukan

5.4 Analisis Capaian dan Kebutuhan Air Minum


11. Kecamatan Benua Kayong
Kecamatan Benua Kayong merupakan salah satu kecamatan yang
termasuk dalam kecamatan perkotaan. Sumber air bersih masyarakat Benua
Kayong yaitu dari PAM sebanyak 243 kemudian dari mata air sebanyak 400 unit,
kemudian sumur gali sebanyak 608, depot isi ulang sebanyak 50. Selain itu
biasanya masyarakat juga menampung air hujan dimana ada 6, sumber air bersih
dari sumur pompa ada 50. Ada beberapa desa yang juga menggunakan sumber
air dari aliran sungai pawan sebanyak 2 titik.
12. Kecamatan Matan Hilir Utara
Kecamatan Matan Hilir Utara menggunakan sumber air yang berasal dari 1
sumur bor/pompa. Selain itu juga masyarakat menampung air hujan sehingga
bisa menjadi cadangan saat sumur dalam keadaan kering.
13. Kecamatan Delta Pawan
Kecamatan Delta Pawan merupakan kecamatan yang berada di pusat perkotaan.
Kecamatan ini juga termasuk dalam cakupan pelayanan akses dari air minum
Tirta Pawan dimana sebanyak 816 titik. Selain itu, sumber air minum masyarakat
berasal dari mata air sebanyak 486 titik, sumur gali sebanyak 4923, depot isi
ulang berjumlah 9, ada juga masyarakat yang menggunakan hidran umum
sebanyak 17, kemudian ada juga masyarakat yang beli dari tangki swasta
sebanyak 17, serta sebanyak 463 bak penampung air hujan dan 42 untuk sumur
pompa.
14. Kecamatan Muara Pawan
Kecamatan Muara Pawan merupakan salah satu bagian kecamatan perkotaan.
Sebagian besar masyarakat Muara Pawan menggunakan sumur gali untuk
keperluan sehari-hari sebanyak 1786. Selain itu 1 untuk hidran umum, 35 untuk

63
sumur pompa dan 3 titik yang menggunakan aliran sungai Pawan untuk
kebutuhan sehari-hari.
15. Kecamatan Nanga Tayap
Sumber air bersih yang digunakan masyarakat Kecamatan Nanga Tayap
sebagian besar berasal dari sumur gali sebanyak 420 kemudian mata air 11 unit,
pipa sebanyak 3, depot isi ulang sebanyak 6, hidran umum sebanyak 27, sumur
pompa sebanyak 4 dan 17 dari aliran air sungai.
16. Kecamatan Sandai
Sumber air bersih di Kecamatan Sandai di dominasi oleh sumber air minum yang
mereka beli dari tangki sebanyak 3648 kemudian sumur gali sebanyak 886, mata
air sebanyak 6, depot isi ulang sebanyak 6. Bak penampungan air hujan sebanyak
5, dan juga dari aliran air sungai.
17. Kecamatan Hulu Sungai
Kecamatan Hulu Sungai menggunakan air bersih yang bersumber dari Sumur
gali sebanyak 7 , sumur pompa sebanyak 4 , pipa sebanyak 26 , mata air
sebanyak 20 dan aliran sungai. Rata-rata yang banyak digunakan di Kecamatan
ini adalah sumber air dari sumur gali dan dari pipa.
18. Kecamatan Sungai Laur
Kecamatan Sungai laur lebih banyak menggunakan air bersih yang
bersumber dari sumur gali sebanyak 260 , pipa sebanyak 30, mata air sebanyak
25, PAM, sumur pompa sebanyak 23, beberapa masyarakat juga menggunakan
bak untuk menampung air hujan sebanyak 14, 3 depot isi ulang dan juga
menggunakan aliran sungai Pawan.
19. Kecamatan Simpang Hulu
Mayoritas masyarakat Kecamatan Simpang Hulu menggunakan sumur gali
untuk sumber air bersih sebanyak 1380, selain itu juga sumber air dari mata air
sebanyak 8 unit, bak penampung air hujan sebanyak 125, pipa sebanyak 107 dan
sungai juga menjadi sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup.
20. Kecamatan Simpang Dua

64
Masyarakat Kecamatan Simpang Dua menggunakan sumur gali sebanyak 5, ada
juga masyarakat yang menggunakan PAM sebanyak 6, sumber pipa dan mata air
sebanyak 6, hidran umum berjumlah 32. Selain itu, aliran air sungai juga mereka
gunakan untuk sehari-hari.

65
Tabel Rekapitulasi Jenis Sumber Mata Air/Prasarana Air Bersih di Kabupaten
Ketapang
`Jenis Sumber Mata Air
Bak
No Kecamatan Mata Depot
Sumur Emb Hidran Penamp Sumur
Air Sungai Pipa Isi PAM Tangki Sumber lain
Gali ung Umum ung Air Pompa
(Unit) Ulang
Hujan
Kendawanga
1 110 8 1.382 1 12 20 40 1 6 11 174
n
2 Manis Mata 11 9 270 0 0 0 0 0 0 0 0

3 Marau 8 12 52 0 4 1 3 3 0 0 0
4 Singkup 1 10 709 0 0 0 0 0 0 0 35
5 Air Upas 0 2 150 0 0 0 0 0 0 0 5
6 Jelai Hulu 37 50 437 0 7 6 54 0 0 1 9
7 Tumbang Titi 224 60 762 0 9 1 18 1 0 0 10
8 Pemahan 55 18 492 0 4 1 2 0 0 0 7
Sungai 0
9 Melayu 3 7 1.172 0 2 0 18 0 0 0
Rayak
Matan Hilir 0
10 1.172 11 1.767 0 0 0 0 0 1.460 89
Selatan
Benua 0
11 0 2 152 0 0 50 0 243 6 50 30
Kayong
Matan Hilir
12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Utara

13 Delta Pawan 486 0 4.923 0 0 9 17 816 17 463 41 0


14 Muara Pawan 3 1.786 1 1
15 Nanga Tayap 16 22 420 0 3 6 27 0 0 0 4 0
16 Sandai 6 5 886 6 3.648 5
17 Hulu Sungai 20 7 7 26 4
18 Sungai Laur 27 53 193 1 30 3 1 1 14 23
Simpang
19 8 31 1.380 107 125
Hulu
20 Simpang Dua 6 21 5 6 32 6 2

Sumber : Hasil Analis, 2021

66
5.5

67

Anda mungkin juga menyukai