Anda di halaman 1dari 45

KTI HUBUNGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI DENGAN

PENINGKATAN BERAT BADAN

KARYA TULIS ILMIAH


HUBUNGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI DENGAN PENINGKATAN
BERAT BADAN DI BPS SUYATUN

DESA TEGALYASAN KECAMATAN SEMPU

KABUPATEN BANYUWANGI

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki awal tahun pertama pembangunan jangka panjang tahap II.

Pembangunan Gerakan Keluarga Berencana Nasional ditujukan terutama untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keluarga sebagai kelompok sumber daya

manusia terkecil yang mempunyai ikatan batiniah dan lahiriah. Dimana merupakan

pengembangan sasaran dalam mengupayakan terwujudnya visi Keluarga Berencana

Nasional yang kini telah diubah visinya menjadi Keluarga Berkualitas Tahun 2005

keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki
jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Misinya sangat menekankan pentingnya upaya

menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas

keluarga. (Sarwono, 2006).

Berbicara tentang kesehatan reproduksi banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang
organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Saat ini
tersedia banyak metode atau alat kontrasepsi meliputi IUD, suntik, pil, implant, kontap,
kondom. Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi suntik.
Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron Enantat (NETEN), Depo Medroksi
Progesteron Acetat (DMPA) dan cyclofem. (Sarwono, 2006).

Kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelemahan dari kontrasepsi

adalah terganggunya pola haid diantaranya adalah amenorhoe, menoragia dan muncul

bercak (spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian,

pertambahan berat badan 1,5 - 2 kg dan berat badan pada kunjungan pertama.

Pertambahan berat badan disebabkan oleh retensi cairan, bertambahnya lemak pada

tubuh, dan meningkatkan selera makan (Hartanto, 2004). Menurut SDKI tahun 2007 di

Indonesia saat ini sebanyak 39% wanita Indonesia usia produktif yang tidak

menggunakan kontrasepsi dengan sebaran 40% di pedesaan dan 37% di perkotaan.

Pencapaian peserta KB aktif semua metode kontrasepsi pada bulan Desember 2003 di

Jawa Timur sebanyak 5.380.243 peserta atau 107,8% dan PPM sebesar 4.989.050 yang

terdiri atas 1.082.934 peserta IUD (81,60% dan PPM sekitar 1.327.100), 18.941 peserta

MOP (109,17% dan PPM sebesar 17.350), 337.937 peserta MOW (101,60% dan PPM

sebesar 332.600), 472.500 peserta implant (78,11% dan PPM sebesar 604.900), 2.281.238

peserta suntikan (163,06%) dan PPM sebesar 1.030.400), 22.025 peserta kondom dan

obat vaginal (7,93% dan PPM sebesar 277.700). Pencapaian tertinggi pada suntikan

sebesar 163,06%, terendah pertama adalah kondom dan obat vaginal (7,93%).
Kegiatan pelayanan kasus efek samping pada bulan Desember 2003 di Jawa Timur,

pelayanan kasus efek samping yang tertinggi dan peserta KB suntikan yaitu sebesar 2.672

kasus atau 54,8%, berikutnya diikuti peserta IUD sebesar 951 kasus atau 19,5%.

Sedangkan jumlah kasus terendah terdapat pada peserta KB kondom yaitu sebesar 0,0%.

(hubungan kontrasepsi suntik dengan peningkatan berat badan akseptor, 2006)

Menurut SDKI di Kabupaten Banyuwangi pasangan usia subur yang menggunakan

metode kontrasepsi terus meningkat mencapai 61,4 pola pemakaian kontrasepsi terbesar

suntik sebesar 31,6%, pil sebesar 13,2%, IUD sebesar 4,8%, implan 2,8%, kondom

sebesar 1,3%, kontap wanita (Medis Operasi Wanita - MOW) sebesar 0,2%, pantang

berkala 1,5%, senggama terputus 2,2% dan metode lainnya 0,4%. (BKKBN GEMA

PRIA, 2008). Namun demikian KB suntik juga mempunyai banyak efek samping

amenorea (30%), spoting (bercak darah) dan menorargia, seperti halnya dengan

kontrasepsi hormonal lainnya dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala (<1-17%)

style=""> Jones, 2005). Berdasarkan data yang diperoleh di BPS Suyatun Desa

Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi periode 1 Januari sampai dengan

31 Desember 2008 dari 981 kunjungan pemakaian kontrasepsi yang dinyatakan berisiko

terdapat 97 orang yang terjadi peningkatan berat badan atau sekitar 54% dan 20 orang

tidak terjadi peningkatan berat badan atau sekitar 2,0%.

Dari keseluruhan data yang telah dipaparkan di atas, untuk memperkecil resiko

pemakaian kontrasepsi terhadap peningkatan berat badan perlu diadakannya penyuluhan

yang menyeluruh kepada seluruh akseptor KB baik yang terkait dengan kesehatan alat

reproduksi, kesehatan ibu dan anak dan pola hidup sehat.


Berdasarkan latar belakang tersebut Peneliti ingin meneliti hubungan pemakaian

kontrasepsi dengan peningkatan berat badan di BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan

Sempu Kabupaten Banyuwangi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka yang dapat dijadikan rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

Adakah hubungan pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat badan di BPS

Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat badan di BPS

Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi ibu yang memakai kontrasepsi hormonal di BPS Suyatun Desa

Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi.

b. Mengidentifikasi ibu yang memakai kontrasepsi non hormonal di BPS Suyatun

Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi.

c. Menganalisa hubungan pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat badan di

BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi.


D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Peneliti lain atau selanjutnya

Menambah pengetahuan dan wawasan baru tentang metode penelitian serta mampu

mengaplikasikan dalam praktek dan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut yang

berkaitan dengan kontrasepsi.

2. Manfaat Praktis

Sebagai masukan untuk mendapatkan hubungan pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan

berat badan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayaan kesehatan mengenai penanganan

tentang KB.

3. Manfaat Teoritis

Menerapkan ilmu yang didapatkan dalam meningkatkan perkembangan ilmu kesehatan

secara nyata khususnya mengenai peningkatan berat badan dan bagi peneliti selanjutnya

dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya tentang KB.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Akseptor Suntik KB
Akseptor Keluarga Berencana adalah pasangan usia subur yang telah memilih dan

menggunakan suatu metode kontrasepsi tertentu. Akseptor KB merupakan pasangan usia

subur karena mempunyai kesempatan lebih banyak untuk reproduksi (Hartanto, 2004).

Dari pendapat (Hartanto, 2004) di atas dapat disimpulkan bahwa Akseptor suntik

KB baik dgunakan untuk pasangan usia subur yang mempunyai kesemptan lebih banyak

untuk reproduksi dalam mendapatkan kelahiran yang diinginkan dengan cara suntikan

kombinasi DMPA dan NENTEN yang diberikan.

Adapun pengertian tentang Keluarga Berencana menurut UU No. 10 tahun 1992

(Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera) adalah

upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia

perkawianan (PUP) pengetahuan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga serta

peningkatan kesejahteraan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Dyah Noviawati dan

Sugiyatini, 2009).

Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation), expert

committee 1970 adalah tindakan yang membantu individu atau asangan suami istri

untuk :

a. Mendapatkan obyektif tertentu

b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

c. Mendapatkan kehahiran yang memang diinginkan

d. Mengatur interval diantara kehamilan

e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga

Dari kedua pendapat tentang pengertian Keluarga Berencana diatas dapat

disimpulkan bahwa KB dimaskudkan untuk menciptakan keluarga kecil bahagia sejahtera

dengan perencanaan melalaui metode tertentu dalam kehidupan suami istri.

Adapun sasaran program KB nasional 5 tahun kedepan sepert tercantum dalam

RPJM 2004-2009 antara lain :

a. Menurunkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) secara nasional menjadi 14% per

tahun.

b. Menurunkan angka kelahiran Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,2 per perempuan.

c. Meningkatkan peserta KB pria menjadi 4,5%

d. Meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan efisien.

e. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.

f. Meningkatkan keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera, yang aktif dalam usaha ekonomi

produktif.

g. Meningkatkan jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan KB dan kesejahteraan

reproduksi.

Akseptor Keluarag Berenca yang diikuti oleh pasangan usia subur di bagi menjadi

3 macam :

a. Akseptor atau peserta KB baru, yaitu Pasangan Usia Subur yang pertama kali menggunakan

kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau persalinan.
b. Akseptor atau peserta KB lama, yaitu peserta yang masih menggunakan kontrasepsi tanpa

diselingi kehamilan.

c. Akseptor atau peserta KB ganti cara, yaitu peserta KB yang berganti pemakaian dari suatu

metode kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya.

2. Suntikan KB

Suntikan KB adalah suatu cara kontrasepsi dengan jalan menyuntikan hormon

pencegah kehamilan kepada wanita yang masih subur.

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg depo medroksipro gestron acetat dan 5 mg

estrogen sipioral yang di berikan injeksi 1.m. sebulan sekali (cyclofem) dan 50 mg

moretindron enantat dan 5 mg estradiol volerot yang diberikan injeksi ksi 1.m. sebulan

sekali.

Kontrasepsi suntikan yang beredar di Indonesia ada2 macam yati DMPA (depo

medro xyproyestr\erol acetat) yang disebut deprovera dan neten (nerotisterin enanynaye)

yang disebut noristerat.

a. Mekanisme kerja Suntikan KB.

Mekanisme kerja komponen progesteron / derivat testosteron yaitu :

1) Mengurangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum.

2) Mengentalkan lendir servik, sehingga sulit ditembus spermatozoa.

3) Perubahan peristaltik tuba fallupi, sehingga konsepsi dihambat.


4) Mengubah suasana enolemetrium, sehingga tidak sempurna untuk hasil implantasi

konsepsi. Maruaba, 1998).

Adapun mekanisme suntikan KB dapat di bedakan menjadi dua yaitu :

1) Primer : Mencegah Ovulasi

Kadar FSHdan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH serge) respon

kelenjar Hypophyse tergadap goradotropin releasing hormon ensogenous tidak

berubah sehingga membri kesan proses terjadi di hipotelamus dari pada di

kelenjar hypophyse.

2) Sekunder

a) Lendir servik menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap

spermatozoa.

b) Membuat endometrium menjadi kurang baik / layak untuk implantasi dari ovum

yang telah dibuahi.

c) Mungkin mempengaruhi kecepatan tranpor ovum di dalam tuba fallupi

(hartanto, 2004).

Dari mekanisme suntikan KB di atas dapat disimpulkan oleh Hartanto dkk (2004)

bahwa progesteron / devirat testosteron dapat mengahalangi pengeluarah FSH dan LH

sehingga tidak terjadi pelepasan ovum dan lendir servik menjadi kental sehingga sulit

ditembus spermatozoa.

b. Efek Samping
1) Gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling mengganggu.

2) Berat badan bertambah

3) Sakit kepala, mual, muntah, gelisah dan pusing

4) Pola sistem kardio vaskuler efeknya sangat sedikit mungkin ada sedikit dar kadar

insulin dan penurunan HDL kolesterol.

5) Amerorea

6) Acne dan jerawat

7) Rambut rontok

8) Merorargia (pendarahan lebih banyak / lebih lama)

9) Pendarahan

Efek pada sistem reproduksi

1) Kembalinya kesuburan / fertilitas

Lamanya masa tidak subur / infertil mungkin tergantung pada kesehatan

metabolisme DMPA dan juga pada berat badan Akseptor.

Lebih dari 50% rartor akseptor akan mengalami haid kembali setelah 6 bulan dan

kira-kira 85% setelah 1 tahun.

Akseptor yang memakai kontrasepsi suntikan untuk waktu yang lama, dapat

menjadi hail sura cepatnya dengan akseptor yang hanya ikut beberaa kali suntikan,

yang menunjukkan bahwa tidak terjadi efek kumulatif dari obatnya.pada NETEN,
kembalinya kesuburan dapat lebih cepat di bandingkan dengan DMPA, Korera

NETEN di metabolisme lebih cepat ovulasi sering terjadi 3 bulan setelah

penyuntikan, kadang-kadang dapat terlambat sampai 5 bulan.

2) Efek pada fetus / janin

Tidak ditemukan bertambahnya kelainan korgenital atau prematuritas pada wanita

hamil yang tanpa sengaja diberikan DMPA maupun pada wanita yang hamil

setelah efek aseptifDMPA berakhir

Juga tdak ditemukan perbedaan dalam insiden IUFD, kehamilan kembar, sex ratio

atau berat adan bayi pada wanita mantan DMPA dibandingkan wanita yang tidak

ber-KB.

3) Laktasi

Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi, malah mungkin dapat

memperbaiki kualitas ASI (memperbanyak produksi ASI). DMPA tidak merubah

komposisi dariASI.

Juga tidak ditemukan efek imurologik (perubahan konsentrasi imoroglobolin)

pada ASI mantan Akseptor DMPA / NENTEN. (Hartanto, 2004)

Dari pengelolaan efek samping di atas dapat disimpulkan oleh para ahli bahwa yang

sering terjadi pada suntikan KB 3 bulanan salah satunya yaitu berat badan bertambah

tetapi belum jelas diketahui apa penyebabnya.

c. Kontra Indikasi
Mutlak : kehamilan, tumor-tumor yang dipengaruhi estrogen parahmengalami

kelainan surebrovuskuler, dan DM.

Relatf : depresi, migren, mioma uteri, hipertensi, oligo merore, dan amerore.

(Kapita Selekta Kedokteran, Jidil I)

d. Keuntungan dan kerugian Suntikan KB

1) Keuntungan suntikan KB

a) Resiko terhadap kesehatan kecil

b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

c) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam

d) Jangka panjang

e) Efek samping sangat kecil

2) Keuntungan non kontrasepsi suntikan KB

a) Mengurangi jumlah pendarahan

b) Mengurangi nyeri saat haid

c) Mencegah anemia

d) Mencegah kehamilan ektopik

e) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia premenapause


Dari uaraian diatas maka keuntungan suntikan KB dapat disimpulka sebagai

berikut :

a) Pemberiannya sederhana setiap 4 sammpai 12 minggu

b) Tingkat efektifitasnya tinggi

c) Hubungan seks dengan suntikan bebas

d) Pengawasan medis yang ringan

e) Dapat diapakai atau diberikan [asca persalinan, pasca keguguran atau pasca

menstruasi.

f) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dalam tubuh.

3) Kerugian suntikan KB

a) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, pendaahan

bercak/spotng/ perdarahan selama 10 hari

b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini akan hilang

setelah suntikan ke-2 atau ke-3

c) Penambahan berat badan

d) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,

hepatitis dan virus atau infeksi Virus HIV.

e) Ketergantungan pada klien terhadap pelayanan kesehatan, klien harus kembali

setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan (Noviawati,, Sujiyatini, 2009)


Dar uraian tentang kerugian suntikan KB diatas maka dapat disimpulajn sebagai

berikut :

a) Prndarahan yang tidak menentu

b) Terjadi omerorea (tidak datang bulan) berkepanjangan

c) Masih terjadi kemungkinan hamil (Meruaba, 1998).

e. Yang diperbolehkan dan yang dilarang menggunakan suntikan KB

1) Yang boleh menggunakan

a) Usia reproduksi

b) Telah memiliki anak ataupun yang belummeiliki anak

c) Menyususi ASI pasca persalinan lebih 6 bulan

d) Pasca persalinan dan tidak menyusui

e) Anemia

f) Nyeri haid hebat

g) Haid teratur

h) Riwayat kehamilan ektopik

i) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

2) Yang tidak boleh menggunakan


a) Hamil / diduga hamil

b) Menyusui dibawah umur 6 bulan pasca persalinan

c) Perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya.

d) Usia 35 tahun yangmerokok

e) Riwayat pennyakit jantung, stroke atau dengan tensi darah tinggi (> 180/110

mmhg)

(Noviawati, Sujiyatini, 2009)

f. Cara Pemberian Suntikan KB.

Pada waktu pasca persalinan (postpartum) dapat diberikan suntikan KB pada hari ke 3 5

postpartum; atau sesudah air susu ibu berproduksi setelah ibu pulang dari rumah sakit atau 6

8 minggu pasca bersalin, asal dipastikan bahwa ibu tidak hamil atau belum melakukan

koitus.

Pada pasca keguguran (postabortus), dapat diberikan segera setalah selesai kuretuse

atausewaktu ibu hendak pulang dari rumah sakit, atau 30 hari pasca abortus ; asal ibu belum

hamil lagi.

Belum masa nterval diberikan pada hari ke 1-5 haid, depo-prevero disuntikan secara

intramuskuler pada otot bokong (muskulus gluteus) agak dalam sebelum diberikan, botol obat

harus di kocok agak lama dulu sampai seluruh obat kelihatan betul-betul larut dan bercampur

baik. Suntikan di berikan sekali setiap 3 bulan.


Norigest berupa arral berisi 200 mg zat aktif, yang disuntikan 1 m agak dalam pada otot

gluteus untuk 6 bulan pertama suntikan diberikan setiap 8 minggu dan setelah itu setiap 12

minggu. (Sinopsis Obstetri, Jilid 1)

Dari pengertian kontrasepsi di atas dapat disimpulkan oleh Arief Mansjoer, dkk (2005) bahwa

kontrasepsi dapat diberikan tanpa menggunkan alat secara mekanis, menggunakan obat /

dengan operasi, upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Dari banyaknya ahli peneliti dapat disimpulkan bahwa suntikan diberikan mulai hari ke-3

sampai ke-5 pasca persalinan, segera setelah keguguran, atau pada interval 5 jhari pertama

j\haid.

Cara Kerja :

1) Mencegah ovulasi

2) Mengentalkan lendr servik sehingga menolak kemampuan penetrasi sperma

3) Menjadikan selapu lendir rahim tipis dan strofi

4) Mengahmbat transpormasi gumet oleh tuba

(Dyah Noviawati, Sujiyatini, 2009)

Dari cara kerja depoprogestin Peneliti dapat menyimpulkan bahwa pemberian

suntikan dipoprogestin akan menyebabkan pengentalan lendir servik sehingga

menolak kemampuan penetrasisperma, selain itu penggunaan dipoprogestin

menjadikan selaput lendir rahim tipis dan strofi, sehingga tanpa pelepasan sel telur

seorang wanita tidak mungkin hamil.


3. Kegaggalan Kontrasepsi Suntikan

Angka Kegagalan dari penggunaan cara kontrasepsi suntikan ini kurang dari 1%, bila terjadi

kegagalan (kehamilan) , kontrasepsi suntikan berikutnya tidak diberikan.

B. Konsep Dasar

1. Kontrasepsi Depoprogestin

a. Pengertian

Kontrasepsi atau anti konsepsi (concption control) adalah cara untuk mencegah

terjadinya konsepsi,, alat atau obat-obatan (sinopsis Obstetri, Jilid 1)

Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai

akibat pertemuan antara sel telur yang motong dengan sel sperma tersebut

(Maruaba, 1998).

Kontraseppsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya itu dapat

bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen, penggunaan kontrasepsi

merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. (Sarworo, 2006).

Kontrasepsi adalah upya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun

menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis,

menggunakan obat/alat tertentu dengan operasi. (Kapita Selekta Kedokteran, Jilid

1)

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :


1) Depomedroksiprogesteron asetat (deprovera) mengandung 15 mg DMPA yang

diberikan setiap bulan dengan cara disunntik intrimuskuler (didaerah bokong)

2) Depo nerotisteron erontat (depo noristerot) yang mengandung 200 mg

moretdron erontat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara di suntik

intromuskuler.

b. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Depoprogestin

Pemberia suntikan depoprogestin akan menyebabkan pengentalan nukus serviks

sehingga menurunkan kemapuan penetrasi sperma. Hormon tersebut juga

mencegah pelepasan sel teur yang di keluarkan tubuh wanita, tanpa pelepasan sel

telur seorang wanita tidak mungkin hamil. Selain itu penggunaan depoprogestin,

endometrium menjadi tipis dan otrofi dengan berkurangnya aktivitas kelenjar

(Juworo, 1997).

Dari banyaknya ahli peneliti dapat disimpulkan bahwa suntikan diberikan mulai

hari ke-3 sampai ke-5 pasca persalinan, segera setelah keguguran, atau pada

interval 5 jhari pertama j\haid.

Cara Kerja :

5) Mencegah ovulasi

6) Mengentalkan lendr servik sehingga menolak kemampuan penetrasi sperma

7) Menjadikan selapu lendir rahim tipis dan strofi

8) Mengahmbat transpormasi gumet oleh tuba


(Dyah Noviawati, Sujiyatini, 2009)

c. Efek Samping Kontrasepsi depoprogestin

Keluhan terbanyak pada pemakaian suntikan progestin adalah gangguan

pendarahan, baik berupa bercak omenorea dan haid tidak teratur, kenaikan berat

badan juga merupakan salah satu efek samping yang sering di keluhkan para

akseptor. Beberapa wanita juga mengeluh timbulnya jerawat di wajah, rambut

rontok, pusing, dan sakit kelapa, mual muntah perubahahn tekanan darah dengan

gelisah dan susah tidur. (Prawirohardjo, 2006)

d. Kontra Indikasi

WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntikan pada :

1) Kehamilan

2) Karsirona payudara

3) Karsirena fraktus genitalia

4) Pendarahan abnormal uterus.

Disamping itu WHO juga menganjurkan untuk :

a) Mempertimbangakan kontra indikasi yang berlaku untuk POK

b) Pada wanita yang DM / riwayat DM selama kehamilan harus di lakukan

Follow-up dengan teliti, karena dari beberapa percobaan laboratorium di

temukan bahwa DMPA mempengaruhi metabolisme karbohidrat. (Hartant0,

2004)
e. Keuntungan dan Keterbatasan Kontrasepsi Depoprogestin

Keuntngan kontrasepsi depoprogestin antara lain :

1) Sangat efektif

2) Pencegahan kehamilan jangka panjang

3) Tidak mempengaruhi pada hubungan suami istri

4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit

hjantung dan gangguan pembekuan darah.

5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI

6) Sedikit efek samping

7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

8) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimonopause.

Keterbatasan kontrasepsi depoprogestin antara lain :

1) Sering ditemukan gangguan haid, seperi

a) Siklus haid yang memendek / memanjang

b) Pendarahan yang bayak / sedkit

c) Pendarahan tidak teratur / pendahrahan becak/ ipotting.

d) Tidak haid sama sekali


2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus

kembali untuk suntikan).

3) Tidak bisa dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.

4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering

5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,

hepatitis B, virus / infeksi virus HIV.

6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah pengehentian pemakaian.

Dyah Noviawati dan Sujiyatini, 2009).

f. Indikasi

Suntikan depoprogestin di berikan kepada wanita yang menginginkan kontrasepsi

jangka panjang/ wanita yang telah mempunyai cukup anak, tetapi ia enggan atau

tidak bisa untuk dilakukan sterilisasi. Depoprogestin juga di berikan kepada

wanita yang mempunyai kontraindikasi terhadap estrogen, selain itu juga dapat

diberikan kepada ibu yang menyusui karena progestin tidak mengurangi laktasi .

depoprogestin juga dianjurkan kepada ibu yang mendekatai monopause karena

tidak mengandung estrogen. (Hartanto, 2004)

g. Efektifitas

Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3

kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara

terfokus sesuai jadwal yangtelah ditentukan. (Panduan Praktis Pelayanan

Kontrasepsi, 2006).
1. Penatalaksanaan efek samping kontrasepsi depoprogestin

Pada pemakaian alat kontrasepsi sering didapatkan efek samping,

penatalaksanaan efek samping disesuaikan dengan jenis dan penyebabnya :

a) Amenorea

Penyebab, karena kontrasepsi progestin menimbulkan perubahan histologi

pada endoretrium sapai pada atrofi endometrium.

Penanggulangan :

(i) Tidak perlu dilakukan tindakan apapun ukup konseling saja

(ii) Bila klien, tidak dapat menerima kelainan tersebut, sebutkan jangan

dilanjutkan, anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi yang lain.

b) Pendarahan

Gangguan ini sering terjadi ditanggulangi dengan pemberian preparat

estrogen/ progesteron / pil kombinasi, diberikan juga roborandia dan

motivasi untuk perbaikan gizi, bila tidak berhenti juga setelah pengobatan

sebaiknya akseptor di anjurkan untuk ganti cara.

c) Berat Badan Yang Bertambah.

Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara

kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama, penyebab berat

pertambahan badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya

lemak tubuh dan bula karena retensi cairan tubuh. DMPA merangsang
pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor

makan lebih banyak dari pada biasanya.

Penanggulangan : junlah porsi makan dikurangi dengan diet bila cara tidak

menolong dan badan terus bertambah akseptor dianjurkan untuk ganti

kontrasepsi.

d) Sakit Kepala, mual muntah, gelisah dan pusing.

Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NETEN dan

terjadinya pada <>

Penyebab : karena reaksi tubuh terhadap progesteron

Penanggulangan : dijelaskan bahwa keluhan tersebut bersifat sementara

dan akan hilang dalam 3 bulanan setelah penyuntikan

e) Acne dan jerawat.

Jerawat yang paling sering muncul didaerah wajah.

Penyebab : prgestin terutama 19 morprogestin menyebabkan peningkatan

kadar lemak.

Penanggulangan :

(i) Memberikan penjelasan bahwa hal itu merupakan efek samping

suntikan

(ii) Anjurkan untuk mengurangi makana-makanan yang berlemak


(iii) Anjurkan untk menjaga keberihan wajah

(iv) Bila tidak hilang juga dan makin bertambah banyak dianjurkan untuk

ganti pemakaian kontrasepsi.

f) Merorargia (Pendarahan lebih banyak/ lebih sedikit)

Gangguan ini ditanggulangai dengan pemberian tablet sulfas ferogus, 3 x 1

tablet (5-7 hari) sampai keadaan membaik.

g) Rambut rontok

Gejala ini bisa didaptkan sesudah pemakian / setelah pemakaian.

Penanggulanagn diberikan penjelasan bahwa hal itu merupakan efek

sampng dari kontrasepsi suntik dan gejalaitu akan hilang dan kembali

normal tanpa pengobatan setelah pengehentian suntikan.

(Hartanto, 2004, Dyah Noviawati & sujiyatini, 2009).

Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin.

Usia reproduksi

Nulipara dan yang telah memHiki anak.

Menghendai kontrasepsi jangk? panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi

Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

Setelah melahirkan dan tidak menyusui

Setelah abortus atau keguguran


Perokok

Tekanan darah > 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia

bulan sabit

Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

Hamil atau dicigai hamil (Risiko cacat pada janin 7 per 100000 kelahiran)

Perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya

Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea

Menderita kanker payudara arau riwayat kanker payudara

Diabetes mellitus disertai komplikasi.

Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

Setiap saat selarna siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil

Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid

Pada thu yang dak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat asalkan saja ibu tersebut

tidak hamil, selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual

Ibu yang menggunkan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi

suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar,

dan ibu menunggu sampai haid berikutnya datang.

Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntikan


Cara pemberian kontrasepsi suntikan dapat dilihat

Kontrasepsi suntikan DMPA dibenikan setiap 3 bulan engan cara disuntik intramukular

dalam didaerah pantat. Apabila suntikan dibenikan tenlalu dangkal, penyerapan

kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan dibenikan

setiap 90 han. Pembenian kontrasepsi suntikan Noristerat ubtuk 3 injeksi berikutnya

diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu.

Bersihkan kullt yang akan disubtik dengan kapas alcohol yang dibasahi oleh etil/isopropyl

alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disubtik, Setelah kulit kering baru disubtik.

Kocok dengan biak dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara, Kontrasepsi,

suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat edapan putih pada dasar ampul, upayakan

meng. hilangkannya dengan menghangatkannya

lnfomasi lain yang perlu disampaikan

Pemberian kontraseps, Suntikan sering menimbulkan gangguan haid (Amenorea) Gangguan


ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan.

Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala dan nyeri
payudara. Efek-efek samping ini jarang tidak berbahaya, dan cepat hilang.

Karena terlambat kembahnya kesuburan, jelaskan perlu diberikan pada ibu usia muda yang
ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang nerencanakan kehamilan berikutnya dalam
waktu dekat. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang, Haid baru datang
kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi
kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid. Klien harus kembali kedokter atau
tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.

Bila kilen tidak dapat kembali pada jadual yang telah ditentukan, suntikan dapat diberikan 2
minggu sebelum jadual. Dapat juga suntikan diberikan 2 minggu setelah jadual yang
ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan hubungan
seksual selama 7 hari. Bila perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi darurat.

Bila klien misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan kemudian
meninta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang lain, sebaiknya jangan
dilakukan. Andaikata terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi yang akan diberikan tersebut
diinjeksi sesuai dengan jadual suntikan dan kontrasepsi hormonal yang sebelumnya.
Peringatan bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan Progestin.

Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan

Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu

Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi

Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat atau kaburnya penglihatan

Perdarahan berat yang ke 2 kali lebih panjang dan masa haid atau 2 kali lebih banyak dalam
satu periode masa haid.

h. Tujuan KB

1) Secara umum

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang merupakan juga tujuan

nasional pada umumnya.

2) Secara khusus

a) Untuk meningkatkan cakupan program, baik dalam arti cakupan luas daerah

maupun cakupan penduduk usia subur yang memakai metode kontrasepsi

b) Menurunkan kelahiran

c) Mendorong kemandirian masyarakat dalam melaksakan keluarga berencana,

sehingga keluarga kecil yang bahagia sejahtera (NKKBS) bisa menjadi

suatu kebutuhan hidup masyarakat. (Soetjiningsih, 1995)

d) Untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan

reproduksi yang berkwalitas


e) Menurunkan tingkat / angka masalah kesehatan reproduksi dalam trangka

membangun keluarga kecil berkwalitas (Dyah Noviawati dan Sujiyatini,

2009).

Dari penggolongan tujuan diatas dapat disimpulkan oleh Dyah Noviawati dkk

(2009) bahwa tujuan KB untuk menurunkan tingkat/ angka kematian ibu, bayi

dan anak serta membangun keluarga kecil yang bahagia sejahtera serta

berkwalitas.

C. Kerangka Konseptual

Variabe

l Independent Varabel Dependent

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

Gambar 3. 1 Kerangka Konseptual Penelitian


D. Hipotesis

Hipotesa adalah dugaan sementara tentang sesuatu yang mungkin benar atau mungkin

salah. Hipotesa akan diterima jika faktanya membenarkan dan hipotesa itu akan ditolak jika

faktanya salah. Untuk Iebih jelasnya akan diuraikan tentang pengertian dan fungsi dan

hipotesa secara singkat dibawah ini.

1. Pengertian Hipotesa

Menurut Koentjoroningrat mengemukakan bahwa hipotesis adalah pemyataan

harapan adanya hubungan tertentu antara dua fakta atau lebih (1985:24).

Sedangkan Sutrisno Hadi menyatakan hipotesa adalah dugaan yang mungkin

benar atau mungkin salah (1992:68).

Dari kedua pendapat diatas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan hipotesa

adalah dugaan atau jawaban yang bersifat sementara yang mungkin bisa benar atau

mungkin bisa salah. ia diterima jika fakta-faktanya mendukung , tetapi ditolak jika fakta-

faktanya palsu atau tidak membenarkannya.

2. Macam-macam Hipotesa

Menurut Sutrisno Hadi, macam-macam hipotesis adalah sebagi berikut:

a. Hipotesis mayor yaitu sebagaimana istilahnya sendiri rnenunjukkan. induk yang menjadi

sumber dari anak-anak hipotesis

b. Hipotesis Minor yaitu anak-anak dan hipotesis induk (mayor). Selain itu juga ada hipotesis

nihil (null hypotesis) adalah bipotesis yang menyatakan kesamaan atau tidak adanya
perbedaan antara dua kelompok (atau Iebih) tentang suatu perkara yang diperrnasalahkan.

Suatu hipotesis yang bukan nihil disebut hipotesis kerja atau hipotesis alternatif (1990:63).

Sedangkan Suharsini Arikunto menambahkan bahwa ada dua jenis yang

digunakan dalam penelitian yaitu :

1. Hipotesis kerja atau disebut hipotesis alternatif disingkat Ha. Hipotesis kerja

menyatakan adanya hubungan akan korelasi antara variabel X dan Y atau adanya

pemedaan antara dua kelompok atau lebih;

2. Hipotesis Nihil (null hypothysis) disingkat Ho. Hipotesis nihil sering disebut hipotesis

statistik karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik yaitu diuji

dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan

antara dna vaniabel atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap Y (2002:66-67)

Jadi kaitanya dengan macam-macam hipotesis, pada dasarnya hanya ada dua

menurut scupnya (ruang lingkup) yaitu hipotesis mayor dan minor. Sedangkan

menurut dugaan yang dinyatakan juga ada dua, yaitu hipotesis kerja (alternatit) yang

menyatakan adanya hubungan atau korelasi dan hipotesis nihil (statistik) yang

menyatakan tidak ada hubungan atau korelasi antara dna atau lebih variabel.

3. Fungsi Hipotesa

Sedangkan FX. Sukarno menyatakan Fungsi hipotesa adalah memungkinkan

menghubungkan teori dengan pengamatan dan sebaliknya pengamatan dengan teori dan

dapat menyatukan pengalarnan dengan penalaran, sehingga menghasilkan suatu alat yang

amat besar manfaatnya dalam mencari kebenaran (1995:44).


Sedangkan Sutrisno Hadi rnenyebutkan sebagai berikut: 1). Petunjuk jalan

merancang riset; 2). Penunjuk pengumpulan data; 3). Penunjuk analisis ; 4). Penunjuk

arah dalam. menyimpulkan hasil penelitian (1990:65).

Sesuai dengan pendapat di atas, maka hipotesis sangat penting dalam suatu

penelitian. Karena hipotesis dapat menghubungkan teori dengan pengalaman,

menyatukan pengalaman dengan penalaran, serta menunjukkan arah dalam membuat

rencana riset, pengumpulan data, analisis dan menarik kesimpulan.

4. Hpotesa Yang Diajukan

Dengan berpedoman pada macamnya hipotesa seperti tersebut diatas, maka dalam

penelitian ini hipotesa yang digunakan adalah hipotesa kerja atau hipotesa altematif,

sehingga seperti dibawah ini:

a) Hipotesa Kerja Mayor

Ada hubungan antara Aseptor suntik 3 bulanan dengan kejadian peningkatan berat

badan di BPS Suyatun Wilayah Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten

Banyuwangi

b) Hipotesa Kerja Minor

Tidak ada hubungan antara Aseptor suntik 3 bulanan dengan kejadian peningkatan

berat badan di BPS Suyatun Wilayah Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten

Banyuwangi
BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil pengumpulan data dari lembar observasi

yang diperoleh dari tanggal 05 Juli - 05 Agustus 2009 di BPS Suyatun Desa Tegalyasan

Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi. Hasil penelitian ini meliputi hubungan

pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat badan dengan data umum dan data khusus.

Data umum (umur, Jenis Kontrasepsi), data khusus (pemakaian kontrasepsi dengan

peningkatan berat badan) di BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten

Banyuwangi.

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BPS Suyatun merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan yang berada di

Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi dengan batas wilayah :

a. Sebelah utara : Berbatasan dengan Sempu

b. Sebelah selatan : Berbatasan dengan Maron

c. Sebelah barat : Berbatasan dengan Jalen

d. Sebelah timur : Berbatasan dengan Darungan

BPS Suyatun merupakan Bidan praktek swasta yang terdiri dari 1 ruang untuk

persalinan, 2 ruang untuk ibu nifas, 1 ruang pemeriksaan kehamilan dan akseptor KB

serta ruang tunggu

48
2. Manajemen Tenaga Kerja

BPS Suyatun terdiri dari 2 orang tenaga kerja meliputi :

a. Bidan 1 orang

b. Pembantu bidan 1 orang

3. Jam kerja

BPS Suyatun melaksanakan kegiatan setiap hari kerja yaitu pada hari Senin Mingu,

sedangkan hari raya dan hari besar tidak melakukan kegiatan.

Adapun kegiatan tersebut dimulai jam 06.00 07.00 WIB dan jam 16.00 20.00 WIB,

24 jam khusus persalinan

4. Bidang pelayanan meliputi :

a. Pemeriksaan ibu hamil

b. Pelayanan KB

c. Imunisasi bayi dan CPW (Calon Pengantin Wanita)

d. Pelayanan rawat inap (khusus ibu bersalin)

e. Pencatatan dan pelaporan.

A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan keseluruhan data yang didapatkan melalui

penyebaran angket, observasi dan interview yang kemudian data-data tersebut di

distribusikan, di kategorisasikan, di inventarisir dan di beri kode (coding).

48

Berikut ini peneliti akan menyajikan tabel lembar observasi pemakaian kontrasepsi dengan
peningkatan berat badan di BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten
Banyuwangi (Lampiran 1) :

Berdasarkan tabel distribusi (Lampiran 1), maka data yang diperoleh kemudian

dimasukkan kedalam tabel silang sebagai berikut :

Tabel 4.2 Tabel silang pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat badan tanggal
05 Juli 05 Agustus 2009 di BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecmatan
Sempu Kabupaten Banyuwangi

Peningkatan berat badan

Kontrasepsi Naik Tidak naik

n % N %

Pil 5 6 2 5

Suntik 38 45 6 14

Implan 10 12 2 5

AKDR 19 23 22 52

Kondom 12 14 10 24

Total 84 100 42 100


Sumber : Data primer dari lembar observasi

Tabel 4.3 Tabel tabulasi silang pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat
badan.

Peningkatan berat badan


Total
Kontrasepsi Naik Tidak naik

n % N % n %

Hormonal 53 63 10 24 63 50

Non Hormonal 31 37 32 76 63 50

Total 84 100 42 100 126 100

Sumber : Data primer dari lembar observasi

Berdasarkan tabel silang di atas di jelaskan bahwa responden yang memakai

kontrasepsi hormonal sebanyak 63 orang atau 63% terjadi peningkatan berat badan.

Sedangkan responden yang memakai kontrasepsi non hormonal dari 63 orang atau 37%

yang terjadi peningkatan berat badan.

1. Pengujian Hipotesis

Dalam analisis data kuantitatif ini akan dibahas tentang permasalahan yang ada,
khususnya data dari teknik pengumpulan data (angket). Adapun prosedur atau
langkah-langkah dalam analisa yang pertama ini dengan tabulasi data yang ada
diklasifikasikan dan selanjutnya diadakan pembuktian pengujian hipotesis untuk
menemukan hasil akhirnya.
Selanjutnya untuk mengetahui signifikan dan non signifikan variabel bebas

yakni pemakaian kontrasepsi yang meliputi pil, suntik, implan, AKDR, kondom,

kontap (vasektomi-tubektomi) dengan variabel terikat yakni peningkatan berat badan,

dilakukan uji statistik Chi-Square (X2) dengan tingkat pemakaian d = 0,05 dengan

kriteria untuk menarik kesimpulan uji statistiknya adalah apabila uji statistik X 2 (uji

hitung) > X2 tabel (uji tabel) maka Ho di tolak dan Ha di terima jika ada hubungan

antara pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat badan, apabila harga uji

statistik X2 (uji hitung) <>

Dalam menganalisis data hasil penelitian yang telah diperoleh dan setelah

didistribusikan maka peneliti menggunakan uji Chi Square yang di analisa secara manual

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Klasifikasi Data

Klasifikasi data diperoleh dari masukan distribusi peningkatan berat badan

dengan pemakaian kontrasepsi hormonal dan non hormonal yang dimasukkan

kedalam tabel kontegensi 2 x 2 maka didapat data tabel sebagai berikut :

Tabel 4.4 Tabel Kontegensi pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat


badan

Jenis Kontrasepsi
Berat Badan Jumlah
Hormonal Non Hormonal

a) b)
Naik 84
53 31

Tidak Naik c) d) 42
10 32

Jumlah 63 63 126

Dari tabel kontigensi diatas maka sudah dapat ditentukan untuk nilai masing-

masing cell yang kemudian akan dimasukkan dalam rumus Chi Square.

b) Mengitung Chi Square

Dari tabel kontigensi di atas setiap cell yang sudah ditentukan nilainya dapat

dihitung dengan menggunakan rumus yang yang telah ditentukan sebagai berikut

(lampiran 1): (Windhu Purnomo, 2002).

Dari hasil anailis data dengan rumus Chi Square diperoleh hasil sebagai berikut

titik krisis dilihat dari tabel harga kritis Chi-Kuadrat pada tingkat kemaknaan X 2

hitung > X2 tabel dengan db = (b-4) (k-1) = 3, maka di dapat nilai kritis X hitung

sebesar 16,31 dan nilai X2 tabel sebesar 7,81. Berarti bahwa Ho (hipotesa nihil) di

tolak dan Ha (hipotesa kerja) di terima artinya ada hubungan pemakaian

kontrasepsi dengan peningkatan berat badan.

c) Menghitung Koefisien Kontigensi

Koefisien Kontigensi di gunakan sebagai pengukuran tingkat hubungan atau

korelasi yang ditimbulkan oleh variable yang diteliti setelah diketahui nilai X 2 dari

perhitungan rumus berdasarkan kritik tabel. Maka untuk menentukan tinggi

rendahnya korelasi atau hubungan yang ditimbulkan adalah sebagai berikut

dengan rumus Koefisien Kontingensi (Iqbal Hasan, 2004:188)


KK =

KK =

KK =

KK =

KK = 0,339

Nilai koefisien Kontigensi (KK) 0,339 berada pada interval 0.20 0.40 yang

berarti bahwa hubungan antara pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat

badan di BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten

Banyuwangi tergolong rendah.

2. Mencari rata-rata Peningkatan Berat Badan

Dari hasil uji statistik yang dilakukan berdasarkan Chi Kuadrat di atas maka diperoleh

kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan

berat badan. Untuk mengetahui berapa rata-rata peningkatan berat badan untuk setiap

rsponden yang di teliti maka diadakan perhitungan kwantitatif sebagai berikut dengan

menggunakan rumus mean. (Iqbal Hasan, 2004:164)


M=

Keterangan :

M = rata-rata

N = jumlah responden

= jumlah nilai sebelum dan sesudah KB

Maka dapat di hitung sebagai berikut :

M=

M=

M = 1,6

Dari hasil perhitungan mean di atas, maka dapat diketahui seluruh responden yang

berjumlah 126 mengalami peningkatan berat badan rata-rata perorang sebanyak 1,6

kg.

3. Frekuensi Nilai Berdasarkan Usia dan Jenis Kontrasepsi

a) Frekuensi Nilai Berdasarkan Usia


Dari data yang diperoleh di BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu

maka dapat diperoleh frekuensi data berdasarkan usia pada pemakaian kontrasepsi

berikut untuk mengetahui prosentase dari masing-masing penggolongan usia.

Tabel 4.5. Tabel Frekuensi berdasarkan Usia pada pemakaian kontrasepsi di BPS
Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten banyuwangi
Tahun 2008

Berat Badan
No Usia Jumlah
Naik % Tdk Naik %

1 <> 22 17,4 13 10,3 35

2 20 35 Th 42 33,3 18 14,2 60

3 35 45 Th 17 13,4 10 7,9 27

4 > 45 Tahun 3 2,3 1 0,7 4

Jumlah 84 66,6 42 33,4 126

Dari tabel frekuensi diatas dapat diketahui bahwa responden yang diteliti sebagian

besar adalah usia 20 35 tahun sebanyak 60 orang dengan pengaruh peningkatan

berat badan mencapai 14,2% dari keseluruhan responden sebanyak 126 orang.

b) Frekuensi Nilai Bedasarkan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal

Dari data yang diperoleh di BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu

maka dapat diperoleh data berdasarkan pemakaian kontrasepsi hormonal berikut


untuk mengetahui prosentase dari peningkatan berat badan yang ditimbulkannya.

Untuk itu akan disajikan data tabel sebagai berikut :

Tabel 4.6 Tabel Frekuensi berdasarkan pemakaian kontrasepsi di BPS Suyatun


Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi Tahun
2008

Berat Badan Jumlah


Kontrasepsi
No
Hormonal Tdk
Naik % %
Naik

1 Pil 5 71 2 29 7

2 Suntik 37 86 6 14 43

3 Implan 10 83 3 17 13

Jumlah 53 84 10 16 63

Dari tabel frekuensi diatas dapat diketahui bahwa responden yang diteliti

sebagian besar menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik dan kontrasepsi

ini paling banyak menimbulkan peningkatan berat badan, hal ini dibuktikan

dengan perolehan dari 37 atau 86% responden yang menggunakan kontrasepsi

suntik mengalami peningkatan berat badan sebanyak 43 orang.

c) Frekuensi Nilai Berdasarkan Penggunaan Kontrasepsi Non Hormonal

Dari data yang diperoleh di BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu

maka dapat diperoleh data berdasarkan pemakaian kontrasepsi non hormonal


berikut untuk mengetahui prosentase dari peningkatan berat badan yang

ditimbulkannya. Untuk itu akan disajikan data tabel sebagai berikut :

Tabel 4.7 Tabel frekuensi berdasarkan pemakaian kontrasepsi non Hormonal di


BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2008

Berat Badan
Kontrasepsi
No Jumlah
Non Hormonal
Naik % Tdk Naik %

1 AKDR 20 49 21 51 41

2 Kondom 12 55 10 45 22

Jumlah 32 104 31 96 63

Dari tabel frekuensi diatas dapat diketahui bahwa responden yang diteliti sebagian

besar menggunakan kontrasepsi non hormonal jenis AKDR dengan jumlah

pemakai sebanyak 41 orang dan kontrasepsi AKDR tidak menimbulkan

peningkatan berat badan, hal ini dibuktikan dengan perolehan dari 21 atau 51%

responden yang menggunakan kontrasepsi AKDR tidak mengalami peningkatan

berat badan.

A. Pembahasan

1. Hasil hitung X2 yang belum diketahui tingkatan korelasinya, maka untuk tingkat

korelasi yang ditimbulkan maka menggunakan rumus Koefisien Kontigensi (KK). Dari

hasil penghitungan koefisien korelasi (KK) maka diperoleh hasil 0,339 yang berada

pada interval 0.20 0.40 yang berarti bahwa hubungan antara pemakaian kontrasepsi
dengan peningkatan berat badan di BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu

Kabupaten Banyuwangi tergolong rendah.

2. Dari tabel interpretasi diatas dapat diketahui bahwa responden yang diteliti

menggunakan kontrasepsi hormonal dan non hormonal masing-masing 63 orang.

Untuk kontrasepsi hormonal suntik paling banyak menimbulkan peningkatan berat

badan, hal ini dibuktikan dengan perolehan dari 37 atau 86% responden yang

menggunakan kontrasepsi suntik mengalami peningkatan berat badan dari jumlah

pemakai kontrasepsi hormonal suntik sebanyak 43 orang.

3. Dan untuk kontrasepsi non hormonal jenis AKDR tidak menimbulkan peningkatan berat

badan, hal ini dibuktikan dengan perolehan dari 21 atau 51% responden yang

menggunakan kontrasepsi AKDR tidak mengalami peningkatan berat badan dari

jumlah pemakai kontrasepsi sebanyak 41 orang.

4. Dari hasil perhitungan kuantitatif dengan uji Chi Square maka dapat diperoleh hasil

hitung Chi Square (X2) sebesar 16,31. Hasil X2 tersebut kemudian di konsultasikan

dengan tabel kritik Chi Kuadrat dan diperoleh bahwa titik krisis dilihat dari tabel harga

kritis kemaknaan X2 hitung > X2 tabel dengan db = (b-4) (k-1) = 3, maka di dapat nilai

kritis X hitung sebesar 16,31 dan nilai X2 tabel sebesar 7,81 signifikan artinya ada

hubungan pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat badan. Yang berarti bahwa

Ho (hipotesa nihil) di tolak dan Ha (hipotesa kerja) di terima.

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka peneliti

menyimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil hitung X2 yang belum diketahui tingkatan korelasinya, maka untuk tingkat korelasi yang

ditimbulkan maka menggunakan rumus Koefisien Kontigensi (KK). Dari hasil penghitungan

koefisien korelasi (KK) maka diperoleh hasil 0,339 yang berada pada interval 0.20 0.40

yang berarti bahwa hubungan antara pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat badan

di BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi tergolong

rendah.

2. Dari tabel interpretasi diatas dapat diketahui bahwa responden yang diteliti menggunakan

kontrasepsi hormonal dan non hormonal masing-masing 63 orang. Untuk kontrasepsi

hormonal suntik paling banyak menimbulkan peningkatan berat badan, hal ini dibuktikan

dengan perolehan dari 37 atau 86% responden yang menggunakan kontrasepsi suntik

mengalami peningkatan berat badan dari jumlah pemakai kontrasepsi hormonal suntik

sebanyak 43 orang.

3. Dan untuk kontrasepsi non hormonal jenis AKDR tidak menimbulkan peningkatan berat

badan, hal ini dibuktikan dengan perolehan dari 21 atau 51% responden yang menggunakan

kontrasepsi AKDR tidak mengalami peningkatan berat badan dari jumlah pemakai

kontrasepsi sebanyak 41 orang.

4. Dari hasil perhitungan kuantitatif dengan uji Chi Square maka dapat diperoleh hasil hitung Chi

Square (X2) sebesar 16,31. Hasil X2 tersebut kemudian di konsultasikan dengan tabel kritik

Chi Kuadrat dan diperoleh bahwa titik krisis dilihat dari tabel harga kritis kemaknaan X 2
hitung > X2 tabel dengan db = (b-4) (k-1) = 3, maka di dapat nilai kritis X hitung sebesar

16,31 dan nilai X2 tabel sebesar 7,81 signifikan artinya ada hubungan pemakaian kontrasepsi

dengan peningkatan berat badan. Yang berarti bahwa Ho (hipotesa nihil) di tolak dan Ha

(hipotesa kerja) di terima.

B. Saran

1. Bagi Peneliti lain atau selanjutnya

Agar menambah pengetahuan dan wawasan baru tentang metode penelitian serta mampu

mengaplikasikan dalam praktek dan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut yang

berkaitan dengan kontrasepsi.

2. Bagi Praktisi Kesehatan

Meningkatkan mutu pelayaan kesehatan mengenai penanganan tentang KB dan pemakaian

jenis kontrasepsi.

3. Bagi Teori / Keilmuan

Lebih serius menerapkan ilmu yang didapatkan dalam meningkatkan perkembangan ilmu

kesehatan secara nyata khususnya mengenai peningkatan berat badan dan bagi peneliti

selanjutnya dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya tentang KB.

Anda mungkin juga menyukai