KABUPATEN BANYUWANGI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keluarga sebagai kelompok sumber daya
manusia terkecil yang mempunyai ikatan batiniah dan lahiriah. Dimana merupakan
Nasional yang kini telah diubah visinya menjadi Keluarga Berkualitas Tahun 2005
keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki
jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Misinya sangat menekankan pentingnya upaya
Berbicara tentang kesehatan reproduksi banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang
organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Saat ini
tersedia banyak metode atau alat kontrasepsi meliputi IUD, suntik, pil, implant, kontap,
kondom. Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi suntik.
Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron Enantat (NETEN), Depo Medroksi
Progesteron Acetat (DMPA) dan cyclofem. (Sarwono, 2006).
adalah terganggunya pola haid diantaranya adalah amenorhoe, menoragia dan muncul
pertambahan berat badan 1,5 - 2 kg dan berat badan pada kunjungan pertama.
Pertambahan berat badan disebabkan oleh retensi cairan, bertambahnya lemak pada
tubuh, dan meningkatkan selera makan (Hartanto, 2004). Menurut SDKI tahun 2007 di
Indonesia saat ini sebanyak 39% wanita Indonesia usia produktif yang tidak
Pencapaian peserta KB aktif semua metode kontrasepsi pada bulan Desember 2003 di
Jawa Timur sebanyak 5.380.243 peserta atau 107,8% dan PPM sebesar 4.989.050 yang
terdiri atas 1.082.934 peserta IUD (81,60% dan PPM sekitar 1.327.100), 18.941 peserta
MOP (109,17% dan PPM sebesar 17.350), 337.937 peserta MOW (101,60% dan PPM
sebesar 332.600), 472.500 peserta implant (78,11% dan PPM sebesar 604.900), 2.281.238
peserta suntikan (163,06%) dan PPM sebesar 1.030.400), 22.025 peserta kondom dan
obat vaginal (7,93% dan PPM sebesar 277.700). Pencapaian tertinggi pada suntikan
sebesar 163,06%, terendah pertama adalah kondom dan obat vaginal (7,93%).
Kegiatan pelayanan kasus efek samping pada bulan Desember 2003 di Jawa Timur,
pelayanan kasus efek samping yang tertinggi dan peserta KB suntikan yaitu sebesar 2.672
kasus atau 54,8%, berikutnya diikuti peserta IUD sebesar 951 kasus atau 19,5%.
Sedangkan jumlah kasus terendah terdapat pada peserta KB kondom yaitu sebesar 0,0%.
metode kontrasepsi terus meningkat mencapai 61,4 pola pemakaian kontrasepsi terbesar
suntik sebesar 31,6%, pil sebesar 13,2%, IUD sebesar 4,8%, implan 2,8%, kondom
sebesar 1,3%, kontap wanita (Medis Operasi Wanita - MOW) sebesar 0,2%, pantang
berkala 1,5%, senggama terputus 2,2% dan metode lainnya 0,4%. (BKKBN GEMA
PRIA, 2008). Namun demikian KB suntik juga mempunyai banyak efek samping
amenorea (30%), spoting (bercak darah) dan menorargia, seperti halnya dengan
kontrasepsi hormonal lainnya dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala (<1-17%)
style=""> Jones, 2005). Berdasarkan data yang diperoleh di BPS Suyatun Desa
31 Desember 2008 dari 981 kunjungan pemakaian kontrasepsi yang dinyatakan berisiko
terdapat 97 orang yang terjadi peningkatan berat badan atau sekitar 54% dan 20 orang
Dari keseluruhan data yang telah dipaparkan di atas, untuk memperkecil resiko
yang menyeluruh kepada seluruh akseptor KB baik yang terkait dengan kesehatan alat
kontrasepsi dengan peningkatan berat badan di BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka yang dapat dijadikan rumusan masalah dalam
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Menambah pengetahuan dan wawasan baru tentang metode penelitian serta mampu
mengaplikasikan dalam praktek dan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut yang
2. Manfaat Praktis
berat badan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayaan kesehatan mengenai penanganan
tentang KB.
3. Manfaat Teoritis
secara nyata khususnya mengenai peningkatan berat badan dan bagi peneliti selanjutnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Akseptor Suntik KB
Akseptor Keluarga Berencana adalah pasangan usia subur yang telah memilih dan
subur karena mempunyai kesempatan lebih banyak untuk reproduksi (Hartanto, 2004).
Dari pendapat (Hartanto, 2004) di atas dapat disimpulkan bahwa Akseptor suntik
KB baik dgunakan untuk pasangan usia subur yang mempunyai kesemptan lebih banyak
untuk reproduksi dalam mendapatkan kelahiran yang diinginkan dengan cara suntikan
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Dyah Noviawati dan
Sugiyatini, 2009).
committee 1970 adalah tindakan yang membantu individu atau asangan suami istri
untuk :
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga
a. Menurunkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) secara nasional menjadi 14% per
tahun.
b. Menurunkan angka kelahiran Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,2 per perempuan.
f. Meningkatkan keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera, yang aktif dalam usaha ekonomi
produktif.
reproduksi.
Akseptor Keluarag Berenca yang diikuti oleh pasangan usia subur di bagi menjadi
3 macam :
a. Akseptor atau peserta KB baru, yaitu Pasangan Usia Subur yang pertama kali menggunakan
kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau persalinan.
b. Akseptor atau peserta KB lama, yaitu peserta yang masih menggunakan kontrasepsi tanpa
diselingi kehamilan.
c. Akseptor atau peserta KB ganti cara, yaitu peserta KB yang berganti pemakaian dari suatu
2. Suntikan KB
estrogen sipioral yang di berikan injeksi 1.m. sebulan sekali (cyclofem) dan 50 mg
moretindron enantat dan 5 mg estradiol volerot yang diberikan injeksi ksi 1.m. sebulan
sekali.
Kontrasepsi suntikan yang beredar di Indonesia ada2 macam yati DMPA (depo
medro xyproyestr\erol acetat) yang disebut deprovera dan neten (nerotisterin enanynaye)
Kadar FSHdan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH serge) respon
kelenjar hypophyse.
2) Sekunder
a) Lendir servik menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap
spermatozoa.
b) Membuat endometrium menjadi kurang baik / layak untuk implantasi dari ovum
(hartanto, 2004).
Dari mekanisme suntikan KB di atas dapat disimpulkan oleh Hartanto dkk (2004)
sehingga tidak terjadi pelepasan ovum dan lendir servik menjadi kental sehingga sulit
ditembus spermatozoa.
b. Efek Samping
1) Gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling mengganggu.
4) Pola sistem kardio vaskuler efeknya sangat sedikit mungkin ada sedikit dar kadar
5) Amerorea
7) Rambut rontok
9) Pendarahan
Lebih dari 50% rartor akseptor akan mengalami haid kembali setelah 6 bulan dan
Akseptor yang memakai kontrasepsi suntikan untuk waktu yang lama, dapat
menjadi hail sura cepatnya dengan akseptor yang hanya ikut beberaa kali suntikan,
yang menunjukkan bahwa tidak terjadi efek kumulatif dari obatnya.pada NETEN,
kembalinya kesuburan dapat lebih cepat di bandingkan dengan DMPA, Korera
hamil yang tanpa sengaja diberikan DMPA maupun pada wanita yang hamil
Juga tdak ditemukan perbedaan dalam insiden IUFD, kehamilan kembar, sex ratio
atau berat adan bayi pada wanita mantan DMPA dibandingkan wanita yang tidak
ber-KB.
3) Laktasi
Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi, malah mungkin dapat
komposisi dariASI.
Dari pengelolaan efek samping di atas dapat disimpulkan oleh para ahli bahwa yang
sering terjadi pada suntikan KB 3 bulanan salah satunya yaitu berat badan bertambah
c. Kontra Indikasi
Mutlak : kehamilan, tumor-tumor yang dipengaruhi estrogen parahmengalami
Relatf : depresi, migren, mioma uteri, hipertensi, oligo merore, dan amerore.
1) Keuntungan suntikan KB
d) Jangka panjang
c) Mencegah anemia
berikut :
e) Dapat diapakai atau diberikan [asca persalinan, pasca keguguran atau pasca
menstruasi.
3) Kerugian suntikan KB
b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini akan hilang
berikut :
a) Usia reproduksi
e) Anemia
g) Haid teratur
e) Riwayat pennyakit jantung, stroke atau dengan tensi darah tinggi (> 180/110
mmhg)
Pada waktu pasca persalinan (postpartum) dapat diberikan suntikan KB pada hari ke 3 5
postpartum; atau sesudah air susu ibu berproduksi setelah ibu pulang dari rumah sakit atau 6
8 minggu pasca bersalin, asal dipastikan bahwa ibu tidak hamil atau belum melakukan
koitus.
Pada pasca keguguran (postabortus), dapat diberikan segera setalah selesai kuretuse
atausewaktu ibu hendak pulang dari rumah sakit, atau 30 hari pasca abortus ; asal ibu belum
hamil lagi.
Belum masa nterval diberikan pada hari ke 1-5 haid, depo-prevero disuntikan secara
intramuskuler pada otot bokong (muskulus gluteus) agak dalam sebelum diberikan, botol obat
harus di kocok agak lama dulu sampai seluruh obat kelihatan betul-betul larut dan bercampur
gluteus untuk 6 bulan pertama suntikan diberikan setiap 8 minggu dan setelah itu setiap 12
Dari pengertian kontrasepsi di atas dapat disimpulkan oleh Arief Mansjoer, dkk (2005) bahwa
kontrasepsi dapat diberikan tanpa menggunkan alat secara mekanis, menggunakan obat /
Dari banyaknya ahli peneliti dapat disimpulkan bahwa suntikan diberikan mulai hari ke-3
sampai ke-5 pasca persalinan, segera setelah keguguran, atau pada interval 5 jhari pertama
j\haid.
Cara Kerja :
1) Mencegah ovulasi
menjadikan selaput lendir rahim tipis dan strofi, sehingga tanpa pelepasan sel telur
Angka Kegagalan dari penggunaan cara kontrasepsi suntikan ini kurang dari 1%, bila terjadi
B. Konsep Dasar
1. Kontrasepsi Depoprogestin
a. Pengertian
Kontrasepsi atau anti konsepsi (concption control) adalah cara untuk mencegah
akibat pertemuan antara sel telur yang motong dengan sel sperma tersebut
(Maruaba, 1998).
Kontraseppsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya itu dapat
1)
intromuskuler.
mencegah pelepasan sel teur yang di keluarkan tubuh wanita, tanpa pelepasan sel
telur seorang wanita tidak mungkin hamil. Selain itu penggunaan depoprogestin,
(Juworo, 1997).
Dari banyaknya ahli peneliti dapat disimpulkan bahwa suntikan diberikan mulai
hari ke-3 sampai ke-5 pasca persalinan, segera setelah keguguran, atau pada
Cara Kerja :
5) Mencegah ovulasi
pendarahan, baik berupa bercak omenorea dan haid tidak teratur, kenaikan berat
badan juga merupakan salah satu efek samping yang sering di keluhkan para
rontok, pusing, dan sakit kelapa, mual muntah perubahahn tekanan darah dengan
d. Kontra Indikasi
1) Kehamilan
2) Karsirona payudara
2004)
e. Keuntungan dan Keterbatasan Kontrasepsi Depoprogestin
1) Sangat efektif
f. Indikasi
jangka panjang/ wanita yang telah mempunyai cukup anak, tetapi ia enggan atau
wanita yang mempunyai kontraindikasi terhadap estrogen, selain itu juga dapat
diberikan kepada ibu yang menyusui karena progestin tidak mengurangi laktasi .
g. Efektifitas
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3
Kontrasepsi, 2006).
1. Penatalaksanaan efek samping kontrasepsi depoprogestin
a) Amenorea
Penanggulangan :
(ii) Bila klien, tidak dapat menerima kelainan tersebut, sebutkan jangan
b) Pendarahan
motivasi untuk perbaikan gizi, bila tidak berhenti juga setelah pengobatan
lemak tubuh dan bula karena retensi cairan tubuh. DMPA merangsang
pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor
Penanggulangan : junlah porsi makan dikurangi dengan diet bila cara tidak
kontrasepsi.
Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NETEN dan
kadar lemak.
Penanggulangan :
suntikan
(iv) Bila tidak hilang juga dan makin bertambah banyak dianjurkan untuk
g) Rambut rontok
sampng dari kontrasepsi suntik dan gejalaitu akan hilang dan kembali
Usia reproduksi
Tekanan darah > 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia
bulan sabit
Hamil atau dicigai hamil (Risiko cacat pada janin 7 per 100000 kelahiran)
Setiap saat selarna siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
Pada thu yang dak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat asalkan saja ibu tersebut
tidak hamil, selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual
Ibu yang menggunkan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi
suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar,
Kontrasepsi suntikan DMPA dibenikan setiap 3 bulan engan cara disuntik intramukular
kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan dibenikan
diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu.
Bersihkan kullt yang akan disubtik dengan kapas alcohol yang dibasahi oleh etil/isopropyl
alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disubtik, Setelah kulit kering baru disubtik.
suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat edapan putih pada dasar ampul, upayakan
Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala dan nyeri
payudara. Efek-efek samping ini jarang tidak berbahaya, dan cepat hilang.
Karena terlambat kembahnya kesuburan, jelaskan perlu diberikan pada ibu usia muda yang
ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang nerencanakan kehamilan berikutnya dalam
waktu dekat. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang, Haid baru datang
kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi
kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid. Klien harus kembali kedokter atau
tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.
Bila kilen tidak dapat kembali pada jadual yang telah ditentukan, suntikan dapat diberikan 2
minggu sebelum jadual. Dapat juga suntikan diberikan 2 minggu setelah jadual yang
ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan hubungan
seksual selama 7 hari. Bila perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi darurat.
Bila klien misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan kemudian
meninta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang lain, sebaiknya jangan
dilakukan. Andaikata terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi yang akan diberikan tersebut
diinjeksi sesuai dengan jadual suntikan dan kontrasepsi hormonal yang sebelumnya.
Peringatan bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan Progestin.
Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu
Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat atau kaburnya penglihatan
Perdarahan berat yang ke 2 kali lebih panjang dan masa haid atau 2 kali lebih banyak dalam
satu periode masa haid.
h. Tujuan KB
1) Secara umum
2) Secara khusus
a) Untuk meningkatkan cakupan program, baik dalam arti cakupan luas daerah
b) Menurunkan kelahiran
2009).
Dari penggolongan tujuan diatas dapat disimpulkan oleh Dyah Noviawati dkk
(2009) bahwa tujuan KB untuk menurunkan tingkat/ angka kematian ibu, bayi
dan anak serta membangun keluarga kecil yang bahagia sejahtera serta
berkwalitas.
C. Kerangka Konseptual
Variabe
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
Hipotesa adalah dugaan sementara tentang sesuatu yang mungkin benar atau mungkin
salah. Hipotesa akan diterima jika faktanya membenarkan dan hipotesa itu akan ditolak jika
faktanya salah. Untuk Iebih jelasnya akan diuraikan tentang pengertian dan fungsi dan
1. Pengertian Hipotesa
harapan adanya hubungan tertentu antara dua fakta atau lebih (1985:24).
Dari kedua pendapat diatas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan hipotesa
adalah dugaan atau jawaban yang bersifat sementara yang mungkin bisa benar atau
mungkin bisa salah. ia diterima jika fakta-faktanya mendukung , tetapi ditolak jika fakta-
2. Macam-macam Hipotesa
a. Hipotesis mayor yaitu sebagaimana istilahnya sendiri rnenunjukkan. induk yang menjadi
b. Hipotesis Minor yaitu anak-anak dan hipotesis induk (mayor). Selain itu juga ada hipotesis
nihil (null hypotesis) adalah bipotesis yang menyatakan kesamaan atau tidak adanya
perbedaan antara dua kelompok (atau Iebih) tentang suatu perkara yang diperrnasalahkan.
Suatu hipotesis yang bukan nihil disebut hipotesis kerja atau hipotesis alternatif (1990:63).
1. Hipotesis kerja atau disebut hipotesis alternatif disingkat Ha. Hipotesis kerja
menyatakan adanya hubungan akan korelasi antara variabel X dan Y atau adanya
2. Hipotesis Nihil (null hypothysis) disingkat Ho. Hipotesis nihil sering disebut hipotesis
statistik karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik yaitu diuji
antara dna vaniabel atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap Y (2002:66-67)
Jadi kaitanya dengan macam-macam hipotesis, pada dasarnya hanya ada dua
menurut scupnya (ruang lingkup) yaitu hipotesis mayor dan minor. Sedangkan
menurut dugaan yang dinyatakan juga ada dua, yaitu hipotesis kerja (alternatit) yang
menyatakan adanya hubungan atau korelasi dan hipotesis nihil (statistik) yang
menyatakan tidak ada hubungan atau korelasi antara dna atau lebih variabel.
3. Fungsi Hipotesa
menghubungkan teori dengan pengamatan dan sebaliknya pengamatan dengan teori dan
dapat menyatukan pengalarnan dengan penalaran, sehingga menghasilkan suatu alat yang
merancang riset; 2). Penunjuk pengumpulan data; 3). Penunjuk analisis ; 4). Penunjuk
Sesuai dengan pendapat di atas, maka hipotesis sangat penting dalam suatu
Dengan berpedoman pada macamnya hipotesa seperti tersebut diatas, maka dalam
penelitian ini hipotesa yang digunakan adalah hipotesa kerja atau hipotesa altematif,
Ada hubungan antara Aseptor suntik 3 bulanan dengan kejadian peningkatan berat
Banyuwangi
Tidak ada hubungan antara Aseptor suntik 3 bulanan dengan kejadian peningkatan
Banyuwangi
BAB 4
Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil pengumpulan data dari lembar observasi
yang diperoleh dari tanggal 05 Juli - 05 Agustus 2009 di BPS Suyatun Desa Tegalyasan
pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat badan dengan data umum dan data khusus.
Data umum (umur, Jenis Kontrasepsi), data khusus (pemakaian kontrasepsi dengan
peningkatan berat badan) di BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten
Banyuwangi.
BPS Suyatun merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan yang berada di
BPS Suyatun merupakan Bidan praktek swasta yang terdiri dari 1 ruang untuk
persalinan, 2 ruang untuk ibu nifas, 1 ruang pemeriksaan kehamilan dan akseptor KB
48
2. Manajemen Tenaga Kerja
a. Bidan 1 orang
3. Jam kerja
BPS Suyatun melaksanakan kegiatan setiap hari kerja yaitu pada hari Senin Mingu,
Adapun kegiatan tersebut dimulai jam 06.00 07.00 WIB dan jam 16.00 20.00 WIB,
b. Pelayanan KB
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan keseluruhan data yang didapatkan melalui
48
Berikut ini peneliti akan menyajikan tabel lembar observasi pemakaian kontrasepsi dengan
peningkatan berat badan di BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten
Banyuwangi (Lampiran 1) :
Berdasarkan tabel distribusi (Lampiran 1), maka data yang diperoleh kemudian
Tabel 4.2 Tabel silang pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat badan tanggal
05 Juli 05 Agustus 2009 di BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecmatan
Sempu Kabupaten Banyuwangi
n % N %
Pil 5 6 2 5
Suntik 38 45 6 14
Implan 10 12 2 5
AKDR 19 23 22 52
Kondom 12 14 10 24
Tabel 4.3 Tabel tabulasi silang pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat
badan.
n % N % n %
Hormonal 53 63 10 24 63 50
Non Hormonal 31 37 32 76 63 50
kontrasepsi hormonal sebanyak 63 orang atau 63% terjadi peningkatan berat badan.
Sedangkan responden yang memakai kontrasepsi non hormonal dari 63 orang atau 37%
1. Pengujian Hipotesis
Dalam analisis data kuantitatif ini akan dibahas tentang permasalahan yang ada,
khususnya data dari teknik pengumpulan data (angket). Adapun prosedur atau
langkah-langkah dalam analisa yang pertama ini dengan tabulasi data yang ada
diklasifikasikan dan selanjutnya diadakan pembuktian pengujian hipotesis untuk
menemukan hasil akhirnya.
Selanjutnya untuk mengetahui signifikan dan non signifikan variabel bebas
yakni pemakaian kontrasepsi yang meliputi pil, suntik, implan, AKDR, kondom,
dilakukan uji statistik Chi-Square (X2) dengan tingkat pemakaian d = 0,05 dengan
kriteria untuk menarik kesimpulan uji statistiknya adalah apabila uji statistik X 2 (uji
hitung) > X2 tabel (uji tabel) maka Ho di tolak dan Ha di terima jika ada hubungan
antara pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat badan, apabila harga uji
Dalam menganalisis data hasil penelitian yang telah diperoleh dan setelah
didistribusikan maka peneliti menggunakan uji Chi Square yang di analisa secara manual
a) Klasifikasi Data
Jenis Kontrasepsi
Berat Badan Jumlah
Hormonal Non Hormonal
a) b)
Naik 84
53 31
Tidak Naik c) d) 42
10 32
Jumlah 63 63 126
Dari tabel kontigensi diatas maka sudah dapat ditentukan untuk nilai masing-
masing cell yang kemudian akan dimasukkan dalam rumus Chi Square.
Dari tabel kontigensi di atas setiap cell yang sudah ditentukan nilainya dapat
dihitung dengan menggunakan rumus yang yang telah ditentukan sebagai berikut
Dari hasil anailis data dengan rumus Chi Square diperoleh hasil sebagai berikut
titik krisis dilihat dari tabel harga kritis Chi-Kuadrat pada tingkat kemaknaan X 2
hitung > X2 tabel dengan db = (b-4) (k-1) = 3, maka di dapat nilai kritis X hitung
sebesar 16,31 dan nilai X2 tabel sebesar 7,81. Berarti bahwa Ho (hipotesa nihil) di
korelasi yang ditimbulkan oleh variable yang diteliti setelah diketahui nilai X 2 dari
KK =
KK =
KK =
KK = 0,339
Nilai koefisien Kontigensi (KK) 0,339 berada pada interval 0.20 0.40 yang
Dari hasil uji statistik yang dilakukan berdasarkan Chi Kuadrat di atas maka diperoleh
berat badan. Untuk mengetahui berapa rata-rata peningkatan berat badan untuk setiap
rsponden yang di teliti maka diadakan perhitungan kwantitatif sebagai berikut dengan
Keterangan :
M = rata-rata
N = jumlah responden
M=
M=
M = 1,6
Dari hasil perhitungan mean di atas, maka dapat diketahui seluruh responden yang
berjumlah 126 mengalami peningkatan berat badan rata-rata perorang sebanyak 1,6
kg.
maka dapat diperoleh frekuensi data berdasarkan usia pada pemakaian kontrasepsi
Tabel 4.5. Tabel Frekuensi berdasarkan Usia pada pemakaian kontrasepsi di BPS
Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten banyuwangi
Tahun 2008
Berat Badan
No Usia Jumlah
Naik % Tdk Naik %
2 20 35 Th 42 33,3 18 14,2 60
3 35 45 Th 17 13,4 10 7,9 27
Dari tabel frekuensi diatas dapat diketahui bahwa responden yang diteliti sebagian
berat badan mencapai 14,2% dari keseluruhan responden sebanyak 126 orang.
Dari data yang diperoleh di BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu
1 Pil 5 71 2 29 7
2 Suntik 37 86 6 14 43
3 Implan 10 83 3 17 13
Jumlah 53 84 10 16 63
Dari tabel frekuensi diatas dapat diketahui bahwa responden yang diteliti
ini paling banyak menimbulkan peningkatan berat badan, hal ini dibuktikan
Dari data yang diperoleh di BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu
Berat Badan
Kontrasepsi
No Jumlah
Non Hormonal
Naik % Tdk Naik %
1 AKDR 20 49 21 51 41
2 Kondom 12 55 10 45 22
Jumlah 32 104 31 96 63
Dari tabel frekuensi diatas dapat diketahui bahwa responden yang diteliti sebagian
peningkatan berat badan, hal ini dibuktikan dengan perolehan dari 21 atau 51%
berat badan.
A. Pembahasan
1. Hasil hitung X2 yang belum diketahui tingkatan korelasinya, maka untuk tingkat
korelasi yang ditimbulkan maka menggunakan rumus Koefisien Kontigensi (KK). Dari
hasil penghitungan koefisien korelasi (KK) maka diperoleh hasil 0,339 yang berada
pada interval 0.20 0.40 yang berarti bahwa hubungan antara pemakaian kontrasepsi
dengan peningkatan berat badan di BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu
2. Dari tabel interpretasi diatas dapat diketahui bahwa responden yang diteliti
badan, hal ini dibuktikan dengan perolehan dari 37 atau 86% responden yang
3. Dan untuk kontrasepsi non hormonal jenis AKDR tidak menimbulkan peningkatan berat
badan, hal ini dibuktikan dengan perolehan dari 21 atau 51% responden yang
4. Dari hasil perhitungan kuantitatif dengan uji Chi Square maka dapat diperoleh hasil
hitung Chi Square (X2) sebesar 16,31. Hasil X2 tersebut kemudian di konsultasikan
dengan tabel kritik Chi Kuadrat dan diperoleh bahwa titik krisis dilihat dari tabel harga
kritis kemaknaan X2 hitung > X2 tabel dengan db = (b-4) (k-1) = 3, maka di dapat nilai
kritis X hitung sebesar 16,31 dan nilai X2 tabel sebesar 7,81 signifikan artinya ada
hubungan pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat badan. Yang berarti bahwa
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Hasil hitung X2 yang belum diketahui tingkatan korelasinya, maka untuk tingkat korelasi yang
ditimbulkan maka menggunakan rumus Koefisien Kontigensi (KK). Dari hasil penghitungan
koefisien korelasi (KK) maka diperoleh hasil 0,339 yang berada pada interval 0.20 0.40
yang berarti bahwa hubungan antara pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat badan
rendah.
2. Dari tabel interpretasi diatas dapat diketahui bahwa responden yang diteliti menggunakan
hormonal suntik paling banyak menimbulkan peningkatan berat badan, hal ini dibuktikan
dengan perolehan dari 37 atau 86% responden yang menggunakan kontrasepsi suntik
mengalami peningkatan berat badan dari jumlah pemakai kontrasepsi hormonal suntik
sebanyak 43 orang.
3. Dan untuk kontrasepsi non hormonal jenis AKDR tidak menimbulkan peningkatan berat
badan, hal ini dibuktikan dengan perolehan dari 21 atau 51% responden yang menggunakan
kontrasepsi AKDR tidak mengalami peningkatan berat badan dari jumlah pemakai
4. Dari hasil perhitungan kuantitatif dengan uji Chi Square maka dapat diperoleh hasil hitung Chi
Square (X2) sebesar 16,31. Hasil X2 tersebut kemudian di konsultasikan dengan tabel kritik
Chi Kuadrat dan diperoleh bahwa titik krisis dilihat dari tabel harga kritis kemaknaan X 2
hitung > X2 tabel dengan db = (b-4) (k-1) = 3, maka di dapat nilai kritis X hitung sebesar
16,31 dan nilai X2 tabel sebesar 7,81 signifikan artinya ada hubungan pemakaian kontrasepsi
dengan peningkatan berat badan. Yang berarti bahwa Ho (hipotesa nihil) di tolak dan Ha
B. Saran
Agar menambah pengetahuan dan wawasan baru tentang metode penelitian serta mampu
mengaplikasikan dalam praktek dan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut yang
jenis kontrasepsi.
Lebih serius menerapkan ilmu yang didapatkan dalam meningkatkan perkembangan ilmu
kesehatan secara nyata khususnya mengenai peningkatan berat badan dan bagi peneliti
selanjutnya dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya tentang KB.