Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 1966, Blesovsky menemukan tiga pasien dengan gejala
tumor pada paru-paru, tetapi saat dilakukan operasi ternyata tidak ditemukan
sel tumor. Hal yang terjadi adalah membran fibrous yang tebal.
Penderita penyakit paru atelektasis pertama kali di Indonesia
ditemukan pada tahun 1971. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke
berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia.
Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan
meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah. Di Indonesia insiden
terbesar terjadi pada 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000
penduduk. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun
tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99% (tahun 2000);
21,66% (tahun 2001); 19,24% (tahun 2002); dan 23,87% (tahun 2003).
Atelektasis merupakan kondisi tidak berfungsinya paru-paru karena
halangan pada bronkus (jalur udara menuju paru-paru) atau pada bronkiolus
(jalur udara yang lebih kecil). Atelektasis berasal dari bahasa Yunani yaitu
ateles dan ekstasis yang berarti pengembangan yang tidak sempurna. Ketika
halangan terjadi, udara yang berada dalam paru-paru tidak bisa
dihembuskan keluar, sehingga akan terserap oleh darah, sehingga berakibat
kerusakan pada paru-paru. Setelah paru-paru rusak, paru-paru menjadi tidak
elastis dan tidak dapat mengambil udara. Akibatnya, tidak ada penyerapan
oksigen dan pembuangan karbondioksida. Pada orang dewasa, atelektasis
tidak terlalu bermasalah karena bagian paru-paru yang tidak bermasalah
atau paru-paru yang lain dapat berfungsi untuk menggantikan bagian paru-
paru yang tidak berfungsi. Akan tetapi, bila hal ini terjadi pada bayi yang
baru lahir, dapat menjadi masalah.

Pengobatan atelektasis bergantung pada penyebab, tetapi bila terdapat


tumor harus dihilangkan dengan kemoterapi/radiasi, fisioterapi dada,
Penggunaan obat-obatan untuk memperbesar jalur bronkus, menipiskan
mukus sehingga dapat dengan mudah dikeluarkan dan operasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem pernapasan?
2. Apa pengertian dari Atelektasis?
3. Apa penyebab terjadinya Atelektasis?
4. Apa saja klasifikasi dari Atelektasis?
5. Bagaimana patofisiologi Atelektasis?
6. Bagaimana WOC dari Atelektasis?

Atelektasis Page 1
7. Bagaimana tanda dan gejala Atelektasis?
8. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan penunjang untuk
mendeteksi Atelektasis?
9. Bagaimana penatalaksanaan untuk Atelektasis?
10. Bagaimana cara pencegahan penyakit Atelektasis
11. Apa saja komplikasi dari Atelektasis?
12. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Atelektasis?

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Atelektasis
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem pernapasan.
2. Mengetahui pengertian dari Atelektasis.
3. Mengetahui penyebab terjadinya Atelektasis.
4. Mengetahui klasifikasi Atelektasis.
5. Mengetahui patofisiologi Atelektasis.
6. Mengetahui WOC dari Atelektasis.
7. Mengetahui tanda dan gejala Atelektasis.
8. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dan pemeriksan penunjang untuk
mendeteksi Atelektasis.
9. Mengetahui penatalaksanaan untuk Atelektasis.
10. Mengetahui cara mencegahan penyakit Atelektasis.
11. Mengetahui komplikasi dari Atelektasis.
12. Mengetahui Asuhan Keperawatan Atelektasis.

1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan para mahasiswa keperawatan
dapat memahami tentang anatomi dan fisiologi sistem respirasi, definisi
Atelektasis, penyebab Atelektasis, klasifikasi Atelektasis, patofisiologi
Atelektasis, WOC Atelektasis, tanda dan gejala Atelektasis, permasalahan
yanng timbul apabila terjadi Atelektasis, pemeriksaan diagnostik dan
pemeriksan penunjang untuk mendeteksi Atelektasis, penatalaksanaan
Atelektasis, komplikasi dari Atelektasis, pengobatan untuk pasien
Atelektasis, asuhan keperawatan Atelektasis.

Atelektasis Page 2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi
1. Saluran Pernapasan
Yang dimaksud saluran pernapasan, yaitu bagian dari sistem
pernapasan yang digunakan untuk jalannya gas-gas yang terlibat dalam
pernapasan tersebut. Manusia termasuk mamalia, sudah memiliki rongga
hidung seperti halnya anggota mamalia yang lain. (Irianto.2012: 230)
Dengan bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan
oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan hasil oksidasinya. Oksigen
(O2) yang bersenyawa dengan karbon (C) dan hidrogen (H) dari jaringan,
memungkinkan setiap sel menjalankan kegiatan metabolismenya, yang

Atelektasis Page 3
berarti kegiatan selesai dan hasil buangan dalam bentuk karbon dioksida dan
air dibuang.untuk itulah diperlukan alat pernapasan yang berfungsi untuk
melakukan pertukaran gas. (Irianto.2012: 230)

a. Saluran
Napas Bagian Atas
1) Saluran Lubang Hidung (Nares Anterior)
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung.
Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai
rongga hidung (vestibulum). Vestibulum ini dilapisi dengan
epitelium bergaris yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares
anterior memuat sejumblah kelenjar sebesar yang ditutupi oleh
buluh kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam rongga
hidung. (Irianto.2012: 231)
2) Hidung
Udara yang dihirup akan masung rongga hidung (kavum
nasi).ujung hidung ditunjang oleh tulang nasalis. Kedua lubang
hidung menghubungkan atmosfer dengan rongga hidung. Oleh
septup natalis rongga hidung dibagi menjadi dua kanan dan kiri.
Bagian depan septum ditunjang oleh tulang rawan, sedangkan

Atelektasis Page 4
bagian belakang ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang
ethmoid. (Irianto.2012: 231)
Reseptor bau terdapat pada cribriform plate, di mana tempat ini
juga merupkan ujung dari saraf kranial I (nervus olfaktorius)
bermuara. Fungsi hidung secara umum adalah sebagai berikut.
(Somantri.2009: 3)
a) Sebagai jalan napas.
b) Pengatur udara.
c) Pengatur kelembaban udara (humidifikasi).
d) Pengatur suhu.
e) Sebagai pelindung dan penyalur udara.
f) Sebagai idra pencium.
g) Sebagai resonator suara.

3) Sinus Paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang
kepala. Dinamakan sesuai dengn tulang di mana dia berada terdiri
atas sinus frontalis, sinus etmoidlis, dn sinus maksilaris. Fungsi dari
sinus adalah membantu menghangatkan dan humidifikasi,
meringankan berat tulang tengkorak, serta mengatur bunyi suara
manusia dengan ruang resonansi. (Somantri.2009: 4)
4) Faring
Merupakan suatu saluran sepanjang 12,5 13 cm yang terletak
antara koane sampai sebelah belakang laring. Faring dibagi atas
tiga bagian :
a) Nasofaring, terletak di antara koane sampai langit-langit lunak.
Pada nasofaring terletak tonsil faringika (ademoid) dan dua
lubang tuba eustakhius, dinding nasofaring diselaputi oleh
epitel berlapis semu bersillia. (Irianto.2012: 232)
b) Orofaring, terletak dibelakang rongga mulut, diantara langit-
langit lemak sampai tulang hioid. Pada orofaring terletak tonsil
palatina dan tonsil lingualis. Orofaring diselaput oleh epitel

Atelektasis Page 5
berlapis pipih, suatu selaput yang tahan gesekan karena
merupakan tempat persilangan saluran pernapasan dan saluran
pencernaan. (Irianto.2012: 232)
c) Laringofaring, merupakan bagian terbawah faring yang
berhubungn dengan esofagus di bagian belakang serta pita
suara (trakea) dibagian depan yang berfungsi pada saat proses
menelan dan respirasi. (Somantri.2009: 5)
5) Laring
Laring menghubungkan faring dan trakea. Laring yang
dikenal sebagai kotak suara (voice box) atau kotak suara (pangkal
tenggorokan) mempunyai bentuk seperti lambung pendek dengan
bagian besar diatas dan menyempit ke bawah. (Irianto.2012: 233)
Fungsi utama dari laring adalah untuk vocalization, selain itu
juga berfungsi sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda sinng
dan memfasilitasi batuk. Laring terdiri tas bagian-bagian seperti
berikut ini. (Somantri.2009: 5)
a) Epiglotis : merupakan katup cartilago yang menutup
dan membuka selama proses menelan.
b) Glotis : lubang antara pita suara dan laring.
c) Tiroid kartilago : kartilago yang terbesar pada trakea,
bagiannya membentuk jakun (Adams Apple).
d) Krikoid kartilago : cincin kartilago yang komplit di laring
(letaknya dibawah tiroid kartilago).
e) Aritenoid kartilago : digunakan pada pergerakan pita
suara
dengan tiroid kartilago.
f) Pita suara : sebuah ligamen yang dikontrol oleh
pergerakan otot yang menghasilkan suara, menempel pada
lumen laring.

Atelektasis Page 6
b. Saluran Napas Bagin Bawah
1) Trakea
Trakea merupakan bagian saluran pernapasan yang bentuknya
seperti tabung dan merupakan lanjutan laring, dan merupakan
udara sejati, panjangnya kira-kira 10 cm. Yang bentuknya seperti
huruf C. (Irianto.2012: 235)
Lapisan terdalam dinding trakea terdiri dari lapisan mukosa
yang mengandung kelenjar-kelenjar mukosa yang mengsekret
mukus. Epitelium bersilia (rambut getar). Bila timbul obstruksi
pada trakea akan terjadi asfiksia. Untuk mengatasi hal tersebut
kadang-kadang perlu tindakan operasi kecil pada trakea, disebut
trakeotomi. (Irianto.2012: 235)
2) Bronkus
Struktur mikroskopis bronkus mirip dengan trakea. Bronkus
primer kiri lebih horizontal, lebih panjang dan lebih kecil dari

Atelektasis Page 7
bronkus kanan. Maka benda-benda asing yang terhisap lebih sering
dan lebih mudah masuk ke bronkus kanan. (Irianto.2012: 235)
Pada tempat bronkus masuk ke paru-paru, bronkus primer
kanan bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (sekunder).
Sedangkan bronkus primer kiri menjadi dua bronkus lobaris sesuai
dengan jumlah lobus paru-paru kanan tiga dan paru-paru kiri dua
lobus. (Irianto.2012: 235)
Kemudian seperti cabang-cabang ranting pohon, bronkus
lobaris bercabang-cabang lagi menjadi lobus tersier, bronkiolus,
dan bronkilus terminalis. Sepanjang percabangan terjadi
perubahan-perubahan : epitelnya menjadi epitel selapis kubus pada
bronkilus, tidak lagi terdapat tulang rawan pada bronkiolus serta
otot polos pada bronkiolus menjadi besar dan tebal. (Irianto.2012:
235)
3) Bronkiolus
Bronkiolus respiratorius merupakan bagian awal dari
pertukaran gas. Sekitar alveoli terdapat porus/lubang kecil antar-
alveoli (Kohn Pores) untuk mencegah alveoli kolaps.
(Somantri.2009: 7)
4) Alveoli
Parenkim paru merupakan area kerja dari jaringan paru, di
mana pada daerah tersebut mengandung berjuta-juta unit alveolar.
Alveoli berbentuk sangat kecil. Alveoli merupakan kantong udara
pada akhir bronkiolus respiratorius yang memungkinkan terjadinya
pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Seluruh unit alveolar
(zona respirasi) terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus
alveolar, dan kantong alveolar (alveolar sacs). (Somantri.2009: 7)
Fungsi utama alveolar adalah pertukaran oksigen dan karbon
dioksida di antara kapiler pulmoner dan alveoli. (Somantri.2009: 7)

Atelektasis Page 8
5) Paru-paru (pulmonum)
Paru-paru merupakan alat penting pada respirasi, mempunyai
struktur seperti karet busa (spons), lunak tapi nkenyal, terletak
dalam rongga dada (kapum torakis) sebelah kiri dan kanan.
(Irianto.2012: 235)
Paru-paru berjumlah dua buah, yaitu paru-paru kiri dan paru-
paru kanan. Paru-paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru
mengisi rongga dada, dipisahkan oleh jantungbeserta pembuluh
darah besarnya, dan struktur l;ainnya yang terletak di dalam
mediastinum. Paru-paru adalah rongga yang berbentuk kerucut
dengan puncak (apek pulmonis) di atas dan muncu sedikit lebih

Atelektasis Page 9
tinggi dari klavicula di dalam dasar leher. Bagian yang menonjol
ini disebut kupula pleura. Permukaan bawah paru-paru (basis
pulmonis) berbentuk cekung mengikuti bentuk diafragma.
Permukaan medial juga cekung berhadapan dengan mediastinum
(yang berisi jantung dan pembuluh-pembuluh besar yang keluar
masuk jantung). Permukaan kostalis berhadapan dengan pleura
kostalis, iga-iga (kosta) dan otot-otot interkostalis. (Irianto.2012:
236)
Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura terdiri dari bagian
yang menempel dengan dinding dalam rongga dada (pleura
parietalis) dan bagian yang melekat dengan paru-paru (pleura
viseralis). Sebetulnya pleura ini merupakan kantung yang dinding
kedua lapisan tadi dan berisi cairan serous yang berguna sebagai
pelumas sehingga tidak menimbulkan sakit bila antara dinding
rongga dada dan paru terjadi gesekan-gesekan misalnya pada waktu
respirasi. Kantung ini disebut kavum pleura. Pada beberapa bagian
pleura terdapat rongga serap kavum pleura, yaitu sinus
prenikokostalis dan sinus kustomediastinalis. Pada inspirasi,
pinggir paru agak bergeser ke dalam sinus pleura. (Irianto.2012:
236)
Paru-paru dibagi oleh alur paru-paru menjadi beberapa bagian
yang disebut lobus. Paru kiri terdiri dari dua lobus (lobus superior
dan lobus inferior) dan paru kanan terdiri dari tiga lobus (lobus
superior, lobus medius dan lobus inferior). (Irinto.2012.: 236)

2.2 Definisi
Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat
mengembang secara sempurna. (Somantri.2009: 140)

Atelektasis Page 10
Atelektasis adalah mengacu pada keadaan terjadinya kolaps
alveolus, lobus, atau unit paru yang lebih besar. Atelektasis mungkin
disebabkan oleh obstruksi bronkus. Sumbatan mengganggu lewatnya
udara dan dari alveoli yang normalnya menerima udara melalui
bronkus. Udara alveolar yang terperangkap menjadi terserap kedalam
pembuluh darah tetapi udara luar tidak dapat menggantikan udara yang
diserap karena obstruksi. sebagai akibat , bagian paru yang menjadi
kekurangan udara dan ukurannya menyusut, menyebabkan bagian paru-
paru lainnya (sisanya) mengembang berlebihan. (Brunner &
Suddarth.2001: 567)
2.3 Etiologi
Atelektasis dapat menyertai obstruksi bronchial akibat benda
asing atau sumbatan eksudat yang kental. Juga, resiko terhadap
atelektasis meningkat dengan posisi supinasi; membuat dada nyeri;
depresi pernafasan akibat opioid, sedative, dan relaksan otot; dan
distensi abdomen. Atelektasis yang terjadi akibat obstruksi bronchial
oleh sekresi merupakan penyebab lazimkolap masif yang kadang
terjadi pada pasien setelah operasi dan pasien lemah tirah baring.
Pasien- pasien ini , hamper pasti mengalami depresi pernafasan
kontinu, bersamaan dengan ekskursi pernafasan yang adekuat dan
retensie sekresi bronchial. (Brunner & Suddarth.2001: 567)

Atelektasis Page 11
Atelektasis dapat juga terjadi akibat tekanan pada jaringan paru,
yang menghambat ekspansi normal paru pada inspirasi. Tekanan
demikian dapat diakibatkan oleh berbagai penyebab :
1. Menumpukan jaringan didalam torak (efusi pleura),
2. Udara dalam ruang pleura (peniomutorak) ,
3. Pembesaran jantung ,
4. Distensi perikardium oleh cairan (efusi pericardial),
5. Pertumbuhan tumor didalam torak atau kenaikan diafragma yang
mengalami perubahan tempat kearah atas sebagai akibat tekanan
abdominal.
Atelektasis yang disebabkan oleh tekanan sering ditemukan pada pasien
dengan efusi pleura dengan akibat gagal jantung atau infeksi pleura.
Atelektasis sering menjadi salah satu tanda utama tumor bronki.
(Brunner & Suddarth.2001: 567)

2.4 Klasifikasi
Klasifikasi menurut Irman Somantri,2009 atelektasis dibagi
menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut :
1. Atelektasis Bawaan (Neonatorum)
Adalah atelektasis yang terjadi sejak lahir, di mana paru-paru tidak
dapat berkembang secara baik. Timbul pada bayi (aterm/prematur)
dengan kondisi lahir mati (still born) atau lahir dn hidup hanya
beberapa hari dengan pernapasan buruk. Paru-paru tampak padat,
kempis dan tidak berisi udara. (Somantri.2009: 140)
2. Atelektasis Didapat
Jenis atektasis ini dibagi lagi menjadi atelektasis obstruksi dan
kompresi.
a. Atelektasis Obstruksi
Terjadi akibat adanya obstruksi total pada jalan napas, mulai
dari laring sampai dengan bronkiolus. Udara pada alveolus
diserap sampai rongga alveolus kolaps. Faktor lain
terjadinya atelektasis ini adalah melemhnya bgerakan napas
(otot prasternal/difragma). (Somantri.2009: 140)

Atelektasis Page 12
b. Atelektasis Kompresi
Yaitu atelektasis yang terjadi akibat adanya tekanan dari
luar terdiri atas dua jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Menyeluruh (Complete) : terjadi bila tekanan besar dan
merata; terjadi pada hidrotorak, empiema, dan
pneumotorak; terjadi terutama pada bagian basal.
2) Sebagian (Parsial) : terjadi bila tekanan hanya
terlokalisasi (setempat); terjadi misalnya pada tumor,
kardiomegali. (Somantri.2009: 140)
2.5 Patofisiologi
Pada atelektasis absorpsi, obstruksi saluran napas menghambat
masuknya udara ke dalam alveolus yang terletak distal terhadap sumbatan.
Udara yang sudah terdapat dalam alveolus tersebut diabsorpsi sedikit demi
sedikit ke dalam aliran darah dan alveolus kolaps. Untuk mengembangkan
alveolus yang kolaps total diperlukan tekanan udara yang lebih besar,
seperti halnya seseorang harus meniup balon lebih keras pada waktu mulai
mengembangkan balon.
Atelektasis absorpsi dapat disebabkan oleh obstruksi bronkus
intrinsik atau ekstrinsik. Obstruksi bronkus intrinsik paling sering
disebabkan oleh secret atau eksudat yang tertahan. Tekanan ekstrinsik pada
bronkus biasanya disebabkan oleh neoplasma, pembesaran kelenjar getah
benih, aneurisma atau jaringan parut.
Mekanisme pertahanan fisiologik yang bekerja mempertahankan
sterilitas saluran nafas bagian bawah bertindak mencegah atelektasis
dengan menghalangi terjadinya obstruksi. Mekanisme-mekanisme yang
beperan adalah kerja gabungan dari tangga berjalan silia yang dibantu
oleh batuk untuk memindahkan partikel-partikel dan bakteri yang
berbahaya ke dalam faring posterior, tempat partikel dan bakteri tersebut
ditelan atau dikeluarkan.
Mekanisme lain yang bertujuan mencegah atelektasis adalah
ventilasi kolateral. Hanya inspirasi dalam saja yang efektif untuk
membuka pori-pori Kohn dan menimbulkan ventilasi kolateral ke dalam

Atelektasis Page 13
alveolus disebelahnya yang mengalami penyumbatan. Dengan demikian
kolaps akibat absorpsi gas-gas dalam alveolus yang tersumbat dapat
dicegah (dalam keadaan normal absorpsi gas ke dalam darah lebih mudah
karena tekanan parsial total gas-gas darah sedikit lebih rendah daripada
tekanan atmosfer akibat lebih banyaknya O2 yang diabsorpsi ke dalam
jaringan daripada CO2yang diekskresikan).
Selama ekspirasi, pori-pori Kohn menutup, akibatnya tekanan di
dalam alveolus yang tersumbat meningkat, sehingga membantu
pengeluaran sumbat mucus. Bahkan dapat dihasilkan gaya ekspirasi yang
lebih besar, yaitu sesudah bernafas dalam, glotis tertutup dan kemudian
terbuka tiba-tiba seperti pada proses batuk normal. Sebaliknya pori-pori
Kohn tetap tertutup sewaktu inspirasi dangkal; sehingga tidak ada ventilasi
kolateral menuju alveolus yang tersumbat; dan tekanan yang memadai
untuk mengeluarkan sumbat mucus tidak akan tercapai. Absorpsi gas-gas
alveolus ke dalam aliran darah berlangsung terus, dan mengakibatkan
kolaps alveolus. Dengan keluarnya gas dari alveolus, maka tempat yang
kosong itu sedikit demi sedikit akan terisi cairan edema.
Atelektasis pada dasar paru sering kali muncul pada mereka yang
pernapasannya dangkal karena nyeri, lemah atau peregangan abdominal.
Sekret yang tertahan dapat mengakibatkan pneumonia dan atelektasis yang
lebih luas. Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan
penggantina jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis. Untuk
dapat melakukan tindakan pencegahan yang memadai diperlukan
pengenalan terhadap faktor-faktor yang mengganggu mekanisme
pertahanan paru normal.
Atelektasis tekanan diakibatkan oleh tekanan ekstrinsik pada semua
bagian paru atau bagian dari paru, sehingga mendorong udara keluar dan
mengakibatkan kolaps. Sebab-sebab yang paling sering adalah efusi
pleura, pneumothoraks, atau peregangan abdominal yang mendorong
diafragma ke atas. Atelektasis tekanan lebih jarang terjadi dibandingkan
dengan atelektasis absorpsi.

Atelektasis Page 14
Hilangnya surfaktan dari rongga udara terminal menyebabkan
kegagalan paru untuk mengembang secara menyeluruh dan disebut sebagai
mikroatelektasis. Hilangnya surfaktan merupakan keadaan yang penting
baik pada sindrom distress pernapasan akut (ARDS) dewasa maupun bayi.
Atelektasis dapat terjadi pada satu tempat yang terlokalisir di paru,
pada seluruh lobus atau pada seluruh paru. Penyebab yang palig sering
adalah:
Atelektasis biasanya merupakan akibat dari sumbatan bronki kecil
oleh mucus atau sumbatan bronkus besar oleh gumpalan mucus yang besar
atau benda padat seperti kanker. Udara yang terperangkap di belakang
sumbatan diserap dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam. Oleh
darah yang mengalir dalam kapiler paru. Jika jaringan paru cukup lentur
(pliable), alveoli akan menjadi kolaps.
Tetapi, jika paru bersikap kaku akibat jaringan fibrotik dan tidak
dapat kolaps, maka absorpsi udara dari alveoli menimbulkan tekanan
negatif yang hebat dalam alveoli dan mendorong cairan keluar dari kapiler
paru masuk ke dalam alveoli, dengan demikian menyebabkan alveoli terisi
penuh dengan cairan edema. Ini merupakan efek yang paling sering terjadi
bila seluruh paru mengalami atelektasis, suatu keadaan yang disebut
kolaps masif dari paru, karena kepadatan dinding dada dan mediastinum
memungkinkan ukuran paru berkurang hanya kira-kira separuh dari
normal, dan tidak mengalami kolaps sempurna.
Efek terhadap fungsi paru seluruhnya disebabkan oleh kolaps masif
(atelektasis) pada suatu paru dilukiskan pada gambar dibawah ini. Kolaps
jaringan paru tidak hanya menyumbat alveoli tapi hampir selalu juga
meningkatkan tahanan aliran darah yang melalui pembuluh darah paru.
Meningkatan tahanan ini sebagian tejadi karena kolaps itu sendiri, yang
menekan dan melipat pembuluh darah sehingga volume paru berkurang.
Selain itu, hipoksia pada alveoli yang kolaps menyebabkan vasokonstriksi
bertambah.
Akibat vasokonstriksi pembuluh darah, maka aliran darah yang
melalui paru atelektasis menjadi sedikit kebanyakan darah mengalir

Atelektasis Page 15
melalui paru yang terventilasi sehingga tejadi aerasi dengan baik. Pada
keadaan diatas lima per enam darah mengalir melalui paru yang teraerasi
dan hanya satu per-enam melalui paru yang tidak teraerasi. Sebagai
akibatnya, rasio ventilasi/perkusi seluruhnya hanya sedang saja, sehingga
darah aorta hanya mempunyai sedikit oksigen yang tidak tersaturasi
walaupun terjadi kehilangan ventilasi total pada satu paru.
Sekresi dan fungsi surfaktan dihasilkan oleh sel-sel epitel alveolus
spesifik ke dalam cairan yang melapisi alveoli. Zat ini menurunkan
tegangan permukaan pada alveoli 2 sampai 10 kali lipat, yang memegang
peranan penting dalam mencegah kolapsnya alveolus.
Tetapi, pada berbagai keadaan, seperti penyakit membrane hialine
(juga disebut sindrom gawat napas), yang sering terjadi pada bayi-bayi
premature yang baru lahir, jumlah surfaktan yang disekresikan oleh alveoli
sangat kurang. akibatnya tegangan permukaan cairan alveolus meningkat
sangat tinggi sehingga menyebabkan paru bayi cenderung mengempis,
atau menjadi terisi cairan, kebanyakan bayi ini mati lemas karena bagian
paru yang atelektasis menjadi semakin luas.
Pada atelektasis tekanan diakibatkan oleh tekanan ekstrinsik pada
semua bagian paru atau bagian dari paru, sehingga mendorong udara
keluar dan mengakibatkan kolpas. Sebab-sebab yang paling sering adalah
efusi pleura, pneumotoraks, atau peregangan abdominal yang mendorong
diapragma keatas. Atelektasis tekanan lebih jarang terjadi di bandingkan
dengan atelektasis absorbsi.
Berbeda dengan atelektasis absorpsi, pada atelektasis kompresi
(tekanan) terjadi akibat adanya tekanan ekstrinsik pada bagian paru,
sehingga mendorong udara keluar dan menyebabkan bagian tersebut
kolaps. Tekanan ini biasa terjadi akibat efusi pleura, pneumotoraks atau
peregangan abdominal yang mendorong diafragma ke atas.

Atelektasis Page 16
2.6 WOC

Efusi Pleura, Kelainan


Obstruksi Atelektasis Kardiomegali, neuromuskular
bronkus absorsi Tumor, Efusi
Perikardial
Kelumpuhan
Terjebaknya udara udara yg otot-otot bantu
di dalam paru besar Meningginya pernapasan
tekanan intra pleura diafragma,
Udara diserap oleh Tidak ada
pembuluh kapiler paru saluran untuk
Kelainan kembang
membebaska
kempis paru non
n udara yang
obstruksi
terjebak
Susunan gas dalam
udara terjebak dalam
paru
Penurunan/
Hambatan
kehilangan surfactan
paru
menyeluruh
Oksigen lebih
cepat diserap

Atelektasis Page 17
ATELEKTASIS

Gangguan
pengeluaran
mukus Gangguan
pengembangan dispneu
Asupan oksigen ke
paru/kolap alveoli O2 di paru menurun
jaringan menurun

Akumulasi
Pola nafas
mukus
cepat dan Kadar O2 darah
pada Ventilasi dan
dangkal sianosis menurun
bronkus perfusi tidak
seimbang

Gangguan Hipoksemia
Ketidakefektifan
Ketidakefektifan perfusi jaringan
bersihan jalan Gangguan pola nafas
nafas pertukaran gas
Hipoksia

Peningkatan usaha dan


frekuensi
pernfasanan,pengunaan
obat bantu pernafasan
O2 otot menurun

Respon sistemik & Kontraktilitas otot


psikologis menurun

Intake nutrisi tidak Kelemahan fisik


adekuat

Gangguan Intoleransi
Pemenuhan nutrisi Aktivitas

Atelektasis Page 18
2.7 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang timbul pada pasien atelektasis menurut Brunner &
Suddarth,2001 adalah sebagai berikut :
1. Dipsnea : kesulitan bernapas (sesak)
2. Sianosis : suatu kondisi yang menyebabkan kulit dan selaput
lendir (dalam mulut, tepi mata, dll) berubah warna
menjadi kebiruan karena terlalu sedikit oksigen
dalam aliran darah.
3. Nyeri pleura : nyeri pada bagian pembungkus paru (pleura).
2.8 Pemeriksaan Diagnostik dan Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan fisik :
1.) Pada tahap dini sulit diketahui.
2.) Ronchi basah, kasar dan nyaring.
3.) Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan
pada auskultasi memberi suara umforik.
4.) Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan
fibrosis.
5.) Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi
memberikan suara pekak)

Atelektasis Page 19
b. Pemeriksaan Radiologis :
Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan
dengan batas tidak jelas. Pada kavitas bayangan berupa cincin.
Pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan
densitas tinggi.
1) Foto Rontgen Thorax
2) CT Scan
3) Bronkografi
2. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi Konvensional
Pemeriksaan rontgen thoraks adakalanya dapat memberikan
petunjuk untuk mendiagnosis atelektasis.
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperbaiki fentilasi dan
membuang sekresi. Jika atelektasi terjadi sebagai akibat efusi pliura
atau peniumotoraks tekanan ,cairan atau udara mungkin dibuang
dengan anspirasi jarum . jika obstruksi bronkial adalah penyebabnya,
obstruksi harus dihilangkan untuk memungkinkan udara memasuki
bagian paru tersebut kembali. Jika tindakan keperawatan pernafasan
tidak berhasil untuk menghilangkan obstruksi, dilakukan bronkoscopy.
Intubasi indotrakeal dan ventilasi mekanik mungkin diperlukan.
Tindakan yang segera, mengurangi resiko peniomonia dan abses paru.
(Brunner & Suddarth.2001: 567)
Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai
berikut:
a. Medis
1) Pemeriksaan bronkoskopi
2) Pemberian oksigenasi
3) Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator,
antibiotik dan kortikosteroid)
4) Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)
5) Pemeriksaan bakteriologis
b. Keperawatan
1) Teknik batuk efektif
2) Pegaturan posisi secara teratur
3) Melakukan postural drainase dan perkusi dada
4) Melakukan pengawasan pemberian medikasi secara teratur
2.10 Pencegahan

Atelektasis Page 20
Tindakan keperawatan untuk mencegah obstruksi bronkial termasuk
mengaspirasi sekresi, memberikan dorongan pasien untuk batuk, dan
menggunakan nebuliser aerosol, diikuti dengan drainase postural dan
perkusi dada. Pasien harus sering diubah posisi berbaringnya untuk
merangsang batuk. Jika mungkin, pasien diambulasi untuk membantu
memobilisasi dan membersihkn sekresi. (Brunner & Suddarth.2001: 567)
Semua pasien stupor, lemah, dan sedasi sering diubah
posisiberbaringnya di tempat tidur. Batuk dan napas dalam (sedikitny
setiap 2 jam) membantu dalammencegah dan mengatasi atelektasi.
Penggunan spirometri insentif atau napas dalam spontan meningkatkan
inspirasi dan mengurangi kemungkinan penutupan jalan napas. Suksion
nasofaring dan nasotrakeal sangat membantu dalam merangsang pasien
untuk batuk, dengan demikian membuang sekresi yang banyak dan kental.
(Brunner & Suddarth.2001: 567)

2.11 Komplikasi
Pada pasien yang mengalami atelektasis maka akan terjadi :
1. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura di
mana masukan udara ke dalam rongga pleura, dapat dibedakan
menjadi pneumothorak spontan, udara lingkungan keluar masuk ke
dalam rongga pleura melalui luka tusuk, misalnya udara melalui
mediastinum yang disebabkan oleh trauma.
2. Efusi pleura
Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan
penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis dan
juga atelektasis dapat menyebabkan pirau (jalan pengalihan)
intrapulmonal (perfusi ventilasi) dan bila meluas, dapat menyebabkan
hipoksemia.

Atelektasis Page 21
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ATELEKTASIS

3.1 Pengkajian
1. Indentitas
a. Nama :
b. Umur : terjadi pada bayi yang baru lahir,
anak-anak atau pada usia tua
c. Jenis kelamin : bisa terjadi pada pria dan wanita
d. Pekerjaan : biasanya terjadi pada orang
yang bekerja pada daerah dengan polusi tinggi
2. Keluhan utama
Pada atelektasis keluhan utama yang dirasakan adalah :
a. Sesak nafas
b. Nyeri dada
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien merasakan sesak nafas, setelah beraktivitas dan merasakan
nyeri dada pada bagian yang terkena atelektasis.
4. Riwayat penyakit keluarga
Pasien tidak mempunyai penyakit menurun.
5. Riwayat penyakit dahulu
Pada saat lahir pasien pernah mengalami kelainan yaitu setelah
lahir belum sempat terjadi tangis yang pertama.
6. Riwayat psiko social
a. Pasien merasakan cemas karena mengalami nyeri
b. Pasien jarang berkomunikasi dengan lingkungan sekitar
7. Pola aktivitas sehari-hari

Atelektasis Page 22
a. Mobilisasi berkurang karena pasien sesak nafas jika pasien
banyak melakukan aktivitas
b. Pola istirahat, tidur pasien menjadi berkurang atau tidak teratur
c. Pemasukan nutrisi dan cairan berkurang

8. Pemeriksaan Fisik
a. B1(breathing)
1) Inspeksi : Sesak, batuk, nyeri dada, penggunaan otot bantu
pernafasaan, pernafasaan diafragma dan perut meningkat,
pernafasan cuping hidung, pola nafas cepat dan dangkal,
retraksi otot bantu pernafasan.
2) Palpasi : fremitus berkurang, biasanya terdapat perbedaan
pada gerak dinding thorak, gerak sela iga dan diafragma
3) Perkusi : pekak atau datar
4) Auskultasi : suara pernapasan tidak terdengar, terdengar
suara ronchi pada lapang paru ( karena penumpukan
secret)

b. B2 (blood)
Pada umumnya klien atelektasis mengalami Peningkatan
leukosit dan LED, BGA menunjukkan derajat hipoksemia
(penurunan kadar oksigen dalam darah), terkadang kadar Hb
dalam darah menurun, denyut nadi meningkat
(takhikardi), dan sianosis
c. B3 (brain)
Pada klien atelektasis biasanya dapat terjadi penurunan
kesadaran dikarenakan penurunan suplay O2 ke otak, gelisah,
kejang
d. B4 (bladder)
Terkadang prodeuksi urine menurun
e. B5 (bowel)
Mual dan terkadang juga muntah
f. B6 (bone)
Pada umumnya tidak ada kelainan

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tak efektif b/d perubahan tekanan paru
2. Bersihan jalan nafas inefektif b/d akumulasi mukus pada bronkus
3. Gangguan pertukaran gas b/d ventilasi dan perfusi tidak seimbang

Atelektasis Page 23
4. Nyeri b/d proses inflamasi paru
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan napsu makan
6. Intoleran aktivitas b/d penurunan suplai oksigen
7. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang proses penyakit
3.3 Intervensi
1. Pola napas inefektif b/d perubahan tekanan paru
a. Tujuan : Pola nafas kembali efektif setelah dilakukan tindakan
keperawatan
b. Kriteria hasil:
1) Tidak terjadi hipoksia atau hipoksemia
2) Tidak sesak
3) RR normal (16-20 / menit)
4) Tidak terdapat kontraksi otot bantu nafas
5) Tidak terdapat sianosis

INTERVENSI RASIONAL
Berikan informasi pada pasien Informasi yang adekuat dapat
tentang penyakitnya
membawa pasien lebih kooperatif
dalam memberikan terapi
Atur posisi semi fowler Jalan nafas yang longgar dan tidak
ada sumbatan proses respirasi dapat
berjalan dengan lancar.
Sianosis merupakan salah satu tanda
Observasi tanda dan gejala sianosis
manifestasi ketidakadekuatan suply
O2 pada jaringan tubuh perifer
Pemberian oksigen secara adequat
dapat mensuplai dan memberikan
Berikan terapi oksigenasi cadangan oksigen, sehingga
mencegah terjadinya hipoksia.
Dyspneu, sianosis merupakan tanda
terjadinya gangguan nafas disertai

Observasi tanda-tanda vital dengan kerja jantung yang menurun


timbul takikardia dan capilary refill
time yang memanjang/lama.
Ketidakmampuan tubuh dalam
proses respirasi diperlukan
intervensi yang kritis dengan
Observasi timbulnya gagal nafas. menggunakan alat bantu pernafasan

Atelektasis Page 24
(mekanical ventilation).
Pengobatan yang diberikan berdasar
indikasi sangat membantu dalam
proses terapi keperawatan

Kolaborasi dengan tim medis dalam


memberikan pengobatan

2. Bersihan jalan napas inefektif b/d akumulasi mukus pada


bronkus
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien
menunjukan perilaku mencapai bersihan jalan nafas.
b. Kriteria hasil: Klien dapat mempertahankan jalan nafas secara
efektif

INTERVENSI RASIONAL
a. Auskultasi bunyi nafas.catat adanya e. Beberapa derajat spasme
bunyi nafas, misal: mengi ,ronki.
bronkus terjadi dengan obtruksi
jalan nafas dan terdapat nafas
adventisius.
b. Kaji frekwensi kedalaman pernafasan f. Pernafasan dangkal dan gerakan
dan gerakan dada, dan ajarkan teknik dada tidak simetris sering terjadi
batuk efektif karena ketidaknyamanan
gerakan dinding dada/cairan
paru.
g. Cairan (khususnya air
hangat)memobilisasi
c. Observasi warna kulit,membran h. Sianosis kuku menunjukan
mukosa, dan kuku adanya vasokontruksi,sianosis
d. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari,
membram mukosa dan kulit
kecuali kontra indikasi,tawarkan air
sekitar mulut menunjukan
hangat.
hipoksemia sistemik

3. Gangguan pertukaran gas b/d ketidak seimbangan ventilasi dan


perfusi

Atelektasis Page 25
a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien
menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
b. Kriteria hasil: Pertukaran gas dapat dipertahankan

INTERVENSI RASIONAL
kaji frekuensi kedalaman Untuk mengevaluasi derajat
pernafasan. distres pernafasan pernafasan
atau proses penyakit .
Tinggikan kepala tempat tidur bantu
Pengiriman oksigen dapat di
pasien memilih posisi yang mudah
perbaiki dengan posisi duduk
untuk bernafas. Dorong pasien
tinggi dan latihan nafas untuk
untuk penafasan dalam atau nafas
menurunkan kolaps jalan nafas.
bibir.
Auskultasi bunyi nafas,cacat area Bunyi nafas mungkin redup
penurunan aliran udara /bunyi karena penurunan aliran
tambahan, (ronki,mengi,redup). udara,adanya mengi
mengindikasikan spasme
bronkus.
Penurunan getaran fibrasi
Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
diduga ada pengumpulan cairan.
Palpasi fremitus (getaran vibrasi Selama distres pernafasan
pada saat palpasi). berat/akut ,pasien secara total
tidak mampu melakukan
aktivitas sehari hari
Takikardia dan perubahan
Awasi tanda tanda vital dan irama
tekanan darah yang dapat
jantung.
menunjukan adanya hipoksemia
sistemik pada fungsi jantung.
Kolaborasi
Awasi /gambaran seri GDA dan
nadi. PaCO2 biasanya meningkat
Berika oksigen tambahan sesuai (bronchitis,emfisema)dan
degan indikasi hasil GDA dan PaCO2 secara umum
toleransi pasien. menurun ,sehingga terjadi

Bantu intubasi ,berikan /pertahankan hipoksia .


Memperbaiki atau mencegah
ventilasi mekanik

Atelektasis Page 26
memburuknya hipoksia.
Terjadinya kegagalan nafas
yang akan datang memerlukan
upaya penyelamatan hidup.

4. Nyeri b/d proses inflamasi paru


a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien
menunjukan nyeri hilang/terkontrol
b. Kriteria hasil :
1) Menunjukan pasien dapat rileks
2) Pasien dapat beristirahat dengan baik dengan nyeri yang
terkontrol
3) Menunjukan peningkatan aktivitas dengan tepat.

INTERVENSI RASIONAL
Tentukan karakteristik nyeri Nyeri dada, biasanya ada dalam
beberapa derajat pada penyakit pada
sistem respirasi
Perubahan frekuensi jantung atau
Pantau TTV
TD menunjukan bahwa pasien
mengalami nyeri, khususnya bila
alasan lain untuk perubahan tanda
vital telah terlihat
Tindakan non-analgetik diberikan
Berikan tindakan nyaman, seperti
dengan sentuhan lembut dapat
relaksasi menghilangkan ketidaknyamanan
dan memperbesar efek terapi
analgesik
Pernapasan mulut dan terapo
Tawarkan pembersihan mulut oksigen dapat mengiritasi dan
dengan sering mengerikan membran mukosa,
potensial ketidaknyamanan umum.
Obat ini dapat digunakan untuk
menekan batuk non-produktif/
Kolaborasi : berikan analgetik dan
paroksismal atau menurunkan
antitusif sesuai indikasi
mukosa berlebihan, meningkatkan

Atelektasis Page 27
kenyamanan/ istirahat umum.

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan napsu makan


a. Tujuan : Setalah diberikan tindakan keperawatan, pasien
menunjukan peningkatan napsu makan
b. Kriteria hasil :
1) Mempertahankan/meningkatkan berat badan
2) Nutrisi pasien tercukupi dan seimbang

INTERVENSI RASIONAL
Identifikasi faktor yang Pilihan intervensi tergantung pada
menimbulkan anoreksia, mual/ penyebab masalah
muntah. Misal: sputum banyak,
dipsnea berat, nyeri.
Berikan wadah tertutup untuk
Menghilangkan tanda bahaya, rasa,
sputum dan buang sesering
bau dari lingkungan pasien dan
mungkin. Berikan/ bantu kebersihan
dapat menurunkan mual.
mulut setelah muntah.
Jadwalkan pengobatan pernapasan
Menurunkan efek mual yang
sedikitnya 1 jam sebelum makan
Auskultasi bunyi usus. Observasi/ berhubungan dengan pengobatan ini
Bunyi usus mungkin menurunkan/
palpasi distensi abdomen.
tak ada bila proses infeksi berat/
memanjang. Distensi abdomen
terjadi sebagai akibat menelan udara
atau menunjukan pengruh toksin
bakteri pada saluran GI.
Berikan makan porsi kecil dan
Tindakan ini dapat meningkatkan
sering termasuk makanan kering
masukan meskipun napsu makan
(roti panggang, krekers) dan/ atau
mungkin lambat untuk kembali.
makanan yang menarik untuk
pasien
Evaluasi status nutrisi umum, ukur
Adanya kondisi kronis (seperti
berat badan dasar.
PPOM atau alkhosolisme) atau
keterbatasan keuangan dapat
menimbulkan malnutrisi, rendahnya

Atelektasis Page 28
tahanan terhadap infeksi, dan/ atau
lambatnya respons terhadap terapi.

6. Intoleransi aktivitas b/d penurunan suplasi oksigen


a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu
berktivitas.
b. Kriteria hasil: Klien dapat mempertahankan aktivitas

INTERVENSI RASIONAL
Evaluasi respon pasien terhadap Menetapkan kemampuan atau
aktivitas catat laporan dipsnea, kebutuhan pasien dan
peningkatan kelemahan atau kelelahan memudahkan pilihan intervensi.
dan perubahan tanda vital selama dan
setelah aktivitas.
Berikan lingkungan yang tenang dan
Menurunkan distres dan
batasi pengunjung selama fase akut
rangsangan yang berlebihan atau
sesuai indikasi.
meningkatkan istrahat.
Bantu pasien memilih posisi yang
Membuat pasien nyaman apa
nyaman untuk istirahat dan tidur.
bila kepala ditinggikan, tidur
dikursi atau menunduk ke depan
meja atau bantal.

7. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang proses


penyakit dan pengobatan
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien
menyatakan pemahaman proses penyakit dan proses pengobatan/
keperawatan
b. Kriteria hasil :
1) `Pasien dapat mengetahui tentang proses penyakit
2) Dapat menjalani aktivitas tanpa ada kecemasan karena ketidak
tahuan tentang proses penyaki
3) Dapat melakukan perubahan pola hidup dan berpatisifasi
dalam program pengobatan

INTERVENSI RASIAONAL
Kaji fungsi normal paru, patologi Meningkatkan pemahaman situasi

Atelektasis Page 29
kondisi. yang ada dan penting
menghubungkannya dengan
program pengobatan
Iformasi dapat meningkatkan
Diskusikan aspek ketidakmampuan
koping dan membantu menurunkan
dari penyakit, lamanya
ansietas.
penyembuhan, dan harapan
kesembuhan. Indentifikasi perawtan
diri dan kebutuhan/ sumber
pemeliharaan rumah.
Berikan informasi dalam betunk Kelemahan dan depresi dapat
tertulis dan verbal mempengaruhi kemampuan unutk
mengasilimasi informasi/ mengikuti
program medik
Selama awal 6-8 minggu setelah
Tekankan pentingnya melanjutkan
pulang, pasien beresiko masih untuk
bantuk efektif/ latihan pernapasan
kambuh

3.4 Implementasi
1. Pola nafas tak efektif b/d perubahan tekanan paru
a. Merikan informasi pada pasien tentang penyakitnya
b. Mengatur posisi semi fowler
c. Mengobservasi tanda dan gejala sianosis
d. Memberikan terapi oksigenasi
e. Mengobservasi tanda-tanda vital
f. Mengobservasi timbulnya gagal nafas.
g. Berkolaborasi dengan tim medis dalam memberikan pengobatan

2. Bersihan jalan nafas inefektif b/d akumulasi mukus pada bronkus


a. Mengauskultasi bunyi nafas.catat adanya bunyi nafas, misal: mengi
,ronki.
b. Mengkaji frekwensi kedalaman pernafasan dan gerakan dada, kemudian
ajarkan teknik batuk efektif.
c. Mengobservasi warna kulit,membran mukosa, dan kuku
d. Memberikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari, kecuali kontra
indikasi,tawarkan air hangat.

3. Gangguan pertukaran gas b/d ventilasi dan perfusi tidak seimbang

Atelektasis Page 30
a. Mengkaji frekuensi kedalaman pernafasan.
b. Meninggikan kepala tempat tidur bantu pasien memilih posisi yang
mudah untuk bernafas. Dorong pasien untuk penafasan dalam atau nafas
bibir.
c. Mengauskultasi bunyi nafas,cacat area penurunan aliran udara /bunyi
tambahan, (ronki,mengi,redup).
d. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas.
e. Mempalpasi fremitus (getaran vibrasi pada saat palpasi).
f. Mengawasi tanda tanda vital dan irama jantung.
g. Mengawasi seri GDA dan nadi.
h. Memberikan oksigen tambahan sesuai degan indikasi hasil GDA dan
toleransi pasien.
i. Membantu intubasi ,berikan /pertahankan ventilasi mekanik

4. Nyeri b/d proses inflamasi paru


a. Menentukan karakteristik nyeri
b. Memantau TTV
c. Memberikan tindakan nyaman, seperti relaksasi
d. Menawarkan pembersihan mulut dengan sering
e. Kolaborasi : berikan analgetik dan antitusif sesuai indikasi

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan napsu makan


a. Mengidentifikasi faktor yang menimbulkan anoreksia, mual/ muntah.
Misal: sputum banyak, dipsnea berat, nyeri.
b. Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin.
Berikan/ bantu kebersihan mulut setelah muntah.
c. Menjadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
d. Mengauskultasi bunyi usus. Observasi/ palpasi distensi abdomen.
e. Memberikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti
panggang, krekers) dan/ atau makanan yang menarik untuk pasien
f. Mengevaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.

6. Intoleran aktivitas b/d penurunan suplai oksigen


a. Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas catat laporan dipsnea,
peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama
dan setelah aktivitas.
b. Memberikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase
akut sesuai indikasi.
c. Membantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur

7. Anxietas b/d hospitalisasi (ICU)

Atelektasis Page 31
a. Mengkaji fungsi normal paru, patologi kondisi.
b. Mendiskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya
penyembuhan, dan harapan kesembuhan. Indentifikasi perawtan diri dan
kebutuhan/ sumber pemeliharaan rumah.
c. Memberikan informasi dalam betunk tertulis dan verbal
d. Menekankan pentingnya melanjutkan bantuk efektif/ latihan pernapasan

3.5 Evaluasi
1. Dx 1: pola napas pasien dapat teratasi/ kembali menjadi efektif.
2. Dx 2: bersihan jalan napas pasien teratasi/ kembali menjadi efektif.
3. Dx 3: kerusakan pertukaran gas teratasi, dan adanya perbaikan ventilasi
dan oksigenisasi jaringan.
4. Dx 4: nyeri yang diderita pasien hilang, teratasi dan terkontrol
5. Dx 5: pasien menunjukan napsu makannya membaik dan berat badan
meningkat.
6. Dx 6: pasien menunjukan peningkatan aktivitas
7. Dx 7: pasien lebih tenang dan memahami proses penyakit

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari materi diatas, dapat disimpulkan atelektasis merupakan
suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat mengembang secara

Atelektasis Page 32
sempurna, Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan
bronkus. Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya gumpalan lendir, tumor
atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat
oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran kelenjar
getah bening. tanda dan gejala yang timbul pada penyakit atelectasis seperti
dyspnea berat, sianosis, nyeri dada, takikardi, dapat mengeluh napas pendek,
sesak, lemah, dan ansietas, serta pada saat emeriksaan auskultasi
menunjukkan penurunan bunyi napas.
Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat
meliputi subsegmen paru atau seluruh paru. Atelektasis terjadi karena berbagai
macam faktor antara lain karena adanya benda asing di saluran nafas seperti
secret, gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam
bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar,
seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah bening. Factor-faktor tersebut
merupakan manifestasi klinis dari berbagai penyakit saluran pernafasan seperti
pneumonia, efusi pleura, ca paru, dll.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa
saran sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan khususnya pada klien dengan penyakit atelektasis.
Dalam suatu penerapan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Atelektasis diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.
Informasi atau pendidikan kesehatan mengenai pencegahan atelektasis
sangat berguna bagi klien dengan atelaktasis, seperti:
1. Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena
kembali bisa mengembang.
2. Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur
lainnya.
3. Latihan menarik nafas dalam ( spirometri insentif ).
4. Lakukan perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak.
5. Posisikan postural drainase utuk mengeluarkan secret yang ada.
6. Pemberian antibiotik diberikan untuk semua infeksi.
7. Pengobatan tumor atau keadaan lainnya.
8. Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang,
menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-
paru yang terkena mungkin perlu diangkat.

Atelektasis Page 33
9. Jika atelektasis terjadi sebgai akibat efusi pleura atau pneumotorak,
tekanan cairan atau udara mungkin dibuang dengan aspirasi jarum.
10. Jika penyebabnya obstruksi bronchial, obstruksi harus di hilangkan untuk
memungkinkan udara memasuki bagian paru tersebut.
Selain itu, dukungan psikologi baik dari keluarga maupun
lingkungan juga sangat berguna untuk klien dengan atelektasis.Oleh karena itu,
dalam makalah ini penulis akan mencoba membahas tentang atelektasis serta
memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami atelektasis.

DAFTAR PUSTAKA
Irianto, Koes. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa. Bandung:
Alfabeta
Brunner & Suddart (2001). Buku ajar Keperawatan Medikal bedah (edisi 8,
volume 1). Jakarta : EGC
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
https://www.academia.edu/5006027/BAB_II_ATELEKTASIS?auto=download
Diakses Minggu, 11 September 2016 jam 06.53 WIB
http://taufanarif1990.blogspot.co.id/2013/02/askep-atelektasis.html
Diakses Kamis, 15 September 2016 jam 07.32 WIB

Atelektasis Page 34
Atelektasis Page 35

Anda mungkin juga menyukai