OLEH:
Offering D/2015
A. Pendahuluan
Kata tes berasal dari bahasa latin Testum yaitu alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa
Prancis kuno, kata tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan emas dan perak dari
logam-logam yang lain. Lama kelamaan arti tes menjadi lebih umum. Menurut Elliot (1999) tes
merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang tingkah laku atau hasil belajar
siswa. Pengertian tes menurut Suryabrata (1993) adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan yang berdasar atas bagaimana testee
menjawab.
Pengertian tes di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum tes dapat didefinisikan
sebagai suatu tugas atau serangkaian tugas, dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan atau perintah-
perintah. untuk dijawab dan dilaksanakan. Hasil dari tes tersebut dapat dibandingkan. Di dalam
lapangan psikologi kata tes mula-mula digunakan oleh J. M. Cattel pada tahun 1890. Dan sejak
itu makin popular sebagai nama metode psikologi yang dipergunakan untuk menentukan
(mengukur) aspek-aspek tertentu dari pada ke pribadian.
D. Tes Kraepelin
Menurut versi Universitas Gajah Mada (UGM) tes Kraepelin merupakan bentuk tes
berupa satu lembar kertas dobel kuarto memanjang bolak-balik terdiri atas 4 halaman. Halaman
pertama untuk menuliskan identitas subyek dan contoh tes. Halaman kedua dan ketiga berisi
soal, dan halaman keempat untuk scoring, grafik dan interpretasi. Lembar tes dalam bentuk
terpakai habis. Tes berwujud angka-angka sederhana yaitu 1 9. Subyek diminta untuk
menjumlahkan angka-angka secara berurutan dari bawah ke atas untuk dua angka yang
berdekatan tan pa ada angka yang dilewati. Tes ini dapat disajikan secara individual maupun
klasikal. Waktu keseluruhan yang diperlukan kurang lebih 20 menit. Perinciannya adalah
pengisian identitas subyek 4 menit, instruksi 2 menit, latihan 1 menit, dan mengerjakan soal 12,5
menit. Setiap deret diberi waktu 15 detik, dan setiap 15 detik terdapat aba-aba untuk segera
pindah mengerjakan deret yang berikutnya, hingga 50 kali pindah deret.
Pada umumnya, tes Kraepelin sering digunakan untuk kepentingan seleksi, promosi dan
mutasi dalam bidang kerja dan jabatan (psikologi Industri). Kadang-kadang bidang psikologi
lainnya juga menggunakan tes ini, seperti psikologi pendidikan, klinis, dan bidang yang lain
yang disesuaikan dengan kepentingannya.
Dalam tes Kraepelin, sebenarnya testee hanya diminta untuk mengerjakan hitungan
sederhana, yaitu menjumlahkan deretan angka-angka. Namun yang menjadi masalah adalah
jumlah deretan angka yang diberikan sangat banyak hampir sebesar lembaran koran. Sehingga
tes yang juga dikenal dengan istilah "Tes Koran". Tes ini menuntut konsentrasi, ketelitian,
stabilitas emosi dan daya tahan yang prima. Semakin banyak kesalahan yang dibuat,
menunjukkan testee adalah orang yang tidak teliti, tidak cermat, tidak hati-hati dan kurang
memiliki daya tahan yang cukup terhadap stres atau tekanan pekerjaan.
Tes Kraepelin terdiri dari 45 lajur angka satuan antara 0 hingga 9 yang tersusun secara
acak sebanyak 60 angka secara vertikal pada tiap-tiap lajur. Tugas testee adalah setiap kali
menjumlahkan 2 buah angka, mulai dari angka paling bawah pada tiap-tiap lajur dalam batas
waktu tertentu yang singkat.
5 7 6 9 2
3 8 4 0 5
9 2 4 3 7
1 8 1 2 6
0 4 7 5 1
6 3 5 4 7
4 5 3 7 4
6 9 0 5 2
2 6 9 8 9
Jadi, bila 2 dijumlahkan dengan 6 hasilnya ditulis di sebelah kanan di antara kedua angka
tersebut. Kemudian 6 dijumlahkan dengan 4, hasilnya ditulis sebagai 0 (hanya diambil angka
bagian belakang bila hasilnya > 9) di sebelah kanan di antara kedua angka tersebut. Kemudian 4
dijumlahkan dengan 8 hasilnya ditulis sebagai 2 di sebelah kanan di antara kedua angka tersebut,
dan seterusnya.
Tes Kraepelin memiliki tujuan khusus di samping kecepatan dalam menghitung. Tujuan
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Tes Kraepelin sebagai tes kepribadian
Tes Kraepelin dapat digunakan untuk menentukan tipe performance seorang, seperti :
1) Hasil penjumlahan angka yang sangat rendah, dapat mengindikasikan gejala depresi mental.
2) Terlalu banyak salah hitung, dapat mengindikasikan adanya distraksi mental.
3) Penurunan grafik secara tajam, dapat mengindikasikan epilepsi atau hilangan ingatan sesaat
waktu tes.
4) Rentang ritme/grafik yang terlalu besar (antara puncak tertinggi dan terndah) dapat
mengindikasikan adanya gangguan emosional.
b. Tes Kraepelin sebagai tes bakat
Sebagai tes bakat, tes Kraepelin dimaksudkan untuk mengukur maximum performance
seseorang. Oleh karenanya, tekanan skoring dan interpretasi lebih didasarkan pada hasil tes
secara obyektif bukan pada arti proyektifnya. Dari hasil perhitungan obyektif dapat
diinterpretasikan 4 hal :
1) Faktor kecepatan (speed factor)
2) Faktor ketelitian (accuracy factor)
3) Faktor keajegan (rithme factor)
4) Faktor ketahanan (ausdeur factor)
Menurut Guilford (1959), penjumlahan item yang berupa angka satuan ini, bila ditinjau
dari fungsi mental, tergolong convergent thingking. Namun jika dilihat dari isi itemnya tergolong
numerical facility, yakni kecakapan menggunakan angka dengan cepat dan teliti. Menurut
Freenab (1962), hasil tes ini sangat dipengaruhi oleh faktor sensory perception dan motor
response. Menurut Thrustone (dalam Anastasi, 1968), item-item dalam tes Kraepelin
mengandung salah satu kemampuan mental primer yaitu faktor number, di mana di dalamnya
tercakup kemampuan menghitung simple artihmetic secara tepat dan teliti.
M = Rata-rata
N = Jumlah deret, x = Jumlah kerja jawaban
b) Cara menganalisa adalah skor transfer ke PP (persentil Point)
2. Aspek ketelitian kerja (Tinker)
a) Cara menskor adalah menjumlahkan kesalahan menghitung dan loncatan.
b) Cara menganalisa adalah skor ditransfer ke PP (Persentil Poin)
3. Aspek keajegan / kestabilan kerja (Janker)
a) Cara menskor adalah deret yang tertinggi yand dikerjakan dikurangi deret terendah yang
di kerjakan.
b) Rumusnya adalah : X = Dt Dr
c) Cara menganalisa adalah skor transfer ke PP (Persentil Poin)
4. Aspek ketahanan kerja (Hanker)
a) Cara menskor adalah membuat titik setiap pekerjan yang diselesaikan kemudian digaris
penghubung antara titikderet 1-50 sehingga terbentuk grafik.
b) Cara analisa dengan melihat bentuk grafik
Namun, dalam kegiatan scoring, lama tidaknya penghitungan skor dapat dipercepat
dengan software yang dibuat khusus untuk tahapan skoring. Software tersebut berfungsi
melakukan proses skoring dengan cepat dan otomatis dengan menghasilkan data analisis berupa
grafik.
PERS KLASI
S ENTI FIKAS
al L I
a POIN
h
0 99 Tinggi
1- 95 Tinggi
2
3- 90 Tinggi
5
6- 75 Sedang
1
1
1 50 Sedang
2-
2
2
2 25 Rendah
3-
3
0
3 10 Rendah
1
b) Kestabilan
DAFTAR PUSTAKA