Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MINI RISET PSIKOMETRI

TES PSIKOLOGI KRAEPELIN

OLEH:

Septia Arum (150811607280)


Umdatun Najia (150811602659)
Winda Desy (150811602646)

Offering D/2015

FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2016

A. Pendahuluan
Kata tes berasal dari bahasa latin Testum yaitu alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa
Prancis kuno, kata tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan emas dan perak dari
logam-logam yang lain. Lama kelamaan arti tes menjadi lebih umum. Menurut Elliot (1999) tes
merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang tingkah laku atau hasil belajar
siswa. Pengertian tes menurut Suryabrata (1993) adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan yang berdasar atas bagaimana testee
menjawab.
Pengertian tes di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum tes dapat didefinisikan
sebagai suatu tugas atau serangkaian tugas, dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan atau perintah-
perintah. untuk dijawab dan dilaksanakan. Hasil dari tes tersebut dapat dibandingkan. Di dalam
lapangan psikologi kata tes mula-mula digunakan oleh J. M. Cattel pada tahun 1890. Dan sejak
itu makin popular sebagai nama metode psikologi yang dipergunakan untuk menentukan
(mengukur) aspek-aspek tertentu dari pada ke pribadian.

B. Sejarah Tes Kraepelin


Tes kraepelin diciptakan oleh seorang psikiater Jerman bernama Emilie Kraepelin pada
tahun 1856 1926. Ia adalah seorang dokter di Wurzburg pada tahun 1878, kemudian menjadi
dokter di rumah sakit jiwa Munich. Dari tahun 1903 sampai meninggalnya, ia menjadi profesor
psikiatri di klinik psikiatri di Munich dan sekaligus menjadi direktur klinik tersebut.
Emil Kraepelin adalah psikiatris yang mempelajari gambaran dan klasifikasi penyakit-
penyakit kejiwaan, yang akhirnya menjadi dasar penggolongan penyakit-penyakit kejiwaan yang
disebut sebagai Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), diterbitkan oleh
American Psychiatric Association (APA). Emil Kraepelin percaya bahwa jika klasifikasi gejala-
gejala penyakit kejiwaan dapat diidentifikasi maka asal usul dan penyebab penyakit kejiwaan
tersebut akan lebih mudah diteliti.
Kraepelin membagi psikosis dalam dua golongan utama yaitu dimentia praecox dan
psikosis manic-depresif. Dimentia praecox merupakan gejala awal dari penyakit kejiwaan yang
disebut schizophrenia. Kraepelin juga dikenal sebagai tokoh yang pertama kali menggunakan
metode psikologi pada pemeriksaan psikiatri, antara lain menggunakan test psikologi untuk
mengetahui adanya kelainan-kelainan kejiwaan. Salah satu test yang diciptakannya di kenal
dengan nama test Kraepelin yang digunakan sebagai alat bantu untuk mendiagnosa gangguan
otak yaitu alzheimer dan dementia.
Alat tes tersebut terlahir karena adanya dasar pemikiran dari faktor-faktor yang khas pada
sensori sederhana, sensori motor, perseptual dan tingkah laku. Tes Kraepelin ini digunakan
sebagai dasar psikologis untuk mengklasifikasikan kekacauan psikiatrik. Emile Kraepelin
berusaha memperluas penggunaan untuk menyusun tipologi kepribadian manusia antara yang
normal dan abnormal. Diantara tes tersebut yang digunakan adalah Simple Arithmetic Test (Tes
Aritmatik Sederhana), yang berfungsi mengukur practice effect (kinerja praktis), memory
(ingatan) serta yang berhubungan dengan kelelahan dan distraction (gangguan). Tes Kraepelin
awalnya merupakan tes kepribadian, namun dalam perkembangannya menjadi tes bakat dengan
cara merubah tekanan skoring dan interpretasi. Tes Kraepelin mengukur maximum
performance seseorang. Oleh karena itu tekanan skoring dan intepretasinya didasarkan pada
hasil-hasil tes secara obyektif bukan proyektif. Satu hal yang perlu ditekankan bahwa alat tes ini
mengungkap beberapa faktor bakat diantaranya : kecepatan, ketelitian, keajegan, dan ketahanan
kerja di dalam tekanan.

C. Tujuan Tes Kraepelin


Tujuan Tes Kraepelin yaitu untuk mengukur karakter seseorang pada beberapa aspek
tertentu yaitu :
a) Aspek Keuletan (daya tahan)
Pada tes ini akan di uji seberapa ulet seseorang menyelesaikan masalah rumit dan ambigu, dalam
tempo yang terbatas, dan bagaimana tingkat kestabilannya.
b) Aspek Kemauan (kehendak individu)
Tes ini akan mengukur kemauan dan motivasi seseorang saat mengerjakan hal-hal yang pelik
yang biasanya khusus untuk tes ini diilustrasikan dalam bentuk angka-angka dan pola
perhitungan bilangan, baik operasi bilangan dasar, middle, sampai advance.
c) Aspek Emosi
Tes ini mengukur kemampuan seseorang dalam meredam dan mengendalikan diri pada sat
sedang ditekan dengan pekerjaan pada fase dan tahap yang cukup pelik.
d) Aspek Penyesuaian Diri
Tes ini bisa di gunakan untuk mengukur kecepatan seseorang dalam menyesuaikan diri atau
beradaptasi dengan sesuatu yang mungkin benar-benar baru.
e) Aspek Stabilitas Diri
Mengukur tingkat kestabilan dari tingkat ke tingkat tes, karena tes Kraepelin memiliki beberapa
map dan jenis, biasanya dalam beberapa tahap tes.

D. Tes Kraepelin
Menurut versi Universitas Gajah Mada (UGM) tes Kraepelin merupakan bentuk tes
berupa satu lembar kertas dobel kuarto memanjang bolak-balik terdiri atas 4 halaman. Halaman
pertama untuk menuliskan identitas subyek dan contoh tes. Halaman kedua dan ketiga berisi
soal, dan halaman keempat untuk scoring, grafik dan interpretasi. Lembar tes dalam bentuk
terpakai habis. Tes berwujud angka-angka sederhana yaitu 1 9. Subyek diminta untuk
menjumlahkan angka-angka secara berurutan dari bawah ke atas untuk dua angka yang
berdekatan tan pa ada angka yang dilewati. Tes ini dapat disajikan secara individual maupun
klasikal. Waktu keseluruhan yang diperlukan kurang lebih 20 menit. Perinciannya adalah
pengisian identitas subyek 4 menit, instruksi 2 menit, latihan 1 menit, dan mengerjakan soal 12,5
menit. Setiap deret diberi waktu 15 detik, dan setiap 15 detik terdapat aba-aba untuk segera
pindah mengerjakan deret yang berikutnya, hingga 50 kali pindah deret.
Pada umumnya, tes Kraepelin sering digunakan untuk kepentingan seleksi, promosi dan
mutasi dalam bidang kerja dan jabatan (psikologi Industri). Kadang-kadang bidang psikologi
lainnya juga menggunakan tes ini, seperti psikologi pendidikan, klinis, dan bidang yang lain
yang disesuaikan dengan kepentingannya.
Dalam tes Kraepelin, sebenarnya testee hanya diminta untuk mengerjakan hitungan
sederhana, yaitu menjumlahkan deretan angka-angka. Namun yang menjadi masalah adalah
jumlah deretan angka yang diberikan sangat banyak hampir sebesar lembaran koran. Sehingga
tes yang juga dikenal dengan istilah "Tes Koran". Tes ini menuntut konsentrasi, ketelitian,
stabilitas emosi dan daya tahan yang prima. Semakin banyak kesalahan yang dibuat,
menunjukkan testee adalah orang yang tidak teliti, tidak cermat, tidak hati-hati dan kurang
memiliki daya tahan yang cukup terhadap stres atau tekanan pekerjaan.
Tes Kraepelin terdiri dari 45 lajur angka satuan antara 0 hingga 9 yang tersusun secara
acak sebanyak 60 angka secara vertikal pada tiap-tiap lajur. Tugas testee adalah setiap kali
menjumlahkan 2 buah angka, mulai dari angka paling bawah pada tiap-tiap lajur dalam batas
waktu tertentu yang singkat.
5 7 6 9 2
3 8 4 0 5
9 2 4 3 7
1 8 1 2 6
0 4 7 5 1
6 3 5 4 7
4 5 3 7 4
6 9 0 5 2
2 6 9 8 9
Jadi, bila 2 dijumlahkan dengan 6 hasilnya ditulis di sebelah kanan di antara kedua angka
tersebut. Kemudian 6 dijumlahkan dengan 4, hasilnya ditulis sebagai 0 (hanya diambil angka
bagian belakang bila hasilnya > 9) di sebelah kanan di antara kedua angka tersebut. Kemudian 4
dijumlahkan dengan 8 hasilnya ditulis sebagai 2 di sebelah kanan di antara kedua angka tersebut,
dan seterusnya.
Tes Kraepelin memiliki tujuan khusus di samping kecepatan dalam menghitung. Tujuan
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Tes Kraepelin sebagai tes kepribadian
Tes Kraepelin dapat digunakan untuk menentukan tipe performance seorang, seperti :
1) Hasil penjumlahan angka yang sangat rendah, dapat mengindikasikan gejala depresi mental.
2) Terlalu banyak salah hitung, dapat mengindikasikan adanya distraksi mental.
3) Penurunan grafik secara tajam, dapat mengindikasikan epilepsi atau hilangan ingatan sesaat
waktu tes.
4) Rentang ritme/grafik yang terlalu besar (antara puncak tertinggi dan terndah) dapat
mengindikasikan adanya gangguan emosional.
b. Tes Kraepelin sebagai tes bakat
Sebagai tes bakat, tes Kraepelin dimaksudkan untuk mengukur maximum performance
seseorang. Oleh karenanya, tekanan skoring dan interpretasi lebih didasarkan pada hasil tes
secara obyektif bukan pada arti proyektifnya. Dari hasil perhitungan obyektif dapat
diinterpretasikan 4 hal :
1) Faktor kecepatan (speed factor)
2) Faktor ketelitian (accuracy factor)
3) Faktor keajegan (rithme factor)
4) Faktor ketahanan (ausdeur factor)
Menurut Guilford (1959), penjumlahan item yang berupa angka satuan ini, bila ditinjau
dari fungsi mental, tergolong convergent thingking. Namun jika dilihat dari isi itemnya tergolong
numerical facility, yakni kecakapan menggunakan angka dengan cepat dan teliti. Menurut
Freenab (1962), hasil tes ini sangat dipengaruhi oleh faktor sensory perception dan motor
response. Menurut Thrustone (dalam Anastasi, 1968), item-item dalam tes Kraepelin
mengandung salah satu kemampuan mental primer yaitu faktor number, di mana di dalamnya
tercakup kemampuan menghitung simple artihmetic secara tepat dan teliti.

E. Administrasi Pelaksanaan Tes Kraepelin


Dalam pelaksanaan tes Kraepelin, terdapat beberapa kelengkapan yang diperlukan antara
lain sebagai berikut: lembar soal tes Kraepelin (tes ini terdiri dari 45 jalur angka, namun yang
biasanya dikerjakan 40 jalur angka), stopwatch, pensil, meja yang cukup luas (supaya testee
dimungkinkan membuka lebar-lebar lipatan soal tes Kraepelin), kursi, dan papan tulis dan kapur
tulis atau flipchart untuk menjelaskan cara pengerjaan tes.
Adapun prosedur pelaksaan tes Kraepelin terdiri dari beberapa langkah sederhana, antara
lain sebagai berikut:
1. Membagikan lembar soal kepada testee
2. Testee diminta mengisi identitas pribadi secara lengkap pada tempatnya di halaman depan dan
tidak diperkenankan membuka lembaran tes sebelum diperintahkan.
3. Pada saat testee mengisi identitas, diperkenankan mengutip contoh soal tes Kraepelin di papan
tulis sebagai gambaran dalam pengerjaan.
4. Intruksi. Dalam tes ini akan tertera kolom-kolom dari angka-angka pada soal.
Tugas testee adalah :
a) Menjumlahkan tiap-tiap dengan satu angka di atasnya dan penjumlahan dimuali dari bawah ke
atas.
b) Dari hasil penjumlahan, testee hanya menuliskan angka satuannya saja. Misalnya penjumlahan 5
dan 9 adalah 14, maka yang ditulis cukup angka 4-nya saja. Angka satuan ditulis di sebalah
kanan, tepat di antara kedua angka yang dijumlahkan.
c) Bila testee membuat kesalahan dalam menjumlahkan atau menulis, misalnya seharusnya 9
kemudian ditulis 6, maka testee tidak perlu menghapus angka yang salah itu. Testee hanya perlu
mencoret angka yang salah dan menulis angka yang benar disampingnya.
d) Setiap beberapa saat akan terdengar bunyi ketukan yang berarti waktu penghitungan dan
penulisan di kolom pertama dihentikan kemudian dilanjutkan ke kolom sebelahnya. Penulisan
kolom yang lain dilakukan pula dari bawah ke atas.
e) Dalam pengerjaannya, sangat diperlukan teknik pekerjaan secepat dan seteliti mungkin.

F. Skoring dan Analisis Tes Kraepelin


Terdapat beberapa tahapan dalam melakukan proses skoring tes Kraepelin yakni :
a) Memeriksa seluruh hasil penjumlahan yang telah dikerjakan testee, caranya hitung jumlah yang
benar dari penjumlahan se tiap dua angka yang berurutan pada setiap lajur, tuliskan jumlahnya di
bagian bawah tiap lajur. Memberikan tanda pada setiap hasil penjumlahan yang salah, kemudian
hitung jumlah kesalahannya. Memberikan tanda pada setiap deret yang terlampaui, kemudian
dijumlahkan untuk mengetahui berapa banyak testee melompati deret angka yang sebenarnya
harus dihitung.
b) Menuliskan jumlah kesalahan yang telah dibuat testee dan menulis jumlah lompatan yang dibuat
testee.
c) Menjumlahkan jumlah kesalahan dan jumlah lompatan. Kemu dian hasilnya dikonsultasikan
dengan norma sehingga diperoleh skor ketelitian kerja (tianker).
d) Mencari skor kecepatan kerja (panker) dengan cara mencari rerata atau mean dari distribusi skor
yang diperoleh testee pada ke 45 lajur (versi UI) atau ke 50 lajur (versi UGM). Rumus untuk
kecepatan kerja ialah :
Mean = fy/45 atau 50
e) Mencari skor keajegan kerja (janker) bisa dilakukan dengan cara : a) berdasar range yaitu
dengan mengetahui jarak atau se lisih antara penjumlahan yang tertinggi dengan hasil penjum
lahan yang terendah Yt Yr, b). Berdasarkan average deviation, keajegan kerja dapat dicari
setelah kita membuat table distribusi frekuensi dan telah menghitung reratanya. Setelah itu skor
keajegan kerja dapat dicari dengan rumus Av.
Dev. = fd/N, di mana d = deviasi nilai dari mean dalam harga mutlak.
f) Mencari skor ketahanan kerja (hanker) dapat digunakan rumus persamaan linier.
y = a + bx
a = y bx
b = N. xy ( x) ( y) : N. x2 (x)2
Dari rumus tersebut lalu dicari selisih antara y 45 atau 50 y 0 yang merupakan nilai ketahanan
kerja. Apabila selisih itu bertanda negatif (-) berarti ketahanan kerja menurun, tetapi apabila
selisih ini bilangan yang bertanda (+) berarti ketahanan kerjanya meningkat.
g) Konsultasikan pada norma menurut kategorinya.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam scoring atau memberi skor pada pengerjaan
tes Kraepelin.
1. Menyambung/membuat garis dari puncak-puncak tertinggi sehingga membentuk grafik.
2. Garis timbang :
Puncak tertinggi + puncak terendah : 2
3. Kecepatan siswa mengerjakan lajur tiap menit :
2 (jumlah angka di atas garis timbang di bawah garis timbang) : 40
4. Ketelitian :
Jumlah kesalahan 15 lajur (5 lajur bagian depan, 5 lajur bagian tengah, dan 5 lajur bagian akhir)
Selain skoring, terdapat beberapa analisis yang perlu dipertimbangkan dari segi analisis
aspek-aspek yang berpengaruh pada tes Kraepelin, antara lain sebagai berikut:
1. Aspek kecepatan (Panker)
a) Cara menskor adalah menjumlahkan deret-deret yang telah dikerjakan oleh testee (dari
deret ke 1-50) lalu di bagi sehingga ditemukan rata-ratanya.
Rumus yang digunakan adalah : M = x / N

M = Rata-rata
N = Jumlah deret, x = Jumlah kerja jawaban
b) Cara menganalisa adalah skor transfer ke PP (persentil Point)
2. Aspek ketelitian kerja (Tinker)
a) Cara menskor adalah menjumlahkan kesalahan menghitung dan loncatan.
b) Cara menganalisa adalah skor ditransfer ke PP (Persentil Poin)
3. Aspek keajegan / kestabilan kerja (Janker)
a) Cara menskor adalah deret yang tertinggi yand dikerjakan dikurangi deret terendah yang
di kerjakan.
b) Rumusnya adalah : X = Dt Dr
c) Cara menganalisa adalah skor transfer ke PP (Persentil Poin)
4. Aspek ketahanan kerja (Hanker)
a) Cara menskor adalah membuat titik setiap pekerjan yang diselesaikan kemudian digaris
penghubung antara titikderet 1-50 sehingga terbentuk grafik.
b) Cara analisa dengan melihat bentuk grafik
Namun, dalam kegiatan scoring, lama tidaknya penghitungan skor dapat dipercepat
dengan software yang dibuat khusus untuk tahapan skoring. Software tersebut berfungsi
melakukan proses skoring dengan cepat dan otomatis dengan menghasilkan data analisis berupa
grafik.

G. Skor dan Persentil Poin (PP)


Menurut Firdausia (2013), berikut adalah angka pengklasifikasian skor dan Persentil Poin
(PP) dari hasil tes Kraepelin.
a) Ketelitian Kerja

PERS KLASI
S ENTI FIKAS
al L I
a POIN
h
0 99 Tinggi
1- 95 Tinggi
2
3- 90 Tinggi
5
6- 75 Sedang
1
1
1 50 Sedang
2-
2
2
2 25 Rendah
3-
3
0
3 10 Rendah
1
b) Kestabilan

Skor PERSENTIL POIN KLASIFIKASI


4 99 Tinggi
5-6 95 Tinggi
7-8 90 Tinggi
9-10 75 Sedang
11-12 50 Sedang
13-14 25 Rendah
15 10 Rendah
c) Kecepatan

Skor PERSENTIL POIN KLASIFIKASI


8 10 Rendah
9-10 25 Rendah
11-12 50 Sedang
13-14 75 Sedang
15 90 Tinggi
16 95 Tinggi
17 99 Tinggi

H. Interpretasi Tes Kraepelin


Interpretasi hasil dapat mencangkup :
1. Kecepatan bisa mengindikasikan tempo kerja.
Seberapa aktif testee melakukan kegiatan apakah lambat, sedang atau keras. Dalam
melakukan kegiatan ini harus penuh pertimbangan, hati-hati, teliti dan akurat, serius, tenang,
stabil namun sensitif, ramah, perhatian pada perasaan dan kebutuhan orang lain, setia, kooperatif,
serta pendengar yang baik. Sangat baik dalam keadaan yang membutuhkan common
sense, tindakan cepat dan ketrampilan praktis. Gesit, kreatif, inovatif, cerdik, logis, baik dalam
banyak hal, punya kemampuan mengorganisasi, detail, teliti, sangat bertanggung jawab dan bisa
diandalkan.
Contoh Profesi : Architect, Interior Designer, Perawat, Administratif, Designer, Child
Care, Konselor, Back Office Manager, Penjaga Toko/ Perpustakaan, Dunia Perhotelan.
2. Ketelitian bisa mengindikasikan konsentrasi kerja.
Seberapa besar kita bisa fokus terhadap pekerjaan yang sedang dihadapi. Tenang, hati-
hati, penuh pertimbangan, logis, rasional, kritis, obyektif, mampu mengesampingkan perasaan..
Mampu menganalisa, mengorganisir, dan mendelegasikan.
Contoh Profesi : Bidang Manajemen, Intelijen, Hakim, Pengacara, Dokter, Akuntan (Staf
Keuangan), Programmer atau yang berhubungan dengan IT, System Analys/Analyst, Teknisi,
Insinyur, Mekanik.
3. Kestabilan/ Keajegan, bisa mengindikasikan kestabilan atau kemampuan mengolah emosi
pada saat bekerja.
Kemampuan mempertahankan emosi dan tidak mudah terpengaruh oleh hal disekitar
yang mengganggu. Mampu menghadapi perubahan mendadak dengan cepat dan tenang, percaya
diri, tegas serta mampu menghadapi perbedaan maupun kritik.
Contoh Profesi : Polisi, Ahli Forensik, Programmer, Ahli Komputer, System Analyst,
Teknisi, Insinyur, Mekanik, Pilot, Atlit, Entrepreneur.

4. Ketahanan bisa mengindikasikan daya tahan terhadap situasi keadaan menekan.


Ketahanan menggambarkan seseorang dapat diandalkan dan bertanggung
jawab, memegang aturan, standar dan prosedur dengan teguh. Contoh Profesi: Polisi, Intelijen,
Hakim, Pengacara, Pemimpin Militer, Atlit.

DAFTAR PUSTAKA

Saryono, Hari. 2013. Latihan Tes Kraepelin. Terdapat dalam http://harisaryono.com/tag/test-kraepelin/.


Diakses pada 12 Oktober 2016
Usber. 2011. Tes Kraepelin. Terdapat dalam http://usberstop.wordpress.com/2011/03/30/tes-kraepelin/.
Diakses pada 12 Oktober 2016
Indrawati, S.W. 2012. Tes Psikologi. Terdapat dalam
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195010101980022SITI_WURYAN_INDRA
WATI/TES_PSIKOLOGIS-tayangan.pdf. Diakses pada 12 Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai