Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM KIMIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

Oleh : XI MIA 2 (Kelompok )

1. Anugerah Prastika / 04
2. Bagaskara Widyanto / 08
3. Fidya Ifah Alami / 14
4. Salsabila Hanif R / 26

PEMERINTAH KOTA MALANG


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 3 MALANG
Jalan Sultan Agung Utara No.7 Telp (0341)-324768 Malang 6511
Website : www.sman3malang.sch.id E-mail : snbi@sman3malang.sch.id

OKTOBER 2014
I. Tujuan Percobaan
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi,
suhu, luas permukaan bidang sentuh dan katalis)
2. Menjelaskan pengaruh konsentrasi, suhu, luas permukaan bidang sentuh dan
katalis terhadap laju reaksi
II. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Erlenmeyer 50 mL 5 buah Larutan HCl 1 M dan 2 M 20 mL
Gelas Ukur 10 mL 1 buah Larutan CH3COOH 0,1 M 20 mL
Gelas Kimia 3 buah Larutan CH3COOH 0,5 M 20 mL
Pipet Tetes 5 buah Larutan CH3COOH 1,0 M 20 mL
Kaca Arloji 2 buah Cangkang telur yang sudah dicuci @4 gram
dan dikeringkan dalam bentuk
potongan dan serbuk
Tabung Reaksi 2 buah Soda Kue (NaHCO3) 4 gram
Spatula 2 buah Balon 5 buah
Termometer 1 buah Larutan Na2S2O3 0,20 M 20 mL
Stopwatch 1 buah Larutan H2O2 5% 10 tetes
Kasa Asbes 1 buah Larutan FeCl3 0,1 M 10 tetes
Kaki Tiga 1 buah Larutan NaCl 0,1 M 10 tetes
Pembakar Spiritus

III. Prosedur Kerja


1. Kegiatan 1 : Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi
Langkah-langkah percobaan
a. Masukkan masing-masing 20 mL asam cuka (CH3COOH) 0,1 M pada
Labu Erlenmeyer A dan 20 mL asam cuka (CH3COOH) 0,5 M pada Labu
Erlenmeyer B, serta 20 mL asam cuka (CH3COOH) 1,0 M pada Labu
Erlenmeyer C.
b. Masukkan 3 sendok spatula soda kue (NaHCO3) ke dalam tiga balon
berukuran sama kemudian pasangkan mulut balon ke mulut masing-
masing Erlenmeyer (jangan mencampurkan soda kue dengan larutan
asam cuka terlebih dahulu)
c. Camprkan soda kue ke dalam masing-masing Labu Erlenmeyer dan
bersamaan itu catat waktunya dengan menggunakan stopwatch atau alat
pengukur waktu lainnya.
d. Hentikan stopwatch atau alat pengukur lainnya ketika balon sudah berdiri
atau telah mengembang.
e. Amati dan catat waktunya.
f. Bandingkan kecepatan balon berdiri pada Labu Erlenmeyer A, B dan C

Hipotesis :

Semakin besar konsentrasi pada larutan, semakin cepat laju reaksinya


Hasil Pengamatan pengaruh perubahan konsentrasi CH3COOH terhadap laju reaksi :

Erlenmeyer Waktu yang Laju Pengamatan Lain


diperlukan balon 1
untuk berdiri (sekon) (v~ t )

A 54 sekon 1 Warna menjadi keruh


54 mol/s

B 5 sekon 1 Warna menjadi keruh


5 mol/s

C 2 sekon 1 Warna menjadi keruh


2 mol/s

Pertanyaan

a. Tuliskan reaksi antara asam cuka (CH3COOH) dengan soda kue (NaHCO3)!

Jawab :

1
b. Buatlah garfik hubungan antara laju (v~ t ) dengan konsentrasi! (Laju pada

sumbu Y dan Konsentrasi pada sumbu X)

Jawab :

c. Dari data hasil percobaan, apakah hipotesis yang kalian sesuai dengan hasil
percobaan?

Jawab : Iya, sesuai

d. Dilihat dari nilai konsentrasinya, manakah yang lebih banyak jumlah partikel
CH3COOH pada Labu Erlenmeyer A, B atau C?

Jawab :
e. Bandingkan peluang jumlah tumbukan yang terjadi antara partikel CH3COOH
dengan partikel NaHCO3 pada Labu Erlenmeyer A, B dan C. Erlenmeyer manakah
yang berpeluang terjadinya tumbukan paling banyak?

Jawab :

f. Jelaskan mengapa reaksi antara CH3COOH dan NaHCO3 pada Erlenmeyer C


berlangsung lebih cepat dibandingkan pada Erlenmeyer A dan B, serta reaksi pada
Erlenmeyer B lebih cepat dibandingkan dengan Erlenmeyer A?

Jawab :

g. Dengan menggunakan teori rumbukan, jelaskan mengapa laju reaksi pada


Erlenmeyer C > B > A?
Jawab :

h. Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan!

Jawab :
2. Kegiatan 2 : Pengaruh Luas Permukaan terhadap Laju Reaksi
Prosedur Percobaan :
a. Masukkan masing-masing 20 mL HCl 1,0 M pada Erlenmeyer A dan B.
b. Masukkan 4 gram potongan cangkang telur yang belum dihaluskan ke
dalam balon A dan masukkan 4 gram serbuk cangkang telur yang sudah
dihaluskan ke dalam balon B.
c. Pasangkan mulut balon A ke mulut Erlenmeyer A dan pasangkan mulut
balon B ke mulut Erlenmeyer B (jangan mencampurkan cangkang telur
dengan larutan HCl terlebih dahulu)
d. Campurkan cangkang telur ke dalam masing-masing Erlenmeyer dan
bersamaan itu catat waktunya dengan menggunkan stopwatxh atau alat
pengukur lainnya.
e. Hentikan stopwatch ketika balon sudah berdiri atau telah mengembang.
f. Amati dan catat waktunya.
g. Bandingkan kecpatan balon berdiri papda Labu Erlenmeyer A dan Labu
Erlenmeyer B.

Hipotesis :

Semakin besar luas permukaan, maka semakin cepat laju reaksinya

Hasil Pengamatan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi :

Bentuk Cangkang Konsentrasi HCl Reaksi Waktu yang


Telur (M) diperlukan balon
untuk berdiri (sekon)
Potongan Cangkang 1,0 Potongan Cangkang 18 sekon
Telur Telur + HCl 1 M
Serbuk Cangkang 1,0 Serbuk Cangkang 33, 4 sekon
Telur Telur + HCl 1 M
Pertanyaan

a. Tuliskan reaksi antara HCl dengan cangkang telur (mengandung CaCO3)!

Jawab :

b. Dari data hasil percobaan, apakah hipotesis yang kalian ajukan sesuai dengan hasil
percobaan?

Jawab :
c. Manakah yang memiliki luas permukaan lebih besar antara serbuk cangkang telur
dengan potongan cangkang telur?

Jawab :

d. Dengan menggunakan teori tumbukan, jelaskan mengapa serbuk cangkang telur


bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan potongan cangkang telur?

Jawab :

e. Simpulkan, bagaimana pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi?

Jawab :

3. Kegiatan 3 : Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi


Prosedur kerja percobaan :
a. Sediakan 3 buah gelas kimia (beri label A, B dan C). Isi masing-
masing dengan 20 mL larutan 0,2 M Na2S2O3
b. Sediakan 3 buah gelas kimia (beri label A, B dan C). Kemudian, isi
masing-masing dengan 10 mL larutan 1 M HCl
c. Siapkan selembar karton putih, beri tanda silang (X) pada karton
dengan menggunakan spidol hitam.
d. Ambil 1 gelas kimia yang berisi larutan Na2S2O3
e. Letakkan gelas kima A (berisi larutan Na2S2O3 0,2 M) di atas tanda
silang pada karton. Ukur suhu larutannya catat dalam tabel
pengamatan.
f. Tambahkan 10 mL HCl 1 M ke dalam gelas kimia. Catat waktu yang
diperlukan sampai tanda silang pada karton tidak terlihat lagi dalam
tabel pengamatan.
g. Ambil gelas kimia B (berisi larutan Na2S2O3 0,2 M) panaskan hingga
100C di atas suhu larutan pada gelas kimia A catat suhu yang
dihasilkan pada tabel pengamatan.
h. Letakkan gelas kimia yang telah dipanaskan di atas tanda silang pada
karton. Lalu tambahkan 10 mL HCl 1 M ke dalam gelas kimia. Catat
waktu yang diperlukan sampai tanda silang pada karton tidak terlihat
lagi pada tabel pengamatan.
i. Ambil gelas kimia C (berisi larutan Na2S2O3 0,2 M) panaskan hingga
100C di atas suhu larutan pada gelas kimia B catat suhu yang
dihasilkan pada tabel pengamatan.
j. Letakkan gelas kimia yang telah dipanaskan di atas tanda silang pada
karton. Lalu tambahkan 10 mL HCl 1 M ke dalam gelas kimia. Catat
waktu yang diperlukan sampai tanda silang pada karton tidak terlihat
lagi pada tabel pengamatan.

Hipotesis :

Semakin tinggi suhunya, maka semakin cepat laju reaksinya

Hasil Pengamatan pengaruh suhu terhadap laju reaksi :

Percobaan Volume HCl Volume Suhu Waktu sampai tanda


(konsentrasi) Na2S2O3 (0C) silang tidak terlihat
(0,2 M) lagi (sekon)
0
A 1M 20 mL 28 C 40,9 sekon
B 1M 20 mL 380C 22,6 sekon
C 1M 20 mL 480C 13,4 sekon
Pertanyaan

a. Tuliskan reaksi yang terjadi dari percobaan di atas!


Jawab :

1
b. Buatlah garfik hubungan antara laju (v~ t ) dengan suhu! (Laju pada sumbu Y dan

Suhu pada sumbu X)!


Jawab :

c. Pada suhu yang berbeda, apakah waktu yang dibutuhkan sampai tanda silang tidak
terlihat juga berbeda?
Jawab :

d. Bagaimanakah pengaruh suhu terhadap laju reaksi antara larutan natrium tiosulfat
(Na2S2O3) dengan larutan asam klorida (HCl)? Jelaskan sebabnya!

Jawab :

e. Dengan menggunakan teori tumbukan, jelaskan mengapa pada suhu yang lebih tinggi
reaksi berlangsung lebih cepat!
Jawab :
f. Kesimpulan tentang pengaruh suhu terhadap laju reaksi!
Jawab :

4. Kegiatan 4 : Katalisator
Prosedur kerja percobaan :
a. Ukurlah dalam gelas ukur larutan hidrogen peroksida 5% sebanyak 2 mL.
Kemudian, tuangkan ke dalam tabung reaksi I dan amati!
b. Dengan cara yang sama tuangkan larutan hidrogen peroksida 5% sebanyak
2 mL ke dalam tabung reaksi II.
c. Ke dalam tabung reaksi I tambahkan 10 tetes larutan NaCl 0,1 M sementara
ke dalam tabung reaksi II tambahkan 10 tetes FeCl3 0,2 M. Amati masing-
masing gelas kimia!

Hipotesis :

Hasil Pengamatan pengaruh katalis terhadap laju reaksi :

No Larutan Pengamatan
1 H2O2 Warnanya bening
2 H2O2 + NaCl Warnanya tetap bening
3 H2O2 + FeCl3 Bereaksi, ada gelembung, warna berubah menjadi coklat
kekuningan dan keruh
Pertanyaan

a. Zat manakah yang bekerja sebagai katalisator pada penguraian H2O2, NaCl atau
FeCl3?
Jawab :

b. Apakah zat tersebut (katalis) mengalami perubahan selama H2O2 mengalami


perubahan?

Jawab :

c. Apakah larutan Fe2(SO4)3 dapat bekerja sebagai katalisator pada penguraian H2O?
Jelaskan!
Jawab :

d. Dengan menggunakan teori tumbukan jelaskan pengaruh katalis terhadap laju


penguraian H2O2!
e. Kesimpulan tentang penambahan katalis terhadap laju reaksi!
Jawab :

Jawab :
Minggu, 04 Mei 2014
PENGARUH LUAS PERMUKAAN PADA LAJU REAKSI
(Modul Praktikum Kimia Dasar)

Oleh

TAZKIYA NURUL
1217011061

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013

PRAKATA

Puji syukur marilah kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan
kasih sayang-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat
serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad saw, beserta
keluarganya, sahabatnya serta umatnya hingga akhir nanti.

Modul praktikum kimia dasar dengan judul Pengaruh Luas Permukaan Pada Laju
Reaksi disusun berdasarkan dari berbagai sumber dengan tujuan untuk
membuka wawasan pembaca mengenai laju reaksi. Dengan modul ini
diharapkan pembaca mampu mengerti dan memahami mengenai konsep laju
reaksi dengan baik.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna, namun penulis


berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk pembacanya. Amiin.

Bandarlampung, Juni 2013

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman

Cover. i
Kata Pengantar... ii
Daftar Isi iii
Bab I. Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang. 1
1.2.Tujuan.. 1
Bab II. Tinjauan Pusataka. 2
Bab III. Prosedur Percobaan.. 7
3.1. Alat dan Bahan 7
3.2. Prosedur Percobaan. 7
Bab IV. Hasil Pengamatan dan Pembahasan. 8
4.1. Hasil Pengamatan.... 8
4.2. Pembahasan. 8
Bab V. Kesimpulan 11
Daftar Pustaka 12
Lampiran 13

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Reaksi kimia merupakan proses perubahan suatu zat atau lebih menjadi zat yang
lain dengan sifat yang berbeda dengan zat pembentuknya. Proses reaksi kimia
ini dapat berlangsung lambat dan cepat. Lamanya waktu untuk suatu zat
bereaksi bergantung pada beberapa hal, namun pada umumnya untuk
mempercepat reaksi, suatu zat ditambahkan katalis. Namun untuk
menambahkan katalis, maka dibutuhkan biaya yang lebih besar. Untuk
meminimalkan jumlah biaya tersebut, maka dengan memperbesar luas
permukaan untuk bereaksi akan mempercepat suatu laju reaksi.

1.2. Tujuan

Tujuan pada percobaan ini yaitu:


1. Membuktikan bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan reaktan
untuk bereaksi.
2. Melakukan percobaan laju reaksi sederhana.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam kimia fisik, kinetika kimia atau kinetika reaksimempelajari laju


reaksi dalam suatu reaksi kimia. Analisis terhadap pengaruh berbagai kondisi
reaksi terhadap laju reaksi memberikan informasi mengenaimekanisme
reaksi dan keadaan transisi dari suatu reaksi kimia. Pada tahun 1864, Peter
Waage merintis pengembangan kinetika kimia dengan memformulasikanhukum
aksi massa, yang menyatakan bahwa kecepatan suatu reaksi kimia proporsional
dengan kuantitas zat yang bereaksi (Anonim, 2013).
Laju reaksi suatu reaksi kimia merupakan pengukuran
bagaimana konsentrasi ataupun tekanan zat-zat yang terlibat dalam reaksi
berubah seiring dengan berjalannya waktu. Analisis laju reaksi sangatlah penting
dan memiliki banyak kegunaan, misalnya dalam teknik kimia dan
kajian kesetimbangan kimia. Laju reaksi secara mendasar tergantung pada:
1. Konsentrasi reaktan, yang biasanya membuat reaksi

berjalan dengan lebih cepat apabila konsentrasinya dinaikkan. Hal ini


diakibatkan karena peningkatan pertumbukan atom per satuan waktu,
2. Luas permukaan yang tersedia bagi reaktan untuk saling berinteraksi,
terutama reaktan padat dalam sistem heterogen. Luas permukaan yang besar
akan meningkatkan laju reaksi.
3. Tekanan, dengan meningkatkan tekanan, kita menurunkan volume antar
molekul sehingga akan meningkatkan frekuensi tumbukan molekul.
4. Energi aktivasi, yang didefinisikan sebagai jumlah energi yang diperlukan
untuk membuat reaksi bermulai dan berjalan secara spontan. Energi aktivasi
yang lebih tinggi mengimplikasikan bahwa reaktan memerlukan lebih banyak
energi untuk memulai reaksi daripada reaksi yang berenergi aktivasi lebih
rendah.
5. Temperatur, yang meningkatkan laju reaksi apabila dinaikkan, hal ini
dikarenakan temperatur yang tinggi meningkatkan energi molekul, sehingga
meningkatkan tumbukan antar molekul per satuan waktu.
6. Keberadaan ataupun ketiadaan katalis. Katalis adalah zat yang mengubah
lintasan (mekanisme) suatu reaksi dan akan meningkatkan laju reaksi dengan
menurunkan energi aktivasi yang diperlukan agar reaksi dapat berjalan. Katalis
tidak dikonsumsi ataupun berubah selama reaksi, sehingga ia dapat digunakan
kembali.
7. Untuk beberapa reaksi, keberadaan radiasi elektromagnetik,
utamanya ultraviolet, diperlukan untuk memutuskan ikatan yang diperlukan agar
reaksi dapat bermulai. Hal ini utamanya terjadi pada reaksi yang
melibatkan radikal (Suryana, 2002).
Sifat pereaksi dan ukuran pereaksi menentukan laju reaksi. Semakin relatif dari
sifat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah atau reaksi berlangsung
semakin cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi laju reaksi akan semakin
bertambah, hal ini dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat yang bereaksi
maka daerah interaksi zat pereaksi semakin luas juga. Permukaan zat pereaksi
dapat diperluas dengan memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk meningkatkan
laju reaksi, pada zat pereaksi dalam bentuk serbuk lebih baik bila dibandingkan
dalam bentuk bongkahan.
Sifat dasar pereaksi. Zat-zat berbeda secara nyata dalam lajunya mereka
mengalami perubahan kimia. Molekul hidrogen dan flour bereaksi secara
meledak, bahkan pada temperatur kamar, dengan menghasilkan molekul
hidrogen fluorida.
H2 + F2 2HF (sangat cepat pada temperatur kamar)
Pada kondisi serupa, molekul hidrogen dan oksigen bereaksi begitu lambat
sehingga tak Nampak perubahan kimia :
2H2 + O2 H2O (Keenan. 1989).
Sifat dan ukuran pereaksi. Semakin reaktif dari sifat pereaksi laju reaksi akan
semakin bertambah atau reaksi berlangsung semakin cepat. Semakin luas
permukaan zat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah, hal ini dapat
dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat yang bereaksi maka daerah
interaksi zat pereaksi semakin luas juga. Permukaan zat pereaksi dapat diperluas
dengan memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk meningkatkan laju reaksi, pada
zat pereaksi dalam bentuk serbuk lebih baik bila dibandingkan dalam bentuk
bongkahan (Petrucci, 1987).
Kandungan cangkang telur antara laian:
1. Kalsium
Terdiri dari sekitar 1,5% dari berat unggas/ayam, kalsium adalah mineral yang
dominan dalam tubuh. Kalsium digunakan untuk pembentukan tulang, kulit telur
produksi dan pembekuan darah. Hal ini juga mempengaruhi jantung, otot dan
saraf, serta beberapa sistem enzim tubuh. Sebagian besar kalsium tubuh
ditemukan dalam kerangka di mana terdiri dari sekitar 1/3 berat tulang kering.
Kalsium juga dapat ditemukan dalam cairan tubuh. Kerangka kalsium terutama
terdiri dari kalsium fosfat dengan kalsium karbonat. Kalsium karbonat merupakan
senyawa utama yang ditemukan pada kulit telur. Pemberian kalsium disarankan
untuk pakan ayam peliharaan adalah 0,50% pakan. Dan jumlah yang lebih tinggi
diperlukan untuk DOC (Day Old Chiken) dan ayam dalam masa pertumbuhan.
Terlalu sedikit kalsium dapat menyebabkan demineralisasi tulang (kropos), kulit
telur yang lembut, induk yang memakan telurnya dan tingkat kalsium dalam
darah yang tidak memadai. Ada beberapa ayam dapat beradaptasi dengan
asupan kalsium yang rendah namun sebagian besar yang tidak dapat
beradaptasi akan bermasalah. Penyerapan kalsium terjadi di bagian atas usus
dan diatur oleh Vitamin D3. Sebagian penyerapan juga terjadi di bagian bawah
usus. Rasio kalsium untuk fosfor tersedia dalam pakan dianjurkan untuk
pemeliharaan jaringan tulang yang tepat adalah 2:1. Pakan berprotein tinggi dan
asam amino dalam usus berguna untuk membantu penyerapan kalsium.
Senyawa, seperti phytates (dalam butir gandum), oxalates (bayam, dan tanaman
terkait) dan fosfat , dapat mengurangi penyerapan kalsium. Pakan kaya lemak
dapat menghasilkan asam lemak di usus yang dapat mengurangi kalsium
tersedia dengan membentuk sabun kalsium larut. Biji-bijian berkadar lemak
tinggi (misalnya bunga matahari) juga dapat menghambat serapan kalsium
dalam usus.
2. Fosfor
Fosfor dapat mempengaruhi sistem penyerapan kalsium lebih dari pada elemen
lainnya. Ini adalah elemen penting dalam fungsi tubuh termasuk pembentukan
tulang, keseimbangan asam-basa, pembentukan telur metabolisme lemak
karbohidrat dan protein. Sebanyak 70% dari fosfor dalam makanan mungkin
tidak dapat digunakan oleh ayam. Fosfor dari produk hewani atau suplemen
anorganik hampir sepenuhnya digunakan. Pemberianfosfor disarankan untuk
pakan pemeliharaan adalah 0,25% (0,40% fosfor total). jumlah yang lebih tinggi
diperlukan untuk DOC dan ayam dalam masa pertumbuhan. Tapi fosfor yang
terlalu tinggi juga dapat menghambat penyerapan kalsium. Dianjurkan ratio 2:01
antara kalsium dan fosfor tersedia dalam makanan yang memadai ditambah
Vitamin D3.
3. Vitamin D3
Vitamin D3 sangat penting dalam mengatur penyerapan dan ekskresi kalsium
dan fosfor. Hal ini sangat penting ketika tingkat (rasio) kalsium dan fosfor dalam
makanan tidak seimbang. D3 juga dapat mengatur jumlah fosfatase alkalin
dalam darah dan berperan dalam sel diferensiasi dan regulasi sistem kekebalan
tubuh. Ada 2 bentuk utama dari Vitamin D. Vitamin D2 terutama berasal dari
tanaman. Vitamin D3 diproduksi secara eksklusif di dalam tubuh burung ketika
sinar matahari bereaksi dengan prekursor vitamin D dalam makanan. sinar
ultraviolet dari beberapa sinar matahari atau sumber sinar UV buatan mengubah
prekursor vitamin D di kulit ayam untuk kemudian menjadi D3. Sekali lagi, D3
terbentuk di kulit bertindak sebagai hormon dalam metabolisme kalsium dan
fosfor. Untuk memenuhi kebutuhan Vit D3 ayam, pemberian yang disarankan
adalah sebesar 1000IU(International Unit) Kekurangan vitamin D3 dapat
menghasilkan tingkat kalsium yang rendah dan menghasilkan gejala serupa. Ini
termasuk kulit telur tipis atau lembut, penurunan produksi telur dan daya tetas,
induk memakan telur dan bahkan kejang dan patah tulang. Pada ayam,
kurangnya D3 dapat menyebabkan tulang mudah bengkok atau patah (biasanya
terjadi pd anak ayam/khutukan). Penyakit yang menyerang hati dan ginjal dan
dapat menghambat kemampuan ayam untuk menghasilkan enzim yang
diperlukan untuk mengubah vitamin D ke D3. Terlalu banyak Vitamin D3 (D3
hypervitaminosis) dapat menyebabkan kalsifikasi, nephrosis dan asam urat. Dua
penelitian menunjukkan bahwa tingkat tinggi D3 Vitamin di burung macaw muda
mengakibatkan ginjal membesar, encok dan gejala lain (Anonim, 2013)

III. PROSEDUR PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

Pada percobaan pengaruh luas permukaan pada laju reaksi dibutuhkan alat dan
bahan. Alat yang dibutuhkan antara lain yaitu: 3 buah botol kaca, balon, dan
batu, sedangkan bahan yang digunakan yaitu: asam cuka dan kulit telur.

3.2. Prosedur Percobaan

Langkah-langkah dalam melakukan percoabaan ini yaitu:


1. Bersihkan kulit telur menggunakan air lalu keringkan.
2. Bersihkan botol kaca dari zat pengotornya menggunakan air dan
dikeringkan.
3. Kulit telur yang sudah kering dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok satu
hancurkan kulit telur sebedar uang koin Rp 50, kelompok dua hancurkan kulit
telur sebesar setengah dari kelompok satu, dan kelompok ketiga dihancurkan
sampai seperti pasir.
4. Masukkan tiap-tiap kelompok kulit telur ke dalam

botol kaca yang sudah bersih.


5. Masukkan asam cuka ke dalam botol yang telah berisi kulit telur sambai
tersisa ruang kosong setinggi 25% dari ukuran botol.
6. Tutup botol menggunakan balon, hitung waktu pada tiap-tiap botol saat
reaksi berlangsung.
7. Amati yang terjadi. Apakah terjadi penggembungan pada balon?

IV. DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Pengamatan

Berdasarkan pengamatan didapat hasil percobaan, yaitu:


No Perlakuan Waktu Keterangan
(menit)
1 Sampel kulit telur 1 55 Reaksi pada
ditambah asam cuka sampel ini lama
2 Sampel kulit telur 2 31 Reaksi pada
ditambah asam cuka sampel ini lambat
3 Sampel kulit telur 3 17 Reaksi pada
ditambah asam cuka sampel ini cepat.

4.2. Pembahasan

Laju reaksi merupakan kecepatan suatu zat untuk bereaksi

perdetik. Pada percobaan ini dilakukan percobaan sederhana untuk


membuktikan bahwa laju reaksi sebuah senyawa dipengaruhi luas permukaan
suatu zat untuk bereaksi. Untuk membuktikan percabaan sederhana ini, yang
harus dipersiapkan adalah alat dan bahan yang dapat ditemukan di lingkungan
sekitar.

Pertama-tama siapkan kulit telur kering yang dihancurkan menjadi tiga bentuk,
dari yang paling besar kurang lebih sebesar uang koin 50 rupiah, sampel kulit
telur kedua yaitu ukuran sedang, lebih kecil dari ukuran sampel satu, dan sampel
ketiga kulit telur dihancurkan dengan ukuran sebesar pasir. Ketiga sampel
dimasukkan ke dalam botol kaca yang berbeda yang diberi label sampel 1, 2 dan
3.
Langkah selanjutnya yaitu memasukkan cuka dagang ke dalam semua botol
dengan volume sama banyak dan ditutup dengan balon, dan diamati reaksi serta
perubahan yang terjadi pada sampel.

Pada percobaan tersebut terjadi reaksi antara kulit telur dan cuka dagang. Reaksi
yang terjadi mengakibatkan terbentuknya gelembung-gelembung gas yang
menyebabkan balon menjadi menggembung dan semakin lama semakin besar.
Namun pada setiap sampel kecepatan balon menggembung berbeda-beda. Hal
tersebut dapat terjadi karena rekasi antara kulit telur dan cuka dagang bereaksi
dengan sangat cepat. Reaksi tersebut terjadi pada sampel 3, yaitu sampel
dengan kulit telur berukuran pasir, dimana pada menit ke-3 balon mulai
menggembung dan berdiri, sedangkan pada sampel ke-2 mulai menggembung
dan berdiri pada menit ke-5 sedangkan pada sampel ke-1 mulai menggembung
dan balon berdiri pada menit ke-11.

Besar maksimal balon menggembung pada masing-masing sampelpun berbeda,


pada sampel 3, maksimal besar balon berhenti pada menit ke-6, pada sampel 2
maksimal balon menggembung berhenti pada menit ke-18 dan pada sampel 1
kemampuan menggembung balon maksimal berhenti pada menit ke-32. Dalam
hal ini dapat dijelaskan bahwa kondisi ini pada masing-masing sampel telah
menurun kinerja pada laju reaksi, sehingga hasil dari reaksi sedikit bahkan mulai
berhenti.
Pada reaksi inipun terjadi kejenuhan zat untuk bereaksi, hal tersebut terjadi
karena zat yang akan bereaksi hamir tepat habis bereaksi, sehingga sedikit
zat yang dapat direaksikan. Pada kondisi ini terjadi pada sampel 3 pada menit
ke-12, sampel 2 pada menit ke-27 dan pada sampel 1 terjadi pada menit ke-47.
Reaksi tepat habis dan tidak ada reaksi lagi sampel terjadi pada menit ke-17
papa sampel 3, pada sampel 2 terjadi pada menit ke-31 dan pada sampel 1
terjadi pada menit ke-55.

Berdasarkan pada pengamatan tersebut waktu sampel 1 untuk bereaksi sampai


tepat habis bereaksi adalah 55 menit, pada sampel 2 habis bereaksi selama 31
menit dan pada sampel 3 selama 17 menit. Hal ini menandakan bahwa semakin
kecil ukuran partikel artinya semakin besar luas permukaan untuk bereaksi suatu
zat, maka akan semakin cepat reaksi itu berlangsung. Hal tersebut dapat terjadi
karena jika ukuran partikel kecil, maka seluruh permukaan akan berinterkasi
langsung dengan zat lain, dan berdasarkan dari bentuk cangkang yang keras,
maka yang akan bereaksi terlebih dahulu adalah pada bagian pinggir. Sehingga
semakin kecil partikel maka ketika bereaksi, partikel tersebut akan cepat habis
dibandingkan yang ukuran partikelnya besar.

Pada percobaan ini dapat diamati karena adanya balon, balon dapat
menggembung karena adanya gas yang masuk ke dalam balon. Gas tersebut
diperoleh dari hasil reaksi cangkang telur dengan cuka dagang. Hal tersebut
terjadi karena salah satu kandungan cangkang atau kulit telur adalah kalsium
karbonat, sehingga jika bereaksi dengan cuka akan menghasilkan gas CO2.
Reaksi yang terjadi antara keduanya yaitu:

CaCO3(s) + 2CH3COOH(l) Ca(CH3COO)2(s) + C

O2(g) + H2O(l)

Kulit telur Cuka dagang

Jadi, gas yang membuat balon menjadi menggembung yaitu gas CO2. Jika
diamati gas CO2terdispersi dalam cair sehingga gas CO2 dapat diamati seperti
gelembung-gelembung busa bewarna putih.
V. KESIMPULAN

Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:


1. Semakin besar ukuran partikel, maka waktu yang digunakan untuk
bereaksi suatu zat hingga habis bereaksi semakin lama.
2. Semakin kecil partikel, maka waktu yang digunakan untuk bereaksi suatu
zat hingga habis bereaksi semakin cepat.
3. Pada hasil percobaan dengan membandingkan ketiga sampel, maka laju
reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan untuk bereaksi.
4. Reaksi dapat diamati dengan adanya hasil reaksi berupa gas CO2 dalam
bentuk koloid, yaitu buih.
5. Balon dapat menggembung karena hasol reaksi berupa gas karbon
dioksida yang dilepas dan tertambpung pada balon.

DAFTAR PUSTAKA

Keenan. 1989. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar. Bogor: Erlangga,

Sunarya, Yayan.2002. Kimia Dasar 2 Berdasarkan Prinsip Prinsip Kimia


Terkini. Bandung : Alkemi Grafisindo Press.
Anonim. 2013. Kandungan Cangkang Telur.http://repository.usu.ac.id/bitstream /
123456789/16191/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 29 Mei 2013 pukul
05.58 WIB.

Anonim. 2013. Kinetika Kimia.http://id.wikipedia.org/wiki/laju_reaksi. Diakses


pada tanggal 29 Mei 2013 pukul 06.07

Anda mungkin juga menyukai