Anda di halaman 1dari 12

PERCOBAAN I

PEMBUATAN SIMPLISIA

I. TUJUAN
Mampu membuat simplisia dengan kandungan zat yang berkhasiat tidak
mengalami kerusakan dan dapat disimpan (tahan lama).
II. DASAR TEORI
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain. Simplisia merupakan
bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan
simplisia pelikan atau mineral.
- Simplisia nabati : berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat. Eksudat
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu
dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan dari tanaman.
- Simplisia hewani : berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
- Simplisia pelican : berupa mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya,


maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal, dan untuk dapat memenuhi syarat
minimal itu, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain adalah:
1. Bahan baku simplisia
2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia
3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia
Proses pembuatan simplisia merupakan proses tindak lanjut setelah bahan baku
simplisia selesai dipanen, sehingga sering disebut proses pasca panen. Pasca panen merupakan
kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam
yang berfungsi untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang
baik serta mudah disimpan untuk proses selanjutnya.
Adapun tahapan tahapan pembuatan simplisia secara garis besar adalah:
1. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung
pada:
- Bagian tanaman yang digunakan
- Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
- Waktu panen
- Lingkungan tempat tumbuh
2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing
lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu
tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar
yang telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya harus dibuang
3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang
melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengali
4. Perajangan
Beberapa jenis bahna simplisia tertentu ada yang memerlukan proses perajangan.
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan.
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu lama
6. Sortasi kering
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-pengotor lain
yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena faktor luar dan dalam,
antara lain cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi, penyerapan air,
pengotoran, serangga dan kapang
III. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah timbangan, pisau
dapur, gunting, aluminiun foil, tampah, plastik, label/etiket, kertas payung, rimpang
jahe.

IV. PROSEDUR KERJA


Bahan baku yang telah disiapkan dikumpulkan dan ditimbang dengan seksama
sebanyak 50 gram, catat beratnya kemudian tempatkan diatas nampan.
Sortasi basah, dilakukan terhadap tanah dan kerikil, rumput-rumputan, bahan tanaman
lain, dan bagian tanaman yang rusak.
Pencucian simplisia
Pengubahan bentuk meliputi: perajangan (rimpang, daun, herba), pengupasan (buah,
biji-bijian yang besar), pemotongan (akar, batang, dan ranting).
Tempatkan dinampan dan keringakan dengan cara yang sesuai berdasarkan jenis
bagian tanaman dan kandungan zat aktifnya.
Sortasi kering
Timbang lagi dan catat beratnya
Lakukan pengepakan, dimasukan kedalam kertas dan disimpan ditempat kering
Buat laporan kerja praktikum.
SKEMA KERJA

Bahan baku

disiapkan
ditimbang sebanyak kurang lebih 50 gram
disortasi basah
dicuci
diubah bentuk meliputi perajangan , pengupasan, pemotongan
ditempatkan dalam nampan
dikeringkan
disortasi kering
ditimbang dan dicatat beratnya
dimasukan dalam kertas dan simpan ditempat kering

Data

V. HASIL PERCOBAAN

Berat awal : 50 gram

Berat akhir: 9,4 gram

Perhitungan rendemen = x 100%

= x 100%

= 18,8%

Dengan perhitungan susut pengeringan =

= 81,2%
VI. PEMBAHASAN
Praktikum ini menggunakan rimpang jahe (Zingiber Rhizoma) sebagai bagian
tanaman yang akan dibuat simplisia.

Nama Ilmiah : Zingiber officinale Rosc.


Nama Daerah : Jae (Jawa); jahe (Sunda); jae, jahya (Bali); sipodeh (Minang); melito
(Gorontalo); jhai (Madura); lia (Flores); goroka (Ternate); dan late(Timor)
Ciri- ciri Umum Jahe :
Merupakan tanaman herba semusim , tegak dan tinggi 40-50 cm. Batang semu, beralur,
membentuk rimpang, dan berwarna hijau. Daun tunggal, berbentuk lanset, tepi rata,
ujung runcing, pangkal tumpul, dan berwarna hijua tua. Bunga majemuk, berbentuk
bulir, sempit, ujung runcing, panjang 3,5-5 cm, lebar 1,5-2 cm, mahkota berbentuk
corong dengan panjang 2-2,5 cm, dan berwarna ungu. Buah kotak, berbentuk bulat
panjang, dan berwarna cokelat. Biji berbentuk bulat dan berwarna hitam.

Zingiber Rhizoma (Rhizoma Zingiberis- akar jahe) yang berupa umbi Zingerber
officinale mengandung 6% bahan obat-obatan yang sering dipakai sebagai rumusan
obat-obatan atau sebagai obat resmi di 23 negara. Secara empiris, jahe diketahui
berkhasiat merangsang kelenjar pencernaan sehingga baik untuk membangkitkan nafsu
makan. Minyak jahe yang berisi gingerol, berkhasiat mencegah dan mengobati mual
dan muntah. Jahe segar yang ditumbuk halus juga dapat digunakan sebagai obat luar
untuk mengatasi mulas. Beberapa khasiat jahe juga telah dibuktikan secara ilmiah
melalui penelitian di laboratorium. Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu
mencegah penggumpalan darah. Jadi mencegah tersumbatnya pembuluh darah,
penyebab utama stroke dan serangan jantung. Jahe dapat mencegah mual melalui proses
blokade serotonin, yaitu senyawa kimia yang dapat menyebabkan perut berkontraksi,
sehingga timbul rasa mual. Tidak hanya itu, jahe ternyata berkhasiat sebagai antibakteri.
Bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis yang bersifat patogen terhadap saluran
pencernaan manusia dapat dihambat pertumbuhan koloninya dengan ekstrak jahe.

1. Pemanenan
Tanaman jahe umumnya dipanen tua setelah berumur 8 10 bulan saat kadar
oleoresin optimum ditandai dengan rasa pedas dan bau harum. Khusus untuk jahe
gajah bisanya dipanen disesuaikan dengan tujuan pemanfaatannya. Pekebun
memanen jahe muda apabila harga sedang tinggi atau berindikasi terserang gejala
penyakit, hasilnya berkisar antara 3 5 ton / ha. Apabila dipelihara dengan baik
jahe gajah dapat menghasilkan 15 30

2. Sortasi basah
Sortasi dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing,
bahan yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau
lebih kecil. Penyortiran segera dilakukan setelah bahan selesai dipanen, bahan
yang mati, tumbuh lumut ataupun tumbuh jamur segera dipisahkan yang
dimungkinkan mencemari bahan hasil panen.

3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi
mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus segera dilakukan
setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pencucian menggunakan
air bersih seperti air dari mata air, sumur atau PAM.

4. Perajangan
Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan
terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang. Bentuk irisan
split atau slice tergantung tujuan pemakaian. Untuk tujuan mendapatkan minyak
atsiri yang tinggi bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin
bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya melintang (slice).
Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang digunakan dan berpengaruh
terhadap kualitas simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat
mengurangi zat aktif yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal,
maka pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang
lama dalam penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh
jamur.
5. Pengeringan
Praktikum pembuatan simplisia kali ini pengeringan dilakukan secara tradisional
dengan menggunakan sinar matahari dan dianginkan. Pengeringan dapat
menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa enzimatis, pencokelatan, fermentasi
dan oksidasi. Ciri-ciri waktu pengeringan sudah berakhir apabila daun ataupun
temu-temuan sudah dapat dipatahkan dengan mudah. Pengeringan dilakukan untuk
mengeluarkan atau menghilangkan air dari suatu bahan dengan menggunakan sinar
matahari. Cara ini sederhana dan hanya memerlukan lantai jemur. Simplisia yang
akan dijemur disebar secara merata dan pada saat tertentu dibalik agar panas
merata. Cara penjemuran semacam ini selain murah juga praktis, namun juga ada
kelemahan yaitu suhu dan kelembaban tidak dapat terkontrol, memerlukan area
penjemuran yang luas, saat pengeringan tergantung cuaca, mudah terkontaminasi
dan waktu pengeringan yang lama. Dengan menurunkan kadar air dapat mencegah
tumbuhnya kapang dan menurunkan reaksi enzimatik sehingga dapat dicegah
terjadinya penurunan mutu atau pengrusakan simplisia. Secara umum kadar air
simplisia tanaman obat maksimal 10%. Pengeringan dapat memberikan keuntungan
antara lain memperpanjang masa simpan, mengurangi penurunan mutu sebelum
diolah lebih lanjut, memudahkan dalam pengangkutan, menimbulkan aroma khas
pada bahan serta memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.
6. Sortasi kering
Sortasi kering dilakukan untuk memisahkan simplisia yang sudah kering dari
benda-benda asing seperti pasir atau kotoran yang menempel pada saat
pengeringan.
7. Pengemasan dan Penyimpanan
Setelah bersih, simplisia dikemas dengan menggunakan bahan yang tidak
beracun/tidak bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada kemasan dicantumkan
nama bahan dan bagian tanaman yang digunakan. Tujuan pengepakan dan
penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia tidak rusak atau berubah
mutunya karena beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Simplisia
disimpan di tempat yang kering, tidak lembab, dan terhindar dari sinar matahari
langsung
8. Perhitungan rendemen
Praktikum kali ini mendapatkan hasil simplisia dengan bobot akhir 10,3 gram itu
menunjukan ada penyusutan berat bahan dengan berat awal 50,1 gram. Dari
penyusutan massa itu dihasilkan perhitungan rendemen sebesar 20,558% yang
mana itu menyatakan ada penyusutan berat dari simplisia sebesar 79,45%.
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau pembelian dari
pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni
dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti yang disebutkan dalam Buku
Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia ataupum Materia Medika Indonesia Edisi
terakhir.(Anonim,1985).
Parameter standardisasi simplisia sebagai berikut:
a. Kebenaran Simplisia
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik dan
mikroskopik. Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan menggunakan
indera manusia dengan memeriksa kemurnian dan mutu simplisia dengan mengamati
bentuk dan ciri-ciri luar serta warna dan bau simplisia. Sebaiknya pemeriksaan mutu
organoleptik dilanjutkan dengan mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk
menegaskan keaslian simplisia.
b. Parameter non spesifik, meliputi uji terkait dengan pencemaran yang disebabkan oleh
pestisida, jamur, aflatoxin, logam berat, dll.
1) Penetapan kadar abu
Penentuan kadar abu dilakukan untuk memberikan gambaran kandungan
mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai diperoleh
simplisia dan ekstrak baik yang berasal dari tanaman secara alami maupun
kontaminan selama proses, seperti pisau yang digunakan telah berkarat). Jumlah
kadar abu maksimal yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi.
Prinsip penentuan kadar abu ini yaitu sejumlah bahan dipanaskan pada temperatur
dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga tinggal
unsur mineral dan anorganik yang tersisa.

Tinggi rendahnya kadar abu didipengaruhi oleh :


a) cemaran logam
b) cemaran tanah

2) Penetapan susut pengeringan


Susut pengeringan adalah persentase senyawa yang menghilang selama proses
pemanasan (tidak hanya menggambarkan air yang hilang, tetapi juga senyawa
menguap lain yang hilang).Pengukuran sisa zat dilakukan dengan pengeringan pada
temperatur 105C selama 30 menit atau sampai berat konstan dan dinyatakan dalam
persen (metode gravimetri).

Untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri dan sisa pelarut organik
menguap, susut pengeringan diidentikkan dengan kadar air, yaitu kandungan air
karena simplisia berada di atmosfer dan lingkungan terbuka sehingga dipengaruhi
oleh kelembaban lingkungan penyimpanan.

3) Kadar air
Tujuan dari penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan maksimal
atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Hal ini terkait dengan
kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian,
penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya
tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai
kadar air kurang dari 10%.
Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
a) Metode Titrimetri
Metode ini berdasarkan atas reaksi secra kuantitatif air dengan larutan anhidrat
belerang dioksida dan iodium dengan adanya dapar yang bereaksi dengan ion
hidrogen.Kelemahan metode ini adalah stoikiometri reaksi tidak tepat dan
reprodusibilitas bergantung pada beberapa faktor seperti kadar relatif komponen
pereaksi, sifat pelarut inert yang digunakan untuk melarutkan zat dan teknik yang
digunakan pada penetapan tertentu. Metode ini juga perlu pengamatan titik akhir
titrasi yang bersifat relatif dan diperlukan sistem yang terbebas dari kelembaban
udara (Anonim,1995).
b) Metode Azeotropi ( Destilasi Toluena)
Metode ini efektif untuk penetapan kadar air karena terjadi penyulingan
berulang kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk mencegah
adanya penguapan berlebih. Sistem yang digunakan tertutup dan tidak dipengaruhi
oleh kelembaban (Anonim, 1995).

c) Metode Gravimetri
Dengan menghitung susut pengeringan hingga tercapai bobot tetap(Anonim,
1995).

VII. KESIMPULAN
1. Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami
perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang
telah dikeringkan.
2. Tahap tahap dalam pembuatan simplisia meliputi pengumpulan bahan, penyortiran
basah, pencucian, pengirisan dan pengeringan, penyortiran Kering, penyimpanan, dan
pengolahan.
3. Pemeriksaan mutu bertujuan agar simplisia memenuhi syarat FI, EFI, MMI dan buku
resmi yang disetujui pemerintah. Bermaksud agar adanya keseragaman komponen aktif,
aman, berguna/ berkhasiat dan obat/ sediaan selalu tetap mutunya.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim. 2011. Khasiat Jahe. www.jualherbalkolesterol.wordpress.com. diakses pada
tanggal 19 November 2012
Anonym. 2011. Potensi Pengembangan Jahe. www.disbun.jabarprov.go.id. diakses pada
tanggal 19 November 2012

Anonim. 2012. Jahe/Ginger (Zingiber Rhizoma). www.saritemulawak.com. diakses pada


tanggal 19 November 2012

Fajriyah. Shofiyatul. 2011. Pembuatan Simplisia dan Standarisasi Mutu Simplisia.


www.shofipunya.wordpress.com. diakses pada tanggal 19 november 2012

Maretha. Okky. 2011. Pembuatan Simplisia Morinda Fructus. www.scribd.com. diakses


pada tanggal 19 November 2012

Anda mungkin juga menyukai