Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Pokok Bahasan : Penyakit Sistem Perkemihan


Sub Pokok Bahasan : Trauma Ginjal
Sasaran : Penduduk Banjar Sengguan, Tonja. Gatot Subroto Timur-
Denpasar
Hari/ Tanggal : ptember 2012
Waktu : 09.30-10.00 Wita
Tempat : Balai Banjar Sengguan, Tonja. Gatot Subroto Timur-
Denpasar

I. Latar Belakang

Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling


sering terjadi. Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul
atau trauma abdominal. Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi
dengan trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan
menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar
85-90% trauma ginjal terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya
diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas.

Trauma ginjal biasanya terjadi akibat kecelakaan lalulintas atau jatuh.


Trauma ini biasanya juga disertai dengan fraktur pada vertebra thorakal 11-
12. Jika terdapat hematuria kausa trauma harus dapat diketahui. Laserasi
ginjal dapat menyebabkan perdarahan dalam rongga peritoneum.

II. Tujuan Umum


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit,
diharapkan peserta penyuluhan mampu memahami tentang penyakit trauma
ginjal.

1
III. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, peserta penyuluhan diharapkan
mampu menjelaskan:
1. Pengertian trauma ginjal
2. Penyebab trauma ginjal
3. Menjelaskan gejala trauma ginjal
4. Menjelaskan pencegahan trauma ginjal
5. Menjelaskan penatalaksanaan trauma ginjal

IV. Metode
Ceramah dan tanya jawab

V. Media
1. Laptop
2. LCD
3. Leaflet

VI. Kisi-kisi Materi


1. Pengertian trauma ginjal
2. Penyebab trauma ginjal
3. Gejala trauma ginjal
4. Pencegahan trauma ginjal
5. Penatalaksanaan trauma ginjal

2
VII. Proses Pelaksanaan

N KEGIATAN RESPON WAKT


o KELUARGA U
1. Pendahuluan
- Menyampaikan salam - Membalas salam 5 menit
- Kontrak waktu - Memperhatikan
- Meperkenalkan penyuluh - Memberikan
- Menjelaskan tujuan respon
- Apersepsi

2. Penyampaian materi

a. Menjelaskan materi tentang : - Memperhatikan 15


1. Pengertian trauma ginjal penjelasan menit
2. Penyebab trauma ginjal
dengan cermat
3. Gejala trauma ginjal
4. Pencegahan trauma ginjal
5. Penatalaksanaan trauma
ginjal

3. Penutup - Menanyakan 10
- Tanya jawab (Evaluasi) hasil yang menit
- Feedback belum jelas dan
- Menyimpulkan hasil materi menjawab
- Kontrak waktu selanjutnya pertanyaan
- Mengakhiri kegiatan (Salam) - Menjawab
salam penutup

VIII. Setting Tempat

3
Penyuluhan dilaksanakan di Balai Banjar Sengguan, Tonja. Gatot Subroto
Timur-Denpasar.

PAPAN
PENYAJI
M
O

D
O
R

R
T

LAPTOP LCD

PESERTA PESERTA
O

A
R

F
I

PESERTA PESERTA

PESERTA PESERTA

OBSERVER

IX. Pengorganisasian
1. Moderator: Ni Made Ayu Purnama Sari
2. Penyaji : Ayu Pratiwi Suryani Mahedar
3. Observer : I da Ayu Masastiani
4. Fasilitator : Luh Susi Putri Herlina

X. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
SAP sudah siap 2 hari sebelum penyuluhan.

4
Media (Laptop, LCD, Leaflet) dan tempat disiapkan sesuai dengan
setting yang telah direncanakan.
Pengorganisasian sudah tersusun.
Penyaji sudah menyiapkan materi.
Moderator dan sekretaris sudah siap.
Peserta siap mengikuti penyuluhan.

2. Evaluasi Proses
Penyaji,moderator,fasilitator, observer dan peserta siap mengikuti
penyuluhan.
75 % peserta dapat mengikuti kegiatan sampai selesai.

3. Evaluasi Hasil
Penyuluhan berjalan sesuai rencana dan tepat waktu.
Masalah yang muncul saat pelaksanaan penyuluhan dapat diatasi
dengan baik.
Tujuan penyuluhan tercapai yaitu peserta penyuluhan dapat
memahami tentang isi penyuluhan dan diharapkan akan terjadi
perubahan perilaku.

XI. Referensi
Brunner&Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol: 3,
Edisi 8. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A, dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Vol: 1,
Edisi 6. Jakarta: EGC

5
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian trauma ginjal


Trauma Ginjal adalah suatu penyakit ginjal yang disebabkan oleh
trauma tumpul atau trauma tajam.
Trauma ginjal merupakan trauma terbanyak pada sistem
urogenital, lebih kurang 10% dari trauma pada abdomen mencederai
ginjal.
Walaupun ginjal mendapat proteksi dari otot lumbar, thoraks,
badan vertebra dan viscera, ginjal mempunyai mobiliti yang besar
yang bisa mengakibatkan kerusakan parenchymal dan kecederaan
vaskular dengan mudah. Trauma sering kali disebabkan kerana jatuh,
kecelakaan lalu lintas, luka tusuk, dan luka tembak. Rupture spontan
ginjal adalah jarang. Trauma ginjal bias diklasifikasikan kepada trauma
tumpul dan tajam maupun dengan tahap kecederaan iaitu kecederaan
major ataupun minor.

2. Penyebab trauma ginjal


1) Trauma tumpul (80-85%),langsung ke abdomen, flank atau
punggung.
2) Kecelakaan kendaraan bermotor,penerbangan ,jatuh ,dan contact-
sports.
3) Kecelakaan kendaraan dengan kecepatan tinggi atau trauma
deselerasi dan trauma pada vasculer besar.
4) Luka tembak dan tusukan benda tajam atau trauma penetran pada
ginjal. Sehingga setiap trauma tajam didaerah tersebut, dicurigai
adanya trauma ginjal, sampai terbukti tidak.
5) Pada luka tusuk ginjal, juga terjadi trauma pada organ visceral
abdomen sekitar 80%.

3. Gejala trauma ginjal

Tanda dan gejala dari trauma ginjal antara lain :

6
a. Bengkak dan memar daerah pinggang (swelling & bruising renal
angle)
b. Distensi abdomen akibat penimbunan darah atau urine
c. Dapat terjadi ileus
d. Berkurangnya produksi air kemih
e. Bengkak tungkai, kaki atau pergelangan kaki
f. Nyeri pinggang hebat (kolik)
g. Mual dan muntah

Nyeri terlokalisasi pada satu pinggang atau seluruh


perut. Trauma lain seperti ruptur visera abdomen atau fraktur pelvis
multiple juga menyebabkan nyeri abdomen akut sehingga
mengaburkan adanya trauma ginjal. Kateterisasi biasanya
menunjukkan adanya hematuria. Perdarahan retroperitoneal bisa
menyebabkan distensi abdomen, ileus, nausea serta vomitus.
Perlu diperhatikan adanya syok atau tanda-tanda kehilangan
darah masiv karena perdarahan retroperitoneal. Cermati adanya
ekimosis pada pinggang atau kuadran atas abdomen.Juga adanya
patah tulang iga bagian bawah. Mungkin ditemukan nyeri abdomen
difus pada palpasi yang merupakan tanda akut abdomen karena
adanya darah pada cavum peritonei. Distensi abdomen mungkin
ditemukan dengan bising usus yang menghilang. Masa yang palpable
menandakan adanya hematom retroperitoneal besar atau suatu
ekstravasasi urin. Namun jika retroperitoneum robek, darah bebas
masuk ke cavum peritonei tanpa ditemukan masa palpable pada
pinggang.

4. Pencegahan trauma ginjal


1) Berhati-hatilah pada saat perjalanan serta kurangi kecepatan tinggi
untuk menghindari kecelakaan kendaraan bermotor,penerbangan.
2) Berhati-hatilah dengan modus kejahatan karena luka tembak dan
tusukan benda tajam atau trauma penetran pada ginjal.

7
5. Penatalaksanaa trauma ginjal

Tujuan dari penanganan penyakit ini adalah mencegah gejala-


gejala darurat dan penanganan komplikasi.

Prinsip penanganan trauma ginjal adalah meminimalisasi


morbiditas dan mortalitas serta sedapat mungkin mempertahankan
fungsi ginjal.

a. Konservatif

Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan


ini dilakukan observasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu tubuh),
kemungkinan adanya penambahan masa di pinggang, adanya
pembesaran lingkar perut, penurunan kadar hemoglombin dan
perubahan warna urin pada pemeriksaan urin serial.(Purnomo , 2003)
Trauma ginjal minor 85% dengan hematuri akan berhenti dan sembuh
secara spontan. Bed rest dilakukan sampai hematuri berhenti.
(McAninch, 2000)
b. Eksplorsi
1) Indikasi absolut
Indikasi absolut adalah adanya perdarahan ginjal persisten yang
ditandai oleh adanya hematom retroperitoneal yang meluas dan
berdenyut. Tanda lain adalah adanya avulsi vasa renalis utama pada
pemeriksaan CT scan atau arteriografi.
2) Indikasi relatif
a) Jaringan nonviable
Parenkim ginjal yang nekrosis lebih dari 25% adalah indikasi
relatif untuk dilakukan eksplorasi.
b) Ekstravasasi urin
Ekstravasasi urin menandakan adanya cedera ginjal mayor. Bila
ekstravasasi menetap maka membutuhkan intervensi bedah.
c) Incomplete staging

8
Penatalaksanaan nonoperatif dimungkinkan apabila telah
dilakukan pemeriksaan imaging untuk menilai derajat trauma
ginjal. Adanya incomplete staging memerlukan pemeriksaan imaging
dahulu atau eksplorasi /rekonstruksi ginjal. Pada pasien dengan
kondisi tidak stabil yang memerlukan tindakan laparotomi segera,
pemeriksaan imaging yang bisa dilakukan hanyalah one shot IVU di
meja operasi. Bila hasil IVU abnormal atau tidak jelas atau adanya
perdarahan persisten pada ginjal harus dilakukan eksplorasi ginjal.

d) Trombosis Arteri
Cedera deselerasi mayor menyebabkan regangan pada arteri
renalis dan akan menyobek tunika intima, terjadi trombosis arteri
renalis utama atau cabang segmentalnya yang akan menyebebkan
infark parenkim ginjal. Penegakan diagnosis yang tepat serta timing
operasi sangat penting dalam penyelamatan ginjal. Renal salvage
dimungkinkan apabila iskemia kurang dari 12 jam. Jika ginjal
kontralateral normal, ada kontroversi apakah perlu revaskularisasi atau
observasi.Jika iskemia melebihi 12 jam, ginjal akan mengalami
atrofi. Nefrektomi dilakukan hanya bila delayed celiotomy dilakukan
karena adanya cedera organ lain atau jika hipetensi menetap pasca
operasi. Trombosis arteri renalis bilateral komplit atau adanya ginjal
soliter dibutuhkan eksplorasi segera dan revaskularisasi.
e) Trauma tembus
Pada trauma tembus indikasi absolut dilakukan eksplorasi adalah
perdarahan arteri persisten. Hampir semua trauma tembus renal
dilakukan tindakan bedah. Perkecualian adalah trauma ginjal tanpa
adanya penetrasi peluru intraperitoneum Luka tusuk sebelah posterior
linea aksilaris posterior relatif tidak melibatkan cedera organ lain.
(Brandes, 2003)

9
Teknik Operasi
a) Approach
Dilakukan transperitoneal karena dapat mengenali dan
menanggulangi trauma intraabdominal lain serta dapat melakukan
isolasi pembuluh darah ginjal sebelum melakukan eksplorasi ginjal.
b) Isolasi pembuluh darah ginjal(Prosedur MCAninch)
Dimaksudkan untuk mengendalikan perdarahan waktu dilakukan
eksplorasi ginjal sebelum tamponade hematom retroperitoneal
dibuka. Usus halus dan kolon disingkirkan ke lateral dan cranial. Buat
insisi pada peritoneum posterior sebelah medial dan sejajar dengan
vena mesentrika superior. Insisi berada di ventral aorta dan dengan
meneruskan insisi ke cranial akan didapat vena renalis kiri yang
berjalan melintang di ventral aorta. Vena renalis kiri merupakan tanda
yang penting karena relatif mudah ditemukan, sementara di
kraniodorsal akan didapat arteri renalis kiri. Vena renalis kanan
bermuara pada vena kava lebih kaudal disbanding vena renalis kiri
dan di cranial vena renalis kanan akan dijumpai arteri renalis
kanan.Pada saat pembuluh darah dijerat untuk mengendalikan
perdarahan tapi wrm ischaemic time tidak boleh lebih dari 30
menit. Bila diperlukan lebih lama ginjal didinginkan dengan
es. Dengan teknik ini di RSCM dapat diturunkan angka nefrektomi
dari 635 menjadi 36%. Setelah prosedur ini, eksplorasi ginjal dilakukan
dengan membuat irisan peritoneum parakolika.(Taher A, 2003).
c) Rekonstruksi
Setelah membuka fascia gerota maka ginjal harus terpapar
seluruhnya. Pada saat inilah biasanya terjadi perdarahan yang dapat
dikendalikan dengan melakukan oklusi sementara pembuluh darah
ginjal. Selanjutnya dilakukan debridemen fasia dan jaringan ginjal
diikuti hemostasis sebaik mungkin. Bila dijumpai perdarahan pada

10
leher kaliks, dilakukan penjahitan dengan benang absorabel kecil dan
jarum atraumatik. Defek pelviokalises memerlukan penjahitan yang
kedap air. Setelah itu baru dilakukan penjahitan parenkim sekaligus
kapsulnya dengan jahitan matras menggunakan benang kromik 2-
0. Lemak omentum dapat digunakan untuk menutup defek parenkim
yang luas. Jaringan nonviable pada kutub atas maupun bawah yang
luas memerlukan nefrektomi pasrsial. Cara guillotine
merupakan cara yang mudah, namun penting untuk menyisakan kapsul
ginjal agar dapat dipakai untuk menutup defek parenkim ginjal.
Sebagai penggantinya dapat dipakai free graft peritoneum. Nefrektomi
biasanya dilakukan pada robekan scattered atau mengenai daerah
hilus. Laserasi luas pada bagian tengah ginjal dan mengenai
pelviokalises sering berakhir dengan nefrektomi. Repair pembuluh
darah perlu diusahakan dan cedera yang mengenai sekaligus a/v ginjal
umumnya berakhir dengan nefrektomi. Di USA dari semua cedera
arteriil hanya 44% kasus yang berhasil direpair. Ureter harus dikenali
dan bila terdapat bekuan darah di ureter maupun pielum, pemasangan
nefrostomi harus dilakukan dengan kateter foley 16F. Sebelum
menutup rongga retroperitoneum dilaskukan pemasangan pipa
drain. (Taher , 2003)

11

Anda mungkin juga menyukai