Disusun oleh:
1. Mochammad Raffi Marviansyah 140410160008
2. Angela Josephine 140410160010
3. Fitri Fitriani 140410160022
4. Sulisthyia Ayuwardani 140410160034
5. Fika Merdiany Santoso 140410160052
6. Tia Fitrianti 140410160068
7. Annasa Rizki Kamalina 140410160082
8. Anwar Nasrudin 140410160090
9. Hanna Natalia 140410160096
10. Jasmine Raissa Rachmadina 140410160112
11. Nurul Nisa Primadiaty 140410160124
I.Pengertian Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
memengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang
melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik
sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan
terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme.
2. Hewan.
Terdapat berbagai jenis hewan di Hutan Kota ini, diantaranya yaitu burung
Cangak abu (Ardea purpurea), Cangak laut(Ardea sumatrana), dan Kowak malam
abu(Nycticorax nycticorak), kupu-kupu, berbagai jenis serangga, dan hewan
lainnya.
Peran dari Hewan adalah
Hewan dalam ekosistem memiliki peran sebagai konsumen . Yang artinya
hewan ini memakan langsung produsen.
Serangga seperti kupu-kupu dan belalang merupakan Konsumen I. Artinya
mereka memakan langsung produsen (tumbuhan)
Burung sebagai komponen ekosistem mempunyai peranan penting,
diantaranya untuk mengontrol populasi serangga, membantu penyerbukan
bunga dan pemencaran biji dan burung memiliki kedudukan sebagai
Konsumen II. Hewan yang memakan Konsumen I.
Mikroorganisme memiliki peran sebagai dekomposer yaitu menguraikan
sisa-sisa tumbuhan ataupun hewan. Sisa-sisa tumbuhan akan dibusukkan
oleh mikroorganisme dan akhirnya terurai menjadi humus atau materi
yang merupakan sumber hara mineral bagi tumbuhan itu kembali.
3. Manusia.
Dalam hal ini manusia merupakan komponen yang sangat penting bagi
keberlangsungan Hutan, karena melalui pihak pengolah hutannya dikelola dengan
baik.
Peran Manusia adalah merawat, melestarikan dan mengelola hutan kota buatan
menjadi tatanan hutan yang baik dan asri. Manusia menjadi pusat pengelola hutan
buatan, tanpa campur tangan manusia alam tidak akan bisa berjalan dengan
sendirinya.
IV. Interaksi Antar Faktor Biotik
Interaksi antara faktor biotik yang terjadi adalah rantai makanan.Rantai Makanan
atau food chains adalah proses makan dan dimakan pada serangkaian
organisme . Semua rantai makanan berasal dari organisme autotrofik.
Organisme yang langsung memakan tumbuhan disebut herbivor (konsumen
primer), yang memakan herbivor disebut karnivor (konsumen sekunder), dan
yang memakan konsumen sekunder disebut konsumen tersier. Setiap
tingkatan organisme dalam satu rantai makanan disebut tingkatan tropik.
Dalam ekosistem rantai makanan-rantai makanan itu saling bertalian.
Kebanyakan sejenis hewan memakan yang beragam, dan makhluk tersebut
pada gilirannya juga menyediakan makanan berbagai makhluk yang
memakannya, makaterjadi yang dinamakan jaring-jaring makanan(food web),
dengan kata lain proses rantai makanan yang saling menjalin dan kompleks
tersebut dinamakan jaring makanan.
Jaring makanan yang terjadi di Hutan Kota tidak sekompleks seperti yang
terjadi di Hutan Alami. Hal ini disebabkan oleh letak hutan yang berada di
tengah kota,sehingga organisme yang ada di hutan kota tidak terlalu banyak.
V. Indikator
Kriteria hutan kota menurut Kongres dan Konsepsi Review RTRWN adalah
mempunyai luas minimal 0,25 ha dalam bentuk kompak atau jalur (3-5 jalur) dan
mempunyai jenis tanaman berakar dalam, tidak mudah merontokkan daun atau
tumbang, mempunyai nilai estetis dan berdaun rimbun (Fandeli dkk., 2004).
Hutan kota juga didefinisikan sebagai hamparan kawasan hijau dengan luas
minimal 0,25 ha yang berada di perkotaan dan jenis tumbuhan (pepohonan)
beraneka ragam, bertajuk bebas, sistem perakarannya dalam dan jarak tanam
rapat sehingga membentuk satuan ekologi terkecil terkait dengan terbentuknya
dua hingga tiga tingkat pelapisan/strata tajuknya.
Pada ekosistem hutan kota, penduduknya relatif lebih padat daripada hutan yang
sebenarnya.
Pada ekosistem hutan kota, polisinya jauh lebih sedikit daripada kawasan
perkotaan. Namun, dibanding dengan ekosistem hutan, polusi di hutan kota
sedikit lebih tinggi. Hal ini disebabkan hutan memiliki lebih banyak pohon yang
memproduksi oksigen. Dan lagi, hutan kota berada di perkotaan sehingga polusi
udara lebih banyak terjadi di sini. Misalnya, polusi asap dari transportasi.
Tingkat penyerapan karbon di hutan kota lebih tinggi daripada hutan.
DAFTAR PUSTAKA
http://repo.unsrat.ac.id/144/11/10_-_BAB_1.pdf
http:/pdfw.forda-mof.org/files/BUKU_RPI_2.pdf
www.anneshira.com/ekosistem-buatan.htm diakses pada tanggal 17 November
2016 pukul 14.33
https://infoindonesia.files.wordpress.com/2012/10/800px-
lower_central_park_shot_4.jpg diakses pada tanggal 17 November 2016 pada
pukul 14.53
Sabarudi, dkk. 2014. Sintesis Penelitian Integratif Pengembangan Hutan Kota
pada Lanskap Perkotaan. Bogor: Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan.
Tauhid. 2008. Kajian Jarak Jangkau Efek Vegetasi Pohon Terhadap Suhu Udara
pada Siang Hari Di Perkotaan (Studi Kasus: Kawasan Simpang Lima Kota
Semarang). TesisProgram Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro. Semarang.
https://www.academia.edu/8819802/Contoh_Jaring-jaring_Makanan
https://www.google.co.id/search?q=indikator+ekosistem+kota+hutan&client=ms-android-
samsung&source=lnms&biw=360&bih=511&prmd=inmv&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwix7
8GnvbfQAhVFqY8KHePtBV8Q_AUIBygB&dpr=3#imgrc=8tn7lJpTD3udZM%3A