Anda di halaman 1dari 4

Penggunaan Obat yang Rasional (Rational Drug Use)

Pengobatan dapat disebut rasional apabila pasien menerima terapi yang tepat sesuai

dengan kebutuhan kliniknya, sesuai dengan dosis yang dibutuhkannya, pada periode waktu

yang adekuat, dan dengan harga yang terjangkau untuk pasien dan masyarakat (WHO,1985).

Penggunaan obat Rasional dalam konteks biomedik mencakup beberapa kriteria, yaitu

(Management Science for Health, 2012) :

a. Tepat indikasi, dimana peresepan berdasarkan kepada pertimbangan medis

b. Tepat obat, mempertimbangkan keefektifan, keamanan, kecocokan obat dengan pasien, dan

harga

c. Tepat dosis, pemberian dan durasi terapi

d. Tepat pasien, bahwa tidak ada kontra indikasi, dan kemungkinan terjadinya efek samping

sangat kecil

e. Benar cara penyerahan obat, termasuk pemberian informasi yang tepat yang diberikan pada

pasien berkaitan dengan obat yang diresepkan

f. Kepatuhan pasien terhadap obat.

Penggunaan obat tidak rasional terjadi pada semua Negara dan pada semua tatacara

pelayanan kesehatan, dari rumah sakit sampai di rumah. Hal tersebut mencakup masalah

pemberian obat yang sebenarnya tidak dibutuhkan tetapi diresepkan, obat yang salah, tidak

aman, atau tidak efektif tetapi tetap diresepkan atau diserahkan, obat yang efektif tersedia

tetapi tidak digunakan, dan penggunaan obat yang tidak benar oleh pasien. Contoh

penggunaan obat yang tidak rasional :


a. Polifarmasi
Pilifarmasi terjadi ketika pasien menggunakan banyak obat dari yang kebutuhan yang

seharusnya. Polifarmasi dinilai dengan menghitung jumlah obat rata-rata yang diresepkan

pada pasien.
b. Penggunaan obat yang tidak perlu
Seringkali, pengobatan yang diterima pasien tidak diperlukan. Penggunaan obat yang tidak

diperlukan biasanya sering tidak sesuai dengan kebutuhan terapi.


c. Penggunaan obat yang salah
Dengan berbagai alasan, penggunaan obat yang salah sering terjadi dalam perespan ataupun

penyerahan obat pada pasien. Data dari Negara maju dan Negara yang dalam masa transisi

mengindikasikan bahwa kurang dari 40 % pasien yang menerima terapi sesuai dengan standar

terapi.
d. Penggunaan obat yang tidak efektif dan obat dengan keamanan yang diragukan
Penggunaan obat yang tidak efektif kadang-kadang diberikan pada pasien karena sudah

umum digunakan atau karena pasien berfikir bahwa obat yang umum diresepkan adalah lebih

baik
e. Obat yang tidak aman
Kemungkinan terjadinya efek samping yang berat terjadi ketika obat yang tidak aman

diresepkan. Contoh yang umum adalah ketika steroid digunakan untuk merangsang

pertumbuhan dan nafsu makan pada anak-anak dan atlet.

Penggunaan obat yang tidak tepat dalam skala yang luas bisa menyebabkan terjadinya

efek samping terhadap biaya pelayanan kesehatan, kualitas terapi dan pelayanan medik,

sebagaimana telah menjadi penyebab terjadinya resistensi mikroba. Efek samping lain

kemungkinan juga meningkat dan akan menimbulkan ketidakpercayaan pasien terhadap obat.

a. Dampaknya terhadap kualitas terapi dan pengobatan

Peresepan obat yang tidak tepat dapat aja terjadi baik secara langsung maupun tidak

langsung. Dapat memperburuk kualitas hidup pasien dan memberikan pengaruh yang

negative terhadap hasil terapi. Kemungkinan terjadinya reaksi efek samping meningkat ketika
obat yang diresepkan ternyata tidak diperlukan. Sebagai contoh, terjadinya over dosis

gentamisin dapat menyebabkan masalah pendengaran yang serius, penyalahgunaan produk

injeksi dapat menyebabkan penulatan HIV, hepatitis B dan C, dan penyakit lain yang

penularannya melalui darah.

b. Dampaknya terhadap resistensi antimikroba

Penggunaan jangka panjang atau penggunaan antibiotika dengan dosis yang tidak

sesuai atau punggunaan zat-zat untuk kemoterapi dapat menyebabkan terjadinya resistensi

strain mikroba dan parasit malaria. Keuntungan dalam bidang kesehatan yang berasal dari

penemuan antimikroba dapat membahayakan karena meluasnya resistensi antimikroba

terhadap antibiotika yang merupakan pilihan pertama dengan harga yang murah. Terjadinya

resistensi terhadap antimikroba merupakan fnomena biologi yang alami yang dapat

disebabkan oleh berbagai faktor termasuk oleh faktor manusia. Penggunaan antimikroba pada

beberapa dosis dan periode waktu akan memaksa mikroba untuk beradaptasi atau mati,

mikroba yang mampu beradaptasi dan bertahan memiliki gen resistensi yang akan

diwariskan. Bakteri yang menginfeksi yang merupakan mikroba yang resisten terutama akan

menyebabkan diare, infeksi saluran pernafasan, tuberculosis dan hospital-acquired infections.

Ketika infeksi menjadi resisten terhadap antibiotika lini pertama , terapi harus beralih pada

antibiotic lini kedua atau lini pertama yang biasanya akan lebih mahal atau lebih toksik.

c. Dampak terhadap biaya


Berlebihan atau penggunaan obat yang tidak tepat, meskipun salah satunya esensial,

dapat menyebabkan terjadinya pemborosan baik pasien ataupun pada sistem kesehatan. Di

banyak Negara, penggunaan produk farmasi yang tidak esensial, seperti multivitamin atau

obat batuk menghabiskan sumber daya keuangan yang terbatas yang secara bijaksana dapat

dialihkan kepada obat lain yang lebih esensial dan penting, seperti vaksin dan antibiotika.

Penggunaan obat yang tidak tepat pada tahapan awal penyakit bisa menyebabkan

bertambahnya biaya dengan memperlama penyakit dan mungkin juga perawatan.


d. Dampak Psikososial
Peresepan yang berlebihan membuat pasien percaya bahwa mereka membutuhkan

pengobatan untuk semua kondisi. Meskipun untuk hal yang ringan. Pasien akan lebih

tergantung pada obat. Ketergantungan ini akan menyebabkan meningkatnya permintaan.

Pasien mungkin akan meminta injeksi yang tidak dibutuhkan karena mereka telah terbiasa

diservis dengan sistem kesehatan yang moderen, kemudian mereka akan terbiasa

mendapatkan injeksi. Penelitian juga menunjuukkan bahwa pasien juga akan meminta dan

berharap dokter antibiotic yang sebenarnya tidak diperlukan untuk mengobati infeksi virus.

Anda mungkin juga menyukai