Pelayanan Prima
Pelayanan Prima
RUMAH SAKIT
PELAYANAN PRIMA
(EXCELLENT SERVICE)
DI RUMAH SAKIT
----------------------------------------------
Jimmy E. Kalesaran, Dr. MARS
SMF Dokter Umum RS Restu Ibu Balikpapan
Pendahuluan
Dasar Rumah Sakit dibangun adalah untuk memberikan pelayanan kepada pasien.
Dalam perkembangan waktu, sebagaimana juga dengan industri jasa lainnya, salah satu
syarat utama agar rumah sakit dapat survive adalah bila mampu memberi pelayanan
prima pada pelanggannya. Tuntutan pelanggan terhadap perbagai aspek pelayanan di
Rumah Sakit/Klinik dirasakan semakin meningkat, antara lain dengan semakin
meningkatnya arus pasien yang berobat ke luar negeri. Dengan berlakunya era perdagangan
bebas, maka kedudukan Rumah Sakit/Klinik milik Bangsa Indonesia akan terancam oleh
Rumah Sakit/Klinik milik negara-negara asing yang mulai meyerbu negara kita. Hal ini
merupakan tantangan yang sangat berat bagi pengelola Rumah Sakit/klinik di Indonesia.
Salah satu solusi dalam meningkatkan daya saing Rumah Sakit/Klinik adalah dengan
melakukan tindakan nyata dalam meningkatkan pelayanan di rumah sakit baik yang
bersifat medik maupun non medik, terutama yang bersifat Customer Oriented , yang salah
satunya adalah bagaimana petugas kesehatan memebrikan pelayanan prima kepada pasien
dan keluarga sehingga dengan adanya pelayanan prima ini pasien maupun keluarga akan
merasa puas dan nyaman dengan pelayanan yang diberikan, sehingga mereka akan menjadi
sumber voice of mouth yang positif.
Steven Tjong menyatakan bahwa pelayanan prima dilakukan dengan memberi
layanan luar biasa setiap kali berinteraksi dengan pelanggan. Dalam menanggani pelanggan
harus melibatkan hati, seperti saat jatuh cinta, akan memberikan yang terbaik kepada yang
tercinta. Sedapat mungkin dilibatkan semua panca indera, sehingga saat saat berucap yang
terdengar adalah pujian, saat mendengar kritikan serasa pujian, saat melihat timbul
perasaan senang luar biasa bila dapat membuat dia tersenyum, saat bergandingan tangan
menyelesaikan masalah semua terasa ringan dan setiap tarikan napas memiliki kesamaan
dan keteraturan. Apabila melayani dengan sepenuh hati seperti diatas maka akan terasa
bahagiamu adalah bahagiaku.
Pengertian
Pelayanan Prima (Excellent Service) menurut pengertian Pelayanan, yang berarti
usaha melayani kebutuhan orang lain atau dari pengertian melayani yang berarti
membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang. Dengan Prima atau
excellent yang berarti bermutu tinggi dan memuaskan.
Pelayanan Prima di Rumah Sakit adalah pelayanan terbaik yang diberikan oleh
karyawan RS untuk memenuhi/bahkan melampaui harapan pengguna jasa rumah sakit.
Dimana harapan ini ditentukan oleh pengalaman masa lalu terhadap jasa atau produk yang
pernah digunakan, Informasi layanan yang diterima dari berbagai sumber atau janji-janji
dan faktor internal dari pengguna jasa yaitu dari pengguna jasa rumah sakit sendiri.
Unsur unsur melayani prima sebagaimana dimaksud dengan pelayanan umum,
sesuai keputusan Menpan No. 81/1993, yaitu (1). Kesederhanaan, (2). Kejelasan dan
Kepastian, (3). Keamanan, (4). Keterbukaan, (5) Efisien, (6). Ekonomis, (7). Keadilan yang
merata, (8). Ketepatan waktu.
Menurut Kotler pelayanan yang bermutu seharusnya tidak saja dilakukan oleh
karyawan lini depan namun juga seluruh jajaran manajer, dengan mengenali secara pribadi
para pelanggan. Bill Marriott dan lainnya beranggapan bahwa struktur organisasi
pelayanan yang berupa piramida, dimana direktur utama berada di puncak, pelanan
manajemen ditengah dan petugas lini depan berada dibawah melayani pelanggan
sesungguhnya sudah ketinggalan zaman. Pelanggan seharusnya diatas yang langsung
memperoleh pelayanan petugas lini depan yang didukung dan diperkuat segenap jajaran
manajer menengah dan direktur dibawahnya. Prinsip tersebut pada hakikatnya adalah
membalikkan pandangan sebelumny (model atau paradigma lama) dimana para birokrat
lebih suka untuk dilayani menjadi lebih suka melayani masyarakat, suatu paradigma baru
yang lebih tepat dalam menyongsong era yang akan datang. Maka dalam paradigma baru
kalau digambarkan berupa piramida terbalik dimana yang diatas adalah masyarakat atau
pelanggan, sedangkan pemimpin berada pada puncak piramida bawah.
Perilaku yang baik pertama dalam memberikan pelayanan menurut De Vriye, et al. adalah :
Self Esteem : Penghargaan terhadap diri sendiri, dengan pandai menghargai dirinya sendiri,
seorang karyawan akan berpikiran dan bertindak positif terhadap orang lain, sehingga
pandai menghargai pelanggan dengan baik. Dengan demikian pelayanan bukan
menundukkan diri.
Ricovery (pembenahan) : Adanya keluhan pelanggan jangan dianggap sebagai suatu beban
masalah namun suatu peluang untuk memperbaiki atau meningkatkan diri. Apa
masalahnya, dengrkan pelanggan, kumpulkan data, bagaimana pemenuhan standarnya.
Vision (visi) : Pelayanan yang prime berkaitan erat dengan visi organisasi. Dengan budaya
kerja atau budaya organisasi (Corporate Culture) atau Budaya mutu (Quality Culture) dalam
pelayanan prima, visi, impian akan dapat diwujudkan sepenuhnya seperti yang diharapkan.
Improve (Perbaikan atau peningkatan) : Peningkatan mutu pelayanan secara terus menerus
(Continous Improvement) dalam memberikan kepuasan kepada pelanggan agar tidak
ditinggalkan. Karena para pesaing ingin berusaha meningkatkan diri untuk menarik hati
pelanggan. Meningkatkan diri dapat dengan pendidikan dan latihan sebagai modal,
membuat standar pelayanan lebih tinggi, menyesuaikan tuntutan lingkungan dan pelnggan,
dan merencanakan pelayanan yang baik bersama karyawan sejak awal.
Care (perhatian) : Perhatian atau perlakuan terhadap pelanggan dengan baik dan tulus.
Memenuhi kebutuhannya, memperlakukannya dengan baik, menjaga dan memenuhi
standar mutu sesuai dengan standar ukuran yang diharapkan.
Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam upaya menyelenggarakan pokok pelayanan
prima, yaitu :
1. Apa produk yang disajikan.
Dalam hal ini harus mampu diidentifikasi secara jelas bagaimana spesifikasi produk dan
apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutunya. Dalam hal pelayanan kesehatan
misalnya perlu dispesifikasi jenis tindakan medis yang akan ditawarkan, bagaimana
perkembangan teknologi dalam tindakan itu, dan lain lain.
2. Kapan disajikan.
Walaupun produk itu baik tetapi kalau tidak disajikan sesuai dengan waktu kebutuhan
penggunaannya oleh pelanggan maka tentu tidak akan memuaskan pelanggan. Apalgi kalau
terlambat, misalnya perawat yang harus dibel beberapa kali baru datang ketempat tidur
pasien yang membutuhkannya.
3. Bagaimana menyajikannya.
Ini merupakan hal yang penting karena satu produk yang sama dapat diterima secara
berbeda bila cara penyajiannya berbeda pula. Katakanlah misalnya dokter dapat
menerangkan secara rinci apa yang akan dilakukan pada sebuah tindakan bedah maka
mungkin akan menenangkan pasien, ketimbang pasien tidak tahu sama sekali
prosedur bedah apa yang akan dijalaninya.
4. Apakah sesuai dengan harapan pelanggan.
Pada dasarnya pelayanan adalah demi kepuasan pelanggan maka dalam setiap penyajian
produk apapun-termasuk kesehatan-harus dinilai apakah produk yang kita berikan sesuai
dengan harapan pelanggan itu. Dalam hal ini maka pelanggan dapat memperoleh pelayanan
yang basic saja sifatnya, atau kalau lebih baik dean sesuai dengan harapannya kita sebut
expected dan yang paling baik tentu kalau pelanggan mendapat pelayanan di atas yang dia
harapkan, disebut excellent.
Menurut Donabedian mutu pelayanan rumah sakit merupakan mata rantai interaksi
dan keterkaitan yang rumit antara sistem struktur yang ada di rumah sakit, proses yang
terjadi di rumah sakit dan outcome / masih akhir yang terjadi. Struktur pada dasarnya
adalah sumber daya yang ada dan pengaturannya, proses meliputi berbagai rangkaian
kegiatan yang dijalani di rumah sakit yang antara lain dinilai dari tercapai tidaknya efisiensi
optimal serta hasil akhir dapat berupa derajat kesehatan dan atau kepuasan pelanggan.
Sementara itu, menurut Lisa Ford (2003) terdapat 5 syarat untuk berlangsungnya
pelayanan prima yaitu :
1. Dapat dipercaya (reliability)
Kalau sudah janji, tepati.
2. Responsif (responsiveness)
Segera beraksi bila diperlukan, bahkan sebelum diminta.
3. Buat pelanggan merasa dihargai (makes customer feel valued)
Pelanggan ingin dianggap penting.
4. Empati (empathy)
Kita berada disisi yang sama dengan pelanggan.
5. Kompetensi (competency)
Pekerja di semua level menguasai bidangnya.
Untuk dapat melakukan pelayanan prima tentu juga harus ada shift, perubahan
pola pikir dan perilakun dari pemberi layanan. Dalam hal ini ada 10 pola pikir yang sehat
dan sesuai dengan perkembangan masa kini, yaitu :
1. From provider to customer orientation
2. From tolerance to higher standard
3. From director to empowerment
4. From employee as expendable resources to employee as customer
5. From reactive to proactive
6. From traditional & safety to experimentation & risk
7. From process result to satisfaction
8. From turf protection to teamwork across line
9. From we they thinking to win win situation
10. From cynicism to optimism
Pencapaian pelayanan prima bidang kesehatan akan selalu dipantau dan dievaluasi
secara rutin dan berkala. Secara bertahap pelayanan prima harus dapat dilaksanakan oleh
seluruh Unit Pelayanan Kesehatan yang ada dalam rangka menyongsong pencapaian Visi
Indonesia Sehat Tahun 2010.
Penutup
Daftar Pustaka
1. Djoko Wiyono. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. . Airlangga University Press, Vol. I,
1999
2. Andri Erik Steven Tjong. Perubahan Paradigma ke arah Budaya Melayani dalam Pelayanan
Prima di RS. Jurnal MARSI 2004; 5(1): 7-14
3. Tjandra Yoga Aditama. Pelayanan Prima. Jornal MARSI, 2004 Vol, V, 50-52.
4. Lisa Ford. How to Provide Gold Standard Customer Service. The Bullet Proof Manager
Series. Crestcom Trainer to the World, 2003
5. Hanna Permana. Tantangan yang dihadapi RS Daerah. Disampaikan pada kuliah Umum
Program KARS UI, 9 Agustus 2003