Anda di halaman 1dari 21

ALKALIMETRI

(Penentuan Kadar Asam Oksalat dan Bilangan Asam)


ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan dengan judul Alkalimetri (Penentuan kadar asam oksalat dan bilangan
asam) dengan tujuan adalah untuk menentukan kadar oksalat dan bilangan asam secara alkalimetri.
Prinsip percobaan adalah menghitung kadar asam dan bilangan asam dari volume basa yang digunakan
pada titrasi asam sampai terjadi perubahan warna larutan (titik akhir titrasi). Hasil yang diperoleh adalah
kadar asam dari 25 ml asam oksalat adalah 0,7. Kadar asam minyak kelapa sawit 5 ml adalah 0,263
gr/ml dan bilangan asamnya sebesar 2,63 gr/ml. Kadar asam dari minyak kelapa sawit 10 gram adalah
0,49 dan bilangan asamnya sebesar 4,9. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil ini adalah kadar
keasaman asam oksalat lebih besar dari pada minyak kelapa sawit.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesetimbangan asam-basa suatu topik yang sangat penting dalam kimia dan bidang-bidang lain
yang mempergunakan kimia, seperti biologi, kedokteran, dan pertanian. Titrasi yang melibatkan asam
dan basa digunakan secara luas dalam pengendalian analitik. Banyak produk komersial dan penguraian
asam-basa mempunyai pengaruh yang penting atas proses-proses metabolisme dalam sel hidup.
Alkalimetri merupakan salah satu metode titrasi asam-basa yang sering digunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu asam. Metode alkalimetri merupakan metode reaksi penetralana asam
dengan basa. Natrium hidroksida merupakan basa yang paling lazim digunakan. Alkalimetri merupakan
cara penetralan jumlah basa terlarut atau konsentrasi larutan basa melalui cara titrimetri. Untuk
penentuan titik akhir titrasi alkalimetri adalah dengan terjadinya perubahan warna. Indikator yang
digunakan dalam metode alkalimetri adalah indikator PP (Phenophtalein).
Suatu larutan bila ditambahkan asam akan turun pH-nya karena memperbesar konsentrasi H +.
Sebaliknya, bila ditambah basa akan menaikkan pH karena meningkatkan konsentrasi OH -. Seterusnya,
suatu larutan asam atau basa bila ditambah air akan mengubah pH, karena konsentrasi asam atau
basanya akan mengecil
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan adalah untuk menentukan kadar oksalat dan bilangan asam secara
alkalimetri.
BAB II
DASAR TEORI

Alkalimetri merupakan cara penetralan jumlah basa terlarut atau konsentrasi larutan basa melalui
titrimetri. Metode alkalimetri merupakan reaksi penetralan asam dengan basa. Titrasi asam-basa
menetapkan beraneka ragam zat yang bersifat asam dengan basa, baik organik maupun anorganik.
Banyak contoh dalam analitiknya dapa diubah secara kimia menjadi asam atau basa dan kemudian
ditetapkan dengan titrasi (Underwood, 2002).
Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warnanya apabila pH lingkungannya
berubah. Misalnya biru brom timol (bb) dalam larutan asam ia berwarna kuning, tetapi dalam lingkungan
berwarna biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna asam dan indikator (kuning untuk bb)
sedang warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa, setiap indikator asam-basa mempunyai trayeknya
sendiri, demikian warna asam dan besarnya (Vogel, 1994).
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk digunakan
penggunaan dengan indikator pH pada titik ekivalen 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada
titrasi asam atau basa lemah jika penetralan adalah basa atau asam kuat (Mulyono, 2006).
Salah satu metode titrasi adala alkalimetri, yaitu penetralan asam dengan basa. Kadar suatu
larutan basa dapat ditentukan dengan mengambil volume tertentu larutan asam tersebut dan kemudian
titrasi dengan larutan basa yang konsentrasinya diketahui. Jadi titrasi adalah penetapan kadar suatu
larutan dengan mengambil volume tertentu dengan mengukur volume suatu pereaksi yang diketahui
kadarnya dengan tepat bereaksi dengan sejumlah tertentu larutan tersebut (Harjadi, 1993).
Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa. pH dan perubahan warna indikator tergantung
secara tidak langsung pada temperatur. Ini disebabkan perubahan kesetimbangan asam basa dengan
temperatur. Ka akan bertambah besar dengan kenaikan temperatur sampai suatu batas tertentu,
kemudian akan turun kembali pada kenaikan labih lanjut (Rivai, 1995).

BAB III
METODELOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan adalah buret, labu ukur, pipet volume, erlenmeyer.
Bahan-bahan yang digunakan adalah NaOH 0,1 N, H2C2O4, minyak goreng, indikator PP, pelarut
organik.
3.2 Skema Kerja
a. Penetapan kadar asam oksalat (H2C2O4)
Diambil larutan H2C2O4 yang telah disediakan, kemudian dimasukkan dalam labu ukur dan
diencerkan sampai tanda batas. Dipindahkan 25 ml ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 2-3 tetes
indikator PP.
Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N. diulangi sebanyak 3 kali.
Dihitung kadar asam oksalat di dalamnya.

b. Penetapan bilangan asam


1) Diambil 5 ml minyak dan dimasukkan dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan alkohol sebanyak 15 ml
dan dikocok hingga bercampur sempurna. Jika belum larut sempurna, dipanaskan dalam penangas air.
Diteteskan 2-3 tetes indikator PP. Kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N. Dihitung bilangan asam
dan kadar asam.
2) Diambil 20 gram minyak / lemak dan dimasukkan dalam erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 50 ml alkohol
95 %, kemudian dipanaskan sampai mendidih ( + 10 menit) dalam penangas air sambil diaduk. Dititrasi
dengan KOH 0,1 , sebelumnya diteteskan indikator PP. Titrasi dilakukan sampai terbentuk warna merah
jambu. Dihitunng bilangan asam dan kadar asam.

3.3 Konstanta Fisik


Bm Td Tl
No Senyawa Tk
(gr/mol) (0C) (0C) (gr/cm3)
1 NaOH 40,00 1559 1557 2,13 Gangguan saraf

2 H2C2O4 90,00 101 - 1,60 -


BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


Data hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Penentuan kadar asam oksalat (H2C2O4)
H2C2O4 + 2 tetes PP menghasilkan warna nila atau ungu
(bening) (bening)
b. Penentuan bilangan asam
- Minyak + alkohol + 4 tetes PP menghasilkan warna merah delima
(Kuning) (bening) (bening)
- Minyak + alkohol 95% + 4 tetes PP menghasilkan warna merah
(Kuning) (bening) (bening)

4.2 Pembahasan
Titrasi adalah analisa kimia kuantitatif berdasarkan pengukuran jumlah reagen yagn
konsentrasinya diketahui yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit. Metode titrasi yang sering
dilakukan adalah metode asidimeti dan alkalimetri.
Penggunaan indikator pada metode titrasi ini bertujuan untuk mengamati titik akhir dari suatu
titrasi. Titik akhir titrasi adalah titik pada saat mulai terjadi perubahan warna. Selain dari itu, terdapat juga
titik ekivalen, yaitu titik dalam suatu titrasi di mana jumlah ekuivalen titrasi sama dengan jumlah ekuivalen
analit. Titik akhir titrasi tidak selalu sama dengan titik ekivalen, tetapi biasanya titik akhir titrasi bisa
sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Pada metode alkalimetri yang digunakan adalah indikator PP.
Perbedaan teori asam asam :
- Menurut Arhenius
Asam adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan H +, sedangkan Basa adalah
suatu senyawa jika dilarutkan dalam air menghasilkan OH-
- Menurut Browsted Lowry
Asam adalah senyawa yang berfungsi sebagai donor proton dalam pasangna asam-basa konjugat,
sedangkan basa adalah senyawa yang berfungsi sebagai aseptor proton dalam pasangan asam-basa
konjugat.
- Menurut Lewis
Asam adalah atom yang berperan sebagai penerima pasangan elektron (berdasarkan struktur rumus
lewis), sedangkan basa adalah atom yang berperan sebagai penyumbang pasangan elektron
(berdasarkan struktur rumus lewis).
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa telah terjadi penetralan asam
dengan larutan standar basa yang disebut dengan alkalimetri maupun penetralan basa dengan larutan
standarnya asam yang disebut dengan asidimetri. Sampel asam yang akan ditetapkan kadar asamnya
adalah H2C2O4 dengan larutan standarnya NaOH. Kemudian ditambahkan 2 tetes PP sebagai indikator
untuk penentuan titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi merupakan suatu keadaan yang dicapai pada saat
larutan mengalami perubahan warna dari bening menjadi ungu. Bila suatu larutan ditambah basa atau
OH-, kesetimbangan air bergeser ke kanan. Akibatnya (H+) berkurang. Kekurangan ini akan
menyebabkan kesetimbangan asam bergeser ke kanan akhirnya (H +) relatif sama dengan semua. Namun
jika ditambahkan asam atau H+, kesetimbangan asam akan bergeser ke kiri, sehingga kesetimbangan air
tidak terganggu. Artinya (H+) akan tetap seperti semula.
Pada penetapan bilangan asam, sampel yang akan dititrasi adalah minyak kelapa sawit.
Perubahan warna ditunjukkan pada saat volume 0,5 ml dari warna kuning menjadi merah delima. Inilah
titik ekivalennya yaitu titik pada saat jumlah ekuivalennya titran sama dengan jumlah ekuivalen analit.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut.
1. Kadar asam dari 0,5 ml asam oksalat yang dititrasi dengan NaOH adalah 0,7
2. Kadar asam dari 5 ml minyak kelapa sawit yang dititrasi dengan NaOH adalah 0,263 gr/ml dan bilangan
asamnya adalah 2,63 gr/ml
3. Kadar asam dari 10 gr minyak kelapa sawit yang dititrasi dengan KOH adalah 0,49 dan bilangan
asamnya adalah 4,9
4. Kadar asam dari asam oksalat lebih tinggi dari pada minyak kelapa sawit
5. Semakin banyak volume minyak kelapa sawit yang ditambahkan, semakin besar bilangan asam dan
kadar asam dari sampel yang dititrasi
DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta.

Mulyono, 2006, Kamus Kimia, Bumi Aksara, Jakarta.


Pudjaatmaka, A.H, 2002, Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, terjemahan dari Vogels text book
of Qualitative Inorganic Analysis Including Elementary Instrumental Analysis oleh J.Basset, dkk, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Rivai, 1995, Asas Pemeriksaan Kimia, UI Press, Jakarta.


Sopyan, Lis, 1999, Analisis Kimia Kuantitaif, terjemahan dari Quantitative Analysis oleh R. A Day, Jr dan A. L
Underwood, Erlangga, Jakarta
Novia's Blog
Kamis, 03 Maret 2011

laporan praktikum Alkalimetri

II. ALKALIMETRI

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Reaksi asam-basa sering digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau larutan
basa. Penentuan itu dapat dilakukan dengan cara meneteskan larutan basa yang sudah diketahui
konsentrasinya atau sebaliknya. Dan dalam pembahasan praktikum ini akan banyak membahas
mengenai alkalimetri. Alkalimetri yaitu penentuan kadar asam dari suatu contoh dengan menggunakan
larutan baku standar serta indikator pH yang sesuai. Larutan baku standar ialah larutan yang
konsentrasinya telah diketahui dengan teliti dimana larutan ini setiap liternya mengandung sejumlah
gram equivalen tertentu. Larutan baku standar biasa digunakan sebagai titran, sedangkan larutan asam
yang akan ditentukan kadarnya digunakan sebagi titrat. Pada praktikum ini larutan basa yang bisa
digunakan adalah NaOH.

NaOH bukan merupakan bahan baku primer karena bersifat higroskopis dan mudah menyerap
CO2 dari udara. Oleh karena itu NaOH harus disatandarisasi terlebih dahulu menggunakan larutan baku
primer didapat dari penimbangan langsung bahan murni, misalnya asam oksalat (COOH) 2.2H2O.

Dalam praktikum kali ini kita akan menetukan kadar asam oksalat pada yogurt. Dalam
penentuan kadar asam oksalat digunakan larutan baku standar NaOH dari indikator phenolphtalien.
Indikator dalam titrasi adalah indikator pH karena indikator ini berubah warnanya sesuai dengan
perubahan pH. Suatu indikator pH memiliki perubahan warna yang khas pada daerah pH tertentu.
Dalam titrasi standarisasi NaOH dan penentuan kadar asam oksalat dipakai indikator pH sehingga jelas
harus diketahui pH untuk setiap perubahan reaksi. Jumlah asam laktat pada yogurt sebanding dengan
jumlah NaOH yang digunakan dalam titrasi. Rekasi ini berlangsung menurut persamaan berikut:

C3H6O3 + NaOH NaC3H5O3 + H2O

Asam laktat terdapat secara alami pada susu dalam jumlah yang terbatas. Adanya aktifitas
bakteri asam laktat selama proses fermentasi susu memungkinkan kandungan asam laktatnya
meningkat.
2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum acara alkalimetri adalah sebagai berikut:

a. Praktikan dapat menstandarisasi NaOH dengan larutan baku primer (COOH) 2.2H2O

b. Paktikan dapat mentitrasi (COOH)2.2H2O tersebut dengan NaOH.

c. Praktikan dapat menentukan kadar asam laktat pada susu dan susu asam.

3 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Acara II Alkalimetri ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 9 Maret 2010 pukul
13.00 WIB di Laboratorium Rekayasa Prosees Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret.

B. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Bahan

Yogurt yang dibuat dengan metode industri modern, difermentasikan dalam wadah yang
nantinya dipasarkan. Yogurt ini mempunyai ciri tekstur diantara minuman beralkohol dan keju lembut.
Tak ada pemisahan antara air dadih dengan dadihnya untuk produk ini, sehingga tidak ada penyusutan
komponen susu selama pengolahan kejunya. Yogurt yang dibuat dari susu utuh menunjukkan susunan
kimia yang sama dengan susu asalnya (Robert, 1989).

Bakteri Asam Laktat. Istilah bakteri asam laktat (BAL) mulanya ditujukan hanya untuk
sekelompok bakteri yang menyebabkan keasaman pada susu (milk-souring organisms). Secara umum
BAL didefinisikan sebagai suatu kelompok bakteri gram positif, tidak menghasilkan spora, berbentuk
bulat atau batang yang memproduksi asam laktat sebagai produk akhir metabolik utama selama
fermentasi karbohidrat. BAL dikelompokkan ke dalam beberapa genus antara lainStreptococcus
(termasuk Lactococcus), Leuconostoc, Pediococcus, Lactobacillus.Sebagai makanan fermentasi
tradisional, mikroba utama yang terlibat selama proses fermentasi dadih adalah bakteri asam laktat.
Hasil analisis mikrobiologis beberapa jenis BAL meliputi genus Lactobacillus, Sterptococcus,
Lactococcus.Selain itu juga ditemukan bakteri yang tergolong non-bakteri asam laktat yaituMicrococcus
varians, Bacillus cereus dan Staphylococcus saprophyticus serta khamir yaitu Endomyces lactis. (Pato,
2003).

Etanol merupakan senyawa alkohol yang yang dihasilkan dalam fermentasi bahan makanan yang
mengandung karbohidrat termasuk beras ketan. Karena adanya kandungan etanol inilah sehingga bahan
makanan hasil fermentasi menjadilebih enak rasanya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
kandungan etanolyang terdapat dalam tapai hasil fermentasi beras ketan hitam dan putih yang
difermentasi dengan menggunakan 3 macam pembungkus yang berbeda yaitu daun, plastic dan kaca.
Pada penelitian ini beras ketan difermentasi dengan menggunakan ragi atau yeast selama 7 hari
dengan menggunakan 3 macam pembungkus yang berbeda setelah lebih dahulu dimasak dengan cara
dikukus, sehingga seluruh etanol hasil fermentasi sudah diubah menjadi asam asetat. Selanjutnya
kandungan etanol dalam tapai ditentukan sebagai asam asetat dengan metode titrasi
alkalimetri menggunakan larutan standar NaOH 0,1 N. Berdasar hasil pengukuran menunjukkan bahwa
kandungan etanol dalam hasil fermentasi ketan putih dengan pembungkus daun, kaca dan
plastic berturut-turut adalah 0,0751 %; 0,0599 % dan 0,0338 % sedangkan kandungan etanol dalam hasil
fermentasi beras ketan hitam dengan pembungkus daun, kaca dan plastik berturut-turut adalah 0,0407
%; 0,0403 % dan 0,0388 % (Teja, 2006).

2. Tinjauan Teori

Salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri adalah reaksi
penetralan atau asidimetri dan alkalimetri. Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang
terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam
standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah
(asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida
untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut (Anonim1, 2010).

Titrasi asam-basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Kata metri berasal dari bahasa Yunani
yang berarti ilmu, proses atau seni mengukur. Jadi asidimetri dapat diartikan penentuan kadar suatu
asam dalam larutan dan alkalimetri dapat diartikan penentuan kadar suatu basa dalam suatu larutan.
Asidimetri-alkalimetri menyangkut titrasi asam dan atau basa diantaranya :

1. Asam kuat-basa kuat

2. Asam kuat-basa lemah

3. Asam lemah-basa kuat

4. Asam kuat-garam dari asam lemah

5. Basa kuat-garam dari basa lemah

Mengingat kembali bahwa perhitungan kualitas zat dalam titrasi didasarkan pada jumlah perekasi yang
tepat saling menghabiskan dengan zat tersebut, sehingga berlaku :

Jumlah ekivalen analat = jumlah ekivalen pereaksi atau ( V x N) analat = ( V x N) perekasi (Anonim2,
2010).

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui
dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis.
Contoh yang akan dianalisis dirujuk sebagai (tak diketahui, unknown). Prosedur analitis yang
melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri.
Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume
suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan (Anonim 3, 2010).

Titrasi alkalimetri. Bila suatu larutan dinatrium etilenadiaminatetraasetat, NaH2Y, ditambahkan


kepada suatu larutan yang mengandung ion-ion logam, terbentuklah kompleks-kompleks dengan
disertai pembebasan dua ekivalen ion hidrogen :
Mn+ + MgY2- (MY)(n-4)+ + 2H+

Ion hidrogen yang dibebaskan demikian dapat dititrasi dengan larutan natrium hidroksida standar
dengan menggunakan indikator asam-basa, atau titik akhir secara potensiometri; pilihan lain, suatu
campuran iodida-iodida ditambahkan disamping larutan EDTA, dan iod yang dibebaskan dititrasi dengan
larutan tiosulfat standar. Larutan logam yang akan ditetapkan harus dinetralkan dengan tepat sebelum
titrasi; ini sering merupakan hal yang sukar, yang disebabakan olehhidrolisis banyak garam, dan
merupakan segi lemah dari titrasi alkalimetri (Anonim4, 2010).

Indikator dalam titrasi adalah indikator pH karena indikator ini berubah warnanya sesuai
dengan perubahan pH. Suatu indikator pH memiliki perubahan warna yang khas pada daerah pH
tertentu. Dalam titrasi standarisasi NaOH dan penentuan kadar asam oksalat dipakai indikator pH
sehingga jelas harus diketahui pH untuk setiap perubahan reaksi (Anonim 5, 2010).

Seiring berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi
di Indonesia saat ini, maka dibutuhkan suatu sumber energi alternatif yang murah dan ramah
lingkungan, salah satunya adalah biogas. Biogas dapat dihasilkan dari limbah organik seperti sampah,
sisa-sisa makanan, kotoran hewan dan limbah industri makanan. Hasil fermentasi dari bahan-bahan
diatas menghasilkan biogas dengan kadar komponen terbesar yaitu CH 4 (55% - 75%) dan CO2 (25% - 45%).
Pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar masih dalam skala rumah tangga dan belum terpakai secara
optimal. Hal ini disebabkan biogas masih mengandung CO2 dalam kadar yang tinggi sehingga effisiensi
panas yang dihasilkan rendah. Untuk mengurangi kadar CO 2 yang terkandung dalam biogas adalah
dengan mengabsorbsi CO2 menggunakan larutan NaOH secara kontinyu dalam suatu reactor (absorber).
Pada penelitian ini, variabel yang diteliti adalah pengaruh laju alir NaOH terhadap CO 2 yang terserap
dan CH4 yang dihasilkan. Absorbsi CO2 dilakukan dengan mengumpankan larutan NaOH secara kontinyu
pada bagian atas menara pada konsentrasi dan laju alir tertentu, sementara biogas dialirkan pada
bagian bawah menara. Gas dan cairan akan saling kontak dan terjadi reaksi kimia. Tiap interval waktu
3 menit, larutan NaOH setelah diabsorbsi diambil untuk dianalisa jumlah CO 2 terserap dengan metode
acidi alkalimetri. Dari hasil analisa dan perhitungan didapatkan jumlah CO 2 yang terserap dan CH4 yang
dihasilkan semakin besar seiring berkurangnya laju alir NaOH serta %CO 2 yang terserap maksimum
58,11% dan kadar CH4 yang dihasilkan sebesar 74,13% (Fuad, 2007).

Kapasitas menetralisasikan asam atau alkalin dengan aquades dengan takaran yang sesuai
adalah sebagai survei kualitas air dan pembelajaran batas air intensif. Alkalin adalah produksi primer
dari beberapa model sistem asam batas air. Syarat keduanya digunakan sebagai indeks yang luas dari
sistem asam atau kelemahan dari aquades ke sistem asam. Alkali biasanya dilihat sebagai indeks yang
lebih sesuai dari aquades status asam basa daripada pH karena dipertimbangkan bukan untuk mengubah
sementara waktu (harian) mengubah isi karbon inorganik (C T). Diambil bersama, CT dan alkali cukup
untuk menetapkan dengan komplit pH yang simple, aquades bebas asam organik (Harold, 1990).

Larutan yang dititrasi dalam asidimetri alkalimetri mengalami perubahan pH. Misalnya bila
larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula rendah dan selama titrasi terus
menerus naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur pH (pH meter) pada awal titrasi (yakni sebelum
ditambah basa) dan pada waktu-waktu tertentu setelah titrasi dimulai, maka kalau pH larutan
dialurkan lawan volume titrant, kita peroleh grafik yang disebut kurva titrasi (Harjadi, 1993).
Titrasi asam-basa terlibat dalam penentuan solusi asidimetri atau alkalimetri, kemurnian
karbonat dan oksigen bumi alkalin. Sebelum 1800, titrasi asam basa ditingkahlakukan menggunakan
H2SO4, HCl, dan HNO3 sebagai titran asam, dan K2CO3 dan Na2CO3 sebagai titran basa. Poin terakhir
ditentukan menggunakan indicator visual seperti lakmus , yang mana merah pada solusi asam, dan biru
pada solusi basa, atau dengan mengamati penghentian CO2 berbusa (berbuih) ketika menetralisirkan
CO23-. Ketelitian titrasi asam-basa dibatasi dengan ketidakgunaan dari indikator tidak adanya basa
titran yang kuat untuk analisis basa lemah (Harvey, 2000).

Kurva kemajuan (melawan volume titran [H+] untuk titrasi asam-basa dari campuran berubah-
ubah dari asam, basa, garam, bias dihitung menggunakan persamaan umum basa dengan prinsip yang
dikenal, seperti hukum Guldberg-Waage dari kimia kesetimbangan dan pengawetan massa dan harga.
Dengan satu dari mereka bisa siap isi seluruh yang berhubungan kurva titrasi (volume titrasi lawan pH)
dengan perubahan (simpangan koordinasi), atau menghasilkan poin individu dari kurva titrasi dengan
penyisipan. Kegunaan kurva maju memastikan yang sederhana, pernyataan matematika yang jelas
dibandingkan dengan persamaan yang susah bahwa memerlukan solusi angka yang iteratif (Robert,
1999)

C. Metodologi

1. Bahan

a. Asam Oksalat (COOH)2. 2H2O 0,1 N

b. NaOH

c. Pp 1%

d. Yoghurt

e. Susu Segar

f. Yakult

g. Susu UHT
2. Alat

a. Erlenmeyer

b. Pipet

c. Buret

d. Neraca analitik

e. Gelas ukur

f. Pipet Volume

g. Bekker Glass

3. Cara Kerja

a. Standarisasi NaOH dengan Larutan Baku Primer (COOH)2. H2O

Dipipet 10 ml larutan (COOH)2. H2O 0,1 N kedalam


Erlenmeyer.
b. Menentukan Kadar Asam Laktat pada Yogurt

Dihitung normalitas NaOH dengan rumus:

(V.N) asam oksalat = (V.N) NaOH


Dititrasi dengan larutan NaOH standar ( 0,1 N) samapi

terjadi warna merah muda.


Hasil dan Hasil Pembahasan

1. Standarisasi NaOH dengan Larutan Baku Primer (COOH)2. H2O.

Tabel 3.1 Hasil Standarisasi NaOH dengan Larutan Baku Primer (COOH)2. H2O.

Kel V Asam N Asam N NaOH N Warna


Oksalat Oksalat 0,1 N NaOH
(ml) (ml)

1 10 0,1 N 10,8 0,092 Putih


beningMerah
muda

3 10 0,1 N 10,2 0,098 Putih benin


g

Merah muda

Sumber : Laporan Sementara

Alkalimetri yaitu penentuan kadar asam dari suatu contoh dengan menggunakan larutan baku
standar serta indikator yang sesuai. Larutan standar biasanya digunakan sebagai titran, sedangkan
larutan asam yang akan ditentukan kadarnya sebagai titrat. Larutan basa yang biasa digunakan adalah
NaOH, distandarkan terlebih dahulu menggunakan larutan baku primer, yaitu (COOH)2. H2O atau asam
oksalat. Kadar asam yang akan dicari pada praktikum ini adalah kadar asam laktat yang terdapat di
dalam sampel. Standarisasi pada percobaan ini dilakukan dengan cara mentitrasikan 10 ml (COOH) 2.
H2O 0,1 N dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna pada titrat dari warna putih menjadi merah
muda. Hal ini terjadi karena adanya penambahan indikator PP pada titrat sebanyak 2-3 tetes. Diketahui
bahwa indikator PP merupakan indikator yang berfungsi untuk mengetahui tercapainya titik akhir
titrasi. Dari hasil perhitungan dapat diperoleh nilai nornalitas NaOH yang dicari sebanyak 0,098 N.
Sedangkan banyaknya NaOH yang digunakan untuk titrasi sebesar 10,2 ml. Normalitas NaOH berbanding
lurus dengan volum, normalitas (COOH)2. H2O, dan berbanding terbalik dengan volume NaOH.
Standarisasi ini selanjutnya akan digunakan untuk menentukan kadar asam laktat pada suatu sampel.
2. Penentuan Kadar Asam Laktat pada Susu dan Susu Segar

Tabel 2.2 Penentuan Kadar asam Laktat pada Susu Hewan & Susu Asam

Kel Bera Bahan V N Warna Kadar


Kel t NaO NaO %
Baha H H
n (mL)
(gr)

1 10 Yakult 6,5 0,1 Semburat 0,585


Pink

2 10 Yogurt 0,3 0,1 Putih Susu- 0,027


Pink

3 10 Susu 1,7 0,1 Putih-pink 0,051


UHT 3

4 10 Susu 0,4 0,1 Putih-pink 0,036


segar

5 10 Yakult 1,5 0,5 Putih 0,675


kekuninga
n-pink

6 10 Yogurt 1,9 0,5 Putih- 0,855


merah
muda

7 10 Susu 0,8 0,5 Putih susu- 0,360


UHT merah
muda

8 10 Susu 4 0,1 Merah 0,09


Segar muda

9 10 Yogurt 10 0,1 Merah 0,9


muda

10 10 Yogurt 10 0,1 Semburat 0,9


merah
muda

11 10 Susu 2.5 0,1 Merah 0,225


UHT muda

12 10 Susu 0.5 0,5 Merah 0,225


Segar muda

13 10 Yakult 8.7 0,1 Merah 0,783


muda

14 10 Yogurt 1.5 0,5 Putih- 0,675


merah
muda

15 10 Susu 1,2 0,5 Putih susu- 0,540


UHT pink

16 10 Susu 0,3 0,5 Putih-pink 0,135


Segar

17 10 Yakult 1,5 0,5 Merah 0,675


muda

Sumber : Laporan Sementara

Untuk dapat mengetahui penentuan kadar asam laktat pada susu dan faktor asam dilakukan dengan
mentitrasi NaOH 0,1 N dengan sampel. Dalam percobaan ini sampel yang dipergunakan bahannya
adalah yogurt. Sebelum pentitrasian berlangsung terlebih dahulu menambahkan indikator PP 1% pada
titrat sebanyak 2-3 tetes, agar kita dapat menghentikan proses pentitrasian sampai adanya titik
equivalen. Titik equivalen ditandai dengan adanya perubahan warna pada titrat pada saaat pentitrasian
berlangsung. Dari hasil percobaan diperoleh perubahan warna pada titrat, yaitu dari putih kekuning-
kuningan menjadi merah muda. Volume NaOH yang digunakan sebesar 10,2 ml, sehingga N NaOH yang
didapat sebesar 0,098 N. Sedangkan kadar asam laktat yang diperoleh sebesar 0.0513%.

Besarnya jumlah asam laktat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain berat bahan, volume
NaOH, normalitas NaOH, dan BE asam laktat. Asam laktat berbanding terbalik dengan berat bahan dan
berbanding lurus dengan volume NaOH, normalitas NaOH, dan BE asam laktat. Asam laktat secara alami
pada susu dalam jumlah yang besar. Adanya aktivitas bakteri asam laktat selam proses fermentasi susu
memungkinkan kandungan asam laktatnya meningkat.

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan acara Alkalimetri didapatkan beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Standardisasi NaOH ditandai adanya perubahan warna pada akhir titrasi yaitu putih bening menjadi
pink atau merah muda.

2. Volume NaOH dari hasil titrasi berturut-turut pada kelompok 1 dan 3 adalah 10,8 ml dan 10,2 ml.

3. Besarnya nilai normalitas pada NaOH untuk kelompok 1 dan 3 adalah sama yaitu 0,1 N.

4. Jumlah kadar asam laktat pada yakult 0,1 N yaitu sebesar 0,585% dan 0,783% (data kelompok 1 dan
13).

5. Jumlah kadar jumlah asam laktat pada yakult 0,5 N besarnya sama yaitu dua-duanya 0,675% (data
kelompok 5 dan 17).

6. Jumlah kadar jumlah asam laktat pada yogurt pada konsentrasi 0,1 N sebesar 0,027%, 0,9%, dan 0,9%
(data kelompok 2, 9, dan 10), sedangkan pada konsentrasi 0,5 N sebesar 0,855% dan 0,675% (data
kelompok 6 dan 14).

7. Jumlah kadar asam laktat pada susu segar pada konsentrasi 0,1 N sebesar 0,360% dan 0,09% (data
kelompok 4 dan 8), sedangkan pada konsentrasi 0,5 N sebesar 0,225% dan 0,135% (data kelompok 12
dan 16).

8. Jumlah kadar asam laktat pada susu UHT pada konsentrasi 0,1 N sebesar 0,153% dan 0,225% (data
kelompok 3 dan 11), sedangkan pada konsentrasi 0,5 N sebesar 0,360% dan 0,540% (data kelompok 7
dan 15).

9. Presentase kadar asam laktat tertinggi ke rendah yaitu yakult, yogurt, susu UHT dan susu segar.

10. Jumlah kadar asam laktat tinggi terdapat pada yogurt dan yakult karena yogurt dan yakult merupakan
susu fermentasi, oleh karena itu jumlah bakteri asam laktat yang ada lebih banyak, sehingga kadar
asam laktat yang dimiliki lebih besar dibandingkan dengan sampel lain (bukan susu fermentasi).

11. Faktor-faktor yang mempengaruhi normalitas NaOH adalah volume (COOH) 2. H2O, normalitas (COOH)2.
H2O, dan volume NaOH.

12. Normalitas NaOH berbanding lurus dengan volume (COOH) 2. H2O dan normalitas (COOH)2. H2O,
berbanding terbalik dengan volume NaOH.

13. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar asam laktat adalah normalitas NaOH, volume NaOH, BE asam
laktat, berat bahan.

14. Kadar asam laktat berbanding lurus dengan volume NaOH, Normalitas NaOH, dan BE asam laktat,
berbanding terbalik dengan berat bahan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2010. Asidimetri Alkalimetri. http://tinz08.wordpress.com.

Diakses pada tanggal 27 Maret 2010, pukul 12.03 WIB.

Anonim2. 2010. Asidi Alkalimetri. http://blogkita.info.com

Diakses pada tanggal 27 Maret 2010, pukul 12.10 WIB.

Anonim3. 2010. Asidi Alkalimetri. http://ulanira.wordpress.com

Diakses pada tanggal 27 maret 2010, pukul 12. 17 WIB.

Anonim4. 2008. Jenis Titrasi EDTA. http://www.chem-is-try.org.

Diakses pada tanggal 27 Maret 2010, pukul 12.20 WIB.

Anonim5. 2010. Alkalimetri. http://www.google.co.id

Diakses pada tanggal 27 Maret 2010, pukul 12.23 WIB.

Hemond, Harold F. 1990. Acid Neutralizing Capacity, Alkalinity, and Acid-Base Status of Natural Waters
Containing Organic Acid Vol 24 No 10. Massachusetts.

De Levie, Robert. 1999. A General Simulator for Acid-Base Titrations Vol 76 No 7.Georgetown University.
Washington DC.
Pato, Usman. 2003. Potensi Bakteri Asam Laktat yang diisolasi dari Dadih untuk menurunkan Resiko Penyakit
Kanker. Universitas Riau. Pekanbaru.

Sutanto, Teja Dwi. 2006. Studi Kandungan Etanol Dalam Tapai Hasil Fermentasi Beras Ketan Hitam Dan Putih Vol
2 No 1. Universitas Bengkulu. Indonesia.

Maarif, Fuad. 2007. Absorbsi Gas Karbondioksida (CO2) dalam Biogas Dengan Larutan NaOH secara
Kontinyu . Universitas Diponegoro. Semarang.

Harris, Lobert S. 1989. Evaluasi Gizi Pada Pengolahan Bahan Pangan Terbitan kedua. Institut Teknologi Bandung.
Bandung.

Harjadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. McGraw-Hill. United States.

Anda mungkin juga menyukai