Bab 3 Struktur Kristal 31 3 STRUKTUR KRI PDF
Bab 3 Struktur Kristal 31 3 STRUKTUR KRI PDF
Gambar 3.2. di bawah menunjukkan sel satua dari BCC dan contoh logam yang
mempunyai struktur kristal BCC antara lain Fe , Cr, Li, Mo, W, V. Dari gambar atomic
site unit cell terlihat bahwa atom pusat dikelilingi oleh 8 atom terdekat dan dikatakan
mempunyai bilangan koordinasi 8. Dari gambar isolated unit cell terlihat bahwa ada satu
atom utuh terletak di tengah sel satuan dan 1/8 atom terdapat pada tiap-tiap sudut sel
satuan, sehingga dalam satu sel satuan BCC terdapat 2 atom. Berdasarkan gambar di
bawah dapat ditentukan jari-jari atomnya dengan menggunakan formula :
4R
3 a = 4R atau a =
3
dari gambar hard sphere unit cell dimana sel satuan BCC digambarkan sebagai bola,
faktor penumpukan atom (atomic facking factor) dapat dihitung dengan formula :
Voleme atom - atom dalam sel satuan
APF =
Volume sel satuan
dari hasil perhitungan diperoleh harga APF untuk sel satuan BCC adalah 68%, artinya
68% dari volume sel satuan BCC tersebut ditempati oleh atom-atom dan sisanya sebesar
32% merupakan tempat kosong. Jadi struktur kristal BCC bukan merupakan struktur
yang padat.
tersusun dalam kondisi yang cukup padat. Ini terbukti dengan tingginya harga APF dari
sel satuan FCC yaitu 74% dibandingkan denag APF sel satuan BCC. Sel satuan FCC
mempunyai 8 x 1/8 (pada sudut kubus) + 6 x ( pada pusat sisi kubut) = 4 atom per sel
satuan. Hubungan antara panjang sisi kubus a, dengan jari-jari R dapat ditentukan dengan
menggunkan formula :
4R
2 a = 4R atau a =
2
koordinasinya adalah 12. Dari gambar di bawah hard sphere unit cell terlihat bahwa
atom-atom dalam struktur kristal HCP tersusun dalam kondisi yang cukup padat. Ini
terbukti dengan tingginya harga APF dari sel satuan HCP yaitu 74% . Sel satuan HCP
mempunyai 6 atom per sel satuan, yaitu 2 x 6 x 1/6 ( pada sudut lapisan bawah dan atas +
2 x ( pada pusat lapisan bawah dan atas) + 3 (lapisan tengah).
Contoh soal
1. Tentukan volume packing fraction (VPF) dan estimasi kerapatan dar (a)
molybdinum , (b) Emas, (c) Cobalt dan (d0 Silikon
(a). Molybdinum struktrur kristalnya berbentuk BCC mempunyai dua atom
dengan jarak antar atom a = 3,140 Ao dan berat atom = 95,94 gr/mol sehingga
Volume atom per unit sel
VPF =
Volume dalam unit sel
4
2 x .r 3
VPF = 3
4r
( )3
3
3
VPF = = 0.68
8
Estimasi kerapatan dari molybdinum
Massa atom per unit sell
Kerapa tan =
Volume dalam unit sel
95.94
2x
Kerapa tan = 6.022 x 10 23
(3.1048 x l0 -8 ) 3
2
VPF = = 0.74
6
Estimasi kerapatan dari molybdinum
Massa atom per unit sell
Kerapa tan =
Volume dalam unit sel
196.97
4x
Kerapa tan = 6.022 x 10 23
(4,0729 x l0 -8 ) 3
58,93
2x
Kerapa tan = 6.022 x 10 23
3
(2.50) 2 x 4.0825x10 -8 x
2
Kerapa tan = 8,856 gr / cm 3
(D). Silikon adalan kubin diamon mempunyai 8 atom dalam satu unit sel
dengan jarak antar atom a = 5,404 Ao dan berat atom = 28,085 gr/mol
sehingga
Volume atom per unit sel
VPF =
Volume dalam unit sel
4
8 x .r 3
VPF = 3 = 0.34
8r 3
( )
3
Estimasi kerapatan dari molybdinum
Massa atom per unit sell
Kerapa tan =
Volume dalam unit sel
28,085
8x
Kerapa tan = 6.022 x 10 23 = 2,364 gr/cm3
(5,404 x10 -8 ) 3
Gambar 3.5 Diagram skematik (a) larutan padat substitusional, (b) larutan padat interstisial, (c)
campuran fase, (d) dislokasi, (e) pasangan kosong-interstisial
dalam logam c.p.h ABABAB Jadi pada logam seperti tembaga atau emas, atom-
atom disebagian dari salah satu lapisan susunan rapat mungkin masuk ke posisi yang
salah dalam hubungan dengan atom-atom di lapisan sebelah atas serta di sebelah
bawahnya, sehingga terjadilah salah susun yang dimaksudkan (misalnya,
ABCBCABC). Susunan demikian sesungguhnya stabil, namun karena harus ada
usaha khusus untuk membuatnya dengan sengaja, kondisi salah susun lebih sring
dijumpai pada logam yang diubah bentuknya ketimbang pada logam yang dianil.
Dislokasi juga ditemukan pada kristal sejati. Ketidaksempurnaan ini
berpengaruh sekali terhadap sifat-sifat kristal yang erat kaitannya dengan struktur,
misalnya kekuatan ulur (yield strength), kekerasan, dan sebagainnya, dan diketahuio
bahwa menurut perhitungan kekuatan ulur serta kekuatan patah (breaking strength)
kristal ideal sekitar 100 hingga 10.000 kali lebih besar ketimbang pada kristal sejati.
Ini karena dislokasi baris menyebabkan banyak diameter atomic pada kisi menjadi
lebih panjang, seperti tampak pada Gambar 1.8(d); akibatnya bagian ini menjadi
bagian yang lemah. Cacat titik juga berpangaruh terhadap sifat mekanik, akan tetapi
lebih besar lagi pengaruhnya terhadap gejala sepeti difusi, misalnya, yang melibatkan
gerak tiap atom secara sendiri-sendiri didalam kristal. Diagram skematik untuk kisi,
yang tampak pada Gambar 1.8(e), mengambarkan baik danya kedudukan kosong
pada kisi, yang pada kristal sempurna seharusnya menmpati rongga diantara atom-
atom normal. Dengan mudah kita bergerak disbanding atom-atom lain.
Guna melengkapi gambaran kita tentang logam, perlu ditekankan bahwa
sepotong logam yang dijumpai sehari-hari bukan terbentuk dari sebuah kristal
tunggal berukuran besar, melainkan terdiri atas kristal-kristal kecilsaling taut yang
banyak sekali (disebut polycrystalline). Dalam keseluruhan massa logam, tiap kristal
atau butir dibatasi dari sesamanya oleh suatu permukaan tiga dimensi yang disebut
batas butir (grain boundary) yang bentuknya tidak ada hubungan dengan tatanan
atom dalam kristal. Orientasi poros krstal dalam suatu butir biasanya brbeda dari
orientasi butir lain, yang seringkali antara 30o dan 40o, sehingga batas butir boleh
dibayangkan sebagai suatu daerah sempit (sekitar dua kali tebal atom). Lewat dari
batas itu orientasi kisi butir yang satu berbeda dari yang lain.
Karena cacat kisi (yaitu, adanya atom terlarut, adanya kedudukan kosong, dan
adanya dislokasi) dapat didistribusikan ke seluruh logam dengan berbagai cara yang
beragam, fisika logam bias menjadi bidang pengkajian yang sangat menarik.
Gambar 3.6 Indikasi Miller mengenai bidang dalam kristal kubik, (a) (111), (b) (110), (c) (231)
Indeks (123), misalnya, atau lebih umum (hkl), bukan hanya mengambarkan
bidag dengan harga-harga h, k, dan l yang telah ditentukan, melainkan semua
himpunan bidang yang sejajar dengan bidang tersebut. Sering kita harus
mendefinisikan semua bidang yang tipe kristalografiknya tertentu, misalnya semua
sisi kubus, bukan hanya yang sejajar dengan (100) dan ini dinyatakan dengan indeks
yang sama tetapi mengunakan kurung berbeda. Jadi himpunan semua sisi kubus
dinyatakan dengan {100}, yang isinya meliputi bidang-bidang (100), ( 1 00), (010),
(0 1 0), (001), dan (00 1 ).
Untuk mendefinisikan arah kita harus menarik sebuah garis melalui titik
pusat sejajar dengan arah yang belum diketahui, kemudian menentukan koordinat
salah satu titik pada garis tadi dengan rusuk sel sebagai satuan panjang. Koordinat
yang didapat dengan cara ini selanjutnya dibulatkan, dan untuk membedakannya dari
indeks yang dimaksudkan untuk bidang, indeks arah ditulis di dalam kurung persegi.
Sebagai contoh, bila koordinat tersebut adalah X = a, Y = -2b, Z = c/3, maka notasi
untuk arah garis adalah [361]. Untuk sistem kubus, penentuan indeks arah masih
mudah, karena ternyata arah yang didefinisikan seperti di atas memiliki indeks sama
dengan bidang tegak lurusnya. Jadi, sumbu X yang tegak lurus bidang (100)
mempunyai arah [100], sementara arah yang sejajar dengan diagonal kubus adalah
arah [111]. Untuk menunjukan himpunan semua arah bertipe kristalografik sama,
lagi-lagi kita mengunakan bentuk kurung yang berbeda. Dalam hal ini 100
menyatakan himpunan semua rusuk kubus, yang meliputi garis-garis dengan arah
[100], [010], [001], [100], [010], dan [001].
Dalam system kristal lain misalnya tetragonal atau orthorombus, notasi
indeks Miller juga digunakan, namun dalam kristal heksagonal notasi itu perlu
dimodifikasi. Dalam notasi Miller-Bravais kita mengunakan empat sumbu, tiga di
antaranya(X, Y, dan U) saling membentuk sudut 120o sepanjang arah-arah susunan
rapat pada bidang basal, sementara sumbu keempat (Z) adalah sumbuh tegak lurus.
Perpotongan sebuah bidang dengan sumbu-sumbu itu ditentukan seperti cara
terdahulu, dan notasi untuk indeks Miller-Bravais adalah (hkil). Gambar 3.6
memperlihatkan beberapa bidang utama kristal heksagonal. Sekarang coba jabarkan
bidang yang ditampilkan pada Gambar 3.6(c). Titik-titik potong dengan sumbu-
sumbu X, Y, U, dan Z di situ berturut-turut adalah 1, 1, - 12 dan 1, sehingga kebalikan
masing-masing adalah 1, 1, -2, dan 1, jadi indeks Miller-Bravais untuk menyatakan
bidang ini adalah (11 2 1). Dari contoh ini kita dapat melihat bahwa (h + k + i) sama
dengan nol. Dan ini merupakan cirri umum sistem kristal heksagonal.
Untuk arah-arah kristalografik dalam sistem heksagonal boleh digunakan tiga
atau empat sumbu. Arah d3 yang dijabarkan dengan sistem tiga sumbu atau sistem
Miller mempunyai indeks U, V, W sedemikian sehingga
d3 = Ua1 + Va2 + Wc
Jadi arah susunan rapat pada bidang basal adalah [100], [110] dan [010].
Arah d4 yang dijabarkan dengan system empat sumbu memiliki indeks u, v, t, w
sedemikian sehingga
d4 = ua1 + va2 + ta3 + wc
Gambar 3.7 Indikasi Miller-Bravais mengenai bidang dalam kristal heksagonal, (a) bidang dasar
{100}, (b) bidang prisma {1010}, dan (c) bidang pyramid {1121}
Gambar 3.8 Prinsip proyeksi stereografik, mengilustrasikan (a) kutub P ke bidang (111), (b) sudut
antara dua kutub P, P, dan (c) proyeksi stereografik kutub P, dan P ke bidang (111)
dan (001) respectivety
Dalam Gambar 3.8(b), sudut antara dua kutub pada bola acuan sama dengan
banyaknya derajat busur yang memisahkan keduanya pada lingkaran besar. Oleh
sebab itu, sudut antara P dan P dapat diketahui dengan mudah dengan bantuan
sebuah oenutup transparan berpola lingkaran-lingkaran bujur dan lintang seperti yang
digunakan untuk keperluan geografi. Sarana sejenis lain untuk itu adalah jala
stereografik, yang biasa disebut jala Wulff. Jala Wulff seperti yang tampak dalam
Gambar 3.8(a) terbagi dalam selang-selang 2o. Bujur-bujur dalam proyeksi itu
digambarkan dari atas ke bawah, sedagka lintang-llintang dari kiri ke kanan. Jadi
untuk mengukur jarak menyudut (angular distance) antara dua kutub dalam
stereogram, jala diroptasikan terhadap pusat bola sampai kedua kutub terletak pada
bujur yang sama, yang berhimpit dengan salah satu lingkaran besar pada bola acuan.
Sudut antara kedua kutub tersebut adalah selisih lintang sepanjang bujur. Pembaca
mungkin saja ingin mengukur sudut antara beberapa bidang degan cara ini hasilnya
dapat diperbadingkan dengan sudut hasil perhitungan mengunakan rumus berikut
cos = (h1h2 + k1k2 + l1l2)/ [( h12 + k12 + l12 )( h22 + k 22 + l 22 )]
dengan (h1, k1, l1) dan (h2, k2, l2) indeks-indeks Miller untuk dua bidang yang
diamati.
Beberapa aturan kristalografik yang penting dapat diringkaskan sebagai
berikut:
(i) Hukum zona: jika hu + kv + lw = 0, maka bidang (hkl) berisi garis [uvw].
Semua bidang berbeda yang berisi [uvw] disebut membentuk sebuah zona
dengan [uvw] sebagai sumbu zona (analog dengan lembar-lembar buku
terhadap lipatannya. Kutub bidang berisi [uvw] harus terletak 90o terhadap
bidang bersangkutan. Tempat kedudukan semua kutub seperti itu disebut
lingkaran zona. Hubungan antara lingkaran zona terhadap sama dengan
hubungan antara bidang terhadap kutub. Dalam sistem kubus, lingkaran-
lingkaran zona dan tempat-tempat kedudukan bidang dengan indeks sama
saling bertumpuk. Tidak demikian halnya pada sistem kristal lain.
(ii) Bila sebuah zona berisi (h1k1l1) dan (h2k2l2) maka zona tersebut juga berisi
setiap kombinasi linier bidang-bidang itu, misalnya m(h1k1l1) + n(h2k2l2).
Sebagai contoh, zona [111] + berisi [ 110 ] dan [011], dan karena itu juga
harus berisi [1 10 ] + [01 1 ] = [01 1 ], [1 1 0] + 2[01 1 ] = [11 2 ], dsb. Hal yang
sama berlaku untuk semua arah-arah berbeda dalam bidang yang sama.
(iii) Menurut hokum penambahan vector, [u1v1w1] + [u2v2w2] terletak antara
[u1v1w1] dan [u2v2w2].
(iv) Sudut antara dua arah dapat dihitung dengan rumus berikut:
cos =
[u1v1 w1 ][. u 2 v2 w2 ] = u1u 2 + v1v 2 + w1 w2
u1v1 w1 u 2 v 2 w2 [(u + v12 + w12 )(u 22 + v 22 + w22 )]
2
1
yang pada dasarnya sama dengan rumus untuk sudut antara dua bidang. Namun ini
hanya berlaku untuk sistem kubus.
Dalam pembuatan stereogram baku untuk kristal mana pun alangkah baiknya
memperlihatkan dahulu unsur-unsur simetri dalam strukturnya. Sebagai contoh, coba
perhatikan kristal kubus, kaena ini yang paling simetrik disbanding kristal-kristal
lain. Kalau diamati lebih teliti terlihat bahwa kubus mempunyai tiga belas sumbu,
sembilan bidang dan sebuah pusat simetri, serta bahwa ketiga belas sumbu simetri
terbentuk dari 3 sumbu lipatan-empat atau tetrad axes, 4 sumbu lipatan-tiga atau
triad axes, dan 6 sumbu lipatan-ganda atau diad axes. Sumbu simetri lipatan-n
berfungsi sedemikian rupa sehingga sesudah rotasi dengan sudut 2 /n, kristal akan
menempati posisi identik atau sama dengan posisi semula dalam ruang. Jadi, sumbu
tetrad melalui pusat setiap muka kubus sejajar dengan slah satu rusuk, dan rotasi 90o
ke arah mana pun terhadap salah satu sumbu ini akan membuat kubus menempati
Gambar 3.9 (a) Jaringan Wullf (dari jaringan yang disiapakan pada tahun 1888 oleh Admiral C.D
sigsbee, seizing Hydrographic Dept., US navy
Posisi baru yang secara kristalografi tidak dapat dibedakan dari posisi lama.
Demikian pula, diagonal kubus membentuk 4 sumbu lipatan-tiga, dan setiap garis
melaluibagian tengah rusuk-rusuk berlawanan membentuk 6 sumbu simetri lipatan-
ganda. Unsur-unsu simetri ini mudah terlihat dalam proyeksi sferik kristal kubus
dalam Gambar 3.9(b). Di situ sumbu-sumbu tetared 001 dituliskan dengan simbol
kotak , sumbu triad 111 dengan simbol segitiga , dan sumbu diad dengan
simbol () (segidua). Dalam proyeksi stereogram ke dalam 24 segitiga bola yang
sama, biasa disebut segita unit. Segita-segita ini berhubungan dengan ke-48 segitiga
yang tampak dalam proyeksi sferik (24 diatas dan 24 di bawah).
Gambar 3.10 Proyeksi bidang dalam kristal kubik, (b) proyeksi sferek, dan (c) proyeksi stereografik
dapat dituangkan dalam indek Miller h, k, dan l dimana indek tersebut merupakan
kebalikan dari perpotongan bidang dengan sumbu utama, dalam hal panjang sumbu,
OA OB OC
Jadi : h = ; k= ;l=
OP OQ OR
Indeks tersebut di atas berada dalam kurung, jadi (h, k, l) atau (h k l). Setiap pecahan
selalu dibulatkan untuk menghasilkan bilangan bulat yang terkecil.
Untuk menggambarkan arah di dalam suatu kristal, gambar sebuah titik asal suatu
sel satuan ( titik O pada gambar ) sejajar dengan arah yang ingin ditentukan, dan catat
koordinat dari titik yang muncul dari sel satuan. Disini juga sama seperti bidang kristal,
yaitu setiap nilai pecahan dibulatkan kebilangan bulat yang terkecil. Sebagai contoh arah
UV dengan menarik garis OW dari titik O sejajar dengan UV. Koordinat dari titik yang
muncul W adalah 0, 1, atau 0,2,1 yang ditulis dalam bentuk (0,2,1).
Dalam penulisan notasi Miller telah disepakati bahwa ;
Tada kurung ( ) dan [ ] menyatakan arah bidang spesifik
Tada kurung < > dan { } menyatakan arah dan bidang dengan tipe yang sama
Soal-soal
1. Apa yang dimaksud dengan sel satuan dan kristal?
2. Uraikan jenis kristal yang saudara ketahui!
3. Hitung jarak antar atom dari struktur kristal BCC, FCC dan HCP!
4. Hitung Volume Packing Factor (VPF) dan estimasikan kerapatan dari (a).
Molybdinum, (b). Emas, (c). Cobalt dan (d) Silikon!
5. Hitung Volume Packing Factor (VPF) dan estimasikan kerapatan dari BeO dan
MgO. Gunakan konstanta kisi BeO = 3,9029 oA dan MgO = 4,20 oA!
6. Tentukan Indek miller dalam arah (a). Dari titik ( 2,0,3) ke titik (4,5,6). (b). Dari titik (
-1,3,5) ke titik (3,2,1). (c). Dari titik ( 3,5,7) ke titik (1,-3,5). (d). Dari titik ( 1,4,5) ke
titik (-2,1,-1) (e). Dari titik (2,3,6) ke titik (5,0,2)!
7. Gambarkan struktur bidang {100}, {111}, {101}!
Daftar Pustaka
1. Mangonon. P.L, 1999 . The Principles of materials Selection for Engineering
Design, Printice-Hall International,Inc. Hal- 29 -81.
2. Smallman R.E. dan R.J. Bishop,1999. Metalurgi Fisik Moderen dan Rekayasa
Material Erlangga. Jakarta.