Anda di halaman 1dari 22

Poros dan Pasak 1

BAB 1. POROS DAN PASAK

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua
mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi
seperti itu dipegang oleh poros.
Dalam bab ini akan dibicarakan hal poros penerus daya dan pasak yang dipakai untuk
meneruskan momen dari atau kepada poros.

1.1 Macam-macam Poros

Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya sebagai


berikut :

(1) Poros Transmisi


Poros macam ini mendapat beban punter murni atau puntir dan lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau sprocket,
rantai dll.

(2) Spindel
Poros transmisi yang relative pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana
beban utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus dipenuhi poros
ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.

(3) Gandar
Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana tidak
mendapatkan beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar disebut
gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh
penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir.
Menurut bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus umum, poros
engkol sebagai poros utama dari mesin torak, dll, poros luwes untuk transmisi daya
kecil agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah dan lain-lain.

1.2 Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Poros

Untuk merencanakan sebuah poros, hal-hal berikut perlu diperhatikan


(1) Kekuatan Poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan
antara puntir dan lentur seperti telah diutarakan di atas. Juga ada poros yang mendapat
tarik atau tekan tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin, dll.

Poros dan Pasak 2

Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros


diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak, harus
diperhatikan.
Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan baban-beban di
atas.

(2) Kekakuan Poros


Meskipun sebuah poros menpunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan
atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidak-telitian (pada mesin
perkakas) atau getaran dan suara (misalnya pada turbin dan kotak roda gigi).
Karena itu, disamping kekuatan poros, kekakuan juga harus diperhatikan dan
disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.

(3) Putaran Kritis


Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal
ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik, dll, dan dapat mengakibtkan
kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jika mungkin, poros harus
direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran
kritisnya.

(4) Korosi
Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros propeller
dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk
poros-poros yang terancam kavitasi dan poros-poros mesin yang sering berhenti lama.
Sampai batas-batas tertentu dapat pula dilakukan perlindungan terhadap korosi.

(5) Bahan Poros


Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin
dan difinis, baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari
ingot yang di-kill (baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilicon dan dicor; kadar
karbon terjamin) (JIS G3123 Tabel 1.1). Meskipun demikian, bahan ini kelurusannya
agak kurang tetap dan dapat mengalami deformasi karena tegangan yang kurang
seimbang misalnya bila diberi alur pasak, karena ada tegangan sisa di dalam terasnya.
Tetapi penarikan dingin membuat permukaan poros menjadi keras dan kekuatannya
bertambah besar. Harga-harga yang terdapat di dalam tabel diperoleh dari batang
percobaan dengan diameter 25 mm ; dalam hal ini harus diingat bahwa untuk poros
yang diameternya jauh lebih besar dari 25 mm, harga-harga tersebut akan lebih
rendah daripada yang ada di dalam tabel karena adanya pengaruh masa.
Poros-poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat
umunya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap
keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel, bja khrom nikel molibden,
dll. (G4102, G4103, G4104, G4105 dalam Tabel 1.2). Sekalipun demikian pemakaian
baja paduam khusus tidak terlalu dianjurkan jika alasannya hanya karena putaran
tinggi dan beban berat. Dalam hal demikian perlu dipertimbangkan penggunaan baja
karbon yang diberi perlakuan panas secara tepat untum memperoleh kekuatan yang

Poros dan Pasak 3

diperlukan. Baja tempa (G3201, ditempa dari ingot yang dikil dan disebut bahan SF ;
kekuatan dijamin) juga sering dipakai.

Tabel 1.1 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis
dingin untuk poros
Tabel 1.2

Baja paduan untuk poros

Poros dan Pasak 4

Poros-poros yang bentuknya sulit seperti poros engkol, besi cor modul atau coran
lainnya telah banyak dipakai.
Gandar untuk kereta rel dibuat dari karbon, khususnya yang dinyatakan dalam E4502
(Tabel 1.3). Demi keamanan, perlu dipertimbangkan secara hati-hati.

Tabel 1.3 Bahan poros untuk kendaraan rel

Pada umumnya baja diklasifikasikan atas baja lunak, baja liat, baja agak keras dan
baja keras. Diantaranya, baja liat dan agak kerak banyak dipilih untuk poros.
Kandungan karbonnya adalah seperti yang tertera dalam tabel 1.4 . Baja lunak yang
terdapat dipasaran umumnya agak kurang homogen ditengah, sehingga tidak dapat
dianjurkan untuk dipergunakan sebagai poros penting. Baja agak keras pada umumya
berupa baja yang dikil seperti telah disebutkan di atas. Baja macam ini jika diberi
perlakuan panas secara tepat dapat menjadi bahan poros yang sangat baik.

Tabel 1.4 Tabel Penggolongan baja secara umum


Meskipun demikian untuk perencanaan yang baik, tidak dapat dianjurkan untuk
memilih baja atas dasar klasifikasi yang terlalu umum seperti di atas. Sebaiknya
pemilihan dilakukan dasar standar-standar yang ada.

Poros dan Pasak 5

Nama-nama dan lambing-lambang dari bahan-bahan menurut standar beberapa


Negara serta persamaannya dengan JIS (Standar Jepang) untuk poros diberikan dalam
Tabel 1.5.

Tabel 1.5 Standar baja

1.3 Poros Dengan Beban Puntir


Berikut ini akan dibahas rencana sebuah poros yang mendapat pembebanan
utama berupa torsi, seperti pada poros motor dengan sebuah kopling.
Jika diketahui bahwa poros yang akan direncanakan tidak mendapat beban lain
kecuali torsi, maka diameter poros tersebut dapat lebih kecil daripada yang
dibayangkan.
Meskipun demikian, jika diperkirakan akan terjadi pembebanan berupa lenturan
, tarikan atau tekanan, misalnya jika sebuah sabuk, rantai atau roda gigi dipasangkan
pada poros motor, maka kemungki9nan adanya pembebanan tambahan tersebut perlu
diperhitungkan dalam factor keamanan yang diambil.

Poros dan Pasak 6

1. Diagram aliran untuk merencanakan poros dengan beban puntir

Poros dan Pasak 7

Tata cara perencanaan diberikan dalam sebuah diagram aliran. Hal-hal yang
perlu diperhatikan akan diuraikan seperti di bawah ini.
Pertama kali, ambillah suatu kasus dimana daya P (kW) harus ditransmisikan
dan putaran poros n1 (rpm) diberikan. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap daya P tersebut. Jika P adalah daya rata-rata yang diperlukan maka harus
dibagi dengan efisiensi mekanis dari system transmisi untuk mendapatkan daya
penggerak mula yang diperlukan. Daya yang besar mungkin diperlukan pada saat
start, atau mungkin beban yang besar terus bekerja setelah start. Dengan demikian
sering kali diperlukan koreksi pada daya rata-rata yang diperlukan dengan
menggunakan factor koreksi pada perencanaan.
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka berbagai macam
factor keamanan biasanya dapat diambil dalam perencanaan, sehingga koreksi
pertama dapat diambil kecil. Jika faktpr koreksi adalah fc (table 1.6) maka daya
rencana Pd (kW) sebagai contoh patokan adalah :

Pd = fc P (kW) (1.1)

Tabel 1.6 Faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan, fc

Jika daya diberikan dalam daya kuda (PS), maka harus dikalikan dengan 0,735
untuk mendapatkan daya dalam kW.
Jika momen puntir (disebut juga momen rencana) adalah T (kg.mm) maka

(T / 1000 )( 2 n 1 / 60 )
Pd (1.2)
102
Sehingga
T 9 , 74 x 10 5 Pd (1.3)
n1

Bila momen rencana T (kg.mm) dibebankan pada suatu diameter poros ds (mm),
maka tegangan geser (kg/mm2) yang terjadi adalah
d s3
T 5,1T
3

( 1.4)

Tegangan geser yang diizinkan a (kg.mm2) untuk pemakaian umum pada poros
dapat diperoleh dengan berbagai cara. Di dalam buku ini a dihitung atas dasar batas

Poros dan Pasak 8

kelelahan puntir yang besarnya diambil dari 40% dari batas kelelahan tarik yang
besarnya kira-kira 45 % dari kekuatan B (kg/mm2).
Jadi batas kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan tarik B , sesuai dengan
standar ASME. Untuk harga bahan SF dengan kekuatan yang dijamin dan 6,0 untuk
bahan S-C dengan pengaruh masa dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan Sf1.
Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut akan diberi alur pasak atau
dibuat bertangga, karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh
kekasaran permukaan jugaa harus diperhatikan. Untuk memasukkan pengaruh-
pengaruh ini dalam perhitungan perlu diambil factor yang dinyatakan sebagai Sf2
dengan harga sebesar 1,3 sampai 3,0.
Dari hal-hal diatas maka besarnya a dapat dihitung dengan :
a = B / (Sf1 x Sf2) (1.5)

Kemudian, keadaan momen puntir itu sendiri juga harus ditinjau. Faktor koreksi
yang dianjurkan oleh
Daya ASME
yang akanjuga dipakai disini. Faktorfc ini dinyatakan dengan Kt ,
dipilih sebesar 1,0 jika beban dikenakan secara halus, 1,0 1,5 jika terjadi sedikit
kejutanDaya
atau rata-rata
tumbukan yang
dandiperlukan 1,2 2.0dengan kejutan atau
1,5 3,0 jika beban dikenakan
tumbukan besar.
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 1,2
Meskipun
Daya normaldalam perkiraan sementara ditetapkan1,0 bahwa
1,5 beban hanya terdiri atas
momen puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan pemakaian dengan
beban lentur di masa mendatang. Jika memang diperkirakan akan terjadi pemakaian
dengan bebab lentur maka dapat dipertimbangkan pemakaian faktor Cb yang harganya
antara 1,2 sampai
2,3. (jika diperkirakan tidak akan terjadi pembebanan lentur maka
Cb diambil = 1,0)
Dari persamaan (1.4) diperoleh rumus untuk menghitung diameter poros ds (mm)
sebagai
5 ,1 3

ds K t C b T (1.6)
a

Diameter poros harus dipilih dari table 1.7. Pada tempat dimana akan dipasang
bantalan gelinding, pilihlah suatu diameter yang lebih besar dari harga yang cocok di
dalam tabel untuk menyesuaikan dengan diameter dalam dari bantalan. Dari bantalan
yang dipilih dapat ditentukan jari-jari filet yang diperlukan pada tangga poros.
Selanjutnya ukuran pasak dan alur pasak dapat ditentukan dari tabel 1.8.
Harga
( d / faktor
16 ) konsentrasi tegangan untuk alur pasak dan untuk poros dan
untuk poros tangga dapat diperoleh dengan diagram R.E. Peterson (Gambar 1.1,
1.2).
Bila atau dibandingkan dengan faktor keamanan Sf2 untuk konsentrasi
tegangan pada poros bertangga atau alur pasak dengan faktor ditaksir terdahulu, maka
atau sering kali menghasilkan diameter poros yang lebih besar.
Periksalah perhitungan tegangan, mengingat diameter yang dipilih dari tabel 1.7
lebih besar dari ds yang diperoleh dari perhitungan.
Bandingkan dan , dan pilihlah yang lebih besar.
Lakukan koreksi pada Sf2 yang ditaksir sebelumnya untuk konsentrasi tegangan
dengan mengambil a . Sf2 / ( atau ) sebagai tegangan yang diizinkan yang
Poros dan Pasak 9

dikoreksi. Bandingkan harga ini dengan . Cb . Kt dari tegangan geser yang dihiutng
atas dasar poros tanpa alur pasak, faktor lenturan Cb dan faktor koreksi tumbukan Kt
dan tentukan masing-masing harganya jika hasil yang terdahulu lebih besar, serta
lakukan penyesuaian jika lebih kecil.
Tabel 1.7 Diameter poros
4 10 *22.4 40 100 *224 400
24 (105) 240
11 25 42 110 250 420
260 440
4.5 *11.2 28 45 *112 280 450
12 30 120 300 460
*31.5 48 *315 480
5 *12.5 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
*5.6 14 *35.5 56 140 *355 560
(15) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
(17) 170
*6.3 18 63 180 630
19 190
20 200
22 65 220
7 70
*7.1 71
75
8 80
85
9 90
95
Keterangan : 1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan standar.
2. Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana akan dipasang bantalan gelinding.

Grb. 1.1 Faktor konsentrasi tegangan untuk pembebanan puntir statis dari suatu poros bulat
dengan alur pasak persegi yang diberi filet.
Poros dan Pasak 10

Ukuran-ukuran utama

Tabel 1.8 Ukuran pasak dan alur pasak

(Satuan : mm)

* l harus dipilih dari angka-angka berikut sesuai dengan daerah yang bersangkutan dalam tabel.
6,8,10,12,14,16,18,20,22,25,28,32,36,40,50,56,63,70,80,90,100,110,125,140,160,180,200,220,250,2
80,320, 360,400.

Poros dan Pasak 11


Gbr. 1.2

Faktor konsentrasi tegangan untuk pembebanan puntir statis dari suatu poros
bulat dengan pengecilan diameter yang diberi filet.

[Contoh 1.1] Tentukan diameter sebuah poros bulat untuk meneruskan daya 10 (kW) pada
1450 (rpm). Disamping beban puntir, diperkirakan pula akan dikenakannya beban lentur.
Sebuah alur pasak perlu dibuat, dan dalam sehari akan bekerja selama 8 jam dengan
tumbukan ringan. Bahan diambil baja batang difinis dingin S30C.
[Penyelesaian] :
(1) P = 10 (kW0, n1 = 1450 (rpm)
(2) fc = 1,0
(3) Pd = 1,0 x 10 = 10 (kW)
(4) T = 9,74 x 105 x 10/1450 = 6717 (kg.mm)
(5) S30C-D, B = 58 (kg.mm2), Sf2 = 6,0, Sf2 = 2,0
(6) a = 58/(60 x 2,0) = 4,83 (kg/mm2)
(7) Cb = 2,0 Kt = 1,5
1
5 ,1
(8) ds = 27,7 (mm)
4 ,83
diameter poros ds = 28 (mm)
(9) Anggaplah diameter bagian yang menjadi 3 tempat bantalan adalah = 30 (mm)
Jari-jari=
filet = (30x 2 ,0
28)/2 = x1,0
x 1,5 (mm)
6717
Alur pasak 7 x 4 x filet 0,4
(10) Konsentrasi tegangan pada poros bertangga adalah
1,0/28 = 0,014, = 2,8, >
1
x
x
Poros dan Pasak =
4
(
(11) Dari persamaan (1.4) m
= 5,1 x 6717/(283 = 1,56 (kg.mm2) )
(12) 4,83 x 2,0/2,8 = 3,45 (kg/mm2)
12
a . Sf2 < Cb . Kt Kembali ke (8)
(8) Anggaplah diameter ds = 31,5 mm
(9) Diameter bagian bantalan 35 mm
Jari-jari filet (35 31,5)/2 = 1,75 mm
Alur pasak 10 x 4,5 x 0,6
(10) Konsentrasi tegangan dari poros bertangga adalah
475/31,5 = 0,056, 35/31,5 = 1,11, = 1,30
Konsentrasi tegangan dari poros dengan alur pasak adalah
0,6/31,5 = 0,019, = 2,7, >
(11) = 5,1 x 6717/(31,5)3 = 1,10 (kg.mm2)
(12) 4,83 x 2,0/2,7 = 3,58 (kg/mm2)
1,10 x 2 x 1,5 = 3,3 (kg/mm2)
a . Sf2/ > Cb . Kt, baik
(13) ds = 31,5 mm
S30C-D
Diameter poros : 31,5 x 35
Jari-jari filet 1,75 mm
Pasak : 10 x 8
Alur pasak : 10 x 4,5 x 0,6

Diameter poros motor dengan daya 10 (kW) x 4 kutub adalah lebih besar dari 30,
yaitu 42.

1.4 Poros Dengan Beban Lentur Murni


Gandar dari kereta tambang dan kereta rel tidak dibebani dengan puntiran
melainkan mendapat pembebanan lentur saja.
Jika beban pada satu gandar didapatkan sebagai dari berat kendaraan dengan
muatan maksimum dikurangi berat gandar dan roda, maka besarnya momen lentur M1
(kg.mm) yang terjadi pada dudukan roda dapat dihitung.
Dari bahan yang dipilih dapat ditentukan tegangan lentur yang diizinkan a
(kg/mm2). Momen tahanan lentur dari poros dengan diameter ds (mm) adalah
Z = (/32)ds3 (mm3), sehingga diameter ds yang diperlukan dapat diperoleh dari
M1 M1 10 , 2 M 1 (1.7)
a 3
Z d s3
1
10 , 2
ds = M 1 (1.8)

Dalam kenyataan, gandar tidak hanya mendapat beban statis saja melainkan juga
beban dinamis. Jika perhitunga ds dilakukan sekedar untuk mencakup beban dinamis
secara sederhana saja, maka persamaan (1.8) dapat diambil faktor keamanan yang
lebih besar untuk menentukan a . Tetapi dalam perhitungan yang lebih teliti, beban
( / 32 ) d s
3
a Poros dan Pasak 13

dinamis dalam arah tegak dan mendatar harus ditambahkan pada beban statis. Bagian
gandar dimana dipasangkan naf roda disebut dudukan roda. Beban tambahan dalam
arah vertical dan horizontal menimbulkan momen pada dudukan roda ini.
Suatu gandar yang digerakkan oleh penggerak mula mendapat beban puntir.
Namun demikian gandar ini diperlakukan sebagai poros pengikut dengan jalan
mengalikan ketiga momen tersebut di atas (yang ditimbulkan oleh gaya-gaya statis,
vertikal dan horizontal) dengan faktor tambahan (faktor m) dalam tabel 1.9.
Tabel 1.9 Faktor tambahan tegangan pada gambar

Lambang dari masing-masing bagian perangkar roda diberikan dalam gambar


1.3.
Rumus perencanaan gandar diberikan dalam JIS E4501. Tata cara perencanaan
dengan menggunakan rumus-rumus tersebut ditunjukkan dalam suatu diagram aliran
(Diagram 2).
Pemakaian gandar Faktor tambahan
tegangan m
Gandar pengikut (tidak termasuk gandar dengan rem 1,2
cakera)
Gandar yang digerakkan ; ditumpu pada ujungnya 1,1 1,2
Gandar yang digerakkan ; lenturan silang 1,1 1,2
Gandar yang digerakkan ; lenturan terbuka 1,2 1,3

Gbr. 1.3 Gandar

Rumus-rumus dari JIS E4501 diberikan di bawah ini, sedangkan arti dari
lambang-lambangnya dapat dilihat diagram aliran.
M1 = (j g) W/4 (1.9)
M2 = V M1 (1.10)
P = LW (1.11)
Q0 = P(h/j) (1.12)
R0 = P(h + r)/g (1.13)

Poros dan Pasak 14

2. Diagram aliran untuk merencanakan poros dengan beban lentur murni

Poros dan Pasak 15

M3 = Pr + Q0 (a + 1) R0[(a + l) (j g)/2] (1.14)

Harga V dan L diberikan dalam Tabel 1.10.


Harga tegangan yang diizinkan Wb (kg/mm2) dari suatu dudukan roda terhadap
kelelahan diberikan dalam Tabel 1.11.
Tabel 1.10 V , V
Tabel 1.11 Tegangan yang diperbolehkan pada bahan gandar

Kecepatan kerja max. (km/jam) V L


120 atau kurang 0,4 0,3
Dari hal-hal 120 diatas
160dapat disimpulkan bahwa 0,5 0,4
13
160 190 0,6 0,4
190 210 0,7 0,5
Wb
Setelah ds ditentukan maka tegangan lentur b (kg/mm2) yang terjadi pada
dudukan Bahan
roda dapatgandar dihitung. Selanjutnya jika Wb/b yang
Tegangan sama diperbolehkan
dengan 1 atau lebih, maka
2
b = (1.16)Wb (kg/mm )
Kelasd1s3 10,0
Kelas 2 10,5
n = 1 Kelas 3 (1.17) 11,0
b Kelas 4 15,0
Berikut ini contoh rencana sederhana tanpa mempergunakan Diagram 2.

[Contoh 1.2] Sebuah kereta tambang beratnya 2,6 ton memakai 2 gandar dengan 4
Gandar tersebut tetap dan beratnya sendiri 950 kg. Lebar rel 610 mm dan jarak
roda.10,2
ds mM 1 M 2 M 3 (1.15)
tumpuan pada gandar dengan penampang persegi adalah 420 mm. Berapakah
diameter gandar yang harus diambil pada bantalan rol kerucut yang dipasang pada
jarak 285 mm dari tengah gandar ? (Gambar 1.4)
10 ,2 m ( M 1 M 2 M 3 )
[Penyelesaian] : Beban pada gandar adalah (950 + 2600)/2 = 1775 kg. Panjang lengan
momen pada bantalan rol kerucut (610/2) 285 = 20 mm. Besarnya momen lentur =
M = (1775/2) x 20 = 17750 (kg.mm)

Poros dan Pasak 16

Gbr. 1.4 Kereta tambang

Jika bahan yang dipakai adalah S45C, maka B = 58 (kg/mm2)


Jika faktor keamanan untuk beban statis diambil 6 dan faktor perkalian untuk
beban dinamis diambil 4, sehingga seluruhnya menjadi 6 x 4 = 24, maka a = 58/24 =
2,4 (kg/mm2)
Dari persamaan (1.8)
13
10 , 2
= 42,3 mm 45 mm
2,4
jawaban = 45 mm.
(Catatan : Dalam kenyataan perlu dipakai diameter 60 mm sebagai hasil dari
perhitungan bantalan yang akan dipergunakan).

Berikut ini diberikan contoh penggunaan Diagram 2.

[Contoh 1.3] Gandar dari sebuah kendaraan rel seperti diperlihatkan dalam Gambar
1.5, mendapat beban statis sebesar 12000 kg. Tentukan diameter gandar pada
dudukan roda. Kecepatan maksimum dianggap sebesar 100 km/jam dan bahan gandar
diambil dari JIS E4502 Kelas 3.

ds = x 17750

Gbr. 1.5 Gambar untuk contoh 1.3


[Penyelesaian]
(1) W = 1200 (kg), g = 1120 (mm), j = 1930 (mm)
h = 970 (mm), V = 100 (km/h), r = 430 (mm)
(2) M1 =
4

Poros dan Pasak 17

(3) V = 0,3, L = 0,4


(4) M2 = 0,3 x 2,43 x 106 = 0,729 x 106 (kg.mm)
(5) a = 345 mm, l = 128 mm
(6) P = 0,3 x 12000 = 3600 kg
Q0 = 3600 x 970/1930 = 1809 kg
R0 = 3600 x (970 + 430)/1120 = 4500 kg
(7) M3 = 3600 x 430 + 1810 x (345 + 128) 4500 x {345 + 128 (810/2)}
= 2,188 x 106 (kg.mm)
(8) Poros pengikut, Kelas 3, Wb = 11 (kg/mm2)
Untuk poros pengikut m = 1
13

1930 1120
(9) ds 173 (mm ) 175 (mm )
x 12000 11 = 2,43 x 106 (kg.mm)

(10) b = 3 10,64 (kg / mm2 )


(11) n = 11/10,64 = 1,03, baik
(12) Ditentukan ds = 175 mm , Kelas 3
1.5 Poros Dengan Beban Puntir dan Lentur
Poros pada umumnya meneruskan daya melalui sabuk, roda gigi dan rantai.
Dengan demikian poros tersebut mendapat beban punter dan lentur sehingga pada
permukaan poros akan terjadi tegangan geser (= T/Zp) karena momen puntir T dan
tegangan (= M/Z) karena momen lentur.
Untuk bahan yang liat seperti pada poros, dapat dipakai teori tegangan geser
maksimum
2

2
Pada poros yang pejal dengan penampang bulat, = 32 M/ds3 dan = 16
T/ds3
sehingga
max ( 5 ,1 / d ) M T 2
(1.18)

Beban10,2
puntir x2,43
x 1yang 0,972
bekerja porospada
pada 2,188 6
x 10umumnya adalah beban berulang.
Jika poros tersebut mempunyai roda gigi untuk meneruskan daya besar maka kejutan

berat akan terjadi pada saat mulai atu sedang berputar.
Dengan 10,2 x 1 x2,43
mengingat macam0,972 2,188
beban, xbeban,
sifat 106 dll, ASME menganjurkan rumus
untuk menghitung diameter poros175 secara sederhana dimana sudah dimasukkan
pengaruh kelelahan karena beban berulang. Disini faktor koreksi Kt untuk momen
puntir seperti terdapay dalam persamaan (1.6) akan terpakai lagi. Faktor lenturan Cb
dalam perhitungan ini tidak akan dipakai dan sebagai gantinya dipergunakan faktor
koreksi Km untuk momen lentur yang dihitung. Pada poros yang berputar dengan
pembebanan momen lentur yang tetap, besarnya faktor Km adalah 1,5. Untuk beban

Poros dan Pasak 18

dengan tumbukan ringan Km terletak antara 1,5 dan 2,0 dan untuk beban dengan
tnubukan berat terletak antara 2 dan 3.
Dengan demikian persamaan (1.8) dapat dipakai dalam bentuk
max ( 5 ,1 / d ) (K M ) 2 ( K t T ) 2 (1.19)

Besarnya max yang dihasilkan harus lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan a.
Harga-harga Kt telah diperiksa dalam pasal 1.3.
Ada suatu cara perhitungan yang popular dimana dicari lebih dahulu momen
punter ekivalen yang dihitung menurut teori tegangan geser maksimum, dan momen
lentur ekivalen yang di peroleh dengan teori tegangan normal maksimum. Selanjutnya
diameter poros ditentukan dengan menganggap bahwa kedua momen di atas soelah-
olah dibebankan pada poros secara terpisah. Dari kedua hasil perhitungan ini
kemudian dipilih harga diameter yang terbesar. Namun demikian pemakaian rumus
ASME lebih dianjurkan daripada meroda ini.
Dari persamaan (1.19)
d s [( 5 ,1 / ) (K M ) 2 ( K t T ) 2 ] 1
3
(1.20)

Besarnya deformasi yang disebabkan oleh momen punter pada poros harus
dibatasi juga. Untuk poros yang dipasang pada mesin umum dalam kondisi kerja
normal, besarnya defleksi puntiran dibatasi sampai 1,25 atau 0,3 derajat. Untuk poros
panjang atau poros yang mendapat beban kejutan atau berulang, harga tersebut harus
dikurangi menjadi dari harga di atas. Sebaliknya dapat terjadi, pada poros transmisi
di dalam suatu pabrik, beberapa kali harga di atas tidak menimbulkan kesukaran apa-
apa.
Jika ds adalah diameter poros (mm), defleksi puntiran (o), l panjang poros
(mm), T momen puntir (kg.mm) dan G modulus geser (kg/mm2), maka
Tl
584 (1.21)
Gd s4

Dalam hal baja G = 8,3 x 103 (kg/mm2). Perhitungan menurut rumus di atas
dilakukan untuk memeriksa apakah harga yang diperoleh masih batas harga yang
diperbolehkan untuk pemakaian yang bersangkutan. Bila dibatasi 0,250 untuk setiap
meter panjang poros, maka dapat diperoleh persamaan
d s 4 ,1 4 T
Kekakuan poros terhadap lenturan juga perlu diperiksa. Bila suatu poros baja
ditumpu oleh bantalan yang tipis atau bantalan yang mapan sendiri, maka lenturan
poros y (mm) dapat ditentukan dengan rumus
y 3, 23 x 10 4 Fl 12 l 22 (1.22)
d s4 l

Diamana ds = diameter poros (mm), l = jarak antara bantalan penumpu (mm), F =


beban (kg), l1 dan l2 = jarak antara bantalan yang bersangkutan ke titik pembebanan
(mm).

Poros dan Pasak 19

Perlu dicatat bahwa termasuk beban F dalam rumus di atas adalah gaya-gaya
luar seperti gaya dari roda gigi, tegangan dari sabuk dan berat puli beserta sabuk,
bearat poros sendiri, dll. Jika dari gaya-gaya tersebut bekerja di antara bantalan atau
di luarnya, maka perhitungan didasarkan pada gaya resultantenya. Bila gaya bekerja
dalam berbagai arah, perlu ditentukan komponen vertical dan horizontal dari
resultantenya dan selanjutnya dihitung lenturan yang akan terjadi dalam arah vertical
dan horizontal. Jika berat poros sendiri tidak dapat diabaikan, maka penambahan gaya
vertical dengan berat poros tersebut dapat dianggap cukup.
Bila suatu poros panjang ditumpu secara kaku dengan bantalan atau dengan cara
lain, maka lenturan dapat dinyatakan dengan rumus berikut :
33
y 3, 23 x 10 (1.23)
d s4 l 3

Gaya F dihitung dengan cara seperti diutarakan di atas.


Dalam persamaan (1.22) lenturan yang terjadi perlu dibatasi sampai 0,3 0,35
(mm) atau kurang untuk setiap 1 (m) jarak bantalan, untuk poros transmisi umum
dengan beban terpusat. Syarat ini bila dipenuhi tidak akan memperburuk kaitan antara
pasangan roda gigi yang teliti. Bila celah antara rotor dan rumah merupakan masalah,
seperti pada turbin maka batas tersebut tidak boleh lebih dari 0,03 0,15 (mm/m).\
Untuk poros putaran tinggi, putaran kritis sangat penting untuk diperhitungkan.
Pada mesin-mesin yang dibuat secara baik, putaran kerja di dekat atau di atas
putaran kritis tidak terlalu berbahaya. Tetapi demi keamanan dapat diambil pedoman
secara umum bahwa putaran kerja poros maksimum tidak boleh melebihi 80%
putaran kritisnya.
Misalkan ada suatu beban terpusat yang berasal dari berat rotor, dll. yang
bekerja di suatu titik pada sebuah poros. Jika berat tersebut dinyatakan dengan W
(kg), jarak antara bantalan l (mm) dan diameter poros yang seragam ds (mm) serta
penumpukan nya terdiri atas bantalan tipis atau mapan sendiri, maka putaran kritis
poros tersebut Nc (rpm) adalah
d s2 l
N c 52700 (1.24)
l1l 2 W

Perlu diperhatikan bahwa dalam penentuan putaran kritis, gaya yang


diperhitungkan hanyalah gaya berat dari masa berputar yang dibebani poros saja,
sedangkan gaya luar seperti yang terdapat dalam persamaan (1.22) tidak ada sangkut-
pautnya. Berat poros sendiri dapat diabaikan jika cukup kesil. Tetapi jika dirasa cukup
besar dibandingkan dengan berat masa yang membebaninya, maka dari berat poros
tersebut dapat ditambahkan pada berat beban yang ada.
Jika bantalan cukup panjang dan poros ditumpu secara kaku, maka putaran
kritisnya adalah
Nc0 N c1 d s2N lc 2 l
N c 52700 (1.25)
l1l 2 Wl 1l 2

4 Fl 1 l 2 Poros dan Pasak 20

Bila terdapat beberapa benda berputar pada satu poros, maka dihitung lebih
dahulu putaran-putaran kritis Nc1, Nc2, Nc3, .., dari masing-masing benda tersebut
yang seolah-olah berada sendiri pada poros. Maka putaran kritis keseluruhan dari
sistem Nc0 adalah
1 1 1 1
2
= 2 + 2 + + (1.26)
N c23

Harga Nc0 dari rumus ini kemudian dibandingkan dengan putaran maksimum
sesungguhnya yang akan dialami oleh poros.

Poros dan Pasak 21

3. Diagram aliran untuk merencanakan poros dengan beban puntir dan lentur

Poros dan Pasak 22

Urutan perencanaan seperti di atas tersusun dalam Diagram 3. Contoh di bawah


ini akan memperjalas apa yang dibahas di atas.

[Contoh 1.4] Sebuah poros ditumpu oleh 2 buah bantalan pada jarak 1 m. Dua buah
puli sabuk-V dipasang pada jarak 300 mm dan 200 mm dari masing-masing bantalan,
dimana gaya mendatar dan gaya tegak pada sabuk-V adalah seperti yang diperlihatkan
dalam gambar 1.6. Hitunglah diameter poros yang diperlukan untuk meneruskan daya
sebesar 18 kW pada 300 rpm. Bahan poros diambil S30C. Jika defleksi puntiran
dibatasi sampai 1 derajat, berapa besar poros yang dipandang cukup ? Jika berat puli I
adalah 25 kg, berapakah kecepatan kritis poros ? Apakah poros dalam contoh ini
cukup aman ?
Grb. 1.6 Contoh 1.4

[Penyelesaian]
(1) P = 18 kW, n1 = 300 rpm
(2) fc = 1,4
(3) Pd = 1,4 x 18 = 25,2 kW
(4) T = 9,74 x 105 x 25,2/300 = 81820 kg.mm
(5) Beban seperti yang diperlihatkan dalam gambar 1.6
(6) H1 = 215 kg V1 = 403 (kg)
H2 = 270 kg V2 = 35 (kg)
215 x 700 x 270 x 200
(7) RH1 = = 205 kg
1000
RH2 = (215 + 270) 205 = 280 kg
403 x 700 x 35 x 200
RV1 = = 289 kg
1000
RV2 = (403 + 35) 289 = 149 kg
(8) Gambarkan diagram momen lentur (Gambar 1.7)
Dari diagram momen lentur, harga-harga momen lentur horizontal dan vertical
pada posisi puli I dan puli II adalah
MH1 = 205 x 300 = 61500 kg.mm
MH2 = 280 x 200 = 56000 kg.mm
MV1 = 289 x 300 = 86700 kg.mm
MV1 = 149 x 200 = 29800 kg.mm
(9) Momen lentur gabungan adalah
MR1 = 615002867002 = 106300 kg.mm
MR2 = 560002298002 = 634000 kg.mm
(
)

Poros dan Pasak =
5
(
0
2
)
4
8
k
m
m
(
)
K
=
2
,
Gbr. 1.7 Diagram momen lentur dari contoh K
(10) Bahan poros S30C, B = 55 kg/mm2 =
Poros harus diberi tangga sedikit pada tempat puli. 1
Puli ditetapkan dengan pasak. (
Sf1 = 6,0, Sf2 = 2,0 )
Dari persamaan (1.20)

23
13
2 2
= 64,9 mm 65 mm

Konsentrasi tegangan di alur pasak adalah lebih besar daripada di tangga poros.
Dari table 1.8 alur pasak adalah
18 x 6 x 1,0 (1,0 jari-jari filet)
1,0/65 = 0,015. Dari gambar 1.2, = 2,85
16
= 2,0 x 10601021,5 x 818202 = 4,55 kg/mm2
x 653
Jika a . Sf2 dibandingkan dengan . , 4,58 x 2 < 4,55 x 2,85
Suatu diameter sebesar 70 tidaklah cukup, dan kita coba 75.
Alur pasak 20 x 7 x 1,0, 1,0/75 = 0,013, = 2,86
16
= x 244967 = 2,96 kg/mm2
x 753
4,58 x 2 > 2,96 x 2,86, baik
(14) Perhitungan defleksi puntiran
G = 8,3 x 103 kg.mm2
181820 x 1000
= 584 3 4
= 0,180
0

(16) Bantalan yang dipakai pada kedua ujung poros dianggap tipis.
Gaya resultante dari komponen horizontal yang bersangkutan : 485 kg

ds =5,1 / 4,582,0 x 106300 dan


Poros 1,5 x 81820
Pasak 24

275
Pada titik pusat gaya : 300 + x 500 = 584 mm, 1000 584 = 416 mm
485
Gaya resultante dari komponen vertical yang bersangkutan : 438 kg.
Karena gaya ini lebih kecil dari komponen horizontal maka diabaikan.
Perhitungan defleksi : Dari persamaan (1.22)
485 x 584 2 x 416 2
y = 3,23 x 10-4 x = 0,29 mm
75 4 x 1000
y/l = 0,29/1 = 0,29 mm/m
(17) 0,29 < (10,3 0,35), baik
(18) Berat benda yang berputar : W1 = 25 kg, W2 = 20 kg
Berat poros : Ws = (/4) x 7,52 x 100 x 7,86/1000 = 34,7 kg
Setengah dari berat tersebut dianggap bekerja di tengah poros sebagai beban
terpusat.
(19) Kecepatan8,3kritis
x 10dari
x 75masing-masing benda yang berputar adalah
(15) 0,18 < 0,250, baik 75 2 1000
N c1 52700 = 8930 rpm
300 x 700 25
75 2 1000
N c 2 52700 = 13000 rpm
800 x 200 20
75 2 1000
N c 3 52700 = 9000 rpm
500 x 500 17 ,35

(20) Dari persamaan (1.25),


1
=
1 89 30 +
113000
2 2
2
+ 19 0002
1
= 10-6 x (0,0125 + 0,0059 + 0,123)
N c20
N c20 = 106 x 32,5733
Nc0 = 5707 rpm
(21) 300/5707 (0,6 0,7), baik
(22) ds = 75 mm ; S30C

Diameter yang direncanakan dengan cara ini akan lebih besar dari hasil yang
diperoleh dengan cara perhitungan lain. Hal ini disebabkan oleh faktor konsentrasi
tegangan dari Peterson yang besar pada alur pasak. ASME menganjurkan agar
tegangan punter yang diizinkan pada permukaan poros yang menggunakan alur pasak
diambil 75% dari poros tanpa alur pasak. Dengan lain perkataan, faktor keamanan
untuk ini adalah 1/0,75 = 1,33.
Seperti ditunjukkan dalam contoh ini, bila daya diteruskan oleh sabuk, maka
tumbukan dapat diserap oleh sabuk itu sendiri, sehiongga poros dapat dibuat sedikit
lebih kecil. Bila daya diteruskan oleh roda gigi atau rantai, maka tumbukan akan
dikenakan langsung pada poros hingga kondisi pembebanannya lebih berat.

Poros dan Pasak 25

1.6 Macam-macam Pasak


Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian
mesin seperti roda gigi, sprocket, puli, kopling, dll. pada poros. Momen diteruskan
dari poros ke naf atau naf ke poros.
Fungsi yang serupa dengan pasak dilakukan pula oleh seplain (spline) (Gambar
N c 0 mempunyai gigi luar pada poros dan gigi dalam
1.8) dan gerigi (Gambar 1.9) yang
dengan jumlah gigi yang sama pada naf dan saling terkait yang satu dengan yang lain.
Gigi pada spline adalah besar-besar, sedang pada gerigi adalah kecil-kecil dengan
jarak bagi yang kecil pula. Kedua-duanya dapat digeser secara aksial pada waktu
meneruskan daya.

Grb. 1.8 Seplain (spline)

Dalam pembahasan disinihanya akan diuraikan tentang pasak saja. Pasak pada
umumnya dapat digolongkan atas beberapa macam sebagai berikut : (Gambar 1.10).
Menurut letaknya pada poros dapat dibedakan antara pasak pelana, pasak rata, pasak
benam, dan pasak singgung, yang umumnya berpenampang segi empat. Dalam arah
memanjang dapat berbentuk prismatis atau berbentuk tirus. Pasak benam prismatis
ada yang khusus dipakai sebagai pasak luncur. Disamping macam di atas ada pula
pasak tembereng dan pasak jarum.
Pasak luncur memungkinkan pergeseran aksial roda gigi , dll. pada porosnya,
seperti pada seplain. Yang paling umum dipakai adalah pasak benam yang dapat
meneruskan momen yang besar. Untuk momen dengan tumbukan dapat dipakai pasak
singgung.

Gbr. 1.10 Macam-macam pasak

Poros dan Pasak 26

1.7 Hal-hal Penting dan Tata Cara Perencanaan Pasak


Pasak benam mempunyai bentuk penampang segi empat dimana terdapat bentuk
prismatis dan tirus yang kadang-kadang diberi kepala untuk memudahkan
pencabutannya. Kemiringan pada pasak tirus umumnya sebesar 1/100, dan
pengerjaannya harus hati-hati agar naf tidak menjadi eksentrik. Pada pasak yang rata,
sisi sampingnya harus pas dengan alur pasak agar pasak tidak menjadi goyah dan
rusak. Ukuran dan bentuk standar pasak diberikan dalam table 1.8. Untuk pasak,
umumnya dipilih bahan yang mempunyai kekuatan tarik dari 60 kg/mm2, lebih kuat
daripada porosnya. Kadang-kadang sengaja dipilih bahan yang lemah untuk pasak
sehingga pasak akan lebih dahulu rusak daripada poros atau nafnya. Ini disebabkan
harga pasak yang murah serta mudah menggantinya.
Sebagai contoh ambillah suatu poros yang dibebani dengan puntiran murni atau
gabungan antara puntiran dan lenturan, dimana diameter poros dan pasak serta
alurnya akan ditentukan.
Jika momen rencana dari poros adalah T (kg.mm) dan diameter poros adalah ds
(mm), maka gaya tangensial F (kg) pada permukaan poros adalah
T
F (1.27)
d s 2
Menurut lambang pasak yang diperlihatkan dalam gambar 1.11, gaya geser
bekerja pada penampang mendatar b x l (mm2) oleh gaya F (kg). Dengan demikian
tegangan geser k (kg/mm2) yang ditimbulkan adalah
F
bl
Dari tegangan geser yang diizinkan k (kg/mm2) panjang pasak l1 (mm) yang
diperlukan dapat diperoleh
F
ka (1.28)
b.l1
Gbr. 1.11 Gaya geser pada pasak

Harga ka adalah harga yang diperoleh dengan membagi kekuatan tarik B


dengan faktor keamanan Sfk1, Sfk2. Harga Sfk1 umumnya diambil 6, dan Sfk2 dipilih
antara 1 - 1,5 jika beban dikenakan secara perlahan-lahan, antara 1,5 3 jika
dikenakan dengan tumbukan ringan, dan antara 2 5 jika dikenakan secara tiba-tiba
dan dengan tumbukan berat.
Selanjutnya, perhitungan untuk menghindari kerusakan permukaan samping
pasak karena tekanan bidang juga diperlukan.

Poros dan Pasak 27

4. Diagram aliran untuk merencanakan pasak dan alur pasak

Poros dan Pasak 28

Gaya keliling F (kg) yang sama seperti tersebut di atas dikenakan pada luas
permukaan samping pasak. Kedalaman alur pasak pada poros dinyatakan dengan t1,
dan kedalaman alur pasak pada naf dengan t2. abaikan pengurangan luas permukaan
oleh sudut suatu pasak. Dalam hal ini tekanan permukaan p (kg/mm2) adalah
F
p (1.29)
l xt1 atau t 2
Dari harga tekanan permukaan yang diizinkan pa (kg), panjang pasak yang diperlukan
dapat dihitung dari
(1.30)

Harga pa adalah sebesar 8 (kg/mm2) untuk poros dengan diameter kecil, 10


(kg/mm2) untuk poros dengan diameter besar, dan setengah dari harga-harga di atas
untuk poros berputaran tinggi.
Perlu duperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya antara 25 35 % dari diameter
poros, dan panjang pasak jangan terlalu panjang dibandingkan dengan diameter poros
(antara 0,75 sampai 1,5 ds). Karena lebar dan tinggi pasak sudah distandarkan, maka
beban yang ditimbulkan oleh gaya F yang besar hendaknya diatasi dengan
menyesuaikan panjang pasak. Namun demikian, pasak yang terlalu panjang tidak
dapat menahan tekanan yang merata pada permukaannya. Jika terdapat pembatasan
pada ukuran naf atau poros, dapat dipakai ukuran yang tidak standar atau diameter
poros perlu dikoreksi.
Tata cara perencanaan diberikan di dalam Diagram 4.
[Contoh] Tentukan bahan dan ukuran suatu pasak untuk poros yang meneruskan daya
sebesar 10 kw pada 1450 rpm. Panjang pasak benam tidak boleh lebih dari 1,3 kali
diameter poros.

[Penyelesaian]
(1) (7)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
P = 10 kW, n1 = 1450 rpm 1717 kg.mm
fc = 1 S30C-D : B = 58 kg/mm2 , Sf1 = 6, Sf2 = 2
Pd = 1,0 x 10 = 10 kW sa = 58/(6,0 x 2,0) = 4,83 kg/mm2
T = 9,74 x 105 x 10/1450 = Kt = 2, Cb = 2
13
5,1
(8) = 30,4 mm 31,5 mm
4,83
(9) F = 6717/(31,5/2) = 426 kg
(10) Penampang pasak 10 x 8,
Kedalaman alur pasak pada poros t1 = 4,5 mm
Kedalaman alur paak pada naf t2 = 3,5 mm
(11) Jika bahan pasak S45C dicelup dingin dan dilunakan, maka
B = 70 kg/mm2, Sfk1 = 6, Sfk2 = 3, Sfk1 . Sfk2 = 6 x 3 = 18
(12) Tegangan geser yang diizinkan ka = 70/18 = 3,9 kg/mm2
Tekanan permukaan yang diizinkan pa = 8 kg.mm2
F
p a
l xt1 atau t 2
Poros dan Pasak 29

426
(13) k = 3,9 l1 10,9 mm
10 x l1
426
p a 8,0 l2 15,2 mm
l 2 x 3,5
(14) l = 15,2 mm
(15) lk = 25 mm
(16) b/ds = 10/31,5 = 0,317, 0,25 < 0,317 < 0,35, baik
lk/ds = 25/31,5 = 0,817, 0,75 < 0,794 < 1,5, baik
(17) Ukuran pasak : 10 x 8 (standard)
Panjang pasak yang aktif : 25 mm
Bahan pasak : S45C, dicelup dingin dan dilunakkan.

ds = x 2 x 2 x 6717

Anda mungkin juga menyukai