Beta Maluku
Posted on Februari 5, 2015 by indradrmwan Standar
Awalnya saya pikir ini film tentang ketimpangan pembangunan. Sebuah film
satir untuk yang lupa bersyukur, bahwa merdeka itu hanya untuk segelintir,
belum menyemesta. Anggapan saya salah, film ini lebih dari itu. Film ini
bercerita tentang seorang bernama Sani Tawainella di daerah Tulehu Maluku.
Mengambil waktu di saat konflik antar agama masih jadi pemandangan rutin.
Sani adalah mantan pesepakbola level junior yang pernah mengenyam
pendidikan di Ragunan dan masuk seleksi PSSI Baretti dan Tim Piala Pelajar Asia
1996 di Brunei. Mimpinya tentang sepakbola sempat berhenti, hingga bertemu
sekelompok anak-anak kampung yang mengajaknya bermain bola.
Hampir setiap hari, kala tiang listrik dipukul dan mengeluarkan suara, pertanda
marabahaya. Konflik agama di Maluku, konflik perang antar kampung,
kerusuhan dimana-mana. Orang dewasa berjaga-jaga, bawa alat senjata hingga
molotov. Anak-anak serta merta terbawa, saat mendengar suara dari tiang
listrik, serta-merta ikut berlari menonton kerusuhan. Kekisruhan ini yang
mengawali sebuah niat baik Sani, dia tidak ingin anak-anak terbawa dengan
memori kelam hingga masa depan hanya penuh dendam kebencian, Sani
mengajak anak-anak berlatih sepakbola setiap sore. Sani menafkahkan dirinya
untuk anak-anak ini. Awalnya berat, karena tiap mendengar tiang listrik yang
dipukul, anak-anak tetap berlari, lama kelamaan mereka berdisiplin untuk terus
latihan.
Muncul satu konflik awal yang pelik namun menyentuh. Satu sisi Sani berjalan
dalam dunianya (sepakbola), disisi yang lain ada realitas keluarga yang butuh
makan. Diluar menjadi pelatih sepakbola anak-anak, Sani hanya seorang tukang
ojek. Sejak melatih anak-anak, setoran untuk anak istri dirumah semakin
kurang. Ada kalanya dia harus memilih antara mencari uang atau melatih, Sani
berada dalam dua hal yang pelik. Beberapa kali Sani mangkir melatih karna
desakan ekonomi, membuatnya bersitengang dengan Raffi, rekan setimnya
semasa kecil yang membantunya melatih anak-anak.
Ada yang menarik dengan nama anak-anak yang dilatih Sani. Ada nama Alvin
Tuasalamoni, Rizky Pellu, Hendra Adi Bayao, nama-nama yang tidak asing bagi
penggemar sepakbola nasional. Awalnya saya pikir, nama-nama ini sengaja
dibuat sama agar mendekati realita talenta nasional dari Maluku. Ternyata ini
film based on true story bro!! Inilah cikal bakal permainan para punggawa
Timnas.
Balik lagi ke film, tahun berganti tahun akhirnya konflik mulai surut, anak-anak
pun tumbuh menjadi pemuda tangguh. Raffi mengusulkan agar segera dijadikan
SSB (Sekolah Sepak Bola), tapi Sani tau diri, untuk memberi makan anak istri
juga pas-pasan. Gerbang itu semakin terbuka saat akan dilaksanakan John
Maeloa Cup, turnamen sepakbola di Maluku dan Tulehu menjadi tuan rumahnya.
Raffi mendeklarasikan SSB Tulehu Putra, yang awalnya diamini oleh Sani.
Ternyata Raffi menggunakan ini sebagai alat politiknya yang akan maju sebagai
caleg, SSB Tulehu Putra diklaim merupakan miliknya dan hasil inisiasinya. Raffi
menggunakannya sebagai pencitraan di media cetak lokal. Hal ini tercium Sani,
yang mengakibatkan dua sahabat ini pecah kongsi. Sani marah tapi tak
berdaya, dia kalah dengan sahabatnya yang punya uang dan siap membiayai
keperluan Tulehu Putra.
Anak-anak akhirnya tau, dan ini sontak menjadi dilema tersendiri. Anak-anak
sudah jatuh hati, mereka merasa Sani adalah sosok terbaik bagi mereka. Sani
menutupi masalahnya dengan Raffi, dia menjelaskan dia keluar dari Tulehu
Putra karna ingin fokus mencari nafkah. Diluar itu, Sani sebenarnya sangat
hancur. Perasaan dikhianati sahabat sekaligus harus kembali menjauh dari
dunianya, sepakbola.
Perasaan itu berubah tatkala seorang guru dari SMK Passo bernama Yosef
datang dan menawarinya melatih Passo untuk mengikuti John Maeloa Cup. SMK
Passo sejatinya merupakan SMK Kristen, dan penunjukan Sani yang Muslim
sebagai pelatih awalnya sempat ditentang oleh kepala sekolah, namun setelah
diberikan pengertian oleh Yosef, kepsek pun melunak. Sani pun girang, dia akan
kembali ke dunianya, dan keluarganya pun pasti senang karna SMK Passo
menggajinya.
Berita Sani melatih Passo terdengar anak-anak Tulehu, hingga dua anak yakni
Salembe dan Alvin keluar dari Tulehu Putra dan memilih bergabung dengan
Sani. Hal yang membuat terjadinya keretakan ditubuh Tulehu Putra.
Film ini langsung mengarahkan pada laga final, yang mempertemukan Passo vs
Tulehu. Pertandingan antar saudara yang akhirnya dimenangkan oleh Tulehu.
Membuat Raffi merasa lebih hebat dari Sani.
Diluar laga final ada sosok Sofyan, orang Tulehu yang ditugaskan PSSI
memberikan informasi tentang turnamen PSSI U15 antar provinsi yang
berlangsung di Jakarta. Informasi ini langsung ditindaklanjuti dengan
pembentukan tim U15 Maluku melalui jalur musyawarah. Akhirnya ditetapkan
Sani sebagai pelatih kepala dan Raffi sebagai asisten. Pemilihan ini didasarkan
pada kemampuan Sani dalam menyatukan pemain Passo dan Tulehu, pemain
Islam dan Kristen. Sontak hal ini membuat Raffi bereaksi, dia menganggap
pelatih dari tim juaralah yang berhak jadi pelatih kepala. Raffi bersikap, jadi
pelatih kepala atau mundur sama sekali. Akhirnya Raffi mundur, jadilah Sani
sebagai Pelatih Kepala dan Yosef sebagai asistennya.
Pemain mulai berlatih, dengan komposisi 2 pemain dari Passo dan sisanya dari
Tulehu. Konflik di dalam tim dimulai. Benih keragaman ini kembali pecah.
Salembe yang merasa dendam dengan Polisi yang membunuh ayahnya baru tau
kalau 2 pemain Passo adalah anak polisi. Tackle keras saat latihan disertai adu
mulut dan adu jotos tak terelakkan. Tapi Sani tetap yakin, riak perpecahan ini
lambat laun pasti akan berakhir. Anak-anak akan dewasa, disisi lain Sani lebih
intens pada masalah lain, tim kekurangan dana.
Keberangkatan tim tinggal menunggu hari, tapi dana yang terkumpul masih
kurang. Konflik kembali terjadi. Kekurangan dana mulai tertutupi dengan
sumbangan masyarakat yang secara langsung menyerahkannya ke Sani.
Sumbangan dari gereja, bahkan sumbangan dari orang tua pemain yang
awalnya kurang support dengan anaknya yang tiap hari latihan. Setelah dihitung
lagi, dana masih kurang. Sani akhirnya menjual dua ekor kambing tanpa
sepengetahuan istrinya. Haspa, istri Sani marah besar dan berniat pulang ke
rumah orang tuanya di Ambon beserta anak-anaknya. Sani hanya bisa terdiam.
Inilah perjuangan. Pada momen ini emosi Chico Jericho sebagai pemeran Sani
sangat luar biasa, penonton bisa merasakan.
Dramatis, hasil akhir untuk pertandingan ini. Diluar dari kemenangan Maluku, ini
adalah kemenangan keragaman, sebuah kesatuan tekad dalam semangat
rekonsiliasi daerah konflik. Tidak heran film ini banjir penghargaan. Sebagai
sebuah film dengan muatan yang kompleks, film ini terlihat komplet. Film yang
layak ditonton, jangan kalah dengan saya yang menontonnya berulang kali.
Semoga film penebal nasionalisme dengan akting ciamik macam film ini tumbuh
subur.
Durasi film 2 jam, disuguhi berbagai konflik yang mengemuka dengan alur yang
pas. Ada konflik besar kerusuhan, konflik rumah tangga, konflik persahabatan,
konflik pilihan-pilihan, hingga berujung manis di akhir cerita. Saya merasa
penyajiannya sederhana tapi mengena. Sebagian besar komunikasi
menggunakan bahasa lokal, rapi namun masih mudah dipahami walau tanpa
teks sekalipun. Penonton dibawa dalam alur, dan merasakan setiap titik
ketegangannya. Film yang nyaris tanpa cela, recomended!!!
Maluku. Kata itu bukan Cuma nama tempat. Kata itu ajar katong samua darimana
katong berasal. Par apa katong bajuang. KARENA BETA MALUKU! Bukan Tulehu, bukan
Paso. Bukan Islam, bukan Kristen. Sani Tawainella
Ini terjadi dalam kenyataannya, bagaimana seorang Sani Tawainella, seorang mantan
pemain sepak bola yang gagal menjadi pemain profesional dan akhirnya hanya
berprofesi sebagai tukang ojek di Kota Ambon, mampu melakukan banyak hal yang
inspiratif untuk anak-anak muda di daerahnya agar tidak terjebak dan larut dalam
suasana dan situasi konflik Ambon pada awal tahun 2000-an lalu.
Kisah ini secara tidak sengaja ditemukan oleh sutradara muda, Angga Dwimas
Sasongko (Hari Untuk Amanda, 2010) yang berperan sebagai produser eksekutif,
produser, sutradara, penulis naskah dan pemilik Production House (PH) dalam produksi
film ini, pada tahun 2007. Saat itu, dirinya sedang berada di kota Ambon untuk
keperluan syuting iklan sebuah produk. Sebagai seorang pembuat film, saat itu saya
merasa telah menemukan sebuah materi film yang sangat kuat. Tapi sebagai manusia,
saya merasa mendapatkan pengalaman yang telah mengubah hidup saya sendiri,
jelasnya saat ditemui secara pribadi.
Penulisan naskah film ini berlangsung sejak tahun 2008. Setelah Hari Untuk Amanda
rilis pada tahun 2010, barulah film ini diproduksi secara total. Judul film ini, Cahaya
Dari Timur diberikan oleh Andi Bachtiar Yusuf yang juga menjadi salah satu orang
yang diajak berdiskusi secara intens di awal-awal penggarapan cerita ini. Lalu ide cerita
ini juga dipaparkan kepada Glenn Fredly, seorang musisi berdarah Maluku, yang juga
bersama-sama dengan Angga menggagas gerakan Voice From The East. Saat itu,
setelah mendengar dan membaca tentang ide cerita ini, Glenn langsung bersemangat
dan menyatakan untuk terlibat dalam produksi ide cerita tersebut. Dan akhirnya, Glenn
bertindak sebagai produser bersama dengan Angga dalam produksi film ini.
Kendala terbesar saat di awal adalah investor. Hal ini diakui sendiri oleh Angga. Ide
cerita yang lugas, yang menggambarkan tentang konflik sosial memang memerlukan
sebuah keyakinan dan argumentasi yang kuat untuk meyakinkan investor agar mau
menginvestasikan pada film ini. Dan proses ini berjalan hingga 3 tahun lamanya,
hingga akhirnya film ini bisa diproduksi.
Investor film ini tidak satu, ada beberapa. Ada Pak Gita Wirawan, Arifin Panigoro dan
beberapa investor yang lain. Jadi memang ini film patungan. Karena tidak ada orang
banyak yang mau menyoba untuk membangun film dengan profil film seperti ini, jelas
Angga ketika ditanya tentang hal tersebut.
Kemudian yang menarik adalah dalam film ini, Angga melibatkan hampir
90% cast orang lokal dalam produksinya dan dilakukan open casting di sana. Untuk
karakter-karakter utama, tetap menggunakan aktor dan aktris berpengalaman, seperti
Chiko Jericho sebagai Sani Tawainella, Jajang C. Noer sebagai Mama Alvin, Shafira
Umm sebagai Haspa Umarella istri Sani, Ridho Slank, Glenn Fredly dan lainnya. Khusus
untuk Chico Jericho, sebagai film layar lebarnya yang pertama, dirinya memang
mendapatkan perlakukan khusus untuk memerankan film ini. Dia sampai tinggal di
rumah keluarga Sani yang asli di Tulehu selama 2 minggu, merasakan kehidupan
sehari-hari di sana dan mempelajari logat dan bahasa Tulehu dan Maluku.
Ini bisa mengasah saya dan belajar keluar dari comfort zone. Saya sejak awal ingin
sekali bermain film dan mendapatkan kesempatan di filmnya Angga. Ini tantangan buat
saya karena harus kawin dengan kebudayaan Sani. Lalu juga menjadi orang Maluku
itu juga sangat menantang. Bahasa Ambon itu asing buat saya, jadi saya harus berlatih
keras untuk itu, terang Chico saat interview langsung dirinya beberapa waktu lalu.
Angga, sebagai pemilik PH Visinema Pictures, juga menjelaskan bahwa Cahaya Dari
Timur adalah sebuah rangkaian seri film yang mengangkat kisah-kisah inspiratif dari
Timur Indonesia, di mana Cahaya Dari Timur: BETA MALUKU adalah sebagai film
pertama dari rangkaian tersebut. Kami berusaha menggambarkan secara lugas
tentang konflik di Maluku, yang kami pikir memang perlu untuk diketahui publik
Indonesia sebagai pelajaran. Dan pada akhirnya kami berharap bahwa kita sebagai
sebuah peradaban bisa meminimalisir dan menghindari konflik sosial karena hanya
membawa kehancuran dan penderitaan bagi kita semua, tegasnya.
Film Beta Maluku merupakan kisah nyata dari kehidupan seorang Sani Tawainella
(diperankan oleh Chicco Jerikho) yang merupakan mantan pemain sepak bola yang
berasal dari desa Tulehu, Ambon. Sani Tawainella sempat mewakili Indonesia pada Piala
Pelajar Asia tahun 1996 di Brunai Darussalam namun kemudian ia gagal menjadi
pemain professional setelah sebelumnya juga gagal dalam seleksi PSSI Baretti.
Akhirnya Sani Tawainella memutuskan untuk mundur dari dunia sepak bola dan kembali
ke Tulehu bersama dengan istrinya dan kemudian menjadi Seorang tukang ojek.
Awal tahun 2000an, kerusuhan di Maluku pun terjadi dan membuat semua kegiatan
menjadi tidak menentu bagi seluruh warga Maluku. Dalam suasana yang tidak
menentu, Sani Tawainella memutuskan untuk mengumpulkan anakanak di Tulehu
untuk berlatih sepakbola dengan tujuan utama menghindarkan anakanak tersebut dari
konflik. Sani percaya bahwa sepakbola dapat memberikan pengaruh yang positif bagi
kehidupan anakanak tersebut serta dapat menjadi ingatan baik untuk anak-anak
sebagaimana pengalaman masa kecilnya.
Selain teknik bermain sepakbola, Sani juga menanamkan nilainilai hidup saling
bersaudara dan saling mengasihi. Terutama, Sani juga selalu memberikan motivasi agar
anak didiknya mempunyai semangat tinggi untuk terus maju. Sani selalu meneriakan
katakata Motivasi Tinggi! dan anak-anak didiknya diminta untuk membalas dengan
teriakan Tinggikan! yang penuh semangat. Semangat dan dedikasi Sani membuahkan
hasil karena akhirnya Sani dipilih menjadi kepala pelatih dan dapat membawa
kesebelasan Maluku menjadi juara pada kompetisi nasional Under 15, di tahun 2006.
Kisah Sani Tawainella menjadi inspiratif karena Tim Maluku yang dikomandaninya
melibatkan dua komunitas besar di Maluku yang sebelumnya bertikai. Konflik-konflik
yang awalnya terjadi dalam tim karena perbedaan yang ada, dihadapi oleh Sani dengan
mengobarkan semangat untuk hidup lebih baik setelah tragedi konflik berdarah yang
menimpa kehidupan mereka di masa sebelumnya. Sani menekankan bahwa sepak bola
untuk anak-anak didiknya bukan hanya persoalan menang atau kalah, tapi lebih banyak
tentang persaudaraan dan perdamaian dalam menjalani kehidupan.
Film Cahaya dari Timur Beta Maluku hampir seluruhnya menggunakan bahasa melayu
Ambon dan keseluruhan karakter anakanak didik Sani, diperankan oleh anakanak asli
Maluku. Kisah ini sendiri ditulis oleh penulis skenario muda asal Maluku yang juga
menjadi saksi hidup masamasa konflik Maluku, yaitu M. Irfan Ramli, bersama Swatika
Nohara, penulis skenario film Hari Ini Pasti Menang yang mendapatkan penghargaan di
ajang Piala Maya 2013 lalu. Beberapa musisi legendaris Maluku juga berkolaborasi
dengan beberapa musisi muda Indonesia dan bersamasama
mengerjakan soundtrack dari film ini.
Dengan banyaknya nilai positif mengenai kesadaran akan identitas, persatuan serta
perdamaian, film mendapatkan dukungan dari Ancora Foundation yang didirikan oleh
Gita Wirjawan dan PT. Sebuku lron Lateritic Ores (SILO). Film Cahaya Dari Timur: BETA
MALUKU ini dijadwalkan rilis di bioskop-bioskop seluruh Indonesia pada bulan Juni 2014
dan juga akan didistribusikan di bioskop-bioskop internasional, salah satunya di
Belanda.
Proses produksi film Beta Maluku sendiri membutuhkan tidak kurang dari 40 hari
syuting. Dimulai pada tanggal 17 Desember 2013 di Jakarta dan kemudian berpindah
lokasi ke Tulehu, Maluku pada tanggal 7 Januari hingga 2 Februari 2014. Film ini
serentak pada tanggal 19 Juni 2014 dan berhasil meraih predikat Film Terbaik pada
Festival Film Indonesia 2014 dan menempatkan Chicco Jericho sebagai Pemeran Pria
Terbaik FFI 2014. Walaupun perolehan penonton film ini hanya 129.166 pada 2014 lalu,
tetap saja kualitas film ini sebetulnya berada di atas rata-rata film yang rilis
berbarengan. Dan memang, kita masih memiliki persoalan pada selera menonton film
dan kemampuan untuk memberikan apresiasi terhadap film-film nasional yang
berkualitas.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat
deskriptif. Hasil penelitian yang diharapkan setelah pengumpulan data dijabarkan dalam bentuk
penjelasan dan paparan agar pembaca mengerti tentang permasalahan yang diangkat dalam penelitian
ini. Penelitian dengan pendekatan kualitatif dimaksudkan agar menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis dari sinetron yang diamati, artinya data yang dianalisis di dalamnya berbentuk deskriptif dan
Seperti yang dikemukakan oleh Kutha Ratna (2009:47), bahwa Pendekatan kualitatif memberikan
perhatian terhadap data alamiah yaitu data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Objek
penelitian bukan gejala sosial sebagai bentuk substantif melainkan makna-makna yang terkandung
dibalik tindakan yang justru mendorong timbulnya gejala sosial tersebut. Dalam hubungan inilah
pendekatan kualitatif dianggap sama dengan pemahaman. Sesuai dengan namanya, pendekatan ini
mempertahankan nilai-nilai sehingga pendekatan ini dipertentangkan dengan pendekatan kualitatif yang
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hermeneutik. Penggunaan jenis ini
dianggap tepat karena peneliti mengungkapkan karakter tokoh utama dalam sinetron Tukang Bubur Naik
Haji tayangan RCTI. Hal ini sesuai dengan pernyataan Endraswara (2003:157), bahwa Studi sastra
mengenal hermeneutik sebagai tafsir sastra. Hermeneutik merupakan sebuah paradigma yang berusaha
menafsirkan teks atas dasar logika linguistik, yang akan dapat membuat penjelasan teks sastra dan
pemahaman makna dengan menggunakan makna kata dan selanjutnya makna bahasa. Makna kata lebih
berhubungan dengan konsep semantik teks sastra dan makna bahasa lebih bersifat kultural. Makna kata
akan membantu pemahaman makna bahasa. Oleh karena itu, dari kata-kata akan tercermin makna
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa hermeneutik merupakan jenis
penelitian yang dapat mengungkapkan makna dibalik karya sastra tersebut dan memberikan penafsiran
terhadap teks sastra melalui cerminan bahasa yang digunakan sebagai sarana dalam mewujudkan
pemahaman makna dalam teks sastra tersebut. Melalui penelitian hermeneutik ini, berusaha
mengungkapkan karakter tokoh utama dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji tayangan RCTI.
Data dalam penelitian ini adalah kata, kalimat dan dialog-dialog yang menunjukkan karakter tokoh
utama dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji tayangan RCTI. Sedangkan sumber data penelitian
adalah video berupa sinetron Tukang Bubur Naik Haji tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Peneliti mencari video yang berisi sinetron Tukang Bubur Naik Haji tayangan RCTI, yaitu episode 1
dan 2.
3) Peneliti menulis dialog-dialog antartokoh dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji tayangan RCTI, yaitu
episode 1 dan 2 yang telah ditonton menjadi teks dialog seperti naskah drama.
4) Peneliti mengelompokkan data-data berupa dialog yang mencerminkan karakter tokoh utama dalam
sinetron Tukang Bubur Naik Haji tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
5) Peneliti mencatat dialog-dialog yang mencerminkan karakter tokoh utama dalam sinetron Tukang
6) Selanjutnya, peneliti menguraikan data-data tersebut, lalu menganalisis karakter tokoh utama dalam
sinetron Tukang Bubur Naik Haji tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2 tersebut.
3.4 Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis secara kualitatif yaitu
menganalisis karakter tokoh utama dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji Tayangan RCTI. Hal ini
sejalan dengan penjelasan Sugiono (2009 : 337), ia menyatakan bahwa Analisis data dalam penelitian
kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data
Data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori Miles dan Huberman. Miles dan
Huberman (Sugiono 2009 : 337), mengemukakan bahwa Aktifitas dalam analisis kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh.
Aktifitas dalam analisis data yaitu mereduksi data, menyajikan data dan menyimpulkan data.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah mengolah data menurut
1) Mereduksi data
Tahap mereduksi data mulai dilakukan melalui proses penyeleksian, identifikasi dan
mengidentifikasi data-data pada kategori karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron Tukang
Bubur Naik Haji tayangan RCTI. Tahap pengklasifikasian merupakan proses yang dilakukan untuk
2) Menyajikan Data
Menyajikan Data merupakan kegiatan pengelompokkan data melalui tahap reduksi data pada
kategori karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji tayangan RCTI.
3) Menarik Simpulan
Menarik simpulan dilakukan setelah mengikuti dua tahap. Simpulan ditarik setelah data disusun
dan diperiksa kembali. Selanjutnya, didiskusikan dengan pembimbing. Setelah proses ini dilalui, hasil
akhir penelitian analisis karakter tokoh utama dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji tayangan RCTI,
Pemeriksaan terhadap keabsahan data merupakan salah satu bagian yang penting di dalam
penelitian kualitatif, yaitu untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan. Apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat dan
menggunakan teknik yang tepat, maka akan diperoleh hasil penelitian yang benar-benar dapat
Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan teknik triangulasi dan uraian rinci. Moleong
(2010: 330), menjelaskan bahwa Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Di mana dengan triangulasi peneliti dapat me-recheck hasil temuannya dengan jalan
Sedangkan Teknik uraian rinci merupakan teknik yang menuntut peneliti untuk menguraikan
secara khusus sekali segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat memahami temuan-
temuan yang diperoleh. Temuan itu tentunya bukan bagian dari uraian rinci melainkan penafsiran yang
dilakukan dalam bentuk uraian rinci berdasarkan data yang diperoleh (Moleong, 2010: 337).
Maka, jelas bahwa melalui triangulasi dan uraian rincilah keabsahan data tentang karakter tokoh
utama dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji tayangan RCTI dapat dibuktikan keabsahan datanya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil penelitian tentang karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron Tukang
Bubur Naik Haji tayangan RCTI, pada episode 1 dan episode 2, yaitu berupa karakter H. Sulam dan H.
Muhidin. Berdasarkan hasil penelitian dalam sinetron tersebut, terdapat beberapa karakter tokoh utama.
Maka penulis menjabarkan data tentang karakter tokoh utama tersebut, sebagai berikut:
Data 2
Hansip Malih :Ngomong-ngomong ditahannya di mana bang H.
H. Sulam :Ditahan? Siapa yang ditahan?
Hansip Malih :Lo, bukannya Si Robby tersangkut kasus narkoba?
H. Sulam :Lo serius ni? Siapa yang ngomong?
p Malih :Waduh, ane juga kagak tau dah. Beritanya udah seantar di mana-mana.
am :Siapa yang ngomong? Lo dengar dari siapa?
(konteks data : episode 1)
Data 3
Pak Ustad Zakaria :Silahkan Bang H. Sulam.
H. Sulam :Assalamualaikum wr.wb.
35
Mohon maaf sebelumnya, saya hanya ingin mengajukan pertanyaan langsung kepada Bapak H. Muhidin.
Mengapa setiap kali beliau bertanya, selalu melirik kearah saya. Apakah ada yang salah dengan saya
atau memang pertanyaan itu ditujukan langsung kepada saya atau memang Bapak H. menyindir kepada
saya?
(konteks data : episode 2)
Data 4
H. Sulam :Siang, Pak. Ada apa ya?
Silahkan duduk dulu, ya. Silahkan!
(konteks data : episode 2)
(2) Inovatif
Data 5
Hj. Rodhiyah :Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
lam :Enggak, gue pikir-pikir ni benar juga ide mak. Gue harus mikir buka cabang lagi.
(konteks data : episode 1)
Data 7
lam :Adik lo Si Robby belum nelpon lagi tu, hah? Udah hampir sepuluh hari ni dia belum nelpon.
odhiyah :Terakhir sih dia bilang mau ke Pedalaman, bang. Mungkin gak ada sinyal kali di sana.
(konteks data : episode 1)
Data 8
H. Sulam :Kepedalaman?
Pamit ke gue katanya mau ke Papua, kenapa pakek ke dalam-dalam sih. Eh, kata orang ni daerah situ
masih rawan. Kalau kita mau ke Pedalaman, naik perahu kecil dan itu kalinya banyak buaya. Kalau adik
lo dicatut buaya, ridho lo, ridho?
odhiyah :Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
(konteks data : episode 1)
9
odhiyah :Kalo gak ketanganan gimana? Kan entar bisa ancur.
lam :Nah ntu dia, justru gue mau kasih kerja ke Robby.
(konteks data : episode 1)
(4) Bijaksana
Data 10
odhiyah :Robby mau disuruh jadi tukang bubur, ya benar aja dong bang? Bang, dia itu kan calon Sarjana Teknik.
lam :Iya gue tau, masak sarjana gue suruh dorong gerobak sih. Ni, kalau ada dia, kan gue bisa tukar pikiran.
Robby itu pengetahuannya luas. Nah, gak kek gue. kagak bakal naik tender.
(konteks data : episode 1)
11
Haji :Ni mobil tiap hari dielus-elus aja. Piknik kek sekali-kali, ke Siyantar kek. Biar kaki gue ni bisa berendam, ya.
lam :Beres mak, tapi benar juga tu kata emak. Kenapa kita sekarang jadi dibudakin sama harta ya? Tiap hari
ngurusin orang makan.
(konteks data : episode 1)
ya Diri
12
p Malih :Justru ane kesini ni bang H. mau cek and ricek ke bang H.
lam :Eh Lih, lo dengar ni ye. Adik gue Si Robby sekarang lagi ada di Papua. Lagi bikin menara buat hendpon.
Enak aja lo kalo ngomong, ditahan-ditahan-ditahan. Jidat lo yang ditahan? Ya udah deh, sono!
(konteks data : episode 1)
Data 13
Hj. Rodhiyah :Ada apa lagi sih, Bang?
m :H. Muhidin, emang mau ngejatuhin gue di depan jamaah keknya. Emang dia tu, sumber gosipnya.
(konteks data : episode 2)
4
hiyah :Ya Bang lawan dong.
m :Emang gue lawan. Kalo gue gak lawan, makin kurang ajar dia.
(konteks data : episode 2)
(6) Sabar
Data 15
hiyah :Apa yang salah dari kita, Bang? Ada aja fitnah yang menimpa kita.
m :Ya mana gue tau, Roh. Mungkin tu ujian dari Allah atau apa kali.
(konteks data : episode 2)
6
Haji :Eh, eh, Kenapa muka lo, kayak ayam ketelan kapur. Kenapa? Soal sumbangan lagi?
m :Soal Si Robby, makin panjang aja, dah. Lagian juga tu anak. Ah, udah ah, gak usah diomongin dah.
(konteks data : episode 2)
(7) Disiplin
Data 17
Ojo :Atuh jangan menyerah begitu Buk Hj. Kalo Si Robby emang lagi kerja, ya kita harus lawan.
m :Nah, tu dia masalahnya Mang Ojo, Si Robby tu udah sebulan kagak nelpon gue, gue kan kagak tau, apa dia
bekerja atau kagak atau gimana.
(konteks data : episode 2)
8
hiyah :Jadi, Abang juga nuduh Si Robby ditahan polisi, gitu Bang? Abang tega.
m :Gak Roh, gak. Cuma gue kesal aja sama Si Robby. Katanya anak sekolahan, harusnya dia kan mikir, ni
keluarganya disini mikirin dia, nunggu berita dari dia. Dia selamat atau gimana kan kita kagak tau. Ni
kagak, kek kebo dungkul. Nelpon kagak, apa kagak. Orang jual pulsa disana kan banyak, tinggal sepuluh
ribu apa dia kagak ikhlas.
(konteks data : episode 2)
(8) Humoris
Data 19
Haji :Kenapa Roh, sakit? Lam, Lam. Bawa aja ni dia ni ke puskesmas. Ni, Mak kalo kepala ni senut-senut ni, Mak
di sono. Dokternya baik, ganteng lagi. Bawa aja deh sono!
m :Bukan kepalanya yang sakit, ni hatinya. Hatinya lagi sakit.
Haji :Astagfirullahalazim, lo. Lefer tu lefer, bahaya.
m :Ya udah tenang, entar Sulam bawa ke UGD.
(konteks data : episode 2)
(9) Konsisten
Data 20
idin :Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja. Pertanyaan saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa
tersindir, itu terserah Anda sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
m :Masalahnya Pak H. isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap polisi
dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu bulan ini dia gak kelihatan di
kampung kita.
(konteks data : episode 2)
Data 3
Tarmidzi :Kan Mesir Jakarta jauh Pak H. tiketnya mahal.emang Pak H. sanggup?
idin :Namanya juga anak semata wayang, ya disanggup-sanggupin dong. Eh, gimana? Katanya mau maju.
(konteks data : episode 1)
Data 4
yidi :Emang hebat Si Rumana tu, dia bisa kuliah di luar negeriAlazar, gak gampang tu H. saingannya berat.
Paling enggak, dia mesti hafal satu dua juz Alquran berikut tafsirnya.
idin :Urusan itunya H. itu Rumana sendiri. Sama mah, terima bersih aja. Nah, urusan biaya gue deh. Termasuk
sama istri gue ni sampai jungkir balik.
(konteks data : episode 1)
idin :Ye, namanya juga anak Periuk. Tau kan pergaulannya, mesti hati-hati nyari teman, Roh.
dhiyah :Pak H. Jangan teka-teki begitu deh. Si Robby tu baik-baik aja Pak H. Dia tu lagi kerja, emangnya kenapa
sih?
(konteks data : episode 2)
idin :Emangnya Si Sulam sudah lancer nyetir mobilnya, kagak perlu Si Robby lagi.
dhiyah :Demi Allah Pak H. Robby itu lagi kerja di Papua. Kok tega-teganya menyebar fitnah begitu. Robby itu
anaknya baik.
(konteks data : episode 2)
emunah :Ya, alasan apa juga masuk di akal, mau kerja di luar Jawa juga, kenapa gak sekalian bilang aja keja ngikut
TKI ke Malaysia. Ya gak.
idin :Tapi malu juga dong, Mi. Namanya kalo ada keluarga yang masuk bui.
(konteks data : episode 2)
0
tad Zakaria :Silahkan Pak H. Muhidin, tapi jangan panjang-panjang.
idin :Bagaimana hukumnya kalo ada di antara keluarga dekat kita, yang berbuat keji. Misalnya menjadi pengedar
narkoba? Bukankah kita telah diperintahkan Allah untuk menjaga keluarga kita. Kuu Anfussakum
Waahlikum naaraa. Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Mohon penjelasannya, Pak Ustad.
(konteks data : episode 2)
1
idin :Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja.
Pertanyaan saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri.
Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
lam :Masalahnya Pak H. isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap polisi
dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu bulan ini dia gak kelihatan di
kampung kita.
uhidin :Sebaiknya, kalo emang ada masalah gak usah ditutup-tutupilah. Saya mengutarakan ini, karena kecintaan
saya kepada H. Sulam karena kita sama-sama jamaah mesjid ini.
(konteks data : episode 2)
(5) Angkuh
Data 13
:Bah, kalo apa yang Abah tuduhin itu semua, gak benar. Abah bisa dilaporin ke polisi. Itu sama aja, Abah
udah mencemarkan nama baiknya Bang Robby, Bah.
:Silahkan aja, kalo memang Robby kagak ditahan polisi, buktiin dong, bahwa dia itu orang baik. Ini kagak.
(konteks data : episode 2)
unah :Udah deh Rum, lo gak usah ngebelain dia. Masa depannya aja kagak jelas. Tau gak, kagak jelas. Lagi, lo
jangan berharap, Umi bakal ngeredoin lo. Kalo jadi bininya dia. Ingat lo, ya. Maaf, ya.
:Amit-amit, kalo gue sampai jadi mertuanya si anak yang kagak tau sopan santun, tu.
:Ya, Rum kan cuma kasih tau Umi sama Abah aja. Kalo fitnah itu dosa besar.Udah itu aja.
(konteks data : episode 2)
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron
Tukang Bubur Naik Haji tayangan RCTI, pada episode 1 dan episode 2, yaitu berupa karakter H.
Sulam, H. Muhidin, Robby dan tokoh Rumana, maka berikut ini penulis akan membahas data-data
Data 1 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yang terlihat melalui
percakapan antara H. Sulam dengan salah seorang kawan H. Muhidin yang menghadiri acara peluncuran
armada bubur ayam H. Sulam. Dengan santun ia mengucapkan terima kasih karena sudah berkenan
hadir ke acara tersebut kepada salah seorang tamu undangan, yang kebetulan beliau adalah salah satu
kawan dekat H. Muhidin. Selain itu ia juga menanyakan, adakah H. Muhidin pun berkenan datang ke
acara peluncuran armada bubur ayamnya tersebut. Padahal jelas-jelas H. Muhidin sangat tidak suka
melihat kesuksesannya, namun ia dapat memposisikan dirinya sebagai tuan rumah yang haruslah
bersikap santun kepada tamu. Dari dialog percakapan tersebut, terlihat jelas bahwa H. Sulam memiliki
karakter yang sopan dan santun terhadap tamu undangannya. Bahkan, ia juga tidak lupa menanyakan
Data 2 di atas juga menunjukkan karakter kesopansantunan sosok H. Sulam. Dialog percakapan
ini terjadi antara H. Sulam dengan seorang hansip kampungnya, yang bernama Malih. Dalam percakapan
tersebut, dengan lantang si hansip menyatakan tentang penahanan adik iparnya yang bernama Robby,
karena tersandung kasus narkoba. Namun, beberapa kali secara berulang-ulang, ia dengan sopan masih
tetap menanyakan kebenarannya dan dari mana si hansip mengetahui akan hal tersebut, yang jelas-jelas
dia sebagai abang iparnya saja tidak mengetahuinya. Dari percakapan tersebut jelas terlihat sikap sopan
yang dimiliki sosok H. Sulam, meskipun adik iparnya dituduh demikian, namun ia masih bersikap santun
tanpa marah-marah kepada si hansip tadi, tapi ia hanya mempertanyakan dari mana si hansip
mendapatkan informasi yang tidak baik tentang adik iparnya. Dalam hal ini, ia dapat memposisikan
dirinya sebagai tuan rumah yang bersikap santun, meskipun didatangi oleh seseorang dengan membawa
kabar yang yang tidak mengenakkan tentang salah satu anggota keluarganya.
Data 3
Pak Ustad Zakaria :Silahkan Bang H. Sulam.
H. Sulam :Assalamualaikum wr.wb.
Mohon maaf sebelumnya, saya hanya ingin mengajukan pertanyaan langsung kepada Bapak H. Muhidin.
Mengapa setiap kali beliau bertanya, selalu melirik kearah saya. Apakah ada yang salah dengan saya
atau memang pertanyaan itu ditujukan langsung kepada saya atau memang Bapak H. menyindir kepada
saya?
(konteks data : episode 2)
Data 3 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yaitu merupakan
dialog yang terjadi antara H. Sulam dengan Ustad Zakaria pada saat berlangsungnya tanya jawab
setelah usai kajian rutin ketika selesai salat magrib di mesjid. Dalam tuturan yang diucapkan oleh H.
Sulam saat akan mengajukan pertanyaan yang tertuju langsung kepada H. Muhidin tersebut, telihat jelas
penggambaran karakter sopan santun yang dimiliki oleh H. Sulam. Bahwa, ketika ingin mengutarakan
pertanyaan, ia terlebih dahulu mengacungkan tangannya, lalu memulai pertanyaan setelah dipersilahkan
oleh Ustad yang memimpin kajian tersebut, serta ia pun tidak lupa mengucapkan salam terlebih dahulu
sebelum membuka pembicaraan. Bahkan bukan hanya itu, kata-kata yang dilontarkannya pun memiliki
nilai santun yang cukup baik. Seperti salah satunya, ia juga meminta maaf sebelumnya kepada H.
Muhidin yang ditujukan pertanyaan tersebut. Hal ini jelas bahwa karakter santun yang dimiliki oleh sosok
tukang bubur ini sangatlah baik, dan ia pun dapat memposisikan dirinya dimana ia berada dan sedang
Data 4 di atas juga menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yang terlihat
lewat tuturan yang dilontarkan oleh H. Sulam. Tuturan tersebut terjadi pada saat warung bubur ayam
miliknya didatangi oleh pihak kepolisian. Poda saat itu, tukang bubur yang satu ini sama sekali tidak
mengetahui akan maksud kedatangan dari kedua polisi tersebut. Rasa penasaran dan ingin tahulah yang
ada dalam batinnya. Namun, meskipun demikian tidak mengurangi sikap santun yang dimilikinya. Ia tetap
bersikap selayaknya pemilik warung yang siap melayani kebutuhan pelanggannya. Dengan santai, ia pun
melangkah menghampiri kedua polisi tersebut, lalu menyapa mereka, seraya mempersilahkan keduanya
duduk. Hal ini jelas memperlihatkan bahwa H. Sulam adalah sosok yang memang memiliki sikap santun
yang tinggi terhadap siapapun, meskipun dia dalam keadaan khawatir atau penasaran terhadap apa yang
ada dihadapannya. Tapi, tidak akan mengurangi sikap santun yang dimilikinya.
(2) Inovatif
Data 5
Hj. Rodhiyah :Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
lam :Enggak, gue pikir-pikir ni benar juga ide mak. Gue harus mikir buka cabang lagi.
(konteks data : episode 1)
Data 5 di atas mendeskripsikan karakter tokoh H. Sulam yang inovatif. Dialog percakapan tersebut
terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) pada suatu malam di teras rumahnya. Dalam
percakapan tersebut, H. Sulam menunjukkan sikap inovatifnya dengan memberikan pernyataan kepada
istrinya bahwa ia akan membuka cabang penjualan bubur ayam lagi. Hal ini terlihat jelas, bahwa ia
memiliki karakter yang ingin agar terus berkembang dalam usahanya, yaitu usaha penjualan bubur ayam.
Padahal usahanya saat itu pun, sudah berkembang. Namun dengan karakter inovatifnya tersebut, ia
Data 6 di atas menunjukkan karakter H. Sulam yang peduli kepada sesama. Dialog percakapan ini
terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) dan Mang Ojo yang merupakan salah satu
karyawan di warung bubur ayamnya. Dalam percakapan tersebut, Hj. Rodhiyah menyuruh Mang Ojo
untuk beristirahat dulu, karena haripun sudah malam. Lalu, dengan lantang H. Sulam pun ikut
menyatakan hal yang sama kepada Mang Ojo untuk beristirahat. Dari percakapan tersebut jelas terlihat
sikap peduli sesama yang ditunjukkan oleh H. Sulam kepada salah satu karyawannya. Dalam hal ini, ia
tidak membedakan antara keluarganya ataupun karyawannya. Semuanya sama saja, setiap orang
Data 7 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, yang ditunjukkan
melalui dialog yang terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) pada suatu malam di teras
rumahnya. Dialog tersebut menunjukkan karakter peduli sesama yang ditunjukkan oleh sosok H. Sulam
terhadap adik iparnya (Robby). Dalam percakapan dengan istrinya, ia menanyakan apakah adik iparnya
itu sudah menelpon lagi atau belum? Selain itu, H. Sulam juga menyatakan bahwa sudah hampir sepuluh
hari adik iparnya belum menelpon untuk memberi kabar tentang keadaannya. Hal ini, jelas menunjukkan
sikap peduli dan khawatir sosok H. Sulam terhadap adik iparnya (Robby), yang nun jauh disana, yang
Data 8 di atas juga menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, yang merupakan
kelanjutan pembicaraan antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) pada suatu malam di teras
rumahnya. Dialog tersebut masih menunjukkan karakter peduli sesama yang dicerminkan oleh H. Sulam
untuk adik iparnya (Robby). Dalam percakapan dengan istrinya, jelas terlihat sikap peduli dan cemas
yang dimiliki oleh H. Sulam terhadap Robby, yang diutarakan kepada istrinya. Bahwa, ia cemas dengan
keberadaan adiknya iparnya setelah mendengar pertuturan istrinya, kalau Robby bukan hanya pergi ke
tempat yang pernah disampaikan kepadanya sebelum pergi, namun ke tempat yang lebih jauh lagi dari
pada itu. Kecemasan yang dimiliki oleh H. Sulam tersebut menunjukkan sikap peduli seorang abang
Data 9 di atas juga menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, dialog percakapan
antara H. Sulam dengan istrinya dalam data di atas merupakan sikap peduli H. Sulam terhadap Robby.
Percakapan yang berlangsung dengan sang istri di teras rumah tersebut, merupakan salah satu
perwujudan sikap peduli seorang abang kepada adik iparnya, yang terlontar dari ucapan H. Sulam, yang
menegaskan kepada sang istri bahwa ia akan membukakan cabang penjualan bubur ayam yang baru,
dan akan dikelola oleh Robby. Dengan begitu, sikap pedulinya terhadap sang adik akan terealisasi
dengan cara membuka lapangan pekerjaan baru untuk Robby (adik iparnya). Sehingga selesai kuliah,
Robby langsung memiliki pekerjaan, seraya mencari pekerjaan yang lebih layak, nantinya.
(4) Bijaksana
Data 10
odhiyah :Robby mau disuruh jadi tukang bubur, ya benar aja dong bang? Bang, dia itu kan calon Sarjana Teknik.
lam :Iya gue tau, masak sarjana gue suruh dorong gerobak sih. Ni, kalau ada dia, kan gue bisa tukar pikiran.
Robby itu pengetahuannya luas. Nah, gak kek gue. kagak bakal naik tender.
Data 10 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang bijaksana, hal ini terlihat jelas melalui
percakapan H. Sulam dengan sang istri, di teras rumah. Tuturan yang dilontarkan oleh H. Sulam terhadap
istrinya tersebut mencerminkan kepribadian bijaksana yang dimiliki oleh sosok tukang bubur yang satu
ini. Ia menegaskan kepada istrinya, bahwa ia akan membuka cabang baru untuk usaha penjualan bubur
ayam miliknya, yang dimaksudkan agar dapat dikelola oleh adik iparnya (Robby), bukan menjadikan
Robby sebagai tukang bubur yang kesana kemari mendorong gerobak bubur ayam, melainkan tujuannya
adalah agar bisa saling tukar pikiran dengan sang adik, jika usaha baru yang akan dibuka tersebut
dikelola olehnya. Perwujudan sikap bijaksana ini, terlihat dari percakapan dengan sang istri, yang
menyatakan bahwa ia tidak akan mungkin menyuruh adiknya itu mendorong gerobak, karena dia tau
bahwa sang adik adalah Sarjana Teknik, bahkan ia juga menegaskan kalau Robby memiliki pengetahuan
Data 11 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang bijaksana, yang dideskripsikan dalam
percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan sang ibu, yaitu yang akrab disapa dengan Emak
Haji di halaman rumah saat ia sedang mengelap mobilnya. Perkataan Emak Haji, yang mengajak
anaknya sang tukang bubur untuk piknik dan liburan bersama, membuat H. Sulam pun angkat bicara,
mempertimbangkan segala hal tentang apa yang dituturkan oleh Emak Haji. Lalu, ia pun memutuskan
dan membenarkan tuturan sang ibu. Bahwa selama ini, ia dan keluarga sibuk dengan usaha penjualan
bubur ayam yang dimilikinya. Namun, sampai lupa waktu dan kebersamaan yang seharusnya ada
ditengah-tengah keluarga mereka. Bukan hanya terus-menerus mengurusi pembeli. Dari percapakan
tersebut jelaslah bahwa sikap bijaksana yang dimiliki oleh H. Sulam yang akan direalisasikan kepada
Data 12 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri, hal ini terlihat terlihat
dalam percakapan H. Sulam dengan seorang hansip di kampungnya yang bernama Malih, pada suatu
pagi di halaman rumah saat ia sedang mengelap mobilnya. Tuturan yang dilontarkan oleh H. Sulam
terhadap hansip Malih, merupakan realisasi sikap percaya diri yang ada dalam dirinya, yang terwujud
dalam ucapannya. Bahwa ia menegaskan kepada sang hansip dengan rasa percaya diri yang besar,
kalau adik iparnya (Robby) saat ini sedang berada di Papua dan sedang membangun menara untuk alat
telekomunikasi udara, di tempat tersebut. Selain itu, ia pun menegaskan kembali kepada hansip tersebut,
bahwa adiknya tidak ditahan dan tidak akan pernah ditahan oleh polisi dengan tuduhan apapun itu.
Ucapan H. Sulam tersebutlah yang mendeskripsikan kepribadian percaya diri dalam dirinya dan
Data 13 di atas juga mendeskripsikan karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri. Terlihat dalam
dialog percakapan antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) dalam data 1 di atas, menunjukkan
karakter percaya diri yang dimiliki oleh dirinya. Sikap percaya dirinya tersebut direalisasikan dalam
tuturannya, yang menyatakan bahwa H. Muhidin memang ingin menjatuhkan dirinya di depan majelis.
Selain itu, dengan percaya diri yang tinggi, ia pun menyatakan kepada sang istri ketika berada di meja
makan usai pulang dari majelis tersebut, bahwa H. Muhidin lah sumber gosib tentang adik iparnya di
kampung ini. Hal ini terlihat jelas bahwa rasa percaya diri yang dimilikinya membuat dia secara gamblang
menyatakan kalau H. Muhidin adalah dalang dari masalah yang timbul akhir-akhir ini dalam keluarganya.
4
hiyah :Ya Bang lawan dong.
m :Emang gue lawan. Kalo gue gak lawan, makin kurang ajar dia.
Data 2 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri. Hal ini terlihat dalam
kelanjutan dialog yang berlangsung dengan sang istri di meja makan pada suatu malam, usai H. Sulam
pulang dari majelis di mesjid. Pernyataan yang dilontarkan oleh H. Sulam setelah mendengar tuturan
sang istri, menunjukkan karakter percaya diri yang terdapat pada dirinya. Hal ini terlihat dari ucapannya
yang menyatakan bahwa, ia dengan tegas melawan apa yang dituduhkan oleh H. Muhidin tentang sang
adik. Bahkan ia juga menyatakan kepada istrinya, kalau ia tidak membantah, maka H. Muhidin akan
semakin kurang ajar terhadapnya dan tidak akan berhenti menggosipi si adik dengan berbagai tuduhan
yang belum jelas kebenarannya. Dengan alasan inilah, ia menunjukkan kepercayaan dirinya dihadapan
H. Muhidin, yang sama sekali tidak menyukai akan kesuksesan yang dimiliki oleh keluarganya dan adik
(6) Sabar
Data 15
hiyah :Apa yang salah dari kita, Bang? Ada aja fitnah yang menimpa kita.
m :Ya mana gue tau, Roh. Mungkin tu ujian dari Allah atau apa kali.
(konteks data : episode 2)
Data 15 di atas melukiskan karakter H. Sulam yang sabar, terlihat jelas melalui percakapan H.
Sulam dengan sang istri (Hj. Rodhiyah) yang berlangsung di warung bubur ayam miliknya, sesampai
sang istri pulang berbelanja dari Mini Market H. Muhidin. Ucapan yang diucapkan oleh H. Sulam selesai
mendengar tuturan sang istri mendeskripsikan karakter sabar yang dimiliki oleh dirinya. Hal ini terlihat
melalui tuturannya, dengan menyatakan bahwa ia tidak tahu menahu tentang apa sebenarnya yang
terjadi dalam keluarganya akhir-akhir ini. Namun ia hanya menegaskan kepada sang istri kalau semua itu
adalah ujian yang diberikan oleh Allah kepada keluarga mereka, agar mereka lebih memiliki
Data 16 di atas juga merupakan pendeskripsian karakter sabar yang dimiliki oleh sosok H. Sulam.
Hal ini terlihat saat berlangsungnya percakapan antara H. Sulam dengan Emak Haji, di ruang makan saat
ia pulang dari mesjid. Sikap sabar sosok tukang bubur yang satu ini, terlihat jelas saat ini menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh ibunya (Emak Haji). Lantas ia menunjukkan sikap sabar tersebut dengan
hanya memberitahukan apa masalah yang terjadi sehingga membuat ia kesal. Namun, sabar lah yang
menjadi pembalut tuturannya sehingga ia pun tidak mau membahas dan memperpanjang lagi masalah
yang dialaminya saat berada di mesjid, tadi. Cukuplah hal yang dirasakannya tersebut hanya untuk dia
(7) Disiplin
Data 17
Ojo :Atuh jangan menyerah begitu Buk Hj. Kalo Si Robby emang lagi kerja, ya kita harus lawan.
m :Nah, tu dia masalahnya Mang Ojo, Si Robby tu udah sebulan kagak nelpon gue, gue kan kagak tau, apa dia
bekerja atau kagak atau gimana.
(konteks data : episode 2)
Data 17 di atas menunjukkan karakter disiplin yang terdapat pada sosok H. Sulam. Terlihat jelas
dalam percakapan antara H. Sulam dengan Mang Ojo, yaitu salah satu karyawan yang bekerja di warung
bubur ayam miliknya, percakapan ini berlangsung saat Hj. Rodhiyah sedang menangis di warung.
Karakter disiplin yang dimiliki oleh H. Sulam tercemin dalam ucapannya yang menjawab pernyataan
Mang Ojo, yaitu ia sedikit kecewa dengan sang adik ipar (Robby) karena sudah sebulan ia tidak
mengabari ke keluarganya tentang keberadaannya dan bagaimana keadaannya. Sehingga H. Sulam pun
tidak dapat memastikan apakah ia disana bekerja seperti yang diberitahukan olehnya saat pergi atau
malah melakukan hal yang lain. Dengan ucapan H. Sulam inilah terlihat jelas karakter disiplin yang
Data 18 di atas juga merupakan pendeskripsian karakter disiplin yang dimiliki oleh H. Sulam. Hal
ini terlihat melalui percakapan antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah), percakapan ini
berlangsung di warung bubur saat Hj. Rodhiyah pulang berbelanja pada Mini Market H. Muhidin. Dalam
percakapan ini, menggambarkan karakter disiplin H. Sulam yang terlihat lewat ucapannya yang
membantah pernyataan istrinya. Bahwa, ia kesal dengan sikap adik iparnya, karena adiknya tersebut
tidak memikirkan kalau keluarganya disini mengkhawatirkan bagaimana keadaannya disana. Sikap
disiplin yang dimiliki H. Sulam tersebut terealisasi melalui pernyataannya yang kecewa kepada Robby.
Seharusnya ia bisa mengabari keluarganya, misalnya telpon. Sehingga H. Sulam dan keluarga disini
(8) Humoris
Data 19
Haji :Kenapa Roh, sakit? Lam, Lam. Bawa aja ni dia ni ke puskesmas. Ni, Mak kalo kepala ni senut-senut ni, Mak
di sono. Dokternya baik, ganteng lagi. Bawa aja deh sono!
m :Bukan kepalanya yang sakit, ni hatinya. Hatinya lagi sakit.
Haji :Astagfirullahalazim, lo. Lefer tu lefer, bahaya.
m :Ya udah tenang, entar Sulam bawa ke UGD.
berlangsung antara Emak Haji dengan H. Sulam dalam data di atas merupakan perwujudan karakter
humoris sosok tukang bubur yang tercermin dalam tuturannya menjelaskan kepada Emak Haji dengan
santai, ia pun menyatakan bahwa istrinya bukan sakit kepala melainkan sakit hati. Lalu, dengan polos
sang Emak pun terkejut dan mengatakan kalau penyakit itu berbahaya, seraya meminta kepada H.
Sulam untuk membawa Hj. Rodhiyah untuk pergi ke puskesmas. Masih dengan decak humornya, H.
Sulam pun mengiyakan kalau nanti akan dibawa istrinya tersebut ke UGD. Pertuturan yang diucapkan
oleh H. Sulam tersebut merupakan pendeskripsian karakter humoris yang terdapat dalam dirinya, yang
berusaha menanggapi setiap persoalan dalam hidup dengan tenang dan santai.
(9) Konsisten
Data 20
idin :Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja.
Pertanyaan saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri.
Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
m :Masalahnya Pak H. isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap polisi
dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu bulan ini dia gak kelihatan di
kampung kita.
Data 20 di atas melukiskan karakter konsisten yang dimiliki oleh sosok H. Sulam. Terlihat jelas
melalui dialog percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan H. Muhidin di mesjid ketika usai
kajian rutin setelah salat magrib, yang terdapat dalam data di atas mendeskripsikan karakter konsisten
yang dimiliki oleh sosok H. Sulam. Kekonsistensian yang dimiliki oleh H. Sulam tersebut terlihat jelas dari
penuturannya yang membantah pernyataan H. Muhidin, yang menyindir bahwa adik iparnya tersandung
kasus narkoba. Ia dengan lantang menyatakan bahwa, adik iparnya tidak kelihatan sudah sebulan ini di
kampung, bukan karena ia tersandung kasus narkoba, tetapi adik iparnya tersebut sedang ada pekerjaan
di luar pulau. Hal ini terlihat jelas, bahwa H. Sulam memiliki sikap konsisten yang tinggi dalam
perkataannya yang terang-terangan berani membela sang adik dari tudingan yang dinyatakan oleh H.
Muhidin di depan majelis yang ada di mesjid. Ia yakin akan apa yang dilakukan sang adik tidak seperti
Data 21 di atas melukiskan karakter jiwa besar yang dimiliki oleh H. Sulam, Percakapan yang
berlangsung antara H. Sulam dengan Hj. Rodhiyah, yaitu sang istri, dalam data di atas pada saat ia
menghampiri sang istri yang akan menuju kamar, menunjukkan karakter berjiwa besar yang terdapat
dalam pribadi sosok H. Sulam. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang dengan langsung memanggil sang
istri lalu segera meminta maaf kepada istrinya karena tidak sengaja mengatakan sesuatu hal yang tidak
mengenakkan dan tidak menyenangkan hati sang istri, yaitu menyangkut masalah Robby. Sikap meminta
maaf dengan segera yang ditunjukkan oleh H. Sulam dalam dialog percakapan di atas dengan istrinya
menunjukkan sikap jiwa besar yang dimiliki oleh H. Sulam, yang tanpa rasa malu atau gengsi sedikit pun
untuk melakukannya. Hal ini juga dikarenakan ia bukanlah tipikal orang yang tinggi hati, sehingga ia
) Iri Hati
Data 1
a :Umi kok ngomongnya kek gitu sih? Harusnya kita senang lo liat tetangga maju.
idin :Iya, kalo majunya usaha kerasnya kita patut senang dan bangga. Tetapi, kalo majunya dengan kebetulan
siapa juga bisa maju. Ini yang dapat dari lotrelah, yang dapat dari pengusaha, hadiahlah. Apaan?
a :Gak Abah, di dalam Islam itu gak ada yang namanya kebetulan, semuanya itu pasti udah direncanain sama
Allah.
Data 1 di atas melukiskan karakter iri hati yang dimiliki oleh H. Muhidin. Percakapan yang
berlangsung antara H. Muhidin dengan Rumana dalam data di atas, pada saat melihat gerobak-gerobak
bubur H. Sulam yang lewat dihadapan mereka menunjukkan karakter iri hati yang terdapat dalam pribadi
sosok H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang dengan langsung membantah ucapan sang
anak/Rumana, bahwa majunya usaha kalau bukan karena usaha sendiri tetapi hanya karena menang
undian atau lotre atau hadiah dari orang lain, bukanlah hal yang patut dibanggakan. Dari pernyataannya
tersebut terlihat jelas adanya rasa kurang senang melihat orang lain berhasil dan sukses, yang dimiliki
oleh H. Muhidin. Hal ini juga bisa disebabkan karena ia juga ingin mendapatkan hal yang sama dengan
) Sombong/Suka Pamer
Data 2
Warga :Kok gak ikut syukuran di rumahnya pak H. Sulam?
H. Muhidin :Iya ni, baru dari bandara jemput anak gue.
Warga :Oya, yang katanya sekolah di Mesir.
H. Muhidin :Iya iya semata wayang.
(konteks data : episode 1)
Data 2 di atas melukiskan karakter sombong/suka pamer yang dimiliki oleh H. Muhidin.
Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan warga dalam data di atas, pada saat ia sampai
di depan mini marketnya dan berjumpa dengan warga menunjukkan karakter suka pamer yang terdapat
dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menjawab pertanyaan salah seorang
warga yang menanyakan mengapa beliau tidak ikut menghadiri syukuran H. Sulam. Ia menyatakan
bahwa ia baru sampai dari bandara menjemput anaknya yang semata wayang. Dari ujarannya tersebut
terlihat jelas adanya rasa sombong yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang memamerkan kepada warga
desanya kalau dia tidak menghadiri acara syukuran H. Sulam karena ia memiliki kegiatan lain yang lebih
penting, yaitu menjemput anak semata wayangnya yang pulang dari Mesir.
Data 3
Tarmidzi :Kan Mesir Jakarta jauh Pak H. tiketnya mahal.emang Pak H. sanggup?
idin :Namanya juga anak semata wayang, ya disanggup-sanggupin dong. Eh, gimana? Katanya mau maju.
(konteks data : episode 1)
Data 3 di atas mendeskripsikan karakter sombong/suka pamer yang terdapat pada sosok H.
Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan hansip Tarmidzi dalam data di atas,
pada saat sang hansip yang satu ini sampai di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka
pamer yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang memberi pernyataan
atas pertanyaan hansip Tarmidzi, bahwa ia akan menyanggupi keperluan anak semata wayangnya,
dikarenakan ia ingin anaknya maju berbeda dengan keluarga H. Sulam. Dari ujarannya tersebut terlihat
jelas adanya rasa sombong yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang memamerkan bahwa ia sanggup
melakukan apapun untuk anak semata wayangnya, seperti yang diungkapkannya kepada hansip
Tarmidzi.
Data 4
yidi :Emang hebat Si Rumana tu, dia bisa kuliah di luar negeriAlazar, gak gampang tu H. saingannya berat.
Paling enggak, dia mesti hafal satu dua juz Alquran berikut tafsirnya.
idin :Urusan itunya H. itu Rumana sendiri. Saya mah, terima bersih aja. Nah, urusan biaya gue deh. Termasuk
sama istri gue ni sampai jungkir balik.
(konteks data : episode 1)
Data 4 di atas mendeskripsikan karakter sombong/suka pamer yang dimiliki oleh H. Muhidin.
Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan H. Rasyidi dalam data di atas, pada saat H.
Rasyidi bersilahturrahmi ke rumah H. Muhidin menunjukkan karakter suka pamer yang terdapat dalam
pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang memberi pernyataan yang seharusnya tidak
diminta oleh H. Rusyidi. Ia menyatakan bahwa ia maunya terima bersih saja, Rumana sendiri yang harus
berusaha mendapatkan prestasi terbaik di Mesir. Rasa sombongnya itu juga terlihat dalam ucapannya
yang menyatakan bahwa urusan biaya Rumana disana ia sendiri bersama istri yang akan tanggung dan
cukupi. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa sombong yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang
memamerkan bahwa dia lah yang mengeluarkan segala biaya yang dibutuhkan Rumana.
) Suka Menyindir
Data 5
yidi :Alhamdulillah, bagus itu. Anak Bapak juga, dia ambil S2. Jurusannya Hukum Syariah di UIN.
idin :Kok bisa cocok sih H. Lantas gimana tugas di DPRnya kagak keganggu?
(konteks data : episode 1)
Data 5 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin.
Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan H. Rasyidi dalam data di atas, pada saat H.
Rasyidi bersilahturrahmi ke rumah H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam
pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menanyakan kepada H. Rusyidi tentang
bagaimana tugas anak H. Rusyidi di DPR, apakah tidak terganggu karena dia ambil S2. Sindiran yang
dilontarkan oleh H. Muhidin tersebut dikarenakan H. Rusyidi sering menceritakan tentang keberhasilan
anaknya. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin kepada
H. Rusyidi.
idin :Ye, namanya juga anak Periuk. Tau kan pergaulannya, mesti hati-hati nyari teman, Roh.
dhiyah :Pak H. Jangan teka-teki begitu deh. Si Robby tu baik-baik aja Pak H. Dia tu lagi kerja, emangnya kenapa
sih?
(konteks data : episode 2)
Data 6 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin.
Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Rodhiyah dalam data di atas, pada saat Hj.
Rodhiyah berbelanja di mini market H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat
dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menyatakan kepada Hj. Rohdiyah tentang
adik Hj. Rodhiyah/Robby, kalau yang namanya anak Periuk itu pergaulannya harus hati-hati dalam
memilih teman. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin tersebut seolah-olah ditujukan kepada Robby
yang salah memilih teman dalam bergaul. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang
idin :Emangnya Si Sulam sudah lancar nyetir mobilnya, kagak perlu Si Robby lagi.
dhiyah :Demi Allah Pak H. Robby itu lagi kerja di Papua. Kok tega-teganya menyebar fitnah begitu. Robby itu
anaknya baik.
(konteks data : episode 2)
Data 7 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin.
Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Rodhiyah dalam data di atas, pada saat Hj.
Rodhiyah berbelanja di mini market H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat
dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menanyakan kepada Hj. Rohdiyah kalau
H. Sulam memangnya sudah lancar menyetir mobil, sehingga tidak membutuhkan bantuan Robby lagi?
Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pertanyaannya tersebut seolah-olah ditujukan kepada
Robby yang tidak kelihatan di kampung memang sedang terjerat masalah, bukan karena H. Sulam telah
bisa menyetir dan tidak membutuhkan bantuannya untuk menyetir lagi. Dari ujarannya tersebut terlihat
jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin kepada Hj. Rodhiyah tentang adiknya, Robby.
emunah :Ya, alasan apa juga masuk di akal, mau kerja di luar Jawa juga, kenapa gak sekalian bilang aja kerja ngikut
TKI ke Malaysia. Ya gak.
idin :Tapi malu juga dong, Mi. Namanya kalo ada keluarga yang masuk bui.
(konteks data : episode 2)
Data 8 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin.
Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Maemunah dalam data di atas, pada saat
Hj. Maemunah berprasangka buruk kepada Robby, disusul dengan tanggapan dari H. Muhidin yang
menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam dirinya. Hal ini terlihat dari tuturannya berupa
sindiran tentang sangkaan buruk yang dituturkan oleh Hj. Maemunah. Sindiran yang dilontarkan oleh H.
Muhidin lewat pernyataannya tersebut seakan-akan membenarkan sangkaan buruk Hj. Maemunah
tentang Robby, adik Hj. Rodhiyah, bahwa Robby memang masuk penjara. Dari ujarannya tersebut terlihat
jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin dengan membenarkan tuduhan H. Maemunah
Data 9 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin.
Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Maemunah dan Rumana dalam data di
atas, pada saat ketiganya berdebat hebat di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka
menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang membantah
ucapan Rumana, bahwa tidak mungkin akan ada asap kalau tidak ada apinya. Sindiran yang dilontarkan
oleh H. Muhidin lewat pernyataannya tersebut seolah-olah ditujukan terhadap berita yang beredar
tentang Robby. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin
Data 10 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin.
Tuturan yang dilontarkan oleh H. Muhidin saat mengajukan pertanyaan di mesjid dalam suatu majlis
pengajian dalam data di atas menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H.
Muhidin. Hal ini terlihat jelas dari sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh H. Muhidin, ia menyakan
tentang kasus narkoba, yang jelas-jelas jauh berbeda dengan tema yang dibahas. Sindiran yang
dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pertanyaannya tersebut sebenarnya ditujukan langsung terhadap berita
yang beredar tentang Robby. Dari pertanyaan tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan
Data 11 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin.
Perdebatan yang berlangsung antara H. Sulam dengan H. Muhidin saat majlis pengajian dalam data di
atas menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat jelas
dari pernyataan H. Muhidin yang menyatakan bahwa untuk apa harus perih kalau memang tidak ada
luka, yang dituturkan kepada H. Sulam yang membela adiknya. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin
lewat pernyataannya tersebut sebenarnya ditujukan langsung terhadap berita yang beredar tentang
Robby. Dari pertanyaan tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin atas
Data 12 di atas mendeskripsikan karakter mengadu domba yang terdapat pada sosok H. Muhidin.
Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Maemunah dan hansip Tarmidzi dalam data
di atas, pada saat ketiganya berada di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka mengadu
domba yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menyatakan bahwa
kalau memang Robby tidak kelihatan sudah satu bulan, berarti dia benar ditahan polisi. Padahal, ia tidak
mengetahui kebenaran akan hal tersebut. Namun, dengan lantang ia membenarkan hal tersebut.
Pernyataan tersebutlah yang menunjukkan adanya sikap adu domba yang dimiliki oleh H. Muhidin atas
sesuatu yang belum jelas kebenarannya, tapi H. Muhidin malah semakin membesar-besarkan masalah
tersebut.
(5) Angkuh
Data 13
:Bah, kalo apa yang Abah tuduhin itu semua, gak benar. Abah bisa dilaporin ke polisi. Itu sama aja, Abah
udah mencemarkan nama baiknya Bang Robby, Bah.
:Silahkan aja, kalo memang Robby kagak ditahan polisi, buktiin dong, bahwa dia itu orang baik. Ini kagak.
(konteks data : episode 2)
Data 13 di atas mendeskripsikan karakter angkuh yang terdapat pada sosok H. Muhidin.
Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Rumana dalam data di atas, pada saat berada
di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter angkuh yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin.
Hal ini terlihat dari tuturannya, yang membantah tuturan Rumana dengan rasa angkuhnya yaitu jika
memang Robby tidak ditahan, buktikanlah. Ini tidak. Pernyataan tersebutlah yang menunjukkan adanya
sikap angkuh yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang yakin akan tuduhannya terhadap Robby adalah benar,
unah :Udah deh Rum, lo gak usah ngebelain dia. Masa depannya aja kagak jelas. Tau gak, kagak jelas. Lagi, lo
jangan berharap, Umi bakal ngeredoin lo. Kalo jadi bininya dia. Ingat lo, ya. Maaf, ya.
:Amit-amit, kalo gue sampai jadi mertuanya si anak yang kagak tau sopan santun, tu.
:Ya, Rum kan cuma kasih tau Umi sama Abah aja. Kalo fitnah itu dosa besar.Udah itu aja.
(konteks data : episode 2)
Data 14 di atas mendeskripsikan karakter angkuh yang dimiliki oleh sosok H. Muhidin. Percakapan
yang berlangsung antara H. Muhidin, Hj. Maemunah dan Rumana dalam data di atas, pada saat berada
di ruang tamu menunjukkan karakter angkuh yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari
tuturannya, yang menyatakan kepada istrinya, Hj. Maemunah kalau dia tidak akan sudi mempunyai
menantu seperti Robby. Pernyataan tersebutlah yang menunjukkan adanya sikap angkuh yang dimiliki
oleh H. Muhidin, yang seakan-akan dirinya jauh lebih baik, dan akan mendapat menantu yang bukan
LANDASAN TEORETIS
Karakter merupakan salah satu unsur yang tidak bisa dipisahkan dan memiliki andil penting dalam
sebuah drama. Setiap tokoh yang terdapat dalam drama telah dilengkapi dengan karakter yang unik dan
berbeda dengan tokoh yang lainnya. Melalui karakter tersebutlah setiap tokoh dapat dikenali dengan
mudah oleh para penonton. Selain itu, karakter jugalah yang menentukan bagaimana setiap tokoh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter memiliki arti Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Maksudnya, karakter tersebut merupakan sifat
kejiwaan yang dimiliki oleh seseorang, berupa tingkah laku atau budi pekerti yang disandang oleh
seseorang, yang mana dengan hal tersebutlah dapat membedakannya dengan sosok pribadi yang lain.
khas yang membedakan seseorang dengan orang lain. Maksudnya jelas bahwa, karakter tersebutlah
yang menjadi salah satu unsur yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat membedakannya dengan
orang lain, yaitu berupa sifat yang dimiliki oleh setiap individu dan bisa saja sifat tersebut tidak dimiliki
adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah
individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan
yang ia buat. Maksudnya juga jelas bahwa karakter tersebut merupakan ciri khas yang dimiliki oleh
setiap individu, yang diterapkan dalam hidup bermasyarakat dan melalui karakter tersebutlah seseorang
orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki
kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang
dilakukan dalam tindakan. Maksudnya, karakter tersebut melekat pada diri setiap tokoh yang
diungkapkan melalui setiap ucapan ataupun perbuatan setiap tokoh dalam suatu cerita yang dilakonkan.
Pembaca dan penontonlah yang bertugas memberikan penilaian berupa baik buruknya karakter yang
literatur Bahasa Inggris menyarankan pada dua pengertian yang berbeda tentang karakter, yaitu sebagai
tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi dan prinsip moral
yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut. Dapat dipahami bahwa, karakter tersebut merupakan hal yang
melekat pada tokoh-tokoh dalam cerita yang berupa sikap, atau tingkah laku setiap tokoh, yang harus
Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas yang menjelaskan tentang karakter tokoh, maka
dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh merupakan wujud dari kepribadian tokoh atau individu yang
tampak melalui tingkah laku atau tindakan yang menjadi ciri khas pada diri seseorang, baik itu berupa
sifat baik maupun buruk, dan dengan sifat tersebutlah dapat membedakannya dengan tokoh lain dan
biasanya akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sang
tokoh.
Salah satu unsur cerita adalah tokoh dengan karakternya. Karakter merupakan salah satu unsur
dalam membangun sebuah karya fiksi, salah satunya adalah drama. Pembuatan karakter tokoh yang baik
akan menjadi salah satu penentu kualitas dari karya fiksi tersebut. Karakter tokoh adakalanya dibangun
melalui ucapan tokoh, yaitu ucapan si tokoh merupakan salah satu hal yang dapat menggambarkan
karakternya. Orang yang sopan tentu berbeda cara berbicaranya dengan orang yang bengal. Orang
Karakter tokoh dalam sebuah drama atau sinetron dapat digambarkan oleh pengarang melalui
bermacam cara. Menurut Pujianto (2010:23), ia menjelaskan bahwa Cara penggambaran karakter tokoh
yaitu dengan cara segi fisis, segi psikis, dan segi sosiologis. Berikut penulis jelaskan secara rinci:
1) Segi Fisis
Pengarang menjelaskan keadaan fisik tokohnya yang meliputi usia, jenis kelamin, keadaan tubuh
(tinggi, pendek), pincang, gagah, tampan, menarik, dan sebagainya. Ciri-ciri wajah (cantik, jelek, keriput,
dan sebagainya), dan ciri khas yang lebih spesifik. Dapat dipahami bahwa segi fisis merupakan keadaan
2) Segi Psikis
Pengarang melukiskan tokoh berdasarkan latar belakang kejiwaan, kebiasaaan, sifat, dan
karakternya. Segi psikis meliput moral, kecerdasan, temperamen, keinginan, perasaan pribadi, dan
keahlian khusus yang dimilikinya. Dapat dipahami bahwa segi psikis merupakan sisi psikologis yang
dimiliki si tokoh. Hal ini terlihat lewat kejiwaan si tokoh, berupa kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan si
tokoh dan berbagai sifat yang tampak dari si tokoh tersebut dalam keseharian.
3) Segi sosiologis
Pengarang menggambarkan latar belakang kedudukan tokoh tersebut dalam masyarakat dan
hubungannya dengan tokoh-tokoh lainnya. Segi sosiologis meliputi status sosial (kaya, miskin,
menengah), peranan dalam masyarakat, pendidikan, pandangan hidup, kepercayaan, dan aktivitas
sosial, dan suku bangsa. Dapat dipahami bahwa segi sosiologis tokoh dalam sebuah drama merupakan
segi kedudukan atau peran si tokoh dalam lingkungannya, seperti status sosial si tokoh.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga segi yang dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam menggambarkan karakter tokoh, yaitu melalui 1) segi fisis yang berupa
keadaan fisik si tokoh, 2) segi psikis yaitu kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan si tokoh, dan 3) segi
Selain itu, menurut Saleh (dalam blog Pipit Dwi Komariah), ia membagi kepribadian dalam dua
kelompok, yaitu kepribadian superior dan kepribadian inferior. Kepribadian superior adalah bentuk-bentuk
1) Pertahanan ego
Pertahanan ego adalah sikap-sikap dasar seperti mudah menerima keadaan, terus-menerus bekerja, dan
mempunyai kemandirian yang tinggi dengan mengandalkan kemampuan dan penilaian. Maksudnya,
orang yang memiliki sikap ini selalu berusaha menjadi yang terbaik dengan segala kemampuan yang
dimilikinya.
2) Percaya diri
Percaya diri adalah sikap tidak tergantung pada orang lain, tegas dan konstan (tidak berubah-ubah),
cepat menentukan sikap, mengambil keputusan disertai dengan perhitungan yang matang, dan memiliki
sifat persuatif sehingga memperoleh banyak dukungan. Maksudnya, orang yang bersikap seperti ini tidak
mudah terpengaruh dengan orang lain, namun selalu melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan
segala sesuatunya.
3) Rela berkorban
Rela berkorban adalah sikap bersedia mengorbankan dirinya demi memenuhi kebutuhan orang lain atau
mendahulukan kepentingan yang lebih umum dari pada kepentingan pribadi demi mewujudkan tujuan
yang luhur dan mulia. Maksudnya, sikap seperti ini dimiliki oleh orang yang selalu mementingkan
4) Sabar
Sabar adalah sikap tidak tergesa-gesa dalam mengambil jalan langkah dalam memecahkan masalah,
juga tidak terpengaruh oleh penundaan dan bersedia menaati saat yang tepat untuk menerapkan
strateginya. Maksudnya, sikap seperti ini lebih kepada sikap seseorang yang dapat menghadapi suatu
keadaan apapun dengan ikhlas serta tanpa berkeluh kesah dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.
5) Sikap idealistik
Sikap idealistik adalah sikap selektif dan berorientasi pada kesempurnaan dan standar tertentu.
Maksudnya, sikap ini adalah sikap seseorang yang percaya pada tujuan apa yang bisa
6) Tepat janji
Tepat janji artinya konsisten dengan sikap yang dipilih baik pemikiran maupun kesepakatan yang dibuat
bersama orang lain. Bila suatu saat ia melakukan ingkar janji, akan sangat merasa bersalah dan
mengeluh. Maksudnya, sikap ini adalah sikap seseorang yang selalu memegang teguh suatu prinsip atau
7) Inovatif
Inovatif adalah sikap yang memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang benar dan selalu
mencoba sesuatu yang baru atau perubahan. Maksudnya, orang yang memiliki sikap ini
kehadirannya kerena sifat jeleknya yang berpeluang besar merugikan diri sendiri dan orang lain.
1) Depresi
Depresi merupakan salah satu bentuk yang menyebabkan emosi tergantung keseimbangannya sehingga
yang bersangkutan cepat marah. Individu yang depresi sulit menggunakan akal sehatnya. Orang depresi
cenderung tidak bergairah sehingga penampilannya menunjukkan ekspresi kesedihan (murung, cepat
marah, dan mudah tersinggung) yang berakibat enggan berinteraksi dengan orang lain.
Suka pamer merupakan sikap suka memperlihatkan atau menunjukkan sesuatu pada orang lain, baik
keahlian, kepandaian, ataupun kepemilikan yang sebenarnya hal tersebut tidak dibutuhkan atau diminta
3) Tidak disiplin
Tidak disiplin merupakan perilaku yang cenderung tidak mengetahui aturan main yang ditetapkan
4) Pelupa
Ciri kepribadian pelupa berkaitan erat dengan lupanya individu terhadap hal yang dapat disebabkan oleh
terlalu banyaknya jadual acara maupun kurang disiplin dalam mencatat agenda tersebut.
Sulit membuat keputusan merupakan sikap individu yang sulit membuat keputusan apa saja atau yang
6) Tak acuh
Tak acuh adalah sikap kurang peduli terhadap hal-hal disekitarnya dan cenderung sibuk dengan dirinya
sendiri.
7) Bersikap negatif
Bersikap negatif yaitu sikap yang cenderung hanya melihat sisi buruk atau kelemahan dari situasi dan
kondisi tertentu. Biasanya timbul hanya untuk menutupi kekurangan yang justru dimilikinya. Sikap ini
Tidak konsisten merupakan refleksi dari tidak adanya kepercayaan diri, tidak adanya moral kejujuran,
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian seseorang terbagi
atas dua kelompok, yaitu 1) kepribadian superior yaitu kepribadian seseorang yang bisa dikatakan
kepribadian inferior yaitu kepribadian seseorang yang bisa dikatakan jelek dan berpeluang besar
Adakalanya juga karakter tokoh dalam drama digambarkan pengarang melalui pemberian nama.
Dalam kehidupan nyata, nama seseorang memang tidak identik dengan sifat dan perilaku orang tersebut.
Tapi dalam dunia fiksi, kita bisa memberikan nama-nama tertentu untuk memberikan kesan karakter yang
berbeda-beda. Pemberian nama tokoh juga hendaknya disesuaikan dengan setting cerita atau karakter
Karakter tokoh ialah watak, tabiat, perilaku yang dimiliki oleh tokoh atau pelaku dalam cerita. Sifat
atau kebiasaan serta watak cerita yang ditampilkan oleh pengarang bermacam-macam coraknya.
Karakter merupakan realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika,
dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal
yang terbaik terhadap tuhan yang Maha Esa, terhadap dirinya sendiri, sesama, lingkungan, bangsa, dan
negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya
dan disertai dengan kesadaran, emosi, dan motivasinya (perasaannya). Berarti karakter tokoh
merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain dan
biasanya akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan tokoh.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh adalah realisasi
perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku). Karakter tokoh
juga merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain dan
biasanya akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan tokoh.
cerita. Melalui kehadiran tokohlah, karakter tersebut akan dapat disampaikan dengan baik kepada
penonton. Selain itu, tokoh juga yang memiliki peran sebagai penyampai pesan dalam drama kepada
penonton lewat adegan-adegan yang diperankannya melalui karakter yang telah dibebankan kepadanya.
Dengan kata lain, tokohlah yang menjadi pelaku cerita. Sedangkan, karakteristik merujuk pada
Tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra kebanyakan berupa manusia, atau makhluk lain yang
mempunyai sifat seperti manusia. Artinya, tokoh cerita itu haruslah hidup secara wajar dan mempunyai
unsur pikiran atau perasaan yang dapat membentuk tokoh-tokoh fiktif secara meyakinkan sehingga
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Aminuddin (2002:79), bahwa Tokoh adalah pelaku
yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Dapat
dipahami bahwa tokoh merupakan orang yang memiliki peran penting untuk melakonkan berbagai
rentetan peristiwa dalam cerita sehingga cerita tersebut memiliki satu kesatuan cerita yang utuh dan
Sama halnya dengan Nurgiyantoro (2012:165), ia juga menyatakan bahwa Istilah tokoh mengacu
pada orangnya, pelaku cerita. Maksudnya jelas bahwa tokoh tersebut merupakan orang yang menjadi
Lalu, Sayuti (dalam Wiyatmi, 2009:30) yang mengatakan bahwa Tokoh merupakan pelaku rekaan
dalam sebuah cerita fiktif yang memiliki sifat manusia alamiah, dalam arti bahwa tokoh-tokoh itu
memiliki kehidupan atau berciri hidup tokoh yang memiliki derajat lifelikeness kesepertihidupan.
Maksudnya, tokoh tersebut merupakan pelakon dalam sebuah cerita fiktif, ia juga harus melakonkan
karakter yang sama dengan tokoh dalam cerita. Hal ini dikarenakan karya fiksi merupakan hasil karya
imajinatif atau rekaan, maka penggambaran watak tokoh cerita pun merupakan sesuatu yang artifisial,
yakni merupakan hasil rekaan dari pengarangnya yang dihidupkan dan dikendalikan sendiri oleh
pengarangnya. Pengarang tidak serta merta menciptakan dunia di luar logika para penonton. Artinya
pengarang memakai nama latar, peristiwa dan tokoh seperti keberadaannya di dunia nyata. Penciptaan
Menurut Wiyatmi (2009:30), ia menyatakan bahwa Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam
sebuah fiksi. Maksudnya jelas bahwa tokoh merupakan pelaku atau pelakon sebuah cerita.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah individu
ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa
cerita yang menjadi pelaku dalam sebuah karya fiksi yang mempunyai watak dan perilaku tertentu.
Ketika menonton sebuah drama, kita akan dihadapkan pada sejumlah tokoh yang dihadirkan
didalamnya. Tokoh-tokoh tersebut memiliki peranan yang tidak sama. Setiap tokoh dalam cerita memiliki
fungsi dan peranan masing-masing yang menjadikannya sebagai tokoh yang melakonkan setiap adegan
dalam cerita. Peranan masing-masing tokoh tersebut tidak sama dilihat dari segi peranan atau tingkat
Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi
dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu
dilakukan, yaitu berdasarkan peranan/tingkat pentingnya tokoh dalam cerita, berdasarkan fungsi
penampilan tokoh dalam cerita, berdasarkan perwatakannya dalam cerita, berdasarkan berkembang
tidaknya perwatakan tokoh cerita, dan berdasarkan pencerminan tokoh cerita terhadap kehidupan nyata.
1) Tokoh Utama
Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa Tokoh utama merupakan tokoh yang
tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus, sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita.
Maksudnya, tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam sebuah cerita. Ia
merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai
2) Tokoh Tambahan
Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa Tokoh tambahan merupakan tokoh yang
hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita dan itupun mungkin dalam porsi penceritaan
yang relatif pendek. Maksudnya, tokoh tambahan hanyalah sebagai tokoh yang melengkapi cerita, ia
tidak terlalu dipentingkan dan kehadirannya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, baik secara
1) Tokoh Protagonis
Menurut Nurgiyantoro (2012:178), ia menyatakan bahwa Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita
kagumi, yang salah satu jenisnya disebut hero. Ia merupakan tokoh penjawantahan norma-norma, nilai-
nilai yang ideal bagi kita. Maksudnya, tokoh protaganis selalu menjadi tokoh yang sentral dalam cerita. Ia
bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Tokoh protagonis dapat ditentukan dengan memperhatikan
hubungan antartokoh, protagonis berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lain, sedangkan tokoh-tokoh itu
2) Tokoh Antagonis
Menurut Nurgiyantoro (2012:179), ia menyatakan bahwa Tokoh antagonis adalah tokoh yang
menyebabkan konflik atau sering disebut sebagai tokoh jahat. Maksudnya, tokoh ini juga mungkin diberi
simpati oleh pembaca jika dipandang dari kaca mata si penjahat itu sehingga memperoleh banyak
kesempatan untuk menyampaikan visinya, walaupun secara vaktual dibenci oleh masyarakat. Tokoh
1) Tokoh Sederhana
Menurut Nurgiyantoro (2012:181), ia menyatakan bahwa Tokoh sederhana adalah tokoh yang
hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu atau sifat watak yang tertentu saja. Maksudnya, tokoh ini
adalah tokoh yang tidak memiliki sifat atau tingkah laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi
penonton. Sifat dan tingkah lakunya bersifat monoton, datar dan hanya mencerminkan suatu watak
tertentu. Meskipun tokoh sederhana bisa melalukan berbagai tindakan, namun semua tindakannya itu
akan dapat dikembalikan pada perwatakan yang dimiliki dan yang telah diformulakan itu. Sehingga
penonton dengan mudah dapat memahami watak dan tingkah laku tokoh ini, hal ini dikarenakan ia
2) Tokoh Bulat
Menurut Nurgiyantoro (2012:183), ia menyatakan bahwa Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki
dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Maksudnya,
tokoh bulat merupakan tokoh yang memiliki watak tertentu dan ia pun dapat menampilkan watak dan
tingkah laku yang bermacam-macam, bahkan mungkin bertentangan dan sulit ditebak. Tokoh ini juga
sering memberikan kejutan, karena ia memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan.
1) Tokoh Statis
Menurut Nurgiyantoro (2012:188), ia menyatakan bahwa Tokoh statis adalah tokoh cerita yang
secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya
peristiwa-peristiwa yang terjadi. Maksudnya, tokoh ini tampak seperti kurang terlibat dan tidak
terpengaruh oleh adanya perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi karena adanya hubungan
antarmanusia. Tokoh ini memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang sejak awal sampai
akhir cerita.
2) Tokoh Berkembang
Menurut Nurgiyantoro (2012:188), ia menyatakan bahwa Tokoh berkembang adalah tokoh cerita
yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa
dan plot yang dikisahkan. Maksudnya, tokoh ini secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya yang
dapat mempengaruhi sikap, watak dan tingkah lakunya. Sikap dan watak tokoh ini mengalami
perkembangan dari awal, tengah dan akhir cerita sesuai dengan tuntutan koherensi cerita secara
keseluruhan.
1) Tokoh Tipikal
Menurut Nurgiyantoro (2012:190), ia menyatakan bahwa Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya
sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau
terhadap orang atau sekelompok orang yang terikat dalam suatu lembaga yang ada di dunia nyata.
2) Tokoh Netral
Menurut Nurgiyantoro (2012:191), ia menyatakan bahwa Tokoh netral adalah tokoh cerita yang
bereksistensi demi cerita itu sendiri. Maksudnya, tokoh ini merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup
dan bereksistensi dalam dunia fiksi, ia hadir dan dihadirkan semata-mata demi cerita atau bahkan dialah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh karya fiksi, misalnya
drama memiliki posisi masing-masing dan dengan berbagai karakter yang berbeda-beda, yang
keseluruhannya itu dapat mendukung terwujudnya jalan cerita yang baik dan enak dinikmati oleh
penonton.
dikaitkan keberadaannya dengan tokoh lain. Bahkan, pembicaraan tentangnya selalu dikait-kaitkan dalam
Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa Tokoh utama adalah tokoh yang
diutamakan penceritaanya dalan cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak
diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Maksudnya jelas bahwa tokoh
utama merupakan tokoh yang selalu diceritakan dalam setiap urutan kejadian dalam cerita tersebut, baik
itu dia sebagai pelaku kejadian maupun sebagai orang yang dikenai kejadian.
Begitu juga pendapat yang sama tentang tokoh utama dari Aminuddin (2002:80), yang menyatakan
bahwa Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh
pengarangnya. Selain itu lewat judul cerita juga dapat diketahui tokoh utamanya. Maksudnya, tokoh
utama tersebut merupakan tokoh yang sering diperbincangkan oleh pengarang cerita tersebut, bahkan
melalui judul cerita saja dapat diketahui bagaimana karakter tokoh utamanya. Sehingga penonton dapat
menentukan tokoh utama dengan jalan melihat keseringan pemunculannya dalam suatu cerita. Selain
lewat memahami peranan dan keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga
Berdasarkan kedua pendapat pakar di atas tentang tokoh utama, maka dapat dipahami bahwa
tokoh utama memiliki peran sebagai tokoh yang sangat menentukan perkembangan alur atau plot cerita
tersebut, karena dengan tokoh utamalah keberlangsungan cerita dapat dijalin dengan baik
Film adalah salah satu hasil karya sastra yang paling tinggi, karena film merupakan
perpaduan antara seni music, sastra, drama, dan rupa. Film sebagai genre sastra
anak adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah
manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam kehidupannya,
maka ia tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan ide, teori atau
sistem berpikir tetapi juga merupakan media untuk menampung ide, teori serta
sistem berpikir manusia. Menurut Franz dan Meier (199 ! 1"#$ menyebut film
sebagai genre sastra anak dengan istilah literature audio%isual. Film bagi anak
adalah suatu media pembelajaran sekaligus sebagai media hiburan. Film sebagai
media pembelajaran nampak pada nilai pendidikan atau nilai moral yang
terkandung dalam film tersebut. Film sebagai media hiburan anak dapat diamati
dari kemasan, tokoh&tokoh, alur cerita, dan lain sebagainya. 'ilihat dari segi
psikologinya, sisi menghibur dapat dilihat dari peratakan dan sifat&sifat tokoh
yang unik dan pasti disenangi oleh anak&anak. Manusia (anak&anak$ merupakan
indi%idu yang berbeda dengan indi%idu lainnya. )a mempunyai atak,
temperamen, pengalaman, pandangan dan perasaan sendiri yang berbeda dengan
lainnya. *amun demikian, manusia hidup tidak lepas dari manusia lain. +ertemuan
antarmanusia yang satu dengan manusia yang lain tidak jarang menimbulkan
konflik, baik konflik antara indi%idu, kelompok maupun anggota kelompok serta
antara anggota kelompok yang satu dan anggota kelompok lain. arena sangat
kompleksnya, manusia juga sering
mengalami konflik dalam dirinya atau konflik batin sebagai reaksi terhadap situasi
sosial di lingkungannya. ejadian atau peristia yang terdapat dalam karya sastra
(film$ dihidupkan oleh tokoh&tokoh atau actor&aktor sebagai pemegang peran
atau pelaku alur. Melalui perilaku actor&aktornya yang ditampilkan inilah seorang
sutradara atau pengarang melukiskan kehidupan manusia dengan
problem&problem atau konflik&konflik yang dihadapinya, baik konflik dengan orang
lain, konflik dengan lingkungan, maupun konflik dengan dirinya sendiri. arya
sastra yang dihasilkan sastraan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter
sehingga karya sastra juga menggambarkan kejiaan manusia, alaupun
pengarang hanya menampilkan tokoh itu secara fiksi. 'engan kenyataan tersebut,
karya sastra selalu terlibat dalam segala aspek hidup dan kehidupan, tidak
terkecuali ilmu jia atau psikologi. Maka penelitian yang meggunakan pendekatan
psikologi terhadap karya sastra merupakan bentuk pemahaman dan penafsiran
karya sastra dari sisi psikologi. Film
Charlie and The Chocolate Factory
merupakan salah satu film yang diproduksi oleh -arner ros +icture dan disutradai
oleh /im urton serta dibintangi oleh 0ohnny 'epp, merupakan ekranasi dari buku
karya oald 'ahl. Film ini merupakan film anak yang bercerita mengenai kehidupan
seorang anak kecil yang hidup serba kekurangan tetapi dia adalah anak yang paling
beruntung di seluruh dunia. 2al yang menarik untuk diteliti dari Film
Charlie and The Chocolate Factory
ialah pemaparkan dan pendeskripsikan situasi psikologi anak dengan berbagai
pendidikan dan pengasuhan. 'engan demikian, untuk menyelesaikan persoalan
yang dihadapi tersebut, maka akan digunakan psikologi kepribadian sebagai alat
bantunya. +sikologi kepribadian adalah bidang psikologi yang berusaha
mempelajari manusia secara utuh menyangkut moti%asi, emosi, serta penggerak
tingkah laku (ertens, 3445! 5#$. erdasarkan uraian di atas, maka makalah ini
mengambil judul
Analisis Karakter dan Sifat Tokoh Sentral dalam Film Charlie and the Chocolate
Factory: Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra
1. Pendahululan
Sastra termaksud jenis yang memiliki bahasa yaitu novel, syair, pantun, drama,
sandiwara, lukisan, dan kaligrafi. Dalam penrlitian ini perlu adanya pembahasan
lebih lanjut tentang karya sastra, khususnya novel pada unsure instrisik yaitu Tema.
Novel adalah salah satu karya sastra yang berbentuk fiksi berdasarkan pengalaman
imijinasi penulis. Novel merupakan karya sastra yang paling dikenal di masyarakat.
Sebuah novel bukan saja harus indah dan menarik, tetapi juga harus memberikan
hiburan pada pembaca. Syarat utama novel adalah menarik, dan mendatangkan
rasa puas setelah pembaca membaca novel tersebut. Penelitian ini membahas
tentang Analisis Tema dan Amanat dalam Novel Habibie dan Ainun karya
Bachruddin Juuf Habibie sangat menarik untuk dibahas, karena ceritanya menarik
adalah di masa kecil Habibie telah menunjukan kecerdasan dan semangat tinggi
pada ilmu pengetahuan teknologi khususnya fisika. Dengan penelitian ini, tema dan
amanat dalam Habibie dan Ainun karya Bachruddin Jusuf Habibie lebih jelas.
Penelitian ini untuk menemukan tema dan amanat maka dapat di rumuskan apakah
tema yang terdapat dalam novel Habibie dan Ainun karya Bachruddin Jusuf Habibie
dan apakah tema yang terdapat didalam novel Habibie dan Ainun karya bachruddin
jusuf Habibie. Suatu penelitian harus mempunyai tujuan agar penelitian ini lebih
terarah dan tidak menyimpang dari pembahasan utamanya, maka berdasarkan
rumusan masalah tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tema
yang terdapat dalam novel Habibie dan Ainun karya Bachruddin Jusuf Habibie.
Untuk mengkaji amanat yang terdapat dalam
novel Habibie dan Ainun karya Bachruddin Jusuf Habibie. Dilihat dari sudut
karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan
oleh penulis melalui karangannya. Amanat utama ini dapat diketahui mislnya bila
seorang membaca sebuah roman, atau karangan lainya.(Gorys Keraf 1994:107).
Adapun tema terbagi dua yaitu Tema mayor dan minor. Cerita fiksi hadir untuk
menyampaikan Sesutu, makna, atau tema. Tema itulah yang menjiwai keseluruhan
cerita. Namun, persoalan yang kemudian muncul adalah bukankan sering ada lebih
dari satu tema dalam sebuah cerita fiksi itu, atau, paling tidak kita menafsirkan
adanya beberapa tema. Jadi, makna mana yang dapat dinyatakan sebagai tema
dari sebuah cerita fiksi itu Tema pokok cerita atau tema mayor (artinya: makna poko
cerita pada hakikatnya merupakan aktivitas memilih, mempertimbangkan, dan
menilai, di antara sejumlah makna yang di tafsirkn ada di kandung oleh karya yang
bersangkutan.
Makna pokok cerita tersirat dalam sebagian besar, untuk dikatakan dalam
keseluruhan, cerita, bukan makna yang terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita
saja. Makna yang terdapat bagian-bagian tertentu cerita dapat diidentifikasikan
sebagai makna bagian, makna tambahan. Makna-makna tambahan inilah yang
dapat di sebut sebagai tema-tema tambahan, atau tema minor. Dan Pengertian
amanat itu sendiri adalah Amanat adalah pemecahan yang diberikan oleh
pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra( Sadikin,2010). Sadikin
menambahkan amanat biasa disebut makna. Makna yang diniatkan oleh pengarang
disebut makna niatan, sementara makna muatan adalah maknayang termuat dalam
karya sastra tersebut.
Dari sudut sastrawan, nilai ini biasa disebut amanat. Amanat adalah gagasan yang
mendasarikarya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca
dan pendengar, di dalam karya sastra moderen, amanat ini biasanya tersirat di
dalam karya sastra lama pada umumnya amanat tersurat (siswanto,2008:161-162).
Amanat ialah pesan yang disampaikan pengarang terhadap pembaca melalui
tulisan-tulisannya, agar pembaca bisa menarik kesimpulan dari apa yang telah
pembaca nikmati (kosasih, 2006). Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang
ingin disampaikan pengarang pada pembaca. Akhir permasalahan ataupun jalan
keluar permasalahan yang timbul dalam sebuah cerita bisa disebut amanat.Rusiana
mengemukakan pendapatnya tentang amanat, sebagai renungan yang sisajikan
kembali oleh pembaca(1982:74). Pesan atau amanat, yakni maksud yang
terkandung dalam suatu cerita. Amanat sangat erat hubungannya dengan tema.
Bentuk penyampaian amanat yang bersifat langsung, boleh dikatakan, idintik
dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian atau penjelas. Jika dalam
teknik uraian pengarang secara langsun mengdeskripsikan cerita yang bersifat
memberi tahu atau menmudahkan pembaca untuk memahaminnya, hal yang
demikian juga terjadi dalam penyampaian amanat. Artinya, amanat yang ingin
disampaikan, atau di ajarkan, kepada pembaca itu dilakukan secara langsung dan
eksplinsit. Pengarang, dalam hal ini, tampat bersifat menguraikan
pembaca secara lansung memberikan nasihat-nasihat dan petuahnya. Jika di
bandingkan dengan bentuk sebelumnya, bentuk penyampaian amanat disini
bersifat tidak langsung, pesan itu hanya tersirat dalam cerita, berpadu secara
koherensif dengan unsure-unsur cerita yang lain. Wa;au betul pengarang ingin
menawarkan dan menyampaikan sesuatu, ia tidak melakukannya secara serat-
merata dan vulgar karena ia sadar telah memilih jalur cerita. Dilihat dari kebutuhan
pengarang yang ingin menyampaikan amanat dan pandangannya itu, cara ini
mungkin kurang komunikatif. Artinya, pembaca belum tentu dapat bmenangkap apa
sesungguhnya yang dimaksudkan pengarang,paling tidak terjadinya kesalahan
tafsir perpeluang besar. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Metode
kualitatif adalah metode yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, ( Sebagai lawannya
adalah eksperimen) dimana penaliti adalah berbagai instrument kunci, pengambilan
sampel sumber ve dan snowbaal, teknik teknik pengumpulan dengan
trianggulasi( gabungan), analisis dan bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
lebih menekankan makna dari pada generalisasi( Sugiyono,1999:15).
1
Hal serupa juga muncul pada parlente yang diartikan sebagai penipu. Di wilayah
lain, perlente bermakna gagah, rapi, atau necis. Saya juga tertarik dengan
penggunaan kata beta dalam film ini. Di Maluku, kata beta digunakan oleh siapa
saja. Ia sepadan dengan kata saya. Namun, di alam Melayu lain, utamanya
Sumatera, Semenanjung, dan Borneo, barangkali, kata beta hanya digunakan
oleh sultan.
Begitu juga penggunaan kata negeri. Dia betul-betul serupa dengan wilayah-
wilayah lain yang juga menggunakan istilah negeri, bukan daerah. Dengan
mudah kita menemukan slogan-slogan macam negeri berbilang kaum, negeri
pantun, negeri bertuah, tuah negeri seiya sekata, atau tanah bertuah negeri
beradat.
Membangun Haru
Film yang disutradarai Angga Sasongko ini dibangun dengan sosok Sani sebagai
tukang ojek sepeda motor yang sedang mengantar barang ke Ambon dari Tulehu. Di
Ambon, Sani tiba-tiba terjebak dalam kerusuhan yang melibatkan dua kubu.
Beruntung dia selamat.
Oleh tentara, Sani dan sepeda motornya, juga beberapa orang lain, diangkut ke
atas truk untuk dievakuasi dari zona konflik. Di atas truk dia bercakap dengan
seorang tua.
Beta pu anak laki-laki su mati (saya punya anak laki-laki sudah mati), ujar orang
tua itu lemas. Adapun istrinya tak diketahui ada dimana. Katong tapisah (kita
terpisah).
Dalam percakapan itu, suasana konflik tergambar dengan baik. Pasar-pasar sepi,
perahu-perahu nelayan kosong dan terapung begitu saja di dermaga.
Namun, saat kembali, Sani mendapati konflik serupa juga mulai terjadi di
kampungnya. Ada Tulehu/Islam di satu sisi dan ada Passo/Kristen di sisi lain. Satu
kubu menggunakan ikat kepala putih, yang lain menggunakan ikat kepala merah.
Orang-orang berlarian ke perbatasan, membantu pertahanan kala diserang orang
lain.
Satu waktu, saat Sani pergi ke pantai, dia menjumpai anak-anak kecil bermain bola.
Dia sempat memperagakan kebolehannya memainkan bola, dan membuat anak-
anak berdecak kagum. Dalam beberapa perjumpaan, Sani pun mulai melatih
mereka bermain bola.
Foto: www.cahayadaritimur.com.
Foto: www.cahayadaritimur.com.
Sani memang bekas pemain bola tim Nasional (Timnas) Indonesia Usia 15 di Piala
Pelajar Asia tahun 1996. Dan film ini memang berangkat dari kisah nyata Sani.
Bakatnya bermain bola sempat dia lupakan, tersimpan bersama sepatu sepak bola
dan bolanya yang lusuh di kolong tempat tidur. Namun, situasi konflik ternyata
justru memanggilnya untuk kembali bersetia pada cita-cita. Demi menjaga anak-
anak negeri Tulehu, dia kembali melatih bola.
biar anak-anak tak ke perbatasan nonton kerusuhan terus demikian niat
Sani.
Namun, keceriaan ini tak berlangsung lama. Selalu saja ia dipecahkan oleh bunyi
pukulan tiang listrik. Bunyi itu adalah tanda bahaya, tanda adanya penyerangan
dari kubu lain terhadap kampung mereka. Dalam kondisi penyerangan terhadap
kampungnya yang berkali-kali itu, Sani tak berniat ikut. Dia lebih menampilkan raut
muka khawatir ketimbang marah.
Suatu hari, saat mereka sedang bermain bola di pantai, tiang listrik kembali dipukul
bertalu-talu. Anak-anak spontan berlarian ke arah perbatasan yang menjadi arena
pertempuran. Tapi Sani cukup gesit mengejar anak-anak itu. Kepada mereka, dia
kasih perintah untuk kembali ke pantai.
Tak hanya di pantai, Sani juga melatih anak-anak Tulehu di lapangan bola Matawaru.
Bersama beberapa ekor sapi dan ayam yang berkeliaran serta batok-batok kelapa
tua dan batang-batang ubi di lapangan, dia melatih mereka bermain bola tiap sore
pukul lima. Tanpa terasa, seragam putih merah anak-anak itu pun telah berganti ke
seragam putih abu-abu.
Akan tetapi, apa yang dilakukan Sani bukannya tanpa hambatan. Ada sindiran dari
satu dua warga yang mempertanyakan Sani melatih bola, bukan membela Tulehu
dari penyerangan. Namun, hal terberat datang dari istri Sani sendiri, Hapsa.
Penghasilan keluarga menurun drastis sejak Sani melatih bola. Sebab, Sani memang
jadi tak melayani antar jemput orang atau barang di atas jam lima sore.
Niat baik harus juga pakai akal sehat! keluh Hapsa.
Penggalan judul tulisan ini merupakan deretan kalimat terakhir dari Film Cahaya
dari Timur, Beta Maluku. Sani mengucapkannya dengan ekspresi bahagia tanpa lagi
peduli pada kamera yang masih menatap ke badan lapangan. Agak angkuh
menurutku.
Sekilas di awal film penonton pasti tersenyum segar melihat beberapa titik wisata
pantai di pesisir Kota Ambon. Angga dan Glenn membuka film dengan tampilan
eksotik Pantai Natsepa, Pintu Kota, Kolam Morea di Waai, Pantai Liang dan beberapa
tempat wisata lain.
Keindahan tersebut sempat sirna sepanjang konflik saudara belasan tahun di Kota
Manis itu. Masyarakat Maluku kini berbenah memperbaiki hidup setelah perang
saudara yang penuh dengan misteri, siapa dalangnya.
Seusai menonton film itu, beberapa teman kerap menceritakan kesan kuat tentang
pentingnya toleransi dan keyakinan mewujudkan mimpi sebagai seorang pemain
bola profesional. Tak banyak dari mereka yang menangkap satu pesan lain yang
ingin disampaikan.
Cahaya dari Timur, Beta Maluku merupakan sebuah film yang terinspirasi dari
pergulatan Sani Tawainella menyelamatkan anak-anak binaannya di Negeri (Desa)
Tulehu dari pengaruh perang saudara yang tengah berlangsung di Ambon, Maluku.
Proses tersebut akhirnya tidak sia-sia ketika para pemain junior binaanya itu
berhasil mencapai sebuah kompetisi tingkat nasional.
***
Tulehu, sebuah negeri Muslim di bibir pantai Pulau Ambon memang terkenal sebagai
kampung bola. Seperti di berbagai daerah lainnya, sepakbola selalu menjadi salah
satu event menarik di setiap perayaan ulang tahun kabupaten dan kota.
Orang tidak heran ketika tahu bahwa pemain yang menggiring bola dengan lihai
dan menendang dengan kencang dan akurat dalam sebuah pertandingan adalah
anak Tulehu. Dia itu anak Tulehu, penonton kerap menyadarkan penonton lain di
sekitar lapangan usai melihat aksi lincah anak Tulehu.
Pesepakbola Tulehu dibayar banyak tim dari kecamatan lain untuk bermain dalam
berbegai event. Bahkan, semakin banyak pemain asalTulehu, orang semakin yakin
tim itu akan memenangkan kompetisi. (Tim) Kota Masohi pasti menang, ada empat
anak Tulehu main par dong (untuk mereka).
Tim riset film sempat berkeliling Maluku untuk mengetahui sejauh mana keintiman
Maluku dengan sepakbola. Ketika sampai di Kota Ternate misalnya. Banyak
pesepakbola junior ditanyai apa cita-cita mereka kelak sebagai pesepakbola.
Mereka dengan lantang menjawab suatu hari harus memperkuat Persiter (Persatuan
Sepakbola Indonesia Ternate).
Begitu pula ketika di Kota Tual, beberapa pesepakbola junior disana menjawab,
suatu hari mereka ingin memperkuat Persimalra (Persatuan Sepakbola Indonesia
Maluku Tenggara). Jawaban serupa didapat ketikatim bertanya pada beberapa
pesepakbola junior di Kota Ambon. Suatu hari mereka ingin memperkuat PSA
(Persatuan Sepakbola Kota Ambon).
Sebuah dialog kuat yang mampu membakar semangat anak-anak Maluku menjadi
pesepakbola nasional bahkan internasional disajikan Angga apa adanya dalam Film
Terbaik Piala Citra 2015 itu. Saya sempat mengatakan ke teman-teman percakapan
Alvin dan ibunya itu benar-benar terjadi. Alvin yang di-omelin ibunya karena tidak
membuka sepatu sebelum masuk ke rumah membalas ibunya, Tenang saja mama,
suatu hari nanti, kaki ini pasti akan bawa uang 1 miliar par (untuk) mama.
Tidak mudah meyakinkan orang tua di Maluku untuk mendukung niat manjadi
pesepakbola profesional. Sepakbola kerap dinilai bukan sebuah masa depan bagi
anak-anak mereka. Pertentangan Jago dengan ayahnya jadi potret perjuangan
menjadi pemain profesional di tengah kehidupan sosial di Maluku.
Tapi Sani mampu memberikan fakta bahwa sepakbola harus menjadi sarana
pembentukan mental dan karakter anak dan pelajar di Maluku. Sajian bagaimana
dia dan Rafi membentuk kedesiplinan anak-anak binaannya memberikan potret
berbeda. Salembe yang kerap bolos sekolah perlahan menjadi serius dengan
studinya.
Lebih lagi, Sani mampu menghadirkan sarana healing bagi anak-anak Tulehu yang
sakit secara psikis akibat konflik yang sedang bergulir. Sesuatu yang selama ini
dinilai pemerintah tidak lebih penting daripada penyembuhan infrastruktur yang
rusak. Sani ingin menghapus kenangan konflik dalam benak anak-anak binaannya.
Walaupun begitu, Angga tak lupa memutar kembali kenangan gagalnya Sani dan
Rafi ketika menjadi pesepakbola junior. Belum lagi kejadian mengharukan ketika
ayah Jago mendatangi Sani, memberikan bantuan dana untuk keberangkatan tim ke
Jakarta. Lihat betapa sepak bola melekat pada kenangan semua anak laki-laki di
negeri pelabuhan itu. Ayah jago pun punya kenangan bagaimana sulitnya berjuang
menjadi pemain bola profesional. Kenangan itu bahkan sudah hamper membunuh
keyakinan mereka bahwa sepakbola masih menjadi masa depan bagi orang Tulehu.
Film yang diluncurkan pasca gelaran sepakbola termegah, Piala Dunia 2014 di Brazil
itu menyajikan fakta bahwa anak-anak Tulehu mengawali perjalanan menggapai
mimpi dengan bermain telanjang kaki. Dengan menggunakan buah kelapa kering
sebagai cone, ranting kering sebagai pembatas jarak dan bola mikasa tua yang
keras seperti batu.
***
Lantas bagaimana dengan suguhan konflik saudara yang merembes masuk dalam
tim? Apa yang mau Glenn dan Angga sampaikan bagi Indonsia dan dunia?
Tim bentukan Sani akhirnya terbelah setelah konfliknya dengan Rafi. Tidak ada yang
sempurna dalam sebuah cerita. Ini yang terus membuat cerita hidup menjadi
menarik dan menyenangkan, kan? Hehe
Sani ditawarkan melatih sebuah tim sekolah di Negeri Passo, sebuah negeri Kristen
di jangtung Pulau Ambon. Sebuah kompetisi antar pelajar akan berlangsung di
Ambon. Kehadiran Sani yang adalah orang Tulehu sempat menjadi perdebatan para
guru. Namun Yosep, guru olahraga yang mengajak Sani, akhirnya mampu
meyakinkan kepala sekolah bahwa orang tua murid bisa diberi pengertian.
Coba bapak bayangkan apa kata orang tua murid nanti kalau mereka tahu sekolah
kita menjadi juara di John Mailoa Cup, dan menjadi sekolah yang mencontohkan
rekonsiliasi karena berpelatih seorang muslim, ujar Yosep meyakinkan atasannya.
Kecintaan Salembe dan Alvin terhadap sosok Sani yang telah membimbing mereka
sejak kecil tidak bisa dibendung. Mereka berdua memilih bergabung dengan Tim
SMK Passo. Jago dan teman-teman lain memilih tetap memperkuat Tim Tulehu
Putera yang kini dilatih Rafi.
Sekali lagi terbukti, keistimewaan anak-anak Tulehu menggiring bola tidak
terbendung. Kehilangan Sani dan dua rekan mereka tidak mampumenahan
keinginan Hendra Bayau dan kawan-kawan untuk mengangkat piala. Tulehu Putera
menang melalui gol sematawayang Jago.
Setelah kemelut dalam tim Tulehu Putera dan kekalahan tim SMK Passo, sebuah
kesempatan emas telah menanti. Sani dan Rafi dipertemukan RajaNegeri Tulehu
Alm. John Ohorella. Bermaksud memberikan tanggujawab melatih bagi dua orang
bersahabat itu, bapak raja akhirnya terpaksa memilih Sani karena penolakan Rafi.
Sani akan dibantu Yosep mempersiapkan tim muda Maluku menuju sebuah
kejuaraan nasional.
Tim Maluku merupakan gabungan dari dua tim yang bertanding di final John Mailoa
Cup. Semua pemain diseleksi. Angky dan Fingky Pasamba dari Negeri Passo
akhirnya bergabung dengan beberapa pemain Tulehu Putera mewakili Maluku dalam
kompetisi Indonesia Cup U-15 di Jakarta.
Kemelut baru muncul. Sentimen konflik saudara tidak bisa dibendung. Dalam sesi
latihan, Salembe kerap tidak memberikan bola kepada dua pemain asal Passo tadi.
Semua kesalahan tim menurutnya berasal dari ulah dua orang itu.
Yang menarik, kemarahan Salembe muncul bukan karena kedua anak itu berasal
dari Negeri Passo yang Kristen, tapi karena ayah kedua anak itu adalah seorang
komandan brigade mobil (brimob) Polri. Salembe garang ketika mengingat kembali
almarhum ayahnya yang tewas dalam perang akibat peluru aparat.
Beta seng suka dong kakak. Karena dong pung bapa polisi. Beta pung bapa mati
karena kena peluru polisi kaka. Dong pung bapa yang bunuh beta pung bapa
begitu luapan emosi Embe.
(Saya tidak suka mereka. Karena ayah mereka seorang polisi. Ayah saya tewas
karena peluru senjata polisi. Ayah mereka yang membunuh ayah saya)
Glenn dan Anggga mau memberikan pesan bahwa konflik di Maluku tidak
sesederhana yang orang dengar yakni konflik orang Muslim dan Kristen. Pesan film
ini kemudian semakin jelas ketika sang produser dan si sutradara mengulik-ngulik
ketegangan melawan tim DKI Jakarta yang bertemu tim Maluku di babak penyisihan
group dan laga final.
Ketegangan Salembe dan kedua bersaudara Pasamba masih berlanjut. Di Jakarta,
Tim Maluku bermain buruk ketika dijamu tuan rumah Tim DKI Jakarta. Di dalam
ruang ganti mereka sempat baku pukul. Kekerasan hati Salembe sepanjang laga
akhirnya diredam Jago yang juga kehilangan ibunya dalam perang.
(Kalau disikut, kita harus kembali berdiri. Disikut lagi, kita harus berdiri lagi. Jangan
sampai mereka menganggap remeh kita.)
Maluku akhirnya mengalahkan DKI Jakarta melalui adu penalti. Saya belum lama ini
tahu dari salah satu anggota tim riset film, bahwa kabar adu penalti melalui telepon
benar-benar terjadi. Siaran TVRI Nasional di Maluku memang berbatas waktu.
Dengan sedikit lebih jeli kita pasti menemukan sebuah pesan yang jauh lebih
emosional dari film ini. Glenn dan Angga mau menyampaikan ke kita semua, konflik
saudara di Maluku bukan murni ulah orang saudara di negeri Pela Gandong itu.
Indikasi keterlibatan oknum aparat dan para provokator menjadi biang konflik
berkepanjangan itu memang ada. Bahkan, dalam beberapa analisa ahli dan laporan
jurnalistik beberapa jurnalis, konflik Maluku tidak terlepas dari campur tangan
beberapa pembesar di Jakarta.
Penggalan kalimat terakhir Sani dalam film ini sesunggunya adalah pesan bagi para
penjahat biadap yang telah memporak-porandakan negeri rempah-rempah itu.
Orang Maluku kini terus membangun perdamaian untuk sebuah kehidupan yang
lebih baik. Untuk budaya Pela dan Gandong yang akan abadi walaupun kalian
menikamnya dengan kemunafikan dan kedengkian.
Maluku sudah menang melawan kalian, hewan-hewan busuk! ucapku dalam hati.
Semangat mempertahankan perdamaian dan pencarian strategi yang tepat untuk
menelusuri sekaligus mengungkapkan cerita sebenarnya di balik perang saudara di
Maluku hingga kini terus berlangsung. Banyak yang berpendapat biarkan semua
berlalu. Maluku harus berjalan terus dengan damai. Saya pribadi menilai pilihan ini
butuh waktu panjang dan bukan tidak mungkin di tengah jalan para hewan busuk
itu akan terus mengoyak bangunan baru yang sedang dibangun.
Kita harus menelusuri semua kejadian yang sebenarnya di balik konflik Maluku.
Membuka itu lembar demi lembar dan selebar-lebar mungkin, lalu mengaku dengan
hati jujur. Harus ada pengakuan terhadap konflik itu, baru ada kata maaf yang tulus.
Anak negeri tidak akan mudah memaafakan tanpa ada pengakuan akan konflik.
Salah satu kalimat yang paling menggigit hati sebagai anak Maluku, yang sempat
merasakan bulan-bulan awal konflik berdarah itu, yakni ungkapan Sani di dalam
ruang ganti.
Su talalu banyak sakit, katong pung hidop. Karena perang, karena marah, karena
nafsu, karena mo menang sandiri. Beta percaya waktu seng akan cukup mencari
sapa yang batul dan siapa yang salah. Tapi beta percaya satu, katong hidup harus
lebih baik.
(Sudah terlalu banyak sakit dalam hidup kita. Karena perang, karena marah, karena
nafsu, karena sikap mau menang sendiri. Saya percaya watktu tidak akan cukup
mencari siapa yang betul dan siapa yang salah. Tapi saya percaya satu hal, kita
harus hidup lebih baik.)***
uku, kata ini bukan cuma nama tempat. Kata itu ajar katong samua darimana
katong berasal. Par apa katong berjuang. Karena beta Maluku! Bukan Tulehu, bukan
Passo, bukan Islam, bukan Kristen - Sani Tawainella.
Kutipan ini saya dapatkan dari beberapa adegan terakhir di film Cahaya Dari Timur,
Beta Maluku (2014, Visinema Pictures). Sebenarnya, jika boleh jujur, apa yang
ditawarkan film ini adalah bukan suatu hal baru yang ditawarkan oleh perfilman
Indonesia. Nuansa heroik, patriotisme, nasionalisme, kemudian cerita mengenai
bagaimana proses seorang yang dahulunya adalah seorang underdog kini berubah
drastis menjadi seorang superhero. Diimbuhi dengan cap label based on true
story seperti layaknya beberapa film di Indonesia yang telah meluncur dahulu ke
masyarakat luas. Lagipula, sudah banyak sekali film dengan latar belakang huru
hara dunia sepak bola, contohkan saja Garuda di Dadaku (2009, Mizan Productions),
dan Tendangan dari Langit (2010, SinemArt Pictures). Namun apa yang sebenarnya
membuat film ini begitu menarik?
Film besutan dari Angga Dwi Sasongko dan Glenn Fredly ini memiliki garis besar
mengenai sebuah keteguhan warga Maluku untuk membuat sebuah persatuan
dalam kerangka dunia sepakbola yang sebelumnya selalu mengalami pertikaian.
Sani Tawainella (Chicco Jerikho) adalah salah satu tokoh yang berjibaku bangkit dari
pertikaian tersebut. Pria ini adalah salah satu mantan pemain Tim Nasional U-15
Indonesia di Piala Pelajar Asia tahun 1996 yang gagal menjadi seorang professional.
Sani menetap di Tulehu, sebuah daerah yang berada di luar kota Ambon, Maluku
yang memiliki banyak konflik. Tak hanya itu, di film ini juga dipaparkan beberapa
konflik pribadi yang dialami oleh Sani mulai dari ekonomi keluarga, perkara mata
pencariannya yang hanya mengandalkan dari mengojek, hingga perseteruan antar
kawan lama yang menginginkan sebuah kekuasaan.
Ketika konflik pecah di Maluku, hati Sani terhentak karena melihat banyak anak-
anak yang menjadi korban, tragis memang. Carut marut agama, suku, hingga
masalah perbatasan di Maluku sudah menjadi kawan bagi mereka. Dari sinilah,
Sani mencoba untuk memputar otak bagaimana caranya mengajak anak-anak di
sekitar agar lebih dapat memanfaatkan waktu ketimbang menyita waktu mereka
untuk terlibat dalam konflik Maluku. Tak sampai disitu saja, tim sepakbola yang
dibentuk oleh Sani juga terseret ke dalam sebuah sejarah pertikaian Maluku yakni
Tulehu yang bernafaskan Islam, dan Passo yang bersenyawa dengan Kristen. Ini
bukan soal agama, ini soal bola! kata itulah yang saat itu terlontar dari mulut Salim
Ohorella yang biasa dipanggil Salembe (Bebeto Leutually) ketika dirinya berbaku
hantam dengan kawan se-timnya. Baku hantam antar tim tak hanya terjadi ketika
berlatih, namun juga terjadi ketika mereka sedang bertanding membanggakan
pulau tercintanya.
Angga Dwi Sasongko setidaknya berhasil membuat saya tidak bosan dengan angle
dan alur cerita yang hanya berisi baku hantam, dan carut marut mengenai Maluku.
Proyek besar nan ambisius ini juga menampilkan beberapa scene mengenai kisah
konflik Sani dengan istrinya, Haspa Umarella (Shafira Umm), permasalahan tersebut
tak lain dan tidak bukan adalah masalah ekonomi. Ya, karena Sani adalah seorang
tukang ojek, tak heran jika upah yang didapatkan bagaikan gambler sejati. Sehari
ada, esokpun tak menentu. Akibatnya, Haspa pun banyak mengutang, urusan biaya
rumah tangga terbengkalai karena Sani lebih memilih untuk berlatih sepak bola
bersama anak-anak Tulehu ketimbang menerima tarikan ojek. Mengurus anak
orang kau bisa, sedangkan anak sendiri kau tak mampu! kata itu yang saya ingat
ketika Haspa meledak besar kepada Sani. Namun, yang dapat digaris bawahi di sini
adalah ketulusan Sani dalam membantu anak-anak Tulehu, cita-citanya yang besar
terhadap anak asuhnya, dan yang pasti kesabaran dari Haspa.
Good point, Angga Dwi Sasongko kembali membuat saya terkagum-kagum! Kenapa,
kawan? Ya, karena dirinya berhasil mengeksploitasi habis-habisan landscape
menawan dari Ambon. Mulai dari pantai sampai desa di sekitaran Tulehu. Dengan
tone warna cloudy & warm yang memberikan kesan dingin sekaligus hangat, kita
seperti dimanjakan oleh iklan-iklan pariwisata di Pulau Timur tersebut. Bonus bagi
para pengamat dan pecinta musik, soundtrack film ini sangat kental dengan nuansa
etnik dan bertaburan musisi biduan Maluku. Glenn Fredly salah satunya yang
membawakan lagu Tinggikan dengan iringan ukulele, dan saxopon dari Nicky
Manuputty, kemudian Hayaka Nendissa dan Morika Tetelepta yang tergabung dalam
Molukka Hiphop Community turut mengisi soundtrack film ini dengan menyanyikan
lagu hits milik mereka yaitu Puritan. Dan, komponis popular Georgie Leiwakabessy
yang pada akhirnya di dapuk untuk membuat beberapa lagu bersama Lexs Trio,
Bob Tutupoly, Andre Hehanussa, Yopie Latul, dan Jane Sahilatua.
Kemudian kita beralih ke perihal bahasa, bolehkah saya standing applause? Karena
film ini berani untuk konsisten menggunakan bahasa Maluku sedari awal film hingga
akhir. Ketika itu juga, penonton di sekitar saya di dominasi oleh mereka yang
berasal dari Maluku. Begitu mendengar tokoh-tokoh film mulai berceloteh dengan
logat & cengkok khas Maluku, seluruh studio terbahak, terdengar salah satu
penonton di belakang saya, Katong jua rindu kampong halaman e setelah lihat film
ini? Jika di ilmu jurnalistik ada istilah proximity alias kedekatan konten dengan
pembaca sebagai news value, maka film ini berhasil melakukannya. Dominasi
penonton adalah mereka yang berasal dari Timur khususnya anak-anak muda, dan
mereka senang bahasa & logat mereka ada di film.
Jika beberapa dari kita mempelajari mengenai ilmu sosiologi dari George Simmel
yang menyatakan bahwa masyarakat yang sehat tidak hanya membutuhkan
hubungan sosial yang sifatnya integratif & harmonis, tetapi juga membutuhkan
adanya konflik (Veeger, 1990). Berdasarkan pandangan Simmel tersebut, Lewis
Coser dan Joseph Himes melanjutkan sebuah studi mengenai fungsi positif sebuah
konflik bagi masyarakat. Menurut Coser (1956) konflik memiliki fungsi positif yaitu:
Sembari anda menelaah kembali isi film, saya akan mengamini bahwa film ini
berhasil merekam jelas tradisi Maluku yang sudah hidup bertahun-tahun lamanya
dan ditanamkan oleh tetua-tetua terdahulu. Tradisi tersebut hidup sebagai
pemahaman Salam Sarane Karja Rame-Rame yang artinya adalah Kristen dan
Islam begitu juga umatnya, bekerja beramai-ramai membangun negeri, menjaga
kedamaian, dan menjauhkan sekat-sekat perbedaan untuk kemaslahatan
masyarakat.
Periode kelam Maluku adalah hal yang tidak pernah dapat diduga oleh segenap
orang Maluku, yang sampai saat ini tetap mempertanyakan bagaimana hal itu
dapat terjadi? Siapa dalangnya dan apa kepetingannya? Bagi banyak orang saat itu,
Maluku adalah tak lebih dari kumpulan pulau-pulau mati, yang tidak memberi ruang
bagi adanya hembusan nafas manusia yang berbeda, tanah parang (pedang),
senjata, dan bom, tanah orang menagis dan merintih. Tapi, Sani adalah pemuda
yang sadar bahwa tak ada yang bisa mengubah Maluku, tanah orang basudara,
negeri nene-moyang (leluhur), dan bumi yang menjanjikan masa depan bagi setiap
insannya... Inilah yang membuat cerita hidup Sani tetang sepak bola mengalami
titik balik, dari yang sekedar soal olahraga menjadi instrumen perdamaian, soal
menang atau kalah menjadi soal mentalitas untuk tetap survive, dan soal "ale"
(kau) dan beta (saya) menjadi soal "katong" (kita)...
Ada beberapa ide yang bisa saya catat dari film ini:
Di tengah situasi demikian, kemunculan tokoh pemuda yang bernama Sani menjadi
hal yang menarik dengan peran yang dimainkannya dalam upaya melerai konflik.
Ketika konflik merebak ke seantero negeri, pemuda ini memiliki strategi tersendiri
untuk menarik perhatian anak-anak dari "baku tembak" ke "sepak bola". Ketika
"tiang lonceng" berbunyi sebagai tanda perang dimulai, sang pemuda ini memilih
jalan lain dengan mengumpulkan anak-anak untuk berlatih sepak bola. Di sini ia
hadir dengan tawaran yang berbeda, tawaran yang tidak membawa pada aksi
bunuh-membunuh dan trauma panjang sebagaimana yang ditawarkan oleh opsi
perang. Sebaliknya, yang dilakukannya sebetulnya tawaran damai, tawaran yang
melupakan kekerasan, tetapi sekaligus juga menjadi kritik bahwa parang harus
dihentikan dan generasi Maluku berhak hidup dengan rasa damai.
Cerita hidup Sani ini menjadi pelajaran penting bagi kita, bahwa pemuda dengan
kompetensi yang dimiliki mempunyai peranan penting dalam menciptakan
kehidupan masyarakat yang lebih baik dan harus diupayakan demi terciptanya
keadilan sejati. Dalam konteks ini, Sani memberi interpretasi lain terhadap
olahraga, terutama sepak bola. Dalam perspektif Sani, sepak bola sepenuhnya
bukan sekedar olahraga, apalagi pertandingan dimana ada kelompok yang disebut
lawan, melainkan sebagai instrumen perdamaian. Hal ini menegaskan bahwa
potensi yang dimiliki, apapun itu, harus diberdayakan untuk mewujudkan
masyarakat adil dan damai. Di sini saya teringat beberapa gerakan pemuda pasca-
konflik di Ambon yang sangat aktif dalam pengembangan kreatifitas seni, sastra,
dan olahraga. Komunitas-komunitas kreatif itu sebetulnya mewarisi spirit damai
Sani, yakni menjadikan komunitas mereka sebagai tempat terjadinya "dialogue of
life" dan jembatan yang mempertemukan para pemuda lintas iman, ketika
masyarakat Maluku semakin tersegregasi secara demografis. Semoga saja mereka
akan tetap hidup...
(2) Beta Maluku: Subtitusi terhadap Beta Salam dan Beta Sarane!
Di tengah konflik dan kekerasan yang muncul akibat politisasi agama, kesadaran
identitas berdimensi geografis, kultural, dan etnisitas perlu dipromosikan: Beta
Maluku! Ini adalah identitas universal yang ditawarkan kepada orang-orang Maluku
saat itu. Aspek ini kuat sekali dalam film ini. Identitas-identitas yang partikular bisa
menimbulkan persinggungan jika tidak dihayati sebagai identitas minor dari sebuah
identitas yang lebih besar. Hal ini yang sebetulnya terjadi dalam konteks konflik
Maluku. Dalam arti tertentu, konflik Maluku adalah konflik identitas, antara "beta
Salam" dengan "beta Sarane". Kedua identitas ini dipertaruhkan dalam kutub yang
saling berlawanan, tentu dengan tujuan untuk melihat mana yang lebih unggul dan
mampu bertahan. Adegan yang diperankan oleh "Salembe" dan "dua anak Passo"
dalam cerita film ini adalah indikasi nyata tentang adanya pertarungan identitas
tadi. Salembe merepresentasikan "Beta Salam" dan dua anak Passo itu
merepesentasikan "Beta Sarane", namun Sani tampil dengan pilihan ketiga, "Beta
Maluku". Dengan begitu, "Beta Maluku" adalah subtitusi dari Beta Salam atau Beta
Sarane di tengah ketegangan yang muncul akibat partikularisme religius ini.
Dalam konteks orang Maluku, ketika seseorang menyebut "beta Maluku", hal ini
tidak sekedar menjadi keterangan identitas, tetapi mengandung penghayatan yang
dalam secara emosional tentang kemalukuan. Istilah "Maluku" tidak hanya dipahami
sebagai suatu nama tempat, tetapi sebagai jati diri dan harga diri, sebagai
eksistensi dan integritas seseorang yang mendiaminya. Ikatan emosional yang kuat
terhadap kemalukuan membuat seseorang bisa melakukan apa saja, termasuk
anarkisme, untuk membela identitas ini. Dengan begitu, dengan mengusulkan
identitas pengganti, Sani menyentuh hal yang paling dekat dengan emosionalitas
anak-anak negeri ini. Alhasil, ketegangan internal yang muncul antara Salembe dan
dua anak Passo yang Kristen itu bisa dipatahkan.
Dalam konteks Maluku pasca-konflik, identitas ini masih perlu untuk dipromosikan.
Setiap generasi yang hidup saat ini harus tetap sadar bahwa "katong Maluku" (Kami
Maluku). Identitas ini harus menjadi semacam alat kontrol bagi perilaku sosial
masyarakat Maluku sendiri. Kalau tidak mau identitas kemalukuan dilecehkan dan
dimanipulasi untuk kepentingan orang lain, sebagaimana yang terjadi lima belas
tahun silam, maka anak-anak Maluku harus terus meningkatkan kapasitas dirinya
supaya tidak gampang dipermalukan karena kemalukuannya. "Katong Maluku" juga
harus menjadi pelajaran bagi dunia lain, bahwa kami mampu menjadi contoh dari
sebuah perjuangan damai, yakni damai yang dihasilkan dalam proses yang
berdarah-darah. "Katong Maluku" harus jadi cerita bagi orang lain tentang sebuah
kekuatan perdamaian yang harus diupayakan dengan menyentuh sisi terdalam
manusia.
Aspek ini sebetulnya disadari oleh sang sutradara film ini, namun sayangnya hal ini
tidak berani dielaborasi lebih lanjut, atau setidaknya memberi respons atas
sensitifitas "Salembe" mengenai profesi "polisi". Si tokoh ini sebetulnya mewakili
ribuan orang Maluku yang menduga adanya keterlibatan kekuatan lebih besar,
yakni kekuatan non-sipil dalam konflik Maluku lalu. Bukan rahasia lagi, bahwa
kelompok non-sipil juga turut mempengaruhi tingginya eskalasi konflik.
Sekalipun sang sutradara tidak terlalu jauh menyinggung aspek ini, namun
kemunculan tokoh Salembe menjadi "reminder" (pengingat) bagi mereka, para
pelaku intelektual dan kroni-kroninya, bahwa kami orang Maluku tidak lupa sejarah,
bahwa kami pernah dibodohi untuk kepentingan mereka dan akan terus bertanya
dan mencari keadilan, supaya mereka tahu bahwa kami tak bisa lagi dibodohi
karena kami berbeda! Mereka tak lagi bisa memanfaatkan kami, supaya dengan
leluasa mereka dapat meraup keuntungan dari manusia yang saling membunuh dan
kota yang dibumihanguskan. Kami akan terus bertanya, sampai kami mendapat
jawabannya...