Anda di halaman 1dari 12

BAB 12

SISTEM BIAYA TAKSIRAN

NURBAETI AFFANDIE
2103070025

1. Definisi Biaya Taksiran


Biaya taksiran (estimated cost) merupakan salah satu bentuk biaya yang ditentukan di muka
sebelum produksi dilakukan atau penyerahan jasa dilaksanakan. Sistem biaya taksiran adalah
sistem akuntansi biaya produksi yang menggunakan suatu bentuk biaya-biaya yang ditentukan di
muka dalam menghitung harga pokok produk yang diproduksi.

2. Tujuan Penggunaan Biaya Taksiran


Tujuan penggunaan sistem biaya taksiran adalah :
1. Untuk jembatan menuju sistem biaya standar
2. untuk menghindari biaya yang relatif besar dalam pemakaian sistem biaya standar.
3. untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan.
4. untuk mengurangi biaya akuntansi.
Penggunaan sistem biaya taksiran sebagai jembatan menuju sistem biaya standar mempunyai
keuntungan sebagai berikut:
a. Melatih karyawan dalam menggunakan sistem biaya standar karenaadanya beberapa
kesamaan diantara kedua sistem tersebut
b. Menyesuaikan karyawan secara bertahap terhadap sistem yang baru, agar terpelihara
hubungan yang baik dengan karyawan.

3. Penentuan Biaya Taksiran


Biaya taksiran biasanya dipecah menjadi tiga unsur: Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik. Biaya taksiran dapat ditentuka atas dasar data masa lalu, dari perhitungan,
dari rumus kimia atau matematis,atau secara sederhana dengan taksiran.
Dalam penentuan taksiran biaya bahan baku yang dipakai untuk menghasilkan sejumlah produk
tertentu, perlu dilakukan penaksiran kuantitas tiap-tiap bahan baku yang dibutuhkan dan taksiran
harga masing-masing.
Taksiran biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk didasarkan pada tarif yang
ditentukan dimuka.
Biaya overhead pabrik variabel ditaksir dengan melihat hubungan biaya tersebut dengan
produksi,dengan anggapan bahwa terdapat hubungan yang konstan antara jumlah produksi dengan
biaya yang dikeluarkan. Biaya overhead pabrik ditaksir dengan cara memperhatikan masing-masing
unsur biaya overhead pabrik tetap yang bersangkutan. Pada umumnya biaya overhead pabrik tetap
lebih mudah cara penaksirannya. Misalnya biaya depresiasi mesin, ditaksir dengan
memperhitungkan jumlah mesin yang dimiliki sekarang dengan memperhitungkan rencana
investasi serta rencana pemberhentian pemakaian mesin yang akan terjadi dimasa yang akan
datang. Penaksiran jumlah asuransi tergantung pada kemungkinan perubahan polis asuransi yang
diperkirakan akan terjadi dalam periode pemakaian biaya taksiran. Gaji pengawas pabrik dapat
diaksir dengan melihat rencana gaji yang akan dibayarkan kepada pengawas tersebut.

4. Prosedur Akuntansi dalam sistem biaya taksiran


a. Prosedur pencatatan biaya bahan baku
Jika metode mutasi persediaan dipakai, pembelian bahan baku dicatat dengan jurnal:
Persediaan Bahan Baku xx
Utang dagang xx
Jurnal pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut:
Barang dalam proses-Biaya bahan baku xx
Persediaan bahan baku xx
Jika metode persediaan fisik (physical inventory method)digunakan, pembeliaan
bahan baku dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Pembeliaan xx
Utang dagang xx
Metode persedian fisik, jurnal untuk mencatat biaya bahan baku selama periode tertentu adalah :
a. Barang dalam proses-biaya bahan baku xx
Persediaan bahan baku xx
(untuk menutup harga pokok persediaan bahan baku awal periode)

b. Barang dalam proses-biaya bahan baku xx


Pembelian xx
(untuk menutup rekening pembelian)
c. Persedian bahan baku xx
Barang dalam proses-biaya bahan baku xx

b. Prosedur Pencatatan Biaya Tenaga Kerja


Biaya tenaga kerja (yang meliputi upah, biaya kesejahteraan karyawan, dan biaya lain-lain untuk
karyawan)yang sesungguhnya terjadi dalam suatu periode di jurnal sebagai berikut:
Barang dalam proses-Biaya tenaga kerja xx
Biaya administrasi dan umum xx
Biaya pemasaran xx
Gaji dan upah xx

c. Prosedur Pencatatan Biaya Overhead Pabrik


Dalam sistem biaya taksiran, biaya overhead pabrik dicatat dengan menggunakan salah satu
metode berikut ini.
Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi
dalam periode tertentu. Jurnal biaya pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi
adalah sebagai berikut:
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xx
Persediaan suku cadang xx
Akumulasi depresiasi aktiva tetap xx
Kas xx

Pada akhir periode, biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi selama periode tertentu
dibebankan kepada produk dengan jurnal sebagai berikut:

Barang dalam proses-Biaya overhead pabrik xx


Biaya overhead pabrik sesungguhnya xx

5. Prosedur Pencatatan harga pokok produk jadi dan produk yang masih dalam proses pada akhir
periode
Harga pokok produk jadi dihitung dengan cara mengalikan kuantitas produk jadi yang dihasilkan
selama satu periode demgan biaya taksiran per satuan produk. Harga pokok produk yang masih
dalam proses pada akhir periode dihitung dengan cara mengalikan unit ekuivalensinya dengan
biaya taksiran per satuian produk. Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi dan produk yang
masih dalam proses pada akhir periode adalah sebagai berikut:
Persedian Produk Jadi xx
Persedian Produk dalam proses xx
Barang dalam proses-Biaya Bahan Baku xx
Barang dalam proses- Biaya Tenaga Kerja xx
Barang dalam proses- Biaya Overhead Pabrik xx

6. Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk yang Dijual


Metode pencatatan biaya overhed pabrik memakai selisih dengan cara mencari saldo rekening
Barang dalam proses
Selisih xx
Barang dalam proses- BBB xx
Barang dalam proses- BTK xx
Barang dalam proses- BOP xx
Pencatatan biaya overhed pabrik secara langsung terjadi, ada 2 cara :
1. Selisih xx
BDP-BBB xx
BDP-BTK xx
BDP-BOP xx

2. Selisih xx
BOP sesungguhnya xx
Contoh :

PT Elions memproduksi satu macam produk melalui satu tahap pengolahan. Perusahaan
menggunakan sistam biaya taksiran dan biaya taksiran per kilogram produk adalah sebagai berikut:
Biaya Bahan Baku 2 kg @ Rp 9 Rp 18
Biaya tenaga kerja 1jam @ Rp 27 Rp 27
Biaya overhead pabrik 1jam @ Rp 37 Rp 37
Biaya taksiran per kg produk Rp 82

Data kegiatan perusahaan dalam bulan november 2007 adalah:


1. Persedian pada bulan November 2007
a. Harga pokok persedian bahan baku sebesar Rp 20.000.
b. Jumlah persedian produk dalam proses sebanyak 3.000 kg dengan tingkat penyelesaian sebagai
berikut : biaya bahan baku 100%; biaya konversi 2/3. harga pokok taksiran persedian produk dalam
proses ini dihitung sebagai berikut:
Biaya bahan baku 100% x 3.000 x Rp 18 Rp 54.000
Biaya tenaga kerja 2/3 x 3.000 x Rp 27 Rp 54.000
Biaya overhead pabrik 2/3 x 3.000 x Rp 37 Rp 74.000
Jumlah Rp 182.000
c. Persediaan produk jadi berjumlah 500 kg.
2. Kegiatan selama bulan november 2007
a. Pembelian bahan baku sebesar Rp 660.000
b. Jumlah jam tenaga kerja sesungguhnya sebesar 34.500 jam dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp
925.000
c. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif per jam kerja langsung sebesar
Rp 37. biaya overhead pabrik sesungguhnya yang terjadi dalam bulan november berjumlah Rp
1.261.000
d. Produk jadi yang ditransfer ke gudang selama bulan november berjumalh 35.500 kg.
e. Produk jadi dijual dengan harga jual Rp 110 per kg.
3. Persedian pada akhir bulan novmber 2007
a. Harga pokok persediaan bahan baku yang ditentukan dengan metode masuk pertama keluar
pertama (MPKP) sebesar Rp 40.000
b. Jumlah persedian produk dalam proses sebanyak 2.500 kg dengan tingkat penyelesaian sebagai
berikut : Biaya bahan baku 100%; biaya konversi 20%.
c. Persedian produk jadi berjumlah 1.000 kg.
Jurnal-jurnal pencatatan yang dibuat dalam sistem biaya taksiran adalah:
a. Jurnal Pembelian bahan baku :
Pembelian Rp 660.000
Utang dagang Rp 660.000
b. Jurnal pencatatan biaya bahan baku yang sesungguhnya dipakai:
Barang dalam proses-Biaya bahan baku Rp 640.000
Persedian bahan baku Rp 40.000
Persedian bahan baku Rp 20.000
Pembelian Rp 660.000

Perhitungan biaya bahan baku seseungguhnya sebagai berikut :


Harga pokok persedian bahan baku pada awal bulan Rp 20.000
Pembelian Rp 660.000
Rp 680.000
Harga pokok persedian bahan baku pada akhir bulan Rp 40.000
Biaya bahan baku selama bulan november Rp 640.000

c. Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja sesungguhnya :


Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp 925.000
Gaji dan upah Rp 925.000

d. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebenkan kepada produk.


Barang dalam proses-biaya overhead pabrik Rp 1.276.500
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp 1.276.500

e. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya


Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya Rp 1.261.000
Berbagai macam rekening yang dikredit Rp 1.261.000
f. Jurnal penutupan biaya overhead pabrik yang dibebankan ke rekening BOP
Biaya overhead pabrik yang di bebankan Rp 1.276.500
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 1.276.500

g. Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang


Persediaan produk jadi Rp 2.911.000
Barang dalam proses-Biaya bahan baku Rp 639.000
Barang dalam proses biaya tenaga kerja Rp 958.500
Barang dalam proses-Biaya overhead pabrik Rp1.313.000

i. Jurnal pencatatan harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir bulan November
19X7.
Persediaan produk dalam proses Rp 77.000
Barang dalam proses-Biaya bahan baku Rp 45.000
Barang dalam proses-Biaya tenaga kerja Rp 13.500
Barang dalam proses-Biaya overhead pabrik Rp 18.500

h. Jurnal pencatatan harga pokok produk yang terjual dalam bulan November 19X7.
Harga pokok penjualan Rp.2.870.000
Persediaan produk jadi Rp.2.870.000

Perhitungan harga pokok produk yang di jual adalah sebagai berikut:

Persediaan produk jadi akhir bulan 500 kg


Produk selesai bulan november 35.500 kg

36.000 kg
Persedian produk jadi akhir bulan 1.000

Jumlah produk yang terjual dalam bulan november 35.000 kg


Biaya taksiran per kg produk Rp82

Harga pokok penjualan Rp.2.870.000

I. Jurnal pencatatan hasil penjualan bulan november19XI


Piutang dagang Rp.3.850.000
Hasil penjualan Rp.3.850.000

j. Jurnal pencatatan selisih biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya yang terdapat dalam rekening
barang dalam proses.
Selisih Rp 35.000
BDP-BBB Rp 10.000
BDP-BTK Rp 7.000
BDP-BOP Rp 18.500
h.Jurnal pencatatan selisih antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan yang dibebankan
atas dasar tarif
Biaya overhead pabrik Rp 15.500
Selisih Rp
15.500

PROSEDUR AKUTANSI DALAM SISTEM BIAYA TAKSIRAN JIKA PRODUK DIOLAH MELALUI LEBIH
DARI SATU DEPARTEMEN PRODUKSI

Jika proses produksi melalui lebih dari satu departemen produksi, maka perlu digunakan rekening
transfer untuk mencatat harga pokok taksiran produk selesai dari departemen pertama atau
departemen lain sebelum departemen produksi terakhir. Misalnya produk tertentu diolah melalui
departemen A dan menjadi produk jadi dan siap untuk dijual setelah selesai diolah dalam
departemen B. Produk yang selesai diolah dari departemen A secara fisik kemudian ditransfer ke
departemen B dan harga pokok taksiran produk selesai lebih dahulu harus dicatat dalam rekening
perantara yang disebut Tranfer Departemen A.

Contoh
PT Eliona Sari memproduksi satu macam produk melalui dua departemen produksi:departemen A
dan B. Biaya taksiran tiap kilogram produk tersebut disajikan dalam gambar

Unsur Departemen A Departemen B Jumlah tiap unsur


Harga Pokok Biaya Produksi

Biaya bahan baku Rp 300,00 - Rp 300,00


5 kg@Rp 60
Biaya tenaga kerja
3,5 jam @ Rp 27 94,50 - -
3,0 jam @ Rp 50 - Rp 150,00 244,50
Biaya overhead pabrik
3,5 jam @ RP 80 280,00 - -
50% biaya tenaga - 75,00 355,00
Kerja
Jumlah biaya taksiran
Per kilogram Rp 675,50 Rp 225,00 Rp 899,50
Data biaya selama kuartal pertama tahun 19X7 adalah sebagai berikut :
a. Biaya tenaga kerja sesungguhnya Departemen A sebesar Rp 287.330 dengan jam tenaga kerja
sesungguhnya sebanyak 31.415 jam, sedangkan biaya tenaga kerja sesungguhnya Departemen B
sebesar Rp 455.000
b. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan sebagai berikut
:
Departemen A : Rp 27 per jam tenaga kerja
Departemen B : 50% biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam kuartal pertama sebesar Rp 845.000
( Departemen A ) dan Rp 225.000 (Departemen B ).
Pencatatan biaya bahan baku memakai metode mutasi persediaan. Biaya bahan bakusesungguhnya
sebesar rp 925.000.
Jumlah produk yang terjual sebanyak 2.700 Kg dengan harga 1000 per Kg.

Data produksi selama kuartal pertama tahun 19X7 disajikan dalam gambar 12.7.
Data produksi Departemen A Departemen B
a. persediaan produk dalam
proses pada awal periode,
dengan tingkat penyelesaian :
Biaya bahan baku 100%, Biaya
Konversi 60%, baik untuk depart
emen A maupun departemen B 100 Kg 200 Kg
b. jumlah produk yang di masukan
dalam proses 3.100 kg -
c.jumlah produk yang di terima
dari departemen A - 3.000
d. produk selesai yang di transper
ke departemen B 3.000 -
Jurnal-jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat kegiatan PT. El Sari selama kuartal pertama tahun
19X7 adalah sebagai berikut:
1. Jurnal pencatatan biaya bahan baku yang dipakai:
BDP-Biaya bahan baku Deprt A Rp 925.000
Persediaan bahan baku Rp 925.000

2. Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja di Departemen A


BDP-Biaya tenaga kerja Depart A Rp 287.330
Gaji dan upah Rp 287.330

3. Jurnal pencatatan pembebebanan biaya overhead pabrik kepada produk di Departemen A, atas
dasar tarif yang ditentukan di muka:
BDP-Biaya overhead pabrik Depart A Rp 848.205
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp 848.205
31.415 x Rp27 = Rp 848.205

4. Jurnal pencatatan harga pokok taksiran produk selesai yang ditransfer dari Departemen A ke
Departemen B adalah sebagai berikut:
Transfer Departemen A Rp 2.203.500
BDP BBB Rp 900.000
BDP BTK Rp 283.500
BDP BOP Rp 840.000
Perhitungan harga pokok taksiran produk selesai ditransfer dari Departemen A ke Departemen B
adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku 3.000 x Rp 300,00 Rp 900.000
Biaya tenaga kerja 3.000 x 94,50 Rp 283.500
Biaya overhead pabrik 3.000 x 280,00 Rp 840.000
Jumlah Rp2.023.500

5. Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja di Departemen B:


BDP BTK Departemen B Rp 455.000
Gaji dan upah Rp 455.000

6. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk Departemen B atas
dasar tarif yang ditentukan dimuka.
BDP BTK Departemen B Rp 227.500
BOP yang dibebankan Rp 227.500

7. Jurnal pencatatan harga pokok produk selesai yang ditransfer dari Departemen B ke gudang.
Persedian produk jadi Rp2.788.400
Transfer Depart A Rp2.090.950
BDP BTK Depart B Rp 465.000
BDP BOP Depart B Rp 232.000
Perhitungan harga pokok taksiran produk selesai yang ditransfer departemen B ke gudang adalah
sebagai berikut:
Harga pokok taksiran yang berasal dari Departemen A (dikreditkan dalam rekening transfer
Departemen A) 3.100 kg x Rp 674,50 Rp2.090.950
Biaya yang ditambahkan dalam departemen B
Biaya tenaga kerja 3.100 kg x Rp 150 Rp 465.000
Biaya overhead pabrik 3.100 kg x Rp 75 Rp 232.000
Jumlah Rp2.788.400

8. Jurnal pencatatan harga pokok takssiran produk yang terjual


Harga pokok penjualn Rp2.428.650*
Persedian produk jadi Rp2.428.650
*
) 2.700 x Rp 899,50 = Rp 2.428.650

9. Jurnal pencatatan harga pokok taksiran persediaan produk yang masih dalam proses pada akhir
periode di departemen A dan B
Persedian produk dalam proses Deprt A Rp 89.960
BDP BBB Deprt A Rp 60.000
BDP BTK Deprt A Rp 7.560
BDP BOP Deprt A Rp 2.400

Persediaan produk dalam proses Deprt B Rp 76.450


Transfer Departemen A Rp 67.450
BDP BTK depart A Rp 6.000
BDP BOP depart A Rp 3.000

10. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi di Departemen A dan B
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp1.070.000*
Berbagai macam rekening dikredit Rp1.070.000
*
) Departemen A Rp 845.000
Departemen B Rp 225.000
Jumlah Rp1.070.000

11. Jurnal penutupan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ke rekening biaya overhead
pabrik sesungguhnya
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp1.075.705
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp1.075.705

12. Jurnal pencatatan selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran yang terdapat dalam
rekening Barang dalam Proses:
BDP BBB depart A Rp 5.000
Selisih 2.545
BDP BTK Deprt A Rp 1.940
BDP BOP Depart A 2.605
BDP BTK deprt B 2.000
BDP BOP depart B 1.000
Perhitungan selisih tersebut dilakukan dengan menghitung saldo rekening Barang Dalam Proses
masing-masing departemen dengan cara mengurangi jumlah pendebitan dengan jumlah
pengkreditan masing-masing rekening tersebut.
Harga pokok taksiran persedian produk dalam proses awal
Unsur harga pokok Departemen A Transfer Departemen B
Departemen A

Biaya bahan baku


100x100%xRp300 Rp30.000 - -
200x100%xRp300 - Rp60.000 -
Biaya tenaga kerja
100x 60%xRp94,50 5.670
200x100%xRp94,50 - 18.900
200x 60%xRp150 - - Rp 18.000
Biaya overhead pabrik
100x 60%xRp280 16.800 - -
200x100%xRp280 56.000
200x
60%xRp75 9.000
Jumlah Rp52.470 Rp134.900
Rp27.000
Jika jurnal-jurnal tersebut di atas dan harga pokok persediaan produk dalam proses awal
dibukukan dalam rekening buku besar, maka saldo rekening barang dalam proses dapat dihitung
dan jumlah tersebut merupakan selisih.
Selisih di Departemen A
Selisih bahan baku Rp5.000 L
Selisih biaya tenaga keja 1.940 R
Selisih biaya overhead pabrik 2.605 R

Selisih di departemen B
Selisih biaya tenaga kerja Rp2.000 R
Selisih biaya overhead pabrik 1.000 R

13. Jurnal pencatatan selisih antara overhead pabrik sesungguhnya dengan biaya overhead pabrik
yang dibebankan.
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp5.075
Selisih Rp5.075

PERLAKUAN TERHADAP SELISIH


1. pembagian selisih atas dasar perbandingan kuantitas persedian produk dalam proses, persedian
produk jadi, dan produk yang terjual.

Persedian produk dalam proses awal 3.000 kg


Jumlah produk yang dimasukkan dalam proses 35.000
38.000 kg
Jumlah produk selesai 35.500 kg
Persedian produk dalam proses akhir 2.500
38.000

Pembagian selisih ke dalam rekening-rekening persedian produk dalam proses, persedian produk
jadi, dan harga pokok penjualan dilakukan dua tahap sebagai berikut:
a. Membagikan selisih ke dalam rekening produk selesai dan persedian produk dalam proses.
b. Membagikan jumlah selisih yang dialokasikan ke produk selesai tersebut kepada rekening-
rekening produk jadi dan harga pokok penjualan atas dasar unit ekuivalensi sebagai berikut:
Persediaan produk jadi 500 kg
Harga pokok penjualan 35.500 kg
Jurnal untuk membagikan selisih-selisih ke dalam rekening-rekening persediaan dalam proses dan
produk jadi adalah sebagai berikut:
1. Persediaan Produk dalam Proses Rp 714
Persediaan Produk Jadi 9.286
Selisih Rp 10.000

2. persediaan produk dalam proses Rp 106


Persediaan produk jadi 6.894
Selisih Rp 7.000

3. persediaan produk dalam proses Rp 45


Persediaan produk jadi 2.955
Selisih Rp3.000

2. Pembagian selisih atas dasar harga pokok persedian produk dalam proses, persedian produk jadi,
dan harga produk yang terjual
Selisih-selisih yang terjadi dalam Departemen A
Selisih biaya bahan baku Rp5.000 L
Selisih biaya tenaga kerja 1.940 R
Selisih biaya overhead pabrik 600 R
Jumlah Rp3.660 L

Selisih-selisih yang terjadi dalam Departemen B


Selisih upah langsung Rp2.000 R
Selisih biaya overhead pabrik 1.500 L
Jumlah Rp 500 R

Jurnal-jurnal untuk mencatat pembagian selisih:


1. Selisih Rp5.000
Persediaan Produk dalam proses-Dprt A Rp 167
Persediaan Produk dalam proses-Dprt B 83
Persediaan Produk jadi 2.500
Harga pokok Penjualan 2.500

2. Persediaan produk dalam proses depart A Rp 26


Persediaan produk dalam proses dep B 33
Persediaan produk jadi 990
Harga pokok penjualan 891
Selisih Rp1.940

Anda mungkin juga menyukai