PENILAIAN KINERJA
Penilaian kinerja merupakan salah satu bagian yang penting dalam sebuah
organisasi. Namun demikian, kinerja yang memuaskan tidak serta merta terjadi
begitu saja. Untuk mewujudkan kinerja yang baik memerlukan penilaian kinerja
bersimbiosis dengan sistem manajemen kinerja (yang mana akan dibahas dalam
bab selanjutnya). Penilaian kinerja tidak dapat dipisahkan dari sebuah organisasi,
karena penilaian kinerja bisa disetarakan dengan proses evaluasi yang hasilnya
akan digunakan dalam perencanaan kebijakan organisasi selanjutnya.
8
Siagian (1995:225226) menyatakan bahwa penilaian prestasi kerja
adalah suatu pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi kerja para
pegawai yang di dalamnya terdapat berbagai faktor seperti :
9
Penilaian kinerja menurut Werther dan Davis (1996:342)
mempunyai beberapa tujuan dan manfaat bagi organisasi dan pegawai yang
dinilai, yaitu:
a. Performance Improvement
Yaitu memungkinkan pegawai dan manajer untuk mengambil
tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja,
b. Compensation adjustment
Membantu para pengambil keputusan untuk menentukan siapa
saja yang berhak menerima kenaikan gaji atau sebaliknya,
c. Placement decision
Menentukan promosi, transfer, dan demotion,
d. Training and development needs
Mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan bagi
pegawai agar kinerja mereka lebih optimal,
e. Carrer planning and development
Memandu untuk menentukan jenis karir dan potensi karir yang
dapat dicapai,
f. Staffing process deficiencies
Mempengaruhi prosedur perekrutan pegawai,
g. Informational inaccuracies and job-design errors
Membantu menjelaskan apa saja kesalahan yang telah terjadi
dalam manajemen sumber daya manusia terutama di bidang
informasi job-analysis, job-design, dan sistem informasi
manajemen sumber daya manusia,
h. Equal employment opportunity
Menunjukkan bahwa placement decision tidak diskriminatif,
i. External challenges
Kadang-kadang kinerja pegawai dipengaruhi oleh faktor
eksternal seperti keluarga, keuangan pribadi, kesehatan, dan
lain-lainnya. Biasanya faktor ini tidak terlalu kelihatan, namun
dengan melakukan penilaian kinerja, faktor-faktor eksternal ini
akan kelihatan sehingga membantu departemen sumber daya
manusia untuk memberikan bantuan bagi peningkatan kinerja
pegawai,
j. Feedback
Memberikan umpan balik bagi urusan kepegawaian maupun
bagi pegawai itu sendiri.
10
Tujuan penilaian kinerja menurut Syafarudin Alqi (2001: 187) secara
teoritir tujuan penilaian dikategorikan sebagau suatu yang bersifat evaluasi
dan pengembangan. Yang termasuk dalam kategori evaluasi sebagai berikut:
11
Oleh sebab itu, alat ukur pendekatan sifat pribadi mempunyai keandalan
yang rendah. Kesahihan pendekatan sifat untuk penilaian unjuk kerja
juga sangat diragukan.
12
3. Penilaian berdasar pendekatan perilaku.
Pendekatan kerja ini umumnya lebih sahih dan terandalkan
daripada pendekatan sifat dan berdasarkan masalah-masalah yang ada,
cara ini seringkali lebih realistis daripada pendekatan hasil. Meskipun
secara umum pendekatan ini juga ada resikonya, tetapi dengan aman
dapat dikatakan bahwa lebih banyak ahli psikologi industri atau
organisasi menganjurkan penilaian perilaku daripada sifat dalam
berbagai kasus.
Kekecualian terjadi bila tidak terdapat keraguan atau ketidak
jelasan hubungan langsung diantara perilaku seseorang dengan hasil
yang diperolehnya atau bila sebuah organisasi tetap mempertahankan
kriteria bottom line (yang penting hasilnya) dalam hal ini, maka
penilaian hasil adalah yang cocok.
13
Penggunaan penilaian kinerja pada umumnya ada dua, yaitu penggunaan
administratif dan penggunaan pengembangan.
a. Penggunaan Administratif
Penggunaan administratif biasanya berhubungan dengan
penghargaan yang diharapkan diterima oleh pegawai dengan
produktivitasnya yang dihasilkan oleh mereka sendiri, seperti yang ada
dalam bagan di bawah ini:
14
periode penilaian saja, karena untuk menjaga obyektifitas penilaian, kegiatan
penilaian kinerja hendaknya dilakukan setiap waktu. Atasan hendaknya dapar
memberikan penilaian pada setiap tahapan penyelesaian kegiatan.
Inti dari tahap ini adalah apabila akan melaksanakan penilaian kinerja,
maka sebelumnya harus dinyatakan dengan jelas hal-hal berikut: jenis-jenis
pekerjaan, tanggung jawab yang dimiliki, kondisi kerja, kegiatan yang harus
dilakukan.
15
memperbandingkan kinerja antar pegawai yang memiliki kesamaan
tugas,
c. Manajemen, proses ini merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian kinerja.
Pihak manajemen harus berorientasi ke masa depan untuk meningkatkan
potensi pegawai di organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dilakukan
dengan pemberian umpan balik dan pembinaan untuk meningkatkan
kinerja pegawainya.
2.6 RINGKASAN
16
BAB 3
17
atau mengurangi kenyataan dan sulit untuk dipengaruhi oleh bias
-bias penilai.
A. Variable lingkungan
Dalam model ini dimasukkan dalam komponen kesempatan
(opportunity). Diantara faktor-faktor yang memepngaruhi kesempatan
untuk melakukan prestasi adalah rancangan kerja, kondisi kerja,
komunikasi, keanggotaan kelompok, dan kepemimpinan.
B. Kapasitas untuk melakukan prestasi
Meliputi variable fisik, fisiologi, pengetahuan dan keahlian yang
sesuai, seperti misalnya umur, pendidikanm energy, kesehatan, dan
kemampuan. Sejauh mana seorang karyawan suatu organisasi memiliki
karakteristik yang membuatnya mampu melakukan prestasi, dalam
beberapa hal tergantung pada cara bagaimana aktivitas pencarian
karyawan (recruiting), pemilihan, penempatan dan pelatihan dilakukan.
C. Motivasi adalah variabel kemauan
Variabel ini merupakan karakteristik psikologi perseorangan dan
meliputi nilai (value), sikap (attitude), dan persepsi, dan juga motivasi.
Bersama-sama kombinasi kesempatan (O), kapasitas (C), dan
kemauan (W) menghasilkan hasil unjuk kerja pengamatan.
18
pengetahuan karyawan (C). Model Blumberg-Pringle yang penting sekali
untuk diperhatikan adalah variabel lingkungan yang menurut mereka
seringkali terlalu mudah diabaikan.
CAPACITY
PERFORMANCE
19
BAB 4
Metode penilaian kinerja dibagi menjadi dua, yaitu yang berorientasi pada
masa lalu dan yang berorientasi pada masa depan. Selanjutnya, pada masa lalu
atau masa depan dibedakan menurut dua kategori, yaitu menurut penilai dan
menurut instrumennya. Berikut adalah bagan yang bisa menjelaskan:
20
Bagan 2. Macam Metode Penilaian kinerja
21
Umpan balik ini selanjutnya bisa mengarahkan kepada perbaikan-
perbaikan prestasi. Penilaian prestasi kerja yang berorientasi masa lalu,
artinya penilaian prestasi kerja seorang karyawan itu dinilai berdasarkan hasil
yang telah dicapai oleh karyawan selama ini.
A. Check List
Metode ini dilakukan dengan menggunakan formulir
penilaian yang mencantumkan skala atau bobot tertentu dari
rendah hingga tinggi. Bobot untuk berbagai faktor berbeda dari
satu jenis pekerjaan dengan pekerjaan yang lain. Misalnya bobot
bagi kepemimpinan tinggi bagi seseorang yang menduduki
jabatan manajerial. Sebaliknya, bobot kepemimpinan rendah
atau bahkan tidak dinilai sama sekali bagi seorang pekerja yang
melaksanakan kegiatan operasional dan tidak memiliki bawahan
sama sekali.
Keuntungan metode ini antara lain:
1) Murah dalam penyusunan dan administrasinya
2) Penilai hanya memerlukan sedikit latihan
3) Tidak memakan banyak waktu
4) Dapat dipakai untuk jumlah karyawan yang banyak
Sedangkan kerugiannya, yaitu bila formulir penilaian akan
dipakai untuk semua pekerjaan, sulit dalam menentukan criteria
yang relevan dengan pelaksanaan kerja. Selain itu, metode ini
memiliki kecenderungan penilaian yang bersifat subyektif,
interpretasi yang tidak tepat tentang faktor yang dinilai, dan cara
pembobotan yang kurang tepat.
22
B. Metode Tes dan Observasi
Karena berbagai pertimbangan dan keterbatasan,
C. Essay Appraisal
Teknik ini mungkin merupakan teknik yang paling
sederhana. Penimbang menulis suatu karanganatau cerita
yang berisi kekuatan dan kelemahan tenaga kerja, prestasi kerja
23
yang lalu, potensi-potensinya dan saran-saran perbaikan dan
peningkatan.
Kelebihan:
a) Memiliki bentuk yang sederhana.
Kelemahan:
1) Karena tidak berstruktur, maka hasil PK dari berbagai
penimbang akan sangat bervariasi dalam hal panjangnya dan
isinya cerita. Hal ini menyebabkan timbulnya kesulitan
untuk membuat perbandingan antara para tenaga kerja.
2) Penimbang memiliki kecakapan menulis yang berbeda-beda
sehingga PK yang baik atau buruk mungkin ditentukan oleh
keterampilan penimbang dalamn menulis dan bukan oleh
tingkat prestasi kerja tenaga kerja yang nyata.
D. Critical Incident
Teknik ini mengharuskan penimbang memperhatikan
perilaku kunci, perilaku genting/kritikal, yang membedakan
seorang tenaga kerja yang melakukan pekerjaannya secara
efektif dari tenaga kerja lain yang melakukan pekerjaannya
secara tidak efektif. Penimbang menulis berbagai peristiwa
terkait penggambaran tentang apa yang dilakukan tenaga kerja
yang secara khusus efektif atau tidak efektif.
Aspek yang dinilai dari teknik ini adalah perilaku yang
dapat diamati dan dapat diukur, bukan ciri kepribadian yang
didefinisikan secara samar. Teknik ini membutuhkan
pemeliharaan dokumen-dokumen tertulis mengenai tindakan
karyawan yang sangat positif dan sangat negatif.
Kelebihan:
1) Dinilai adalah perilaku efektif
2) Dari seperangkat peristiwa genting yang dialami
seseorang tenaga kerja dapat diteliti mana perilaku
yang sudah benar atau baik, mana yang memerlukan
pengembangan dan peningkatan.
Kelemahan:
24
1) Dari penilai dituntut untuk menulis peristiwa-
peristiwa genting secara teratur untuk semua
tenaga kerja bawahannya, setiap hari atau setiap
minggu. Pekerjaan ini menuntut waktu yang
banyak dan untuk banyak atasan, hal ini dirasakan
sebagai beban.
2)Tidak dapat digunaakn untuk perbandingan antar
tenaga kerja.
E. Rating Scale
25
sering kali memberikan penilaian keseluruhan, metode ini secara
umum memungkinkan penggunaan lebih dari satu kriteria
kinerja.
Salah satu penyebab populernya metode skala penilaian
adalah kesederhanaannya, yang memungkinkan metode tersebut
memfasilitasi perbandingan kinerja pada karyawan.
Faktor-faktor yang dipilih untuk evaluasi biasanya ada dua
macam: yang behubungan dengan pekerjaan (job-related) dan
karakteristik pribadi. Perhatikanlah pada gambar, faktor-faktor
yang berhubungan dengan pekerjaan meliputi kualitas dan
kuantitas kerja, sementara faktor-faktor pribadi meliputi
perilaku-perilaku seperti keterampilan antar pribadi dan sifat-
sifat seprti adaptibilitas.
Penilai (evaluator) melengkapi formulir tersebut dengan
menandai derajat setiap faktor yang paling menggambarkan
karyawan dan kinerjanya. Dalam ilustrasi tersebut para
evaluator menjumlah dan kemudian merata-rata nilai dalam tiap
bagian.
Mereka lalu mengalikan rata-rata tersebut dengan sebuah
faktor yang mencerminkan bobot yang diberikan kepada setiap
bagian. Skor terakhir (nilai total) untuk karyawan adalah
penjumlahan dari nilai masing bagian.
Beberapa perusahaan memberikan ruang bagi penilai
untuk memberi komentar atas evaluasi yang diberikan pada tiap
faktor. Praktik ini bisa sangat disarankan, atau bahkan
diwajibkan, ketika penilai memberikan nilai ekstrim tertinggi
ataupun terendah.
Sebagai contoh, jika seseorang dinilai butuh perbaikan
(nilai 1 pada contoh formulir) pada kerja tim, penilai
memberikan alas an tertulis atas enilaian yang terendah ini.
Tujuan dari kewajiban ini adalah untuk fokus pada memperbaiki
26
kekurangan serta untuk mencegah penialaian yang dibuat secara
asal-asalan dan tergesa- gesa.
Seseorang harus secara konsisten melampaui tuntutan-
tuntutan kerja yang ditetapkan agar dapat menerima nilai faktor
yang luar biasa seperti kualitas kerja. Meskipun contoh formulir
tersebut kurang dalam hal ini, semakin rinci definisi mengenai
faktor dan tinkat, semakin akurat penilai bisa mengevaluasi
kinerja karyawan.
Ketika berbagai level kinerja dideskripsikan semata-mata
sebagai di atas harapan atau dibawah harapan, apa yang benar-
benar telah dipelajari karyawan? Generalisasi tersebut tidak
memberikan petunjuk yang diperlukan untuk memperbaiki
kinerja. Pentinglah bagi setiap penilai untuk menafsirkan faktor-
faktor dan tingkat-tingkat dengan cara yang sama.
Para penilai mendapatkan kemampuan ini melalui
pelatihan penilaian kinerja. Banyak formulr skala penilaian juga
memberi ruang untuk mempertimbangkan perilaku masa depan.
Perhatikanlah bahwa formulir yang ditunjukkan pada gambar
memiliki ruang untuk tujuan-tujuan kinerja periode berikutnya
dan aktivitas-aktivitas pengembangan diri untuk periode
penilian berikutnya.
Kelebihan:
a) Tidak memakan banyak waktu untuk dikembangkan
b) Dapat dibuat analisis dan perbandingan kuantitatif
Kelemahan:
a) Faktor-faktor yang dinilai sering abstrak,
b) Faktor faktor pekerjaan yang harus dinilai sering
tidak berhubungan dengan keberhasilan dalam
pekerjaan.
27
Gambar 3. Rating Scale Form
28
Penilai atau pembuat perbandingan member jumlah
nilai kebutuhan untuk dikalkulasikan kepada
karyawan dalam kelompok.
4) Paired comparisons
Metode ini mengutamakan perbandingan prestasi
kerja seseorang dengan karyawan lain yang
menyelenggarakankegiatan sejenis.
29
keperilakuan yang berhubungan dengan standar yang sedang
diukur.
Modifikasi ini memperjelas makna dari setiap poin pada
skala serta mengurangi bias dan kesalahan penilaian dengan jangkar
nilai tersebut pada contoh contoh prilaku untuk memasukkan angka
penilaian untuk kategoriseperti di atas harapan, metode BARS
memberikan contoh-contoh perilaku tersebut.
Pendekatan ini memfasilitasi diskusi mengenai penilaian
tersebut karena mengacu pada perilaku-perilaku spesifik, dan
dengan demikian mengatasi kelemhan dalam metode-metode
evaluasi lainnya.
Lepas dari manfaat nyata metode BARS, laporan- laporan
mengenai efektivitasnya tidak seragam. Kekurangan yang spesifik
adalah bahwa perilaku-perilaku yang digunakan lebih berorientasi
pada aktivitas dan bukan berorientasi pada hasil. Di samping itu,
metode tersebut mungkin tidak layak secara ekonomi karena setiap
kategori pekerjaan memerlukan BARS tersendiri.
Kelebihan
a) Yang dinilai adalah perilaku efektif
b) Dari skala setiap dimensi pekerjaan dapat diteliti mana
perilaku yang sudah benar atau baik mana yang memerlukan
pengembangan dan peningkatan
Kelemahan
a) Proses pengembangan skala pengharkatan perilaku yang
dijangkarkan menuntut banyak waktu dan biaya
b) Berlaku untuk satu jenis pekerjaan. Untuk pekerjaan lain
perlu dikembangkan skala tersendiri.
30
Gambar 4. BARS form
H. 360 derajat
Metode penilaian umpan balik 360 adalah metode
penilaian kerja popular yang melibatkan masukan evaluasi dari
banyak level dalam perusahaan sebagaimana dari sumber
eksternal.
Dalam metode ini, orang orang di sekitar karyawan yang
dinilai bisa ikut serta memberikan nilai, antara lain manajer
senior, karyawan itu sendiri, atasan, bawahan, anggota tim,
dan pelanggan internal atau eksternal. Perushaan-perusahaan
yang menggunakan umpan balik 360 meliputi Mc-Donnell-
Douglas, AT&T, Allied Signal, Dupont, Honeywell, Boeing, dan
Intel.
31
pelatihan, pengembangan professional, dan manajemen
kinerja.
Tidak seperti pendekatan-pendekatan tradisional, umpan
balik 360-derajat berfokus pada keterampilan yang dibutuhkan
melintasi batas-batas organisasional. Di samping itu, dengan
menggeser tanggung jawab evaluasi kepada lebih dari satu
orang, banyak dari kesalahan pada penilaian umumnya bisa
dikurangi atau dihilangkan.
Berkat perangkat lunak komputer, orang yang memberikan
nilai dapat melakukannya dengan cepat dan mudah karena
banyak instrumen penilaian yang tersedia secara online. Metode
umpan balik 360 bisa memberikan ukuran yang lebih objektif
mengenai kinerja seseorang.
Memasukkan perspektif dari banyak sumber menghasilkan
pandangan lebih luas mengenai kinerja karyawan dan bisa
meminimalkan bias yang timbul dari sudut pandang perilaku
yang terbatas. Pengembangan pribadi yang penting di tempat
kerja memerlukan umpan balik yang baik, jujur, diungkapkan
dengan baik, dan spesifik.
Memiliki banyak penilai juga membuat proses tersebut
lebih dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Namun,
penting bagi semua pihak untuk mengenali kriteria evaluasi,
metode untuk mengumpulkan dan merangkum umpan balik,
serta penggunaan dari umpan balik tersebut. Sebuah sistem
penilaian yang melibatkan sejumlah evaluator akan secara wajar
membutuhkan lebih banyak waktu, dan dengan demikian lebih
memakan biaya.
Bagaimanapun juga, cara perusahaan diorganisasikan dan
dikelola mungkin membutuhkan alternatif yang inovatif selain
dari penilaian tradisonal. Menurut beberapa manajer, metode
umpan balik 360-derajat memiliki masalah.
32
Ilene Gochman, direktur praktik efektivitas organisasi
Watson Wyatt berkata, Kami menemukan bahwa penggunaan
360 sebenarnya berkorelasi negative dengan hasil hasil
financial. Mantan CEO GE Jack Welch berpendapat bahwa
sistem 360-derajat di perusahaannya telah menghasilkan nilai-
nilai baik.
Pandangan penting lainnya dengan arah yang berlawanan
adalah bahwa masukan dari rekan rekan kerja, yang bisa
menjadi pesaing untuk kenaikan bayaran dan promosi, bisa
dengan sengaja mendistorsi data dan mensabotase rekan kerja.
Namun karena banyak perusahaan menggunakan evluasi
umpan balik 360-derajat, termasuk hampir semua perusahaan
Fortune 100, tampaknya banyak perusahaan yang telah
menemukan cara untuk menghindari sisi sisi buruk evaluasi
tersebut.
Berikut di bawah ini adalah contoh dari formulir penilaian
360-derajat:
33
Gambar 5. 360 form
I. 720 derajat
Didefinisikan sebagai penilaian manajer tingkat atas
yang lebih intensif, terpersonalisasi, dan terutama, lebih baik,
yan membawa masuk perspektif para pelanggan atau investor
mereka, sebagaimana juga para bawahan.
Kami tetap melakukan penilaian. Kami mulai dengan
penilaian 360-derajat, namun kemudian kami pergi keluar dan
melakukan wawancara. Penilaian 720-derajat berfokus pada
permasalahan paling penting, yang merupakan persepsi
pelanggan dan investor mengenai pekerjaan para karyawan.
Penilaian 720-derajat memiliki tiga kegunaan: pertama,
apa yang diharapkan oleh para pelanggan dan investor, dan apa
34
yang bisa dilakukan eksekutif untuk melayani mereka lebih
baik; kedua bagaimana para pelanggan memandang kinerja
karyawan; dan ketiga, keterampilan keterampilan apa yang
karyawan harus fokus untuk memperbaikinya.
Karyawan yang dinilai belajar untuk memprioritaskan
waktu dan tenaganya secara lebih tepat untuk pelanggan atau
investor dan dimana ia harus memfokuskan pengembangan
karirnya sendiri. Penilaian 720-derajat member kesempatan
mereka untuk menjadi lebih efektif dalam pekerjaan dan
menjadi lebih maju dalam karir mereka.
A. Penilaian Psikologikal
Proses penilaian yang dilakukan oleh para ahli psikologi
untuk mengetahui potensi seseorang yang dikaitkan dengan
pelaksanaan pekerjaan, seperti kemampuan intelektual dan motivasi.
Penilaian biasanya dilakukan melalui serangkaian tes,
misalnya tes kecerdasan, atau tes tertulis terutama untuk menilai
potensi karyawan di masa yang akan datang. Kelemahannya ialah
lamban dan mahal, sehingga biasanya hanya untuk kepentingan
tingkat eksklusif saja.
B. Pusat penilaian (assessment centre)
Penilaian yang dilakukan melalui serangkaian teknik
penilaian dan dilakukan oleh sejumlah penilai untuk mengetahui
35
potensi seseorang dalam melakukan tanggung jawab yang lebih
besar. Scenario penggunaannya adalah sebagai berikut:
1) Organisasi yang akan melakukan penilaian membentuk suatu
pusat penilaian yanglokasinya bukan di tempat pekerjaan dan
berbagai pihak yang terlibat pergi ke pusat tersebut.
2) Yang pergi ke pusat penilaian tersebut ialah para pegawai yang
dinilai atasan langsung, para pejabat kepegawaian dan para ahli
psikologi.
3) Dengan menggunakan format dan pola penilaian yang sudah
baku, penilaian dilakukan oleh banyak penilai dengan berbagai
bentuk wawancara, tes psikologi, pengecekan latar belakang,
penilaian rekan sekerja, diskusi kelompok tanpa pimpinan
diskusi, penilaian ahli psikologi, penilaian oleh atasan langsung
dan simulasi penyelenggaraan kegiatan sehari-hari.
4) Khusus dalam simulasi, pegawai yang dinilai diharuskan terlibat
dalam berbagai permainan, seperti dalam hal pengambilan
keputusan, permainan manajemen dengan menggunakan
computer, dan kegiatan lain.
5) Selama para pegawai yang dinilai berada pada pusat penilaian,
mereka dinilai oleh para ahli psikologi dan manajer yang lebih
tinggi kedudukannya dalam organisasi dengan sorotan perhatian
ditujukan pada faktor kekuatan dan kelemahan serta potensi
pegawai yang dinilai.
6) Setelah masa berada di pusat penilaian tersebut hamper berakhir,
para penilai mengumpulkan hasil penilaian yang dilakukan
sendiridan mendiskusikan berbagai hasil penilaian yang telah
dilakuakn hingga diperoleh consensus tentang kemampuan dan
potensi pegawai yang dinilai itu.
Manfaat metode penilaian ini adalah dapat sebagai alat
bantu bagi manajemen puncak untuk menentukan program
pengembangan bagi para pegawainya. Juga sangat membantu
pengambilan keputusan dalam penempatan pegawai.
Bagi pegawai yang dinilai pun dapat memperoleh manfaat,
yaitu mengetahui faktor kekuatan yang harus dikembangkan dan
kelemahan yang harus diatasi.
36
C. MBO (Management By Objectives)
MBO merupakan proses yang mengkonversikan tujuan-
tujuan organisasi ke dalam tujuan perorangan dan terdiri dari empat
tahap.
1) Penetapan Tujuan
Pada tingkat perorangan atasan bersama bawahn
menentukan tujuan dari bawahan.
2) Perencanaan Aksi
Bawahan membuat suatu rencana untuk mencapai
sasaran perorangan yang kemudian didiskusikan dengan
atasannya sampai tercapai kesepakatan
3) Kendali Diri
Mengacu pada pengukuran dan pemantauan secara
sistematis dari pelaksanaan pekerjaan oleh tenaga kerja sendiri
dan dibicarakan bersama dengan atasannya.
4) Tinjauan Kembali Secara Periodik
Atasan dan bawahan bersama-sama menilai sejauh mana
sasaran perorangan perlu ditetapkan kembali.
Kelebihan
1) Menimbulkan motivasi karena tenaga kerja tahu secara jelas
apa yang diharapkan darinya.
2) Tenaga Kerja memiliki suatu keterikatan dengan usaha
pencapaian tujua perorangannya karena berperan serta
secara aktif dalam menentukan sasarannya
Kelemahan
1) Tidak akan efektif dalam lingkungan dimana manajer
kurang percaya pada para tenaga kerjanya, dimana manajer
mengambil keputusan secara otoriter dan mendasarkan diri
pada kendali dari luar dan dimana tenaga kerjanya lebih
bersikap dependen.
37
Gambar 6. MBO form
D. Penilaian diri
Metode ini berguna bila tujuan evaluasi adalah untuk
melanjutkan pengembangan diri. Dalam metode ini, pegawai
yang melakukan penilaian terhadap diri sendiri berusaha
seobjektif mungkin untuk menjelaskan, antara lain:
38
1) Apa tugas pokoknya,
2) Pengetahuan dan keterampilan yang dituntut oleh tugas
3) Kaitan tugasnya dengan tugas orang lain,
4) Dalam hal apa pegawai yang bersangkutan merasa berhasil,
5) Kesulitan yang dihadapi,
6) Langkah perbaikan apa yang perlu ditempuh.
Kelebihan metode ini yaitu dapat mencegah terjadinya
perilaku membenarkan diri (defensive behavior), yang artinya
pegawai yang dinilai harus objektif dan jujur.
4.3 RINGKASAN
Penilaian kinerja menggunakan berbagai macam metode. Dibagi
menjadi dua, yaitu metode yang berorientasi pada masa lalu dan berorientasi
pada masa depan. Metode yang berorientasi pada masa lalu sendiri terdiri dari
360-derajat, 720-derajat, tes dan observasi. Essay aprraisal, critical incident,
check list, BARS, metode work standart.
Sedangkan untuk metode penilaian kinerja yang berorientasi pada masa
depan terdiri dari MBO, penilaian diri sendiri, central assessment dan
penilaian psikologikal. Penilaian yang berorientasi pada masa depan ini lebih
mengutamakan pada pengembangan diri individu. Hasilnya, selanjutnya akan
digunakan untuk evaluasi diri individu.
BAB 5
39
Penilaian kinerja terus-menerus berada di bawah gempuran kritik. Metode
skala penilaian tampaknya menjadi sasaran paling rentan. Namun sesungguhnya,
banyak dari masalah-masalah yang umum dikemukakan tidaklah melekat pada
metode itu sendiri, namum lebih mencerminkan implementasi yang tidak tepat.
Masalah-masalah yang mungkin timbul dalam penilaian kinerja adalah sebagai
berikut :
40
dipertanggungjawabkan digunakan dan penilai harus mendiskusikan hasil
evaluasi dengan para karyawan.
Sikap lunak bisa menyebabkan kegagalan untuk mengenali
kekurangan yang bisa diperbaiki, menurunkan anggaran prestasi,
mengurangi imbalan yang tersedia bagi karyawan unggul serta kesulitan
untuk mamberhentikan para karyawan berprestasi rendah yang terus-
menerus memperoleh evaluasi positif.
Terlalu kritis terhadap kinerja karyawan dalam bekerja disebut
sebagai sikap keras (strictness). Perilaku ini biasa dikarenakan tidak
adanya pemahaman atas faktor evaluasi. Situasi yang buruk terjadi ketika
dalam suatu perusahaan memiliki manajer yang lunak dan keras sekaligus.
Mereka yang berprestasi rendah mendapatkan kenaikan bayaran
yang relative tinggi dan promosi dari atasan yang lunak, sementara
manajer yang keras kurang menghargai para karyawan yang lebih
berprestasi. Hal ini akan mempengaruhi semangat kerja dan motivasi
orang-orang yang berprestasi baik.
5.6 Central Tendency Error
Central tendency error adalah kesalahan penilaian evaluasi yang
muncul ketika para karyawan secara tidak benar dinilai mendekati rata-rata
atau pertengahan skala. Hal ini bisa didorong oleh beberapa sistem skala
penilaian yang mengharuskan evaluator untuk mamberi panilaian ekstrim
tinggi dan ekstrim rendah.
Penilaian ini bias menghindari munculnya kontroversi atau kritik
dengan hanya mamberikan nilai rata-rata. Namun karena penilaian tersebut
mengumpul dalam rentang benar-benar memuaskan, para karyawan jarang
mengeluhkan hal ini. Bagaimanapun kesalahan itu ada dan mempengaruhi
ketepatan evaluasi.
5.7 Bias Perilaku Terakhir
Hampir setiap karyawan mengatahui tepat kapan penilaian kinerja
diadwalkan. Meskipun tindakan mereka mungkin tidak disadari, perilaku
karyawan seringkali menjadi lebih baik dan produktivitas cenderung
meningkat beberapa hari atau minggu sebelum evaluasi terjadwal.wajar
bagi seorang penilai mengingat perilaku terakhir secara lebih jelas
dibanding tindakan yang lebih jauh di masa lampau. Memelihara catatan
kinerkja spanjang periode penilaian membantu menghindari masalah ini.
41
5.8 Bias Pribadi (Stereotyping)
Kekurangan ini muncul ketika para manajer membiarkan
perbbedaan-perbedaan individual seperti jander, ras, atau usia
mempengaruhi panilaian yang mereka berikan. Masalah ini bukan saja
menghancurkan semangat kerja karyawan, namun juga jelas-jelas illegal
dan dapat menimbulkan proses hukum yang memakan biaya. Pengaruh
bias budaya atau stereotyping, secara pasti bisa mempengaruhi penilaian.
5.9 Manipulasi Evaluasi
Dalam beberapa kasus, para manajer mengendalikan hampir semua
aspek proses penilaian dan dengan demikian dalam posisi yang bisa
memanipulasi sistem. Contohnya, seorang atasan mungkin ingin
memberikan kenaikan bayaran kepada karyawan tertentu. Guna
mambenarkan tindakan tersebut, sang atasan bisa tanpa dasar yang kuat
memberikan evaluasi kinerja yang tinggi kepada karyawan yang
bersangkutan.
5.10 Kecemasan Karyawan
Proses penilaian juga bisa menyebabkan kecemasan karyawan yang
dinilai. Peluang-peluang promosi, penugasan kerja yang lebih baik, dan
peningkatan kompensasi bisa bergantung pada hasil penelitian. Hal
tersebut bukan hanya menimbulkan kegelisahan, nemun juga penolakan
total.
5.11 RINGKASAN
42
BAB 6
STUDI KASUS
6.1 KASUS
43
bukanlah penyebab utama menurunnya performa dokter spesialis di RSBM.
Faktor apa yang sebenarnya telah menyebabkan munculnya penurunan pelayanan
dokter spesialis di RSBM?
Kinerja dokter spesialis di RSBM dapat dilihat dari sudut pandang pihak
manajemen RSBM sebagai pemilik organisasi. Penilaian kualitas kinerja personel
organik di RS milik pemerintah (termasuk RSBM) selalu dibuat melalui ukuran
DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan).
Khusus untuk kelompok dokter spesialis non residen alat ukur DP3 tidak
dapat dipakai karena mereka adalah kelompok parttimer. Pengukuran kinerja
dokter-dokter non-residen dibuat memakai standar evaluasi bersandar pada Job
description yaitu apa yang diterakan sebagai kewajiban, kewenangan dan hak
dokter spesialis dalam naskah MOU (Memorandum of Understanding).
Dapat diterangkan bahwa dokter spesialis non residen dipekerjakan
terutama untuk pelayanan spesialistik medis di RS. Mereka dituntut memiliki
sejumlah jam kerja minimal, ketepatan waktu hadir terutama bila ada emergency,
ketaatan pengisian rekam medik, ketaatan meresepkan obat generik,
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar prosedur kerja RSBM (termasuk
peraturan pemerintah yang diwajibkan untuk petugas medis secara nasional) serta
keaktifan berpartisipasi dalam manajemen non profesi.
Keenam hal tersebut menjadi domain pengukuran kinerja (performa)
mereka. Perihal ketimpangan (inequity) ataupun keseimbangan (equity) yang
diduga logis berpotensi mengganggu performa personel organisasi (dalam hal ini
dokter spesialis) pernah diungkapkan oleh Adams J. Stacy (Natemeyer, WE;
1989) yaitu bahwa setiap individu memerlukan equity (keseimbangan) antara
pengorbanan dengan perolehan.
Dalam konteks penelitian ini, kemungkinan ada kondisi yang tidak serasi
(tidak seimbang - inequity) antara apa yang diterima oleh dokter spesialis dengan
apa yang mereka berikan dalam pelayanan. Ketimpangan (inequity) kronis
berpotensi menimbulkan efek penurunan kinerja di semua bagian RS.
Penurunan kinerja pelayanan dokter spesialis dapat dinyatakan melalui
pelanggaran norma- norma kesepakatan dalam MOU antara lain ketaatan disiplin
44
kerja dan kesiapan mereka melakukan pelayanan manajemen RSBM sekalipun
bukan domain pelayanan spesialistik masing-masing dokter spesialis.
Dalam survey pendahuluan di Rumah Sakit Bhayangkara Medan (RSBM)
di akhir 2009, peneliti mendapatkan (Tabel 1.1.) bahwa kinerja dokter spesialis di
RSBM sebenarnya masih kurang memenuhi standar. Kekurangan tersebut
termasuk kurang memperhatikan jadwal jam pelayanan dan disiplin ketepatan
waktu hadir.
Ada juga kekurangsiapan mereka melaksanakan sepenuhnya ketentuan
standar peresepan obat generik di RSBM serta partisipasi di dalam kegiatan
manajemen non spesialistik.
45
Faktor-faktor yang dipilih untuk evaluasi biasanya ada dua macam: yang
behubungan dengan pekerjaan (job-related) dan karakteristik pribadi. Faktor-
faktor yang berhubungan dengan pekerjaan meliputi kualitas dan kuantitas kerja,
sementara faktor pribadi meliputi beberapa perilaku seperti keterampilan antar
pribadi dan sifat-sifat seperti adaptibilitas. Pada contoh studi kasus di atas yang
ditunjukkan pada tabel di atas menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan.
Metode penilaian kinerja yang digunakan pada studi kasus ini adalah
metode yang berorientasi pada masa lalu dan berdasarkan instrumen yang
digunakan, yaitu metode Rating Scale, di mana penilaian kinerja dilakukan
dengan menilai para karyawan berdasarkan faktor-faktor yang telah ditetapkan
seperti tercantum pada tabel di atas.
Faktor-faktor yang dipilih untuk evaluasi biasanya ada dua macam: yang
behubungan dengan pekerjaan (job-related) dan karakteristik pribadi. Faktor-
faktor yang berhubungan dengan pekerjaan meliputi kualitas dan kuantitas kerja,
sementara faktor pribadi meliputi beberapa perilaku seperti keterampilan antar
pribadi dan sifat-sifat seperti adaptibilitas. Pada contoh studi kasus di atas yang
ditunjukkan pada tabel di atas menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan.
Pendekatan ini mengaharuskan para evaluator mencatat penilaian mereka
mengenai kinerja pada sebuah skala. Skala tersebut meliputi beberapa kategori,
yaitu untuk faktor kinerja yang mempunyai skala kualitas 1, tingkat atau
persentase kualitas kinerjanya 0-20% yang berarti sangat tidak memuaskan, dan
seterusnya seperti tercantum pada kolom keterangan tabel.
Dari faktor-faktor dan skala yang telah ditentukan, telah ditemukan hasil
skala masing-masing faktor dalam survey pendahuluan di Rumah Sakit
Bhayangkara Medan (RSBM) di akhir 2009, seperti yang telah disebutkan,
peneliti mendapatkan (Tabel 1.1.) bahwa kinerja dokter spesialis di RSBM
sebenarnya masih kurang memenuhi standar.
Dengan memanfaatkan metode Rating Scale, RSBM berusaha mencari
tahu apakah kinerja tenaga medis mereka sudah baik atau belum. Mula- mula,
diadakan analisis terhadap Job Description seorang dokter di sana. Setelah
46
mengetahui apa saja pekerjaan yang seharusnya dilakukan, disusunlah kriteria
tertentu yang menurut mereka penting dan berhubungan dengan penilaian kinerja
para tenaga medis, terutama dokter.
Hal- hal yang dinilai mengacu kepada sikap (Behaviour) apakah petugas
tersebut sudah melakukan yang menjadi kewajibannya, ataukah dia belum
melaksanakan. Jika sudah melaksanakan apakah hasilnya baik, atau mungkin
kurang memuaskan atau sangat tidak memuaskan. Survey yang dilakukan,
sekaligus menjadi sumber penilaian kinerja bagi petugas medis di RSBM tersebut.
Setelah melakukan penilaian, hasil dari penilaian tersebut selanjutnya akan
digunakan sebagai bahan kajian ulang RSBM untuk membuat kebijakan. Apakah
perlu adanya perubahan kebijakan, atau tetap bertahan di kebijakan yang lama.
BAB 7
KESIMPULAN
47
bagian yang harus ditingkatkan, perencanaan pengembangan dan pembinaan
dan perencanaan karir pegawai.
48