DINAS KESEHATAN
E.Mail : puskesmascangkrep@yahoo.co.id
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sejak tahun 1995, program pemberantasan penyakit Tuberkulosis paru di DKI Jakarta
telah dilaksanakan dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) seperti
yang direkomendasikan oleh WHO, tetapi pada tahun 1995-1998 cakupan penderita TBC dengan
strategi DOTS baru sekitar 10% .
Tahun 1999 angka kesembuhan baru mencapai 69,2 %. Risiko penularan setiap tahunnya
ditunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection ( ARTI ), yaitu proporsi penduduk yang
berisiko terinfeksi TBC selama satu tahun. ARTI sebesar 1 %, berarti 10 orang diantara 1000
penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3 %. Meskipun hasil
penelitian di Puskesmas kecamatan dan kelurahan tahun 2001 menunjukkan peningkatan angka
kesembuhan dan angka konversi, namun angka lalai berobat masih cukup tinggi, pada fase awal
penderita lalai berobat di Puskesmas kecamatan 22,1 % dan Puskesmas kelurahan 25,3 %.
Sedangkan pada akhir pengobatan penderita lalai berobat di Puskesmas kecamatan naik menjadi
84,9 % dan Puskesmas kelurahan 96,3 %. Tahun 2008 Program penagulangan TBC mencakup
proses penemuan dan pengobatan sedikitnya 85% berhasil di sembuhkan.
1.2 Permasalahan
BAB II
2
KUNJUNGAN RUMAH
Puskesmas : Tirtajaya
Tanggal kunjungan rumah : 14 Desember 2013
I. Identitas pasien :
Nama : Tn.T
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : Tamat SD
Alamat : Jln Dusun Cicau RT 07 RW 02 Desa Srijaya Kecamatan Tirtajaya Kabupaten
Karawang
Telepon :-
V. Spiritual keluarga
a. Ketaatan beribadah : Baik
b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik
3
b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : Baik
d. Kegiatan organisasi sosial : Kurang
e. Keadaan ekonomi : Kurang
1 2
3 4 5
Keterangan
1. OS : Laki-Laki, sakit (65 tahun)
2. Istri OS : Perempuan, sehat (58 tahun)
3. Anak I OS : Laki-Laki, sehat (35 tahun)
4. Anak II OS : Laki-Laki, sehat(32 tahun),
5. Anak III OS : Laki-laki, sehat (30 tahun)
X. Keluhan tambahan :
Sesak, nafsu makan berkurang, berat badan turun, batuk kadang keluar darah, pusing,
lemas
XI. Riwayat penyakit sekarang :
Sejak 2 hari terakhir, OS mengeluh pusing dan lemas. OS sulit tidur karena batuk
terus menerus. OS mengaku batuknya tidak bisa berhenti, dan sempat keluar darah.
Penyakit ini sudah di deritanya selama hampir 1 bulan. Berat badan OS ketika itu adalah
55 kg padahal sebelum sakit berat badan os berkisar 60-62 kg. OS mengatakan tetangga di
sekitar rumahnya memang ada yang menderita TBC sama sepertinya. OS kemudian
mengkonsumsi OAT hingga sekarang. OS mengatakan penyakitnya tidak kunjung
sembuh-sembuh padahal OS rutin mengkonsumsi obat OAT. OS mengaku belum pernah
mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
Saat ini berat badan OS sudah naik menjadi 57 kg. Keluhan batuk berdarah masih
dirasakan OS namun hanya kadang-kadang saja. OS menyangkal pernah mengkonsumsi
obat-obatan terlarang. OS mengaku suka merokok di saat waktu luangnya. Riwayat
kencing manis disangkal OS.
4
XIII. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital :
= = 21,75
5
Menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan membuang dahak/sputum tidak
disembarang tempat dan menggunakan ember yang sudah diberikan dettol dan diisi air
bila ingin membuang dahak serta mengganti genteng dengan genteng kaca sehingga
ada cahaya matahari yang masuk . Memotivasi untuk rutin meminum obatnya secara
teratur. Memakai masker, memisahkan alat makan yang digunakan dengan orang satu
rumah.
c. Kuratif :
Terapi medikamentosa :
Obat OAT katergori 1 fase intensif : 1 x 3 tablet
INH 100mg 3x1 peroral
Pirazinamid 300mg 3x1 peroral
Etambutol 450 mg 3x1 peroral
Rifampisin 300mg 3x1 peroral
Terapi non medikamentosa:
1. Kontrol rutin 1 minggu sekali
2. Menjalankan pola hidup sehat (olah raga dan hindari stress)
d. Rehabilitatif:
Minum obat yang teratur
XVIII. Prognosis
Penyakit : dubia ad bonam
Keluarga : dubia ad bonam
Masyarakat : dubia ad bonam
XIX. Resume :
Telah diperiksa seorang pasien laki-laki berinisial Tn. T berusia 65 tahun dengan keluhan
utama batuk sejak 1 bulan terakhir. Keluhan disertai sesak, nafsu makan berkurang, berat
badan turun, batuk kadang keluar darah, pusing, lemas. Penyakit ini sudah di deritanya
selama hampir 1 bulan. Berat badan OS jugabturun. OS kemudian mengkonsumsi OAT
hingga sekarang. Pemeriksaan fisik terdengar suara napas rhonki kasar pada kedua lapang
paru namun terdengar lebih kasar pada paru sebelah kiri. Pemeriksaan penunjang foto
thorax tanggal 11-12-2013 tampak perselubungan di kedua lapang paru (TBC duplex) ,
dan BTA SPS /+++
Diagnosis : TB Paru
Analisa Kasus
Berikut adalah pembahasan TBC dengan pendekatan dokter keluarga
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 14 Desember 2013,
didapatkan bahwa pasien menderita TB Paru. Pasien berusia 65 tahun. Pasien kurang memberi
perhatian yang cukup baik akan keadaan kesehatan dirinya dan anggota keluarganya. Pasien
seorang bpetani.. Pasien memiliki 3 orang anak, semua laki-laki dan sudah berkeluarga. Pasien
tinggal bersama istrinya
Rumah pasien tergolong tidak sehat dilihat dari ventilasi yang sangat kurang memadai.
Penerangan rumah kurang baik, kebersihan rumah kurang baik. Rumah pasien berlantaikan
semen dan tampak banyak bercak-bercak ludah di lantai. Di samping rumah pasien terdapat
kolam. Kondisi kolam tampak airnya sangat keruh dan banyak kotoran-kotoran. Di dalam rumah
terdapat dapur dan kamar tidur. Jamban yang digunakan berada di rumah sendiri. Terdapat
6
pembuangan sistem pembuangan air limbah dan sampah di depan rumah pasien. Rumah pasien
terdapat pekarangan.
Ditinjau dari spiritual keluarga keluarga pasien merupakan keluarga yang cukup taat
beribadah beragama Islam, pasien berpuasa dan sering sholat. Istri OS ketika diperiksa tidak
menunjukan gejala-gejala seperti yang dialami oleh OS.
Saat ini kondisi pasien cukup baik bila dibandingkan dengan kondisi saat pertama kali
didiagnosa. Pasien masih merasakan pusing, lemas, sulit makan dan terkadang batuk berdarah
masih dialami pasien. Selain pengobatan secara medis yang berkala, untuk mencapai tingkat
kesehatan yang lebih optimal hendaknya didukung pula oleh kondisi rumah yang lebih sehat,
kebersihan diri yang lebih baik, asupan gizi yang baik, memperbaiki pola makan dan berolah raga
secara teratur, serta keadaan psikologis yang lebih baik (keluarga yang mendukung dalam minum
obat serta rekreasi sehingga dapat mengurangi tingkat stres).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Tuberculosis paru adalah infeksi paru yang menyerang jaringan parenkim paru, disebabkan oleh
bakeri Mycobacterium Tuberculosis.
3.2 Etiologi
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai
Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24
Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan,
penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan
dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan
sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah
negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di
enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar
7
antara 0,2 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan
oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256
kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi
umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam
paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh
yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab
itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal,
saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh
yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
3.5 Patogenesis
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh
koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis
bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh
8
sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan
parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang
hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini
akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini
membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi
sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami
pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
1. Faktor Umur.
Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberkulosis di Amerika yaitu umur, jenis kelamin,
ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New
York pada Panti penampungan orang-orang gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan
mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden
tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan
75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.
3. Tingkat Pendidikan
4. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap individu. Bila
pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan
9
mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang
tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran
pernafasan dan umumnya TB Paru.
Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang akan
mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi makanan,
pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah
(kontruksi rumah). Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah UMR akan
mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap
anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk
terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah dengan
mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi
syarat kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya penularan penyakit TB Paru.
5. Kebiasaan Merokok
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas
lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak
menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya
konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan
mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.
Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya dinyatakan dalam m2/orang.
Luas minimum per orang sangat relatif tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang
tersedia. Untuk rumah sederhana luasnya minimum 10 m 2/orang. Untuk kamar tidur
diperlukan luas lantai minimum 3 m2/orang. Untuk mencegah penularan penyakit
pernapasan, jarak antara tepi tempat tidur yang satu dengan yang lainnya minimum 90 cm.
Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni lebih dari dua orang, kecuali untuk suami istri dan anak
di bawah 2 tahun. Untuk menjamin volume udara yang cukup, di syaratkan juga langit-langit
10
minimum tingginya 2,75 m.
7. Pencahayaan
Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela kaca minimum
20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang leluasa maka dapat dipasang
genteng kaca. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di
dalam rumah, misalnya basil TB, karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk
cahaya yang cukup.Intensitas pencahayaan minimum yang diperlukan 10 kali lilin atau
kurang lebih 60 lux., kecuali untuk kamar tidur diperlukan cahaya yang lebih redup.
Semua jenis cahaya dapat mematikan kuman hanya berbeda dari segi lamanya proses
mematikan kuman untuk setiap jenisnya..Cahaya yang sama apabila dipancarkan melalui
kaca tidak berwarna dapat membunuh kuman dalam waktu yang lebih cepat dari pada yang
melalui kaca berwama Penularan kuman TB Paru relatif tidak tahan pada sinar matahari.
Bila sinar matahari dapat masuk dalam rumah serta sirkulasi udara diatur maka resiko
penularan antar penghuni akan sangat berkurang.
8. Ventilasi
Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara
didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan
oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan
kurangnya oksigen di dalam rumah, disamping itu kurangnya ventilasi akan menyebabkan
kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari
kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit, misalnya kuman TB.
Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-
bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus
menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk
menjaga agar ruangan kamar tidur selalu tetap di dalam kelembaban (humiditiy) yang
optimum. Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi sebesar
10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanen minimal 5% dari luas lantai dan luas
ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai. Udara segar juga diperlukan
untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Umumnya temperatur
kamar 22 30C dari kelembaban udara optimum kurang lebih 60%.
9. Kondisi rumah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TBC. Atap,
dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman.Lantai dan dinding yag
sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai
media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman Mycrobacterium tuberculosis.
11
10. Kelembaban udara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang mempunyai resiko 3,7
kali untuk menderita TB Paru berat dibandingkan dengan orang yang status gizinya cukup
atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan
tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit.
Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan, gizi
dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan dapat menyebabkan
kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga akan
berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan
kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TB Paru.
13. Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan penderita TB Paru
yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap
sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan akhinya berakibat menjadi sumber penular bagi
orang disekelilingnya.
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai
dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru,
sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
12
Perasaan tidak enak (malaise), lemah
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya
kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru
dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal
serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi
berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosis adalah:
13
o Pemeriksaan fisik.
o Uji tuberkulin.
Bila proses penyakit lebih luas dari lesi minimal dan dapat menyebar dengan densitas
sedang, tetapi luas proses tidak boleh lebih luas dari satu paru, atau jumlah dari seluruh
proses yang ada paling banyak seluas satu paru atau bila proses tuberkulosis tadi mempunyai
densitas lebih padat, lebih tebal maka proses tersebut tidak boleh lebih dari sepertiga pada
satu paru dan proses ini dapat / tidak disertai kavitas. Bila disertai kavitas maka luas
(diameter) semua kavitas tidak boleh lebih dari 4 cm.
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang spesifik untuk tuberkulosis paru. Laju endapan darah sering
14
meningkat pada proses aktif, tetapi laju endapan darah yang normal tidak menyingkirkan
tuberkulosis. Limfositosis juga kurang spesifik.
Pemeriksaan bakteriologik:
Untuk pemeriksaan bakteriologik ini spesimen dapat diambil dari sputum, bilasan lambung, jaringan
baik lymph node atau jaringan reseksi operasi, cairan pleura, cucian lambung, cairan serebrospinalis,
pus / aspirasi abses, urine, apusan laring.
Dijumpai 1-9 BTA / 100 lapangan pandang catat jumlah yang ada
a. Metode konvensional seperti Lowenstein-Jensen, Ogawa, Kudoh, Middlebrook 7H-10 dan 7H-11.
b. Metode Radiometrik seperti BACTEC. Dengan teknik ini waktu yang dibutuhkan untuk isolasi
dan identifikasi mikobakterium tuberkulosis menjadi tiga minggu saja.Untuk test sensitifitas
ditambah 5-7 hari lagi.
Pemeriksaan biopsi aspirasi untuk diagnosis penyakit ini adalah aman, mudah dan murah untuk
dikerjakan meskipun pasiennya anak-anak.
15
Secara makroskopi nodul mula-mula berisi zat yang berwarnah abu-abu dan jernih tapi lama
kelamaan warnah bisa berubah menjadi kekuningan seperti keju. Penglihatan dibawah mikroskop
terhadap sekret tampak tuberkel-tuberkel yang khas dengan sel Datia langhans. Jika terjadi
perkejuan yang lama dan meluas maka struktur kelenjar dapat hilang sama sekali dan digantikan
dengan struktur yang atipik. Pada peroses penyembuhan dapat terjadi fibrosis dan pengapuran.
Bahayanya dari penyakit ini ialah meskipun kelihatannya penyakit sudah tenang akan tetapi
terkadang ia dapat menyebar ke tempat lain seperti tulang, perut dan lain-lain. Dengan
ditemukannya sel epiteloid, datia langhans ataupun massa nekrosis perkejuan maka pemeriksaan
sitologi dikatakan positif.
3.8.4 Immunologi/Serologi:
1. Uji Tuberkulin: Di Indonesia dengan prevalensi TB yang tinggi pemeriksaan ini kurang
berarti apalagi pada orang dewasa. Uji ini akan bermakna jika didapatkan konversi dari uji
yang sebelumnya atau apabila kepositifan dari uji yang didapat besar sekali atau timbul
bulla. Tes tuberkulin berguna dalam menentukan diagnosis penderita (terutama pada anak-
anak yang mempunyai kontak dengan seorang penderita tuberkulosis yang menular), namun
penderita tersebut harus diperiksa oleh dokter yang berpengalaman. Uji tuberkulin
merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi
2. Mycobacterium tuberculosis dan sering digunakan dalam "Screening TBC ". Efektifitas
dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Uji tuberkulin
dibaca setelah 48-72 jam (saat ini dianjurkan 72 jam) asetelah penyuntikan. Indurasi
diperiksa dengan cara palpasi untuk menentukan tepi indurasi, ditandai dengan alat tulis,
kemudian diukur dengan alat pengukur transparan, diameter transversal indurasi yang terjadi
dan dinyatakan hasilnya dalam milimeter. Jika tidak timbul indurasi sama sekali hasilnya
dilaporkan sebagai 0 mm.
16
Gambar 3.4 Sistem Skor TB Anak
Setelah dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka
dilakukan pembobotan dengan sistem skor. Pasien dengan jumlah skor >6, harus ditatalaksana
sebagai pasien TB dan mendapat OAT. Bila skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan kearah
TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan
lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CT-
Scan, dan lain lainnya.
17
o Tahap Awal (intensif)
Pada tahap awal intensif (awal) pasien mendapat 3 atau 4 obat sekaligus setiap hari selama 2
bulan dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat
Bila pengobatan tahan intensif tersebut diberikan secara tepat,biasanya pasien menular
menjadi tidak menular dala kurun waktu 1-2 bulan.
o Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,2 macam saja.namun
dalam jangka waktu yang lebih lama biasanya 4 bulan.
Obat dapat diberikan setiap hari maupun secara intermiten,beberapa dalam 1 minggu
Tahap lanjutan penting adalah untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Jenis obat yang
digunakan INH, rifampicin, ethambutol, pirazinamid, streptomicin(inj)
1. Menyembuhkan penderita
2. Mencegah kematian
3. Mencegah kekambuhan
4. Menurunkan resiko penularan
18
Pendidikan keluarga dan peran serta keluarga untuk :
1. Menjelaskan bahwa penyakit TBC Dapat disembuhkan
2. Minum obat secara teratur dan benar
3. Makan-makanan yang baik dengan gizi yang seimbang
4. Istirahat yang cukup
Efek samping yang dapat terjadi saat minum obat antara lain :
1. Kulit berwarna kuning
2. Air seni berwarna gelap seperti minum air teh
3. Mual dan muntah
4. Hilang nafsu makan
5. Perubahan pada pengelihatan
6. Demam yang tidak jelas
7. Lemas dan keram perut
19
5. Pencatatan dan pelaparan yang baik terhadap kasus-kasus TB yang diobati.Dimana dan
kapan saja pasien diobati harus dicatat dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan setempat.
BAB III
4.1 Kesimpulan
Tuberculosis paru sampai saat ini masih merupakan problem kesehatan yang masih sulit
terpecahkan..Penyakit TBC dianggap menakutkan karena bila menyerang paru-paru dan tidak
diobati dapat menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru sehingga dapat menyebabkan
kematian. Selain itu penularannya sangat mudah, yaitu melalui dahak penderita yang keluar
20
bersama batuknya, kemudian mengering dan menjadi droplet di udara sehingga dapat mengenai
siapa saja. Penyakit TBC semakin banyak menjangkiti populasi karena semakin rendah daya
tahan tubuh. Selain itu kurangnya perhatian terhadap kebersihan linkungan(udara) dan gizi yang
seimbang semakin memperberat angka kejadiannya.
4.2 Saran
Kasus penyakit TB paru sangat terkait dengan faktor prilaku dan lingkungan,karena
faktor lingkungan, sanitasi dan hygiene terutama terkait dengan keberadaan kuman, dan proses
penularan penyakit TBC. Sedangkan faktor perilaku sangat berpengaruh pada kesembuhan dan
bagaimana mencegah untuk tidak terinfeksi kuman TB.
Pola hidup sehat adalah kuncinya, karena kita tidak tahu kapan kita bisa terpapar dengan
kuman TBC. Dengan pola hidup sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup untuk
memberikan perlindungan, sehingga walaupun kita terpapar dengan kuman TBC tidak akan
timbul gejala.
1. Kepada petugas kesehatan perlu memberikan lebih pengetahuan kepada Pasien tentang
penyakit TB Paru.
2. Pada petugas kesehatan harus lebih berperan aktif dalam peningkatan pengobatan bagi
Pasien penyakit TB.Paru
21
DAFTAR PUSTAKA
22
10. Penyakit TBC. Diunduh dari http://medicastore.com/ pada tanggal 23 November 2011.
LAMPIRAN
23