Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
A. Latar Belakang
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Sampai saat ini, infeksi virus Dengue
tetap menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Indonesia dimasukkan dalam
pada penderita yang tidak dirawat dan diobati segera mencapai 50%, tetapi angka
tersebut menurun sampai 5 % dengan tindakan yang cepat dan tepat, baik dalam
diagnosis maupun dalam penatalaksanaannya.
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan
masyarakat,
di
Indonesia
jumlah
kasus
DBD
menunjukkan
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Nama
Umur
Jenis kelamin
Nama ayah
Nama ibu
Bangsa
Agama
Alamat
MRS tanggal
: Merry Aprillia
: 5 tahun
: Perempuan
: Kazlani
: Soydiawati
: Indonesia
: Islam
: Kemuning, Palembang
: 10 Desember 2013 jam 17:12 WIB
ANAMNESIS
a. Riwayat penyakit sekarang
Alloanamnesis (ibu penderita) tanggal 11 Desember 2013
1. Keluhan utama
: Demam tinggi
2. Keluhan tambahan : Selera makan
menurun, lemas
3. Riwayat perjalanan penyakit
:
Sejak 4 hari SMRS penderita mulai demam (+) suhunya tinggi,
terus-menerus, sakit kepala (-), batuk (-), pilek (-), bintik-bintik merah
di lengan (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), BAB hitam (-), BAK
biasa. Nyeri belakang bola mata (-), nyeri menelan (-), nyeri di telinga
(-) nyeri sendi (-), nyeri ulu hati (-). Penderita kemudian dibawa
berobat ke bidan, diberi 3 macam obat, yaitu 1 tablet antibiotik, sirup
penurun panas, dan vitamin. Demam turun setelah penderita minum
obat, namun kemudian naik lagi.
Sejak 1 hari SMRS demam masih tinggi, terus-menerus, sakit
kepala (-), batuk (-), pilek (-), timbul bintik-bintik merah di lengan,
mimisan (-), gusi berdarah (-), BAB hitam (-), BAK biasa. Nyeri di
belakang bola mata (-), nyeri menelan (-), nyeri di telinga (-), nyeri
sendi (+), nyeri perut (+), selera makan menurun (+), muntah (-).
Soydiawa
ti,
47 tahun
g. Tanggal
h. BB lahir
i. PB lahir
9. Riwayat makanan
G6P5A0,
ASI
: dari lahir sampai usia 2 tahun.
Susu botol/kaleng : usia 6 bulan 3 botol/hari
Bubur nasi
: usia 6 bulan sampai 1 tahun, 2 piring ukuran
Nasitim/lembek
kecil/hari
: usia 7 bulan sampai 2 tahun, 2 piring ukuran
Nasi biasa
Daging
kecil/hari
: usia 2 tahun sampai sekarang 3 kali/hari
: usia 2 tahun sampai sekarang seminggu 3x, porsi
Tempe
sedang
: usia 2 tahun sampai sekarang 2x/minggu, porsi
Tahu
sedang
: usia 2 tahun sampai sekarang 1x/minggu porsi
Sayuran
sedang
: usia 2 tahun sampai sekarang, setiap makan, porsi
Buah
Lain-lain
Ketakutan
Kesan
13. Status gizi
BB
TB
BB/U
TB/U
BB/TB
Kesan
PEMERIKSAAN FISIK
a. PemeriksaanUmum
1. Keadaanumum
2. Kesadaran
3. BB
4. PB
5. Gizi
6. Edema
7. Sianosis
8. Dispnea
9. Ikterus
10. Anemia
11. Suhu
12. RR
13. Turgor
14. Tekanan darah
15. Nadi
16. Kulit
:: 41C
: 20 x/min
: baik
: 90/60 mmHg
: 130 x/min, regular,isi dan tegangan cukup.
: normal, turgor baik.
b. PemeriksaanKhusus
Kepala
1. Bentuk
2. Ubun-ubun
3. Lingkar kepala
: normocephali
: normal
:
Mata
1.
2.
3.
4.
Palpebra
Konjungtiva
Sclera
Pupil
Mulut
1. Bibir
2. Bentuk, warna dan ukuran
: sianosis (-/-)
: tidak ada kelainan
Gigi
1. Karies
2. Gusi
Lidah
1. Bentuk, warna, gerakan : tidak ada kelainan
Telinga
1. Inspeksi
: sekret()
Tenggorokan
1. Warna, ukuran : hiperemis (-/-)
2. Tonsil
: T1-T1
Leher
1. Inspeksi
2. Palpasi
Dada
1. Inspeksi
pernafasan baik.
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
Jantung
1.
2.
3.
4.
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Perut
1.
2.
3.
4.
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Hati
1. Palpasi
2. Perkusi
Limpa
1. Palpasi
Ginjal
1. Palpasi
: tidak teraba.
: normal.
: normal.
Ekstremitas
1. Inspeksi
2. Palpasi
: akral hangat, capillary refill time <2 sec
Rumple Lead (+) petechie (+) dilakukan dilengan kanan.
STATUS NEUROLOGIS
Lengan
Kanan
Kiri
Tungkai
Kanan
Kiri
Fungsimotoric
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Reflex
Cukup
+5
Eutoni
N
Cukup
+5
Eutoni
N
Cukup
+5
Eutoni
N
Cukup
+5
Eutoni
N
fisiologis
Reflex
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
patologis
Reflex primitif
Fungsi Sensorik
Nyeri
Raba
Suhu
Sensorik
Nerve
Kranialis I-XII
GejalaRangsang Meningeal
Kakukuduk
Laseque
Kerniq
Brudzinki
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan darah rutin
Lab
10/12/13
(14.00)
Hb
10/12/13
(23.00)
9,9 gr/dl
9,4
29 vol%
27 vol%
95000
66000
Eritrosit
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Diff Count
DIAGNOSIS BANDING
Demam Dengue
Demam typoid
ISK simtomatik
DIAGNOSIS KERJA
Tersangka Demam Berdarah Dengue grade II
TERAPI
-
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Qua ad fungtionam: Bonam.
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Penyakit DBD
1. Pengertian
Penyakit Dangue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(arthropadborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes
albopictuse dan Aedes aegypti). Sampai sekarang dikenal ada 4 jenis virus
dangue yang dapat menimbulkan penyakit, baik demam dangue maupun
demam berdarah. Demam Berdarah Dangue adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dangue I, II, II, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti
dan Aedes Albocpitus. (Soegijanto, 2004).
2. Penyebab
Penyebab penyakit demam berdarah dangue pada seseorang adalah virus
dangue termasuk family flaviviridae genus Flavivirus yang terdiri dari 4
serotipe, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Ke empat serotip ini ada
di Indonesia, dan dilaporkan bahwa serotip virus DEN-3 sering menimbulkan
wabah (Syahruman, 1988). Virus DEN termasuk dalam kelompok virus yang
relative labil terhadap suhu dan faKtor kimiawai lain serta masa viremia yang
pendek. Virus DEN virionnya tersusun oleh genom RNA dikelilingi oleh
nukleokapsid, ditutupi oleh suatu selubung dari lipid yang mengandung 2
protein yaitu selubung protein E dan protein membrane M.
3. Patofisiologi
Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut permeabilitas
vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler,
sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah.
Volume plasma menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus berat. (Gubler,
1998). Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi
diabsorbsi dengan cepat, menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan
hemostasis pada DBD dan DSS melibatkan 3 faktor, yaitu perunahan vaskuler,
trombositopeni, dan kelainan koagulasi (Soegijanto, 2004).
4. Patogenesis
Virus dangue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk
Aedes aegypty atau Aedes albopictus dengan organ sasaran adalah organ
hepar, nodus limfaticus, sumsum tulang belakang, dan paru. Dalam peredaran
darah, virus tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer. Virus DEN
mampu bertahan hidup dan mengadakan multifikasi dalam sel tersebut.
Infeksivirus dangue dimulai dengan menempelnya virus genomnya masuk ke
dalam sel dengan bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk
komponen-komponenya. Setelah terbentuk, virus dilepaskan dari sel. Proses
perkembangbiakan sel virus DEN terjadi di sitoplasma sel. Infeksi oleh satu
serotip virus DEN menimbulkan imunitas protektif terhadap serotype tersebut
tetapi tidak ada cross protectif terhadap serotip virus yang lain (Kurane &
Francis, 1992).
Beberapa teori mengenai terjadinya DBD dan DSS antara lain adalah:
a. Teori Antigen Antibodi
Virus dangue dianggap sebagai antigen yang akan bereaksi dengan
antibody, membentuk virus antibody kompleks (komplek imun) yang akan
mengaktifasi komplemen. Aktifasi ini akan menghasilkan anafilaktosin
C3A dan C5A yang akan merupakan mediator yang mempunyai efek
farmakologis cepat dan pendek. Bahan ini bersifat fasoaktif dan
prokoagulant sehingga menimbulkan kebococran plasma (hipovolemik
syok dan perdarahan. (Soewandoyo, 1998).
b. Teori Infection Enhancing Antibody
Teori ini berdasarkan pada peran sel fagosit mononuclear merangsang
terbentuknya antibody nonnetralisasi. Antigen dangue lebih banyak
didapat pada sel makrofag yang tinggal menetap di jaringan. Pada kejadian
ini antibody nonnetralisasi berupaya melekat pada sekeliling permukaan
sel makrofag yang beredar dan tidak melekat pada sel makrofag yang
menetapdi jaringan. Makrofag yang dilekati antibody nonnetralisasi akan
memiliki sifat opsonisasi, internalisasi dan akhirnya sel mudah terinfeksi.
natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites).
Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat, akan menyebabkan asidosis dan
anoksia, yang dapat berakhir fatal. Oleh karena itu, pengobatan syok sangat
penting guna mencegah kematian (Suvatte, 1977).
Hipotesis kedua, menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus
binatang lain dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu.
Virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh
nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat
menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan virulensi
dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah. Selain itu beberapa strain
virus mempunyai kemampuan untuk menimbulkan wabah yang besar (Suvatte,
1977).
Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigenantibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin
di phosphat), sehingga trombosit melekat satu sama iain. Hal ini
akan
degredation
product)
sehingga
terjadi
penurunan
factor
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah (hipotensi), kulit dingin, lembab dan gelisah, sianosis disekitar
mulut, hidung dan jari (tanda-tand adini renjatan).
d. Renjatan berat (DSS) / Derajat 4
Syok berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
6. Manifestasi Klinis
a. Demam
Demam berdarah dengue biasanya ditandai dengan demam yang
mendadak tanpa sebab yang jelas, continue, bifasik. Biasanya berlangsung
2-7 hari (Bagian Patologi Klinik, 2009). Naik turun dan tidak berhasil
dengan pengobatan antipiretik. Demam biasanya menurun pada hari ke-3
dan ke-7 dengan tanda-tanda anak menjadi lemah, ujung jari, telinga dan
hidung teraba dingin dan lembab. Masa kritis pda hari ke 3-5. Demam akut
(38-40 C) dengan gejala yang tidak spesifik atau terdapat gejala penyerta
seperti , anoreksi, lemah, nyeri punggung, nyeri tulang sendi dan kepala.
Ditemukan pada permulaan demam, sifatnya nyeri tekan dan tanpa disertai
ikterus. Umumnya bervariasi, dimulai dengan hanya dapat diraba hingga
2-4 cm di bawah lengkungan iga kanan (Bagian Patologi Klinik, 2009).
Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit namun
nyeri tekan pada daerah tepi hati berhubungan dengan adanya perdarahan.
d. Renjatan (Syok)
Syok biasanya terjadi pada saat demam mulai menurun pada hari ke-3 dan
ke-7 sakit. Syok yang terjadi lebih awal atau periode demam biasanya
mempunyai prognosa buruk (Bagian Patologi Klinik, 2009). Kegagalan
sirkulasi ini ditandai dengan denyut nadi terasa cepat dan lemah disertai
penurunan tekanan nadi kurang dari 20 mmHg. Terjadi hipotensi dengan
tekanan darah kurang dari 80 mmHg, akral dingin, kulit lembab, dan
pasien terlihat gelisah.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
1) Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia) ( 100000/I)
2) Hematokrit meningkat 20%, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis
pasti pada DBD dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji
serologi hemaglutnasi (Brasier, Ju, Garcia, Spratt, Forshey, Helsey,
2012).
hemostatik
(menghentikan
perdarahan),
dan
menghilangkan haus.
Pada pasien anak yang rentan mempunyai riwayat kejang demam
maka perlu diwaspadai gejala kejang demam. Seiring dengan
kehilangan cairan akibat demam tinggi, kondisi demam tinggi juga
dapat mencetuskan kejang pada anak sehingga harus diberikan obat
penurun panas. Untuk menurunkan demam, berilah obat penurun
panas. Untuk jenis obat penurun panas ini harus dipilih obat yang
berasal dari golongan parasetamol atau asetaminophen, jangan
diberikan jenis asetosal atau aspirin oleh karena dapat merangsang
lambung sehingga akan memperberat bila terdapat perdarahan
lambung. Kompres dapat membantu bila anak menderita demam
terlalu tinggi sebaiknya diberikan kompres hangat dan bukan kompres
dingin, oleh karena kompres dingin dapat menyebabkan anak
menggigil. Sebagai tambahan untuk anak yang mempunyai riwayat
kejang demam disamping obat penurun panas dapat diberikan obat anti
kejang (IDAI, 2009).
IDAI (2009) menjelaskan tanda-tanda syok harus dikenali dengan
baik karena sangat berbahaya. Apabila syok tidak tertangani dengan
baik maka akan menyusul gejala berikutnya yaitu perdarahan. Pada
saat terjadi perdarahan hebat penderita akan tampak sangat kesakitan,
tapi bila syok terjadi dalam waktu yang lama, penderita sudah tidak
sadar lagi. Dampak syok dapat menyebabkan semua organ tubuh akan
kekurangan oksigen dan akhirnya menyebabkan kematian dalam
waktu singkat. Oleh karena itu penderita harus segera dibawa kerumah
sakit bila terdapat tanda gejala dibawah ini:
demam
berdarah
maka
harus
segera
melaporkan
adalah
adanya
peningkatan
permeabilitas
kapiler
yang
hematokrit
dansebelum
terjadi
penurunan
suhu.
DBD
fase
demam
tidak
berbeda
dengan
pada
DBD.
Parasetamol
direkomendasikan
untuk
<1
1-3
4-6
7-12
mg)
1/8
1/8-1/4
1/4-1/2
1/2-1
RS ( kg )
<7
7-11
12-18
>18
plasma,
yang
sesuai
dengan
derajat
e) Transfusi Darah
Pemeriksaan
golongan
darah
cross-matching
harus
apakah
cairan
yang
diberikan
sudah
mencukupi.
-
DBD
Tersangka DBD
9.
10.
11.
12.
Perbaikan
Tidak gelisah
Nadi kuat
Tekadan
13. Darah stabil
14. Cukup
Diuresis
HT turun (2x pemeriksaan)
Tetesan dikurangi 5 ml/kgBB/jam
Perbaikan
Sesuaikan tetesan
3 ml/kg BB/jam
Tetesan dinaikkan
10-15 ml/kg BB/jam
Distress nafas
Ht naik
Tekanan nadi < 20 mmHg
HT turun
Perbaikan
Evaluasi ketat
Tanda vital
Tanda Perdarahan
Diuresis
Pantau Hb, Ht, trombosit
Syok teratasi
Ht menurun
Tetesan 3 ml/kgBB/jam
Gambar: Penatalaksanaan DBD derajat II dan III (Sumber: DepKes RI, 2005)
BAB IV
ANALISIS KASUS
Seorang anak perempuan, berusia 5 tahun, datang dengan keluhan utama
demam tinggi dan keluhan tambahan lemas, selera makan menurun. Sejak 4 hari
SMRS penderita mulai demam (+) suhunya tinggi, terus-menerus. Penderita
kemudian dibawa berobat ke bidan, diberi 3 macam obat, yaitu 1 tablet antibiotik,
sirup penurun panas, dan vitamin. Demam turun setelah penderita minum obat,
namun kemudian naik lagi. Satu hari SMRS demam masih tinggi, terus-menerus,
nyeri sendi (+), nyeri perut (+), selera makan menurun (+), muntah (-). Penderita
terlihat lemas. Penderita kemudian segera dibawa kembali ke bidan. Penderita
disarankan untuk berobat ke Rumah Sakit. Sejak 5 jam SMRS penderita tampak
semakin lemah, demam (+), muntah (-), nyeri perut (+), sakit kepala (+), penderita
berobat ke RS Siti Khadijah kemudian langsung dirujuk ke RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang.
Pada pasien dengan keluhan utama demam tinggi selama 4 hari, dapat
dipikirkan diagnosis demam dengue/demam berdarah dengue, infeksi saluran
nafas, infeksi salurah kemih, morbili, varisela, OMA, demam tifoid, meningitis,
malaria, TB, hepatitis virus akut, ataupun keganasan. Penelusuran melalui
anamnesis lebih lanjut mengenai tipe demam, pola demam, hal-hal yang
menyertai dan hal-hal yang tidak menyertai dapat mengerucutkan diagnosis
banding tersebut.
Demam yang dirasakan 4 hari yang lalu adalah demam tinggi, terusmenerus, menggigil (-), berkeringat banyak (-). Setelah berobat ke bidan dan
diberikan obat (penulis menduga salah satu obat adalah antipiretik), demam turun.
Tidak ada keluhan batuk atau bersin, hidung berarir, sesak nafas, nyeri pinggang,
lepuhan di kulit, nyeri telinga, muntah proyektil, maupun keluhan BAB seperti
diare atau konstipasi. Pasien juga bukan berasal dari daerah endemic malaria dan
menyangkal adanya riwayat bepergian ke daerah endemis sebelum demam terjadi.
Satu jam SMRS demam dirasakan timbul lagi, selain itu pasien juga
mengeluh nyeri pada sendi, nyeri perut, dan selera makan menurun. Nyeri perut
yang terjadi dapat mengarah pada perdarahan saluran cerna. Pada anamnesis
ditanyakan kemungkinan perdarahan tersebut, yakni BAB hitam (melena), isi
muntahan (hematemesis) dan juga perdarahan dari tempat lain yaitu hidung
(epistaksis) dan perdarahan gusi. Namun semuanya disangkal.
Nyeri perut juga dapat terjadi pada pasien akibat dyspepsia fungsional.
Pada penelusuran anamnesis nyeri perut, os mengaku nyeri dirasakan telah lama,
hilang timbul, sebelum gejala demam terjadi. Nyeri yang dirasakan tidak spesifik
saat setelah makan, sehingga keluhan tersebut dapat dipikirkan bukan sebagai
perdarahan saluran cerna namun sebagai dyspepsia fungsional.
Kurang lebih 5 jam SMRS os menjadi semakin lemah, demam dirasakan
ada, sakit kepala (+) dan timbul bintik-bintik merah di leher, dan lengan. Adanya
bintik merah diterjemahkan sebagai petechiae yang khas untuk kasus demam
dengue/demam berdarah dengue. Namun perdarahan spontan juga dapat terjadi
pada penderita ITP. Kecurigaan mengarah ke DBD/DD dengan didapatkannya
fakta riwayat higienitas pasien mandi dengan air bak penampungan yang dikuras 1
bulan sekali, tanpa penutup, dan tidak pernah diberi bubuk OAT. Riwayat mandi
hujan sebelum gejala demam timbul pun diakui pasien.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, gizi baik, tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 130x/
menit regular, isi dan tegangan cukup, pernapasan 20x/ menit, suhu badan 41,0oC.
Pada pemeriksaan spesifik, kepala, leher, thorax dalam batas normal, pulmo
terdengar ronki basah halus di basal paru kiri. Tifoid tongue (-). Pemeriksaan
abdomen datar, lemas, nyeri tekan regio epigastrium, abdomen kembung (-), nyeri
perut difus (-), rose spots (-). Pada pemeriksaan ekstremitas atas ditemukan
ptekiae spontan (+) dan ekstremitas bawah dalam batas normal. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan adalah hematologi, hasilnya Hb 9,9 g/dL; hematokrit
29%, dan trombosit 95.000/mm3. Dilakukan USG thorax dan ditemukan efusi
minimal di kedua paru.
DD/DBD, yaitu adalah infus IVFD RL gtt XVI/m makro untuk memastikan
jumlah cairan dalam tubuh terpenuhi dengan cukup. Cairan kristaloid dipilih
karena murah dan mudah didapat, selain itu berdasarkan penelitian didapatkan
bahwa pada pasien DD/DBD derajat I dan II yang diterapi cairan dengan
kristaloid maupun koloid akan mendapatkan hasil yang sama. Jumlah tetesan
permenit disesuaikan dengan kebutuhan cairan pasien yaitu 4cc/kgBB/jam.
Antipiretik PCT 3x500 mg diberikan bila pasien demam. Pada pasien
juga dilakukan monitoring suhu dan hematologi (Hb, Ht, dan Plt) sesuai dengan
untuk mencegah perubahan DBD grade II menjadi Grade III atau DSS, sesuai
dengan initial warning signal, yaitu 1) menghilangnya demam, 2) penurunan
tronbosit, 3) peningkatan Ht. Pasien dapat pulang apabila a) keadaan umum baik
dan masa kritis berlalu (> 7 hari sejak panas), b) tidak demam selama 48 jam
tanpa antipiretik, c) nafsu makan membaik, d) secara klinis tampak perbaikan, e)
hematokrit stabil, f) tiga hari setelah syok teratasi, g) output urin >1cc/kgbb/jam,
g) jumlah trombosit >50.000/uL dengan kecenderungan meningkat, h) tidak
dijumpai distress pernapasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis).
Berdasarkan hal tersebut maka pasien diperbolehkan pulang setelah perawatan
hari ke-7.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, F.U. 2010. Manajemen demam berdarah berbasis wilayah. Buletin
jendela epidemiologi. 2 (1): 1 3
Bagian Patologi Klinik. (2009). Peran pemeriksaan laboratorium dalam diagnose
Demam Berdarah Dengue. RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Barakah, V. F. 2012. Demam Berdarah tidak ada obatnya, Hanya andalkan cairan.
Detik
Health.
Retrieved
from:
http://health.detik.com/read/2012/06/15/143241/1942274/763/ 10 Desember
2013
Brasier. A. R., Ju. H., Garcia. J., Spratt. H. M., Forshey. B. M., Helsey. E. S.
(2012). A three-component biomarker panel for prediction of dengue
hemorraghic fever. Am. J. Trop. Med. Hyg. 86(2): 341-348.
CDC (Centers for Disease and Prevention). (2010). Dengue Branch.Caada
SanJuan,PuertoRico.From:http://www.cdc.gov/dengue/clinicallab/clinical.ht
ml diakses 10 Desember 2013
Danny, Wiradharma. 2009. Diagnosis cepat demam berdarah dengue. Jurnal
Kedokteran Trisakti., 18 (2): 78 79
DepKes, RI.,(2005).
Pedoman Pencegahan dan Pemberantasan Demam
Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Dinas Kesehatan Kota Denpasar. Waspadalah penyakit demam berdarah dengue.
Retrieved from www.denpasarkota.go.id. 9 Desember 2013.
Gubler D.J., 1998. The Global Pandemic of Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever
Current Status and Prospect for the Future. Dengue in Singapore. Technical
Monograph Series No. 2 WHO.
IDAI,
2009.
Apa
itu
demam
berdarah
dengue.