Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

STRUKTUR dan FUNGSI ANTIBODI

DISUSUN OLEH
Monita Sugianto
131620160502

DOSEN PENGAMPU
Dr. Sunarjati Sudigdo Adi, dr., MS.,SpMK (K)

PROGRAM PASCASARJANA
ANTI AGING & AESTHETIC MEDICINE
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2017
Daftar Isi
BAB I Pengertian Antibodi................................................................................................. 1
BAB II Struktur Antibodi................................................................................................... 2
II.1. Struktur Tetrapeptida pada Imunoglobulin.....................................................................3
II.1.1. Sifat Rantai Ringan (Light Chain)..........................................................................4
II.1.2. Pengurutan Rantai Berat (Heavy Chain)..................................................................4
II.2 Fragmen Antibodi.................................................................................................... 5
II.3 Regio Engsel Antibodi.............................................................................................. 5
II.4 Heterogenitas Antibodi............................................................................................. 6
II.4.1 Variasi Isotip..................................................................................................... 6
II.4.2 Variasi Alotip.................................................................................................... 7
II.4.3 Variasi Idiotip................................................................................................... 7
BAB III Kelas- kelas Immunoglobulin................................................................................... 8
III.1 Imunoglobulin G ( Ig G) disebut juga rantai (gamma)..................................................8
III.2 Imunoglobulin A ( Ig A) disebut juga rantai (alpha).....................................................9
III. 3 Imunoglobulin M ( Ig M) disebut juga rantai (mu)....................................................10
III. 4 Imunoglobulin D ( Ig D) disebut juga rantai (delta)...................................................11
III. 5 Imunoglobulin E ( Ig E) disebut juga rantai (epsilon).................................................11
BAB IV Fungsi Antibodi................................................................................................. 14
IV.1 Immunoglobulin G................................................................................................ 14
IV.2 Immunoglobulin A (IgA)........................................................................................ 14
IV.3 Immunoglobulin M (IgM)....................................................................................... 15
IV.4 Immunoglobulin D (IgD)........................................................................................ 15
IV.5 Immunoglobulin E (IgE)......................................................................................... 16
BAB V Antibodi Monoklonal............................................................................................ 17
V.1 Definisi............................................................................................................... 17
V.2 Antibodi Monoklonal Rekombinan............................................................................. 17
V.3 Mekanisme Kerja.................................................................................................. 19
Daftar Pustaka................................................................................................................. ii

2
3
BAB I Pengertian Antibodi

Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang terdapat dalam serum
atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia dan bereaksi secara spesifik terhadap antigen
yang menginduksi pembentukan mereka. Immunoglobulin adalah molekul antibodi yang
digolongkan dalam protein yang disebut globulin (Dominguez and Holmes, 2011). Antibodi
(immunoglobulin) adalah molekul glikoprotein yang tersusun atas asam amino dan karbohidrat.
Antibodi atau immunoglobulin sering kali disingkat dengan Ig. Immunoglobulin mengikat
bakteri, virus, atau molekul besar yang diidentifikasi sebagai benda asing. Immunoglobulin
diproduksi oleh limfosit B atau sel B. Berat molekul antibodi berkisar 150.000 Da sampai
950.000 Da yang tergantung pada kelasnya. Semua molekul antibodi terdiri dari dua untaian
peptida yang dikenal dengan light chain, sedang yang terdiri dari untaian peptida yang panjang
disebut heavy chains. Keduanya terjadi ikatan kovalen bersama yang disebut dengan ikatan
disulfide (Nelson and Cox, 2011).

Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein dan dibentuk untuk melawan sel-
sel asing yang masuk ke tubuh manusia. Senjata ini diproduksi oleh sel-sel B, sekelompok
prajurit pejuang dalam sistem kekebalan. Antibodi mempunyai dua fungsi, pertama untuk
mengikatkan diri kepada sel-sel musuh, yaitu antigen. Fungsi kedua adalah membusukkan
struktur biologi antigen tersebut lalu menghancurkannya. Berada dalam aliran darah dan cairan
non-seluler, antibodi mengikatkan diri kepada bakteri dan virus penyebab penyakit. Mereka
menandai molekul-molekul asing tempat mereka mengikatkan diri. Dengan demikian sel prajurit
tubuh dapat membedakan sekaligus melumpuhkannya. Tubuh manusia mampu memproduksi
masing-masing antibodi yang cocok untuk hampir setiap musuh yang dihadapinya. Antibodi
bukan berjenis tunggal. Sesuai dengan struktur setiap musuh, maka tubuh menciptakan antibodi
khusus yang cukup kuat untuk menghadapi si musuh (antigen). Terdapat beberapa tipe antibodi
yang berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe antibodi yang berbeda, yang
dimasukan kedalam isotype yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai berat mereka masuki.
Lima isotype antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh mamalia, yang memainkan

1
peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang tepat untuk tiap tipe benda
asing yang berbeda yang ditemui (Male D, Brostoff J, Roth DB, 2013).

BAB II Struktur Antibodi


Secara sederhana molekul Immunoglobulin dapat digambarkan menyerupai huruf Y
dengan engsel (hinge). Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2 macam rantai polipeptida yang
tersusun dari rangkaian asam amino yang dikenal sebagai rantai H (rantai berat) dengan berat
molekul 55.000 dan rantai L (rantai ringan) dengan berat molekul 22.000. Tiap rantai dasar
imunoglobulin (satu unit) terdiri dari 2 rantai H dan 2 rantai L. Kedua rantai ini diikat oleh suatu
ikatan disulfida sedemikian rupa sehingga membentuk struktur yang simetris. Yang menarik dari
susunan imunoglobulin ini adalah penyusunan daerah simetris rangkaian asam amino yang
dikenal sebagai daerah domain, yaitu bagian dari rantai H atau rantai L, yang terdiri dari hampir
110 asam amino yang diapit oleh ikatan disulfid interchain, sedangkan ikatan antara 2 rantai
dihubungkan oleh ikatan disulfid interchain. Rantai L mempunyai 2 tipe yaitu kappa dan lambda,
sedangkan rantai H terdiri dari 5 kelas, yaitu rantai G (), rantai A (), rantai M (), rantai E ()
dan rantai D (). Setiap rantai mempunyai jumlah domain berbeda. Rantai pendek L mempunyai
2 domain; sedang rantai G, A dan D masing-masing 4 domain, dan rantai M dan E masing-
masing 5 domain (Schroeder and Cavacini, 2010; Dominguez and Holmes, 2011).

Figure 1. Struktur antibody. http://www.microbiologyinfo.com/wp-content/uploads/2015/05/Structure-of-Antibody.gif

2
Molekul immunoglobulin dapat dipecah oleh enzim papain atau pepsin (protease)
menjadi 2 bagian yakni Fab (fragment antigen binding) yaitu bagian yang menentukan spesifitas
antibodi karena berfungsi untuk mengikat antigen, dan Fc (fragment crystalizable) yang
menentukan aktivitas biologisnya dan yang akan berikatan dengan komplemen, sebagai contoh
immunoglobulin G mempunyai kemampuan menembus membran plasenta (Roitt, Brostoff,
Male, 1985). Rantai dasar imunoglobulin dapat dipecah menjadi beberapa fragmen. Enzim
papain memecah rantai dasar menjadi 3 bagian, yaitu 2 fragmen yang terdiri dari bagian H dan
rantai L. Fragmen ini mempunyai susunan asam amino yang bervariasi sesuai dengan variabilitas
antigen. Fab memiliki satu tempat tempat pengikatan antigen (antigen binding site) yang
menentukan spesifisitas imunoglobulin. Fragmen lain disebut Fc yang hanya mengandung
bagian rantai H saja dan mempunyai susunan asam amino yang tetap. Fragmen Fc tidak dapat
mengikat antigen tetapi memiliki sifat antigenik dan menentukan aktivitas imunoglobulin yang
bersangkutan, misalnya kemampuan fiksasi dengan komplemen, terikat pada permukaan sel
makrofag, dan yang menempel pada sel mast dan basofil mengakibatkan degranulasi sel mast
dan basofil, dan kemampuan menembus plasenta. Enzim pepsin memecah unit dasar
imunoglobulin tersebut pada gugusan karboksil terminal sampai bagian sebelum ikatan disulfida
(interchain) dengan akibat kehilangan sebagian besar susunan asam amino yang menentukan
sifat antigenik determinan, namun demikian masih tetap mempunyai sifat antigenik. Fragmen
Fab yang tersisa menjadi satu rangkaian fragmen yang dikenal sebagai F(ab2) yang mempunyai
2 tempat pengikatan antigen (Schroeder and Cavacini, 2010; Dominguez and Holmes, 2011).

3
Figure 2. http://www.rockland-inc.com/uploadedImages/Schematic%20representation%20of%20IgG%20fragments.jpg

II.1. Struktur Tetrapeptida pada Imunoglobulin

Pada dasarnya, semua molekul imunoglobulin terdiri dari 4 unit rantai polipeptida yang
mengandung 2 rantai berat (heavy chain atau H chain) dan 2 rantai yang lebih ringan yang sering
disebut rantai ringan (light chain atau L chain). Rantai rantai ini digabungkan oleh kumpulan
ikatan nonkovalen dan jembatan penghubung disulfida(Schroeder and Cavacini, 2010; Playfair;
Chain, 2004).

II.1.1. Sifat Rantai Ringan (Light Chain)

Kesulitan dalam memperoleh jumlah yang signifikan dalam analisis asam amino dari
imunoglobulin yang spesifik, dipatahkan oleh ditemukannya protein Bence Jones di dalam urin
pasien multipel myeloma, dimana kenyataannya adalah rantai ringan (light chain) disekresi oleh
plasma sel keganasan. Dari penelitian ini, didapatkan sifat protein Bence - Jones yaitu saat
dipanaskan pada suhu 60o C, protein ini akan mengendap, namun saat pemanasan ditingkatkan
hingga mencapai 80o C, protein ini akan larut kembali. Karakteristik yang unik dari protein
Bence Jones inilah yang memungkinkan untuk mengisolasi rantai ringan dan memperoleh
rangkaian asam aminonya.

4
Hasil analisis dari protein Bence Jones ini mengungkapkan bahwa terdapat 2 tipe utama
dari rantai ringan, yaitu kappa () dan lambda (), dimana tidak keduanya dimiliki oleh setiap
imunoglobulin, melainkan hanya salah satu saja. Masing masing mengandung sekitar 200
220 asam amino yang masing masing diketahuin memiliki urutan yang sama. Rantai ringan
memiliki berat molekul sekitar 25.000 dalton.

Tipe kappa () dan lambda () dari rantai ringan sama sama memiliki ujung karboksi
yang hampir sama. Yang membedakan antara kedua tipe rantai ringan ini berada pada substitusi
asam amino di beberapa lokasi rantai ringan. Namun demikian, tidak terdapat perbedaan fungsi
yang signifikan antara kedua tipe rantai ringan ini.

II.1.2. Pengurutan Rantai Berat (Heavy Chain)

Pengurutan rantai berat memperlihatkan susunan yang sama dengan susunan domain
pada rantai ringan, yaitu memiliki regio variabel dan regio konstan. Bagian pertama yang
mendekati urutan asam amino 110 di ujung terminal amino merupakan regio variabel dan sisanya
bisa terbagi menjadi 3 atau lebih regio konstan dengan urutan yang sama, berupa C H1, CH2, dan
CH3. Regio konstan ini lah yang kemudian menjadi dasar pembagian kelas imunoglobulin, yaitu
IgG yang memiliki rantai berat , IgM yang memiliki rantai berat , IgA yang memiliki rantai
berat , IgD yang memiliki rantai berat , dan igE yang memiliki rantai berat . Masing masing
dari itu, menunjukan suatu isotip, urutan asam amino yang unik yang biasa terdapat di seluruh
molekul asam amino. Adapun bentuk rantai amino yang berbeda dari isotip pada umumnya,
dinamakan alotip yang merupakan variasi regio konstan minoritas pada individu.

Regio variabel merupakan bagian ujung amino di setiap rantai, baik rantai ringan maupun
rantai berat yang sangat penting peranannya pada lokasi pengikatan antigen terhadap
imunoglobulin. Variasi bentuk unik dari regio variabel ini dinamakan idiotip molekul.

II.2 Fragmen Antibodi

Antibodi memiliki 2 fragmen, yaitu fragmen Fab dan fragmen Fc. Fragmen Fab dengan
kepanjangannya yaitu Fragment antigen binding, merupakan suatu bagian yang dapat mengikat

5
antigen secara spesifik, bereaksi dengan determinan antigen dan hapten. Fragmen Fab adalah
bagian antibodi yang terdapat di lokasi kedua tangan molekul antibodi, yang masing masing
fragmen Fab terdiri dari satu rantai ringan dan satu rantai berat.

Fragmen antibodi yang lainnya tidak memiliki lokasi untuk berikatan dengan antigen,
melainkan berfungsi sebagai lokasi interaksi antara molekul efektor dan sel, serta fixasi
komplemen. Fragmen ini disebut sebagai fragmen Fc, yang merupakan kepanjangan dari
Fragment crystallizable. Dari penamaannya, fragmen ini pada awal penelitian sangat mudah
mengkristal(Dominguez and Holmes, 2011).

II.3 Regio Engsel Antibodi

Regio engsel antibodi terletak di rantai berat antara regio CH1 dan CH2. Regio engsel ini
mengandung kandungan tinggi prolin dan residu hidrofobik. Kandungan tinggi prolin ini
mengakibatkan regio engsel jadi bersifat lebih fleksibel atau mudah bergerak dan tidak kaku.
Kemampuannya untuk dengan bebas menekuk, memudahkan fragmen Fab untuk melakukan
tugasnya berikatan dengan antigen atau hapten. Kelenturan ini pula yang memudahkan fragmen
Fc untuk berinisiasi dengan komplemen. Sebagai tambahan, semua jenis imunoglobulin terdiri
dari karbohidrat yang terletak diantara kedua domain CH2 rantai berat dan berfungsi sebagai :

1. Meningkatkan daya larut imunoglobulin

2. Sebagai perlindungan melawan proses degradasi

3. Membantu fungsi dari fragmen Fc

Fungsi terakhir yang disebutkan adalah fungsi terpenting dari kandungan karbohidrat di
dalam imunoglobulin.

6
II.4 Heterogenitas Antibodi

Immunoglobulin merupakan kumpulan protein yang sangat heterogen. Heterogenitas ini


disebabkan oleh susunan asam amino yang berbeda satu dengan yang lain, yang akan
mengakibatkan perbedaan struktur molekul. Hal ini selanjutnya menimbulkan variabilitas dalam
determinan antigenik Ig. Keragaman antibodi tergantung pada :

Segmen gen V, D dan J multiple.

Hubungan kombinasi misalnya hubungan tiap segmen V, tiap segmen D dan Segmen J

Kombinasi acak rantai L dan H yang berbeda

.Mutasi somatic

Keragaman junctional yang dihasilkan oleh penggabungan yang tepat selama penyusunan
kembali dan mengakibatkan perubahan atau penghilangan asam amino dalam regio
hipervariabel

Keragaman intersional, yaitu enzim deoksinukleotidil transferase ujung menyisipkan


kelompok kecil nukleotida pada persilangan ( junctional ) V D dan D J ( keragaman
regio N ).

7
Figure 3. Struktur immunoglobulin-coding DNA dan proses penggabungan V(D)J. diunduh dari :
http://shapiro.bsd.uchicago.edu/Evo21.Appendices.shtml

II.4.1 Variasi Isotip

Pada manusia terdapat 9 isotop H chain fungsional. Sesuai dengan sub kelas
Immunoglobulin. Pada orang normal dapat dijumpai 5 kelas immunoglobulin, yaitu Ig A, Ig D,
Ig E, Ig G dan Ig M. Tetapi dalam satu kelas dapat dijumpai beberapa sub kelas seperti Ig G1, Ig
G2, Ig G3 dan Ig G4. Karena semua bagian konstan H chain yang terdapat pada berbagai kelas
dan sub kelas itu dapat djumpai pada satu orang maka bagian tersebut dinamakan varian Isotip.
Sebutan varian isotip juga berlaku bagi bagian konstan L chain kappa dan lamda yang dapat
dijumpai pada semua kelas dan subkelas Ig dan terdapat pada semua orang(Dominguez and
Holmes, 2011).

II.4.2 Variasi Alotip

Determinant antigen satu varian isotip imnoglobulin satu species dapat juga berbeda
dengan yang lain. Perbedaan ini ditentukan secara genetik dan disebut varian Alotip. Contohnya ;
golongan darah rhesus (Dominguez and Holmes, 2011).

8
II.4.3 Variasi Idiotip

Variasi idiotip adalah determinant Antigen yang diasosiasikan dengan reseptor binding
site. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa antibodi terhadap antigen yang sama dan
diproduksi oleh individu yang berbeda secara genetik, dapat memiliki idiotip yang sama. Idiotip
inilah yang membedakan satu molekul imunoglobulin dengan molekul imunoglobulin yang lain
dalam alotip yang sama. Variasi idiotip adalah karakterisitik bagi setiap molekul antibodi
(Playfair; Chain, 2004).

Figure 4. isotypes, allotypes, dan idiotypes

BAB III Kelas- kelas Immunoglobulin


Imunoglobulin (Ig) memiliki beberapa macam kelas diferensiasi, yaitu IgM, IgD, IgG,
IgA, dan IgE yang masing masingnya memiliki komponen struktur yang berbeda namun juga
memiliki banyak kesamaan dalam beberapa hal (Playfair; Chain, 2004).

9
Table 1. Sifat-sifat biologi lima kelas utama immunoglobulin manusia

III.1 Imunoglobulin G ( Ig G) disebut juga rantai (gamma)

Tiap molekul IgG terdiri atas dua rantai L dan dua rantai H yang dihubungkan oleh ikatan
disulfida (rumus molekul H2L2). Oleh karena itu imunoglobulin ini mempunyai dua tempat
pengikatan antigen yang identik, meka disebut divalen. IgG merupakan antibodi dominan pada
respon sekunder dan menyusun pertahanan yang penting melawan bakteti dan virus. Dikenal 4
subklas yang disebut IgG1, IgG2, IgG3 dan IgG4. Perbedaannya terletak pada rantai berat (H)
yang disebut 1, 2, 3 dan 4. IgG mempunyai struktur dasar immunoglobulin yang terdiri dari dua
rantai berta H dan dua rantai ringan L. IgG manusia mempunyai koefisien sedimentasi 7 S
dengan berat molekul sekitar 150.000. Pada orang normal IgG merupakan 75% dari seluruh
jumlah immunoglobulin. Pada IgG persentase dalam serum sebanyak 75 % - 80% dan untuk

10
konsentrasi serum 700 1700 mg/dl. IgG mempunyai empat subkelas,masing masing
mempunyai perbedaan yang tidak banyak dengan perbandingan jumlah sebagai berikut :

1. IgG1 dengan jumlah 40-70%

2. IgG2 dengan jumlah 4-20%

3. Igg3 dengan jumlah 4-8%

4. IgG4 dengan jumlah 2-6%

Figure 5. subklas immunoglobulin G

III.2 Imunoglobulin A ( Ig A) disebut juga rantai (alpha)

Merupakan imunoglobulin utama pada hasil sekresi misalnya susu, saliva dan air mata
serta sekresi traktus respiratorius, intestinal dan genital. Imunoglobulin ini melindungi membran
mukosa dari serangan bakteri dan virus. Tiap molekul IgA terdiri atas dua unit H 2L2 dan satu
molekul terdiri atas rantai J dan komponen sekresi, molekul yang disebut terakhir merupakan
protein yang diturunkan dari celah reseptor poli-Ig. Reseptor ini mengikat dimer IgA dan
mempermudah transpornya melintasi epitel mukosa. Beberapa bakteri (misalnya neisseria) dapat
merusak IgA1 dengan cara menghasilkan protase sehingga menghalangi imunitas yang
diperantarai antibodi pada permukaan mukosa. IgA dihasilkan paling banyak dalam bentuk dimer
yang tahan terhadap proteolisis berkat kombinasi dengan suatu zat protein khusus, disebut

11
secretory component, oleh sel-sel dalam membrane mukosa. Imunoglobin yang dikeluarkan
secara selektif di dalam sekresi air ludah, keringat, air mata, lendir hidung, kolostrum, sekresi
saluran pernapasan dan sekresi saluran pencernaan. IgA yang keluar dengan sekret juga
diproduksi secara lokal oleh sel plasma. Kehadirannya dalam kolostrum (air susu pertama keluar
pada mamalia yang menyusui) membantu melindungi bayi dari infeksi gastrointestinal. Fungsi
utama IgA adalah untuk mencegah perlautan virus dan bakteri ke permukaan epitel. Fungsi IgA
setelah bergabung dengan antigen pada mikroorganisme mungkin dalam pencegahan melekatnya
mikroorganisme pada sel mukosa.

Figure 6. immunoglobulin A

III. 3 Imunoglobulin M ( Ig M) disebut juga rantai (mu)

IgM adalah antibodi pertama yang bersirkulasi sebagai respons terhadap pemaparan awal
ke suatu antigen. Konsentrasinya dalam darah menurun secara cepat. Hal ini secara diagnostik
bermanfaat karena kehadiran IgM umumnya mengindikasikan adanya infeksi baru oleh pathogen
yang menyebabkan pembentukannya. IgM terdiri dari lima monomer yang tersusun dalam
struktur pentamer. IgM berfungsi sebagai reseptor permukaan sel B untuk tempat antigen
melekat dan disekresikan dalam tahap-tahap awal respons sel plasma. IgM sangat efisien untuk
reaksi aglutinasi dan reaksi sitolitik, dan karena timbulnya cepat setelah infeksi dan tetap tinggal
dalam darah maka IgM merupakan daya tahan tubuh penting pada bakterimia. Ini merupakan
imunoglobulin yang efisien dalam proses aglutinasi fiksasikomplemen dan reaksi antigen-
antibodi lainnya serta penting juga dalam menjadi pertahanan dalam melawan bakteri dan virus.
Karena interaksi imunoglobulin ini dengan antigen dapat melibatkan semua tempat pengikatan

12
antigen tersebut, maka imunonoglobulin ini mempunyai tingkat afinitas yang paling tinggi
dibandingkan dengan semua imunoglobulin lainnya.

Figure 7. immunoglobulin M

III. 4 Imunoglobulin D ( Ig D) disebut juga rantai (delta)

Imunoglobulin ini tidak mengaktifkan system komplemen dan tidak dapat menembus
plasenta. IgD terutama ditemukan pada permukaan sel B, yang kemungkinan berfungsi sebagai
suatu reseptor antigen yang diperlukan untuk memulai diferensiasi sel-sel B menjadi plasma dan
sel B memori. Ini juga terjadi pada beberapa sel leukemia limfatik. Di dalam serum
immunoglobulin ini hanya terdapat dalam jumlah sedikit.

Figure 8 imunoglobulin D

III. 5 Imunoglobulin E ( Ig E) disebut juga rantai (epsilon)

Dihasilkan pada saat respon alergi seperti asma dan biduran. Peranan IgE belum terlalu
jelas. Di dalam serum, konsentrasinya sangat rendah, tetapi kadarnya akan naik jika terkena

13
infeksi parasit tertentu, terutama yang disebabkan oleh cacing. IgE berukuran sedikit lebih besar
dibandingkan dengan molekul IgG dan hanya mewakili sebagian kecil dari total antibodi dalam
darah. Daerah ekor berikatan dengan reseptor pada sel mast dan basofil dan, ketika dipicu oleh
antigen, menyebabkan sel-sel itu membebaskan histamine dan zat kimia lain yang menyebabkan
reaksi alergi.

Regio Fc dari IgE terikat pada reseptor pada permukaan sel mast dan basofil. IgE yang
terikat ini bertindak sebagai reseptor antigen yang menstimulasi produksinya sehingga terbentuk
kompleks antigen-antibodi yang memicu terjadinya respon alergi tipe cepat (anafilaksis) melalui
pelepasan mediator. Pada orang dengan hipersensivitas alergi yang diperantarai antibodi tersebut,
IgE meningkat dengan cepat dan IgE dapat terdapat pada sekresi eksternal. IgE serum juga
meningkat secara tipikal selama infeksi cacing.

Struktur dan fungsi IgG dapat dipecah oleh enzim pepsin dan papain menjadi beberapa
fragmen yang mempunyai sifat biologi yang khas. Perlakuan dengan pepsin dapat memisahkan
Fab2 dari daerah persambungan hinge (engsel). Karena Fab2 adalah merupakan molekul bivalen
sehingga ia dapat mempresipitasi antigen. Enzim papain dapat memutus daerah hinge diantara
CH1 dan CH2 untuk membentuk dua fragmen yang identik dan dapat bertahan dengan reaksi
antigen-antibodi dan juga satu non-antigen-antibodi fragmen yaitu daerah fragmen kristalisabel
(Fc). Bagian Fc ini adalah glikosilat yang mempunyai banyak fungsi efektor (yaitu: binding
komplemen, binding dengan sel reseptor pada makrofag dan monosit dan sebagainya) dan dapat
digunakan untuk membedakan satu klas antibodi dengan lainnya.

Figure 9. immunoglobulin E

14
Table 2. Subklas Immunoglobulin. Diunduh dari: http://symposcium.com/wp-content/uploads/2014/04/subclasses.png

Table 3. Sifat-sifat fisika dari lima kelas utama immunoglobulin

Nama (WHO) IgG IgA IgM IgD IgE

Angka sedimentasi 7S 7S,9S, 11S* 19S 7S 8S

Berat molekul 160.000 dan


150.000 900.000 185.000 200.000
dimmer

Jumlah unit 4-peptida


1 1, 2* 5 1 1
dasar

Rantai berat (H)

Rantai ringan , , , , ,

Susunan molekul 22 (22)1-2 (22)5 22 2 2

22 (22) 1-2 (22)5 2 2 (?) 2 2

15
(22) 2S*

(22) 2S*

Valensi untuk
2 2, 4 10 2 2
mengikat antigen

Konsentrasi serum 17-450


8-16 1,4-4 0,5-2 0-0,4
normal (mg/ml) **

% imunoglobulin total 80 13 6 0-1 0,002

% karbohidrat 3 8 12 13 12

* = bentuk dimmer dalam sekresi mempunyai komponen S

** = 1ng = 10-9 g

16
17
BAB IV Fungsi Antibodi
IV.1 Immunoglobulin G

IgG terbentuk 2-3 bulan setelah infeksi, kemudian kadarnya meninggi dalam satu bulan,
menurun perlahan-lahan, dan terdapat selama bertahun-tahun dengan kadar yang rendah. IgG
beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem getah bening, dan usus. Senyawa ini
akan terbawa aliran darah langsung menuju tempat antigen berada dan menghambatnya begitu
terdeteksi. IgG lebih mudah menyebar ke dalam celah-celah ekstravaskuler dan mempunyai
peranan utama menetralisis toksin kuman dan melekat pada kuman sebagai persiapan
fagosistosis serta memicu kerja system komplemen. Senyawa ini memiliki efek kuat antibakteri
maupun virus, serta menetralkan racun. IgG juga mampu menyelinap diantara sel-sel dan
menyingkirkan mikroorganisme yang masuk ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuan
serta ukurannya yang kecil, IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dapat dipindahkan
melalui plasenta dari ibu hamil ke janin dalam kandungannya untuk melindungi janin dari
kemungkinannya infeksi yang menyebabkan kematian bayi sebelum lahir. Selanjutnya
immunoglobulin dalam kolostrum (air susu ibu atau ASI yang pertama kali keluar), memberikan
perlindungan kepada bayi terhadap infeksi sampai sistem kekebalan bayi dapat menghasilkan
antibodi sendiri. Immunoglobulin ini yang paling banyak di dalam tubuh, dihasilkan dalam
jumlah besar ketika tubuh terpajan ulang ke antigen yang sama (Abbas Abul K., Lichtman; and
Pillai, 2014).

IV.2 Immunoglobulin A (IgA)

Immunoglobulin A atau IgA ditemukan pada bagian-bagian tubuh yang dilapisi oleh
selaput lendir, misalnya hidung, mata, paru-paru, dan usus. IgA juga ditemukan di dalam darah
dan cairan tubuh lainnya, seperti air mata, air liur, ASI, getah lambung, dan sekresi usus.
Antibodi ini melindungi janin dalam kandungan dari berbagai penyakit. IgA yang terdapat dalam
ASI akan melindungi sistem pencernaan bayi terhadap mikroba karena tidak terdapat dalam
tubuh bayi yang baru lahir (Abbas Abul K., Lichtman; and Pillai, 2014).

18
Figure 10. sekresi immunoglobulin A.

https://www.researchgate.net/profile/Mohammed_Chowdhury5/publication/293480113/figure/fig1/AS:3
29836829659136@1455650636338/Figure-1-Secretory-immunoglobulin-A-sIgA-A-Cartoon-
representation-of-sIgA-sIgA-is.png

19
IV.3 Immunoglobulin M (IgM)

Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel-sel B. Pada saat
antigen masuk ke dalam tubuh, Immunoglobulin M (IgM) merupakan antibodi pertama yang
dihasilkan tubuh untuk melawan antigen tersebut. IgM terbentuk segera setelah terjadi infeksi
dan menetap selama 1-3 bulan, kemudian menghilang. Janin dalam rahim mampu memproduksi
IgM pada umur kehamilan enam bulan. Jika janin terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM janin
akan meningkat. IgM banyak terdapat di dalam darah, tetapi dalam keadaan normal tidak
ditemukan dalam organ maupun jaringan. Untuk mengetahui apakah janin telah terinfeksi atau
tidak, dapat diketahui dari kadar IgM dalam darah (Abbas Abul K., Lichtman; and Pillai, 2014).

IV.4 Immunoglobulin D (IgD)

Immunoglobulin D atau IgD juga terdapat dalam darah, getah bening, dan pada
permukaan sel-sel B, tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit. IgD ini bertindak dengan
menempelkan dirinya pada permukaan sel-sel T, mereka membantu sel-sel T menangkap antigen
(Abbas Abul K., Lichtman; and Pillai, 2014).

IV.5 Immunoglobulin E (IgE)

Immunglobulin E atau IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah.
Antibodi ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi akut pada tubuh. Oleh karena itu, tubuh
seorang yang sedang mengalami alergi memiliki kadar IgE yang tinggi. IgE penting melawan
infeksi parasit, misalnya skistosomiasis, yang banyak ditemukan di negara-negara berkembang
(Abbas Abul K., Lichtman; and Pillai, 2014).

20
21
BAB V Antibodi Monoklonal
V.1 Definisi

Antibodi monoklonal adalah antibodi buatan identifik karena diproduksi oleh salah satu jenis sel
imun saja dan semua klonnya merupakan sel single parent. Antibodi monoklonal mempunyai sifat khusus
yang unik yaitu dapat mengenal suatu molekul, memberikan informasi tentang molekul spesifik dan
sebagai terapi target tanpa merusak sel sehat sekitarnya. Antibodi monoklonal murni dapat diproduksi
dalam jumlah besar dan bebas kontaminasi. Antibodi monoklonal dapat diperoleh dari sel yang
dikembangkan di laboratorium, reagen tersebut sangat berguna untuk penelitian terapi dan diagnostik
laboratorium.

Antibodi monoklonal dapat diciptakan untuk mengikat antigen tertentu kemudian dapat
mendeteksi atau memurnikannya. Manusia dan tikus mempunyai kemampuan untuk membentuk antibodi
yang dapat mengenali antigen. Antibodi monoklonal tidak hanya mempertahankan tubuh untuk melawan
organisme penyakit tetapi juga dapat menarik molekul target lainnya di dalam tubuh seperti reseptor
protein yang ada pada permukaan sel normal atau molekul yang khas terdapat pada permukaan sel kanker.
Spesifisitas antibodi yang luar biasa menjadikan zat ini dapat digunakan sebagai terapi. Antibodi
mengikat sel kanker dan berpasangan dengan zat sitotoksik sehingga membentuk suatu kompleks yang
dapat mencari dan menghancurkan sel kanker (Chew and Park, 2009).

V.2 Antibodi Monoklonal Rekombinan

Pemanfaatan antibodi monoklonal dalam bidang kesehatan, baik untuk diagnostik atau mengatasi
penyakit kanker tertentu, telah banyak dilakukan. Beberapa antibodi monoklonal yang dilakukan untuk
pengobatan berasal dari sel mencit atau tikus, sering menimbulkan reaksi alergi pada pasien yang
menerima terapi antibodi monoklonal tersebut. Hal ini disebabkan karena protein mencit dikenal sebagai
antigen asing oleh sel tubuh pasien, sehingga menimbulkan reaksi respon imun antara lain berupa alergi,
inflamasi dan penghancuran atau destruksi antibodi monoklonal itu sendiri. Untuk mengatasi hal tersebut
maka dikembangkanlah antibodi monoklonal rekombinan manusia, yaitu suatu monoklonal antibodi yang
sebagian atau seluruhnya terdiri dari protein yang berasal dari manusia, untuk mengurangi efek penolakan
oleh sistem imun pasien. (Radji, M., 2011; Tuscano, J.M., et al; 2005)

Beberapa jenis antibodi monoklonal generasi baru yang telah dikembangkan antara lain:

22
1. Antibodi monoklonal murine (fully mouse) Yaitu antibodi murni yang didapatkan dari tikus.
Antibodi ini dapat menyebabkan human anti mouse antibodies (HAMA). Biasanya antibodi ini memiliki
akhiran dengan nama momab (contohnya Ibritumomab ). (Radji, M., 2011; Tuscano, J.M., et al;
2005)

2. Antibodi monoklonal kimera (chimaric). Antibodi monoklonal ini dibuat melalui teknik
rekayasa genetika untuk menciptakan galur mencit atau tikus transgenik yang dapat memproduksi sel
hybrid mencitmanusia yang disebut kimera (chimaric). Bagian variabel molekul antibodi (Fab), 49
termasuk bagian antigen binding site, berasal dari mencit, sedangkan bagian lainnya, yaitu bagian yang
constant (Fc) berasal dari manusia. Memiliki akhiran dengan nama ximab (Rituximab ). (Radji, M.,
2011; Tuscano, J.M., et al; 2005)

3. Antibodi monoklonal manusiawi (humanized). Antibodi ini dibuat secara rekayasa genetika
dimana bagian protein yang berasal dari mencit hanya terbatas pada antigen binding site saja, sedangkan
bagian yang lainnya yaitu bagian variable dan bagian konstan berasal dari manusia. Antibodi ini memiliki
akhiran nama zumab (Transtuzumab ). (Radji, M., 2011; Tuscano, J.M., et al; 2005)

4. Antibodi monoklonal manusia (fully human) Antibodi ini merupakan antibodi yang paling
ideal untuk menghindari terjadinya respon imun karena protein antibodi yang disuntikkan kedalam tubuh
seluruhnya merupakan protein yang berasal dari manusia. Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk
merancang pembentukan antibodi monoklonal yang seluruhnya mengandung protein manusia tersebut
adalah dengan teknik rekayasa genetika untuk menciptakan mencit transgenik yang membawa gen yang
berasal dari manusia, sehingga mampu memproduksi antibodi yang diinginkan. Pendekatan lainnya
adalah merekayasa suatu binatang transgenik yang dapat mensekresikan antibodi manusia dalam air susu
yang dikeluarkan oleh binatang tersebut. Antibodi yang 100% mengandung protein manusia memiliki
akhiran nama mumab (Panitumumab ).

23
Figure 11. produksi antibodi monoklonal

V.3 Mekanisme Kerja

Antibodi monoklonal menggunakan mekanisme kombinasi untuk meningkatkan efek sitotoksik


sel tumor. Mekanisme komponen sistem imun adalah antibody dependent cellular cytotoxicity (ADCC),
complement dependent cytotoxicity (CDC), mengubah signal transduksi sel tumor atau menghilangkan
sel permukaan antigen. Antibodi dapat digunakan sebagai target muatan (radioisotop, obat atau toksin)
untuk membunuh sel tumor atau mengaktivasi prodrug di tumor, antibody directed enzyme prodrug
therapy (ADEPT). Antibodi monoklonal digunakan secara sinergis melengkapi mekanisme kerja
kemoterapi untuk melawan tumor.(Chew and Park, 2009)

24
Figure 12. mekanisme kerja antibodi monoclonal. Diunduh dari:
http://www.nature.com/nrc/journal/v15/n6/images/nrc3930-f2.jpg

25
Daftar Pustaka
Abbas Abul K., Lichtman;, A. H. and Pillai, S. (2014) Cellular and
Molecular Immunology, Elsevier.
Chew, B. P. and Park, J. S. (2009) The Immune System, Health (San
Francisco), 5.
Dominguez, R. and Holmes, K. C. (2011) Antibody structure and
function, Focus, 40(1), pp. 5878. doi: 10.1146/annurev-biophys-
042910-155359.
Male D, Brostoff J, Roth DB, R. I. (2013) Immunology, Elsevier. doi:
10.1007/s13398-014-0173-7.2.
Nelson and Cox (2011) Principles of Biochemistry, Chinese Journal of
Integrative Medicine. doi: 10.1007/s11655-011-0820-1.
Playfair; Chain (2004) Immunology at a Glance 7th.
Schroeder, H. W. J. and Cavacini, L. (2010) Structure and Function of
Immunoglobulins (author manuscript), Journal of Allergy and
Clinical Immunology, 125, pp. S41S52. doi:
10.1016/j.jaci.2009.09.046.Structure.
Tuscano JM, Noonan K, Mulrooney T. (2005).Monoclonal antibodies:
case studies in novel therapies. In: Frankel C, editor. A continuing
education program for oncology nurses.Pittsburgh: OES. 5-8.

Anda mungkin juga menyukai