Anda di halaman 1dari 12

Terbaru Headline Rubrik Event Topik Pilihan PRO KONTRA Masuk Prospek Perawat di Masa

Depan, Bagaimana Menyikapi? 25 Juli 2013 12:13:23 Diperbarui: 24 Juni 2015 10:03:51 Dibaca

: 32,951 Komentar : 1 Nilai : 2 Prospek Perawat di Masa Depan, Bagaimana Menyikapi?

1374729971853416886 BAGAIMANA KITA MENYIKAPI DAN BAGAIMANA PROSPEK

PERAWAT DI MASA DEPAN. PERTAMA, PENINGKATAN JENJANG PENDIDIKAN

(PERAWAT) Solusi untuk menjawab pertanyaan di atas adalah dengan berbenah diri.

Memperbaiki kualitas lulusan perawat melalui jenjang pendidikan Perawat (S1 Keperawatan),

bukan hanya menambah jumlah Perawat tetapi memperbaiki kualitas Perawat melalui perbaikan

insitusi pendidikan penyelenggara program Perawat. Institusi harus memperhatikan PP 19/2005

tentang Standar Nasional Pendidikan, sebagai tindak lanjut berlakunya SISDIKNAS th. 2003.

Dalam UU No 20/2003, pendidikan diploma masuk dalam jenis pendidikan vokasi sedangkan

pendidikan perawat menempati jenis pendidikan profesional. Dengan memperhatikan 5M, M1:

Man kualitas tenaga pengajar; M2: Material kecukupan sarana prasaran pembelajaran, M3

Method Kurikulum dan metode pmebelajaran yang sesuai dengan tekad KBK (Kurikulum

Berbasis Kompetensi); M4 Money Anggaran untuk proses belajar mengajar dan penyediaan

resources; dan M5 Mutu /Marketing kualitas dan upaya institusi untuk menangkap peluang

pasar. Tanggung jawab moral institusi untuk lebih mengedepankan profesionalisme, bukan untuk

orientasi kapitalisme semata. Bukan hanya untuk menghantarkan lulusan Perawat sampai ke

pintu gerbang, tetapi mengantarkan sampai ke gerbang memasuki dunia kerja. KEDUA,

MENATA PENDIDIKAN PERAWAT SECARA PROFESIONAL Langkah awal yang perlu

ditempuh oleh Perawat profesional adalah mengembangkan Pendidikan Tinggi Keperawatan dan

memberikan kesempatan kepada para perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Sehingga diharapkan pada akhir tahun 2015, semua pendidikan perawat yang ada di rumah sakit
sudah memenuhi kriteria minimal sebagai perawat profesional (Perawat). Pada saat ini pelbagai

upaya untuk lebih mengembangkan pendidikan keperawatan profesional memang sedang

dilakukan dengan mengkonversi pendidikan SPK ke jenjang Akademi Keperawatan dan dari

lulusan Akademi Keperawatan diharapkan dapat melanjutkan ke jenjang S1 Keperawatan

(Perawat). Namun prinsip asal konversi, asal cepat, asal dapat ijazah Perawat, dan asal-asalan

menjadi kelabunya masa depan keperawatan. Hal ini menjadi kendala dalam upaya mempercepat

profesionalisme keperawatan. Disana sini masih ditemukan berbagai penyimpangan dalam

penerapan kurikulum, proses pembelajaran yang tidak sesuai dan tidak mendukung. Perlu juga

diadakan penataan yang mendasar dari Program Pendidikan Perawat dengan lebih menekankan

pada upaya meningkatkan kualitas lulusan dan disamping mengembangkan kuantitas pendidikan.

Melihat fakta di atas maka dituntut peran dosen/ staf pengajar untuk lebih memahami relevansi

ilmu-ilmu dasar dan ilmu keperawatan dalam mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan

kepada klien. Sejak mahasiswa mendapatkan ilmu Dasar isi kurikulum sudah diorientasikan dan

dikaitkan dengan peran perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan, yaitu dalam

membantu, mencegah, meningkatkan, dan mengembalikan fungsi yang terganggu akibat sakit

yang dialami klien sehingga klien dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Penekanan dan

pembekalan kompetensi perawat dengan AKSI: Attitude, Knowledge, Skill dan Insight.

KETIGA, KAJIAN BATANG TUBUH ILMU KEPERAWATAN DAN STANDAR

KOMPETENSI PERAWAT Ketidakjelasan batang tubuh Ilmu Keperawatan menjadikan

penilaian masyarakat tentang Keperawatan (Asrul Azwar, 1999). Pertanyaan yagn sering timbul

adalah apakah keperawatan sebagai ilmu? Meskipun pernyataan tersebut dibantah oleh Chitty

(1997) bahwa nursing is as ascience and art, separated from medicine science.. CHS (1999)

juga memperkuat pernyataannya bahwa ilmu keperawatan adalah sebagai ilmu, mereka
mengemukakan bahwa ilmu keperawatan sendiri (dasar, anak, maternitas, medikal bedah, jiwa ,

dan komunitas). Aplikasinya menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara

ilmiah ditujukan untuk mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan integritas

seluruh kebutuhan dasar manusia. Tetapi menyimak fakta yang ada di lapangan di Indonesia,

pernyataan tersebut menarik untuk disimak. Banyak perawat yang tidak tahu dan tidak jelas

tentang ilmu keperawatan yang dimaksudkan. Dari pengertian tersebut membawa dampak

terhadap isi kurikulum pada program pendidikan tinggi keperawatan. Institusi Pendidikan Tinggi

Keperawatan belum mampu mengenalkan kejelasan ilmu keperawatan kepada peserta didik.

Sehingga peserta didik mendapatkan orientasi ilmu dasar hampir sama seperti yang diajarkan

pada program pendidikan kesehatan lain (kedokteran umum, dokter gigi, dan kesehatan

masyarakat). Hal ini berakibat terhadap ketidakjelasan peran perawat dalam memberikan asuhan

kesehatan kepada klien. Kondisi yang lebih parah adalah sampai dengan saat ini, manakala

profesi lain sudah tinggal landas, perawat masih tertinggal di landasan. Perawat masih berkutat

terhadap belum jelasnya lingkup atau batang tubuh ilmu keperawatan. Asrul Azwar (1999)

mengatakan bahwa body of knowledge ilmu keperawatan belum diakui dan belum

tersosialisasikan dengan baik. Perawat belum bisa menunjukkan jati dirinya sebagai suatu profesi

yang mempunyai batang tubuh ilmu tersendiri. Sebagian perawat masih belum melaksanakan

riset yang disebabkan; keterbatasan waktu, tidak adanya anggaran dan policy yang tidak

menguntungkan profesi perawat. Hal tersebut menjadikan suatu kontribusi terhadap mendungnya

pengembangan kajian ilmu keperawatan saat ini. Berlandaskan falsafah dan paradigma

keperawatan maka nilai / makna yang dapat dikembangkan dari keperawatan dalam

pengembangan keilmuan meyakini bahwa keperawatan mempunyai 3 nilai utama yang

berhubungan satu dengan yang lainnya, meliputi: (1) seni (art), (2) Ilmu (Science) dan (3) profesi
(Profession). A. Keperawatan sebagai suatu seni (art). Seni (art) merupakan refleksi dari

perasaan dan persepsi, sebab inti dan esensi keperawatan adalah interaksi interpersonal. Seni

sebagai bagian dari keperawatan yang dapat diekspresikan dengan berbagai cara antara lain;

sensitivitas dan responsif/tanggap perasaan perawat kepada klien, kemampuan perawat (art)

untuk memahami bahasa nonverbal (perilaku) klien dalam mengungkapkan rasa cemas atau

nyeri. Walaupun sebenarnya perilaku ini dapat dipelajari secara ilmiah (scientifically), perawat

juga dapat belajar melalui penemuan dan praktik intuisi sebagai suatu seni. Sebagaimana yang

ditulis oleh Donahue, 1985, Keperawatan bukan hanya suatu tehnik tetapi proses yang

berhubungan dengan berbagai elemen antara lain ; jiwa, fikiran dan imajinasi. Keseluruhan

elemen tersebut merupakan bagian yang sangat penting dalam meningkatkan kreatifitas

imajinasi, sensitivitas jiwa, dan pemahaman / kemampuan berfikir yang merupakan dasar utama

dalam memberikan asuhan keperawatan (care) yang efektif. Gold (1978) menyatakan

kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan (caring) dipengaruhi oleh kemampuan

dalam mengekspresikan diri, ekspresi merupakan bagian / elemen dari pada seni (art). Seni atau

kemampuan ekspresi diri merupakan hal yang penting untuk mengembangkan kemampuan

seseorang sebagai sesuatu yang unik. Intuisi keperawatan harus diidentifikasi dan didukung

sebagai seni dalam keperawatan. Dimasa yang akan datang keperawatan adalah seni (art)

menggabungkan antara perkembangan ilmu keperawatan dan tehnologi keperawatan (IPTEK

Keperawatan) dengan kreativitas seni keperawatan. B. Keperawatan sebagai suatu ilmu

(Science). Body of Knowledgeadalah unsur utama dalam mengembangkan pendidikan

keperawatan. Diawali pernyataan oleh F. Nightingale (1859) sebagai orang pertama yang

mengidentifikasi bahwa keperawatan sebagai suatu disiplin ilmu yang terpisah dengan ilmu

medis (kedokteran). Untuk membuktikan pernyataan tersebut, maka beberapa pakar teori
keperawatan berupaya untuk mendifinisikan keperawatan kedalam suatu konsep. Dari konsep-

konsep keperawatan tersebut akan diketahui dan ditentukan bidang ilmu dan rumpun ilmu

keperawatan. Konsep keperawatan dikembangkan berdasar pada filosofi dan paradigma

keperawatan. Pada filosofi keperawatan ada 3 (tiga) unsur utama yang menjadi keyakinan dan

proses perfikir kritis dalam mengembangkan ilmu keperawatan yaitu ; humanism, holism and

care. Dari ketiga unsur utama diyakini bahwa manusia person merupakan pusat / sentral

asuhan keperawatan dan care sebagai dasar / landasan dalam praktik / asuhan keperawatan.

Berdasarkan filosofi keperawatan, maka dikembangkan empat konsep utama paradigma

keperawatan yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Manusia dipandang sebagai

individu yang bersifat holistic dan humanistic yang dalam kehidupannya selalu berinteraksi

dengan lingkungan baik internal maupun eksternal yang akan berpengaruh terhadap status

kesehatannya, asuhan / pelayanan keperawatan merupakan praktik / tindakan keperawatan

mandiri yang diberikan karena adanya ketidak mampuan manusia dalam memenuhi kebutuhan

dasarnya. Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah

ilmu kesehatan tentang asuhan / pelayanan keperawatan (The health science of caring)

(Lindberg, 1990, hal 40). Caring adalah memberikan perhatian atau penghargaan kepada seorang

manusia. Caring juga dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokat

pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Keperawatan sebagai ilmu

kesehatan tentang asuhan / pelayanan keperawatan adalah asuhan / pelayanan keperawatan

sebagai pendukung / bagian dalam ilmu kesehatan, sama halnya dengan seni sebagai bagian

yang tidak terpisahkan dari ilmu keperawatan (Lindberg, 1990, hal 40) . C. Keperawatan sebagai

suatu profesi (profession). Keperawatan sebagai suatu profesi harus mengacu pada kriteria

profesi antara lain : tubuh pengetahuan (Body of Knowledge ) yang berbatas jelas, pendidikan
khusus berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, memberikan pelayanan pada

masyarakat dan praktik sesuai bidang profesi, memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian,

memberlakukan kode etik keprofesian dan motivasi bersifat altruistik. Sampai saat ini profesi

keperawatan dalam program penataan dan pemantapan keseluruhan dari kriteria profesi sehingga

akuntabilitas dan otonomi sebagai suatu profesi dapat dilaknakan secara optimal. Salah satunya

dengan memantapkan tubuh pengetahuan ilmu keperawatan sesuai dengan filosofi dan

paradigma keperawatan, disamping itu juga menata jenjang studi / pendidikan keperawatan di

pendidikan tinggi. KEEMPAT, PENATAAN PRAKTIK KEPERAWATAN Sejalan dengan akan

diundangkannya praktik keperawatan, maka diperlukan standar kompetensi profesi, salah

satunya standar kompetensi perawat (SKP) yang memiliki pengakuan secara nasional. SKP

Nasional Indonesia mengacu pada kerangka kerja Konsil Keperawatan Internasional (ICN, 2003)

yang menekankan pada perawat generalis yang bekerja dengan klien individu, keluarga dan

komunitas dalam tatanan asuhan kesehatan di rumah sakit dan komunitas serta bekerja sama

dengan pemberi asuhan kesehatan dan sosial lainnya. Dalam kerangka kerja ICN, kompetensi

perawat generalis dikelompokkan menjadi 3 judul komptensi utama, yaitu: (1) praktik

keperawatan profesional, etik, legal dan bertanggung jawab; (2) Pemberian asuhan dan

manajemen keperawatan; dan (3) Pengembangan profesional. Peran profesional perawat tidak

akan bisa dicapai, kalau model praktik keperawatan di pelayanan belum ditata secara profesional,

minimal pada penerapan model Tim atau primer. Sebagian besar rumah sakit di Indonesia model

pelayanan keperawatan yang diterapkan adalah fungsional dimana perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan kepada klien secara terfragmentasi misalnya perawat pada hari tugasnya

hanya melaksanakan peran merawat luka kepada semua pasien tanpa mengindahkan kebutuhan

klien yang lainnya. Model seperti ini bertentangan dengan filosofi keperawatan, sebagaimana
disampaikan Chity (1997) yaitu humanism, holism, and care. Model praktik keperawatan

profesional yang dilaksanakan perawat di tatanan pelayanan keperawatan, masih menjadi suatu

abstraksi. Pemerintah selalu menekankan bahwa model praktik keperawatan harus ditata dengan

baik, tetapi kenyataan yang ada dilapangan masih merupakan suatu angan-angan. Dari

pandangan saya, keadaan tersebut tidak terlepas dari sistem yang diterapkan, budaya kerja yang

sudah mendarah daging enggan untuk menerapkan suatu perubahan. Dimana perawat dituntut

untuk menata model praktik yang baik, di satu sisi terjadi beberapa Resistensi?Anggaran untuk

pos keperawatan dikurangi, hal ini juga ditunjang oleh kurangnya keterlibatan perawat dalam

membuat keputusan strategis. Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus sebagai

suatu tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Saat ini adanya suatu keinginan untuk

merubah sistem pemberian pelayanan kesehatan ke sistem desentralisasi. Dengan meningkatnya

pendidikan bagi perawat, diharapkan dapat memberikan arah terhadap pelayanan keperawatan

berdasarkan pada issue di masyarakat. Sejak diakuinya keperawatan sebagai profesi dan

ditumbuhkannya Pendidikan Tinggi Keperawatan (DIII Keperawatan, PSIK) dan berlakunya

Undang-undang No. 36 tahun 2009, dan PERMENKES No. 148/2010; proses registrasi dan

legislasi keperawatan, sebagai bentuk pengakuan adanya kewenangan dalam melaksanakan

praktik keperawatan profesional. Ada 4 model praktik yang diharapkan ada, yaitu model praktik

di rumah sakit, di rumah, berkelompok, dan individual. Akan tetapi pelaksanaan PERMENKES

tersebut masih perlu mendapatkan persiapan yang optimal oleh profesi keperawatan. Kita juga

harus berhati-hati dengan berlakunya UU Praktik Kedokteran, mau tidak mau, suka tidak suka

undang-undang tersebut membawa konsekuensi terhadap praktik keperawatan. PENATAAN

JENJANG KARIER SESUAI KOMPETENSI YG DIPERSYARATKAN Jenjang karir

profesional berbasis kompetensi dicapai melalui pendidikan formal dan pendidikan


berkelanjutan. Prinsip pengembangan karir meliputi kualifikasi, penjenjangan, fungsi utama,

kesempatan, standar profesi dan komitmen pimpinan. Penjenjangan mempunyai makna tingkatan

kompetensi untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang akuntabel dan etis sesuai batas

kewenangan. Penjenjangan karir profesional perawat secara umum meliputi: 1.Perawat Klinik

(PK) 2.Perawat Manager (PM) 3.Perawat Pendidik (PP) 4.Perawat Peneliti/ Riset (PR) Sistem

promosi karir berdasarkan kualifikasi (credentialing) harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut: 1.Pendidikan dasar keperawatan minimal DIII (diploma III) 2.Pengalaman kerja di area

klinik 3.Program PBP/ Sertifikasi 4.Uji Kompetensi Nasional 5.Penataan job value/ reward

system BAGAIMANA PROSPEK BEKERJA DI PASAR GLOBAL Awalnya sebagian besar

alumni pendidikan ini, lebih banyak bekerja di bidang pendidikan (menjadi dosen), atau memilih

bekerja menjadi perawat di RS . Namun saat ini semakin banyak pilihan untuk bekerja selain di

pelayanan. Tempat lahan kerja Perawat yang ada saat ini adalah : Menjadi Perawat di RS

Negeri/Swasta (Cepat mencapai jabatan struktural; Kepala Ruangan, Bidang Keperawatan,

Diklat dsb) Menjadi Dosen AKPER/AKPER/FIK di Negeri (PNS) atau di Swasta Bekerja di

Asuransi Kesehatan, bagian klaim Medical Representative (Detailer) di Farmasi Bekerja di

Penerbit Buku Kesehatan Menjadi Perawat di luar negeri Peneliti Pekerjaan lain Prospek Kerja

Perawat Di Luar Negeri Inggris butuh 10.000, Jepang butuh 20.000, negara-negara Timur

Tengah juga butuh ribuan, bahkan Amerika bisa mencapai angka ratusan ribu. Total dunia

membutuhkan 2 juta per tahun untuk kebutuhan yang satu ini. Wah, butuh apa nih? Ternyata,

butuh tenaga perawat! (Pikiran Rakyat, 2006). Beberapa tahun terakhir ini, pengiriman yang

cukup hangat di berbagai kalangan. Di tengah semakin meningkatnya jumlah pengangguran

terdidik dari tahun ke tahun, tentu merupakan hal yang melegakan bahwa perawat dari Indonesia

dilaporkan berpeluang bekerja di Amerika Serikat (AS) dan negara-negara di Benua Eropa
(Inggris, Belanda, Norwegia), Timur Tengah (Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Kuwait) dan

kawasan Asia Tenggara (Singapura, Malaysia). Jumlah permintaan berkisar antara 30 orang

sampai dengan tidak terbatas. Kekurangan perawat di dalam negeri merupakan alasan utama

negara-negara tersebut untuk menerima tenaga dari luar negeri. Di AS, misalnya, pada 2005

mengalami kekurangan 150.000 perawat, pada 2010 jumlah tersebut menjadi 275.000, pada 2015

sejumlah 507.000, dan pada 2020 menjadi 808.000 perawat. Namun demikian, kekurangan

tersebut tersebut menyebabkan mereka lebih berfokus pada bagaimana menghasilkan perawat

yang lebih banyak, bukan untuk mencetak perawat yang berpendidikan lebih baik (Bartels JE,

2005). Di Indonesia, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

Kesehatan (PPSDM Kesehatan) melaporkan bahwa jumlah terbesar Tenaga Kesehatan

Profesional Indonesia (TKPI) yang telah bekerja di luar negeri mulai 1989 sampai dengan 2003

adalah perawat (97.48% dari total sebanyak 2494 orang). Meskipun jumlah perawat yang bekerja

di luar negeri menempati prosentase terbesar dibandingkan tenaga kesehatan yang lain, masih

terdapat beberapa poin penting yang perlu menjadi perhatian dan ditanggulangi mulai dari saat

ini. Dari beberapa laporan diketahui bahwa kendala utama yang dihadapi oleh para perawat

Indonesia adalah kemampuan berbahasa Inggris dan keterampilan yang masih kurang.

Berkenaan dengan ketrampilan perawat Indonesia yang masih kurang, terlihat dari segi skoring

NLEX (National License Examination) yang masih rendah. Ujian NLEX sendiri merupakan

prasyarat perawat Indonesia untuk dapat bekerja di luar negeri. Sebagai gambaran, skor yang

diperoleh perawat Indonesia adalah angka 40. Padahal skoring yang dibutuhkan untuk bekerja di

Eropa antara 50 sampai 70 dan di AS antara 70 sampai 80 (Pusdiknakes, 2007). Dua hal tersebut

tampaknya perlu untuk segera ditanggulangi selain faktor-faktor lain yang belum teridentifikasi

dalam tulisan ini. Beranjak dari hal inilah sebenarnya lembaga pendidikan keperawatan di
Indonesia dapat mulai ikut berperan aktif dalam merumuskan strategi yang tepat dalam mendidik

calon perawat. Laporan tentang pengalaman perawat yang berkerja di luar negeri perlu

disampaikan dalam tulisan ini agar kita dapat memperoleh gambaran yang lebih menyeluruh.

Sampai saat ini penulis belum menemukan laporan penelitian yang terkait dengan pengalaman

perawat Indonesia yang bekerja di luar negeri. Di lain pihak, kebanyakan laporan penelitian di

negara lain terkait topik tersebut menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Dilaporkan

bahwa alasan yang mendorong seorang perawat untuk bekerja di luar negeri antara lain gaji yang

lebih tinggi, prospek karir dan pendidikan yang lebih menjanjikan(Buchan, J. & Calman, L,

2007). Pada review penelitian oleh Magnusdottir (2005), penelitian Yi & Jezewski (2000)

tentang penyesuaian diri 12 Perawat Korea yang bekerja di rumah sakit di AS melaporkan bahwa

pada 2-3 tahun pertama mereka bekerja ditandai dengan usaha mengurangi stress psikologis,

mengatasi kendala bahasa, dan menyesuaikan diri dengan praktek keperawatan di USA.

Kemudian pada 5 - 10 tahun kemudian ditandai dengan belajar mengadopsi strategi penyelesaian

masalah menurut budaya AS dan memelihara hubungan interpersonal. Mereka yang berhasil

dalam proses tersebut dilaporkan merasa puas. Kendala-kendala di atas merupakan tantangan

bagi perawat Indonesia untuk menunjukkan kemampuannya dalam upaya memenangkan

persaingan di tingkat global. ADVERTISEMENT Firman Telaumbanua /firmantel Ilmu itu

Ada Masanya: BERSYUKUR selalu dan BERBAGI lah, sebab itulah Kunci membuka Dunia.

www.firmantel.com Selengkapnya... IKUTI Share Share 0 0 KOMPASIANA ADALAH MEDIA

WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN MENJADI TANGGUNGJAWAB

PENULIS. LABEL medis kesehatan TANGGAPI DENGAN ARTIKEL RESPONS : 0 NILAI : 2

Beri Nilai Ciptani Z Bermanfaat Arizona San Aktual KOMENTAR : 1 Orang Kuat27 Juli 2013

03:18:24 Sebagai ilmu , keperawatan berbeda dengan kedokteran, konsekuensinya praktek


perawat pribadi mandiri (yang diidam-idamkan) kenapa ya kok sama dengan praktek dokter.

Sebagian besar praktek perawat mandiri adalah praktek seolah -olah dokter . Ini saja ditertibkan

oleh PPNI, sesuai competence perawat . Balas Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita

dan opini pilihan dari Kompasiana Featured Article 7 Alasan Kenapa Kamu Harus ke Ambon

untuk Liburan Natal & Akhir Tahun Joel Wakanno 07 Desember Headline 1 Tengoklah Xuan

Truong, Evan Dimas! Achmad Suwefi 27 Desember 2016 2 Menyingkap Tabir di Balik

Kematian 1 Keluarga di Pulomas Ricky Vinando 27 Desember 2016 3 Tiga Kompasianer

Pemenang Review Sienta Pop Up Playground Alam Sutera Kompasiana 27 Desember 2016 4

Wanita-wanita yang Mengguncang Dunia dengan Musiknya Ika Septi 27 Desember 2016 5 [Blog

Competition] Belanja Online dengan Sistem Pembayaran yang Aman Kompasiana 01 Desember

2016 Nilai Tertinggi Bagi Mereka Tahun Baru Adalah Pesta dan Foya-foya Ahmad Mujir 27

Desember Jakarta, Harapan Baru Penyandang Disabilitas Sudut Seku 27 Desember Thamrin

Dahlan, Bukan Pensiunan Biasa Ikhwanul Halim 27 Desember Janji Manis KPK untuk

Mengusut Kasus Korupsi Pajak BCA Namira Utari 27 Desember Menyingkap Tabir di Balik

Kematian 1 Keluarga di Pulomas Ricky Vinando 27 Desember Terpopuler Pernyataan Nusron

Wahid yang Menggelitik Cinta Negeri 27 Desember Saatnya Habib Rizieq Dibawa Ke Meja

Hijau! Bonefasius Sambo 27 Desember Memaknai Kata Kafir Wara Katumba 27 Desember

Dalam Bahasa Rizieq: "Kalau Tuhan Beranak, Bidannya Siapa" Nolwi 27 Desember Eksepsi

Ditolak Majelis Hakim, Ahok Tak Terkejut Emha Syarif 27 Desember Tren di Google Ahok

Menepi, Anies: Siapa Agus Yudhoyono? Yon Bayu 27 November 2016 Kalau Ahok Ditahan,

Masalah Apa yang Akan Muncul? Afifuddin lubis 30 November 2016 Kasus Ahmad Dhani:

Pasal 207 KUHP Bukan Delik Aduan, Ini Penjelasan Hukumnya Ricky Vinando 29 November

2016 Jokowi Tunda Lebaran Kuda SBY Asaaro Lahagu 29 November 2016 Mungkin Fadli Zon
[Tidak] Tahu Rencana Kelompok Abu Nusaibah Opa Jappy 30 November 2016 Gres Review

"Lucky Cat Coffee & Kitchen" Jakarta Firly Fauzan 27 Desember Orang Tua Gagap Teknologi

Bagas Candrakanta 27 Desember Peran Strategis E-Commerce dan UMKM dalam MEA Alvin

Haidar 27 Desember Memotret Warna Warni Kehidupan Pasar Rakyat & Wujudkan Pancasila

Nyata di Pasar Kita JepretPotret 26 Desember Teman Konyol atau Teman Gaul? Radella Pradita

26 Desember SOCIAL STREAM Kompasiana Kompasiana @kompasiana Wacana Liar Warung

Kopi https://t.co/YPY8Sd8yas 16 m Kompasiana @kompasiana Gajah Gayo: Pemerintah yang

Gagal Melindungi WNI dari Hewan Dilindungi https://t.co/eiDMeJ6tUz 23 m Kompasiana

@kompasiana Menghilangkan Stres dengan Mendengarkan Musik https://t.co/8whQu7PQkX 31

m Kompasiana @kompasiana Seandainya Penodaan Agama Ahok Terjadi di Jambi

https://t.co/ABMWxsqUCr 1 h Close Ads X Tentang Kompasiana Syarat & Ketentuan Bantuan

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/firmantel/prospek-perawat-di-masa-depan-

bagaimana-menyikapi_552b110f6ea834d12c552cfc

Anda mungkin juga menyukai