Depan, Bagaimana Menyikapi? 25 Juli 2013 12:13:23 Diperbarui: 24 Juni 2015 10:03:51 Dibaca
(PERAWAT) Solusi untuk menjawab pertanyaan di atas adalah dengan berbenah diri.
Memperbaiki kualitas lulusan perawat melalui jenjang pendidikan Perawat (S1 Keperawatan),
bukan hanya menambah jumlah Perawat tetapi memperbaiki kualitas Perawat melalui perbaikan
tentang Standar Nasional Pendidikan, sebagai tindak lanjut berlakunya SISDIKNAS th. 2003.
Dalam UU No 20/2003, pendidikan diploma masuk dalam jenis pendidikan vokasi sedangkan
pendidikan perawat menempati jenis pendidikan profesional. Dengan memperhatikan 5M, M1:
Man kualitas tenaga pengajar; M2: Material kecukupan sarana prasaran pembelajaran, M3
Method Kurikulum dan metode pmebelajaran yang sesuai dengan tekad KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi); M4 Money Anggaran untuk proses belajar mengajar dan penyediaan
resources; dan M5 Mutu /Marketing kualitas dan upaya institusi untuk menangkap peluang
pasar. Tanggung jawab moral institusi untuk lebih mengedepankan profesionalisme, bukan untuk
orientasi kapitalisme semata. Bukan hanya untuk menghantarkan lulusan Perawat sampai ke
pintu gerbang, tetapi mengantarkan sampai ke gerbang memasuki dunia kerja. KEDUA,
ditempuh oleh Perawat profesional adalah mengembangkan Pendidikan Tinggi Keperawatan dan
memberikan kesempatan kepada para perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Sehingga diharapkan pada akhir tahun 2015, semua pendidikan perawat yang ada di rumah sakit
sudah memenuhi kriteria minimal sebagai perawat profesional (Perawat). Pada saat ini pelbagai
dilakukan dengan mengkonversi pendidikan SPK ke jenjang Akademi Keperawatan dan dari
(Perawat). Namun prinsip asal konversi, asal cepat, asal dapat ijazah Perawat, dan asal-asalan
menjadi kelabunya masa depan keperawatan. Hal ini menjadi kendala dalam upaya mempercepat
penerapan kurikulum, proses pembelajaran yang tidak sesuai dan tidak mendukung. Perlu juga
diadakan penataan yang mendasar dari Program Pendidikan Perawat dengan lebih menekankan
pada upaya meningkatkan kualitas lulusan dan disamping mengembangkan kuantitas pendidikan.
Melihat fakta di atas maka dituntut peran dosen/ staf pengajar untuk lebih memahami relevansi
ilmu-ilmu dasar dan ilmu keperawatan dalam mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan
kepada klien. Sejak mahasiswa mendapatkan ilmu Dasar isi kurikulum sudah diorientasikan dan
dikaitkan dengan peran perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan, yaitu dalam
membantu, mencegah, meningkatkan, dan mengembalikan fungsi yang terganggu akibat sakit
yang dialami klien sehingga klien dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Penekanan dan
pembekalan kompetensi perawat dengan AKSI: Attitude, Knowledge, Skill dan Insight.
penilaian masyarakat tentang Keperawatan (Asrul Azwar, 1999). Pertanyaan yagn sering timbul
adalah apakah keperawatan sebagai ilmu? Meskipun pernyataan tersebut dibantah oleh Chitty
(1997) bahwa nursing is as ascience and art, separated from medicine science.. CHS (1999)
juga memperkuat pernyataannya bahwa ilmu keperawatan adalah sebagai ilmu, mereka
mengemukakan bahwa ilmu keperawatan sendiri (dasar, anak, maternitas, medikal bedah, jiwa ,
dan komunitas). Aplikasinya menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara
seluruh kebutuhan dasar manusia. Tetapi menyimak fakta yang ada di lapangan di Indonesia,
pernyataan tersebut menarik untuk disimak. Banyak perawat yang tidak tahu dan tidak jelas
tentang ilmu keperawatan yang dimaksudkan. Dari pengertian tersebut membawa dampak
terhadap isi kurikulum pada program pendidikan tinggi keperawatan. Institusi Pendidikan Tinggi
Keperawatan belum mampu mengenalkan kejelasan ilmu keperawatan kepada peserta didik.
Sehingga peserta didik mendapatkan orientasi ilmu dasar hampir sama seperti yang diajarkan
pada program pendidikan kesehatan lain (kedokteran umum, dokter gigi, dan kesehatan
masyarakat). Hal ini berakibat terhadap ketidakjelasan peran perawat dalam memberikan asuhan
kesehatan kepada klien. Kondisi yang lebih parah adalah sampai dengan saat ini, manakala
profesi lain sudah tinggal landas, perawat masih tertinggal di landasan. Perawat masih berkutat
terhadap belum jelasnya lingkup atau batang tubuh ilmu keperawatan. Asrul Azwar (1999)
mengatakan bahwa body of knowledge ilmu keperawatan belum diakui dan belum
tersosialisasikan dengan baik. Perawat belum bisa menunjukkan jati dirinya sebagai suatu profesi
yang mempunyai batang tubuh ilmu tersendiri. Sebagian perawat masih belum melaksanakan
riset yang disebabkan; keterbatasan waktu, tidak adanya anggaran dan policy yang tidak
menguntungkan profesi perawat. Hal tersebut menjadikan suatu kontribusi terhadap mendungnya
pengembangan kajian ilmu keperawatan saat ini. Berlandaskan falsafah dan paradigma
keperawatan maka nilai / makna yang dapat dikembangkan dari keperawatan dalam
berhubungan satu dengan yang lainnya, meliputi: (1) seni (art), (2) Ilmu (Science) dan (3) profesi
(Profession). A. Keperawatan sebagai suatu seni (art). Seni (art) merupakan refleksi dari
perasaan dan persepsi, sebab inti dan esensi keperawatan adalah interaksi interpersonal. Seni
sebagai bagian dari keperawatan yang dapat diekspresikan dengan berbagai cara antara lain;
sensitivitas dan responsif/tanggap perasaan perawat kepada klien, kemampuan perawat (art)
untuk memahami bahasa nonverbal (perilaku) klien dalam mengungkapkan rasa cemas atau
nyeri. Walaupun sebenarnya perilaku ini dapat dipelajari secara ilmiah (scientifically), perawat
juga dapat belajar melalui penemuan dan praktik intuisi sebagai suatu seni. Sebagaimana yang
ditulis oleh Donahue, 1985, Keperawatan bukan hanya suatu tehnik tetapi proses yang
berhubungan dengan berbagai elemen antara lain ; jiwa, fikiran dan imajinasi. Keseluruhan
elemen tersebut merupakan bagian yang sangat penting dalam meningkatkan kreatifitas
imajinasi, sensitivitas jiwa, dan pemahaman / kemampuan berfikir yang merupakan dasar utama
dalam memberikan asuhan keperawatan (care) yang efektif. Gold (1978) menyatakan
dalam mengekspresikan diri, ekspresi merupakan bagian / elemen dari pada seni (art). Seni atau
kemampuan ekspresi diri merupakan hal yang penting untuk mengembangkan kemampuan
seseorang sebagai sesuatu yang unik. Intuisi keperawatan harus diidentifikasi dan didukung
sebagai seni dalam keperawatan. Dimasa yang akan datang keperawatan adalah seni (art)
keperawatan. Diawali pernyataan oleh F. Nightingale (1859) sebagai orang pertama yang
mengidentifikasi bahwa keperawatan sebagai suatu disiplin ilmu yang terpisah dengan ilmu
medis (kedokteran). Untuk membuktikan pernyataan tersebut, maka beberapa pakar teori
keperawatan berupaya untuk mendifinisikan keperawatan kedalam suatu konsep. Dari konsep-
konsep keperawatan tersebut akan diketahui dan ditentukan bidang ilmu dan rumpun ilmu
keperawatan. Pada filosofi keperawatan ada 3 (tiga) unsur utama yang menjadi keyakinan dan
proses perfikir kritis dalam mengembangkan ilmu keperawatan yaitu ; humanism, holism and
care. Dari ketiga unsur utama diyakini bahwa manusia person merupakan pusat / sentral
asuhan keperawatan dan care sebagai dasar / landasan dalam praktik / asuhan keperawatan.
keperawatan yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Manusia dipandang sebagai
individu yang bersifat holistic dan humanistic yang dalam kehidupannya selalu berinteraksi
dengan lingkungan baik internal maupun eksternal yang akan berpengaruh terhadap status
mandiri yang diberikan karena adanya ketidak mampuan manusia dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya. Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah
ilmu kesehatan tentang asuhan / pelayanan keperawatan (The health science of caring)
(Lindberg, 1990, hal 40). Caring adalah memberikan perhatian atau penghargaan kepada seorang
manusia. Caring juga dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokat
pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Keperawatan sebagai ilmu
sebagai pendukung / bagian dalam ilmu kesehatan, sama halnya dengan seni sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari ilmu keperawatan (Lindberg, 1990, hal 40) . C. Keperawatan sebagai
suatu profesi (profession). Keperawatan sebagai suatu profesi harus mengacu pada kriteria
profesi antara lain : tubuh pengetahuan (Body of Knowledge ) yang berbatas jelas, pendidikan
khusus berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, memberikan pelayanan pada
masyarakat dan praktik sesuai bidang profesi, memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian,
memberlakukan kode etik keprofesian dan motivasi bersifat altruistik. Sampai saat ini profesi
keperawatan dalam program penataan dan pemantapan keseluruhan dari kriteria profesi sehingga
akuntabilitas dan otonomi sebagai suatu profesi dapat dilaknakan secara optimal. Salah satunya
dengan memantapkan tubuh pengetahuan ilmu keperawatan sesuai dengan filosofi dan
paradigma keperawatan, disamping itu juga menata jenjang studi / pendidikan keperawatan di
satunya standar kompetensi perawat (SKP) yang memiliki pengakuan secara nasional. SKP
Nasional Indonesia mengacu pada kerangka kerja Konsil Keperawatan Internasional (ICN, 2003)
yang menekankan pada perawat generalis yang bekerja dengan klien individu, keluarga dan
komunitas dalam tatanan asuhan kesehatan di rumah sakit dan komunitas serta bekerja sama
dengan pemberi asuhan kesehatan dan sosial lainnya. Dalam kerangka kerja ICN, kompetensi
perawat generalis dikelompokkan menjadi 3 judul komptensi utama, yaitu: (1) praktik
keperawatan profesional, etik, legal dan bertanggung jawab; (2) Pemberian asuhan dan
manajemen keperawatan; dan (3) Pengembangan profesional. Peran profesional perawat tidak
akan bisa dicapai, kalau model praktik keperawatan di pelayanan belum ditata secara profesional,
minimal pada penerapan model Tim atau primer. Sebagian besar rumah sakit di Indonesia model
pelayanan keperawatan yang diterapkan adalah fungsional dimana perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada klien secara terfragmentasi misalnya perawat pada hari tugasnya
hanya melaksanakan peran merawat luka kepada semua pasien tanpa mengindahkan kebutuhan
klien yang lainnya. Model seperti ini bertentangan dengan filosofi keperawatan, sebagaimana
disampaikan Chity (1997) yaitu humanism, holism, and care. Model praktik keperawatan
profesional yang dilaksanakan perawat di tatanan pelayanan keperawatan, masih menjadi suatu
abstraksi. Pemerintah selalu menekankan bahwa model praktik keperawatan harus ditata dengan
baik, tetapi kenyataan yang ada dilapangan masih merupakan suatu angan-angan. Dari
pandangan saya, keadaan tersebut tidak terlepas dari sistem yang diterapkan, budaya kerja yang
sudah mendarah daging enggan untuk menerapkan suatu perubahan. Dimana perawat dituntut
untuk menata model praktik yang baik, di satu sisi terjadi beberapa Resistensi?Anggaran untuk
pos keperawatan dikurangi, hal ini juga ditunjang oleh kurangnya keterlibatan perawat dalam
membuat keputusan strategis. Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus sebagai
suatu tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Saat ini adanya suatu keinginan untuk
pendidikan bagi perawat, diharapkan dapat memberikan arah terhadap pelayanan keperawatan
berdasarkan pada issue di masyarakat. Sejak diakuinya keperawatan sebagai profesi dan
Undang-undang No. 36 tahun 2009, dan PERMENKES No. 148/2010; proses registrasi dan
praktik keperawatan profesional. Ada 4 model praktik yang diharapkan ada, yaitu model praktik
di rumah sakit, di rumah, berkelompok, dan individual. Akan tetapi pelaksanaan PERMENKES
tersebut masih perlu mendapatkan persiapan yang optimal oleh profesi keperawatan. Kita juga
harus berhati-hati dengan berlakunya UU Praktik Kedokteran, mau tidak mau, suka tidak suka
kesempatan, standar profesi dan komitmen pimpinan. Penjenjangan mempunyai makna tingkatan
kompetensi untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang akuntabel dan etis sesuai batas
kewenangan. Penjenjangan karir profesional perawat secara umum meliputi: 1.Perawat Klinik
(PK) 2.Perawat Manager (PM) 3.Perawat Pendidik (PP) 4.Perawat Peneliti/ Riset (PR) Sistem
berikut: 1.Pendidikan dasar keperawatan minimal DIII (diploma III) 2.Pengalaman kerja di area
klinik 3.Program PBP/ Sertifikasi 4.Uji Kompetensi Nasional 5.Penataan job value/ reward
alumni pendidikan ini, lebih banyak bekerja di bidang pendidikan (menjadi dosen), atau memilih
bekerja menjadi perawat di RS . Namun saat ini semakin banyak pilihan untuk bekerja selain di
pelayanan. Tempat lahan kerja Perawat yang ada saat ini adalah : Menjadi Perawat di RS
Diklat dsb) Menjadi Dosen AKPER/AKPER/FIK di Negeri (PNS) atau di Swasta Bekerja di
Penerbit Buku Kesehatan Menjadi Perawat di luar negeri Peneliti Pekerjaan lain Prospek Kerja
Perawat Di Luar Negeri Inggris butuh 10.000, Jepang butuh 20.000, negara-negara Timur
Tengah juga butuh ribuan, bahkan Amerika bisa mencapai angka ratusan ribu. Total dunia
membutuhkan 2 juta per tahun untuk kebutuhan yang satu ini. Wah, butuh apa nih? Ternyata,
butuh tenaga perawat! (Pikiran Rakyat, 2006). Beberapa tahun terakhir ini, pengiriman yang
terdidik dari tahun ke tahun, tentu merupakan hal yang melegakan bahwa perawat dari Indonesia
dilaporkan berpeluang bekerja di Amerika Serikat (AS) dan negara-negara di Benua Eropa
(Inggris, Belanda, Norwegia), Timur Tengah (Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Kuwait) dan
kawasan Asia Tenggara (Singapura, Malaysia). Jumlah permintaan berkisar antara 30 orang
sampai dengan tidak terbatas. Kekurangan perawat di dalam negeri merupakan alasan utama
negara-negara tersebut untuk menerima tenaga dari luar negeri. Di AS, misalnya, pada 2005
mengalami kekurangan 150.000 perawat, pada 2010 jumlah tersebut menjadi 275.000, pada 2015
sejumlah 507.000, dan pada 2020 menjadi 808.000 perawat. Namun demikian, kekurangan
tersebut tersebut menyebabkan mereka lebih berfokus pada bagaimana menghasilkan perawat
yang lebih banyak, bukan untuk mencetak perawat yang berpendidikan lebih baik (Bartels JE,
Profesional Indonesia (TKPI) yang telah bekerja di luar negeri mulai 1989 sampai dengan 2003
adalah perawat (97.48% dari total sebanyak 2494 orang). Meskipun jumlah perawat yang bekerja
di luar negeri menempati prosentase terbesar dibandingkan tenaga kesehatan yang lain, masih
terdapat beberapa poin penting yang perlu menjadi perhatian dan ditanggulangi mulai dari saat
ini. Dari beberapa laporan diketahui bahwa kendala utama yang dihadapi oleh para perawat
Indonesia adalah kemampuan berbahasa Inggris dan keterampilan yang masih kurang.
Berkenaan dengan ketrampilan perawat Indonesia yang masih kurang, terlihat dari segi skoring
NLEX (National License Examination) yang masih rendah. Ujian NLEX sendiri merupakan
prasyarat perawat Indonesia untuk dapat bekerja di luar negeri. Sebagai gambaran, skor yang
diperoleh perawat Indonesia adalah angka 40. Padahal skoring yang dibutuhkan untuk bekerja di
Eropa antara 50 sampai 70 dan di AS antara 70 sampai 80 (Pusdiknakes, 2007). Dua hal tersebut
tampaknya perlu untuk segera ditanggulangi selain faktor-faktor lain yang belum teridentifikasi
dalam tulisan ini. Beranjak dari hal inilah sebenarnya lembaga pendidikan keperawatan di
Indonesia dapat mulai ikut berperan aktif dalam merumuskan strategi yang tepat dalam mendidik
calon perawat. Laporan tentang pengalaman perawat yang berkerja di luar negeri perlu
disampaikan dalam tulisan ini agar kita dapat memperoleh gambaran yang lebih menyeluruh.
Sampai saat ini penulis belum menemukan laporan penelitian yang terkait dengan pengalaman
perawat Indonesia yang bekerja di luar negeri. Di lain pihak, kebanyakan laporan penelitian di
negara lain terkait topik tersebut menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Dilaporkan
bahwa alasan yang mendorong seorang perawat untuk bekerja di luar negeri antara lain gaji yang
lebih tinggi, prospek karir dan pendidikan yang lebih menjanjikan(Buchan, J. & Calman, L,
2007). Pada review penelitian oleh Magnusdottir (2005), penelitian Yi & Jezewski (2000)
tentang penyesuaian diri 12 Perawat Korea yang bekerja di rumah sakit di AS melaporkan bahwa
pada 2-3 tahun pertama mereka bekerja ditandai dengan usaha mengurangi stress psikologis,
mengatasi kendala bahasa, dan menyesuaikan diri dengan praktek keperawatan di USA.
Kemudian pada 5 - 10 tahun kemudian ditandai dengan belajar mengadopsi strategi penyelesaian
masalah menurut budaya AS dan memelihara hubungan interpersonal. Mereka yang berhasil
dalam proses tersebut dilaporkan merasa puas. Kendala-kendala di atas merupakan tantangan
Ada Masanya: BERSYUKUR selalu dan BERBAGI lah, sebab itulah Kunci membuka Dunia.
Beri Nilai Ciptani Z Bermanfaat Arizona San Aktual KOMENTAR : 1 Orang Kuat27 Juli 2013
Sebagian besar praktek perawat mandiri adalah praktek seolah -olah dokter . Ini saja ditertibkan
oleh PPNI, sesuai competence perawat . Balas Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita
dan opini pilihan dari Kompasiana Featured Article 7 Alasan Kenapa Kamu Harus ke Ambon
untuk Liburan Natal & Akhir Tahun Joel Wakanno 07 Desember Headline 1 Tengoklah Xuan
Truong, Evan Dimas! Achmad Suwefi 27 Desember 2016 2 Menyingkap Tabir di Balik
Pemenang Review Sienta Pop Up Playground Alam Sutera Kompasiana 27 Desember 2016 4
Wanita-wanita yang Mengguncang Dunia dengan Musiknya Ika Septi 27 Desember 2016 5 [Blog
Competition] Belanja Online dengan Sistem Pembayaran yang Aman Kompasiana 01 Desember
2016 Nilai Tertinggi Bagi Mereka Tahun Baru Adalah Pesta dan Foya-foya Ahmad Mujir 27
Desember Jakarta, Harapan Baru Penyandang Disabilitas Sudut Seku 27 Desember Thamrin
Dahlan, Bukan Pensiunan Biasa Ikhwanul Halim 27 Desember Janji Manis KPK untuk
Mengusut Kasus Korupsi Pajak BCA Namira Utari 27 Desember Menyingkap Tabir di Balik
Wahid yang Menggelitik Cinta Negeri 27 Desember Saatnya Habib Rizieq Dibawa Ke Meja
Hijau! Bonefasius Sambo 27 Desember Memaknai Kata Kafir Wara Katumba 27 Desember
Dalam Bahasa Rizieq: "Kalau Tuhan Beranak, Bidannya Siapa" Nolwi 27 Desember Eksepsi
Ditolak Majelis Hakim, Ahok Tak Terkejut Emha Syarif 27 Desember Tren di Google Ahok
Menepi, Anies: Siapa Agus Yudhoyono? Yon Bayu 27 November 2016 Kalau Ahok Ditahan,
Masalah Apa yang Akan Muncul? Afifuddin lubis 30 November 2016 Kasus Ahmad Dhani:
Pasal 207 KUHP Bukan Delik Aduan, Ini Penjelasan Hukumnya Ricky Vinando 29 November
2016 Jokowi Tunda Lebaran Kuda SBY Asaaro Lahagu 29 November 2016 Mungkin Fadli Zon
[Tidak] Tahu Rencana Kelompok Abu Nusaibah Opa Jappy 30 November 2016 Gres Review
"Lucky Cat Coffee & Kitchen" Jakarta Firly Fauzan 27 Desember Orang Tua Gagap Teknologi
Bagas Candrakanta 27 Desember Peran Strategis E-Commerce dan UMKM dalam MEA Alvin
Haidar 27 Desember Memotret Warna Warni Kehidupan Pasar Rakyat & Wujudkan Pancasila
Nyata di Pasar Kita JepretPotret 26 Desember Teman Konyol atau Teman Gaul? Radella Pradita
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/firmantel/prospek-perawat-di-masa-depan-
bagaimana-menyikapi_552b110f6ea834d12c552cfc