Anda di halaman 1dari 12

ANALISA SISTEM OTOMATIS HVAC (HEATING,

VENTILATING, AIR CONDITIONING) PADA GEDUNG WISMA


BCA PONDOK INDAH

Ade Firmansyah, Didik Notosudjono *), Dede Suhendi *)

Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Pakuan Bogor, Jl. Pakuan P.O. Box 452 Bogor

e-mail : ade_pakuan@yahoo.com

Abstrak

Dengan banyaknya pembangunan gedung-gedung di Indonesia, khususnya di Jakarta, untuk kebutuhan


pemakaian energi listrik juga harus meningkat. Karena hal ini dimungkinkan penggunaan peralatan
MEP (Mekanikal, Elektrikal, Plumbing) pada setiap gedung yang jumlahnya sangat banyak
memerlukan energi listrik yang besar, untuk pengkonsumsian energi listriik yang paling besar dari
keseluruhan pemakaian energi listrik pada gedung adalah untuk sistem tata udara atau HVAC (heating,
ventilating and air conditioning).

Sistem HVAC (heating, ventilating and air conditioning) itu sendiri yang ada pada gedung WISMA
BCA Pondok Indah dimanfaatkan untuk ruangan-ruangan yang terhubung dengan para karyawan dan
nasabah, sehingga sistem HVAC (heating, ventilating and air conditioning) disini merupakan hal yang
sangat penting, dan jenis peralatan sistem HVAC (heating, ventilating and air conditioning) yang
digunakan berupa sistem tata udara sentral atau AC sentral dan nilai temperatur yang dijadikan standar
menurut SNI (Standar Nasional Indonesia) adalah sebesar 22C - 25C.

Dari hasil analisa dengan perbandingan nilai temperatur sebesar 25C dan 22 C maka konsumsi
energi listrik menurun dan kapasitas pendinginan meningkat. Penggunaan BAS (Building Automation
System) sangat membantu teknisi dan hasil yang diperoleh juga sangat memuaskan.

Kata Kunci : BAS, HVAC, Chiller, AHU,

1. PENDAHULUAN salah satunya adalah sistem otomatis, atau


lebih dikenal dengan Building Automation
Semakin tinggi tingkat industri dan System (BAS).
perusahaan suatu Negara semakin besar pula
tingkat kebutuhan tenaga listrik untuk Mengontrol dan memonitoring energi
memenuhi kebutuhan energinya. Sehingga listrik dengan menggunakan sistem BAS
kecenderungan pemakaian listrik dimasa yang (Building Automation System) merupakan
akan datang akan terus meningkat. Upaya solusi yang baik dan efisien pada industri,
yang diperlukan adalah melakukan perkantoran, apartemen dan semua sistem
penghematan penggunaannya agar biaya yang memiliki kontrol kelistrikan yang luas.
operasi dapat ditekan, usaha seperti ini dikenal Dengan sistem ini akan memudahkan operator
dengan istilah konservasi energi, yang dalam melakukan kontrol terhadap kinerja
kemudian dapat diterjemahkan dalam bentuk alat-alat listrik yang harus dimonitoring
efesiensi dan penghematan biaya operasi. setiaap saat, dan apabila terjadi gangguan
Upaya-upaya penghematan lainnya bisa pula maka operator akan langsung mengetahui apa
menggunakan sistem-sistem yang mendukung jenis permasalahan yang terjadi pada mesin
dan berkaitan dengan penghematan energi, atau alat listrik tersebut.

*) = Pembimbing 1
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan
Pada sistem building yang diterapkan Desain arsitektural yang hemat
pada gedung WISMA BCA Pondok Indah energi.
harus mampu memantau dan mengendalikan b. Tahap operasional, dapat dilakukan
dan merecord semua fungsi instalasi listrik dengan :
dan mekanik yang ada di dalam gedung agar Penerapan sistem automatik gedung
dapat beroprasi dengan efektif dan hemat (BAS/Building Automation System).
energi sehingga dapat menghemat biaya Maintenance yang teratur dan
operasi. Sistem yang digunakan harus terjadwal untuk mesin AC.
berbentuk module agar dimungkinkan untuk
pengembangan tanpa harus membuang Untuk mengatasinya, pada jurnal ini akan
peralatan yang sudah ada. dibahas untuk mengetahui mamfaat dan
penerapan sistem automatik pada HVAC
Secara umum kemampuan sistem yang (Heating Ventilation and Air Conditioning)
diminta mencakup : yang ada pada gedung dan juga untuk
memudahkan teknisi melakukan kontrol
Memonitoring, mengontrol dan merecord peralatan melalui computer workstation dan
peralatan instalasi listrik penerangan daya tidak perlu harus menuju peralatan yang
dan electronic terkait (Fire Alarm). dikontrol, serta penggunaan DDC (Direct
Memonitor, mengontrol dan merecord Digital Control) sebagai kontrol jarak jauh.
peralatan HVAC dan plumbing.
Program mencatat jangka waktu operasi 2. TEORI
peralatan utama untuk agenda
maintenance. 2.1. Istilah Komputer BAS (Building
Monitor pada display adalah colour Automatic System)
graphic display untuk semua sistem MEP.
Sistem Building atau lebih dikenal dengan
Konsumsi pemakaian energi listrik pada istilah BAS (Building Automation Sistem) atau
suatu bangunan gedung umumnya adalah BMS (Building Management System) ada juga
perbandingan sebagai berikut : yang menyebut BMS (Building Monitoring
System) dan lain-lain adalah sistem otomatisasi
55 70% untuk sistem tata udara/HVAC. gedung yang di implementasikan untuk
15 18% untuk sistem penerangan. menghemat energi yang efisien dan berguna.
5 10% untuk alat transfortasi gedung.
2 5% untuk sistem air. Untuk penerapan sistem building pada
s,d 2% untuk peralatan dan perlengkapan gedung WISMA BCA Pondok Indah selain
kantor. untuk menghemat pemakaian energi. tetapi
juga untuk memudahkan para teknisi di
Pengkonsumsian energi yang paling besar gedung tersebut agar bisa lebih fleksibel,
dari keseluruhan pemakaian energi listrik nyaman, effisien dan lebih aman bila pada saat
suatu gedung adalah untuk sistem tata monitoring dan melakukan ON/OFF pada
udara/HVAC. Sehingga salah satu cara untuk suatu sistem kelistrikan, contohnya seperti
menghemat energi adalah mengusahakan pada sistem penerangan dan HVAC (Heating
beban pendinginan (cooling load) sekecil Ventilation and Air Conditioning) mealalui
mungkin. Cara yang dapat dilakukan untuk display Building Automatic System (BAS)
menghemat energi yang digunakan untuk yang ada pada ruang kontrol gedung.
sistem tata udara, yaitu :

a. Tahap perencanaan bangunan, dapat


dilakukan dengan :
Perhitungan kapasitas mesin AC yang
tepat dan akurat.
Pemilihan lokasi dengan orientasi dan
lingkungan yang tepat.

*) = Pembimbing 2
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan
Occupancy biasanya didasarkan pada
waktu dari skejul harian. Override switch
atau sensor dapat digunakan untuk
memantau occupancy pada beberapa
daerah internal gedung. [17]

Lighting

Lighting dapat dinyalakan maupun


dimatikan dengan Building Automation
System (BAS) berdasarkan waktu harian,
atau pengatur waktu dan sensor. Contoh
sederhana sistem tersebut adalah
Gambar 1. Contoh display kontrol dalam
menyalanya lampu pada suatu ruangan
system building
setelah setengah jam orang terakhir keluar
dari ruangan tersebut. [17]
Teknologi komputer semakin lama
semakin berkembang, istilah Building
Automation System adalah sebuah Air Handler
pemrograman, komputerisasi, intelligent
network dari peralatan elektronik yang Air handler digunakan untuk
memonitor dan mengontrol sistem mekanis mengatur keluar masuknya udara dalam
dan sistem penerangan dalam sebuah gedung gedung. Pengaturan ini dilakukan untuk
salah satunya pada gedung WISMA BCA menjaga agar udara tetap sesuai dengan
Pondok Indah. Building Automation Systems kebutuhan serta kesehatan manusia yang
(BAS) mengoptimasi start-up dan performansi ada dalam gedung tersebut. [17]
dari peralatan HVAC dan sistem alarm. BAS
menambah dalam jumlah besar interaksi dari Central Plant
mekanikal subsistem dalam gedung,
meningkatkan kenyamanan pemilik, minimasi Central Plant dibutuhkan untuk
energi yang digunakan, dan menyediakan off- menyuplai air-handling unit dengan air.
site kontrol gedung. BAS berbasis kontrol [17]
komputer untuk mengkoordinasi,
mengorganisasi, dan mengoptimasi kontrol
subsistem pada gedung seperti keamanan, Alarms and Security
kebakaran atau keselamatan, elevator, dan
lain-lain. [17] Banyak Building Automation System
(BAS) memiliki kemampuan alarm. Jika
2.2. Sistem Dari BAS (Building sebuah alarm dideteksi, alarm tersebut
Automatic System) dapat diprogram untuk memberitahukan
seseorang. Pemberitahuan dapat dilakukan
Controller melalui computer, maupun suara alarm.
Sistem sekuriti dapat disambungkan pada
Building Automatic System (BAS). Jika
Controller yang digunakan biasanya occupancy sensor ada, maka sensor
terdiri dari satu atau lebih PLC tersebut dapat juga digunakan sebagai
(Programmable Logic Controllers), alarm pencuri. [17]
dengan pemrograman tertentu. PLC dalam
BAS digunakan untuk mengontrol
peralatan yang biasanya digunakan dalam Topologi
sebuah gedung. [17]
Jaringan otomatis gedung terdiri dari
Occupancy Sensor primary dan secondary bus yang terdiri
dari Programmable Logic Controllers,

*) = Pembimbing 3
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan
input/output dan sebuah user interface terdapat standar umum yang digunakan
(human interface device). Primary dan untuk menentukan temperatur yang
secondary bus dapat berupa kabel fiber nyaman, yang digunakan dalam suatu
optik, ethernet, ARCNET, RS-232, RS- ruangan. Di Indonesia standard ini
485 atau wireless network. Controller dikeluarkan oleh SNI (Standar Nasional
digunakan dengan software yang akan Indonesia) yaitu temperatur sebesar 25C
bekerja dengan standar BACnet, LanTalk, 1C dengan kelembapan relative 60%
dan ASHRAE. Input dan output berupa 10%. [10]
analog dan digital (binary). Input analog 2. Kelembapan (Humidity)
digunakan untuk membaca pengukuran Menggambarkan rasio kelembapan
variabel. Input digital mengindikasikan yaitu istilah yang digunakan menunjukan
apabila device menyala atau tidak. Output presentasi kadar uap air di udara.
analog mengontrol kecepatan atau posisi Kelembapan udara ini bergantung pada
dari peralatan, seperti variable frequency temperatur udara. Udara yang panas atau
drive, sebuah I-P transducer, atau sebuah hangat mengandung uap air lebih banyak
aktuator. Output digital digunakan untuk dari pada udara dingin. Kelembapan
membuka dan menutup relay dan switch. relativ/ relative humidity ratio atau
[17] perbandingan dari jumlah uap air di udara
dengan jumlah uap air yang paling baik
2.3. Gambaran Umum Sistem HVAC pada temperatur sama. Kelembapan relatif
(Heating Ventilation and Air Conditioning) dimana manusia merasa nyaman adalah
40% - 60% dari jumlah total uap air di
Sistem tata udara biasa disebut sistem udara. [10]
pengkondisian udara atau sistem HVAC 3. Kecepatan Udara (Air Velocity)
(heating, ventilating and air conditioning). Berdasarkan standar dari ASHRAE
Sistem HVAC (heating, ventilating and air dan SNI maka nilai air velocity adalah
conditioning) merupakan salah satu sistem sebesar 0.15 m/s. Air flow yang terlalu
pemanas, sirkulasi udara, dan pendingin yang cepat dapat menyebabkan gangguan
ada pada umumnya dirangkum dalam satu thermal atau masalah body temperature
sistem. [10] control, saat air flow terlalu lambat dapat
menyebabkan pencemaran, atau
Tujuan dari sebuah sistem HVAC adalah temperatur ruangan menjadi naik. [10]
untuk memberikan sebuah lingkungan yang
nyaman untuk penghuninya dengan 4. Kebersihan (Cleanliness)
mengkondisikan variabel dalam udara ruangan Selama ruang udara tercemar oleh
yang meliputi: temperature, humidity, air penguapan manusia, asap rokok,
velocity, dan cleanliness, dan menyebarkannya pembakaran, atau zat-zat yang tersebar
ke seluruh gedung. [10] dari material gedung, udara harus
dicairkan melalui ventilasi. Zat-zat yang
Variabel variabel udara yang diatur pada diatur dalam masa cleanliness yang
sistem HVAC adalah sebagai berikut : meliputi partikel yang mengapung, karbon
monoksida, karbon dioksida, dan
1. Temperatur
formaldehyde. [10]
Secara umum berarti temperatur dry-
bulb, dan mengindasi panas dan dingin.
2.4. Fungsi Pada Sistem HVAC
Derajat temperatur harian adalah cara
(Heating Ventilation and Air Conditioning)
yang digunakan untuk membantu
mengidikasikan panas atau dingin yang Pengkondisian udara merupakan salah
diperlukan untuk setiap harinya. satu hal yang paling penting dalam suatu
Kenyamanan temperatur menurut industri atau gedung. Karena dengan sistem
ASHRAE (the American Societe Of pengkondisian udara yang baik akan
Heating, Refregerating, and Air menghasilkan udara segar sehingga diperoleh
Conditioning Engineers) adalah 21C kenyamanan yang baik bagi manusia, mesin
(70F)29,5C (85F). Di Indonesia juga maupun lingkungan yang berada dilingkungan

*) = Pembimbing 4
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan
sekitar. Karena dengan tingkat kenyamanan karena itu sistem kontrol ini pada dasarnya
yang baik akan meningkatkan kinerja dari adalah pengendalian variabel dalam udara dari
manusia maupun mesin yang digunakan. [10] suatu ruangan agar variabel tersebut berada
dalam batas yang diharapkan, melalui unit
Fungsi sistem HVAC pada umumnya pengendali sistem yang mengintegritaskan
dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu : komponen fan, pompa, peralatan
heating/cooling, thermostat dan peralatan
1. Penataan udara untuk kenyamanan lainya. Proses monitoring dan optimasi
temperatur, tekanan, kelembaban, dan laju alir
Mengkondisikan udara pada ruangan udara adalah fungsi penting dari sistem kontrol
untuk memberikan kenyamanan kerja bagi bangunan yang modern. [5]
orang yang melakukan kegiatan tertentu.
Diterapkan pada bangunan atau ruangan Kita menggunakan kontrol otomatis untuk
dimana manusia merupakan faktor yang sistem HVAC sebagai penggganti kontrol
dominan dalam peruntukan huniannya seperti yang manual. Kontrol otomatis mengeleminasi
gedung perkantoran, pertokoan, rumah sakit, kebutuhan tenaga manusia yang terus menerus
hotel, apartemen, kereta dan lain-lain. [10] untuk melakukan monitoring dari suatu proses,
dan hal ini juga mengurangi biaya tenaga kerja
2. Penataan udara untuk industri dan menghasilkan kinerja yang lebih baik,
konsisten, dan dapat ditingkatkan. [5]
Mengkondisikan udara dalam ruangan
karena diperlukan oleh proses bahan peralatan Untuk pemakaian energi listrik dengan
atau barang yang ada didalamnya. Diterapkan pemakaian dan pengoprasian mesin secara
pada bangunan atau ruangan dimana prosesing manual/kontinu akan mengakibatkan semua
atau barang merupakan faktor yang dominan mesin refrigrasi bekerja 100% dan
dalam huniannya, seperti pabrik obat-obatan, mengakibatkan konsumsi daya yang
pengawet makanan, ruang komputer dan lain- dibutuhkan sangatlah besar.
lain. [10]
PkWh = Pmesin X hour ............................ (2.1)
2.5. Mamfaat BAS Untuk Sistem
HVAC Ptotal (manual) = PkWh X (jumlah mesin
pendingin) ................................................ (2.2)
Sasaran dari pemamfaatan BAS pada
sistem HVAC adalah untuk mencapai suatu Apabila menggunakan pemamfaatan
tingkatan yang optimal dalam pengendalian sistim dengan BAS (Building Automation
sistem HVAC dengan penggunaan energi yang System) pada mesin pendingin beroprasi secara
seefisien mungkin. [5] bergantian sesuai kebutuhan kalori, pada
pengoprasian mesin dengan sistem BAS
Yang dimaksud dengan pengendalian (Building Automation System) kinerja mesin
sistem HVAC dalam suatu ruangan adalah : refrigraasi adalah sebesar 80% dari pemakaian
secara kontinu/manual, maka untuk
Untuk mengatur sistem sedemikian rupa
penghitungannya adalah :
sehingga kondisi ruangan tetap nyaman
bagi pengguna dan sesuai dengan
Ptotal (otomatis) = PkWh X (jumlah mesin
kegunaannya.
Mengoprasikan alat pendingin secara pendingin) X 0,8 ....................................... (2.3)
efisien, dengan artian bahwa penggunaan
energi tidak berlebihan. [5] 2.6. Peralatan Utama AC Sentral

Secara umum sistem HVAC didisain Sesuai dengan fungsinya sistem tata udara
untuk menangani beban puncak pendinginan sentral dapat dibagi menjadi beberapa bagian,
atau pemanasan yang sebenarnya jarang yaitu :
terjadi, padahal akan lebih sering terjadi
perubahan pada beban pendinginan. Oleh 1. Peralatan sistem plant

*) = Pembimbing 5
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan
Peralatan ini terdiri dari : Sistem sedangkan yang kedua adalah masing-masing
pembangkit kalor, mesin refrigasi (chiller), ruang mempunyai AHU kecil-kecil atau
menara pendingin dan sistem pemipaan (pipa kombinasi dari sebuah AHU dan beberapa
air, refrigasi, pompa). Peralatan ini berfungsi FCU (Fan Coil Unit).
untuk menyediakan air dingin yang diperlukan
oleh koil/pipa pendinginan pada mesin AHU. Adapun perhitungan untuk mengetahui
persentase AHU dalam menurunkan suhu
udara adalah :


R1 = ..................... (2.4)


R2 = ..................... (2.5)


E= x 100%... (2.6)

Gambar 2. Skema sederhana mesin refrigrasi Keterangan :

R1 = Rata-rata suhu return


2. Peralatan sistem distribusi udara
R2 = Rata-rata suhu supply
Perangkat ini terdiri dari : Saringan udara
(filter), koil pendingin, kipas udara, ketiga alat E = Efisiensi
ini dikemas menjadi satu unit pengolahan
udara (Air Handling Unit/AHU). Peralatan ini 2.7. Intensitas Konsumsi Energi (IKE)
bertanggung jawab terhadap pengkondisian
udara dalam ruangan. Nilai pada Intensitas Energi (IKE)
sangatlah penting untuk dijadikan sebagai
tolak ukur seberapa potensi efisiensi energi
listrik dalam ruangan setiap gedung, seperti
ruangan seperti ruang tunggu, ruang office,
ruang kontrol, dan lain-lain. Dengan
membandingkan intensitas konsumsi
energi dengan standar nasional, bisa untuk
mengetahui apakah sebuah ruangan
ataupun keseluruhan ruangan sudah
efisien.

Gambar 3. Skema sederhana mesin AHU IKE = ............... (2.7)

Pada dasarnya pendingin udara (AC) Tabel dibawah adalah standar nasional
sentral merupakan unit pendinginan udara konsumsi energi (IKE) untuk AC pada
yang besar. Udara yang telah didinginkan bangunan komersial, termasuk gedung
tersebut selanjutnya didistribusikan ke WISMA BCA Pondok Indah.
berbagai ruangan. Dalam pendistribusian
udara dingin, maka dapat dibagi menjadi dua
macam distribusi udara dingin ke dalam
ruangan, yang pertama adalah
menghembuskan udara dingin dari AHU (Air
Hundling Unit) besar ke beberapa ruangan,

*) = Pembimbing 6
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan
Tabel 2.4. Standar Intensitas ruang dalam pipa harus disisakan 40% untuk
Konsumsi Energi Indonesia (IKE) ventilasi.

Ruangan Dengan AC Ruangan Tanpa AC


(kWH)/m/bulan (kWH)/m/bulan
Sangat Efisien 4,17 - 7,92 Cukup Efisien 1,67 -2,50
Efisien 7,92 - 12,08 Cenderung Tidak 2,50 - 3,34
Efisien
Cukup Efisien 12,08 - 14,58 Tidak Efisien 3,34 - 4,17
Cenderung Tidak 14,58 - 19,17 Sangat Tidak 4,17 - 5,75
Efisien Efisien
Tidak Efisien 19,17 - 23,75
Sangat Tidak 23,75 - 37,50
Efisien

3. Sistim Distribusi Pada Otomatisasi


HVAC

3.1. Ketentuan Teknis Peralatan BAS Gambar 1. Sistem hardware BAS pada AHU

Pada peralatan sistem otomatisasi pada Building Automatic System (BAS) terdiri
gedung atau dikenal dengan BAS (Building dari beberapa bagian utama, yaitu ;
Automation System) adalah suatu sistem
pengendalian dan pemantauan yang terpusat Berdasarkan gambar diatas. sistem pada
dari seluruh peralatan mekanikal dan elektrikal BAS ini dibagi menjadi beberapa bagian-bagian
yang terdapat disuatu gedung. BAS terdiri dari utama seperti personal komputer, perangkat
beberapa Direct Digital Control (DDC) yang sensor-sensor pada input, tombol-tombol tekan,
mempunyai input dan output baik secara tombol tekan dengan jarak jauh sebagai
analog ataupun digital. Input dan output masukan. Indikasi lokal, perangkat lokal sebagai
tesebut berguna sebagai indikator untuk keluaran dan sistem-sistem kontrol.
mengetahui status dari perangkat yang akan
1. Personal komputer.
dikontrol.
Pada Personal computer ini yang posisinya
Untuk beberapa macam bangunan,
ditempatkan pada ruangan kendali atau ruangan
Building Automatic System adalah sebuah
kontrol pusat untuk mensupervisi keseluruhan
solusi untuk mengatur, mengontrol dan
sistem yang ada pada HVAC pada seluruh
mengotomatisasi perlengkapan dan fungsi dari
gedung, mengendalikan seluruh point-point yang
gedung tersebut, termasuk Heating Ventilating
menyimpan informasi untuk dievaluasi.
dan Air Conditioning (HVAC).
2. Sensor-sensor.
Untuk perencanaan instalasi dari DDC
(Direct Digital Control) ke point digital Pada perangkat sensor input ini terdiri dari
menggunakan kabel tipe AWG-18, kemudian beberpa sensor yang digunakan untuk
instalasi dari DDC (Direct Digital Control) ke pengontrolan sistem HVAC antara lain yaitu:
panel daya menggunakan kabel NYM 3 x 2.5 Pressure Transmitter, Room Temperatur and
mm dan dari instalasi dari DDC (Direct Humidity sensor, Pipe Insertion Sensor,
Digital Control) ke peralatan yang akan di Insertion Temperature/Humidity Sensor, Flow
kontrol/dimonitor menggunakan kabel NYA 2 Switch.
x 1.5 mm (in PVC conduit). Pada instalasi
kabel harus dimasukan dalam pipa galvanized 3. Tombol-tombol tekan.
steel conduit dengan ukuran yang sesuai
dengan jumlah kabel didalamnya dimana Pada perangkat ini merupakan perangkat-
perangkat masukan yang menerima respon

*) = Pembimbing 7
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan
langsung dari operator dan berasal dari tempat. Jadi, DDC (Direct Digital Control) adalah
Masukan ini dapat berfungsi untuk mengaktifkan suatu rangkaian micro controller yang
dan non-aktifkan (on/off) sistem atau perangkat digunakan pada sistem kontrol dan
lokal yang diatur oleh sistem ini. pengendalian jarak jauh (remote station) dari
pusat monitoring untuk mengontrol unit
4. Tombol tekan dengan jarak jauh. individual. Controller ini secara otomatis
mengontrol operasi, operasi akan tetap terjaga
Pada perangkat ini merupakan perangkat bahkan jika bagian lain dari sistem berhenti.
masukan yang menerima respon langsung dari DDC (Direct Digital Control) terdiri dari
pemakai atau user yang diberikan izin untuk controller dan modul I/O yang terhubung
masuk dan berasal dari jarak jauh. Masukan ini langsung dengan point-point dilapangan.
dapat berfungsi adalah untuk mengaktifkan dan
menon-aktifkan (on/off) sistem atau perangkat Peralatan DDC (Direct Digital Control)
lokal yang diatur oleh sistem dan juga controller mempunyai beberapa kemampuan
melakukan perubahan-perubahan yang sebagai berikut:
diperlukan pada sistem.
a. Peralatan ini beroprasi sendiri melakukan
5. Perangkat-perangkat lokal. control perintah terhadap point-point
sesuai dengan instal program dari operator
Pada perangkat ini merupakan perangkat BAS.
keluaran dari sistem yang menerima respon point-point tersebut adalah:
langsung dari controller dan posisinys terdapat di - Analog pada input
lokal site. Perangkat keluaran ini dapat berupa: - Analog padad output
mesin CHILLER, AHU, motor-motor listrik, dan - Digital pada input
perangkat-perangkat yang memebutuhkan catu - Digital pada output
daya sebagai penggeraknya. b. Alarm Management bila terjadi problem.
c. Menyiapkan dan mengumpulkan data.
6. Indikasi lokal.
Dengan menggunakan DDC (Direct
Pada perangkat ini merupakan perangkat Digital Control) Controller mampu mengakses
keluaran yang menerima respon langsung dari beberapa data, mengirimkan control perintah,
sistim controller dan terdapat di local site. dan mengirimkan laporan alarm secara
Perangkat keluaran ini berfungsi sebagai indikasi langsung ke beberapa DDC (Direct Digital
yang menunjukan kondisi operasi terakhir Control) Controller lainnya. Selain itu juga
(realtime) dari suatu perangkat yang ada pada dapat mengirimkan laporan alarm kepada
gedung. operator BAS (Building Automation System)
tanpa tergantung pada peralatan yang lain.
7. Sistem kontroler BAS.
Bagian-bagian utama yang terdapat DDC
Pada peralatan kontrol yang digunakan
(Direct Digital Control) Controller adalah
adalah satu set perangkat BAS dari Produsen
Microprocessor Base dengan ukuran
Yamatake, antara lain terdiri dari : SCS, MIS,
minimum 16 bits. Pada processor ini
Infilex Controller, Modul-modul I/O.
dilengkapi dengan plug in, power supply,
3.2. DDC (Direct Digital Control) communication controller, input dan output
modul. Dengan adanya microprocessor ini,
DDC (Direct Digital Control) pada DDC (Direct Digital Control) controller dapat
awalnya, sistem ini menggunakan cara berdiri sendiri, melakukan pengontrolan dan
konvesional yaitu dengan sistem sambungan penyimpanan report point terhadap peralatan
menggunakan beberapa komponen seperti yang dikontrol.
timer, relay, counter dan kontaktor. Generasi
selanjutnya, sistem control sudah Beberapa alasan penggunaan DDC
menggunakan microprocessor dengan bahasa (Direct Digital Control) dalam sistem kontrol
pemograman assembler. adalah :

*) = Pembimbing 8
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan
Penghemat komponen seperti timer, relay juga untuk mensuplai ke AHU (Air Hundling
dan counter. Unit).
Tidak memerlukan pekerjaan wiring kabel
yang rumit. 2. Chiller
Dapat digunakan untuk sistem yang
kompleks dan dapat dikomunikasikan Merupakan mesin pendingin yang
antar DDC. merupakan bagian penting dalam sistem HVAC
(Heating Ventilation and Air Conditioning).
Cara kerja pada DDC (Direct Digital Control) Air yang disuplai oleh chiller ini akan
adalah sebagai berikut: didistribusikan ke unit-unit AHU (Air Hundling
Unit).
Untuk menggunakan peralatan-peralatan
DDC (Direct Digital Control), dengan cara 3. AHU (Air Hundling Unit)
menghubungkan sensor-sensor yang ada pada
bagian modul input DDC dan alat alat yang Yaitu merupakan alat pengolahan udara
akan dikontrol pada bagian modul output DDC yang memiliki cooling (pendingin) dan heating
tersebut. Kemudian pada programnya yang (panas) yang berbentuk pipa-pipa yang dibentuk
ada dalam DDC controller tersebut akan seperti anyaman, sehingga udara yang melewati
memproses data-data dari masukan input pipa pada AHU (Air Hundling Unit) akan
device DCC controller dan autputnya akan mengalami perpindahan kalor yang kemudian
langsung bekerja sesuai dengan program yang digunakan untuk mengkondisikan udara dalam
telah dibuat dan tersimpan di dalam memori. plant/ruangan.

Peralatan input dapat berupa sensor 4. Plant


temperatur, push button dan panel control,
limit switch atau peralatan lainnya dimana Merupakan ruangan-ruangan yang nilai
dapat menghasilkan suatu sinyal yang dapat variabel udaranya (temperatur, humidity, dan air
diterima DDC kontroller. Peralatan output velocity, diatur sesuai dengan kondisi dan
dapat berupa switch yang menggerakan lampu fungsinya yang ada pada ruagan.
indicator, relay yang mengoprasikan valve,
4. Analisa Kerja HVAC
motor atau peralatan lain yang dapat digerakan
oleh sinyal output dari DDC kontroller. 4.1. Analisa Penggunaan Chiller
Pada sebuah kontrol skematik adalah Pada gedung WISMA BCA Pondok Indah
sebuah kontrol diagram dimana pada atomatic untuk memenuhi kebutuhan pengkondisian
control device ditunjukan secara grafis. udara digunakan chiller yang memiliki
gambar dibawah ini menggambarkan sebuah kemampuan mensuplai air dingin pada satu
typical constant air volume, air handler, mesin chiller. Unit pendingin utama yang
dengan one-cooling coil dan one-heating coil digunakan adalah 3 unit Air Cooled Water
yang dikontrol oleh direct digital controller Chiller dimana masing-masing unit beroprasi
(DDC). Pada beberapa tahun terakhir, DDC sesuai dengan kapasitas kalori masing-masing
diaplikasikan untuk sebagian besar air handler chiller. Sehingga untuk melakukan
control. Selain itu untuk schematic diagram, pengontrolan pada chiller maka harus
fungsi kontrol juga dijelaskan untuk mengetahui terlebih dahulu kapasitasnya
pemahaman yang tepat. tersebut. Adapun perhitungan kapasitas kalori
masing-masing chiller adalah sebagai berikut :
3.3. Peralatan Utama HVAC
Untuk ketiga chiller yang dipergunakan
1. Motor Pompa Pendingin (CHWP)
yaitu sebesar masing-masing 265 TR (Ton
Pada motor pompa pendingin fungsinya Refrigant), dimana : 1 TR = 3.024 kalori
adalah untuk mensuplai air yang akan digunkan
Maka 1 chiller akan menghasilkan sebanyak :
oleh chiller untuk menghasilkan air dingin dan
265 TR x 3.024 kalori = 801,36 Kkalori

*) = Pembimbing 9
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan
Maka energi untuk ketiga chiller yang return. Pada tabel dibawah ini merupakan
dipakai maka akan menghasilkan sebanyak : contoh tabel kontol harian pada AHU (Air
Hundling Unit) dari tanggal 1 juli 2012 sampai
768 TR x 3.024 kalori = 2322,432 Kkalori dengan 31 juli 2012 yang mempunyai suplay
dan return yang berbeda-beda. Sebagai contoh
Penggunan kapasitas kalori yang pada tanggal 1 juli 2012 temperatur supply
disediakan oleh chiller sebagai dasar 16C dan kemudian dirubah kembali oleh
pengontrolan chiller merupakan cara yang mesin penukar kalor AHU (Air Hundling Unit)
lebih baik dibandingkan dengan penggunaan yang ada pada lantai
timer untuk pergantian operasi chiller. Hal ini
dikarenakan pengontrolan chiller berdasarkan satu menjadi 23C. Adapun data lainnya
kapasitas kalori dapat menjaga agar operating yang didapat dari kontrol harian AHU oleh
time semua chiller sama sehingga umur chiller teknisi diperlihatkan pada tabel berikut.
dapat lebih lama dan mengoptimalkan kerja
chiller sesuai kebutuhan dalam ruangan. Tabel 4.1. Data temperatur supply dan
return AHU lantai 1 pada bulan juli 2012
4.2. Analisa Penggunaan AHU
Tanggal Return (C) Supply (C)
Dalam sistem ini pengontrolan pada AHU
1 23 16
dilakukan dengan melakukan monitoring dan
2 24 15
pengontrolan pada bagian : 3 24 16
4 24 15
1. Sistem pada AFS (Air Flow Switch) 5 24 15
berfungsi sebagai status fan dan 6 23 16
terhubung pada point-point digital input. 7 23 16
2. Start/stop (on/off) yang berfungsi untuk 8 23 16
mengkondisikan fan/kipas AHU dan 9 22 15
terhubung pada digital output dan hanya 10 24 16
dilakukan secara two-position kontrol saja 11 23 16
(On-Off) berdasarkan pada perbedaan 12 22 15
kondisi pada ruangan gedung dari nilai- 13 22 14
nilai setpoint temperatur dan setpoint 14 22 14
humadity. 15 22 15
3. Sensor-sensor temperatur pada peralatan 16 22 14
suplai dan return AHU hanya untuk 17 22 15
monitoring saja dan juga hanya terhubung 18 23 14
19 24 16
pada point analog input.
20 23 16
4. Motorized valve yang ada pada peralatan
21 22 15
berfungsi untuk membatasi jumlah air 22 22 15
yang di supply chiller yang sehingga akan 23 22 16
masuk kedalam coil AHU dan untuk 24 24 16
instalasi BAS terhubung pada point-point 25 23 16
analog output. 26 24 16
27 23 16
Dalam persentase suhu udara dengan 28 23 15
menggunakan AHU (Air Hundling Unit) 29 23 15
pengontrolan pada pompa-pompa masukan 30 23 15
dan keluaran dilakukan untuk mengetahui 31 22 14
seberapa besar faktor kerja dari AHU (Air
Hundling Unit) dalam menurunkan suhu udara
adalah jumlah temperatur dari chiller yang Pada tabel 4.1. didapat bahwa untuk
kemudian terperatur tersebut dirubah kembali kerja AHU yang ada pada Lantai 1 memiliki
oleh AHU (Air Hundling Unit), temperatur nilai rata-rata efisiensi kerja sebesar :
yang dirubah kembali inilah yang disebut

*) = Pembimbing 10
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan
22,9015,29 BAS) selama satu bulan maka pemakaian
= x 100% = 49,78% hal ini energi sebesar :
15,29
berarti bahwa AHU yang ada pada lantai 1
mampu merubah suhu udara sebesar 49,78%.

4.3. Analisa Penggunaan Energi Pt (manual) = PkWh X 3

Tabel 4.2. Nilai setpoint temperatur terhadap = 44.472 kWh X 3 = 133.416 kWh
pemakaian energi listrik
Dengan penerapan sistim BAS seperti
Nilai Set Temperatur Temperatur Pemakaian Kapasitas
yang dijelaskan sebelumnya, maka
pengoprasian mesin berdasarkan kebutuhan
Point Evaporator Kondensor Daya Mesin Pendinginan kalori dari ruangan. Sehingga ketiga mesin
(C) (C) (C) (kW) (kW) beroprasi secara bergantian sesuai kebutuhan
kalori. Diasumsikan dari hasil pengamatan,
21 5 30 188,9 500,9
pengoprasian mesin dengan sistem BAS
22 6 30 185,3 522,4 adalah sebesar 80% dari pemakaian kontinu.
Maka pemakaian energi tiga buah mesin
23 7 30 183,7 537,9
refrigrasi adalah sebesar :
24 8 30 180,7 553,2
Pt(otomatis) = PkWh X 3 X 0,8
25 9 30 178,8 571,7

= 44.472 kWh X 3 X 0,8 = 106.732,8 kWh

Untuk nilai setpoint pada temperatur Jika perubahan nilai setpoint menjadi
sebesar 22C dari pengujian yang dilakukan sebesar 25C maka sistem akan
membutuhkan suhu evaporator kurang lebih membandingkan antara nilai temperatur aktual
6C yang disuplai chiller tersebut akan di ruangan dan setpoint yang diberikan. Untuk
didistribusikan ke cooling coil/pipa pada AHU suhu sebesar 25C maka suhu evaporator yang
untuk mendinginkan udara pada ducting. dibutuhkan untuk mendinginkan air dingin
pada chiller juga mengalami kenaikan menjadi
Udara yang melewati AHU akan menjadi sebesar 9C. Peningkatan suhu evaporator ini
lebih dingin dari sebelumnya, udara tersebut menyebabkan chiller membutuhkan energi
langsung didistribusikan ke dalam ruangan. yang lebih sedikit untuk mendinginkan air.
Sistem akan menjaga agar nilai temperatur Sehingga hal ini akan mengurangi daya yang
ruangan sesuai dengan nilai setpoint. Pada dibutuhkan satu mesin refregrasi menjadi
suhu evaporator sebesar 6C ini daya yang sebesar 178,8 kW dan kapasitas pendinginan
dibutuhkan oleh satu mesin refrigrasi adalah menjadi 571,7 kW. Sehingga energi yang
sebesar 185,3 kW dan kapasitas pendinginan dibutuhkan oleh satu mesin pada nilai setpoint
sebesar 522,4 kW. Sehingga energi yang 25C adalah sebesar :
dibutuhkan oleh satu mesin pada nilai setpoint
22C adalah sebesar : PkWh = Pmesin pendingin X 240

PkWh = Pmesin pendingin X 240 = 178,8 X 240 = 42.912 kWh

= 185,3 X 240 = 44.472 kWh Bila pemakaian tiga buah mesin refrigrasi
secara kontinu (tanpa sistem BAS) selama satu
(Keterangan : Sistem HVAC pada gedung bulan maka pemakaian energi sebesar :
BCA (Bank Central Asia) dioperasikan secara
kontinu selama 12 jam sehari dan 30 hari Pt (manual) = PkWh X 3
dalam sebulan sehingga berarti 336 jam dan
dikurang hari libur sabtu dan minggu 240 jam = 42.912 kWh X 3 = 128.736 kWh
dalam sebulan). Untuk pemakaian tiga buah
mesin refrigrasi secara kontinu (tanpa sistem Apabila penerapan sistim BAS seperti
yang dijelaskan sebelumnya, maka

*) = Pembimbing 11
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan
pengoprasian mesin berdasarkan kebutuhan 4. Untuk pemakaian tiga buah mesin
kalori dari ruangan. Sehingga ketiga mesin refrigrasi dengan pengoprasian secara
beroprasi secara bergantian sesuai kebutuhan bergantian sesuai kebutuhan kalori, bisa
kalori. Diasumsikan dari hasil pengamatan, menghemat 25.742,2 kWh.
Pengoprasian mesin dengan sistem BAS
adalah sebesar 80% dari pemakaian kontinu. 6. DAFTAR PUSTAKA
Maka pemakaian energi tiga buah mesin
refrigrasi adalah sebesar : [1] Yamatake. Building Management System
(BMS) Savicnet-FX Basic Guide.
Pt (BAS) = PkWh X 3 X 0,8 Yamatake Corp. 2006
[2] Yamatake. Instrumentation Guide
= 42.912 kWh X 3 X 0,8 = 102.988,8 kWh Comfort Control. Yamatake Corp. 2006.
[3] McDowall, Fundamentall Of HVAC
Dari hasil pengujian ini didapatkan bahwa System. SI edition. ASHRAE Learning
dengan menaikan nilai setpoint temperatur Institute.
ruang dari 22C menjadi 25C akan [4] Azbil. Training BMS WISMA BCA
menyebabkan penghematan konsumsi energi Pondok Indah. PT. Azbil Barca Indonesia.
yang dibutuhkan oleh satu mesin refrigrasi [5] PT. Eltronindo Kamalasapta. Pekerjaan
sebesar : Instalasi Building Management System.
Jakarta, 2012
Selisih Pt (otomatis) [6] AS Pabla, Abdul Kadir, Ir, Sistem
Distribusi Daya Listrik. Jakarta, 1986.
= 106.732,8 - 102.988,8 = 3.744 kWh [7] P. Van Harten dan E. Setiawan, Ir,
Instalasi Listrik Arus Kuat, Penerbit
Jadi penghematan/saving yang didapat BINACIPTA, Bandung, 1981.
dengan perubahan nilai setpoint tersebut [8] Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik, PT.
adalah : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995.
[9] Hasan Basri, Sistem Distribusi Daya
Saving (persen)
Listrik, ISTN, 1997.
106.732,8 102.988,8 [10] Ibnu El Hurry. Studi Sistem Automatik
= = 3,507 5% Pada Gedung Untuk Sistem HVAC
106.732,8 (Heating System, Ventilating and Air
Saving (Rupiah) Conditioning) Berbasis Direct Digital
Controller (Studi Kasus Pada Pabrik X
= 3.744 kWh X Rp. 800/kWh = Rp. 2.955.200 di Cibitung, Skripsi. Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia. 1999.
5. Kesimpulan [11] Senly Hidayat. Penggunaan Sistem
Otomatisasi Building Untuk Penghematan
1. Dengan penggunaan dan penerapan sistem Energi Pada Lembaga Biologi Molekuler
otomatisasi pada gedung sangat Eijkman (LBME), Skripsi. Fakultas
membantu operator dalam melakukan Teknik Elektro, Universitas Pakuan
pengontrolan, monitoring, dan mengatasi Bogor.
gangguan yang terjadi sehingga lebih [12] Kristoper Lisuan Palungan. Analisa
efisien dan mudah dalam mendeteksi Efisiensi Kebutuhan Daya Listrik Pada
kerusakan sistem kelistrikan. Gedung Bertingkat Bogor Trade Mall
2. Untuk menggunakan mesin AHU (BTM) Bogor, Skripsi. Fakultas Teknik
memiliki perbedan efisiensi yang Elektro Universitas Pakuan Bogor.
dipengaruhi oleh temperatur air chiller [13] (www.energyeficientcyasia.com/)
dan rugi-rugi pada duckting yang [14] (http://digilib.petra.ac.id/)
berfungsi sebagai pendistribusian udara. [15] (www.brighthubengineering.com/hvac/).
3. Pada perubahan nilai temperatur ruangan [16] (http://www.wikipedia.org/)
dari setpoin 22 C menjadi 25 C akan [17] (www.ittelkom.ac.id)
menyebabkan penghematan energi
sebesar 3.744 kWh.

*) = Pembimbing 12
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

Anda mungkin juga menyukai