Anda di halaman 1dari 13

BAB 3

METODOLOGI

3.1 Pendekatan Penelitian

Bagan alir penelitian atau penjelasan secara umum tentang urutan kegiatan

yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Mulai

Tinjauan Pustaka

Pengujian Bahan/Semen

Pemilihan Zat Tambahan

Pembuatan Benda Uji

Abu Sekam Fly Ash Sika AE

Komposisi Komposisi Komposisi Komposisi


10% 20% 1% 3%

Komposisi Komposisi Komposisi Komposisi


15% 10% 20% 2%

Komposisi
15%

Pengujian Kuat Tekan dan Permeabilitas

Analisa Hasil Pengujian

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian Secara Umum

43
44

Penjelasan dari metodologi penelitian ini adalah sebagai berikut :

- Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang ada dan dijadikan sebagai

topik penelitian ini. Permasalahan yang ditinjau mengenai studi penelitian komposisi

beton berpori menggunakan campuran semen portland komposit dengan variasi jenis

serta persentase zat tambahan untuk meningkatkan nilai kuat tekan pada aplikasi

perkerasan sidewalk.

- Tinjauan kepustakaan dilakukan untuk menjelaskan gambaran umum obyek

penelitian dan landasan teori yang menjadi acuan pustaka pada saat penelitian dan

dalam penyusunan laporan penelitian. Tinjauan pustaka dilakukan dengan studi

literatur mengenai beton berpori dan hal-hal yang terkait. Dikarenakan kurangnya

referensi mengenai beton berpori di Indonesia maka referensi yang lebih banyak

digunakan diperoleh dari hasil penelitian di negara lain. Dimana berdasarkan

referensi-referensi tersebut didapatkan kisaran komposisi pembuatan beton berpori

serta pedoman tata cara pembuatan beton berpori yang akan digunakan sebagai

perkerasan.

- Pengujian Bahan.

- Analisa untuk mengetahui komposisi beton berpori menggunakan campuran semen

portland komposit dengan variasi jenis serta persentase zat tambahan dalam

penelitian ini dilakukan dengan rencana pendekatan penelitian sebagai berikut :

a. Komposisi beton merupakan kisaran komposisi berdasarkan penelitian

sebelumnya (penelitian Bagus Hartanto Putra, 2011) dan ACI 522R-10.

b. Pengujian bahan-bahan yang akan digunakan sebagai campuran beton berpori.

c. Proses pembuatan benda uji akan menggunakan cetakan kubus dengan ukuran

15x15x15 cm. Dimana tiap komposisi beton akan dibuat 18 buah benda uji.
45

d. Perawatan benda uji dilakukan untuk menjamin agar tidak terjadi penguapan air

dari benda uji, sehingga proses hidrasi yang terjadi pada benda uji dapat

berlangsung dengan baik.

e. Pengujian benda uji dilakukan melalui pengujian kuat tekan beton berpori pada

hari ke 7, 14, dan 28 untuk mengetahui perkembangan kuat tekan beton.

- Kesimpulan serta saran yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian dibuat secara

jelas, sehingga dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, parameter dan perbandingan yang digunakan berasal dari

pengujian benda uji. Data-data yang dihasilkan kemudian dianalisa untuk mencapai

kesimpulan yang diharapkan dapat memberi solusi dalam pembuatan beton berpori.

Untuk setiap komposisi campuran beton berpori, dibuat 18 buah benda uji kubus yang

kemudian akan digunakan untuk pengujian kuat tekan pada umur 7, 14, dan 28 hari.

Pengujian kemampuan penyerapan air pada beton berpori dilakukan setelah didapatkan

hasil kuat tekan yang terbaik dari setiap komposisi beton berpori. Jumlah benda uji yang

dibuat dalam penelitian ini adalah 162 buah.

3.3 Pembuatan dan Pengujian Benda Uji

Pembuatan benda uji dilakukan di laboratorium teknologi beton PT. Subur

Brothers, Cakung. Dimana jenis cetakan yang digunakan adalah cetakan dengan bentuk

kubus, dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm. Tiap komposisi dibuat sebanyak 18 buah untuk

masing-masing jenis zat tambahan atau admixture (Abu sekam, Fly ash dan Sika AE)

dengan kombinasi admixture mencapai total benda uji sebanyak 162 buah. Pengujian
46

benda uji juga dilakukan di laboratorium teknologi beton PT. Subur Brothers, Cakung.

Pengujian kuat tekan akan dilakukan dengan menggunakan alat uji kuat tekan beton.

Pembuatan benda uji beton berpori dalam penelitian ini dirancang berdasarkan

kesimpulan yang didapat dari berbagai jurnal penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya. Tata cara pembuatan beton berpori dalam penelitian ini adalah :

a. Menentukan kuat tekan beton berpori yaitu 150 - 180 kg/cm2.

b. Memilih jenis semen, yaitu semen portland komposit, dan menentukan berat jenis

semen dalam campuran beton, yaitu 325 kg/m3.

c. Menentukan nilai faktor air semen yang digunakan, yaitu sebesar 0,4 (menurut ACI

522R-10 Report on Pervious Concrete).

d. Menentukan berat jenis agregat kasar yang digunakan dalam campuran. Dalam hal ini

digunakan berat jenis agregat kasar 1.300 kg/m3 (berdasarkan penelitian Bagus H.P.).

Ukuran agregat kasar yang digunakan adalah dengan persentase 30% agregat 2-3 cm

(lolos saringan 38 mm dan tertahan pada saringan 19 mm), 40% agregat 1-2 cm (lolos

saringan 19 mm dan tertahan pada saringan 9,6 mm) dan 30% agregat 0,5-1 cm (lolos

saringan 9,6 mm dan tertahan pada saringan 4,8 mm).

e. Admixture yang digunakan adalah Abu sekam padi dengan kadar 10, 15, 20% dari

berat semen dalam setiap campuran beton berpori; Fly ash dengan kadar 10, 15, 20%

dari berat semen dalam setiap campuran beton berpori; dan Produk Sika Air

Entraining dengan kadar 1, 2, 3% dari berat air dalam setiap campuran beton berpori.

f. Nilai slump diabaikan, karena nilai slump yang terbentuk dari campuran beton berpori

sangat besar. Hal ini disebabkan karena tidak adanya pemakaian agregat halus dalam

campuran beton berpori.


47

g. Mencari kadar air dan penyerapan dari agregat kasar, yang bertujuan untuk mencari

hasil koreksi persentase jumlah air dalam campuran, agar didapatkan campuran pasta

semen yang dapat mengikat agregat secara kuat.

h. Koreksi proporsi jumlah air dalam campuran beton berdasarkan kadar air dan

penyerapan pada agregat kasar.

i. Pengadukan dilakukan secara manual dan terdiri dari dua tahap, yaitu pertama

mencampur agregat dengan sebagian bubuk semen selama kurang lebih 2 menit, agar

semen dapat menyelimuti keseluruhan permukaan agregat. Setelah itu dilanjutkan

pengadukan dengan campuran air dan seluruh semen sampai terbentuk campuran

beton yang siap dicetak.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian beton berpori ini dimulai dengan melakukan pemeriksaan atau

perhitungan kadar air dan penyerapan agregat kasar. Pemeriksaan kadar air bertujuan

untuk menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan. Kadar nilai air dalam

agregat merupakan nilai banding antara berat air yang terkandung dalam agregat dengan

agregat dalam keadaan kering. Nilai kadar air ini digunakan untuk mencari jumlah air

yang tertahan pada agregat kasar sehingga diperoleh koreksi jumlah air yang tepat untuk

digunakan dalam pencampuran adukan pembuatan beton berpori disesuaikan dengan

kondisi di lapangan. Prosedur pemeriksaan atau perhitungan kadar air agregat kasar

adalah sebagai berikut :

1. Agregat kasar (benda uji) sebanyak 1.000 gr diambil dalam keadaan aslinya.

2. Sebuah talam/wadah ditimbang beratnya dan dicatat (W1).

3. Benda uji dimasukkan ke dalam talam, dan kemudian ditimbang beratnya (W2).
48

4. Benda uji dan talam dikeringkan dengan cara dimasukkan ke dalam oven pada suhu

105C hingga mencapai berat tetap.

5. Setelah dioven, benda uji bersama talam ditimbang kembali dihitung beratnya (W3).

6. Berat agregat setelah dioven dihitung (W5 = W3 W1).

Rumus yang dipergunakan dalam perhitungan kadar air agregat kasar adalah :

1.000 W5
Kadar air agregat = 100 % ................................................... (3.1)
1.000

Pemeriksaan penyerapan agregat kasar bertujuan untuk untuk menentukan berat jenis

dan persentase berat air yang dapat diserap agregat yang kemudian dihitung terhadap

berat kering agregat. Dalam perencanaan campuran beton, berat jenis agregat yang

terutama digunakan adalah berat jenis pada keadaan jenuh kering permukaan. Prosedur

pemeriksaan atau perhitungan penyerapan agregat kasar adalah sebagai berikut :

1. Benda uji dicuci untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat

pada permukaan agregat.

2. Benda uji dikeringkan pada oven dengan suhu 105 - 115C sampai berat tetap.,

kemudian didinginkan dalam desikator, lalu beratnya ditimbang (Bk).

3. Benda uji direndam dalam air pada suhu kamar selama 24 jam.

4. Benda uji dalam air dikeluarkan, dilap sampai selaput air pada permukaan agregat

hilang.

5. Berat benda uji dalam keadaan jenuh air kering permukaan ditimbang (Bj).

6. Benda uji dimasukkan ke dalam bejana gelas dan tambah air, hingga benda uji

terendam dan permukaan air pada tanda batas.

7. Bejana yang berisi air dan benda uji tersebut ditimbang (W1).
49

8. Bejana dibersihkan dari benda uji dan dimasukan lagi air sampai permukaannya ada

pada batas, lalu beratnya ditimbang (W2).

Rumus yang dipergunakan dalam perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat kasar

adalah :

Bk
Berat jenis kering = ......................................................... (3.2)
B j ( W1 W2 )

Bj
Berat jenis jenuh kering permukaan (SSD) = .................. (3.3)
B j ( W1 W2 )

B j Bk
Penyerapan = 100 % ................................................................. (3.4)
Bk

Pengujian/percobaan pendahuluan dilakukan dengan membuat benda uji beton

berpori menggunakan proporsi campuran pertama dengan semen 325 kg/m3; Faktor air

semen 0,4 dan jumlah air yang dibutuhkan 130 liter/m3; Agregat kasar 1.300 kg/m3

dengan persentase 50% agregat 2-3 cm, 40% agregat 1-2 cm, dan 10% agregat 0,5-1 cm.

Persentase agregat kasar yang digunakan mengacu dari gambar grafik batas gradasi

kerikil ukuran maksimum 40 mm dalam SNI 03-2834-2000.

Gambar 3.2 Persentase Agregat Kasar Campuran Percobaan Pertama


50

Proporsi campuran kedua dengan mengubah persentase agregat kasar menjadi

30% agregat 2-3 cm, 40% agregat 1-2 cm, dan 30% agregat 0,5-1 cm.

Gambar 3.3 Persentase Agregat Kasar Campuran Percobaan Kedua

Perbedaan pemakaian proporsi agregat kasar dalam campuran beton berpori yang

digunakan untuk menganalisa komposisi yang memiliki bentuk permukaan beton berpori

yang baik untuk sidewalk dan selanjutnya akan digunakan sebagai acuan proporsi

campuran dalam membuat benda uji beton berpori dalam penelitian ini.

Tahap berikutnya adalah pembuatan benda uji. Benda uji yang dibuat pada

penelitian ini menggunakan cetakan (mold) bentuk kubus dengan ukuran 15x15x15 cm.

Gambar 3.4 Cetakan (Mold) Beton Bentuk Kubus 15x15x15 cm


51

Pembuatan benda uji beton berpori dibuat dengan variasi jenis serta persentase bahan

tambahan terdiri dari tiga macam, yaitu dengan menggunakan admixture Abu sekam

padi dengan kadar 10, 15, 20% dari berat semen dalam setiap campuran beton berpori;

Fly ash dengan kadar 10, 15, 20% dari berat semen dalam setiap campuran beton

berpori; dan Produk Sika Air Entraining dengan kadar 1, 2, 3% dari berat air dalam

setiap campuran beton berpori. Hal ini untuk melihat perbedaan dari penggunaan bahan

tambahan dalam campuran beton terhadap hasil nilai kuat tekan. Kombinasi agregat

kasar yang digunakan dalam campuran beton berpori dengan persentase agregat kasar

30% agregat 2-3 cm, 40% agregat 1-2 cm, dan 30% agregat 0,5-1 cm.

Gambar 3.5 Agregat Kasar

Pembuatan benda uji dimulai dengan perencanaan kuat tekan yang diharapkan,

lalu melakukan penimbangan semen, admixture, agregat kasar dan air sesuai dengan

komposisi campuran yang direncanakan. Bahan tambahan abu sekam sebelumnya

disaring atau diayak terlebih dahulu dengan saringan No.50 ukuran lubang 0,297 mm

dan No.100 ukuran lubang 0,149 mm untuk mendapatkan kehalusan abu sekam yang

lebih halus.
52

Gambar 3.6 Abu Sekam Setelah Disaring

Setelah semua material campuran telah siap, lalu dilakukan pengadukan dengan

menggunakan sekop. Pengadukan dimulai dengan mencampur semen dan admixture

kemudian mencampur agregat kasar, semen, dan admixture dalam kondisi kering,

sampai agregat kasar, semen, admixture dirasa telah bercampur secara merata, kurang

lebih selama dua menit. Lalu kemudian diberi air. Pengadukan dilakukan sampai

terbentuk campuran beton yang dirasa telah tercampur secara merata. Setelah itu,

campuran dituang ke dalam cetakan yang telah dibersihkan dan diberi pelumas.

Pemadatan campuran beton berpori dilakukan dengan memberi tumbukan sebanyak 25 x

3 tumbukan untuk setiap 1/3 bagian cetakan yang terisi oleh campuran basah beton

berpori.

Gambar 3.7 Campuran Beton Berpori Dalam Cetakan


53

Kemudian campuran basah beton berpori dibiarkan mengering selama 1-2 hari sebelum

beton dikeluarkan dari cetakan. Setelah kering, beton berpori dikeluarkan dari cetakan,

lalu ditimbang untuk mengukur berat dan berat jenisnya. Dalam hal ini, beton berpori

termasuk dalam beton ringan karena beratnya berkisar antara 5 kg 7 kg. Lalu beton

berpori direndam dalam bak air sampai hari sebelum pengetesan kuat tekan dilakukan.

Gambar 3.8 Perendaman Benda Uji Beton Berpori

Pengujian tes kuat tekan benda uji dilakukan dengan menggunakan alat uji kuat

tekan beton di PT. Subur Brothers. Pengetesan kuat tekan yang pertama dilakukan

setelah beton berpori berumur 7 hari. Hasil uji kuat tekan beton berpori menunjukkan

bahwa beton berpori memiliki kuat tekan yang tidak terlalu besar. Selanjutnya tes kuat

tekan beton berpori dilakukan pada umur 14 dan 28 hari.


54

Gambar 3.9 Alat Uji Kuat Tekan PT. Subur Brothers

Langkah selanjutnya adalah pengujian kecepatan rembesan air dari beton

berpori. Pengujian tingkat peresapan air pada beton berpori dilakukan dengan

menggunakan alat pengujian permeabilitas beton berpori sederhana. Pertama benda uji

haruslah dibungkus dengan lapisan kedap air pada bagian sisi-sisi samping nya, hal ini

membuat air tidak akan bocor kesisi samping tetapi akan mengalir dari atas permukaan

sampai ke bagian bawah beton. Beton dipasang pada alat uji dimana sisi bawah beton

dikunci dengan rapat agar posisi beton tidak bergeser dan air tidak bocor. Tabung

pengukur dipasang pada bagian atas beton untuk mengukur seberapa banyak air yang

nantinya akan mengalir pada beton. Setelah benda uji sudah terpasang dengan baik maka

tabung yang terhubung dengan beton dan alat penguji diisi dengan air dan dilihat apakah

air akan keluar pada ujung pipa alau uji untuk memastikan bahwa alat uji berfungsi

dengan baik. Air diisi sampai dengan ketinggian yang sama antara beton dengan ujung

pipa, membuat beton terendam air akan tetapi bagian atas beton kosong. Untuk memulai

pengujian maka katup yang ada pada pipa ditutup sehingga air akan berhenti mengalir.

Pertama-tama yang harus dilakukan adalah mencatat seberapa banyak jumlah air yang
55

digunakan untuk pengujian ini. Kemudian bertepatan dengan dibukanya katup pipa

maka stopwatch mulai bekerja untuk menghitung seberapa lama waktu yang digunakan

untuk air pada tabung habis mengalir. Dengan menggunakan parameter-parameter yang

dimiliki maka dapat dihitung seberapa besar permeabilitas dari beton dengan cara :

A
k= .......................................................................................................... (3.5)
t

Dimana :

k = Permeabilitas (mm/s)

A = Luas permukaan (mm2)

t = Waktu (detik)

Gambar 3.10 Alat Pengujian Permeabilitas Beton Berpori

Anda mungkin juga menyukai