KAJIAN PUSTAKA
PEMILIK PROYEK /
OWNER
Sunrise International Persada
KONSULTAN
PERENCANA KONSULTAN
MANAJEMEN
KONSTRUKSI
CV. Supra Graha Pratama
b. Manajemen Biaya
Manajemen Biaya proyek meliputi aktivitas-aktivitas yang
dibutuhkan untuk memastikan proyek diselesaikan sesuai dengan anggaran
yang disetujui. Manajer proyek harus memastikan bahwa proyek
didefinisikan dengan baik, memiliki perkiraan waktu dan biaya yang
akurat, memiliki biaya yang realistis pada saat persetujuan dibuat.
Manajemen biaya dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya
yang telah dikeluarkan dengan melihat tahap pekerjaan yang telah dicapai.
Besarnya biaya yang telah dikeluarkan dapat dibandingkan dengan
Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Rencana Anggaran Pelaksanaan
(RAP) yang telah disusun. Dari perbandingan ini, dapat diketahui apabila
pada pekerjaan yang telah dilaksanakan tersebut terjadi pembengkakan
biaya sehingga dapat dilakukan evaluasi biaya. Manajemen biaya ini
biasanya dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya yang telah
dikeluarkan. Setiap dilakukan pembelian material, bagian logistik
mencatat jumlah material yang dibeli dan besarnya biaya yang
dikeluarkan. Sedangkan manajemen biaya tenaga kerja dilakukan dengan
memeriksa daftar presensi tenaga kerja selama satu minggu dan besarnya
biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji para tenaga kerja. Besarnya
total biaya inilah yang akan selalu dikontrol dan dievaluasi sebagai
pengendalian biaya. Selain itu, total biaya yang telah dikeluarkan ini juga
dapat digunakan untuk menyusun kurva-S realisasi dan untuk
memperkirakan prosentase pekerjaan proyek yang telah dicapai. 4 (empat)
aktivitas utama dalam manajemen biaya proyek :
1. Perencanaan sumber daya, memperkirakan sumber daya (manusia,
perlengkapan, atau material) serta jumlah setiap sumber daya yang
harus digunakan untuk melakukan aktivitas proyek.
2. Perkiraan biaya, mengembangkan pendekatan atau perkiraan biaya
sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.
3. Anggaran biaya, mengalokasikan keseluruhan perkiraan biaya pada
satuan kerja untuk membangun dasar (baseline) untuk mengatur
performa.
4. Pengendalian biaya, mengendalikan perubahan-perubahan pada
anggaran proyek.
c. Manajemen Waktu
Manajeman waktu proyek adalah proses merencanakan menyusun
dan mengendalikan jadwal kegiatan proyek. Manajemen waktu termasuk
ke dalam proses yang akan diperlukan untuk memastikan waktu
penyelesaian suatu proyek. System manejemen waktu berpusat pada
berjalan atau tidaknya perencanaan dan penjadwalan proyek. Dimana
dalam perencanaan dan penjadwalan tersebut telah disediakan pedoman
yang spesifik untuk menyelesaikanaktivitas proyek dengan lebih cepat dan
efisien.
1. Aspek-Aspek Manajemen Waktu
Dasar yang dipakai pada system manajemen waktu yaitu
perencanaan operasional dan penjadwalan yang selaras dengan durasi
proyek yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini penjadwalan digunakan
untuk mengontrol aktivitas proyek setiap harinya. Adapun aspek-aspek
manajemen waktu yaitu merencanakan penjadwalan proyek, mengukur
dan membuata laporan dari kemajuan proyek, membandingkan
penjadwalan dengan kemajuan proyek sebenarnya di lapangan,
menentukan akibat yang ditimbulkan oleh perbandingan jadwal dengan
kemajuan di lapangan pada akhir penyelesaian proyek, merencanakan
penanganan untuk mengatasi akibat tersebut, yang terakhir memperbaharui
kembali penjadwalan proyek. Sedang aspek-aspek manajemen waktu
sendiri merupakan proses yang saling berurutan satu dengan yang lainnya.
2. Merencanakan Penjadwalan Proyek
Penjadwalan proyek adalah daftar urutan waktu operasional proyek
yang berguna sebagai pokok garis pedoman pada saat proyek
dilaksanakan. Pada tahap ini harus dibuat suatu daftar pekerjaan sesuai
dengan kesatuan aktivitas yang mudah ditangani secara bersamaan. Tujuan
memecah lingkup aktivitas dan menyusub urutannya antara lain untuk
meningkatkan akurasi kurun eaktu penyelesaian proyek.
a. Bahan
bahan yang digunakan untuk bekisting dibuat dari kayu, beton,
baja, atau pasangan bata diplester.
b. Perencanaan
Pemborong harus merencanakan acuan sedemikian rupa
sehingga tidak ada perubahan bentuk dan cukup kuat
menampung beban-beban sementara maupun pelaksaan.
Perencanaan acuan dan konstruksinya harus dapat menahan
beban-beban tekanan lateral dan tekanan yang diizinkan seperti
pada Recommended Practice for Concrete Fomwork (ACI
347-68) dan peninjauan terhadap beban angin dan lain-lain
peraturan yang dikontrol terhadap Peraturan Pembangunan
Pemerintah Daerah Setempat. Semua acuan harus diberi penguat
datar silang sehingga kemungkinan bergeraknya acuan selama
pelaksanaan pekerjaan dapat dihindarkan.
Acuan juga harus cukup rapat untuk mencegah kebocoran
bagian cairan dari adukan beton (mortar leakage).
Susunan acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur
sedemikian rupa sehingga memungkinkan dilakukannya
kemudahan inspeksi oleh pengawas.
Penyusunan acuan harus sedemikian rupa sehingga pada waktu
pembongkarannya tidak menimbulkan kerusakan pada bagian
maupun keseluruhan beton hasil pengecoran.
c. Pemeriksaan
Pada bagian terendah (dari setiap tahap pengecoran) dan acuan
kolom atau dinding harus ada bagian yang mudah dibuka untuk
inspeksi dan pembersihan.
e. Ketelitian
Pemborong bertanggung jawab penuh terhadap kekuatan acuan
dan penyanggahannya serta ketelitian penempatan dan
dimensinya.
f. Toleransi
Toleransi dimensi untuk pemasangan acuan harus memenuhi
syarat dibawah ini:
Toleransi dari jarak datum line dari setiap lantai sampai pada
elemen beton yang dituju adalah 3 cm. Toleransi penampang
balok, kolom, dinding adalah -0.5 + 2.0 cm, dan toleransi
ketebalan lantai dan atap beton adalah -0.0 + 2.0 cm.
g. Pembongkaran
Pembongkaran bekisting atau acuan sepanjang tidak ditentukan
lain dalam gambar, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari MK dan mengikuti pasal 8.2 SNI 03-2847-2002.
2.11.2.1 Umum
Untuk sloof : 4 cm
Untuk pelat dan dinding : 2 cm
b. Penyimpanan
b. Pemotongan
Penulangan harus difabrikasi sesuai dengan gambar kerja dan
gambar pelaksanaan dengan memperhatikan syarat-syarat
pemotongan yang terdapat dalam SNI 03-2847-2002.
Pemotongan harus dilakukan dengan shear cutter atau gergaji.
c. Pembengkokan
Pembengkokan tulangan tidak boleh dilakukan dengan
pemasangan tanpa persetujuan tertulis MK. Pembengkokan
tulangan yang telah tertanam dalam beton hanya dapat
dilakukan dengan jari-jari pembengkokan lebih besar dari 3
(tiga) diameter.
d. Pemasangan Tulangan
Semua tulangan sebelum ditempatkan harus bersih, bebas
dari oli, minyak pelumas, kotoran yang dapat merusak ikatan
antara beton dengan tulangan.
Bila penulangan dibiarkan di udara terbuka cukup lama
setelah penempatannya pada bekisting maka penulangan harus
diperiksa ulang, dan bila perlu dibersihkan kembali sebelum
beton dicor.
Penulangan harus ditempatkan sesuai dengan gambar kerja
dan gambar pelaksanaan dan harus diikat dengan baik agar pada
waktu pengecoran tidak terjadi perubahan tempat dari
penulangan.
Semua tulangan yang bersilangan harus diikat dengan baik
dengan menggunakan kawat pengikat (bendrat) yang disetujui
MK.Jarak-jarak penempatan penulangan minimum harus sesuai
dengan syarat-syarat SNI 03-2847-2002.
e. Toleransi
Kecuali ditentukan lain oleh MK, toleransi ukuran fabrikasi
diberikan dalam tabel di bawah.
Toleransi penempatan duct, pipa dan sparing yang
menembus beton dan barang-barang lain yang ditanam dalam
beton adalah 0.5 cm. Barang-barang ini harus diikatkan
dengan kuat sehingga tidak bergeser pada waktu pemasangan
baja tulangan.
Tabel 2.3 Toleransi Dimensi dalam Fabrikasi
f. Kait
Ujung dan baja tulangan yang dinyatakan dalam butir (1)
sampai (5) di bawah ini harus diberi kait.
(1) Tulangan Polos.
(2) Sengkang.
(3) Sisi ujung luar tulangan kolom dan balok.
(4) Tulangan untuk cerobong asap.
(5) Perletakan ujung balok, dan ujung tulangan atas balok
kantilever serta plat kantilever.
i. Persetujuan
Penempatan penulangan harus diperiksa dan disetujui
secara tertulis oleh MK sebelum pengecoran dilakukan.
Tahu Beton
Untuk mendapatkan beton decking yang ditentukan, besi beton
yang terdekat dengan acuan harus diganjal dengan tahu beton.
Pemasangan tahu beton ini harus diikat dengan kuat dengan
menggunakan bendrat yang tertanam dengan baik pada tahu
beton, pada besi tulangan.
Ukuran Tahu Beton
Untuk ukuran tahu beton ini adalah 5cm x 5cm x 2,5cm yang
terbuat dari campuran 1PC : 4Pasir.
b. Persetujuan Pengecoran
Pengecoran beton baru boleh dilakukan setelah MK memeriksa
seluruh pembesian struktur yang akan dicor saat itu dan
memberikan persetujuan tertulis kepada pemborong.
c. Pemadatan
Beton harus dipadatkan menggunakan jarum penggetar (needle
vibrator) dan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
merusak tulangan (pembesian) dan acuan. Penggetar lain hanya
dapat dipakai bila ada persetujuan MK. Pemborong harus
menyediakan vibrator yang cukup sehingga pemadatan beton
pada waktu pengecoran dapat terjamin efisiensinya.
d. Cara Transportasi
Cara transportasi beton harus disetujui tertulis oleh MK. Beton
harus dikirimkan dalam container kedap air sedemikian rupa
sehingga kehilangan material dan segregasi dapat dihindarkan.
e. Pemompaan
Pemompaan beton menggunakan pompa beton dan cara
penggunaannya harus disetujui oleh MK.
Waktu Perawatan
Hasil pengecoran beton harus sering dibasahi paling sedikit
untuk selama 10 hari berturut-turut setelah selesainya
pengecoran.
Curing Compound
Penggunaan harus dikonsultasikan kepada MK dan
mendapat persetujuan tertulis dari MK.
Biaya Pengujian
Seluruh biaya pengujuan bahan baik beton maupun baja
tuangan menjadi tanggung jawab pemborong.