Anda di halaman 1dari 7

Alarm Anti Maling Menggunakan LDR

I. PENDAHULUAN
Salah satu tindakan kriminal yang semakin meningkat akhir-akhir ini yaitu pencurian di suatu rumah
atau gedung. Maraknya pencurian di rumah atau gedung ini pasti membuat para penghuninya
merasakan resah dan tidak aman. Banyak kejadian tindakan pencurian terjadi saat penghuni rumah
sedang berpergian atau rumah yang ditinggal pemiliknya dalam waktu yang lama. Kejadian tersebut
semakin parah karena respon dari lembaga terkait sangat lambat[1].

Pencurian terjadi karena sistem keamanan yang tidak baik. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan
akan keamanan tindak pencurian sangatlah penting, karena siapapun pasti menginginkan keadaan yang
aman. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi terhadap bahaya pencurian,
yaitu memasang sistem alarm anti maling di rumah atau gedung.

Sistem alarm anti maling ini sangat bermanfaat untuk mengurangi terjadinya tindakan pencurian yang
menimpa rumah atau gedung.Ada beberapa hal yang menjadi alasan mengapa peneliti mengangkat
tema ini yaitu :pertama, rumah sebagai tempat aktifitas manusia dan tempat penyimpanan barang
berharga lainnya memerlukan sistem perlindungan yang mudah dioperasikan dan terjangkau
harganya.Kedua, kejadian yang sering membahayakan rumah dan penghuninya adalah tindakan
pencurian[1].

Alarm ini memanfaatkan sensor cahaya. Terdapat berbagai macam sensor untuk mengukur
iluminansicahaya antara lain Light Dependent Resistor (LDR), fotodioda, tabung fotomultiplier, dan
fototransistor[2]. Peneliti menggunakan LDR. LDR ( Light Dependent Resistor), yaitu resistor yang
besar resistansi-nya bergantung terhadap intensitas cahaya yang menyelimuti permukaannya[3]. LDR
terbuat dari ba-han semikonduktor seperti kadmium sul-fida [4]. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendapatkan suatu rangkaian sistem alarm yang dapat mendeteksi tindakan pencurian (maling)
dan menjelaskan bagaimana proses kerjanya.

II. METODELOGI PENELITIAN

Dalam pembuatan perangkat ini, jenis metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan rancangan alat dengan cara menguji rangkaian-rangkaian
elektronika, yang kemudian disatukan menjadi suatu perangkat lengkap yaitu alarm anti maling.

II.1 Komponen Penelitian

Adapun komponen yang digunakan dalam penelitian adalah,

a. Alat :

1. Solder Listrik
2. Multimeter
3. Penyedot Timah

b. Bahan :
1. Papan PCB Bor
2. Resistor 1K (3 buah)
3. Resistor 4K7 (1 buah)
4. Resistor 2K2 (3 buah)
5. Transistor A1015 (1 buah)
6. Buzzer 6 VDC (1 buah)
7. SCR tipe Fir 3D (1 buah
8. LDR (1 buah)
9. Baterai 6 VDC (1 buah)
10. Soket baterai (1 buah)
11. Saklar (1 buah)
12. Pin header
13. Timah

II.2 Pengertian Komponen

1. Papan PCB Bor


Papan PCB Bor digunakan untuk tempat perakitan komponen rangkaian-rangkaian elektronika.

2. Resistor
Resistor adalah suatu komponen elektronika yang dapat membatasi aliran arus listrik. Resistor
berfungsi sebagai tahanan listrik yang mempunyai besar tahanan sesuai dengan warna-warna yang
ditunjukkan pada transistor.

3. Transistor A1015
Transistor A1015 adalah alat semi konduktor yang dipakai sebagai penguat, pemotong
(switching), stabilisasi tegangan, dan modulasi sinyal. Transistor yang digunakan pada penelitian
ini adalah tipe A1015 model PNP. Transistor memiliki 3 kaki, yaitu Base, Collector, dan Emitter.
Pada rangkaian, transistor juga digunakan sebagai saklar.
4. Buzzer 6 VDC
Buzzer merupakan perangkat elektronika yang terbuiat dari elemen piezoceramics pada suatu
diafragma yang mengubah getaran atau vibrasi menjadi gelombang suara. Buzzer menggunakan
resonansi untuk memperkuat intensitas suara (berfungsi sebagai penghasil suara alarm).

5. SCR tipe Fir 3D


Silicon Controlled Rectifier (SCR) adalah salah satu komponen yang mirip dengan transistor
karena memiliki tiga buah kaki. SCR biasa disebut juga dengan istilah Thyristor. Tapi kaki pada
SCR tidak sama dengan kaki yang terdapat pada transistor. Kaki yang terdapat pada SCR terdiri
dari ; A = Anoda, G = Gate, K = Katoda. Jadi jelaslah bahwa fungsi SCR ini beda dengan
transistor. SCR ini memiliki berbagai macam daya dan kekuatan, misalnya saja SCR yang
memiliki daya dan kekuatan sebesar 100 V / 2A. Ini berarti SCR tersebut hanya bisa dipakai tidak
lebih dari 2 Ampere atau sama dengan tak lebih dari 200 Watt.

Fungsi SCR adalah sebagai pengatur daya dan juga sebagai saklar arus yang otomatis. Dengan
karakteristik yang serupa tabung thiratron, maka SCR atau Tyristor (Therystor) masih termasuk
keluarga semikonduktor. Kaki gate (G) adalah sebagai pengendalinya. Sebetulnya SCR terbuat
dari bahan campuran P dan N. SCR berisi bahan-bahan yang terdiri dari PNPN (Positif Negatif
Positif Negatif) dan biasanya disebut sebagai PNPN Trioda.

6. LDR
LDR (Light Dependent Resistor) biasa disebut dengan sensor cahaya. LDR yang terdiri dari
sebuah piringan bahan semikonduktor dengan dua buah elektroda pada permukaannya. Di bawah
cahaya yang cukup terang, banyak elektron yang melepaskan diri dari atom-atom bahan
semikonduktor sehingga nilai tahanan listrik bahan rendah. Dan sebaliknya apabila dalam gelap
atau dibawah cahaya yang redup, bahan piringan hanya mengandung elektron bebas dalam jumlah
yang relatif sangat kecil sehingga nilai tahanan bahan sangat tinggi sehingga alarm dapat bekerja.
7. Baterai 9 VDC
Baterai berfungsi sebagai sumber daya pada alarm.

8. Soket baterai
Soket baterai digunakan sebagai penghubung antara sistem rangkaian komponen dengan sumber
daya (baterai)

9. Switch
Swicth berfungsi untuk menyambung dan memutuskan arus listrik yang mengalir pada alarm yang
bersumber dari baterai.

10. Pin header


Pada penelitian ini, pin header digunakan untuk menyambungkan kabel buzzer dengan kabel soket
baterai.

11. Solder Listrik


Solder listrik yaitu alat yang digunakan untuk menyambungkan semua komponen elektronika
yang telah terpasang pada papan PCB. Penyambungan komponen eletronika dengan menggunakan
solder dibantu dengan timah.

12. Lampu LED

Pada penelitian ini, lampu LED (Light Emitting Diode) digunakan sebagai penanda jika lampunya
hidup berarti rangkaian alat alarm anti maling sedang aktif atau bekerja.

2.3. Perakitan Alat

Letakkan komponen elektronika yang digunakan untuk membuat alarm anti maling di atas papan PCB
Bor. Setelah itu, hubungkan komponen pada papan PCB Bor dengan menggunakan jalur Point-to-
Point (PTP). Rangkaian komponen untuk pembuatan alarm anti maling dapat dilihat dibawah ini:
Setelah komponen elektronika dirangkai seperti gambar diatas, gunakan multimeter untuk mengecek
rangkaian apakah telah terpasang dengan benar atau tidak. Jika rangkaian komponen elektronika telah
terpasang dengan benar, maka multimeter pun akan berbunyi. Setelah di cek dengan menggunakan
multimeter, solder semua kompenen dengan menggunakan bantuan timah. Untuk menghubungkan
semua rangkaian, tak lupa digunakan kawat kecil yang digunakan sebagai jumper.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jika semua rangkaian telah selesai, maka hasilnya pun akan tampak seperti gambar berikut:

Alat akan bekerja ketika switch dihidupkan (on) dengan penanda lampu LED pada rangkaian menyala.
Tegangan yang berasal dari sumber batere 9 VDC akan mengalir ke komponen resistor, transistor,
SCR, dan LDR. Pada rangkaian, resistor digunakan sebagai pengatur tegangan yang masuk ke SCR.
Fungsi SCR adalah sebagai pengatur daya dan juga sebagai saklar arus yang otomatis. Transistor yang
digunakan pada penelitian ini adalah tipe A1015 model PNP. Transistor memiliki 3 kaki, yaitu Base,
Collector, dan Emitter. Pada rangkaian, transistor juga digunakan sebagai saklar.

Apabila LDR berada di bawah cahaya yang terang, maka banyak elektron yang melepaskan diri dari
atom-atom bahan semikonduktor sehingga nilai tahanan listrik bahan rendah. Dan sebaliknya apabila
dalam gelap (dibawah cahaya yang redup) atau cahaya terhalang , bahan piringan hanya mengandung
elektron bebas dalam jumlah yang relatif sangat kecil sehingga nilai tahanan bahan tinggi, maka hal itu
akan mengakibatkan alarm dapat bekerja sehingga buzzer 6V mengeluarkan bunyi.

Jika pada siang hari alarm anti maling tidak perlu membutuhkan sinar tambahan (laser), karena LDR
dapat bekerja secara optimal dengan adanya sinar matahari. Sedangkan pada malam hari, alarm anti
maling ini memerlukan sinar tambahan (laser) yang fokus ke LDR, karena pada malam hari LDR tidak
mendapatkan cahaya matahari, hal itu menyebabkan LDR tidak dapat bekerja secara optimal dan
LDR-nya pun sangat sensitif, ketika switch dihidupkan alarmnya selalu mengeluarkan bunyi.
IV. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa rangkaian alarm anti maling tersebut dapat
berbunyi ketika sensor (LDR) dalam keadaan gelap atau tidak mendapat cahaya lampu, karena jika
sensor (LDR) dalam keadaan gelap mempunyai tahanan yang lebih tinggi daripada sensor (LDR)
dalam keadaan yang tersinari cahaya, sehingga alarm dapat bekerja atau berbunyi. Bunyi yang
dihasilkan dapat terdengar dengan adanya buzzer.
Pada alarm anti maling ini, LDR dapat bekerja secara optimal jika mendapatkan sinar matahari,
namun jika tidak mendapatkan sinar matahari alarm anti maling ini membutuhkan sinar laser.

Anda mungkin juga menyukai