I. Tujuan Percobaan
Sumber : http://biologipedia.blogspot.co.id/2011/01/morfologi-mikroba.html
a. Mikroorganisme aerob
b. Mikroorganisme anaerob
1. Pereduksi sulfat
2. Pereduksi nitrit
3. Bakteri metan
Toksisitas O2 terjadi akibat dari reduksi oleh enzim dalam sel menjadi hidrogen
peroksida dan ion-ion peroksida. Mikroorganisme aerob dan anaerob aerotoleran
dapat terlindung karena adanya superoksida dismutase, suatu enzin yang mengkatalisa
reaksi:
2H2O2 2H2O + O2
Satu pengecualian yang tersebut diatas ialah kuman asam laktat, kuman
anerob yang aerotoleran dan tidak mengandung katalase. Kelompok ini malah
mengandalkan peroksidase yang mereduksi H2O menjadi 2H2O dengan
mengorbankan zat-zat organik yang dapat dioksidasi. Semua mikroorganisme yang
anerob obligat tidak memiliki superoksidase dismutase dan katalase; enzim yang
pertama perlu untuk dapat bertahan dalam suasana ada O2. (Minasari, Lisma, 2009)
a. Alat
Sumber : http://www.slideshare.net/shababali1/3-bio265-microbial-growth-instructor-dr-di-bonaventura
VII. Kesimpulan
http://www.medical-labs.net/gaspak-system-the-anaerobic-jar-2914/
http://classes.midlandstech.edu/carterp/courses/bio225/chap06/lect
ure2.htm
MODUL V
FAKTOR FAKTOR FISIKA DAN KIMIA YANG MENGONTROL
PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
I. Tujuan Percobaan
1. Mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula
tinggi.
2. Mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam
halogen yang tinggi,
3. Mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati)
tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat
mencapai 30 %. (Pelczar dan Chan,2006)
Larutan garam atau larutan gula yang agak pekat mudah benar menyebabkan
terjadinya plasmolisis ini. Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam air suling
akan kemasukan air sehingga dapat menyebabkan pecahnya bakteri dengan kata lain
bakteri dapat mengalami plasmoptisis. Jika perubahan nilai osmosis larutan medium
tidak terjadi, akan tetapi perlahan lahan sebagai akibat dari penguapan air, maka
bakteri dapat menyesuaikan diri, sehingga tidak terjadi plasmolosis secara mendadak.
(Dwidjosepoetro, 1995)
a. Alat
1. Pembakar bunsen
2. Jarum Inokulasi
3. Delapan tabung reaksi berisi agar nutrisi miring terbagi menjadi dua seri
dimana tiap seri memiliki empat macam konsentrasi NaCl; 0,5% ; 5% ; 10% ;
15%
b. Bahan
1. Kultur bakteri dengan media kaldu nutrisi berusia 24-48 jam Staphylococcus
aureus, Escherichia coli.
V. Data
Hasil 11
No. Hasil Pengamatan Keterangan
1. 1. 0,5% Bakteri : Staphylococcus
aureus
Sumber Media : Suspensi
Kultur berumur 24-48 jam
Media Tujuan : Kaldu Nutrisi
Tanggal Pengamatan : 5
Oktober 2016
Pengamatan :
1. 0,5%
2. 5%
3. 10%
2. 5% 4. 15%
Sumber : Kelompok
Sumber : Kelompok 2
3. 10%
Sumber : Kelompok 3
4. 15%
Sumber : Kelompok 4
Sumber : Kelompok 6
3. 10%
Sumber : Kelompok 7
4. 15%
Sumber : Kelompok 8
3. 1. 0,5% Bakteri : Pseudomonas
Sumber Media : Suspensi
2. 5% Kultur berumur 24-48 jam
Media Tujuan : Kaldu Nutrisi
Tanggal Pengamatan : 5
Oktober 2016
Pengamatan :
1. 0,5%
2. 5%
3. 10%
Sumber : Kelompok 10 4. 15%
3. 10% Sumber : Kelompok 10
4. 15%
Sumber : Kelompok 4
VI. Analisis
Pertumbuhan bakteri yang banyak dan ada pula yang sedikit tersebut
membuktikan adanya tekanan osmosis. Menurut Waluyo (2005),Pengaruh tekanan
osmosis pada pertumbuhan bakteri disebabkan karena adanya perbedaan tekanan
osmosis di dalam dan di luar sel yang akan menyebabkan gangguan pada sistem
metabolisme di dalam sel bakteri jika lingkungan mempunyai tekanan osmosis yang
besar akan dapat mengganggu metabolisme dalam sel. Meskipun demikian beberapa
jenis bakteri dan juga mikroba lainnya ada yang mempunyai ketahanan terhadap
tekanan osmosis tinggi, misalnya mikroba golongan osmofilik.
Larutan garam dan larutan gula yang agak pekat mudah benar menyebabkan
terjadinya plasmolisis ini. Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam air suling
akan kemasukan air sehingga dapat menyebabkan pecahnya bakteri, dengan kata lain,
bakteri dapat mengalami plasmoptisis. Berdasarkan inilah maka pembuatan suspense
bakteri dengan menggunakan air murni itu tidak kena, yang digunakan seharusnyalah
medium cair. Jika perubahan nilai osmosis larutan medium tidak terjadi sekaligus,
akan tetapi perlahan-lahan sebagai akibat dari penguapan air, maka bakteri dapat
menyesuaikan diri, sehingga tidak terjadi plasmolisis secara mendadak.
(Waluyo,2005).
VII. Kesimpulan
Entijang, Indan . 2003 . Mikrobiologi dan Parasitologi . P.T. Citra Aditya Bakti :
Bandung.
Suharjono . 2006 . Komunitas Kapang Tanah di Lahan Kritis Berkapur DAS Brantas
Pada Musim Kemarau. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Brawijaya : Malang.
I. Tujuan Percobaan
Mengetahui pengaruh antibiotika sebagai agen chemotherapeutic mengontrol
pertumbuhan mikroorganisme.
Kerja antibiotik secara tidak langsung dikode oleh gen, namun antibiotik
diproduksi dalam sel dengan reaksi katalis enzim. Enzim disusun berdasarkan intruksi
dari gen spesifik. Melalui fusi sel, gen akan saling berkombinasi dan mensintesis
enzim-enzim baru, sehingga mikroba dapat menghasilkan antibiotik baru.
2. Kemampuan kontak dengan parasit melalui penetrasi sel dan jaringan inang
dalam konsentrasi yang efektif
2. Kepekaan patogen
3. Aktivitas spektrum
a. Alat
1. Cawan Petri berisi media agar nutrisi
2. Pembakar Bunsen
3. Swab kapas steril
4. Kertas Isap
5. Pinset
b. Bahan
1. Kultur biakan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Proteus vulgaris
dan Bacillus cereus
2. Larutan anti mikroba; penicillin, streptomycin, tetrasiklin atau kloromfenikol.
V. Data
VI. Analisis
VII. Kesimpulan
Lay, B.W. & Hastomo. 1990. Mikrobiologi. Rajawali Press. Jakarta. 514 hlm.
http://classes.midlandstech.edu/carterp/courses/bio225/chap06/lecture2.htm (diakses
tanggal 25 Oktober 2016 pukul 19.54)