Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM 7

MIKROBIOLOGI
Dosen Pengampu :
Pujiati, S.Si, M.Si

ISWATI
10431090
FITRIAKUNTARI
10431105
AFIDHA R.
10431106
RATNA SARI
10431112
FARIEZAL ADHI G.10431110
MIA FAUZIANA
10431080
BUDIONO
10431085
BIOLOGI 4C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI MADIUN
2012
Praktikum 7
Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Pertumbuhan Bakteri
I. TUJUAN
Untuk memberi pengetahuan kepada mahasiswa mengenai berbagai faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap oertumbuhan mikroba.

II. LANDASAN TEORI


Pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan seluruh unsur pokok kimiasel. Hal
tersebut merupakan suatu proses yang memerlukan replikasi seluruh struktur, organel, dan
komponen protoplasma seluler dengan adanya nutrien dalam lingkungan sekelilingnya. Dalam
pertumbuhan bakteri, semua substansi esensial harus tersedia untuk sintesis dan pemeliharaan
protoplasma, dengan sumber energi,dan kondisi lingkungan yang sesuai. Sebagai suatu
kelompok, bakteri merupakan organisme yang sangat pintar.
Mereka memperlihatkan kemampuan yang sangat besar dalam menggunakan bahan
makanan yang tersebar, menyusun bahan anorganik menjadi senyawa organik yangsangat
kompleks. Beberapa spesies juga belajar tumbuh pada berbagai relungekologik dengan
temperatur, keasaman, dan tekanan oksigen yang ekstrim. Kemampuan bakteri untuk bertahan di
bawah keadaan sekitar yang demikian merupakan perlindungan dari adaptabilitas tinggi dan
refleks kapasitasnya dalam keberhasilan merespon suatu stimulus yang dianggap asing atau tidak
pernah ditemui sebelumnya.
Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri :
1. Faktor biotik
Didalam mikroba tudak dapat tumbuh dalam bentuk kultur murni melainkan namun
tumbuh bersama dengan mikroba lain dan membentuk hubungan yang saling mempengaruhi
antara mikroba satu dengan yang lain. Hubungan yang terbentuk dapat bersifat mutualisme,
komensalisme, parasitisme, anasitisme, sinergisme, dan kompetisi.
2. Faktor abiotik
a). Konsentrasi nutrient
Konsentrasi nutrient sangat mempengaruhi kecepatan transport nutrient kedalam sel.
Pada konsentrasi rendah transport lebih sulit dilakukan sehingga mempengaruhi ketersediaan
nutrient didalam sel.
Karbon, dua pola dasar kebutuhan nutrisi bakteri dan cermin kemampuan metabolisme
yang dimilikinya disajikan dalam Tabel 4-2. Bakteri Autotrofik (litotrof), untuk pertumbuhannya
hanya membutuhkan air, garam anorganik dan karbon dioksida. Kelompok ini mensintesis

karbon dioksida menjadi sebagian besar metabolit organik esensial. Bakteri heterotrofik
(organotrof) membutuhkan karbon organik untuk pertumbuhannya. Dalam praktek laboratorium,
glukosa secara luas digunakan sebagai sumber karbon organik, tetapi berbagai senyawa lain juga
dapat digunakan secara khusus atau sumber karbon

tertentu

oleh bakteri yang berbeda.

Diantara bakteri yang pintar, Pseudomonas menggunakan lebih dari 100 senyawa organik
yang berbeda sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Unsur dalam jumlah yang
sedikit (trace element) berperan penting dalam inetraksi inang-parasit.
Pada inang hewan, kekuatan protein pengikat-besi

dalam cairan tubuh berfungsi

untuk menahan besi terhadap serangan mikroorganisme yang masuk. Keberhasilan


mikroorganisme memasuki inang, akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk mengambil
besi, dan dengan giat mengekstrak besi dari berbagai lingkungannya. Sejumlah senyawa besi
(siderophore) sudah dikenal pada beberapa spesies bakteri. Kehadirannya sangat penting untuk
pengambilan besi, dan signifikan secara evolusiner untuk

keberhasilan kompetisi dengan

inangnya dalam hal nutrisi esensial yang jumlahnya terbatas.


Oksigen, kebutuhan oksigen pada bakteri tertentu mencerminkan mekanismeyang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Berdasarkan kebutuhanoksigen tersebut,
bakteri dapat dipisahkan menjadi lima kelompok:
1. Anaerob obligat yang tumbuh hanya dalam keadaan tekanan oksigen yangsangat
rendah dan oksigen bersifat toksik.
2.Anaerob aerotoleran yang tidak terbunuh dengan paparan oksigen.
3.Anaerob fakultatif, dapat tumbuh dalam keadaan aerob dan anaerob.
4.Aerob obligat, membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
5.Bakteri mikro aerofilik yang tumbuh baik pada tekanan oksigen rendah, tekanan
oksigen tinggi dapat menghambat pertumbuhan.
Pada anaerob toleran dan obligat, metabolismenya bersifat

fermentatif

kuat. Pada

anaerob fakultatif, cara metabolisme respirasi dilakukan jika tersedia oksigen, tetapi tidak
terjadi fermentasi. Pada saat bakteri tumbuh dalam keadaan terdapat udara, terjadi sejumlah
reaksi enzimatik dan mengakibatkan produksi hydrogen peroksida dan radikal superoksida.
Pada bakteri aerob, aerotoleran, dan anaerob fakultatif, enzim dismutase superoksida mencegah
akumulasi ion superoksida, tetapi pada anaerob obligat enzim tersebut tidak terdapat. Pada

bakteri anaerob fakultatif dan aerobik, hidrogen peroksida yang dibentuk dalam reaksi dismutase
secara cepat dirusak oleh katalase. Meskipun bakteri aerotoleran, seperti bakteri asam laktat
tidak memiliki katalase, peroksidase yang dimilikinya dapat merusak H 2O2, menyebabkan
bakteri dapat tumbuh pada keadaan tersedianya oksigen. Target yang mungkin dirusak oleh
H2O2 dan O2 termasuk protein membranluar spesifik, komponen aktif redoks pada membran
sitoplasma, dan enzim pada daerah periplasma. Pada Treponema pallidum, sensitivitas
oksigen menjadi relative terhadap kerusakan DNA yang disebabkan H2O2.
Karbon dioksida, bakteri pengguna CO2 sebagai sumber karbon seluler utama, ialah
bakteri kemolitotrof dan fotolitotrof . Selain itu, kemoorganotrof juga membutuhkan suplai
CO2 yang memadai untuk fiksasi CO2 heterotrofik dan untuk sintesis asam lemak. Karbon
dioksida secara normal dihasilkan selama katabolisme senyawa organik, oleh karena itu
tidak dianggap sebagai faktor pembatas. Beberapa bakteri, seperti Neisseria dan Brucella,
memiliki satu atau banyak enzim yangberafinitas rendah terhadap CO 2 dan membutuhkan CO2 pada
konsentrasi yang lebih tinggi (10%) dibanding CO2 yang terdapat di atmosfir (0,03%). Keadaan
ini harus dipertimbangkan untuk kepentingan isolasi dan biakan bakteri tersebut.
b). Temperatur
Temperature mempengaruhi perkembangan mikorba karena enzim yang menjalankan
metabolisme sangat peka terhadap temperature. Berdasarkan temperature minimum, optimum
dan minimumnya, mikroba dibagi atas 3 golongan, yaitu :

Mikroba temofilik ( politermik ) : bakteri yang mampu tumbuh dengan batas


temperature minimum dan maksimum antara 400-800 C sedangkan temperature

minimumnya antara 550C-650C.


Mikroba misofilik ( mesotermik ) : bakteri yang mampu tumbuh dengan batas

temperature 50C-600C sedangkan temperature optimumnya antara 250C-400C.


Mikroba psikorfil ( oligotermik ) : bakteri yang mampu tumbuh pada temperature
antara 100C-200C

c). pH
Enzim transport electron dan system transport nutrient pada membrane sel mikroba
sangat peka terhadap pH. Berdasarkan pH optimum, minimum dan maksimum untuk
pertumbuhannya, mikroba dapat digolongkan dalam :

Mikroba asidofilik : pH antara 2,0-5,0


Mikroba mesofilik : pH antara 5,5-8,0
Mikroba alkalifilik : pH antara 8,4-9,5

d). Tekanan osmosis


Konsentarsi zat terlarut akan menentukan tekanan osmosis suatu larutan. Semakin tinggi
zat terlarut maka semakin tinggi pula tekanan osomosis pada larutan tersebut, demikian
pula sebaliknya. Tekanan osmosis mempengaruhi sel mikroba karena berkaitan dengan
ketersediaan air bagi sel mikroba. mikroba yang tahan dengan tekanan osmosis tinggi
disebut mikroba osmofilik, sedangkan mikroba yang tahan dengan kadar tinggi disebut
halofilik.
e). Oksigen (O2)
Banyak mikroba yang tidak dapat tumbuh jika kekurangan O2. Tetapi ada pula mikroba
yang dapat tumbuh dengan O2 yang bebas. Berdasarkan kebutuhan atas O2, maka mikroba
ada yang bersifat aerob, anaerob, anaerob fakultatif serta aerofil.
f). Radiasi
Cahaya mempunyai daya yang merusak pada sel mikroba yang tidak mempunyai pigmen
fotosintesis. Jika radiasi diabsorbsi oleh mikroba akan terjadinya ionisasi komponen sel.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat : cawan petri, pipet tetes, botol sprey, bunsen, korek api, gelas beker, sepatula, cling wearp,
timbangan , pinset,
Bahan : gniseofulfuin, amoxilin, kultur (bakteri) campuran, NaOH 10 %, alcohol 70 %, aquades,
HCl, kapas, kertas saring, Na 2,24 dan 1,12 gr.
IV. CARA KERJA
1. Menyeterilkan alat alat menggunakan alcohol 70%.
2. Menghaluskan amoxilin dan larutkan dalam 21 ml aquades.
3. Merendam kertas saring yang sudah di plong dalam larutan amoxilin.

4. Mengambil kertas saring yang sudah di rendam dalam amoxilin dengan menggunakan pinset
tiriskan telebih dahulu.
5. Membuat media NA (2,24 gr NA + 100 ml aquades) dan ( 1,140 gr NA + 50 ml aquades)
6. Mengukur larutan NA sebelum ditambah dengan NaOH dan HCl.
7. Memasukkan kultur campuran (bakteri) 1 ml ke dalam cawan petri.
8. Memasukkan media NA kedalam cawan petri yang asam yang sudah diberi kultur
campuran 1 ml.
9. Memasukan media NA kedalam media cawan petri basa yang sudah diberi kultur campuran
1 ml kemudian memeteskan NaOH ke dalamnya.
10. Memasukkan media NA ke dalam cawan petri kontrol 1 yang sudah diberi kultur
ampuran 1 ml, kemudian menempelkan kertas saring yang sudah di tiriskan tadi 4 buah pada
4 sudut dalam cawan petri.
11. Memasukkan media NA kedalam cawan petri kontrol 2 yang sudah diberi kultur campuran
1 ml.
12. Memasukkan media NA kedalam cawan petri amoxilin yang sudan diberi kultur campuran
1 ml, kemudian meletakkan kertas saring yang sudah di tiriskan 4 buah pada 4 sudut dalam
cawan petri.
13. Memasukkan media NA kedalan cawan petri amoxilin yang sudah di beri kultur campuran
1 ml.
14. Memasukkan media NA kedalam cawan petri griseofulvin yang sudah di beri kultur
campuran 1 ml kemudian meletakan kertas saring yang sudah ditiriskan 4 buah lalu letakan
pada 4 sudut dalam cawan petri.
15. Meratakan ke 6 cawan petri dengan memutar membentuk angka 8.
16. Menutup cewan petri denga cling wearp.

17. Melakukan pengamatan maksimal 3 hari setelah praktikum.


V. DATA HASIL PRAKTIKUM
Tabel data pH awal dan akhir pada kondisi asam dan basa
pH

NA
6,5

NA+ HCl
1

NA + NaOH
13

Gambar hasil praktikum:

Kontrol 1

kontrol antibiotik 1

kontrol antibiotik 2

(tanpa asam dan basa)

tanpa amoxilin

tanpa griseofulvin

Perlakuan 1
dengan amoxilin

perlakuan 2
dengan griseofulvin

perlakuan 3

perlakuan 4

dengan basa

dengan asam

dari gambar di atas, dapat diperoleh hasil seperti pada tabel berikut:
Tabel data jenis perlakuan pada berbagai media
Jenis perlakuan
Amoxilin

Media Kontrol
Bakteri tumbuh merata

di

seluruh bagian cawan.

keruh pada cawan.

Tidak ada zona bening pada


cawan
Griseofulvin

Bakteri

Media Perlakuan
Terdapat zona bening dan zona
Zona bening terletak di sekitar
kertas

tumbuh

merata

seluruh bagian cawan

plong

yang

telah

direndam dalan amoxilin.


di Terdapat zona bening dan zona
keruh pada cawan.

Tidak ada zona bening pada Zona bening terletak di sekitar


cawan
Asam

kertas

plong

yang

telah

Bakteri tumbuh namun hanya

direndam dalan gliseofulvin


Tidak ada bakteri yang tumbuh

sedikit

pada media

Basa

Bakteri tumbuh namun hanya

Tidak ada bakteri yang tumbuh

sedikit

pada media

VI. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini, kami melakukakan pengamatan tentang pengaruh faktor
lingkungan terhadap pertumbuhan bakteri. Faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi
faktor abiotik (fisika dan kimia) dan faktor biotik. Seperti yang kita tahu, lingkungan sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup semua makhluk hidup termasuk bakteri. Untuk
membuktikan hipotesis tersebut, kami melakukan uji pengaruh antibiotik sebagai faktor abiotik
dan uji pengaruh suhu sebagai faktor biotik. Untuk uji pengaruh antibiotik, kami menggunakan
antibiotik jenis amoxilin dan griseofulvin. Sedangkan untuk uji pengaruh suhu, kami
menggunakan larutan HCl sebagai indikator asam dan larutan NaOH sebagai indikator basa.
Langkah yang kami lakukan pada uji pengaruh antibiotik dan uji pengaruh suhu adalah
menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan praktikum, kemudian
melakukan langkah-langkah kerja sesuai yang tertera pada prosedur kerja. Dari prosedur kerja
tersebut, kami membuat 8 media untuk diamati, yaitu 2 media kontrol yang tidak diberi
antibiotik (1 tidak diberi amoxilin dan 1 tidak diberi griseofulvin), 2 media perlakuan yang diberi
antibiotik (1 diberi amoxilin dan 1 diberi griseofulvin), 2 media kontrol yang tidak diberi
indikator asam dan basa (1 tidak diberi HCl dan 1 tidak diberi NaOH), dan 2 media perlakuan
yang diberi indikator asam dan basa (1 diberi HCl dan 1 diberi NaOH).
Dari kedelapan media yang diamati tersebut, diperoleh data sebagai berikut: pada kedua
media kontrol yang tidak diberi antibiotik, hasilnya kedua media ditumbuhi bakteri secara merata
yang ditunjukkan dengan adanya zona keruh di seluruh bagian cawan. Sedangkan pada kedua
media perlakuan yang diberi antibiotik, hasilnya terdapat zona bening dan zona keruh pada
kedua cawan. Zona bening terletak pada sekeliling kertas plong yang sebelumnya telah direndam
dalam larutan antibiotik. Sedangkan zona keruh terletak diluar zona bening/ yang berjauhan
dengan kertas plong. Zona bening menunjukkan bahwa bakteri tidak tumbuh pada zona tersebut,
sedangkan zona keruh menunjukkan bahwa bakteri tumbuh pada zona tersebut.
Pada kedua media kontrol yang tidak diberi indikator asam (HCl) maupun basa (NaOH),
hasilnya kedua media ini ditumbuhi bakteri meskipun hanya sedikit yang ditunjukkan dengan

adanya zona keruh pada cawan. Sedangkan pada kedua media perlakuan yang diberi indikator
asam (HCl) maupun basa (NaOH), kedua media ini tidak ditumbuhi bakteri sama sekali yang
dijunjukkan dengan adanya zona bening pada seluruh bagian cawan.
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa pada semua media kontrol (yang tidak
diberi antibiotik maupun indikator asam-basa) semuanya ditumbuhi bakteri yang ditunjukkan
dengan adanya zona keruh pada media. Sedangkan pada media perlakuan, yaitu media yang
diberi antibiotik, hasilnya terdapat zona bening dan keruh pada media. Zona bening
menunjukkan tidak adanya bakteri yang tumbuh, sedangkan zona keruh menunjukkan adanya
bakteri yang tumbuh. Pada media perlakuan yang diberi indikator asam-basa, hasilnya tidak ada
bakteri yang tumbuh pada kedua media yang ditunjukkan dengan adanya zona bening di seluruh
bagian cawan. Ini menunjukkan bahwa lingkungan memepengaruhi pertumbuhan bakteri.

DAFTAR PUSTAKA
file:///D:/GOOGLE/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html diakses tanggal 7 Juni 2012
file:///D:/GOOGLE/D-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI-PERTUMBUHAN.htm
diakses tanggal 7 Juni 2012

Anda mungkin juga menyukai