Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa atas rahmatnya yang telah dilimpahkan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat
sebagai persyaratan salah satu tugas untuk program study Profesi Kependidikan.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai, Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua.

Medan, 8 Maret 2017

Penulis,

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Profesionalisasi Jabatan Guru 5
2.2 Faktor penentuan dan penilaian guru 6
2.3 Pengembangan karir Guru 12
2.4 Pengawasan terhadap pelaksanaan kode etik keguruan 22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 24
3.2 Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26

BAB I

2
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah.


Semua komponen lain, mulai dari kurikulum, sarana-prasarana, biaya, dan sebagainya
tidak akan banyak berarti apabila esensi pembelajaran yaitu interaksi guru dengan
peserta didik tidak berkualitas. Semua komponen lain, terutama kurikulum akan hidup
apabila dilaksanakan oleh guru.
Begitu pentingnya peran guru dalam mentransformasikan input-input
pendidikan, sampai-sampai banyak pakar menyatakan bahwa di sekolah tidak akan ada
perubahan atau peningkatan kualitas tanpa adanya perubahan dan peningkatan kualitas
guru.
Akan tetapi, dalam kultur masyarakat Indonesia sampai saat ini pekerjaan guru
masih cukup tertutup. Bahkan atasan guru seperti kepala sekolah dan pengawas sekali
pun tidak mudah untuk mendapatkan data dan mengamati realitas keseharian
performance guru di hadapan siswa. Memang program kunjungan kelas oleh kepala
sekolah atau pengawas, tidak mungkin ditolak oleh guru. Akan tetapi tidak jarang terjadi
guru berusaha menampakkan kinerja terbaiknya baik pada aspek perencanaan maupun
pelaksanaan pembelajar-an hanya pada saat dikunjungi. Selanjutnya ia akan kembali
bekerja seperti sedia kala, kadang tanpa persiapan yang matang serta tanpa semangat
dan antusiasme yang tinggi.

Dengan latar belakang di atas, maka penilaian kinerja guru merupakan suatu hal
yang perlu mendapat perhatian serius khususnya oleh pengawas. Penilaian kinerja guru,
merupakan salah satu bagian kompetensi yang harus dikuasai pengawas
sekolah/madrasah. Kompetensi tersebut termasuk dalam dimensi kompetensi evaluasi
pendidikan.

Pengembangan karir merupakan hal yang penting bagi seorang guru, karena hal
ini sangat berpengaruh setidaknya terhadap kepuasan kerja dan peningkatan
penghasilan. Dengan kata lain, jika karir seorang guru meningkat maka tentu saja

3
pengakuan lembaga yang menaunginya juga meningkat yang salah satunya dibuktikan
dengan peningkatan gaji yang ia terima dan tentunya hal ini akan membuat ia lebih
merasa senang dan nyaman bekerja. Untuk mencapai hal itu, idealnya seorang guru
harus mengetahui tentang tingkatan-tingkatan karir dan konsekuensi dari tingkatan karir
tersebut bagi dirinya baik berupa tanggung jawab/kewajiban maupun ganjaran yang
akan ia peroleh. Selain itu, guru/konselor juga harus mengetahui upaya-upaya yang
dapat ia lakukan untuk dapat meniti karir ke tingkatan yang lebih tinggi tersebut.
Dengan memahami hal-hal seputar tingkatan karir dan upaya pencapaiannya, seorang
guru/konselor memiliki arah yang jelas dalam menjalani karir dan profesinya itu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan faktor penentuan dan penilaian kinerja guru?
2. Bagaimana hakikat pengembangan karir guru?

3. Bagaimana pengawasan terhadap pelaksanaan kode etik guru?


4. Bagaimana cara meningkatan mutu pendidikan di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor penentuan dan penilaian kinerja guru
2. Untuk mengetahui hakikat pengembangan karir guru
3. Untuk mengetahui pengawasan terhadap pelaksanaan kode etik guru
4. Untuk mengetahui cara meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Profesionalisasi Jabatan Guru

4
Bila diperhatikan karakteristik suatu pekerjaan yang bersifat profesional seperti
telah dikemukakan di atas, maka akan tampak bahwa profesi guru tidak mungkin dapat
dikenakan kepada sembarang orang yang dipandang oleh masayarakat umum sebagai
guru. Pada umumnya masyarakat berpandangan bahwa pekerjaan guru yang berupa
mendidik dan mengajar dapat dilakukan oleh siapa saja. Sebagaimana Pidarta (1997)
mengemukakan bahwa kalau mendidik diartikan sebagai memberi nasehat, petunjuk,
mendorong agar rajin belajar, memberi motivasi, menjelaskan sesuatu atau ceramah,
melarang perilaku yang tidak baik, menganjurkan dan menguatkan perilaku yang baik,
dan menilai apa yang telah dipelajari anak, maka memang hampir semua orang bisa
melakukannya dan tidak perlu bersusah-payah membuat orang menjadi pendidik
profesional. Namun demikian, apakah mendidik seperti ini dapat menjamin anak-anak
untuk berkembang sempurna secara batiniah dan lahiriah?
Untuk memperjelas masalah di atas, kita harus memahami dengan baik
pengertian mendidik. Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu
yang bertalian dengan perkembangan manusia. Kadang orang mengatakan bahwa
mendidik adalah me-manusiakan manusia. Ada pula yang mengemukakan bahwa
mendidik adalah membudayakan manusia. Pengertian mendidik yang relatif operasional
dikemukakan oleh Pidarta (1997) bahwa mendidik adalah suatu upaya untuk membuat
anak-anak mau dan dapat belajar atas dorongan diri sendiri untuk mengembangkan
bakat, pribadi, dan potensi-potensi lainnya secara optimal. Lebih lanjut dikemukakan
bahwa mendidik memusatkan diri pada upaya pengembangan afeksi anak-anak, sesudah
itu barulah pada pengembangan kognisi dan keterampilannya. Berkembangnya afeksi
yang positif terhadap belajar, merupakan kunci keberhasilan belajar berikutnya,
termasuk keberhasilan dalam meraih prestasi kognisi dan keterampilan. Bila afeksi anak
sudah berkembang secara positif terhadap belajar, maka guru, orang tua, maupun
anggota masyarakat tidak perlu bersusah payah membina mereka agar rajin belajar. Apa
pun yang terjadi mereka akan belajar terus untuk mencapai cita-citanya.
Melakukan pekerjaan mendidik seperti yang telah dikemukakan di atas tidaklah
gampang. Hanya orang-orang yang sudah belajar banyak tentang pendidikan dan sudah

5
terlatih yang mampu melaksanakannya. Ini berarti pekerjaan mendidik memang harus
profesional.

Guru harus dapat membangkitkan minat dan kemauan anak untuk belajar, memahami
cara belajar, senang belajar, dan tidak pantang mundur untuk belajar meskipun banyak
rintangan yang dihadapi. Inilah tuntutan masayarakat sebagai konsekuensi jabatan
profesi yang disandang oleh guru. Hal ini cukup beralasan sebab guru telah dibekali
ilmu pendidikan dan ilmu tertentu untuk diajarkan selama menjalani studi dalam waktu
yang relatif cukup lama. Dengan cara mendidik seperti yang telah dikemuakan, citra
pendidikan di mata masyarakat dapat terdongkrak. Ini pula merupakan tantangan bagi
para pendidik bila ingin profesinya mendapat pengakuan dan tidak diragukan oleh
masyarakat.

2.2 Faktor Penentuan dan Penilaian Kinerja Guru

2.2.1 Penentuan Kinerja Guru

Kinerja adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh seseorang. Kinerja atau
prestasi kerja merupakan hasil akhir dari suatu aktifitas yang telah dilakukan seseorang
untuk meraih suatu tujuan. Pencapaian hasil kerja ini juga sebagai bentuk perbandingan
hasil kerja seseorang dengan standar yang telah ditetapkan. Apabila hasil kerja yang
dilakukan oleh seseorang sesuai dengan standar kerja atau bahkan melebihi standar
maka dapat dikatakan kinerja itu mencapai prestasi yang baik.
Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan
diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap
guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan
guru dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan standar kinerja guru Sahertian
sebagaimana dikutip Kusmianto (1997: 49) dalam buku panduan penilaian kinerja guru
oleh pengawas menjelaskan bahwa: Standar kinerja guru itu berhubungan dengan
kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: (1) bekerja dengan siswa secara
individual, (2) persiapan dan perencanaan pembelajaran, (3) pendayagunaan media

6
pembelajaran, (4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5)
kepemimpinan yang aktif dari guru.
Menurut Gibson (1987) dalam Wikipedia menjelaskan ada 3 faktor yang
berpengaruh terhadap kinerja. Tiga faktor tersebut adalah:

1) Faktor individu (kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman


kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang).
2) Faktor psikologis (persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan
kerja).
3) Faktor organisasi (struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem
penghargaan atau reward system).

Kinerja guru ditentukan oleh beberapa faktor yang satu sama lain saling
berkaitan seperti kepemimpinan kepala sekolah, fasilitas kerja, rekan guru, karyawan,
maupun anak didik.
Dalam sebuah literatur dijelaskan bahwa, Profesionalisme seorang guru secara
garis besar ditentukan oleh tiga faktor, yakni: (1) faktor internal dari guru itu sendiri, (2)
kondisi lingkungan tempat kerja, dan (3) kebijakan pemerintah. Oleh sebab
itu profesionalisasi (upaya meningkatkan profesionalisme) guru agar menjadi guru
profesional harus dilakukan secara sinergis melalui tiga jalur dimaksud. Berikut adalah
penjelasan masing-masing faktor.
1. Faktor Internal Guru
Faktor internal guru, yakni kemauan guru untuk menjadi seorang guru yang
profesional memegang peranan sangat penting. Faktor internal ini justru yang
mempercepat proses terwujudnya guru-guru yang profesional. Dengan kata lain,
profesionalisasi guru profesional tidak akan terwujud apabila tidak dimulai dari faktor
internal ini. Jadi, upaya yang dilakukan dalam profesionalisasi guru perlu diarahkan
pada terbentuknya kesadaran pada diri setiap guru agar mereka secara sukarela
meningkatkan profesionalismenya sehingga menjadi guru profesional.

2. Kondisi Lingkungan Tempat Kerja

7
Kondisi lingkungan tempat kerja juga sangat menentukan keberhasilan
profesionalisasi guru profesional. Sebab, meskipun sudah dilakukan profesionalisasi
agar guru menjadi profesional, namun apabila lingkungan tempat kerja tidak kondusif
apalagi tidak memberikan penghargaan kepada guru profesionalmaka upaya
profesionalisasi tadi juga akan menemui jalan buntu. Akibatnya, guru yang semula
memiliki semangat juang yang tinggi dalam mengemban profesinya menjadi tak
berdaya dan acuh tak acuh dengan profesinya itu. Hasilnya, guru tidak lagi menjadi
profesional, apalagi berusaha untuk menjadi profesional.

3. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah dalam profesionalisasi guru profesional ini terutama
terkait dengan award and punishment. Award diberikan kepada para guru profesional
(yang telah menunjukkan kinerja dengan profesionalisme tinggi), sekaligus diberikan
kepada mereka yang selalu berusaha untuk meningkatkan keprofesionalannya.
Punishment diberikan kepada guru yang tidak bekerja secara profesional. Apabila
kebijakan pemerintah ini dijalankan, maka profesionalisasi guru profesional akan
semakin mudah mencapai sasaran. Ya, profesionalisasi guru agar profesional memang
harus dilakukan secara profesional juga.
2.2.2 Penilaian Kinerja Guru

Pengertian Penilaian Kinerja Guru (PK Guru) Menurut Peraturan Menteri


Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun
2009 adalah penilaian yang dilakukan terhadap setiap butir kegiatan tugas utama guru
dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama
guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam penguasaan dan
penerapan kompetensinya. Dalam hal ini adalah kompetensi yang sangat diperlukan
bagi guru seperti yang diamanatkan oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Standar Kompetensi Guru.

Penguasaan dan penerapan kompetensi sangat menentukan tercapainya kualitas


proses pembelajaran, pembimbingan peserta didik, dan pelaksanaan tugas tambahan

8
yang relevan yang sesuai dengan fungsi sekolah/madrasah. Untuk itu, perlu
dikembangkan sistem penilaian kinerja guru. Sistem penilaian kinerja guru adalah
sebuah sistem pengelolaan kinerja berbasis guru yang didesain untuk mengevaluasi
tingkatan kinerja guru secara individu dalam rangka mencapai kinerja sekolah secara
maksimal yang berdampak pada peningkatan prestasi peserta didik. Ini merupakan
bentuk penilaian yang sangat penting untuk mengukur kinerja guru dalam melaksanakan
pekerjaannya sebagai bentuk akuntabilitas sekolah.

Menurut Syafarudin Alwi (2000: 187) secara teoritis tujuan penilaian


dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development. Yang bersifat
evaluation harus menyelesaikan: Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian
kompensasi, hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision dan hasil penilaian
digunakan sebagai dasar mengevaluasi system seleksi. Sedangkan yang bersifat
development harus menyelesaikan: Prestasi riil yang dicapai individu, kelemahan-
kelemahan individu yang menghemat kinerja dan prestasi-prestasi yang dikembangkan.

Hasil dari penilaian kinerja guru dapat menggambarkan sosok keprofesionalan


yang dapat ditampilkan guru, secara nyata, selama melaksanakan tugas keguruannya
dalam kehidupan nyata. Melalui penilaian kinerja guru dapat diketahui sejauhmana ciri-
ciri guru yang profesionaldapat ditampilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya
di lembaga (satuan) pendidikan.

Menurut Davis dan Thomas, bahwa guru yang efektif mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Mempunyai pengetahuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas, yang mencakup:

a) Memiliki keterampilan interpersonal khususnya kemampuan untuk


menunjukkan empati, penghargaan terhadap peserta didik, dan ketulusan.
b) Menjalin hubungan yang baik dengan peserta didik.
c) Mampumenerima, mengakui dan memperhatikan peserta didik secara ikhlas.
d) Menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar.
e) Mampumenciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerjasama dan kohesivitas
dalam dan antar kelompok peserta didik.

9
f) Mampu melibatkan peserta didik dalam mengorganisir dan merencanakan
kegiatan pembelajaran.
g) Mampu mendengarkan peserta didik dan menghargai haknya untuk berbicara
dalam setiap diskusi.
h) Mampu meminimalkan friksi-friksi di kelas.

Kinerja Guru yang baik tentunya tergambar pada penampilan mereka baik dari
penampilan kemampuan akademik maupun kemampuan profesi menjadi guru artinya
mampu mengelola pengajaran di dalam kelas dan mendidik siswa di luar kelas dengan
sebaik-baiknya. Unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian
kinerja guru menurut Siswanto dalam Lama tenggo (2001:34) adalah sebagai berikut :

1. Kesetiaan
Kesetiaan adalah tekad dan kesanggupan untuk menaati, melaksanakan dan
mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab.

2. Prestasi Kerja
Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.

3. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam menyelesaikan
tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu
serta berani membuat risiko atas keputusan yang diambilnya. Tanggung jawab dapat
merupakan keharusan pada seorang karyawan untuk melakukan secara layak apa yang
telah diwajibkan padanya. Menurut Westra dalam Akadum (1999: 86) Untuk mengukur
adanya tanggung jawab dapat dilihat dari: a). Kesanggupan dalam melaksanakan
perintah dan kesanggupan kerja. b). Kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat dan
benar. c). Melaksanakan tugas dan perintah yang diberikan sebaik-baiknya.

4. Ketaatan
Ketaatan adalah kesanggupan seseorang untuk menaati segala ketetapan,
peraturan yang berlaku dan menaati perintah yang diberikan atasan yang berwenang.

10
5. Kejujuran
Kejujuran adalah ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas
dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah
diberikan kepadanya.

6. Kerja Sama
Kerja sama adalah kemampuan tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama
dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan
sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar- besarnya. Kriteria adanya
kerjasama dalam organisasi adalah: a. Kesadaran karyawan bekerja dengan sejawat,
atasan maupun bawahan. b. Adanya kemauan untuk membantu dalam melaksanakan
tugas.c. Adanya kemauan untuk memberi dan menerima kritik dan saran.d. Tindakan
seseorang bila mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas.

7. Prakarsa
Prakarsa adalah kemampuan seseorang tenaga kerja untuk mengambil keputusan
langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dariatasan.

8. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain
sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok.
Kepemimpinan yang dimaksud adalah kemampuan kepala sekolah dalam membina dan
membimbing guru untuk melaksanakan KBM terutama kegiatan merencanakan,
melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran
mengarah pada tercapainya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa terkait dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikapserta nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

2.3 Pengembangan Karir Guru

11
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis,
teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan / jabatan
melalui pendidikan dan latihan.
Pengertian karir itu beragam. Sebagian orang mengartikan sebagai perubahan
posisi di tempat kerja. Bila posisinya naik maka dibilang karirnya cemerlang, bila
posisinya turun dikatakan karirnya suram. Ada pula yang memaknai karir sebagai
pekerjaan yang ditangani saat ini.
Rene Suhardono mengatakan bahwa your job is not your career. Yang artinya
pekerjaan dan bahkan jabatanmu bukanlah karirmu. Pekerjaan milik perusahaan. Karir
adalah milikmu sendiri. Karir bukan sebuah titik dalam kehidupanmu. Karir adalah
garis yang yang merangkai titik-titik yang kamu torehkan selama kehidupanmu. Karir
bukan sebuah keadaan. Karir adalah sebuah proses yang merangkai beragam keadaan
sepanjang hidupmu.
Tugas utama guru sebagai pendidik profesional adalah mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat
profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau
keterampilan yang memenuhi standar mutu dan norma etik tertentu. Secara formal, guru
profesional harus memenuhi kualifikasi akademik minimum S-1/D-IV dan bersertifikat
pendidik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Guru-guru yang memenuhi
kriteria profesional inilah yang akan mampu menjalankan fungsi utamanya secara
efektif dan efisien untuk mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran sejalan
dengan tujuan pendidikan nasional, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
Di dalam UU Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dibedakan antara pembinaan
dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau
D-IV. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum
memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1
atau program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan

12
tenaga kependidikan dan/atau program pendidikan non-kependidikan. Pengembangan
dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik
dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan/atau olah raga (PP
Nomor 74 Tahun 2008). Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud
dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan
yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional.
Kegiatan pengembangan dan peningkatan profesional guru yang sudah memiliki
sertifikat pendidik dimaksud dapat berupa: kegiatan kolektif guru yang meningkatkan
kompetensi dan/atau keprofesian, pendidikan dan pelatihan, pemagangan, publikasi
ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif, karya inovatif, presentasi pada forum
ilmiah, publikasi buku teks pelajaran yang lolos penilaian oleh BSNP, publikasi buku
pengayaan, publikasi buku pedoman guru, publikasi pengalaman lapangan pada
pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus, dan/atau penghargaan atas
prestasi atau dedikasi sebagai guru yang diberikan oleh pemerintah atau pemerintah
daerah.
Pada sisi lain, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan pengembangan profesi guru,
yaitu: pembinaan dan pengembangan profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru
sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional.

Manfaat Pengembangan Karir Guru

Pengembangan karir guru mempunyai manfaat antara lain sebagai berikut :

1. Meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap guru.


2. Memperluas wawasan kompetensi guru-guru sehingga lebih memahami tujuan-
tujuan pendidikan dan pengajaran, memilih dan menggunakan bahan, alat /
media,dan metode belajar mengajar yng tepat dalam KBM.

13
3. Meningkatkan ketrampilan mengelola kegiatan belajar mengajar, memahami
problem-problem murid dan kemampuan memecahkan problem-problem
tersebut dengan cara yang efektif.
4. Sanggup mengorganisir, membimbing, mendorong dan menilai proses dan
hasil-hasil belajar murid-murid di sekolah.
5. Terjadinya perubahan sikap yang positif yang dapat memberikan peluang untuk
mencapai produktivitas dan efektivitas secara evisiensi (kuantitas dan kualitas)
hasil belajar yang lebih baik.
6. Menumbuhkan kegairahan dan semangat kerja guru-guru dalam pelaksanaan
tugas pengabdiannya sebagai prajurit, dan pioneer (pelopor) di bidang
pendidikan umumnya dan pengajaran khususnya.
7. Menumbuhkan kepercayaan pada diri guru-guru, kemampuan dan
tanggungjawab, inisiatif dan kreativitas yang lebih besar dan bermanfaat dalam
melaksanakan tugasnya.
8. Menumbuhkan kemampuan guru-guru dalam jabatannya sehingga mereka tidak
hanya mampu mengajar dengan baik saja, tetapi juga mampu mengajarkan
bagaimana belajar dengan baik bagi murid-muridnya. Artinya guru yang baik
tidak hanya memiliki kemampuan menyampaikan bahan pelajaran yang baik,
tetapi ia harus mampu membelajarkan murid-murid bagaimana mereka dapat
belajar dan mempelajari bahan dengan baik sehingga pada saatnya nanti mereka
sanggup berdiri sendiri dan bertanggungjawab sendiri atas kemampuan sendiri
di dalam masyarakat.

Pembinaan dan pengembangan karir meliputi: (1) penugasan, (2) kenaikan


pangkat, dan (3) promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus
sejalan dengan jenjang jabatan fungsional guru. Pola pembinaan dan pengembangan
profesi dan karir guru tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait di
dalam melaksanakan tugasnya.

1. Penugasan

Guru terdiri dari tiga jenis, yaitu guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru
bimbingan dan konseling atau konselor. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, guru

14
melakukan kegiatan pokok yang mencakup; merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, dan
melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai
dengan beban kerja guru.

Kegiatan penugasan guru dalam rangka pembelajaran dapat dilakukan di satu


sekolah sebagai satuan administrasi pangkalnya dan dapat juga bersifat lintas sekolah.
Baik bertugas pada satu sekolah atau lebih, guru dituntut melaksanakan tugas
pembelajaran yang diukur dengan beban kerja tertentu, yaitu:

a) Beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka
dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada
satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari pemerintah atau
Pemerintah Daerah.
b) Pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan
paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu
dilaksanakan dengan ketentuan paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1
(satu) minggu pada satuan pendidikan tempat tugasnya sebagai guru tetap.
c) Guru bimbingan dan konseling atau konselor wajib memenuhi beban mengajar yang
setara, yaitu jika mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus
lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan.
d) Guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu wajib memenuhi beban mengajar yang
setara, yaitu jika paling sedikit melaksanakan 6 (enam) jam tatap muka dalam 1
(satu) minggu.
e) Menteri dapat menetapkan ekuivalensi beban kerja untuk memenuhi ketentuan
beban kerja di maksud, khusus untuk guru-guru yang bertugas pada satuan
pendidikan layanan khusus, berkeahlian khusus, dan/atau dibutuhkan atas dasar
pertimbangan kepentingan nasional. Agar guru dapat melaksanakan beban kerja
yang telah ditetapkan tersebut secara efektif, maka harus dilakukan pengaturan tugas
guru berdasarkan jenisnya.

15
Pengaturan tugas guru tersebut dilakukan dengan melibatkan individu dan/atau
institusi dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Penugasan sebagai Guru Kelas/Mata Pelajaran


1. Kepala sekolah/madrasah mengupayakan agar setiap guru dapat memenuhi
beban kerja paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu. Apabila pada satuan
administrasi pangkalnya guru tidak dapat memenuhi beban kerja tersebut, kepala
sekolah/madrasah melaporkan kepada Dinas Pendidikan
Provinsi/Kabupaten/Kota/ atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
2. Dinas pendidikan Provinsi/Kanwil Kementerian Agama mengatur penugasan
guru yang belum memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka
per minggu kesatuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya.
3. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
mengatur penugasan guru yang belum memenuhi beban mengajar paling sedikit
24 jam tatap muka per minggu kesatuan pendidikan yang ada dalam lingkungan
kewenangannya.
4. Pimpinan instansi pusat di luar Kementerian Pendidikan Nasional dan
Kementerian Agama mengatur penugasan guru yang belum memenuhi beban
mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu kesatuan pendidikan
yang ada dalam lingkungan kewenangannya.

5. Apabila pengaturan penugasan guru pada butir b), c), dan d) belum terpenuhi,
instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing memastikan bahwa setiap
guru wajib memenuhi beban mengajar paling sedikit 6 jam tatap muka pada
satuan administrasi pangkal guru dan menugaskan guru pada sekolah/madrasah
lain., baik negeri maupun swasta untuk dapat memenuhi beban mengajar paling
sedikit 24 jam tatap muka per minggu. Instansi terkait sesuai kewenangan
masing-masing wajib memastikan bahwa guru yang bertugas didaerak khusus,
berkeahlian khusus, dan guru yang dibutuhkan atas dasar pertimbangan
kepentingan nasional apabila beban kerjanya kurang dari 24 jam tatap muka per
minggu dapat diberi tugas ekuivalensi beban kerja sesuai dengan kondisi tempat

16
tugas guru yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan Menteri Pendidikan
Nasional.

b. Penugasan sebagai Guru Bimbingan dan Konseling


1. Kepala sekolah/madrasah mengupayakan agar setiap guru bimbingan dan
konseling dapat memenuhi beban membimbing paling sedikit 150 peserta didik
per tahun. Apabila pada satuan administrasi pangkalnya guru tidak dapat
memenuhi beban membimbing tersebut, kepala sekolah/madrasah melaporkan
kepada Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota.
2. Dinas Pendidikan Provinsi/Kanwil Kementerian Agama mengatur penugasan
guru bimbingan dan konseling yang belum memenuhi beban membimbing
bimbingan dan konseling paling sedikit 150 peserta didik per tahun ke satuan
pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya.
3. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
mengatur penugasan guru bimbingan dan konseling yang belum memenuhi
beban membimbing paling sedikit 150 peserta didik per tahun ke satuan
pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya.
4. Pimpinan instansi pusat di luar Kementerian Pendidikan Nasional dan
Kementerian Agama mengatur penugasan guru bimbingan dan konseling yang
belum memenuhi beban membimbing palinng sedikit 150 peserta didik per
tahun ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya.
5. Apabila pengaturan penugasan guru bimbingan dan konseling pada butir 2), 3)
dan 4) belum terpenuhi, instansi terkait sesuai dengan kewenangan masing-
masing berkoordinasi untuk mengatur penugasan guru bimbingan dan konseling
pada sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta.\
6. Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada butir 5), instansi
terkait sesuai kewenangan masing-masing memastikan bahwa setiap guru
bimbingan dan konseling wajib memenuhi beban membimbing paling sedikit 40
peserta didik pada satuan adminisrasi pangkal guru dan menugaskan guru
bimbingan dan konseling pada sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun

17
swasta untuk dapat memenuhi beban membimbing paling sedikit 150 peserta
didik per tahun.
7. Instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing wajib memastikan bahwa
guru yang bertugas di daerah khusus, berkeahlian khusus, dan guru yang
dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional, apabila beban
mengajarnya kurang dari 24 jam tatap muka per minggu atau sebagai guru
bimbingan dan konseling yang membimbing kurang dari 150 peserta didik per
tahun dapat diberi tugas ekuivalensi beban kerja sesuai dengan kondisi tempat
tugas guru yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan Kementerian
Pendidikan. Hal ini masih dalam proses penelaahan yang seksama.

8. Guru berhak dan wajib mengembangkan dirinya secara berkelanjutan sesuai


dengan perkembangan IPTEKS. Kepala sekolah/madrasah wajib member
kesempatan secara adil dan merata kepada guru untuk mengikuti kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan.

2. Kenaikan Pangkat

Dalam rangka pengembangan karir guru, permenneg PAN dan RB Nomor 16


Tahun 2009 telah menetapkan 4 (empat) jenjang jabatan fungsional guru dari yang
terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu guru pertama, guru muda, guru madya,
dan guru utama. Penjelasan tentang jenjang jabatan fungsional guru dari yang terendah
sampai dengan yang tertinggi beserta jenjang kepengkatan serta persyaratan angka
kredit untuk kenaikan pangkat dan jabatan tersebut telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya.

Kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru dalam rangka pengembangan


karir merupakan gabungan dari angka kredit unsur utama dan penunjang ditetapkan
sesuai dengan permenneg PAN dan BR Nomor 16 Tahun 2009. Tugas-tugas guru yang
dapat dinilai dengan angka kredit untuk keperluan kenaikan pangkat dan/atau jabatan
fungsional guru mencakup unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama kegiatan
yang dapat dinilai sebagai angka kredit dalam kenaikan pangkat guru terdiri atas:

18
pendidikan, pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan dan/atau tugas lain yang
relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, pengembangan keprofesian berkelanjutan
(PKB), dan unsur penunjang.

Persyaratan atau angka kredit minimal bagi guru yang akan naik
jabatan/pamgkat dari subunsur pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk masing-
masing pangkat/golongan adalah sebagai berikut:

1) Guru golongan III/a ke golongan III/b, subunsur pengembangan diri sebesar 3


(tiga) angka kredit.
2) Guru golongan III/b ke golongan III/c, subunsur pengembangan diri sebesar 3
angka kredit, dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 4
angka kredit.
3) Guru golongan III/c ke golongan III/d, subunsur pengembangan diri sebesar 3
angka kredit, dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 6
angka kredit.
4) Guru golongan III/d ke golongan IV/a, subunsur pengembangan diri sebesar 4
angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 8
angka kredit. Bagi guru golongan tersebut sekurang-kurangnya mempunyai 1
(satu) laporan hasil penelitian dari subunsur publikasi ilmiah.
5) Guru golongan IV/a ke golongan IV/b, subunsur pengembangan diri sebesar 4
angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 12
angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya mempunyai 1
(satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber-ISSN.
6) Guru golongan IV/b ke golongan IV/c, subunsur pengembangan diri sebesar 4
angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 12
angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya mempunyai 1
(satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal ber-
ISSN.
7) Guru golongan IV/c ke IV/d, subunsur pengembangan diri sebesar 5 angka
kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 14 angka
kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya dari subunsur
publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel

19
yang dimuat di jurnal ber-ISSN serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku
pendidikan yang ber-ISBN.
8) Guru golongan IV/d ke golongan IV/e, subunsur pengembangan diri sebesar 5
angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 20
angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya dari subunsur
publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel
yang dimuat di jurnal yang ber-ISSN serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku
pendidikan yang ber-ISBN.

9) Bagi guru madya, golongan IV/c, yang akan naik jabatan menjadi guru utama,
golongan IV/d, selain membuat PKB sebagaimana pada poin di atas juga wajib
melaksanakan presentasi ilmiah.

Unsur Penunjang

Unsur penunjang tugas guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sesorang
guru untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas utamanya sebagai pendidik.
Unsur penunjang tugas guru meliputi berbagai kegiatan seperti berikut ini.

a) Memperoleh gelar/ijazah yang tidak sesuia dengan bidang yang diampunya.


Guru yang memperoleh gelar/ijazah, namun tidak sesuai dengan bidang yang
diampunya diberikan angka kredit sebagai unsur penunjang dengan angka
kredit sebagai berikut: (1) Ijazah S-1 diberikan angka kredit 5; (2) Ijazah S-2
diberikan angka kredit 10; dan (3) Ijazah S-3 diberikan angka kredit 15.
b) Melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas guru. Kegiatan yang
mendukung tugas guru yang dapat diakui angka kreditnya harus sesuai dengan
kriteria dan dilengkapi dengan bukti fisik. Kegiatan tersebut diangtaranya:
Membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik, industri/ekstrakurikuler
dan yang sejenisnya.
Sebagai pengawas ujian, penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar
tingkat nasional.
Menjadi pengurus/anggota organisasi profesi.
Menjadi anggota kegiatan pramuka dan sejenisnya.

20
Menjadi tim penilai angka kredit.

Menjadi tutor/pelatih/instruktur/pemandu dan sejenisnya.

c) Memperoleh penghargaan/tanda jasa

Penghargaan atau tanda jasa adalah tanda kehormatan yang diberikan oleh
pemerintah atau negara asing atau organisasi ilmiah atau organisasi profesi atas prestasi
yang dicapai seorang guru dalam pengabdian kepada nusa, bangsa, dan negara di bidang
pendidikan. Tanda jasa dalam bentuk satya lencana karya satya adalah penghargaan
yang diberikan kepada guru berdasarkan prestasi dan masa pengabdiannya dalam waktu
tertentu. Penghargaan lain yang diporoleh guru karena prestasi seseorang dalam
pengabdiannya kepada nusa, bangsa, dan negara di bidang
pendidikan/kemanusiaan/kebudayaan. Prestasi kerja tersebut dicapai karena
pengabdiannya secara terus menerus dan berkesinambungan dalam waktu yang relatif
lama. Guru yang mendapat penghargaan dalam lomba guru berprestasi tingkat nasional,
diberikan angka kredit tambahan untuk kenaikan jabatan/pangkat.

3. Promosi

Kegiatan pengembangan dan pembinaan karir yang kedua adalah promosi.


Promosi dimaksud dapat berupa penugasan sebagai guru pembina, guru inti, instruktur,
wakil kepala sekolah, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan sebagainya. Kegiatan
promosi ini harus didasari atas pertimbangan prestasi dan dedikasi tertentu yang
dimiliki oleh guru.

Peraturan pemerintah No. 74 tentang Guru mengamanatkan bahwa dalam


melaksanakan tugas keprofesian, guru berhak mendapatkan promosi sesuai dengan
tugas dan prestasi kerja. Promosi dimaksud meliputi kenaikan pangkat dan atau
kenaikan jenjang jabatan fungsional.

2.4 Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Keguruan

21
PGRI telah mengeluarkan sebuah kode etik guru, yang pada dasarkan mengatur
kode etik guru, melindungi profesi dan individu guru,mengatur batasan kewenangan
guru, dan mempertahankan kesejahtraan guru.

Kode etik guru terdiri dari dua bagian, yakni :

1. Kode Etik Guru Indonesia


2. Kode Etik Jabatan Guru

Kedua kode etik ini berkenaan dengan karakteritik perilaku yang baik secara
umum, prilaku yang standar yang seharusnya ditampilan oleh seorang guru dalam
melakukan tugasnya. Ada beberapa dimensi keprofesionalan kode etik, yaitu :

1. Pengetahuan (know-what)
2. Ketrampilan (know-how)
3. Sikap-sikap dan nilai-nilai yang melandasi pengetahuan dan ketrampilan,
pengalaman dan kemauan.

Penyimpangan terhadap kode etik yang dibuat oleh PGRI hendaknya pula
diawasi oleh PGRI. Kode etik tersebut hendaknya menjadi patokan perilaku
anggotanya, agar setiap anggota terhindar dari pelanggaran larangan dan terhindar pula
dari sanksi yang mungkin diberikan organisasi profesi. Sebagai penjaga organisasi
profesi mempunyai fungsi kontrol terhadap anggotanya. Dilain hal persoalan-persoalan
yang ditangani Dewan Kehormatan PGRI adalah misalnya perilaku guru yang jarang
mengajar, mengajar menggunakan kata-kata yang tidak pantas dan ketidakprofesionalan
guru (bersifat indisipliner). Jika kasus dan masalah pelanggarannya terasa lebi berat atau
bersifat perdana, maka hal tersebut akan ditangani oleh pihak kepolisian.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kinerja guru ditentukan oleh beberapa faktor yang satu sama lain saling berkaitan
seperti kepemimpinan kepala sekolah, fasilitas kerja, rekan guru, karyawan, maupun
anak didik. Profesionalisme seorang guru secara garis besar ditentukan oleh tiga
faktor, yakni: (1) faktor internal dari guru itu sendiri, (2) kondisi lingkungan tempat
kerja, dan (3) kebijakan pemerintah.
2. Melalui penilaian kinerja guru dapat diketahui sejauhmana ciri-ciri guru yang
profesional dapat ditampilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya di
lembaga (satuan) pendidikan.
3. Unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian kinerja guru
menurut Siswanto, yaitu : kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan,
kejujuran, kerja sama, prakarsa, dan kepemimpinan.
4. Pembinaan dan pengembangan karir meliputi: (1) penugasan, (2) kenaikan pangkat,
dan (3) promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan
dengan jenjang jabatan fungsional guru. Pola pembinaan dan pengembangan profesi

23
dan karir guru tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait di
dalam melaksanakan tugasnya.
5. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,
konseptual, dan moral seseorang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan / jabatan
melalui pendidikan dan latihan.

6. PGRI mengeluarkan sebuah kode kode etik guru terdiri dari dua bagian, yakni :
Kode Etik Guru Indonesia; dan Kode Etik Jabatan Guru. Penyimpangan terhadap
kode etik yang dibuat oleh PGRI hendaknya pula diawasi oleh PGRI. Kode etik
tersebut hendaknya menjadi patokan perilaku anggotanya, agar setiap anggota
terhindar dari pelanggaran larangan dan terhindar pula dari sanksi yang mungkin
diberikan organisasi profesi.

3.2 Saran

Setelah membahas makalah ini, semoga kita semua kelak menjadi guru yang
professional dibidangnya, serta mematuhi kode etik yang telah ditetapkan. Karena
keberhasilan seorang tenaga didik dalam melahirkan generasi bangsa tergantung pada
pendidiknya. Jadi, sebaiknya kita beretika baik di depan maupun di belakang siswa,
terutama di depan siswa.
Dalam penyusunan makalah ini kami mohon dengan sangat masukan dan kritikan
dari Bapak dosen agar kami menjadi lebih baik, karena dalam penyusunan makalah ini
kami mungkin banyak kata atau penulisan kata yang salah.

24
DAFTAR PUSTAKA

Hedwig, Rinda.2006. Model Sistem Jaminan Mutu. Yogyakarta : Graha Ilmu

Wau, Yasarotodo. 2017. Profesi Kependidikan. Medan: UNIMED Press

Yunus Abu Bakar,Syarifan Nurjan, Profesi Keguruan : Surabaya : Aprinta

http://dahlia07.blogspot.com/2013/05/kode-etik-profesi-keguruan.html- diakses

pada 6 Maret 2017

http://www.scribd.com/doc/20744431/Sikap-Profesional-Keguruan#fullscreen:on

25
MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Profesi Kependidikan

Disusun oleh :
Kelompok 4

IFRAN SINATRA PARDOSI


RISNAWANI
WIDYA AVELIA M. SITANGGANG

26
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017

27

Anda mungkin juga menyukai