Anda di halaman 1dari 24

MODUL PENGAUDITAN 2

AUDIT SALDO KAS

AHSANUL HAQ JALIL


(A31114319)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN

1
A. TINJAUAN MATA KULIAH
Nama Mata Kuliah : Pengauditan 2
Jurusan : Akuntansi
Semester : IV
Kode : 302A333
Jumlah SKS :3

1. Deskripsi Mata Kuliah


Mata kuliah pengauditan 2 adalah lanjutan dari mata kuliah pengauditan 1 yang
membahas tentang lanjutan pemeriksaan akuntansi (auditing) yang telah dibahas
sebelumnya di pengauditan 1. Materi yang dibahas pada mata kuliah ini secara garis
besar terdiri dari dua bagian yaitu: (1)Audit atas siklus transaksi dan (2)penyelesaian
audit, pelaporan, dan jasa lainnya.
Bagian pertama, audit atas siklus transaksi membahas tentang audit siklus
pendapatan: pengujian pengendalian dan pengujian subtantif, audit siklus pengeluaran:
pengujian pengendalian dan pengujian subtantif, audit siklus produksi, audit siklus
persedian dan pergudangan, audit siklus penggajian dan personalian, audit siklus
investasi, audit siklus pembiyaan, serta audit saldo kas yang akan dibahas pada
pertemuan 2 sampai dengan pertemuan 11.
Bagian kedua, penyelesaian audit, pelaporan, dan jasa lainnya membahas
tentang penyelesaian audit dan tanggungjawab pasca audit, penyusunan laporan audit
atas laporan keuangan yang telah diaudit, jasa-jasa lain akunttan dan pelapornya, serta
BAPEPAM dan akuntan public yang akan dibahas pada pertemuan 12 sampai dengan
15.
2. Manfaat Mata Kuliah
Manfaat yang akan diperoleh setelah mempelajari mata kuliah ini adalah
mahasiswa dapat memahami tentang audit atas siklus transaksi dan penyelesaian audit,
pelaporan, dan jasa lainnya.
3. Sasaran Belajar
Mahasiswa mampu memahami setiap materi pembelajaran yang telah disusun
dalam GBRP (Garis Besar Rencana Pembelajaran).

2
4. Urutan Penyajian
Setiap materi disajikan setiap pekan sesuai GBRP dengan urutan sebagai berikut:
1. Audit siklus pendapatan: pengujian pengendalian
2. Audit siklus pendapatan: pengujian subtantif
3. Audit siklus pengeluaran: pengujian pengendalian
4. Audit siklus pengeluaran: pengujian subtantif,
5. Audit siklus produksi,
6. Audit siklus persedian dan pergudangan
7. Audit siklus penggajian dan personalian
8. Audit siklus investasi
9. Audit siklus pembiyaan
10. Audit saldo kas
11. Penyelesaian audit dan tanggungjawab pasca audit
12. Penyusunan laporan audit atas laporan keuangan yang telah diaudit
13. Jasa-jasa lain akuntan dan pelapornya
14. BAPEPAM dan akuntan publik
5. Petunjuk Belajar bagi Mahasiswa dalam memepelajari modul
Bentuk pembelajaran:
Collaborative Learning (CL)
Diskusi kelompok
Kuliah
Indikator Penilaian:
Mampu melaksanakan dan menerapkan proses pengauditan berdasarkan siklus
akuntansi perusahaan
Mampu melasanakan dan mamahami pengauditan berbasis resiko (ISA)
Mampu menilai, mendeteksi dan merespon resiko kecurangan yang terjadi
Serta mampu menggunakan pengetahuan akuntansi dan komputerisasi dalam
melaksanakan audit.
Mahasiswa juga diharapkan untuk membaca dan mencari referensi materi yang
berkaitan dengan materi bahasan dengan tujuan untuk memperkaya wawasan.

3
B. PENDAHULUAN
Materi Pembelajaran: Audit saldo kas

1. Sasaran pembelajaran:
Mampu mengetahui sifat siklus kas
Mampu mengetahui tujuan audit kas
Mampu mengetahui penyusunan program audit kas
Mampu mengetahui penerapan prosedur audit
Mampu mengetahui pengujian saldo kas sebelum tanggal neraca
Mampu mengetahui pengujian saldo kas setelah tanggal neraca
2. Ruang lingkup bahan modul:

Modul ini disusun berdasarkan Garis Besar Rencana Pembelajaran (GBRP) mata
kuliah Pengauditan II. Penyusunan modul ini merujuk pada berbagai referensi yang
relevan. Hadirnya modul ini diharapkan mampu menambah pengetahuan terkait dengan
pengauditan pada siklus pengeluaran khususnya pada pengujian pengendalian.

3. Manfaat mempelajari modul


Manfaat yang dapat diperoleh setelah mempelajari modul adalah mahasiswa
memiliki pedoman dalam proses pembelajaran agar lebih terarah dalam kaitannya
untuk:
Mampu mengetahui sifat siklus kas
Mampu mengetahui tujuan audit kas
Mampu mengetahui penyusunan program audit kas
Mampu mengetahui penerapan prosedur audit
Mampu mengetahui pengujian saldo kas sebelum tanggal neraca
Mampu mengetahui pengujian saldo kas setelah tanggal neraca
4. Urutan pembahasan :
1. Sifat siklus kas
2. Tujuan audit kas
3. Penyusunan program audit kas
4. Penerapan prosedur audit

4
C. MATERI PEMBELAJARAN

AUDIT SALDO KAS

1. Sifat siklus kas

Saldo kas meliputi penerimaan ditangan yang belum disetor, kas di bank, pada rekening
giro umum dan rekening tabungan, serta akun impres seperti kas kecil dan rekening di bank
untuk gaji. Ini merupakan kas yang diperlukan untuk melunasi kewajiban serta membayar
gaji, dan kebanyakan entitas akan memindahkan kelebihan kas ke beberapa bentuk investasi
yang menghasilkan bunga.
Saldo-saldo tertentu, seperti sertifikat deposito, dana pelunasan obligasi, saldo mata
uang luar negeri tertentu, dan akun-akun lain yang mempunyai pembatasan dalam
penggunaannya yang lazimnya harus diklasifikasikan sebagai investasi.

Hubungan Saldo Kas dengan Siklus Transaksi

Lima siklus transaksi berhubungan langsung dengan saldo kas umum, kelima siklus itu
adalah :
a. Siklus pendapatan : Menaikkan kas
b. Siklus pengeluaran : menurunkan kas
c. Siklus pembiayaan : menaikkan dan menurunkan kas
d. Siklus investasi : menaikkan dan menurunkan kas
e. Siklus jasa personalia : menurunkan kas

Jenis akun kas

Terdapat beberapa jenis akun kas yang umumnya digunakan oleh sebagian perusahaan
besar. Auditor akan mengetahui lebih banyak jenis saldo kass setelah memahami bisnis
klien. Berikut jenis akun kas yang utama:

a. Akun Kas Umum: Merupakan bagian kas yang penting bagi sebagian besar
organisasi karena sebagain besar penerimaan dan pengeluaran kas mengalir melalui
akun ini.
b. Akun Impres: Perusahaan membuat akun penggajian impres yang terpisah untuk
meningkatkan pengendalian internal pengeluaran penggajian. Terdapat jenis akun
impres lain yang sedikit berbeda dari akun impres pada umumnya yaitu terdiri atas
satu rekening bank untuk penerimaan dan pengeluaran. Perusahaan bisa saja

5
memiliki akun ini untuk setiap divisi berbeda. Seluruh penerimaan disetorkan ke
dalam akun impres dan totalnya dipindahkan ke akun umum secara periodik. Akun
pengeluaran ditetapkan berbasis impres, tetapi dengan cara yang berbeda dengan
akun pengajian impres.
c. Akun Bank Cabang: Berguna untuk membangun hubungan dengan perbankan di
komunitas lokal dan memungkinkan sentralisasi operasi pada tingkat cabang.
d. Dana Kas Kecil Impres: Ini bukan merupakan rekening bank, tetapi hampir sama
dengan kas pada bank. Akun ini digunakan untuk pengeluaran kas berjumlah kecil
yang lebih mudah dibayarkan jika menggunakan uang tunai dibandingkan dengan
cek atau untuk memudahkan karyawan dalam mencairkan cek gaji atau pribadi,
selain itu juga digunakan untuk pengeluaran dalam jum;ah kecil.
e. Ekuivalen Kas: Perusahaan seringkali menginvestasikan kelebihan kas yang
diakumulasikan selama bagian tertentu dari siklus operasi, yang akan diperlukan
dalam waktu dekat dan bisa disebut Ekuivalen kas yang bersifat jangka pendek dan
sangat likuid. Ekuivalen kas bisa sangat material, dicantumkan dalam laporan
keuangan sebagai bagian dari akun kas jika merupakan investasi jangka pendek
yang siap dikonversikan menjadi sejumlah kas tertentu, dan tidak terdapat dirisiko
signifikan atas perubahan nilai dari perubahan tingkat bunga. Sekuritas yang dapat
diperdagangkan dan investasi berbunga dengan jangka waktu yang lebih panjang
bukan merupakan Ekuivalen kas.

2. Tujuan Audit

Kategori Asersi Tujuan Audit Saldo Akun


Keberadaan atau Saldo kas yang dicatat pada tanggal neraca.
keterjadian
Kelengkapan Saldo kas yang dicatat mencakup pengaruh dari semua
transaksi pada periode yang telah terjadi.
Transfer kas akhir tahun di antara bank telah dicatat pada
periode yang tepat.
Hak dan Entitas mempunyai hak legal atas semua saldo kas yang
kewajiban diperlihatkan pada tanggal neraca.
Penilaian atau Saldo kas yang dicatat dapat direalisasi pada jumah yang
alokasi dinyatakan di neraca dan sesuai dengan skedul pendukung.

6
Penyajian dan Saldo kas telah diidentifikasi dan diklasifikasi dengan tepat
pengungkapan dalam neraca.
Lini kreditt, jaminan pinjaman, perjanjian saldo kompensasi,
dan pembatasan lain padanya atas kas telah diungkapkan
dengan tepat.
Pertimbangan Perencaan Audit

a. Materialitas

Bagi kebanyakan entitas, bagian dari aktiva lancar atau total aktiva pada suatu titik
waktu yang disajikan oleh saldo kas adalah sangat kecil, dan seringkali tidak material.
Akan tetapi, jika dikaitkan dengan transaksi dalam lima siklus transaksi yang
mempengaruhi kas, jumlah kas yang mengalir melalui akun-akun selama suatu periode
waktu benar-benar dapat sangat material. Dalam kenyataannya, volume transaksi yang
mempengaruhi kas biasanya lebih besar daripada untuk setiap akun lainnya dalam
laporan keuangan.

b. Risiko Inheren

Volume transaksi yang tinggi dapat menimbulkan tingkat risiko inheren yang
signifikan untuk asersi saldo kas tertentu, terutama keberadaan dan keterjadian serta
kelengkapan. Saldo kas juga rentan atau mudah untuk dicuri. Namun lain hal nya
dengan piutang/persediaan, risiko yang berkenaan dengan asersi hak dan kewajiban,
penilaian atau alokasi, dan penyajian serta pengungkapan untuk kas bersifat minimal
karena tidak ada kerumitan yang melibatkan hak, pengukuran akuntansi, estimasi, dan
pengungkapan.

c. Risiko Prosedur Analitis

Saldo kas dipengaruhi secara signifikan oleh keputusan dan strategi operasi,
investasi, serta pembiayaan manajemen. Akibatnya, dalam beberapa audit atas saldo ini
mungkin tidak diharapkan untuk memperlihatkan hubungan yang stabil atau dapat
diprediksi dengan data keuangan atau operasi masa berjalan atau historis. Perusahaan
yang dikelola dengan baik secara teratur dapat mengembangkan anggaran kas, yang
memproyeksikan:

penerimaan kas berdasarkan penagihan piutang yang diantisipasi,


pengeluaran kas untuk kebutuhan operasi,

7
aktivitas investasi serta pembiayaan.

Prosedur analitis yang efektif mencakup pembandingan saldo kas dengan peramalan
atau anggaran, atau dengan kebijakan perusahaan mengenai saldo kas minimum dan
investasi atas kelebihan kas. Biasanya lebih efekttif bagi perusahaan untuk
membandingkan saldo kas dengan anggaran dan kebajikan perusahaan karena masing-
masing kebutuhan kas dari bergbagai entitas sering kali bersifat unik. Apabila
penghargaan yang layak dapat dirumuskan dan datanya sesuai dengan pengharapan itu,
maka bukti analitis dapat dipandang memberikan sejumlah kepastian mengenai asersi
eksistensi/ keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau alokasi untuk
saldo kas.

d. Risiko Pengendalian

Komponen risiko pengendalian dalan suatu entitas sangat diperlukan. Apalagi untuk
saldo kas itu sendiri. Seperti yang kita ketahui, bahwa transaksi untuk kas itu sering
sendiri sering terjadi dan memiliki risiko inheren untuk mudah dicuri. Maka dari itu,
salah satu langkah yang harus diperhatikan oleh suatu entitas yaitu bagaimana
komponen pengendalian internal mampu untuk diterapkan dalam perusahaan dengan
baik. Keuntungan lain yang didapatkan entitas yaitu auditor mampu menilai risiko
pengendalian pada tingkat yang rendah.

Untuk auditor itu sendiri, perlu teliti ataupun cermat dalam mengevaluasi saldo kas
disebabkan sifat kas yang sangat rawan untuk dicuri serta dalam melaksanakan tugas,
auditor mampu untuk melaporkan setiap kondisi yang ada. Dalam rangka
mengendalikan saldo kas dapat dilakukan dengan cara pengendalian pembagian tugas
yang memadai antara penandatangan cek dan fungsi utang dagang,penandatanganan cek
hanya dilakukan oleh personel yang berwenang, menggunakan cek yang bernomor urut
yang dicetak pada kertas khusus, adanya telaah yang saksama atas dokumen pendukung
sebelum cek ditandatangani oleh personel yang berwenang, dan verifikasi internal yang
memadai. Jika penegendalian yang memengaruhi kas terkait transaksi beroperasi
efektif, maka risiko pengendalian berkurang sebagaimana pengujian audit untuk
rekonsiliasi bank akhir tahun.

8
3. Penyusunan program audit kas

Menetukan Risiko Deteksi

Tentunya sebuah perusahaan ingin mengetahui secara real jumlah kas yang mereka
miliki. Karena, boleh jadi, mereka merencanakan sesuatu yang memerlukan kas atau
uang yang banyak serta bergantung kepada catatan akuntansi yang ada, sedangkan uang
yang tercatat dalam laporan tersebut belum tentu milik semua perusahaan. Dari hal
kasus ini, perusahaan menginginkan auditor untuk memberikan kepastian mengenai
keabsahan saldo kas. Akibatnya auditor akan memerlukan pendekatan substantif
terutama pada pengujian rincian, meskipun model menyatakan hal tersebut tidak terlalu
dibutuhkan karena sudah adanya prosedur analitis atau pemahaman mengenai
pengendalian internal yang ada.

Merancang Pengujian Substantif

Oleh karena saldo kas dipengaruhi oleh seluruh siklus, kecuali persediaan dan
pergudangan, maka sejumlah besar transaksi akun memengaruhi kas. Dalam bab-bab
sebelumnya, telah membahas secara terperinci mengenai pengujian pengendalian dan
pegujian substansif yang memadai untuk audit setiap siklus. Misalnya, pengendalian
atas penerimaan kas. Transaksi kas diaudit melalui pengujian siklus transaksi tersebut.

Kategori Pengujian Substantif

Prosedur Awal 1. Mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan industri


serta menentukan :

Signifikansi dari saldo dan transaksi kas bagi entitas.

Kebijakan entitas dalam meramalkan saldo kas dan


menginvestasikan kelebihan saldo kas.

2. Melaksanakan prosedur awal atas saldo dan catatan kas


yang akan mendapat pengujian lebih lanjut.

Menelusuri saldo awal kas di tangan dan di bank ke


kertas kerja tahun sebelumnya.

9
Menelaah aktivitas dalam akun buku besar kas dan
menyelidiki ayat jurnal yang tampak tidak biasa dari
segi jumlah atau sumbernya.
Prosedur Analitis
Mendapatkan ikhtisar kas di tangan dan di bank yang
disiapkan klien, memverifikasi ketepatan matematis,
dan menentukan kesesuaiannya dengan buku besar.

3. Melakukan prosedur analitis.

Membandingkan saldo kas dengan jumlah yang


Pengujian Rincian dianggarkan, saldo tahun sebelumnya, atau jumlah
Transaksi yang diharapkan lainnya.

Menghitung kas sebagai persentase dari aktiva lancar


dan membandingkannya dengan pengharapan.

4. Melaksanakan pengujian pisah batas kas (catatan:


pengujian ini mungkin telah dilaksanakan sebagai bagian
dari program audit atas piutang usaha dan hutang usaha)

Mengamati bahwa semua kas yang diterima


menjelang penutupan usaha pada hari terakhir tahun
fiskal termasuk dalam kas yang ada di tangan atau
setoran dalam perjalanan dan tidak ada penerimaan
dari periode berikutnya yang telah dimasukkan, atau

Mereview dokumentasi seperti ikhtisar kas harian, slip


deposito duplikat, dan laporan bank yang mencakup
beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal akhir
tahun untuk menentukan pisah batas yang tepat.

Mengamati cek terakhir yang diterbitkan dan


dikirimkan pada hari bisnis terakhir dari tahun fiskal
dan menelusuri ke catatan akuntansi untuk
menentukan ketepatan pisah batas pengeluaran kas,
atau

10
Membandingkan tanggal-tanggal pada cek yang
diterbitkan beberapa hari sebelum dan sesudah akhir
tahun ke tanggal pencatatan cek untuk menentukan
pisah batas yang tepat.

5. Menelusuri transfer bank selama beberapa hari sebelum


dan sesudah tanggal akhir tahun untuk menentukan bahwa
setiap transfer telah dicatat dengan benar sebagai
Pengujian Rincian
pengeluaran serta penerimaan dalam periode akuntansi
Saldo
yang sama dan secara tepat dicerminkan dalam
rekonsiliasi bank apabila dapat dilakukan.

6. Menyiapkan bukti atau proof kas untuk setiap akun bank


di mana entitas itu tidak mampu merekonsiliasi atau
memikul risiko yang tinggi bahwa transaksi yang tidak
jujur telah terjadi.

7. Menghitung kas di tangan yang belum disetorkan dan


menentukan bahwa jumlah tersebut telah dimasukkan
dalam saldo kas.

8. Mengkonfirmasikan saldo setoran dan pinjaman bank


dengan bank.

9. Mengkonfirmasikan perjanjian lain dengan bank seperti


Penyajian dan lini kredit, perjanjian saldo kompensasi, dan jaminan
pengungkapan pinjaman atau pihak lainnya.

10. Menscan, menelaah, atau menyiapkan rekonsiliasi bank


sebagaimana mestinya.

11. Mendapatkan dan menggunakan laporan pisah batas bank


untuk memverifikasi pos-pos rekonsiliasi bank,
mendeteksi semua cek yang belum dicatat yang telah
dikliring oleh bank, dan mencari bukti tentang window
dressing

12. Membandingkan penyajian laporan dengan GAAP.

11
Menentukan apakah saldo kas telah diidentifikasi dan
diklasifikasikan dengan tepat.

Menentukan bahwa overdraft bank telah


direklasifikasi sebagai kewajiban lancar.

Melakukan tanya jawab dengan manajemen,


menelaah korespondensi dengan bank, dan menelaah
notulen rapat dewan direksi untuk menentukan hal-hal
yang memerlukan pengungkapan seperti lini kredit,
jaminan pinjaman, perjanjian saldo kompensasi, atau
pembatasan lainnya atas saldo kas.

Prosedur Audit Awal

Auditor harus memastikan bahwa dia telah memperoleh pemahaman tentang bisnis
entitas dan pentingnya saldo kas bagian entitas tersebut. Sebagai contoh auditor dapat
memahami volume transaksi yang melibatkan berbagai akun kas, kemampuan entitas
untuk menghasilkan arus kas yang positif dari operasi, kebijakan untuk meramalkan
atau menganggarkan kas, dan kebijakan untuk menginvestasikan kelebihan kas.

Titik awal untuk memverifikasi saldo kas adalah Menelusuri saldo periode berjalan
ke saldo awal yang telah diaudit dalam kertas kerja tahun sebelumnya. berikutnya,
aktivitas dalam akun buku besar kas harus dikaji ulang menyangkut setiap ayat jurnal
signifikan yang tampak tidak biasa atau jumlah yang memerlukan penyelidikan khusus.
Disamping itu setiap skedul yang dibuat oleh klien yang menunjukkan ikhtisar
penerimaan kas yang belum disetor ke pada lokasi yang berbeda atau ikhtisar saldo bank
juga harus diperoleh. Pengujian ini memberikan bukti tentang asersi penilaian atau
alokasi.

Prosedur Analitis

Dalam audit, rekonsiliasi bank pada akhir tahun di audit secara luas. Dengan
menggunakan prosedur analitis, pengujian atas kewajaran saldo kas tidak terlalu penting
dibandingkan area audit lainya.

Auditor biasanya membandingkan saldo akhir pada rekonsiliasi bank, setoran dalam
perjalanan, cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainya dengan rekonsiliasi yang dilakukan

12
pada tahun-tahun sebelumnya. Auditor juga membandingkan saldo akhir kas dengan
saldo bulan-bulan sebelumnya. Prosedur analtis ini dapat ditemukan salah saji pada kas.

Karena sifatnya yang bersisa, kas tidak memiliki hubungan yang dapat di prediksi
dengan akun laporan keuangan lain. Maka prosedur analitis substantif untuk audit kas
terbatas hanya pada perbandingan saldo kas dengan saldo tahun sebelumnya dan dengan
saldo anggaran. Penggunaan terbatas dari prosedur analitis substantif ini umumnya
dapat digantikan dengan:

a. Pengujian pengendalian dan atau pengujian substantif ekstensif atas transaksi


penerimaan dan pengeluaran kas atau
b. Pengujian ekstensif atas rekonsiliasi bank entitas.

Pengaruh pengendalian

Pengendalian utama yang mempengaruhi langsung audit kas adalah pembuatan


rekonsiliasi bank bulanan oleh karyawan klien yang terpisah dari fungsi penanganan
dan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas. Rekonsiliasi bank tersebut
memastikan bahwa saldo per buku klien mencerminkan jumlah yang sama dengan saldo
bank setelah unsur-unsur yang direkonsiliasi dimasukan. Pengendalian dapat lebih baik
ditingkatkan jika fungsi independence seperti auditor internal rekonsiliasi bank.

Audit akun kas umum Untuk mengaudit akun kas, auditor harus mendapatkan
dokumen-dokumen berikut ini:

a. Kertas kerja rekonsiliasi bank (bank reconciliation working paper)

Auditor biasanya mendapatkan salinan rekonsiliasi bank yang dibuat oleh


karyawan klien. Pada kertas kerja dilakukan rekonsiliasi terutama adalah setoran
dalam perjalanan, cek beredar, dan penyesuian lain, seperti biaya jasa bank, dan cek
yang dikembalikan karena pelanggan tidak memiliki kas yang mencukupi dalam
akunnya untuk membayar cek (cek kosong)

b. Bentuk konfirmasi bank standar (standar bank confirmation form)

Auditor biasanya melakukan konfirmasi atas informasi saldo akun dengan setiap
bank atau lembaga keuangan dimana klien memiliki akun. Perhatikan bahwa bentuk
konfirmasi ini tidak meminta karyawan bank untuk melaksanakan penyelidikan

13
menyeluruh dan ternci atas catatan bank yang melebihi informasi akun yang diminta
dalam konfirmasi. Adapun isi konfirmasi bank antara lain sebagai berikut:

Saldo tiap jenis rekening


Saldo tiap jenir hutang
Aktiva yang dijadikan jaminan hutang
Batasan terhadap rekening klien di bank
c. Pisah batas rekening koran (cut off bank statemen)

Langkah utama dalam mengaudit rekonsiliasi bank adalah melakukan verifikasi


atas ketepatan unsur-unsur yang merekonsiliasi seperti setoran dalam perjalanan dan
cek yang beredar. Auditor memerlukan pisah batas rekening koran untuk menguji
unsur-unsur yang terdapat dalam rekonsiliasi bank.

Menguji rekonsiliasi bank (test of the bank reconciliation)

Auditor menggunakan prosedur audit berikut untuk menguji rekonsiliasi bank:

Uji akurasi matematis kertas kerja rokonsiliasi dan cocokan saldo menurut buku
dengan buku besar.
Cocokan saldo bank pada rekonsiliasi bank dengan saldo yang terdapat pada
konfrmasi bank standar
Telusuri setoran dalam perjalanan pada rekonsiliasi bank ke pisah batas rekening
koran
Bandingkan cek yang beredar pada kertas kerja rokonsiliasi bank dengan cek
yang di batalkan pada pisah batas rekening koran, yaitu untuk nama penerima,
jumlah dan endorsement
Cocokan setiap biaya yang terdapat pada rekening koran rekonsiliasi bank
Cocokan saldo buku setelah penyesuaian dengan skedul induk akun kas
Jurnal penerimaan dan pengeluaran kas.

Pengujian Rincian Transaksi

a. Memverifikasi Pisah Batas Kas (Cutoff)

Pisah batas yang tepat atas penerimaan dan pengeluaran kas pada akhir tahun sangat
penting bagi kelayakan laporan kas pada tanggal neraca.

b. Menelusuri transfer bank

14
Sebuah perusahaan yang memiliki banyak akun bank dapat melakukan transfer uang
yang diotorisasi di antara akun-akun bank. contoh, uang dapat ditransfer dari akun bank
umum ke akun bank untuk penggajian atas cek gaji yang akan dibagikan pada hari
pembayaran. Apabila terjadi transfer bank, maka beberapa hari (dikenal dengan periode
mengambang) umumnya akan berlalu sebelum cek itu di kliring di bank pada waktu
ditarik. Jadi setoran kas percatatan bank akan lebih saji selama periode ini, karena cek
itu akan dikurangkan dari bank yang ceknya ditarik. Transfer bank juga dapat
menimbulkan salah saji saldo bank perpembukuan jika pengeluaran dan penerimaan
tidak dicatat pada periode akuntansi yang sama.

Secara sengaja mancatat transfer bank sebagai setoran di bank penerima dan tidak
menunjukkan pengurangan dari akun bank tempat transfer cek ditarik merupakan suatu
penyimpangan yang dikenal sebagai kitting. Kitting juga dapat digunakan untuk
menyembunyikan kekurangan kas atau kelebihan kas di bank pada tanggal laporan.

Seorang auditor memberikan bukti tentang keabsahan transfer bank atau sebaliknya,
dapat terjadi salah saji. Bukti ini diperoleh dengan menyiapkan skedul transfer bank
data yang akan dicantumkan pada skedul itu diperoleh dari analisis atas ayat jurnal kas
perpembukua dan laporan bank serta pisah-batas bank yang berlaku. Skedul itu
mencantumkan semua transfer cek yang diterbitkan pada atau mendekati akhir tahun
fiscal klien, dan menunjukkan tanggal cek itu dicatat oleh klien serta bank.

Kitting juga bisa terjadi apabila kelemahan dalam pengendalian internal


memungkinkan seseorang untuk menerbitkan dan mencatat cek-cek (misalnya
pemisahan tugas yang kurang tepat), atau ada kolusi diantara orang-orang yang
bertanggung jawab atas kedua fungsi itu.

Pengujian Rincian Saldo

a. Menghitung kas yang ada di tangan klien

Dalam penghitungan kas, auditor harus memperhatikan berbagai hal berikut:

Mengendalikan semua instrument kas dan yang dapat dinegosiasikan yang


ditahan oleh klien sampai semua uang telah dihitung.
Menerima agar petugas kas hadir sepanjang perhitungan
Memastikan bahwa semua cek yang belum disetor dapat dibayarkan kepada
klien, baik secara langsung atau melalui endorsemen.

15
b. Mengkonfirmasi Saldo Kas dan Pinjaman di Bank

Formulir konfirmasi ini meminta informasi tentang tiga hal yaitu:

Saldo setoran
Saldo pinjaman
Akun (rekening) setoran atau pinjaman lainnya yang mungkin menarik perhatian
pejabat bank yang berwenang.

Konfirmasi setoran kas terutama memberikan bukti mengenai dua asersi berikut
berkenaan dengan kas di bank:

Keberadaan atau keterjadian karena ada pemberitahuan tertulis bahwa saldo itu
ada, serta
Hak dan kewajiban karena saldo itu adalah atas nama klien.

Jawaban dari bank juga dapat memberikan sejumlah bukti untuk dua asersi lainnya.
Jawaban ini menyumbang kepada asersi penilaian atau alokasi untuk kas dibank dimana
saldo yang dikonfirmasi digunakan untuk memperoleh saldo kas yang benar pada saldo
neraca. Lebih lanjut hal itu dapat menyumbang pada asersi kelengkapan, tetapi secara
keseluruhan tidak dapat diandalkan karena para responden tidak diharuskan untuk
mencari catatan bank mengenai saldo setoran dan pinjaman yang tidak tercantum dalam
formulir permintaan konfirmasi.

Konfirmasi saldo pinjaman terutama memberikan bukti untuk tiga asersi berikut:

Keberadaan atau keterjadian karena ada pemberitahuan tertulis bahwa terdapat


saldo pinjaman.
Hak dan kewajiban karena pinjaman merupakan hutang bagi klien
Penilaian atau alokasi karena jawabnnya menunjukkan jumlah saldo pinjaman.

Pengujian ini menyumbang pada asersi kelengkapan dengan cara yang sama seperti
pada konfirmasi saldo setoran.

c. Mengkonfirmasi Perjanjian Lainnya dengan Bank

Perjanjian lainnya dengan bank meliputi: lini kredit, saldo kompensasi, dan
kewajiban kontinjen. Perjanjian untuk menetapkan lini kredit dengan bank mungkin
mengharuskan peminjam mempertahankan saldo kas di bank. Jumlahnya dapat berupa

16
persentase yang disetujui dari jumlah yang dipinjam, atau dapat berupa jumlah dollar
yang ditetapkan. Jumlan minimum yang disyaratkan dikenal sebagai saldo kompensasi.
Suatu kewajiban kontinjen mungkin ada apabila klien menjadi penjamin atas pinjaman
yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga.

Jika, sesudah menilai risiko inheren dan pengendalian, auditor merasa yakin bahwa
perjanjian tersebut ada, maka ia harus mengirimkan surat konfirmasi kepada bank. Surat
itu secara spesifik harus mengidentifikasi informasi yang diminta dan ditandatangani
oleh klien.

d. Melakukan Scan, Mereview atau Menyiapkan Rekonsiliasi Bank

Apabila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima tinggi, auditor dapat menscan
rekonsiliasi bank yang disiapkan klien dan memverifikasi ketepatan matematis dari
rekonsiliasi itu. Jika risiko deteksi sedang, maka auditor dapat menelaah rekonsiliasi
bank klien. Penelaahan itu lazimnya akan mencakup:

Membandingkan saldo akhir bank dengan saldo yang dikonfirmasi pada


formulir konfirmasi bank
Memverifikasi keabsahan setoran dalam perjalanan dan cek-cek yang beredar.
Menetapkan ketepatan matematis dari rekonsiliasi itu
Memvouching pos-pos yang direkonsiliasi seperti beban, kredit, dan kesalahan
bank ke dokumentasi pendukung.
Menyelidiki pos-pos lama seperti cek yang bersedar untuk periode waktu yang
lama dan pos-pos yang tidak biasa.

Jika risiko deteksi rendah, maka auditor dapat menyiapkan rekonsiliasi bank dengan
menggunakan data benar di tempat klien. Jika risiko deteksi yang sangat rendah atau
auditor mencurigai adanya kemungkinan salah saji yang material, maka auditor dapat
memperoleh laporan bank akhir tahun langsung dari bank dan menyiapkan rekonsiliasi
bank. Untuk melakukan hal itu, auditor harus meminta klien untuk memberi tahu bank
agar mengirimkan laporan bank dan data yang menyertainya (cek yang dibayar, memo
debet, dan lain-lain) langsung ke auditor. Prosedur ini akan mencegah klien melakukan
perubahan data untuk menutupi setiap salah saji yang ada.

17
Bukti yang diberikan oleh rekonsiliasi bank umumnya belum mencukupi untuk
memverifikasi saldo kas di bank karena adanya ketidakpastian berkenaan dengan dua
pos rekonsiliasi yang paling penting:

Setoran dalam perjalan


Cek yang beredar.

Bukti tersebut hanya diperoleh dengan menelusuri pos-pos ini ke laporan bank
dalam periode akuntansi berikutnya. Apabila laporan pisah batas mengesahkan pos-pos
ini dan pos rekonsiliasi lainnya, maka rekonsiliasi bank yang diandalkan auditor dapat
dipertinggi secara signifikan.

Scanning pengujian, atau penyiapan rekonsiliasi bank menetapkan saldo kas di bank
yang benar pada tanggal neraca. Jadi, hal itu merupakan sumber bukti utama untuk
asersi penilaian atau alokasi. Pengujian ini juga memberikan bukti untuk asersi
keberadaan atau keterjadian, kelengkapan dan hak dan kewajiban.

e. Mendapatkan dan menggunakan laporan pisah-batas bank

Klien harus meminta laporan pisah-batas dari bank dan memberitahukan agar hal
itu dikirim langsung kepada auditor. Setelah menerima laporan pisah-batas, beserta cek-
cek yang dibatalkan dan memo bank terlampir, auditor harus:

Menelusuri semua cek tertanggal tahun lalu ke cek-cek yang beredar yang
tercantum pada rekonsiliasi bank
Menelusuri setoran dalam perjalanan pada rekonsiliasi bank ke setoran pada
laporan pisah batas
Melakukan scan atas laporan pisah-batas dan data terlampir untuk hal-hal yang
tidak biasa.

Penelusuran atas cek-cek dirancang untu memverifikasi daftar cek yang beredar.
Dalam langkah ini, auditor dapat menemukan bahwa cek periode sebelumnya belum
tercantum pada daftar cek yang beredar yang telah dikliring oleh bank dan beberapa cek
yang terdaftar sebagai cek yang beredar belum dikliring oleh bank. Hal yang pertama
menunjukkan penyimpangan yang dikenal dengan kitting, sementara hal yang terakhir
mungkin diakibatkan oleh penundaan dalam, pengeposan cek oleh klien, penyetoran cek
itu oleh yang dibayar (payee), dan pemrosesan cek oleh bank. Auditor harus menyelidiki
setiap situasi yang tidak biasa.

18
Apabila pengaruh agregat dari cek yang belum dikliring bersifat material, maka hal
ini dapat menunjukkan suatu penyimpangan yang dikenal dengan window dressing,
yaitu suatu upaya yang disengaja untuk melebihsajikan di solvensi jangka pendek
perusahaan. Dalam kasus semacam ini, auditor harus menelusuri cek-cek yang belum
di kliring ke register cek serta dokumentasi pendukung dan, jika perlu meminta
keterangan kepada bendaharawan.

Penelusuran setoran dalam perjalanan ke laporan pisah batas biasanya merupakan


hal yang relative sederhana karena setoran pertama pada laporan pisah batas harus
merupakan setoran dalam perjalanan yang diperlihatkan pada rekonsiliasi. Jika tidak
demikian halnya, maka auditor harus menentukan situasi yang mendasari kesenjangan
waktu dari bendaharawan dan mendukung penjelasannya.

4. Penerapan Prosedur audit

Berikut adalah beberapa prosedur atau langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan


kas dan setara kas.

a. Memahami dan mengevaluasi internal control atas kas dan setara kas serta transaksi
yang berkaitan dengan kas, yaitu penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.

Kas merupakan harta perusahaan yang paling liquid, semua transaksi di dalam
perusahaan berkaitan dengan kas. Setelah mengevaluasi internal control atas kas dan
setara kas serta transaksi yang berkaitan dengan kas, yaitu penerimaan dan pengeluaran
kas dan bank dapat disimplkan apakan interal control sudah berjalan secara efektif atau
tidak.

Cara yang dapat dilakukan untuk memahami internal control perusahaan adalah
dengan melakukan tanya jawab dengan klien dengan menggunakan Internal Control
Quistionnaires (ICQ). Selanjunya hasil dai tanya jawab mengugunakan ICQ tersebut
bisa digambarkan dalam bentuk Flowchart atau bisa juga dibuat dalam bentuk Narrative
(cerita). Hasil dari ICQ, Flowchart, dan Narrative dapat disimpulkan apakah internal
control kas dan setara kas baik, sedang, atau lemah.

b. Membuat Top Schedule kas dan setara kas per tanggal neraca.

Top Schedule merupakan kertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi
yang dicatat dalam daftar pendukung untuk rekening-rekening yang berhubungan. Top

19
schedule akan memperlihatkan saldo per book, audit adjustment, saldo per audit dan
saldo tahun lalu.

c. Melakukan perhitungan fisik uang kas (cash count) per tanggal neraca.

Menghitung uang kas tujuannya untuk mengetahui apakah saldo pada laporan
neraca sesuai dengan kas fisiknya. Sebelum melakukan perhitungan, sebaiknya
tanyakan terlebih dahulu kepada klien tentang penggunaan sistem pencatatan kas
kecilnya. Apakah perusahaan klien menggunakan imprest fund system atau fluctuating
fund system.

d. Mengirim surat konfirmasi kepada kasir

Konfirmasi ini dikirim kepada kasir dengan tujuan untuk mendapatkan pernyataan
saldo. Konfirmasi yang dikirim ke kasir ini jika cabang perusahaan berada cukup jauh
dan saldo tidak terlalu besar.

e. Mengirim konfirmasi kepada Bank

Mirimkan surat konfirmasi kepada bank untuk seluruh rekening bank yang dimiliki
perusahaan. Walaupun perusahaan sudah menerima rekning koran dari bank yang
bersangkutan, surat konfirmasi tetap harus dikirim untuk mendapatkan bukti audit
karena ini merupakan prosedur audit.

f. Meminta dan memeriksa rekonsiliasi bank klien per tanggal neraca.

Akuntan publik (auditor) harus memeriksa rekonsiliasi bank klien, jika terdapat
suatu kesalahan auditor harus mengusulkan audit adjustment.

g. Memeriksa jawaban konfirmasi bank, notulen rapat, dan perjanjian kredit.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pembatasan dari rekening
bank yang dimiliki perusahaan. Artinya jika ada jika ada rekening bank yang
penggunaanya dibatasi untuk jangka waktu lebih dari satu tahun, maka tidak boleh
dikelompokkan kedalam aset lancar.

h. Memeriksa inter bank transfer klien.

Inter bank transfer adalah transfer antar bank yang digunakan oleh perusahaan klien.
Pemeriksaa inter bank transfer kurang lebih satu minggu sebelum dan sesudah tanggal
neraca. Tujuan ini adalah untuk mengetahui adanya kitting.

20
i. Memeriksa transaksi kas sesudah tanggal neraca sampai tanggal selesainya
pemeriksaan lapangan.

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah ada kewajiban yang
belum tercatat per tanggal neraca, baikdari pembelian aset atu biaya-biaya perusahaan.

j. Memeriksa apakah saldo kas dan setara kas sudah di konversi ke dalam rupiah jika
ada saldo dalam bentuk mata uang asing.

Jika terdapat saldo kas dan setara kas dalam bentuk mata uang asing, apakah saldo
tersebut sudah di konversi ke dalam rupiah dengan dengan menggunakan kurs tengah
BI pada tanggal neraca.

k. Memeriksa apakah penyajian kas dan setara kas sudah sesuai dengan standar
akuntansi di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS)

Setalah menerapkan prosedur diatas, langkah terakhir adalah memeriksa penyajian


kas dan setara kas di neraca serta catatan atas lamporan keuangan sudah sesuai denan
standar akuntansi di Indonesia. Secara umum kas dan setara kas adalah harta lancar.

Tujuan dari prosedur audit atas kas dan setara kas adalah supaya akuntan publik
dalam melakukan pemeriksaan kas dan setara kas tidak tidak melakukan penyimpangan
dan bisa bekerja secara efisien. Itulah beberapa prosedur audit atas kas dan setara kas
serta penjelasannya, semoga penjelasan dihalaman ini bisa bermanfaat dan bisa
menambah referensi dalam belajar.

21
D. LATIHAN
Pertanyaan:
1. Jelaskan sifat siklus saldo kas !
2. Sebutkan hubungan saldo kas dengan siklus yang lain !
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan cutoff bank statement dan jelaskan apa tujuannya!

Jawaban:

1. Saldo kas meliputi penerimaan ditangan yang belum disetor, kas di bank, pada rekening
giro umum dan rekening tabungan, serta akun impres seperti kas kecil dan rekening di
bank untuk gaji. Ini merupakan kas yang diperlukan untuk melunasi kewajiban serta
membayar gaji, dan kebanyakan entitas akan memindahkan kelebihan kas ke beberapa
bentuk investasi yang menghasilkan bunga.
2. Lima siklus transaksi berhubungan langsung dengan saldo kas umum, kelima siklus itu
adalah :
a. Siklus pendapatan : Menaikkan kas
b. Siklus pengeluaran : menurunkan kas
c. Siklus pembiayaan : menaikkan dan menurunkan kas
d. Siklus investasi : menaikkan dan menurunkan kas
e. Siklus jasa personalia : menurunkan kas
3. Cutoff bank statement adalah laporan bank sebagian (tidak sebulan penuh, tapi hanya
meliputi beberapa hari sesudah tanggal neraca) yang dikirimkan oleh bank langsung
kepada auditor atau secara online ke catatan elektronik akun klien di bank. Tujuan cutoff
bank statement adalah untuk memeriksa hal-hal yang direkonsiliasi dalam rekonsiliasi
bank akhir tahun yang dibuat klien dengan bukti yang belum terdapat pada klien. Untuk
mencapai tujuan tersebut, auditor minta kepada klien agar bank mengirim laporan bank
sebagian, untuk jangka waktu sekitar 7-10 hari sejak awal tahun, langsung kepada
auditor.

22
E. RANGKUMAN
Tujuan audit saldo kas adalah untuk memperoleh bukti tentang masing-masing asersi
signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo kas. Tujuan audit ditentukan berdasar atas
kelima kategori asersi laporan keuangan yang dinyatakan oleh manajemen. Asersi keberadaan
dan keterjadian, Asersi kelengkapan, Asersi hak dan kewajiban, Asersi penilaian dan
pengalokasian, dan Asersi pelaporan dan pengungkapan.

Saldo kas dihasilkan dari pengaruh kumulatif kelim siklus transaksi yang telah di bahas
sebelumnya dari kelima siklus tersebut adalah : Siklus pendapatan, Siklus pengeluaran, Siklus
pendanaan, Siklus investasi, Siklus jasa personalia. Saldo kas adalah cash on hand (kas ditangan
atau disimpan dalam perusahaan), kas di bank, dan dana tertentu yang disisikan seperti dana
kas kecil.

Tingginya volume transaksi menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus kas. Ada
beberapa faktor penyebab tingginya risiko bawaan siklus kas, antara lain: Tingginya potensi
salah saji akibat volume transaksi yang tinggi, Sifat kas ( paling likuid dan sangat diminati ),
Kesempatan menipulasi dalam bentuk kitting maupun window dressing.

23
F. DAFTAR PUSTAKA
Boynton, William C.., Raymond N. Johnson & Walter G. Kell. (2003). Modern Auditing,
Jakarta: Erlangga.

Jusup, Al. Haryono. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA): Edisi II. Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara.

http://www.scribd.com

24

Anda mungkin juga menyukai