2.1.1 Pengertian Multiple Intelligences Dalam kepustakaan psikologi dan pendidikan kita bisa menemukan beragam definisi mengenai intelegensi atau kecerdasan. Keragaman tersebut karena teori mengenai kecerdasan atau intelegensi senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. (Rijal, Rahayu, Yuliana; 2012). Sperman (dalam Suryabrata, 2004), dalam bukunya yang terkenal, yaitu The Abilities of Man (1927) mengumpulkan atau mengelompokkan konsepsi-konsepsi mengenai intelegensi yang bersifat spekualitatif-filsafati menjadi tiga kelompok yaitu: a. Yang memberikan definisi mengenai intelegensi umum. b. Yang memberikan definisi mengenai daya-daya jiwa khusus yang merupakan bagian- bagian dari intelegensi. c. Yang memberikan definisi intelegensi sebagai taraf umum daripada sejumlah besar daya- daya khusus. Adapun penjelasan secara lebih terperinci mengenai pengelompokan konsepsi-konsepsi mengenai intelegensi adalah sebagai berikut. a. Intelegensi Umum 1. Ebbinghaus (1887) memberi definisi intelegensi sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi. 2. Terman (1921) memberi definisi intelegensi sebagai kemampuan untuk berpikir abstrak. 3. Thorndike memberi definisi intelegensi sebagai hal yang dapat dinilai dengan taraf ketidaklengkapan daripada kemungkinan-kemungkinan dalam perjuangan hidup individu. b. Intelegensi Sebagai Kesatuan Daripada Daya-Daya Jiwa Formal Walaupun secara konsepsional teori psikologi daya itu telah ditinggalkan orang, namun pengaruh aliran tersebut sampai kini masing sangat terasa. Konsepsi-konsepsi daya mengenai intelegensi ini dapat dikatakan merupakan kelanjutan pengaruh psikologi daya itu. Jadi menurut konsepsi ini intelegensi adalah persatuan (kumpulan yang dipersatukan) daripada daya-daya jiwa yang khusus. Karena itu, pengukuran mengenai intelegensi juga dapat ditempuh dengan cara mengukur daya-daya jiwa khusus itu, misalnya daya mengamati, daya mereproduksi, daya berpikir, dan sebagainya. c. Intelegensi Sebagai Taraf Umum Daripada Daya-Daya Jiwa Khusus Konsepsi-konsepsi ini timbul dari keyakinan, bahwa apa yang diselidiki dengan tes intelegensi itu adalah intelegensi umum. Jadi intelegensi diberi defini sebagai taraf umum yang mewakili daya-daya khusus (Suryabrata, 2004). Intelligence (kecerdasan) adalah istilah yang sulit untuk didefinisikan hingga menimbulkan pemahaman yang berbeda-beda di antara para ilmuwan. Dalam pengertian yang populer, kecerdasan sering didefinisikan sebagai kemampuan mental umum untuk belajar dan menerapkan pengetahuan dalam memanipulasi lingkungan, serta kemampuan untuk berpikir abstrak. (Bainbridge dalam Yaumi, 2012). Definisi lain tentang kecerdasan mencakup kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru atau perubahan lingkungan saat ini, kemampuan untuk mengevaluasi dan menilai, kemampuan untuk memahami ide-ide yang kompleks, kemampuan untuk berpikir produktif, kemampuan untuk belajar dengan cepat, belajar dari pengalaman, dan bahkan kemampuan untuk memahami hubungan. Kecerdasan juga dipahami sebagai tingkat kinerja suatu sistem untuk mencapai tujuan. Suatu sistem dengan kecerdasan lebih besar, dalam situasi yang sama, lebih sering mencapai tujuannya. Cara lain untuk mendefinisikan dan mengukur kecerdasan bisa dengan perbandingan kecepatan relatif untuk mencapai tujuan dalam situasi yang sama. (Fritz dalam Yaumi, 2012 ) Kecerdasan hanya muncul dalam tindakan atas dasar pemahaman yang mendalam, sedangkan trial and error adalah salah satu bentuk dari training (latihan). Memang, tidak dapat dipungkiri bahwa kecerdasan itu muncul dari hasil bentukan kebiasaan yang paling sederhana ketika beradaptasi dengan keadaan baru. Juga, harus diterima bahwa permasalahan, hipotesis, dan kontrol yang merupakan embrio adanya keinginan untuk melakukan trial and error serta karakteristik pengujian empiris dari adaptasi sensorimotorik yang dikembangkan merupakan penanda kuat adanya kecerdasan. (Piaget dalam Yaumi, 2012 ) Thorndike dalam Yaumi (2012) menjelaskan bahwa untuk mengkaji kemampuan manusia tidak bisa dilakukan dengan pengelompokan berdasarkan kecenderungan, perubahan, dan mengoreksi pikiran dan tindakan, tetapi harus dilihat dari kemampuan untuk beraktivitas dengan menggunakan gagasan-gagasan dan simbol-simbol secara efektif (kemampuan abstrak), kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan indera gerak yang dimilikinya (kemampuan motorik) dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru (kemampuan sosial). Prof. Howard Gardner, seorang ahli psikologi kognitif dari Universitas Harvad, meneliti tentang intelegensi atau kecerdasan manusia. Ia mengatakan bahwa IQ tidak boleh dianggap sebagai tinggi atau rendah seperti tekanan darah manusia, dan kecerdasan seseorang tidak dapat diukur secara mutlak dengan tes-tes IQ. Ia mengatakan bahwa tes IQ hanya mampu mengukur kemampuan seseorang dalam mengerjakan tes IQ tersebut saja. Selanjutnya, ia menemukan bahwa setiap orang memiliki beberapa kecerdasan, tidak hanya satu kecerdasan. Ia menyebutnya dengan multiple intelligenes. Gardner memberikan definisi multiple intelligence yaitu an intelligence entails the ability to solve problems or fashion products that are of consequence in a particular cultural setting or community. The problem solving skill allows one to approach a situation in which a goal is to be obtained and to locate the appropriate route to that goal. Berdasarkan definisi tersebut kita dapat menggaris bawahi bahwa kecerdasan majemuk merupakan kemampuan yang terdiri dari : 1. Kemampuan menciptakan produk baru yang memberikan konsekuensi budaya bagi komunitasnya. 2. Kemampuan dalam menciptakan atau menemukan pemecahan masalah dirinya. 3. Potensi untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah yang melibatkan pemahaman baru. Menurut Fleetham (dalam Yaumi, 2012), multiple intellegences adalah berbagai keterampilan dan bakat yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran. Jadi, dapat disimpulkan pertama, kecerdasan majemuk adalah suatu kemampuan berpikir yang terdiri dari beberapa bagian dan merupakan satu kesatuan dan dimiliki oleh seseorang. Kedua, kecerdasan majemuk adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi-situasi baru dan belajar dari pengalaman. Ketiga, kemampuan seseorang untuk memecahkan suatu persoalan dan menghasilkan produk baru dalam situasi yang nyata. Sama seperti Ornstein, Gardner menyebutkan bahwa intelegensi seseorang terdiri dari intelegensi bahasa atau linguistik, logis-matematis, visual spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, musical, dan naturalis. Ornstein dan Gardner sependapat bahwa seluruh potensi otak tersebut harus diperdayakan untuk mencapai kompetensi tertentu baik untuk kegiatan pembelajaran di sekolah atau pendidikan di rumah. Seluruh potensi otak diberi kesempatan yang sama melalui berbagai aktivitas dan stimulus yang diberikan dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu. Guru perlu mengembangkan suatu program pembelajran yang dapat memperdayakan dan mengembangkan intelegensi-intelegensi tersebut yang dimiliki setiap anak didik untuk mencapai kompetensi tertentu dalam suatu kurikulum. Perbedaan pendapat antara Ornstein dan Gardner adalah Gardner tidak memisahkan letak jenis-jenis intelegensi di belahan otak. Ia lebih mengutamakan bahwa jenis-jenis intelegensi tersebut harus dikembangkan secara berimbang, agar setiap individu dapat mengembangkan seluruh kemampuannya secara maksimal. Pada dasarnya setiap anak memiliki kedelapan intelegensi. Hanya saja, sering tidak semuanya terasah dengan baik oleh orang tua, pendidik di sekolah, ataupun sistem pendidikan (kurikulum) nasional, sehingga kurang berkembang. Padahal dengan mengembangkan seluruh potensi intelegensi anak sejak dini, berarti kita memberi anak jalan untuk lebih mudah mencapai puncak sukses kelak di kemudian hari. Kebanyakan anak memiliki sejumlah intelegensi yang dominan dengan gaya belajar yang berbeda yang diekspresikan dengan cara yang berbeda. Jika kita melihat anak tidak tertarik pada satu bidang tertentu, dimungkinkan anak tersebut mempunyai lebih dari satu intelegensi primer. Namun, dapat juga berarti sebaliknya, anak tersebut belum cukup matang untuk mengembangkan satu minat yang kuat.
2.1.2 Karakteristik Multiple Intelligences
Ada delapan karakteristk intelegensi/kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner. Kedelapan karakteristik tersebut dijabarkan sebagai berikut.
1. Intelegensi Berbahasa (Linguistik)
Intelegensi berbahasa mencakup kemampuan-kemampuan berpikir dengan kata- kata, seperti kemampuan untuk memahami dan merangkai kata dan kalimat baik lisan maupun tulisan. 2. Intelegensi Logis-Matematis Intelegensi logis-matimatis adalah kemampuan berfikir dalam penalaran atau menghitung, seperti kemampuan menelaah masalah secara logis, ilmiah dan matimatis. 3. Intelegensi Visual Spasial Intelegensi visual spasial yaitu kemampuan berfikir dalam citra dan gambar, seperti kemampuan untuk membayangkan bentuk suatu objek. 4. Intelegensi Musikal Intelegensi musikal adalah kemampuan berfikir dengan nada, ritme, irama, dan melodi pada suara alam. 5. Intelegensi Kinestetik Tubuh Intelegensi kinestetik tubuh, yaitu kemampuan yang berhubungan dengan gerakan tubuh termasuk gerakan motorik otak yang mengendalikan tubuh seperti kemampuan untuk mengendalikan dan menggunakan badan dengan mudah dan cekatan. 6. Intelegensi Intrapersonal Intelegensi intrapersonal adalah kemampuan berpikir untuk memahami diri sendiri, melakukan refleksi diri dan bermetakognisi .Intelegensi ini menjadiakan anak memiliki kemampuan menggunakan kehidupan emosional untuk memahami dirinya sendiri. Anak dengan kecerdasan ini suka mencatat apapun yang dipikirkan dan dirasakan, mampu menentukan dan memutuskan sendiri langkah yang akan dipilih menyadari kelebihan dan kekurangannya. 7. Intelegensi Interpersonal Intelegensi interpersonal adalah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Anak dengan kecerdasan ini biasanya memiliki banyak teman, menyukai permainan yang banyak teman, dan cenderung jadi penengah diantara teman-temannya . 8. Intelegensi Naturalis Intelegensi naturalis adalah kemampuan untuk memahami gejala alam. Anak yang memilliki kecerdasan seperti ini mampu mengenali dan mengelompokkan sejumlah binatang dan tanaman, biasanya berada di luar ruangan, suka mengumpulkan batu-batuan dan menangkap serangga, dan senang merawat tanaman.
Adapun kemampuan-kemampuan serta pengembangan karir terkait dengan multiple
intelligences disajikan dalam tabel berikut.. Kemampuan Menonjol Menonjol Pada Intelegensi Terkait Fungsi Linguistik Mengerti urutan dan arti Dramawan,editor,peng kata-kata. arang,jurnalis, Menjelaskan, mengajar, sastrawan,orator,ahli bercerita, berdebat. sastra,novelis Humor. Mengingat dan menghafal. Analisis linguistik. Menulis dan berbicara. Main drama, berpuisi, berpidato. Mahir dalam pebendaharaan kata. Logis- Logika. Logikus,matematikus, matematis Reasioning, pola sebab saintis,programer, negosiator akibat. Klasifikasi dan kategorisasi. Abstraksi, simbolisasi. Pemikiran induktif dan deduktif. Menghitung dan bermain angka. Pemikiran ilmiah. Problem solving. Silogisme. Visual Spasial Mengenal relasi benda- Pemburu,arsitek, benda dalam ruang dekorator,navigator, dengan tepat. ahli peta,pelukis, Punya persepsi yang pemahat,pengambar, tepat dari berbagai sudut. pemain catur Representasi grafik. Manipulasi gambar, menggambar. Mudah menemukan jalan dalam ruang. Imajinasinya aktif. Peka terhadap warna, garis,bentuk. Musikal Kepekaan terhadap suara Musikus,penyanyi, dan musik. pemain opera, Tahu struktur musik komponis,dirigen, dengan baik. pemain musik Mudah menangkap musik. Mencipta melodi. Peka dengan intonasi, ritmik. Menyanyi, pentas musik. Mencipta musik. Pemain alat musik. Kinestetik Tuuh Mudah berekspresi Aktor,atlet,penari, dengan tubuh. pemahat,ahli bedah, Mengkaitkan pikiran dan olahragawan tubuh. Kemampuan bermain mimik. Main drama, main peran. Aktif bergerak, olahraga, menari. Koordinasi dan fleksibilitas tubuh tinggi. Intrapersonal Dapat berkonsentrasi Sufi,pendoa batin, dengan baik. spiritual yang Kesadaran dan ekspresi mendalam,pendamai perasaan-perasaan yang berbeda. Pengenalan diri yang dalam. Keseimbangan diri. Kesadaran akan realitas spiritual. Reflektif, suka kerja sendiri. Interpersonal Mudah kerjasama Komunikator, dengan teman. fasilitator,penggerak Mudah mengenal dan massa,pemersatu membedakan perasaan dan pribadi teman. Komunikasi verbal dan non-verbal. Peka terhadap teman, empati. Suka memberikan feedback. Naturalis Mengenal flora-fauna. Botanis,anatomis, Mengklasifikasi dan astronot, ahli identifikasi tumbuhan perikanan/kelautan, dan binatang. pelaut, petani, aktivis Suka pada alam. alam, pendaki gunung
Hidup di luar rumah.
2.1.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Multiple Intelligences
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelegensi terdiri dari faktor internal
dan eksternal. Faktor internal adalah faktor individu siswa itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah program-program yang di rancang oleh guru. Guru harus mengembangkan intelegensi anak dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Hal ini dikarenakan mengingat perkembangan dan kemampuan seorang individu berbeda satu sama lainnya. Ada seseorang yang mampu menangkap dan memecahkan masalah dengan cepat, namun dia sedikit ceroboh. Dan ada juga seseorang lain yang sangat lambat dalam memecahkan masalah, namun dia sangat teliti dalam menghadapi masalahnya tersebut. Ini hanya sebagian kecil saja contoh perilaku atau perbedaan tingkat intelegensi yang ada dalam diri individu sendiri. Lingkungan juga turut andil dalam perkembangan kemampuan (intelegensi) tersebut, mengingat bahwa seorang anak tidak hanya berada dalam lingkungan sekolah saja, melainkan mereka juga hidup dalam lingkungan lain seperti, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang pastinya turut memengaruhi kehidupan dan perkembangan intelegensi mereka. Intelegensi seseorang dengan yang lain cenderung berbeda-beda. Hal ini karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi antara lain sebagai berikut. 1. Pembawaan Pembawaan ini ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan kita adalah dapat tidaknya memecahkan suatu soal. Pembawaan inilah yang ditentukan oleh orang tua kita. Meskipun mendapat latihan dan perlakuan yang sama, tetapi hasilnya tetaplah berbeda. 2. Kematangan Kematangan ini berhubungan erat dengan umur. Kita tahu bahwa tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan, baik itu organ fisik maupun psikis. Suatu organ dikatakan matang jika ia mampu menjalankan fungsinya masing- masing. Anak-anak tidak mampu memecahkan suatu soal tertentu karena masih terlalu sukar baginya. Hal ini disebabkan karena oragan-organ tubuhnya serta fungsi-fungsi psikisnya belum matang mengenai soal itu. 3. Pembentukan Pembentukan merupakan segala hal yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi inteligensi seseorang. Dalam hal ini dibedakan kedalam dua pembentukan, yaitu pembentukan sengaja seperti yang dilakukan di sekolah-sekolah, dan pembentukan tidak sengaja yang merupakan pengaruh dari alam sekitar. 4. Minat dan Pembawaan Khas Minat dalam diri seseorang mengarahkan perbuatan pada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan tersebut. Dalam diri manusia pun sering kita tahu adanya motif-motif yang mendorong manusia berinteraksi dengan dunia luar. Hal inilah yang lama-kelamaan menimbulkan minat pada suatu hal. Suatu hal yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. 5. Kebebasan Kebebasan dalam hal ini berarti bahwa manusia itu boleh memilih metode yang akan ia gunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Hal ini juga berimplikasi bahwa manusia boleh memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Kelima faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.