Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I

PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

BAB I

PENDAHULUAN

II.1 Latar Belakang

Hampir seluruh industri kimia memerlukan proses melarutkan suatu bahan.


Tidak hanya zat cair yang dilarutkan dengan zat cair, ada juga zat padat yang
dilarutkan dengan zat cair, maupun zat gas yang dilarutkan dengan zat cair. Contoh
zat cair dan zat cair adalah Hcl dan air, zat padat dan cair adalah gula dan air,
sedangkan zat gas dan zat cair adalah oksigen dan air. Pengertian larutan adalah suatu
campuran zat terlarut yang larut dalam pelarut sehingga menjadi campuran zat
terlarut yang larut dalam pelarut sehingga menjadi capuran yang homogen.Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan, salah satunya adalah pengadukan.
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat telarut yang larut dalam suatu
pelarut pada kestimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Pada proses pelarutan
juga terjadi proses perpindahan massa. Hal ini yang mendasari percobaan pelarutan
padat cair.

Adapun prosedur yang harus dilakukan, pertama menentukan densitas


pelarut dengan menggunakan piknometer. Lalu masukkan pelarut kedalam beaker
glass dengan volume tertentu. Kemudian timbang zat padat dengan berat tertentu dan
masukkan kedalam beaker glass yang berisi pelarut secara perlahan-lahan.Lakukan
operasi pengadukan sesuai waktu pengadukan yang ditentukan. Setelah itu saring
larutan setelah proses sehingga fase padat yang tersisa terpisahkan dengan fase cair.
Lalu keringkan fase padat yang tersisa dan timbang berat keringnya. Tentukan
densitas filtrate dengan menggunakan piknometer. Ulangi percobaan dengan variabel
percobaan yang ditentukan.

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui jumlah zat terlarut
dalam pelarut. untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi pelarut terhadap massa
zat terlarut. Dan juga mengetahui persen recovery dari proses pelarutan padat cair.

1
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

I.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui persen recovery dari proses pelarutan padat cair.

2. Untuk mengetahui jumlah zat terlarut dalam pelarut.

3. Untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi pelarut terhadap massa zat terlarut.

I.3 Manfaat

1. Agar praktikan dapat mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi proses


pelarutan padat cair

2. Agar praktikan dapat mengetahui kelarutan Abu sekam dalam NaOH.

3. Agar praktikan dapat mengetahui konsep dari teori tentang perpindahan massa

2
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum

Pada proses pelarutan, tarikan antar partikel komponen murni terpecah dan
tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut
dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu sruktur zat pelarut
mengelilingi zat terlarut, hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan
pelarut tetap stabil.

Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, pada


suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat
terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan
tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam
larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh. Titik
tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
lingkungan yaitu seperti suhu,tekanan, dan kontaminasi.

(Redypta, 2015)

II.1.1 Pengadukan dan Pencampuran

Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan didalam


bahan yang diaduk. Tujuan daripada operasi pengadukan terutama adalah terjadinya
pencampuran. Pencampuran adalah suatu operasi yang bertujuan untuk mengurangi
ketidaksamaan komposisi suhu, atau sifat yang lain yang terdapat dalam suatu bahan
atau bisa juga pencampuran penggabungan dua atau lebih bahan yan berbeda fase,
seperti fluida atau padatan halus dan hal ini bertujuan untuk mengacak yang satu
terhadap yang lain sehingga terjadi distribusi. Pencampuran dapat menimbulkan
gerak didalam bahan itu yang menyebabkan bagian-bagian bahan saling bergerak

3
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

satu terhadap yang lainnya, sehingga operasi pengadukkan hanyalah salah satu cara
operasi pencampuran

( Eko, 2017)

II.1.2 Konsentrasi Larutan

Konsentrasi dapat diartikan sebagai ukuran yang menentukan banyaknya zat


yang berada di dalam suatu campuran dan dibagi dengan volume total pada campuran
tersebut. Biasanya konsentrasi dinyatakan pada satuan fisik, seperti halnya satuan
volume, satuan kimia, ataupun satuan berat seperti mol, ekuivalen dan massa rumus.
Pada bahasan ini, konsentrasi berhubungan dengan persen konsentrasi, PPM (Parts
per Million) atau PPB (Parts per Billion), fraksi mol, molaritas, dan molalitas

II.1.3 Perpindahan Massa

Proses Perpindahan massa sangat penting dalam bidang ilmu


pengetahuan dan teknik. Perpindahan massa terjadi pada komponen dalam campuran
berpindah dalam fase yang sama atau dari fase satu ke fase yang lain karena adanya
perbedaan konsentrasi.

Koefisien perpindahan massa dinyatakan sebagai laju perpindahan massa


dibagi volume packing yang disebut sebagai koefisien perpindahan massa overall
volumetrik .
dq/dt = KDS(C-C*) (1)
dimana :
KDS : koefisien perpindahan massa dalam basis berat
dq/dt : Laju perpindahan massa (cm/s)
C : konsentrasi jenuh (gr/ml)
C* ; konsentrasi zat pada waktu (gr/ml)
(Redypta, 2015)

4
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

II.1.4 Pengadukan

Ada dua macam impeler pengadukan. Jenis pertama membangkitkan arus


sejajar dengan sumbu poros impeler dan yang kedua membangkitkan arus pada ialah
tergensial atau radial. Impler jenis pertama di sebut impler jenis pertama di sebut
impler jenis aliran aksial kedua impler aliran radial.propler merupakan impler aliran
aksial berkecepatan tinggi zat cair viskositas rendah impler kecil berputar kecepatan
penuh yaitu 1,150 atau 1,1750 plt/min dan besar berputar 400-800.

Keberhasilan operasi suatu proses pengolahan sering amat bergantung pada


efektifnya pengadukan dan pencampuran zat cair dalam proses itu. Efektifnya
pengadukan dan pencampuran zat cair dalam proses itu. Istilah pengadukan dan
pecampuran yang sering di kacau balukan itu. Sebenarnya tidaklah sinonim satu sama
lain. Pengadukan (agitation) menunjukkan gerakan yang terinduksi menurut cara
tertentu pada suatu bahan di dalam bejana dimana gerakan itu biasannya mempunyai
semacam pola sirkulasi. Pencampuran (mixing) di lain pihak ialah peristiwa
menyebarnya bahan bahan secara acak dimana bahan yang satu menyebar ke dalam
bahan yang lain dan sebaliknya sedang bahan bahan itu sebelumnya terpisah dalam
dua fase atau lebih suatu bahan tunggal tertentu umpama air satu tangki dapat di aduk
tetapi tidak dapat di campur kecuali jika ada suatu bahan lain yang di tambahkan pada
air itu (umpamannya sejumlah air panas atau serbuk zat padat). Istilah penvampuran
di gunakan untuk berbagai ragam operasi dimana derajat homogenitas bahan yang
bercampur itu sangat berbeda beda perhatikan umpamannya satu kasus dimana dua
macam gas di gabungkan dalam satu tempat hingga hingga seluruhnya bercampur
dengan baik dan aksus lain dimana pasir, kerikil dan semen diaduk di dalam drum
putar selama beberapa waktu. Dalam kedua kasus itu bahan bahan itu pada akhirnya
bercampur gas itu namun jelas pula bahwa homogenitasnya berbeda.

Terkadang pengadukan (agitator) digunakan untuk beberapa tujuan sekaligus


seperti umpamannya, dalam hidrogenesia katalitik dari pada zat cair. Dalam bejana

5
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

hidrogenesia gas hidrogen dispesialkan melalui zat cair dimana terdapat partikel
partikel katalis padat dalam keadaan suspensi. Sementara kalor reaksi diangkut ke
luar melalui kumparan atau mental. Alat pengaduk zat cair biasannya diaduk di dalam
suatu tangki atau bejana. Biasannya yang terbentuk silinder dengan sumbu terpasang
vertikal. Bagian atas bejana itu mungkin terbuka saja ke udara atau dapat pula
tertutup ukuran dan proporsi tangki itu bermacam macam bergantung pada masah
pengadukan itu sendiri.

II.1.5 Tujuan Pengadukan

Pengadukan zat cair dilakukan untuk berbagai maksud bergantung dari tujuan
langkah pengolahan itu sendiri. Tujuan pengadukan antara lain ialah:

1. Untuk membuat suspensi partikel zat padat


2. Untuk membuat zat cair yang mampu campur (mischile) umpamannya metil
alkohol dan air.
3. Untuk menyebarkna (dispersi) gas di dalam zat cair dalam bentuk gelombang
gelombang kecil.
4. Untuk menyebarkan zat cair yang tidak dapat bercampur dengan zat cair lain,
sehingga membentuk emulsi atau suspensi butiran butiran halus.
5. Untuk mempercepat perpindahan kalor antara zat cair dengan kumparan mantel
kalor.
(McCabe,1993)

II.1.6 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kelarutan

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pencampuran dan energi yang di


perlukan untuk pencampuran adalah :

1. Aliran
Aliran yang turbulen dan laju alir bahan yang tinggi biasanya menguntungkan
proses pencampuran
2. Ukuran partikel / luas permukaan

6
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

Semakin luas permukaan kontak bahan-bahan yang harus di campur maka


semakin kecil partikel dan semakin mudah gerakannya di dalam campuran maka
proses pencampuran semakin baik.
3. Kelarutan
Semakin besar kelarutan maka semakin baik pencampuran.

(Redypta,2015)

II.1.7 Faktor yang mempengaruhi kelarutan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :


1. Pengaruh PH
Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan umumnya adalah Zat
organik yang bersifat asam lemah, dimana kelarutannya sangat dipengaruhi oleh
pH pelarutnya. Kelarutan asam-asam organik lemah seperti barbiturat dan
sulfonamide dalam air akan bertambah dengan naiknya pH karena terbentuk
garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organik lemah seperti
alkoholida dan anastetika lokal pada umumnya sukar larut dalam air. Bila pH
larutan diturunkan dengan penambahan asam kuat maka akan terbentuk garam
yang mudah larut dalam air.
2. Pengaruh suhu atau temperatur
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung kepada temperatur, titik leleh
zat padat dan panas peleburan molar zat tersebut. Kelarutan suatu zat padat
dalam air akan semakin tinggi bila suhunya dinaikan. Adanya panas (kalor)
mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut.
Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antar
molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik
molekul-molekul air.
3. Pengaruh jenis pelarut
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar akan
melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya.

7
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

4. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel


Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel suatu zat,
Konfigurasi molekul dan bentuk susunan kristal juga berpengaruh terhadap
kelarutan zat. Partikel yang bentuknya tidak simetris lebih mudah larut bila
dibandingkan dengan partikel yang bentuknya simetris.
5. Pengaruh konstanta dielektrik
Pelarut polar mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat melarutkan zat-
zat non polar sukar larut di dalamnya, begitu pula sebaliknya.
6. Pengaruh penambahan zat lain
Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikan kelarutan
suatu zat
( Eko, 2017)

II.2 Sifat Bahan


1. Abu Sekam

8
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

Sifat Fisika :
a. Kerapatan gembur = 760 kg/m3
b. Lolos ayakan 4m = 75%
c. Tidak lolos ayakan 4m = 25%
Sifat Kimia :
a. SiO2 (%berat) =72,28
b. Al2O3 (%berat) = 0,37
c. Fe2O3 (%berat) = 0,52
d. CaO (%berat) = 0,65
e. Kelarutan silica gel dipengaruhi oleh pH, dimana pada pH 2-9 kelarutan silica
gel relatif rendah yaitu sekitar 100-140 mg/L dan akan meningkat drastic pada
pH diatas 9.
(Redypta,2015)
2. Air
Sifat Fisika :
a. Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
b. Titik lebur = 0C (273,15 K)
c. Titik didih = 100C (373,15 K)
d. Densitas = 0,998 g/ml
Sifat Kimia :
a. Rumus molekul = H2O
b. Berat molekul = 18,0153 g/mol
c. Memiliki kemampuan untuk melarutkan zat kimia lainnya.
(Anonim, 2017 Air)

3. Natrium Hidroksida
Sifat Fisika :
a. Densitas = 2,1 g/ml
b. Titik lebur = 318C (591 K)

9
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

c. Titik didih = 1390C (1663 K)


d. Berwujud padatan putih.
Sifat Kimia :
a. Rumus molekul = NaOH
b. Berat molekul = 39,9971 g/mol
c. Tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non polar lainnya.
(Anonim, 2017 Natrium Hidroksida)

II.3 Hipotesa

Semakin besar volume pelarut maka semakin banyak zat terlarut yang dapat
larut .hal ini juga mempengaruhi nilai densitasnya.Semakin banyak pelarut dan zat
terlarut yang larut makadensitasnya semakin kecil.

10
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

II.4 Diagram Alir

11
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III. 1 Bahan

1. Air 3. Natrium Hidroksida

2. Abu Sekam

III. 2 Alat

1. Beaker glass

2. Gelas Ukur

3. Labu Ukur

4. Spatula

5. Kaca Arloji

6. Magnetic Stirrer

7. Neraca Analitik

8. Corong Kaca

9. Pipet

10. Kertas Saring

12
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

III. 3 Gambar Alat

Spatula Beaker Glass


Neraca Analitik

Magnetic Stirrer Kaca Arloji Gelas Ukur

Pipet
Corong
Piknometer

Kertas Saring

13
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

III.4 Gambar Rangkaian Alat

5 4

Keterangaan:

1. Beaker Glass dan magnet yang dapat membuat larutan di dalam gelas beaker itu
berputar.
2. Pemanas, larutan yang berada di dalam beaker glass akan berputar di atas pemanas
tersebut.
3. Untuk mengatur cepat lambat nya perputaran magneticnya.
4. Tombol on off pemanas.
5. Tombol on off power heated magnetic stirrer.

14
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

III. 5 Prosedur

1. Tentukan densitas pelarut menggunakan piknometer.

2. Masukkan pelarut NaOH ke dalam beaker glass dengan volume 180 ml, 190 ml,
200 ml, 210 ml dan 220 ml.

3. Timbang Abu Sekam dengan berat 3 gr dan masukkan ke dalam beaker glass yang
berisi pelarut secara perlahan-lahan.

4. Lakukan operasi pengadukan selama 5 menit

5. Saring larutan, sehingga fase padat yang tersisa terpisahkan daengan fase cair.

6. Keringkan fase padat yang tersisa dan timbang berat keringnya.

7. Tentukan densitas filtrat dengan menggunakan piknomter.

15
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Hasil Pengamatan

Dalam percobaan ini kami menggunakan bahan Abu Sekam sebagai zat
terlarut (solute) dan larutan NaOH dengan konsentrasi 0,75 N sebagai pelarut
(solvent). Dengan berat Abu Sekam sebesar 3gr, dimana akan dilarutkan dengan
larutan NaOH 180 ml, 190 ml, 200 ml, 210 ml, 220 ml. Dengan menggunakan waktu
pengadukan selama 5 menit ,sehingga diperoleh data sebagai berikut:

Volume Massa CaO Konsentrasi NaOH awal akhir


(ml) (gr) (N) (gr/cm3) (gr/cm3)
180 3 0,75 1,01072 1,02444
190 3 0,75 1,01554 1,0845
200 3 0,75 1,0058 1,02
210 3 0,75 0,995 1,0219
220 3 0,75 0,9922 1,0495

IV.2 Tabel Hasil Perhitungan


Tabel 1. Berdasarkan massa awal dan massa akhir penimbangan
Massa
Volume Massa Abu Massa Abu
Konsentrasi Abu %
NaOH Sekam Tak Sekam Larut
NaOH(N) Sekam Recovery
(ml) Larut (gram) (gr)
(gr)
2,6247 0,3753 12,51
0,75 180 3
2,6504 0,3496 11,653
0,75 190 3
2,2219 0,7781 25,94
0,75 200 3
2,3405 0,6595 21,99
0,75 210 3
2,4655 0,5345 17,82
0,75 220 3

16
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

Tabel 2. Menghitung massa terlarut berdasarkan densitas

Massa
Mass
Mass Abu
Volum a Abu
Konsentra gr /cm3 a Abu Seka %
e awal gr /cm3 Seka
si akhir Seka m Tak Recover
NaOH m
NaOH(N) m Larut y
(ml) Larut
(gr) (gram
(gr)
)
2,624 0,375 12,51
1,01072 1,02444
7 3
0,75 180 3
2,650 0,349 11,653
1,01554 1,0845
4 6
0,75 190 3
2,221 0,778 25,94
1,0058 1,02
9 1
0,75 200 3
2,340 0,659 21,99
0,995 1,0219
5 5
0,75 210 3
2,465 0,534 17,82
0,9922 1,0495
5 5
0,75 220 3

17
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

IV.3 Grafik

Grafik 1 : Hubungan antara Volume NaOH (ml) dengan Massa Abu Sekam Larut (gr)

0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
Massa Abu Sekam Larut (gr) 0.4

0.3
0.2
0.1
0
175 180 185 190 195 200 205 210 215 220 225

Volume NaOH (ml)

Grafik 2 : Hubungan antara Volume NaOH (ml) dengan % Recovery

30.00

25.00

20.00

% Recovery 15.00

10.00

5.00

0.00
175 180 185 190 195 200 205 210 215 220 225

Volume NaOH (ml)

18
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

IV.4 Pembahasan

Pada praktikum pelarutan padat cair digunakan bahan abu sekam dan
larutan NaOH, dengan berat abu sekam mula-mula adalah 3 gram dilarutkan pada
larutan NaOH dengan konsentrasi 0.75 N dengan volume yang berbeda-beda yakni
180 ml, 190 ml, 200 ml, 210 ml dan 220 ml. Proses pengadukan menggunakan
magnetic stirrer deangan waktu pengadukan 5 menit. Didapat pada berat abu sekam
awal 3 gram setelah dilakukan proses pelarutan pada volume 180 ml zat yang tidak
dapat larut 2,6247 gram. Berat abu sekam awal 3 gram setelah dilakukan proses
pelarutan pada volume 190 ml zat yang tidak dapat larut 2,6504 gram. Berat abu
sekam awal pada 3 gram setelah dilakukan proses pelarutan pada volume 200 ml zat
yang tidak dapat larut 2,2219 gram. Berat abu sekam awal 3 gram, setelah dilakukan
proses pelarutan pada volume 210 ml , zat yang tidak dapat larut 2,3405 gram. Berat
abu sekam awal 3 gram, setelah dilakukan proses pelarutan pada volume 220 ml, zat
yang tidak dapat larut 2,4655 gra m.

Berdasarkan praktikum, pelarut awal yaitu NaOH 2 N diencerkan


hingga 0.75 N dengan volume pelarut yang berbeda-beda yaitu 180 ml, 190 ml, 200

ml, 210 ml dan 220 ml. Pada volume 180 ml densitas awal yaitu 1,01072 gr /cm3

densitas akhirnya 1,02444 gr /cm 3 ; pada volume pelarut 190 ml densitas awalnya

yaitu 1,01554 gr /cm3 dan densitas akhirnya 1,0845 gr /cm 3 ; pada volume

pelarut 200 ml densitas awalnya 1,0058 gr /cm 3 dan densitas akhirnya 1,02

gr /cm3 ; pada volume pelarut 210 ml densitas awalnya 0,995 gr /cm3 dan

densitas akhirnya 1,0219 gr /cm 3 serta pada volume pelarut 220 ml densitas

awalnya adalah 0,9922 gr /cm 3 dan densitas akhirnya 1,0495 gr /cm 3 . Hasil

19
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak volume pelarut yang ditambahkan


maka semakin banyak zat padat yang terlarut dalam dalam suatu pelarut tersebur
sehingga densitasnya juga semakin bertambah setelah dilarutkan dengan zat padat.

Dari grafik diatas dapat pula disimpulkan, zat padat yang dapat larut
tertinggi ada pada volume pelarut 200 ml dengan zat padat yang larut yaitu 0,7781
setelah itu grafik menunjukkan angka penurunan pada nilai zat padat yang terlarut.
Setelah itu pada grafik kedua menunjukkan bahwa persen recovery tertinggi juga ada
pada volume pelarut 200 ml yaitu 25,94 persen. Seharusnya semakin lama dengan
adanya kenaikan volume pelarut maka zat yang dapat larut semakin menunjukkan
penurunan karena laju pelarutannya yang semakin menurun namun dalam data
praktikum menunjukkan angka yang fluktatif dikarenakan kemungkinan adanya abu
sekam yang ikut terbawa pada filtrat serta proses penimbangan yang kurang teliti.

20
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
1. Semakin besar volume larutan yang digunakan, maka sedikit abu sekam yang
dapat larut.
2. Pada saat volume NaOH 200 ml dengan konsentrasi 0,75 N mempunyai nilai
tertinggi untuk abu yang sekam yang dapat larut yaitu 0,9981 gram.
3. Semakin banyak volume pelarut, maka densitasnya semakin kecil.

V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan dapat memahami terlebih dahulu prosedur percobaan
yang akan dilakukan.
2. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan pengamatan, penimbangan
pada percobaan yang dilakukan.
3. Sebaiknya praktikan memperhatikan waktu untuk pengadukan untuk tiap
variable dengan tepat

21
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2017. Air.(id.wikipedia.org/wiki/Air).Diakses pada tanggal 17 April 2017


pukul 18.01 WIB.

Anonim.2017.Natrium Hidroksida.(id.wikipedia.org/wiki/Natrium_Hidroksida).
Diakses pada tanggal 17 April 2017 pukul 18.00 WIB.

Eko, Dion.2017 Laporan Praktikum Pelarutan Padat Cair (http://coretan-


dion.blogspot.co.id/2017/04/laporan-praktikum-pelarutan-padat-cair.html).
Diakses pada 16 April 2017 pukul 13.20 WIB.

Mc.Cabe, Warren L dkk.1995. Unit Operation Of Chemical Engineering.New


York : Mc Graw-Hill

Redypta, Azis.2015. Proses pelarutan padat cair.(http://pelarutanpadatcair.blogspot.


co.id/2015/11/proses-pelarutan-padat-cair.html).Diakses pada tanggal 16
April 2017 pukul 12.50 WIB.

22
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

APPENDIX

1. Menghitung densitas awal Pelarut NaOH 0,75 N 180 ml


piknoisi piknokosong
awal=
volume pikno

Berat piknometer kosong = 12,1208 gram

Berat piknometer isi = 22,228 gram

22,228 gram12,1208 gram gr


awal= =1,01072
10 ml ml

2. Menghitung densitas akhir


piknoisi piknokosong
awal=
volume pikno
Pada volume pelarut 180 ml
Berat piknometer kosong = 12,1208 gram
Berat piknometer isi = 22,3652 gram

22,3652 gram15,733 gram gr


awal = =1,0244
10 ml ml

3. Massa terlarut berdasarkan beda densitas


massa terlarut =( akhir awal ) x 100

= (1.0244 1.01072) x 100%


= 1,368 gram

4. Menghitung massa abu sekam yang tidak larut


massa abu sekam tak larut =berat keringberat kertas saring
Pada volume pelarut 180 ml
Berat kertas saring kosong = 1,0585 gram
Berat kering = 3,6832 gram
massa abu sekam tak larut =3,5832 gram1,0585 gram=2,6247 gram
5. Menghitung massa abu sekam yang larut
massa abu sekam larut=berat awalberat tak larut

23
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OTK I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR

Pada volume pelarut 180 ml


Berat awal = 3 gram
Berat tak larut = 2,6247 gram
massa abu sekam larut=3 gram2,6247 gram=0,3753 gram

6. Menghitung %Terlarut
massa larut
%terlarut= 100
massa awal
Pada saat volume 180 ml
Massa larut = 0,3753 gram
Massa awal = 3 gram
0,3753 gram
%terlarut= 100 =12,51
3 gram

24

Anda mungkin juga menyukai