180
160
140
120
T(90) T (60)
100
l (m) 80
60
40
20
0
120 100 80 60 40 20
Grafik F terhadap x
3
2.5
2
1.5
1
0.5 F (N)
0
1. Sifat-sifat Elastis Bahan
a. Regangan atau strain
Regangan adalah perbandingan antara pertambahan panjang batang dengan panjang mula-
mula.
c. Modulus elastisitas
Modulus elastisitas adalah besaran yang menggambarkan tingkat elastisitas bahan. Modulus
elastisitas disebut juga modulus Young yang didefinisikan sebagai perbandingan stress
dengan strain.
2. Hukum Hooke
Pada Gambar diatas termasuk contoh elastisitas bahan. Sifat elastisitas pegas ini dipelajari
oleh Robert Hooke (1635-1703). Pada eksperimennya, Hooke menemukan adanya hubungan
antara gaya dengan pertambahan panjang pegas yang dikenai gaya. Besarnya gaya sebanding
dengan pertambahan panjang pegas. Konstanta perbandingannya dinamakan konstanta pegas
dan disimbulkan k. Dari hubungan ini dapat dituliskan persamaannya sebagai berikut.
dengan :
F = gaya (N)
x = pertambahan panjang pegas (m)
k = konstanta pegas (N/m)
3. Susunan Pegas
a. Susunan seri
b. Susunan paralel
Kp=K1+K2+K3+Kn
http://blog.uad.ac.id/isnin/2011/12/09/elastisitas/
Konstanta Pegas
Menurut hukum Hooke bahwa besar pertambahan panjang pegas akan sebanding dengan
gaya yang diberikan pada pegas asalkan gayanya tidak melebihi batas kemampuan pegas
tersebut.
Secara matematis dirumuskan
dari rumusan di atas berarti batas kemampuan yang dimaksud adalah k yang kita kenal
sebagai konstanta pegas.
Jika rumusan hukum hooke kita keluarkan k nya maka :
Dengan demikian maka konstanta pegas dapat kita artikan sebagai "BESARNYA GAYA
YANG DAPAT MENYEBABKAN PEGAS TERSEBUT BERTAMBAH SEPANJANG 1
METER".
http://cahkleca.blogspot.com/2011/12/konstanta-pegas.html
Hukum Hooke
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang ilmu fisika yang
terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas. Besarnya gaya Hooke ini secara
proporsional akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya,
atau lewat rumus matematis dapat digambarkan sebagai berikut:
di mana
x adalah jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya (dalam unit meter).
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Hooke
TUJUAN
2. Menentukan hubungan antar gaya yang bekerja pada pegas dengan penambahan panjang
pegas
Bila sebuah pegas digantung vertikal dengan panjang (L 0) kemudian pegas diberi
beban dengan massa (m), maka pegas panjangnya menjadi (L), atau pegas mengalami
pertambahan panjang :
Tetapi jika pegas digantung vertikan ke bawah kemudian pegas diberi beban dan digetarkan,
maka pegas mengalami getaran selaras yang dapat ditentukan oleh periode getaranya (T)
Periode getar dapat dicari hubungannya dengan waktu : , di mana t adalah waktu
untuk n kali getaran melalui titik setimbang. Maka besarnya konstanta pegas dapat ditentukan
dengan persamaan : ,
m = massa beban
T = periode
3. Mistar
4. Statif
D. LANGKAH KERJA
2. Ukurlah panjang pegas sebelum diberi beban seagai panjang mula mula (l0 )
3. Gantunglan anak timbangan 50 g, kemudian ukur panjang pegas ketika beban masih
5. Ulangilah langkah 3 dan 4 dengan menggantikan anak timbangan menjadi 50g, 100g, 150g
No F l0 l L k
1 0,5 17 17,1 0,1 5
2 0,5 17 17,1 0,1 5
3 0,5 17 17,1 0,1 5
4 1 17 17,7 0,7 1,42
5 1 17 17,7 0,7 1,42
6 1 17 17,7 0,7 1,42
7 1,5 17,05 26,8 9,75 0,15
8 1,5 17,05 26,8 9,75 0,15
9 1,5 17,05 26,8 9,75 0,15
19,71
F. ANALISA DATA
No F l0 l L k k2
1 0,5 17 17,1 0,1 5 25
2 0,5 17 17,1 0,1 5 25
3 0,5 17 17,1 0,1 5 25
4 1 17 17,7 0,7 1,42 2,0164
5 1 17 17,7 0,7 1,42 2,0164
6 1 17 17,7 0,7 1,42 2,0164
7 1,5 17,05 26,8 9,75 0,15 0,0225
8 1,5 17,05 26,8 9,75 0,15 0,0225
9 1,5 17,05 26,8 9,75 0,15 0,0225
k1 19,71 k2 81,1167
K1 =
= 98
K2 =
= 98
K3 =
= 98
K4 =
= 690
K5 =
= 690
K6 =
= 690
K7 =
= 9800
K8 =
= 9800
K9 =
= 9800
k- =
k- =
= 31764,42 gr/dt2
k =
= 1,0007
Kesalahan Pengukuran =
= 5,007
Ketelitian Pengukuran =
= 94,922
G. KESIMPULAN
a. Makin besar massa yang dipergunakan maka pertambahan panjang pada sistem pembebanan
akan semakin besar.
b. Semakin banyak getaran yang dilakukan pada sistem getaran, waktu yang diperlukan
semakin banyak sehingga periodenya semakin besar.
c. Pada sistem pembebanan nilai k. ditentukan oleh massa gravitasi dan pertambahan panjang.
d. Pada sistem getaran nilai k. ditentukan banyaknya getaran, massa,dan periode.
http://7-software.blogspot.com/2012/04/laporan-fisika-konstanta-pegas.html
Hukum Hooke
II. PRAKTIKUM KE : V
V. LANDASAN TEORI
Robert Hooke pada tahun 1676, mengusulkan suatu hukum fisika menyangkut
pertambahan panjang sebuah benda elastik yang dikenai oleh suatu gaya. Menurut Hooke,
pertambahan panjang berbanding lurus dengan gaya yang diberikan pada benda. Secara
matematis, hukum Hooke ini dapat ditulis sebagai
F=-k x
Tanda negatif (-) dalam persamaan menunjukkan berarti gaya pemulih berlawanan
arah dengan perpanjangan.
jika gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas,pertambahan panjang pegas
berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya.
Pernyataan ini dikemukakan oleh Robert Hooke, oleh karena itu, pernyataan di atas
dikenal sebagai Hukum Hooke.Untuk menyelidiki berlakunya hukum hooke, kita bisa
melakukan percobaan pada pegas. Selisih panjang pegas ketika diberi gaya tarik dengan
panjang awalnya disebut pertambahan panjang( l).
Seperti kita menyelidiki sifat elastisitas bahan, kita juga mengukur pertambahan
panjang pegas dan besarnya gaya yang diberikan.Dalam hal ini,gaya yang diberikan sama
dengan berat benda = massa x percepatan gravitasi.
Pegas ada disusun tunggal, ada juga yang disusun seri ataupun paralel. Untuk pegas
yang disusun seri, pertambahan panjang total sama dengan jumlah masing-masing
pertambahan panjang pegas sehingga pertambahan total x adalah:
x = x1 + x 2
=+
=+
Kp= k1 + k 2
Perlu selalu di ingat bahwa hukum hooke hanya berlaku untuk daerah elastik, tidak
berlaku untuk daerah plastik maupun benda-benda plastik. Menurut Hooke, regangan
sebanding dengan tegangannya, dimana yang dimaksud dengan regangan adalah persentase
perubahan dimensi. Tegangan adalah gaya yang menegangkan per satuan luas penampang
yang dikenainya.
Sebelum diregangkan dengan gaya F,energi potensial sebuah pegas adalah nol,setelah
diregangkan energi potensial nya berubah menjadi:
E= kx2
1.Tegangan
Tegangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya tarik F yang dialami kawat
dengan luas penampang (A)
Tegangan= atau =
Tegangan adalah besaran skalar dan memiliki satuan Nm-2 atau Pascal
(Pa).Berdasarkan arah gaya dan pertambahan panjangnya (perubahan bentuk),tegangan
dibedakan menjadi 3 macam,yaitu tegangan rentang,tegangan mampat,dan tegangan geser.
2.Regangan
Regangan= atau e =
Ini adalah persamaan matematis dari Modulus Elastis (E) atau modulus Young (Y).
Jadi, modulus elastis sebanding dengan Tegangan dan berbanding terbalik Regangan.
Kita kenal 3 macam regangan yaitu regangan panjang,regangan volume,dan regangan
sudut.
a. regangan panjang
Dengan panjang semula sewaktu tiada regangan, l,dan penambahan panjang l akibat
regangan,regangannya diberikan oleh ,sedangkan jika luas penampang A dan gaya tegangan
yang meregangkan adalah W,maka tegangannya adalah W/A.Berdasarkan hukum hooke
ditulis;
Y() =
b. regangan volume
B() = p
Dengan B adalah yang disebut dengan modulus ketegaran yang besarnya kurang lebih
1/3 modulus young.Berbeda dengan modulus young yang dapat diukur langsung dengan
mengukur penambahan panjangnya,l,dan gaya tegangan W serta luas penampang
A,modulus ketegaran B hampir tidak dapat diukur secara langsung karena sukarnya
mengukur pengerutan volumnya,V.
c. regangan sudut
Yang dimaksud dengan regangan sudut atau regangan luncuran sesudut adalah
deformasi,yaitu perubahan bentuk yang berkaitan dengan sudut luncuran..
3.Modulus Elastik
Ketika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda,maka ada kemungkinan bentuk
sebuah benda berubah.Secara umum,reaksi benda terhadap gaya yang diberikan dicirikan
oleh suatu besaran yang disebut modulus elastik.
Modulus elastik =
Y = atau = Y
Biasanya,modulus elastik untuk tegangan dan regangan ini disebut modulus young.
Dengan demikian,modulus Young merupakan ukuran ketahanan suatu zat terhadap perubahan
panjangnya ketika suatu gaya (beberapa gaya)diberikan pada benda.
Besar E bergantung pada benda (E merupakan sifat benda). Pada persamaan ini
tampak bahwa pertambahan panjang (delta L) sebanding dengan hasil kali panjang benda
mula-mula (Lo) dan Gaya per satuan Luas (F/A).
VI. ALAT DAN BAHAN
1. Statif
2. Beban
3. Jepit penahan
4. Pegas Spiral
5. Mistar
5) Isilah tabel
Data 1
l = 0, 006 m
F = 0,6 N
K1 =
= 100 N/m
Data 2
l = 0,009 m
F = 0,7 N
K2 =
= 77, 8 N/m
Data 3
l = 0,012 m
F = 0,8 N
k3 =
= 66, 7 N/m
Data 4
l = 0,017 m
F = 0,9 N
K4 =
= 52,9 N/m
= 74, 35 N/m
Data 1
l = 0,006 m
k1 = 100 kg/s2
Ep1 = k1 l2
= 100 (0,006)2
= 0,0018 J
Data 2
l = 0,009 m
k2 = 77, 8 kg/ s2
Ep2 = k2 l2
= 77, 8 (0,009)2
= 0,0031509 J
Data 3
l = 0,012 m
k3 = 66, 7 kg/ s2
Ep3 = k3 l2
= 66, 7 (0,012)2
= 0,0048 J
Data 4
l = 0,017 m
k4 = 52,9 kg/ s2
Ep4 = k4 l2
= 52,9 (0,017)2
= 0,0076 J
= 0,0043 J
Luas = a. t
= L . F
= L . k. L
= k. L2
Maka
Luas = . L2
= . 74,35. (0,011)2
= 0,004
X. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali tentang Hukum Hooke kami mencari nilai konstanta. Pada data
pertama yakni nilai F adalah 0,6 N dan l adalah 0, 006 m, maka konstanta yang didapat
adalah100 N/m. Pada data kedua yakni nilai F adalah 0,7 N dan l adalah 0, 009 m, maka
konstanta yang didapat adalah 77,8 N/m Pada data ketiga yakni nilai F adalah 0,8 N dan l
adalah 0,012 m, maka konstanta yang didapat adalah 66, 7 N/m. Pada data keempat yakni
nilai F adalah 0,9 N dan l adalah 0, 017 m, maka konstanta yang didapat adalah 52,9 N/m
Rata- rata konstanta adalah 74, 35 N/m
Berdasarkan pada percobaan dengan mencari nilai konstanta diketahui bahwa semakin
besar nilai F dan l. Maka konstanta yang didapat semakin kecil.
Pada percobaan dengan mencari nilai energi potensial. Pada data pertama l adalah
0,006 m dan k adalah 100 kg/s2, maka energi potensial yang didapat 0,0018 J.
Pada data kedua l adalah 0,009 m dan k adalah 77,8 kg/s 2, maka energi potensial yang
didapat 0,0031509 J. Pada data ketiga l adalah 0,012 m dan k adalah 66,7 kg/s 2, maka energi
potensial yang didapat 0,0048 J. Pada data keempat l adalah 0,017 m dan k adalah 52,9
kg/s2, maka energi potensial yang didapat 0,0076 J. Rata-rata energi potensial adalah 0,0043
J.
Berdasarkan pada data yang telah didapatkan pada percobaan diketahui bahwa semakin
besar nilai l, maka nilai energi potensial yang didapat juga semakin besar. Sebaliknya
semakin kecil nilai konstanta, maka semakin besar nilai energi potensial.
Pada daerah grafik, luas daerah dibawah grafik dicari dengan persamaan :
Luas = a. t= L . F= L . k. L= k. L2
Persamaan tersebut sama dengan persamaan untuk mencari energi potensial. Pada
percobaan tersebut didapat luas daerah di bawah grafik adalah 0,004. nilai tersebut sama
dengan nilai rata-rata energi potensial.
Maka, luas daerah dibawah grafik sama dengan nilai energi potensial
XI. KESIMPULAN
1) Semakin besar nilai l, maka nilai energi potensial yang didapat juga semakin besar.
Sebaliknya semakin kecil nilai konstanta, maka semakin besar nilai energi potensial.
2) Semakin besar nilai F dan l. Maka konstanta yang didapat semakin kecil.
4) Pertambahan panjang (L) sebanding dengan gaya berat yang bekerja pada benda.
5) Persamaan mencari luas daerah di bawah grafik sama dengan persamaan untuk mencari energi
potensial.
http://chyfisika.blogspot.com/2012/01/hukum-hooke.html
PERCOBAAN PENGUKURAN
KONSTANTA PEGAS
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifiksikan bahwa masalah yang ada
adalah sebagai berikut :
1. Banyaknya siswa yang menganggap bahwa pelajaran fisika itu sulit.
2. Penyampaian materi yang dilakukan oleh guru terlalu monoton,yaitu dengan metode
ceramah saja.
3. Kurangnya penggunaan media lain dalam pembelajaran,khususnya pembelajaran melalui
laboratoriun (eksperimen).
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan masalah yang terlalu meluas dari rumusan masalah diatas,
maka penelitian ini dibatasi hanya akan membahas materi gaya pegas dengan menggunakan
alat peraga sederhana.
D. Rumusan Masalah.
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian gaya pegas dan konstanta pegas ini
adalah :
1. Skema alat percobaan gaya pegas dan konstanta pegas.
2. Cara pengambilan data yang diperlukan dengan alat percobaan sederhana tersebut.
3. Menentukan hubungan antara gaya tarik berat (F) yang diberikan dengan pertambahan
panjang pegas (x).
4. Gambar grafik hubungan antara gaya berat (F) dengan pertambahan panjang pegas (x).
5. Mencari besar konstanta pegas tersebut.
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian dengan alat peraga
sederhana gaya pegas dan konstanta pegas ini adalah :
1. Menambil data yang diperlukan untuk penelitian gaya pegas dan konstanta pegas (hukum
Hooke).
2.Mendapatkan hubungan antara gaya berat(F)dengan pertambahan panjang pegas(x).
3.Mengganbarkan grafik antara gaya berat (F) dengan pertambahan panjang pegas (x).
4.Mencari konstanta pegas.
F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian gaya pegas dan konstanta pegas dengan menggunakan alat peraga sederhana
ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.Dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi gaya pegas.
2.Penguasaan konsep fisika tentang gaya pegas menjadi lebih maksimal dengan metode
eksperimen menggunakan alat peraga yang sederhana.
3.Memberi pengetahuan tentang adanya media lain yang dapat digunakan dalam
pembelajaran fisika,khususnya pada materi gaya pegas.
4.Meningkatkan kemampuan untuk mengambil data dengan benar.
5.Memberikan waktu lebih banyak untuk dapat melakukan pengamatan dan menganalisis
data terhadap fenomena fisika yang terjadi disekitar kita.
6.Sebagai bahan kajian untuk penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Elastisitas
Elastisitas dapat didefinisikan sebagai sifat suatu benda atau bahan yang dapat kembali
kebentuk semula.
Bola yang terbuat dari karet, bila diberi gaya tekan maka bentuknya tidak bulat lagi. Namun
jika gaya tersebut dihilalangkan, bentuk bola tersebut juga akan kembali pada bentuk semula.
Akan tetapi jika bola yang terbuat dari tanah liat diberi gaya yang sama dan gayanya
dihilangkan, maka bentuk bola tersebut tidak dapat kembali pada bentuk semula.
Dari kejadian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada 2 golongan bahan, yaitu bahan
elastis dan bahan tidak elastis. Bahan elastis adalah bahan yang dapat kembali pada bentuk
semula jika diberi suatu gaya,contohnya adalah karet,baja dan kayu. Sedangkan bahan tidak
elastis adalah bahan yang tidak dapat kembali lagi pada bentuk semula jika diberi gaya meski
gaya tersebut telah dihilangkan, contohnya adalah tanah liat dan plastisin.
B. Hukum Hooke
Jika sebuah pegas diberi gaya berat dengan besar tertentu, maka secara otomatis pegas
tersebut akan mengalami pertambahan panjang. Hubungan antara besar gaya yang bekerja
pada pegas dengan pertambahan panjang pegas adalah konsep dasar dari hukum Hooke.Dan
bunyi hukum Hooke sendiri sebagai berikut :
Bila pada sebuah pegas bekerja sebuah gaya, maka pegas tersebut akan
bertambah panjang sebanding dengan besarnya gaya yanmempengaruh pegas tersebut
Sesuai dengan hukum Hooke tersebut, maka besar gaya berat (F) yang diberikanakan
sebanding dengan pertambahan panjang pegas (x). Sehingga dapat digambarkan dengan
grafik HUBUNGAN antara F-x
yaitu semakin besar gaya berat yang diberikan, maka semakin besar pula grafik tersebut
menunjukan pertambahanpanjang pada pegas.
Dan secara sistematis, hukum Hooke dapat dituliskan dengan persamaan :
F = k . x (1.a)
F = | F | = k .| x |
= k . x (1.b)
Dengan :F = gaya yang bekerja pada pegas (N)
k = konstanta pegas (N/m)
x = pertambahan panjang pegas (m).
Konstanta pegas merupkan suatu angka tertentu yng menjadi salah satu karakteristik suatu
pegas. Dan dalam satuan SI, konstanta pegas memiliki satuan N/m.
Ketika pegas ditarik atau ditekan, maka pada pegas bekerja gaya F yang menyebabkan pegas
tersebut bertambah panjang atau bertambah pendek. Dan secara otomatis pegas tersebut
memberikan gaya perlawanan terhadap gaya yang diberikan. Gaya perlawanan tersebut
dinamakan gaya lenting pulih (Fp). Besar gaya lenting pulih sama dengan besar gaya yamg
penyebabnya, akan tetapi arahnya berlawanan dengan gaya penyebabnya.
Fp = - F = - k . x (2.a)
Fp = | Fp | = | - F |
=k.|-x|
= k . x (2.b)
Gambar 2. Perubahan panjang pegas akibat gaya tarik/tekan.
Dari persamaan (2.a) , tanda (-) mempunyai arti bahwa gaya lenting pulih pegas berlawanan
dengan arah pertambahan panjang atau pendek pegas.
Hukum Hooke untuk pegas, hanya berlaku pada batas gaya yang besarnya tertentu.jika gaya
yang diberikan melmpaui batas tersebut, maka pegas akan menjadi patah.
Pada grafik hubungan F-x, menunjukan hubungan gaya terhadap pertambahan panjang untuk
sebuah kawat alumunium. Titik A disebut sebagai batas elastisitas, yaitu pertambahan
panjang (x) sebanding dengan gaya yang diberikan (F). Daerah OA disebut sebagai daerah
elastis dan berlaku hukum Hooke. Pada daerah OA tersebut jika gaya yang diberikan
dihilangkan, maka pegas/kawat akan kembali pada bentuk semula (awalnya).
Tetapi jika pegas/kawat tersebut terus diberi gaya hingga melampaui batas elastisitasnya,
maka pegas/kawat tersebut akan memasuki daerah plastis (AC). Pada daerah ini,pertambahan
panjang (x) tidak lagi berbanding lurus dengan gaya tarik(F), sehingga berarti hukum
Hooke tidak berlaku lagi. Dan jika gaya yang diberikan dihilangkan,pegas/kawat tersebut
tidak akan kembali pada bentuk semula (titik C) dan titik tersebut disebut titik patah
(breaking poin). Gaya maksimum yang dapat diberikan pada pegas/kawat tanpa membuatnya
patah disebut sebagai titik tekuk (titik B).
Pegas yang mendapat gaya tarik atau gaya tekan akan memiliki energi potensial, yang disebut
sebagai potensial pegas. Pada saat pegas diberi gaya, maka usaha yang dilakukan untuk
mengubah panjang pegas baik menekan atau menariknya adalah sama dengan luas dibawah
kurva F - x (gambar.1) , sehingga :
W = luas segitiga kurva.
=F.x
= (k . x) x
W = k . x (3.a)
Usaha tersebut juga dapat ditentukan dengan mengintegrasikan gaya pegas pada perubahan
panjang pegas tersebut :
W = F dx
= k . x dx
= k . x (3.b)
Menurut hukum kekekalan energi, usaha yang dilakukan oleh gaya pada pegas adalah
perubahan energi potensial pegas, sehingga dapat dinyatakan :
Ep = W = k . x
Ep Ep0 = k . x (4.a)
Dari dasar tersebut, maka persamaan (4.a) dapat diperoleh bahwa Energi Potensial pegas
sebagai berikut.
Ep = k . x (4.b)
Dengan :
Ep = Energi potensial pegas (J)
k = konstanta pegas (N/m)
x = pertambahan panjang pegas (m)
C. Susunan Pegas
Susunan pegas adalah rangkaian dua pegas atau lebih. Secara garis besar ada macam susunan
pegas,yaitu susunan seri dan susunan paralel.
1.Susunan Seri Pegas.
Jika N pegas dengan konstanta pegas masing-masing k1, k2,..., kN yang disusun secara seri
dan diberi gaya/beban F, maka pertambahan panjang pegas total adalah xs, yaitu :
F1 = F2 =...= FN (5)
xs = x1 + x2 +...+ xN (6)
Dari resamaan (5) dan (6), maka diperoleh konstanta pegas dengan susunan seri adalah :
xs = x1 + x2 +... + xN
Fs = F1 + F2 +...+ FN
ks k1 k2 kN
F = F + F + ...+ F
ks k1 k2 kN
1 = 1 + 1 +...+ 2
ks k1 k2 kN
1 = 1 (7.a)
ks i=1 ki
Bila N pegas yang disusun seri adalah pegas identik, maka konstanta pegasnya akan sama.
Sehingga konstanta pegas dengan susunan seri adalah :
ks = k .
N (7.b)
> Gambar 4. susunan seri pegas
Dari persamaan (8) dan (9) diatas,maka diperoleh konstanta pegas dengan susunan paralel
adalah :
Fp = F1 + F2 +...+FN
kp . xp = k1. x1 + k2. x2 +...+ kN.xN
kp. Xx = k1 + k2 +...+ kkN
N
kp = ki (10.a)
i=1
Jika N pegas yang disusun paralel adalah pegas identik, maka konstanta pegasnya adalah :
kp = N . k (10.b)
D. Modulus Elastisistas
Modulus elastisitas bahan merupakan angka-angka yang menggambarkan tingkat elastisitas
bahan. Modulus elastisitas didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan dengan
rentangan (tegangan per renggangan). Modulus elastisitas juga disebut sebagai modulus
Young, dan dapat dinyatakan dengan :
Y = tegangan tarik = F / A = F . l (11)
regangan tarik l / l A . l
dengan : Y = modulus elastisitas/modulus young (N/m atau Pa)
F = gaya tarik atau gaya tekan (N)
l= panjang mula-mula benda (m)
l = pertambahan panjang benda (m)
A = luas penampang bidang tarik atau tekan (m)
Untuk modulus elastisitas/ Young beberapa bahan yang biasa digunakan dalam kehidupan
sehari-hari dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Modolus Elastisitas Beberapa Bahan.
NO Bahan Modulus elastisitas/Young (N/m atau Pa)
1 Alumunium 7,0 x 10
2 Beton 2,3 x 10
3 Tembaga 11 x 10
4 Nikel 21 x 10
5 Besi 21 x 10
6 Baja 20 x 10
Bila batas proposional gaya tidak terlampaui, maka perbandingan antara tegangan dengan
renggangan adalah konstan. Sesuai hukum Hooke yang menyatakan bahwa dalam batas
proposional, modulus elastisitas suatu bahan adalah tetap, hanya bergantung pada bahannya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode kuantitatif. Dan
teknik pengambilan data dilakukan dengan eksperimen.
E. Langkah Percobaan
Langkah-langkah percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.Menimbang semua beban dan mencatat massanya.
2.Mengaitkan ujung atas pegas pada statip dan mengukur panjang pegas sebagai panjang
mula-mula (Io).
3.Mengaitkan ujung bawah pegas dengan beban yang paling kecil (m), kemudian mengukur
panjang pegas sebagai I. Seperti pada gambar skema alat percobaan diatas.
4.Mengukur pertambahan panjang sebagai :
x = I = I Io.
5.Melepaskan beban.Dan mengganti beban yang berbeda massanya (m2), kemudian
mengukur panjang pegas sebagai I2 .
6.Mencatat hasil percobaan dalam tabel percobaan.
7.Menghitung pertambahan panjang pegas (x atau I).
8.Mengulangi langi langkah 1 sampai 6 untuk massa beban yang berbeda- beda,sehingga
diperoleh data tentang beban dan pertambahan panjang yang berbeda-beda pula.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
NO Massa / m
( kg ) Panjang Awal Pegas / l ( m ) Panjang Akhir Pegas / l1( m )
1 0,05 0,1 0,14
2 0,06 0,1 0,15
3 0,07 0,1 0,16
4 0,08 0,1 0,168
5 0,09 0,1 0,18
B. Analisis Data
Dari tabel hasil percobaan diatas, maka dapat dicari besarnya gaya berat ( F ) dan
pertambahan panjang pegasnya ( x ). Yaitu sebagai berikut :
1. F1 = m1.g x1 = l1(1) l
= 0,05kg . 9,8 (m/s) = (0,14 - 0,1)m
= 0,49 N = 0,04 m
2. F2 = m2.g x2 = l1(2) l
= 0,06kg. 9,8 (m/s) = (0,15 0,1)m
= 0,588 N = 0,05 m
3. F3 = m3.g x3 = l1(3) l
= 0,07kg. 9,8 (m/s) = (0,16 - 0,1)m
= 0,686 N = 0,06 m
4. F4 = m4.g x4 = l1(4) l
= 0,08kg. 9,8 (m/s) = (0,168 - 0,1)m
= 0.784 N = 0,068 m
5. F5 = m5.g x5 = l1(5) l
= 0,09kg. 9,8 (m/s) = (0,18 - 0,1)m
= 0,882 N = 0,08 m
Dari hasil perhitungan F dan x diatas maka digunakan untuk mencari konstanta
pegas( k ),yaitu :
1. k1 = F1
x1
= 0,49N : 0,04m
= 12,25
2. k2 = F2
x2
= 0,588N : 0,05m
= 11,76
3. k3 = F3
x3
= 0,686N : 0,06m
= 11,43
4. k4 = F4
x4
= 0,784N : 0,068m
= 11,53
5. k5 = F5
x5
= 0,882N : 0,08m
= 11,025
Tabel.3.
Hasil perhitungan
= 0,8125541
5(5 1 )
= 0,040627705
=0,201563153
Jadi konstanta pegas tersebut adalah k = ( k k ) = ( 11,599 0,201563153 )
Kesalahan relatif konstanta pegasnya yaitu :
= k x 100%
k
= 0,201563153 x 100%
11,599
= 0,017377632 x 100%
= 1,7377632 %
4
3
2
1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ( x10- )m x Gambar.8 Grafik antara gaya ( F ) dan petambahan panjang
pegas ( x )
Setelah semua nilai konstanta pegas dijumlahkan, didapatkan nilai rata-rata konstantanya
adalah k = 11,599. Dan dengan rumus k = ( k - k) maka besarnya
n(n-1)
kesalahan mutlak konstantanya adalah 0,201563153. Untuk kesalahan relatif konstantanya
dicari dengan persamaan ( k/k ) x 100% , sehinga didapat kesalahan relatifnya sebesar
1,7377632 %.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari data percobaan didapat data sebagai berikut
Tabel.4.
Hasil perhitungan
B. Saran
1. Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam kegiatan pembelajaran khususnya fisika,
salah satu upaya yaitu melalui metode pembelajaran yang tepat dan menyenangkan, salah
satu metode tersebut yaitu metode eksperimen.
2. Pada percobaan gaya pegas dan konstanta pegas dengan alat peraga sederhana, ada baiknya
mencoba dengan menggunakan massa beban yang lebih bervariasi lagi dan menggunakan
beberapa pegas yang berbeda.
3. Dalam pembelajaran fisika pada bab lain, dapat dimungkinkan untuk menggunaan alat
peraga sederhana juga.
C. Penutup
Dengan mengucapkan Alhamdulillahi rabbil alamin, penulis memanjatkan puji sukur ke
hadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan laporan ini.
Penulis dalam penyusunan laporan ini menyelesaikannya dengan kondisi dan substansi sesuai
dengan kemampuan dari penulis. Penulisan laporan ini adalah sebagai hasil dari percobaan,
pengamatan dan analisis penulis terhadap alat peraga sederhana gaya pegas dan konstanta
pegas ( hukum Hooke ) yang telah dibuat.
Dengan penuh kesadaran, Penulis menyadari bahwa diperlukan kemampuan dan
keterampilan yang lebih untuk menjadi seorang analis. Sehingga diperoleh hasil yang
memuaskan.
Pada ahirnya penulis menyadari jika tidak ada sesuatu yang sempurna, karena kesempurnaan
hanya milik Allah SWT. Dengan hal ini penulis mengharapkan kritik,saran serta masukan
dari berbagai pihak sebagai bahan evaluasi laporan ini dan dalam penulisan selanjutnya.
Semoga laporan yang sederhana ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan sebagai bahan kajian untuk penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas
lagi. Amin Ya Rabbal alamin.
DAFTAR PUSTAKA
http://dwiayuwidiyati.blogspot.com/2010/12/laporan-pengukuran-konstanta-pegas.html
BAB ELASTISITAS.
Posted by keep.crazy in Dec 06, 2009, under Uncategorized
Elastisitas adalah sifat benda yang cenderung mengembalikan keadaan ke bentuk semula
setelah mengalami perubahan bentuk karena pengaruh gaya (tekanan atau tarikan) dari luar .
HUKUM HOOKE
Hubungan antara gaya F yang meregangkan pegas dengan pertambahan panjang pegas x pada
daerah elastisitas pertama kali dikemukakan oleh Robert Hooke (1635 1703), yang
kemudian dikenal dengan Hukum Hooke. Pada daerah elastis linier, besarnya gaya F
sebanding dengan pertambahan panjang x.
Tegangan
Gaya per satuan Luas disebut juga sebagai tegangan. Secara matematis ditulis :
http://ardhanapriadi.blog.com/2009/12/06/bab-elastisitas/
ENG ING EEENG......... kali ini aku mau berbagi pengalaman saat ptaktikum Fisika,
ini dia contoh laporan praktikum saya waktu SMA kelas 3. Ada yang mau nyontek???
silahkan ...:)
jika ada kesalahan tolong diperbaiki ya ......selamat melihat-lihat.
LEMBAR PENGESAHAN
1. Suroto S.Si
(Guru pembimbing) : ______________________________________
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga praktikan
bisa menyelesaikan laporan ujian praktikum fisika yang berjudul MENENTUKAN
KONSTANTA PEGAS (PEGAS). Laporan ini disusun sebagai bukti otentik dari ujian
praktek fisika tahun ajaran 2011-2012 yang dilaksanakan di laboraturium IPA SMA Negeri 8
Batam.
Praktikan berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, sehingga mampu
mendefinisikan konstanta pegas dan menghitung yang berfariasi bentuk dan ukurannya.
Praktikan menyadari karya tulis ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu praktikan
memohon maaf jika ada kesalahan dalam pembuatan laporan. Oleh karena itu praktikan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun demi perbaikan
pembuatan laporan dimasa mendatang.
Batam, 8 Maret 2012
Yuanita M.R
MOTTO
LEMBAR PENGESAHAN...
1
KATA PENGANTAR..
.2
MOTTO....
..3
DAFTAR ISI........
..4
JUDUL
PRAKTIKUM..5
TUJUAN PERCOBAAN...........................................................
5
LANDASAN TEORI.....
5
ALAT DAN BAHAN....
.7
A. Alat ...7
B. Bahan........7
PROSEDUR PERCOBAAN...
..8
HASIL DAN PEMBAHASAN..
9
A. Hasil......9
B. Analisa / Pembahasan...10
KESIMPULAN....
18
KRITIK DAN SARAN.....
..19
DAFTAR PUSTAKA....
..20
I. JUDUL PRAKTIKUM
MENENTUKAN KONSTANTA PEGAS (PEGAS)
Hukum Hook menyatakan bahwa jika pada sebuah pegas bekerja sebuah gaya, maka pegas
tersebut akan bertambah panjang sebanding dengan besar gaya yang bekerja padanya. Secara
matematis, hubungan antara besar gaya yang bekerja dengan pertambahan panjang pegas
dapat dituliskan sebagai berikut:
F=kx
Keterangan :
F = gaya yang bekerja (N)
k = konstanta pegas (N/m)
x = perubahan panjang pegas
Pegas ada yang disusun secara tunggal, ada juga yang disusun seri atau paralel. Untuk
pegas yang disusun seri, pertambahan panjang total sama dengan jumlah masing-masing
pertambahan panjang pegas . Sehingga pertambahan total x adalah: x = x1 + x2.
Sedangkan untuk pegas yang disusun paralel, pertambahan panjang masing-masing pegas
sama. Yaitu: x1 = x2 = x3. dengan demikian: Kp = k1 + k2
Perlu selalu di ingat bahwa hukum Hook hanya berlaku untuk daerah elastik, tidak berlaku
untuk daerah plastik maupun benda-benda plastik. Menurut Hooke, regangan sebanding
dengan tegangannya, dimana yang dimaksud dengan regangan adalah persentase perubahan
dimensi. Tegangan adalah gaya yang menegangkan per satuan luas penampang yang
dikenainya.
Sebelum diregangkan dengan gaya F, energi potensial sebuah pegas adalah nol, setelah
diregangkan energi potensialnya berubah menjadi: E = kx2
Jika sebuah benda diberikan gaya maka hukum Hooke hanya berlaku sepanjang daerah elastis
sampai pada titik yang menunjukkan batas hukum Hooke. Jika benda diberikan gaya hingga
melewati batas hukum Hooke dan mencapai batas elastisitas, maka panjang benda akan
kembali seperti semula. Jika gaya yang diberikan tidak melewati batas elastisitas. Tapi hukum
Hooke tidak berlaku pada daerah antara batas hukum Hooke dan batas elastisitas. Jika benda
diberikan gaya yang sangat besar hingga melewati batas elastisitas, maka benda tersebut akan
memasuki daerah plastis dan ketika gaya dihilangkan, panjang benda tidak akan kembali
seperti semula, benda tersebut akan berubah bentuk secara tetap. Jika pertambahan panjang
benda mencapai titik patah, maka benda tersebut akan patah.
Berdasarkan persamaan hukum Hooke di atas, pertambahan panjang (L) suatu benda
bergantung pada besarnya gaya yang diberikan (F) dan materi penyusun dan dimensi benda
(dinyatakan dalam konstanta k). Benda yang dibentuk oleh materi yang berbeda akan
memiliki pertambahan panjang yang berbeda walaupun diberikan gaya yang sama, misalnya
tulang dan besi.
Demikian juga, walaupun sebuah benda terbuat dari materi yang sama (misalnya besi), tetapi
memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda maka benda tersebut akan mengalami
pertambahan panjang yang berbeda sekalipun diberikan gaya yang sama. Jika kita
membandingkan batang yang terbuat dari materi yang sama tetapi memiliki panjang dan luas
penampang yang berbeda, ketika diberikan gaya yang sama, besar pertambahan panjang
sebanding dengan panjang benda mula-mula dan berbanding terbalik dengan luas
penampang. Makin panjang suatu benda, makin besar pertambahan panjangnya, sebaliknya
semakin tebal benda, semakin kecil pertambahan panjangnya.
b. Bahan
1. Dinamometer sebanyak 5 buah
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Susun rangkaian pegas secara seri seperti gambar.
2. Tentukan panjang awal pegas dan tulis nilainya.
3. Timbanglah massa beban dan catat massanya.
4. Pasanglah beban pada bawah pegas.
5. tentukan panjang akhir pegas dan catat nilainya.
6. tentukan nilai kostanta pegas karet dengan menggunakan persamaan.
TUGAS AKHIR
1. Tentukan besarnya konstanta pegas pada masing-masing variasi beban!
2. Tentukan besarnya energi potensial!
Tugas akhir akan dibahas didalam analisa laporan.
b. ANALISA / PEMBAHASAN
Pada tanggal 8 Maret 2012 telah diadakan sebuah praktikum yang berjudul menentukan
Konstanta pegas, yang dilaksanakan di laboraturium IPA SMA Negeri 8 Batam dan
dibimbing oleh guru bidang studi yang bertujuan untuk:
Untuk melaksanakan sebuah praktikum, praktikan diberi waktu selama 2 jam untuk
menyelesaikan praktikum. Untuk melaksanakan praktikum praktikum dituntut untuk serius
dan memiliki ketelitian yang tinggi supaya data yang diperoleh benar dan efektif.
Sebelum melakukan percobaan, langkah awal yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan
bahan yang diperlukan seperti: statif, baut besar, sekrup besar,dinamometer, beban, sekrup
besar, dan penggaris. Selanjutnya praktikan menyusun rangkaian menjadi seperti berikut:
Dalam praktikum, ada dua macam susunan pegas yaitu seri dan paralel. Pegas yang disusun
secara seri mengalami regangan yang cukup panjang atau lebih besar nilai pertambahan
panjangnya. Sedangkan pegas yang disusun secara paralel hanya sedikit mengalami
perubahan atau regangan tidak terlalu panjang. Hal ini sesuai dengan rumus bahwa secara seri
k = F/2x = k/2, sedangkan secara paralel k =k = 2k.
Setelah itu praktikan menentukan massa beban menggunakan alat ukur yaitu neraca 3 lengan.
Beban yang digunakan yaitu balok besi, sekrup panjang kurus, balok kayu besar, sekrup
panjang besar, dan sekrup panjang kecil. Untuk mendapatkan data yang akurat sebaiknya
menggunakan neraca digital. Karena neraca digital sudah terbukti keakuratan pengukurannya.
Cara mencari massa beban dengan menggunakan neraca tiga lengan adalah, pertama letakkan
beban keatas permukaan besi pada neraca lengan. Geserkan beban paling depan pada neraca
lengan untuk mengetahui apakah beban yang digunakan memiliki massa antara 1 sampai 10
gram, dan geserkan beban kedua pada neraca lengan untuk mengetahui apakah beban yang
digunakan memiliki massa 10 sampai 100 gram dan beban ketiga yang digunakan untuk
mengetahiu apakah beban yang digunakan memiliki beban lebih dari 100 gram.
Karena kurangnya ketersediaan neraca lengan di SMA Negeri 8 Batam, membuat praktikan
harus nenunggu praktikan yang lain secara bergiliran untuk mengukur beban yang digunakan,
sehingga waktu yang tersedia tersita karena menunggu. Hal ini adalah salah satu kesulitan
dalam menjalankan praktikum dari tahun- ketahun. Seharusnya sekolah harus melengkapi
alat- alat yang digunakan untuk praktikum atau memperbanyak alat-ala tersebut supa
praktikum bisa berjalan dengan lancar dan tepat waktu.
Pada penelitian yang pertama ini, praktikan mendapatkan massa bada balok besi sebesar 36,0
gram atau 0,036 kg, selanjutnya massa sekrup panjang kurus sebesar 5,8 gram atau 0,0058
kg, massa balok kayu sebesar 61,0 gram atau 0,061 kg, massa sekrup panjang besar sebesar
22,5 gram atau 0,0228 kg dan massa sekrup panjang kurus sebesar 23,5 gram atau 0,0235 kg.
Lalu praktikan mencatat hasilnya pada tabel yang tersedia.
Langkah selanjutnya praktikan menggantung sebuah neraca pegas pada statif untuk
menentukan panjang awal pada pegas. Sama halnya seperti pembahasan diatas, karena
jumlah statif yang disediakan oleh sekolah sangat terbatas dan tidak sesuai dengan jumlah
kelompok praktikum yang ada, maka praktikan lagi-lagi harus menunggu praktikan yang lain
untuk melakukan penelitian. Praktikan harus menunggu praktikan yang lain selama kira-kira
15 menit untuk menggunakan statif. Sehingga waktu yang tersedia terbuang sia-sia.
Setelah praktikan menggantungkan pegas pada statif, kemudian praktikan memasang beban
pada bawah pegas dan menggantungnya. Pada saat menggantung beban, praktikan tidak
boleh menggantungkan secara langsung beban tersebut pada pengait pegas atau langsung
diletakkan pada pengait. Karena bisa menyebabkan pengait pada neraca pegas mengalami
kerusakan .
karena pengaitnya sangat kecil atau bisa menimbulkan kerusakan seperti lecet-lecet. Jadi,
praktikan menggunakan plastik kecil yang tipis dan ringan seperti kantong teh obeng untuk
menggantungkan benda.
Caranya, beban yang akan digantung pada neraca pegas dimasukkan kedalam kantong teh
obeng satu persatu. Setelah itu, gantungkan tali pada kantong teh obeng yang berisi beban
pada pengait pegas. Setelah semua beban di gantung, praktikan mencatat data yang di
peroleh satu per satu pada tabel yang tersedia.
Untuk mengukur panjang awal pada pegas dalam praktikum ini praktikan menggunakan
penggaris. Karena penggaris mempunyai ketelitian 0,1 mm selain itu penggaris juga mudah
untuk dipahami. Sebaiknya penggaris yang digunakan harus panjang supaya lebih mudah
dalam melakukan penghitungan. Panjang awal pada pegas yang didapat adalah 7,5 cm atau
0,075 m.
Dalam penelitian mencari panjang akhir harus dilakukan secara seksama dan teliti. Dalam
penelitian yg selanjutnya praktikan mendapatkan panjang akhir pada pegas dengan beban
balok besi sebesar 53.10-3, panjang akhir pada beban sekrup panjang kurus sebesar 71.10-3.
panjang akhir pada beban balok kayu sebesar 51.10-3, panjang akhir pada beban sekrup
panjang besar sebesar 74.10-3, dan panjang akhir pada beban sekrup panjang kurus adalah
66.10-3. Lalu praktikan mencatat hasilnya pada tabel yang tersedia.
Setelah praktikan selesai menghitung massa beban, panjang awal dan panjang akhir dari
semua beban yang digunakan, selanjutnya praktikan menghitung besarnya x atau selisih
antara panjang akhir (Lt) dan panjang awal (Lo) dengan rumus: x = Lt- Lo
Dengan menggunakan rumus tersebut praktikan dapat menghitung selisih panjang akhir (Lt)
dan panjang awal(Lo) dan mencatat semua hasilnya pada lembar tabel yang tersedia yang
nantinya x akan digunakan untuk menghitung besarnya konstanta pegas dan besarnya energi
potensial pegas.
Sebelum menghitung semua nilai konstanta pegas, pastikan semua satuan yang telah diukur
dalam satuan Sistem Internasional (SI), supaya tidak terjadi kesalahan dalam pengolahan data
dan memperlambat penyelesaian praktikum. Setelah memastikan semua data yang diperoleh
dalam satuan SI, praktikan akan memulai menyelesaikan penghitungan.
Untuk mengitung nilai konstanta pegas adalah dengan memasukkan semua data yang telah
diperoleh pada rumus konstanta pegas (k). Masukkan nila massa pada beban pertama (m1),
grafitasi bumi ( g = 10 m/s) dan selisih panjang akhir dan panjang awal pada rumus konstanta
pegas tersebut. Untuk mempermudah penghitungan semua data yang ada praktikan
menggunakan kalkulator. Karena disamping cepat hasil yang didapat juga efisien. Caranya,
masukkan nilai massa, grafitasi bumi dan selisih antara panjang akhir dan panjang awal .
Hasil dari penghitungan konstanta pegas pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Balok besi
k= m.g
x
= 0,036.10 = 5,71
63.10-3
=0,0058.10 = 0,8169
71.10-3
= 0,061.10 = 10
61.10-3
= 0,0235.10 = 3,56
66.10-3
Untuk mencari besarnya energi potensial sangat mudah. Jauh lebih mudah dari
mencari nilai konstanta pegas karena semua data-data yang ada dapat langsung dimasukkan
kedalam rumus ini. Caranya, masukkan nilai x lalu kuadratkan dengan menggunakan
kalkulator untuk mempercepat penghitungan data. Lalu kalikanlah x yang telah
dikuadratkan tersebut dengan konstanta pegas yang telah dihitung tadi. Setelah mendapatkan
hasilnya kalilah hasil perkalian antara x dengan konstanta pegas dengan angka setengah
atau 0,5 atau bisa juga dengan cara dibagi dengan dua.
Besarnya massa beban pada masing-masing benda ternyata sangat berpengaruh dalam
pertambaan panjang pegas. Jika semakin besar massa beban, maka pegas akan semakin
memanjang. Begitu juga sebaliknya jika semakin kecil besarnya massa benda maka tarikan
pegas tidak terlalu panjang.
Dalam praktikum, ada dua macam susunan pegas yaitu rangkaian seri dan paralel. Perbedaan
susunan rankaian dalam praktikum juga sangat berpengaruh terhadap pertambahan panjang
pegas. Jika pegas disusun secara seri maka akan mengalami regangan yang cukup panjang
atau lebih besar nilai pertambahan panjangnya. Sedangkan pegas yang disusun secara paralel
hanya sedikit mengalami regangan atau mengalami perubahan sedikit saja.
Jika massa beban diganti menjadi yang lebih besar maka pertambahan panjang pada pegas
akan semakin besar adan akan berpengaruh pada hasil penghitungan konstanta pegas, yaitu
konstanta pegas akan semakin besar. Makin panjang suatu benda, makin besar besar
pertambahan panjangnya, sebaliknya semakin tebal benda, semakin kecil pertambahan
panjangnya.
Pegas atau gulungan kawat juga sangat berpengaruh dalam melakukan penelitian. Terkadang
jika dalam suatu praktikum kesediaan alat alat tidak memenuhi, maka pegas dapat diganti
dengan karet. Namun praktikum kali ini laboraturium IPA SMA Negeri 8 Batam praktikan
menggunaka pegas. Sehingga hasil pengambilan data cukup efisien. Tetapi pegas yang
digunakan bisa saja terbuat dari bahan yang berbeda, atau panjangnya berbeda atau luas
penampangnya berbeda. Misalnya:
Pada pegas (a), dan (c) terbuat dari bahan yang sama, (b), dan (d ) panjangnya sama tetapi
luas penampangnya berbeda, (a), dan (c) luas penampangnya sama tetapi panjangnya
berbeda.
Dengan demikian, apabila pegas-pegas tersebut dikenai gaya yang sama, maka akan
menghasilkan pertambahan panjang yang berbeda. Dan pegas yang terbuat dari alumunium
akan mengalami pertambahan panjang lebih besar dari pada pegas yang terbuat dari baja.
Dari pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pertambahan panjang pegas,
berbanding lurus dengan besar gaya tarik pada pegas, dan panjang pegas mula-mula, serta
berbanding terbalik dengan luas penampang pegas dan kelenturan pegas.
Dari pembahasan yang sudah diuraikan diatas, maka dapat dikatakan bahwa karet dan
pegas adalah benda elastis. Karet dikatakan benda elastis karena setelah karet ditarik dan
dilepaskan dapat kembali ke bentuk semula, begitu juga pegas apabila ditarik maka meregang
atau memanjang, dan jika dilepaskan akan kembali ke bentuk yang semula.
Setelah praktikan selesai menghitung besarnya nilai konstanta pegas dan besarnya energi
potensial pegas, maka penulisan laporan pun selesai. Dengan demikian praktikan dapat
menaarik beberapa kesimpulan pada percobaan kali ini.
Berikut ini adalah beberapa kesimpulan yang diperoleh oleh praktikan dalam percobaan
menentukan konstanta pegas:
1. Setiap bahan memiliki nilai konstanta pegas yang berbeda-beda.
2. apabila sebuah pegas diberi gaya dan dilepaskan, maka pegas tersebut akan kembali
kebentuk awalnya.
3. besarnya konstanta pegas dan x mempengaruhi besarnya energi potensial pegas.
4. semakin berat beban yang digunakan semakin besar pula konstanta pegasnya.
5. konstanta pegas berbanding lurus denga massa dan grafitasi bumi berbanding terbalik
dengan x.
Dalam praktikum ini praktikan tidak mengalami kesulitan karena alat-alat dan bahan yang
digunakan untuk praktikum mudah didapatkan dan harganya relatif murah. Tapi sebaiknya
sebelum memulai praktikum atau dengan kata lain sebelum praktikan memasuki laboraturium
untuk membawa semua alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum supaya
praktikum bisa berjalan dengan lancar. Dan untuk mempermudah dalam penghitungan data
sebaiknya para praktikan membawa alat hitung seperti kalkulator, supaya mempercepat
penghitungan dan hasil yang diperoleh juga efisien.
VII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang berjudul Menentukan Konstanta Pegas (pegas), dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Setiap bahan memiliki konstanta pegas yang berbeda.
2. apabila sebuah pegas diberi gaya dan dilepaskan maka pegas tersebut akan kembali ke
bentuk awalnya.
3. besarnya konstanta pegas dan x mempengaruhi besarnya energi potensial pegas.
4. Semakin besar nilai konstanta, maka nilai energi potensial yang didapat juga semakin
besar. Sebaliknya semakin kecil nilai konstanta, maka semakin besar nilai energi potensial.
5. Sifat elastis adalah sifat bahan yang selalu berusaha menghambat perubahan bentuknya
dan cenderung mengenbalikanyya ke bentuk semula. Benda yang memiliki sifat ini
dinamakan dengan benda elastis.
6. Perubahan panjang suatu pegas berbanding lurus (linier) dengan gaya tarik atau gaya
tekan yang diberikan pada pegas tersebut.
7. semakin berat beban yang digunakan semakin besar pula konstanta pegasnya.
8. konstanta pegas berbanding lurus dengan massa dan gravitasi bumi serta berbanding
terbalik dengan x.
9. jika sebuah pegas ditarik oleh gaya yang besarnya tidak melebihi batas elastisitas pegas,
pegas tersebut bertambah panjang sebanding dengan besarnya gaya yang maka
mempengaruhi pegas tersebut.
10. jika gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas, maka pertambahan panjang pegas
berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya.
DAFTAR PUSTAKA
Kanginan, Marthen. 2006. FISIKA untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Abdullah, Mikrojuddin. 2007. FISIKA SMA dan MA untuk kelas XI Semester 1. Jakarta:
Esis.
Cari. 2007. Aktif Belajar Fisika XI. Surakartaa: Mediatama.
www.google.com
http://tulisanyuan.blogspot.com/2012/04/laporan-praktikum-fisika-menentukan.html
http://gracep3.wordpress.com/teori-hukum-hooke/
Hukum Hooke
Fisika Kelas 1 > Dinamika
271
< Sebelum Sesudah >
=Ee
Contoh:
1. Sebuah kawat baja (E = 2 x 1011 N/m2). Panjang 125 cm dan diameternya 0.5 cm
mengalami gaya tarik 1 N.Tentukan:
a. tegangan.
b. regangan.
c. pertambahan panjang kawat.
Jawab:
a. Tegangan = F/A ; F = 1 N.
A= r2 = 3.14 (1/4 . 10-2)2
A = 1/(3.14 . 1/16 . 10-4) = 16 . 10-4/3.14 = 5.09 . 104 N/M2
http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Fisika/0271%20Fis-1-
2g2.htm
ini rangkumannya,
1. TEGANGAN
adalah besaran skalar dan memiliki satuan Nm-2 (pangkat min 2) atau pascal P a
dengan rumus Tegangan =gaya dibagi luas
2. REGANGAN
adalah hasil bagi antara pertambahan panjang dgn panjang awalnya. Rumusnya
adalah Regangan=pertambahan panjang dibagi panjang awal
3. MODULUS ELASTISITAS
ADALAH perbandingan antara tegangan dgn regangan.dengan Rumus,
modulus elastisitas=tegangan dibagi regangan
http://indonesiaindonesia.com/f/9-fisika-gaya-pegas-elastisitas-bahan/
Pernakah dirimu melihat alat yang tampak pada gambar ini ? wah, hari gini
belum itu adalah gambar pegas. Nyamannya kehidupan kita tidak
terlepas dari bantuan pegas, walaupun kadang tidak kita sadari. Ketika dirimu
mengendarai sepeda motor atau berada dalam sebuah mobil yang sedang
bergerak di jalan yang permukaannya tidak rata alias jalan berlubang, pegas
membantu meredam kejutan sehingga dirimu merasa sangat nyaman berada
dalam mobil atau ketika berada di atas sepeda motor. Apabila setiap kendaraan
yang anda tumpangi tidak memiliki pegas, gurumuda yakin perjalanan anda
akan sangat melelahkan, apalagi ketika menempuh perjalanan yang jauh. Ketika
turun dari mobil langsung meringis kesakitan karena terserang encok dan pegal
linu pegas tidak hanya dimanfaatkan di mobil atau sepeda motor, tetapi
pada semua kendaraan yang selalu kita gunakan. Selengkapnya akan kita kupas
tuntas pada akhir tulisan ini. Pegas merupakan salah satu contoh benda elastis.
Contoh benda elastis lainnya adalah karet mainan
(kalo karet pasti tahu ). Btw, elastis itu apa ya ? terus apa hubungan
ELASTISITAS
Ketika dirimu menarik karet mainan sampai batas tertentu, karet tersebut
bertambah panjang. silahkan dicoba kalau tidak percaya. Jika tarikanmu
dilepaskan, maka karet akan kembali ke panjang semula. Demikian juga ketika
dirimu merentangkan pegas, pegas tersebut akan bertambah panjang. tetapi
ketika dilepaskan, panjang pegas akan kembali seperti semula. Apabila di
laboratorium sekolah anda terdapat pegas, silahkan melakukan pembuktian ini.
Regangkan pegas tersebut dan ketika dilepaskan maka panjang pegas akan
kembali seperti semula. Mengapa demikian ? hal itu disebabkan karena benda-
benda tersebut memiliki sifat elastis. Elastis atau elastsisitas adalah kemampuan
sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang diberikan
pada benda tersebut dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda
yang elastis, maka bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan karet, yang
dimaksudkan dengan perubahan bentuk adalah pertambahan panjang.
Perlu anda ketahui bahwa gaya yang diberikan juga memiliki batas-batas
tertentu. Sebuah karet bisa putus jika gaya tarik yang diberikan sangat besar,
melawati batas elastisitasnya. Demikian juga sebuah pegas tidak akan kembali
ke bentuk semula jika diregangkan dengan gaya yang sangat besar. Jadi benda-
benda elastis tersebut memiliki batas elastisitas. Batas elastis itu apa ? lalu
bagaimana kita bisa mengetahui hubungan antara besarnya gaya yang diberikan
dan perubahan panjang minimum sebuah benda elastis agar benda tersebut bisa
kembali ke bentuk semula ? untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita
berkenalan dengan paman Hooke.
HUKUM HOOKE
Misalnya kita tinjau pegas yang dipasang horisontal, di mana pada ujung pegas
tersebut dikaitkan sebuah benda bermassa m. Massa benda kita abaikan,
demikian juga dengan gaya gesekan, sehingga benda meluncur pada permukaan
horisontal tanpa hambatan. Terlebih dahulu kita tetapkan arah positif ke kanan
dan arah negatif ke kiri. Setiap pegas memiliki panjang alami, jika pada pegas
tersebut tidak diberikan gaya. Pada kedaan ini, benda yang dikaitkan pada ujung
pegas berada dalam posisi setimbang (lihat gambar a). Untuk semakin
memudahkan pemahaman dirimu,sebaiknya dilakukan juga percobaan.
< ![endif]-->
< ![endif]-->
Sebaliknya, jika benda ditarik ke kiri sejauh -x, pegas juga memberikan gaya
pemulih untuk mengembalikan benda tersebut ke kanan sehingga benda
kembali ke posisi setimbang (gambar c).
Besar gaya pemulih F ternyata berbanding lurus dengan simpangan x dari pegas
yang direntangkan atau ditekan dari posisi setimbang (posisi setimbang ketika x
= 0). Secara matematis ditulis :
< ![endif]-->
Persamaan ini sering dikenal sebagai persamaan pegas dan merupakan hukum
hooke. Hukum ini dicetuskan oleh paman Robert Hooke (1635-1703). k adalah
konstanta dan x adalah simpangan. Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya
pemulih alias F mempunyai arah berlawanan dengan simpangan x. Ketika kita
menarik pegas ke kanan maka x bernilai positif, tetapi arah F ke kiri (berlawanan
arah dengan simpangan x). Sebaliknya jika pegas ditekan, x berarah ke kiri
(negatif), sedangkan gaya F bekerja ke kanan. Jadi gaya F selalu bekeja
berlawanan arah dengan arah simpangan x. k adalah konstanta pegas.
Konstanta pegas berkaitan dengan elastisitas sebuah pegas. Semakin besar
konstanta pegas (semakin kaku sebuah pegas), semakin besar gaya yang
diperlukan untuk menekan atau meregangkan pegas. Sebaliknya semakin elastis
sebuah pegas (semakin kecil konstanta pegas), semakin kecil gaya yang
diperlukan untuk meregangkan pegas. Untuk meregangkan pegas sejauh x, kita
akan memberikan gaya luar pada pegas, yang besarnya sama dengan F = +kx.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa x sebanding dengan gaya yang diberikan
pada benda.
Hukum hooke ternyata berlaku juga untuk semua benda padat, dari besi sampai
tulang tetapi hanya sampai pada batas-batas tertentu. Mari kita tinjau sebuah
batang logam yang digantung vertikal, seperti yang tampak pada gambar di
bawah.
< ![endif]-->
Pada benda bekerja gaya berat (berat = gaya gravitasi yang bekerja pada
benda), yang besarnya = mg dan arahnya menuju ke bawah (tegak lurus
permukaan bumi). Akibat adanya gaya berat, batang logam tersebut bertambah
panjang sejauh (delta L)
< ![endif]-->
Persamaan ini kadang disebut sebagai hukum Hooke. Kita juga bisa
menggantikan gaya berat dengan gaya tarik, seandainya pada ujung batang
logam tersebut tidak digantungkan beban.
Besarnya gaya yang diberikan pada benda memiliki batas-batas tertentu. Jika
gaya sangat besar maka regangan benda sangat besar sehingga akhirnya benda
patah. Hubungan antara gaya dan pertambahan panjang (atau simpangan pada
pegas) dinyatakan melalui grafik di bawah ini.
Jika sebuah benda diberikan gaya maka hukum Hooke hanya berlaku sepanjang
daerah elastis sampai pada titik yang menunjukkan batas hukum hooke. Jika
benda diberikan gaya hingga melewati batas hukum hooke dan mencapai batas
elastisitas, maka panjang benda akan kembali seperti semula jika gaya yang
diberikan tidak melewati batas elastisitas. tapi hukum Hooke tidak berlaku pada
daerah antara batas hukum hooke dan batas elastisitas. Jika benda diberikan
gaya yang sangat besar hingga melewati batas elastisitas, maka benda tersebut
akan memasuki daerah plastis dan ketika gaya dihilangkan, panjang benda tidak
akan kembali seperti semula; benda tersebut akan berubah bentuk secara tetap.
Jika pertambahan panjang benda mencapai titik patah, maka benda tersebut
akan patah.
< ![endif]-->
Persamaan ini menyatakan hubungan antara pertambahan panjang (delta L)
dengan gaya (F) dan konstanta (k). Materi penyusun dan dimensi benda
dinyatakan dalam konstanta k. Untuk materi penyusun yang sama, besar
pertambahan panjang (delta L) sebanding dengan panjang benda mula-mula (Lo)
dan berbanding terbalik dengan luas penampang (A). Kalau dirimu bingung
dengan panjang mula-mula atau luas penampang, coba amati gambar di bawah
ini terlebih dahulu.
< ![endif]-->
Dah paham panjang mula-mula (Lo) dan luas penampang (A) ?... Lanjut ya
< ![endif]-->
< ![endif]-->
Gaya per satuan Luas disebut juga sebagai tegangan. Secara matematis ditulis :
< ![endif]-->
Regangan
< ![endif]-->
< ![endif]-->
Ini adalah persamaan matematis dari Modulus Elastis (E) alias modulus Young
(Y). Jadi modulus elastis sebanding dengan Tegangan dan berbanding terbalik
Regangan.
Di bawah ini adalah daftar modulus elastis dari berbagai jenis benda padat
http://fisikablogscience.blogspot.com/2009/12/hukum-hooke-dan-
elastisitas.html
laporan praktikum fisika - KONSTANTA PEGAS
ini laprak pertamaku di kelas XI yang di kelas X jangan ditanya yaa ...
A. Judul
Konstanta Pegas
B. Tujuan
1. Menyelidiki hubungan antara gaya dengan pertambahan panjang pegas.
2. Menentukan nilai konstanta pegas melalui eksperimen .
D. Dasar Teori
1. Hukum Hooke
F = kx
Sebuah pegas ketika diberi gaya tarik F akan bertambah panjang sejuh x, dan dalam kasus
ini hukum hooke :
Usaha yang diperlukan untuk merenggangkan pegas akan setara dengan perubahan energi
potensial pada pegas akibat usikan peregangan tersebut, sehinggga :
W = 12kx2
E. Langkah Kerja
Mengukur tetapan gaya (konstanta pegas)
1. Ukur panjang pegas tanpa beban
2. Gantungkan beban bermassa m pada ujung bawah pegas
3. Ukur panjang pegas setelah pembebanan
4. Ulangi langkah-langkah tersebut dengan mengubah-ubah massa beban m
5. Masukkan data hasil percobaan ke dalam tabulasi berikut, hitung juga tetapan pegas yang
digunakan:
No. Massa Beban Panjang Pegas Panjang Pegas Setelah Pertambahan Tetapan Pegas
M (kg) Tanpa Beban x0 Pembebanan x (meter) Panjang k (N/m)
(meter) Pegas
/x (meter)
1
2
3
4
5
k1 = F/x
= 11,1
= 0,909
k2 = F/x
= 1,54,8
= 0,313
k3 = F/x
= 25,5
= 0,363
k4 = F/x
= 2,55.8
= 0,431
H. Pembahasan
Melakukan praktikum jika ingin mendapatkan hasil yang teliti harus di dukung dengan alat
praktikum yang memenuhi standar tetapi karena pegas yang digunakan dalam praktikum
kami pegas yang tidak sesuai dengan standar ketentuan maka hasil yang didapatkan juga
kurang teliti. Seharusnya gradien grafik k (konstanta pegas) di muka sebanding dengan F
(gaya) dan x sehingga k memiliki nilai konstan . Selain itu, keterbatan panca indera
meneliti juga menjadi faktor.
I. Kesimpulan
Berdaarkan pengamatan an perhitungan hasil yang telah kami lakukan didapatkan hasil
bahwa knstanta pegas mempunyai nilai yang konstan. Gaya berbanding lurus dengan
konstanta pegas dan pertambahan panjang berbanding terbalik dengan konstanta pegas.
http://myschoolstory-nika.blogspot.com/2011/09/laporan-praktikum-fisika-konstanta.html
PRAKTIKUM FISIKA
KONSTANTA PEGAS
Landasan Teori :
Elastisitas dapat didefinisikan sebagai sifat suatu benda atau bahan yang dapat
kembali kebentuk semula.
Bola yang terbuat dari karet, bila diberi gaya tekan maka bentuknya tidak bulat lagi. Namun
jika gaya tersebut dihilalangkan, bentuk bola tersebut juga akan kembali pada bentuk semula.
Akan tetapi jika bola yang terbuat dari tanah liat diberi gaya yang sama dan gayanya
dihilangkan, maka bentuk bola tersebut tidak dapat kembali pada bentuk semula.
Dari kejadian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada 2 golongan bahan, yaitu bahan
elastis dan bahan tidak elastis. Bahan elastis adalah bahan yang dapat kembali pada bentuk
semula jika diberi suatu gaya,contohnya adalah karet,baja dan kayu. Sedangkan bahan tidak
elastis adalah bahan yang tidak dapat kembali lagi pada bentuk semula jika diberi gaya meski
gaya tersebut telah dihilangkan, contohnya adalah tanah liat dan plastisin.menurut hkum
hooke jika gaya tarik tidak melampaui batas elastic pegas maka pertambahan panjang
pegas berbanding lurus dengan gaya tariknya
F = k.x
Dimana :k = konstanta gaya pegas.
X=pertambahan panjang
F=gaya
Cara Kerja :
-Gantungkan beban yang sama(0,6 kg) sebanyak 3 kali.
-Ukur pertambahan panjangnya.
-Cari konstanta pegasnya.
-Buatlah data dan pembahasannya.
Data :
No Pertambahan Konstanta(N/m)
Panjang(m)
1 0,26 23,07
2 0,42 14,28
3 0,66 9,09
Rata-rata 15,48
Analisis data :
F:m.g:0,6.10: 6N
F:K.x
K:F/x
Data 1 K :F/x
:6/0,26
:23,07N/m
Data 2 K :F/x
:6/0,42
:14,28N/m
Data 3 K :F/x
:6/0,66
:9,09N/m
Rata-rata :jumlah K Dibagi jumlah data
: (23,07+14,28+9,09) dibagi 3
: Dibagi 3
:15,48N/m
Pembahasan :
Dari analisis data kita dapat menyimpulkan untuk mencari konstanta pegas kita
menggunakan rumus K:F/x dan kita melihat perubahan panjang pegas berbeda beda
itu karna sifat elastisnya yang membuktikan bisa melar.semakin besar pertambahan
panjangnya semakin kecil konstanta yang kita dapat.
http://xncofies.blogspot.com/2012/08/contoh-laporan-praktikum-fisika.html
Energi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Ditinjau dari perspektif fisika, setiap sistem fisik mengandung (secara alternatif, menyimpan)
sejumlah energi; berapa tepatnya ditentukan dengan mengambil jumlah dari sejumlah
persamaan khusus, masing-masing didesain untuk mengukur energi yang disimpan secara
khusus. Secara umum, adanya energi diketahui oleh pengamat setiap ada pergantian sifat
objek atau sistem. Tidak ada cara seragam untuk memperlihatkan energi;
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Satuan
2 Transfer energi
o 2.1 Kerja
3 Jenis energi
4 Lihat pula
6 Pranala luar
[sunting] Satuan
[sunting] SI dan satuan berhubungan
Satuan SI untuk energi dan kerja adalah joule (J), dinamakan untuk menghormati James
Prescott Joule dan percobaannya dalam persamaan mekanik panas. Dalam istilah yang lebih
mendasar 1 joule sama dengan 1 newton-meter dan, dalam istilah satuan dasar SI, 1 J sama
dengan 1 kg m2 s2.
Energi kinetik adalah bagian energi yang berhubungan dengan gerakan suatu benda.
Persamaan di atas menyatakan bahwa energi kinetik ( ) sama dengan integral dari dot
product kecepatan ( ) sebuah benda dan infinitesimal momentum benda ( ).
Berlawanan dengan energi kinetik, yang adalah energi dari sebuah sistem dikarenakan
gerakannya, atau gerakan internal dari partikelnya, energi potensial dari sebuah sistem adalah
energi yang dihubungkan dengan konfigurasi ruang dari komponen-komponennya dan
interaksi mereka satu sama lain. Jumlah partikel yang mengeluarkan gaya satu sama lain
secara otomatis membentuk sebuah sistem dengan energi potensial. Gaya-gaya tersebut,
contohnya, dapat timbul dari interaksi elektrostatik (lihat hukum Coulomb), atau gravitasi.
Energi internal adalah energi kinetik dihubungkan dengan gerakan molekul-molekul, dan
energi potensial yang dihubungkan dengan getaran rotasi dan energi listrik dari atom-atom di
dalam molekul. Energi internal seperti energi adalah sebuah fungsi keadaan yang dapat
dihitung dalam sebuah sistem.
Konversi energi
enthalpy
exergy
daya (fisika)
termodinamika
entropi termodinamika
Krisis energi
Pengembangan energi
Teknologi energi
Kebijakan energi
Energi terbaharui
Keseimbangan energi
Penyimpanan energi
Transmisi energi
EU Energy Label
http://id.wikipedia.org/wiki/Energi
Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak - balik benda melalui suatu titik
keseimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon selalu konstan[1].
Daftar isi
1.3.4 Amplitudo
2 Gaya Pemulih
6 Referensi
7 Lihat Pula
8 Pranala Luar
[sunting] Jenis, Contoh, dan Besaran Fisika pada Gerak
Harmonik Sederhana
[sunting] Jenis Gerak Harmonik Sederhana
Ketika beban digantungkan pada ayunan dan tidak diberikan gaya, maka benda akan dian di
titik keseimbangan B[2]. Jika beban ditarik ke titik A dan dilepaskan, maka beban akan
bergerak ke B, C, lalu kembali lagi ke A[2]. Gerakan beban akan terjadi berulang secara
periodik, dengan kata lain beban pada ayunan di atas melakukan gerak harmonik sederhana[2].
Semua pegas memiliki panjang alami sebagaimana tampak pada gambar[2]. Ketika sebuah
benda dihubungkan ke ujung sebuah pegas, maka pegas akan meregang (bertambah panjang)
sejauh y. Pegas akan mencapai titik kesetimbangan jika tidak diberikan gaya luar (ditarik atau
digoyang)[2].
Selang waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu getaran adalah periode. Dengan
demikian, secara matematis hubungan antara periode dan frekuensi adalah sebagai berikut[3] :
1 1
T= f=
f T
[sunting] Amplitudo
Pada ayunan sederhana, selain periode dan frekuensi, terdapat juga amplitudo. Amplitudo
adalah perpindahan maksimum dari titik kesetimbangan[3].
Pegas adalah salah satu contoh benda elastis[4]. Oleh sifat elastisnya ini, suatu pegas yang
diberi gaya tekan atau gaya regang akan kembali pada keadaan setimbangnya mula- mula
apabila gaya yang bekerja padanya dihilangkan[4]. Gaya pemulih pada pegas banyak
dimanfaatkan dalam bidang teknik dan kehidupan sehari- hari[4]. Misalnya di dalam
shockbreaker dan springbed[4]. Sebuah pegas berfungsi meredam getaran saat roda kendaraan
melewati jalan yang tidak rata[4]. Pegas - pegas yang tersusun di dalam springbed akan
memberikan kenyamanan saat orang tidur[4].
Robert Hooke
Jika gaya yang bekerja pada sebuah pegas dihilangkan, pegas tersebut akan kembali pada
keadaan semula[5]. Robert Hooke, ilmuwan berkebangsaan Inggris menyimpulkan bahwa sifat
elastis pegas tersebut ada batasnya dan besar gaya pegas sebanding dengan pertambahan
panjang pegas[5]. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa besar gaya pegas pemulih
sebanding dengan pertambahan panjang pegas. Secara matematis, dapat dituliskan sebagai[5] :
Tanda (-) diberikan karena arah gaya pemulih pada pegas berlawanan dengan arah gerak
pegas tersebut.
Seri / Deret
Gaya yang bekerja pada setiap pegas adalah sebesar F, sehingga pegas akan mengalami
pertambahan panjang sebesar dan . Secara umum, konstanta total pegas yang
[5]
disusun seri dinyatakan dengan persamaan :
, dengan kn = konstanta pegas ke - n.
Paralel
Jika rangkaian pegas ditarik dengan gaya sebesar F, setiap pegas akan mengalami gaya tarik
[5]
sebesar dan , pertambahan panjang sebesar dan . Secara umum, konstanta
[5]
total pegas yang dirangkai paralel dinyatakan dengan persamaan :
Ayunan matematis merupakan suatu partikel massa yang tergantung pada suatu titik tetap
pada seutas tali, di mana massa tali dapat diabaikan dan tali tidak dapat bertambah panjang[6].
Dari gambar tersebut, terdapat sebuah beban bermassa tergantung pada seutas kawat halus
sepanjang dan massanya dapat diabaikan. Apabila bandul itu bergerak vertikal dengan
[6]
membentuk sudut , gaya pemulih bandul tersebut adalah . Secara matematis
dapat dituliskan[6] :
Keterangan :
Y = simpangan
F = frekuensi
t = waktu
Jika posisi sudut awal adalah , maka persamaan gerak harmonik sederhana menjadi [6]:
, maka[6] :
...(1)
Dari persamaan :
...(2)
Keterangan :
w = kecepatan sudut
A = amplitudo
Y = simpangan
Keterangan :
A = amplitudo
= kecepatan sudut
[sunting] Hubungan Gerak Harmonik Sederhana (GHS) dan
Gerak Melingkar Beraturan (GMB)
Gerak Melingkar
Gerak Melingkar Beraturan dapat dipandang sebagai gabungan dua gerak harmonik
sederhana yang saling tegak lurus, memiliki Amplitudo (A) dan frekuensi yang sama namun
memiliki beda fase relatif atau kita dapat memandang Gerak Harmonik Sederhana sebagai
suatu komponen Gerak Melingkar Beraturan[7]. Jadi dapat diimpulkan bahwa pada suatu garis
lurus, proyeksi sebuah benda yang melakukan Gerak Melingkar Beraturan merupakan Gerak
Harmonik Sederhana[7]. Frekuensi dan periode Gerak Melingkar Beraturan sama dengan
Frekuensi dan periode Gerak Harmonik Sederhana yang diproyeksikan[7].
Misalnya sebuah benda bergerak dengan laju tetap (v) pada sebuah lingkaran yang memiliki
jari-jari A sebagaimana tampak pada gambar di samping[7]. Benda melakukan Gerak
Melingkar Beraturan, sehingga kecepatan sudutnya bernilai konstan[7]. Hubungan antara
kecepatan linear dengan kecepatan sudut dalam Gerak Melingkar Beraturan dinyatakan
dengan persamaan[7] :
v
=
y
Karena jari-jari (r) pada Gerak Melingkar Beraturan di atas adalah A, maka persamaan ini
diubah menjadi :
v
=
y , ... (1)
Simpangan sudut (teta) adalah perbandingan antara jarak linear x dengan jari-jari lingkaran
(r), dan dinyatakan dengan persamaan :
... (2), x adalah jarak linear, v adalah kecepatan linear dan t adalah waktu
tempuh (x = vt adalah persamaan Gerak Lurus alias Gerak Linear). Kemudian v pada
persamaan 2 digantikan dengan v pada persamaan 1 dan jari-jari r digantikan dengan A :
Dengan demikian, simpangan sudut benda relatif terhadap sumbu x dinyatakan dengan
persamaan :
Pada gambar di atas, posisi benda pada sumbu x dinyatakan dengan persamaan :
...(4)
Keterangan :
A = amplitudo
= kecepatan sudut
Peredam kejut (shockabsorber) pada mobil memiliki komponen pada bagian atasnya
terhubung dengan piston dan dipasangkan dengan rangka kendaraan[8]. Bagian bawahnya,
terpasang dengan silinder bagian bawah yang dipasangkan dengan as roda[8]. Fluida kental
menyebabkan gaya redaman yang bergantung pada kecepatan relatif dari kedua ujung unit
tersebut[8]. Hal ini membantu untuk mengendalikan guncangan pada roda[8].
Jam mekanik
Roda keseimbangan dari suatu jam mekanik memiliki komponen pegas[8]. Pegas akan
memberikan suatu torsi pemulih yang sebanding dengan perpindahan sudut dan posisi
kesetimbangan[8]. Gerak ini dinamakan Gerak Harmonik Sederhana sudut (angular)[8].
Garpu tala dengan ukuran yang berbeda menghasilkan bunyi dengan pola titinada yang
berbeda[8]. Makin kecil massa m pada gigi garpu tala, makin tinggi frekuensi osilasi dan
makin tinggi pola titinada dari bunyi yang dihasilkan garpu tala[8].
http://id.wikipedia.org/wiki/Gerak_harmonik_sederhana
1. PENGERTIAN
Gerak Harmonik Sederhana (GHS) adalah gerak periodik dengan lintasan yang ditempuh
selalu sama (tetap). Gerak Harmonik Sederhana mempunyai persamaan gerak dalam bentuk
sinusoidal dan digunakan untuk menganalisis suatu gerak periodik tertentu. Gerak periodik
adalah gerak berulang atau berosilasi melalui titik setimbang dalam interval waktu tetap.
Gerak Harmonik Sederhana dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Linier, misalnya penghisap dalam silinder gas, gerak
osilasi air raksa / air dalam pipa U, gerak horizontal / vertikal dari pegas, dan sebagainya.
Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Angular, misalnya gerak bandul/ bandul fisis, osilasi
ayunan torsi, dan sebagainya.
2. SIMPANGAN GETAR
Simpangan getaran didefinisikan sebagai jarak benda yang bergetar ke titik keseimbangan.
Karena posisi benda yang bergetar selalu berubah, maka simpangan getaran juga akan
berubah mengikuti posisi benda.
Y = A sin (m) atau y = A sin w.t atau y = A sin 2 ft
Keterangan:
Y = simpangan getar (m)
A = amplitudo (m)
= sudut getar ( )
= frekuensi (Hz)
3. KECEPATAN GETAR
Kecepatan getar = kecepatan cos (meter / detik)
Vy = v cos
4. PERCEPATAN GETAR
Percepatan getar = percepatan sin (ms-2)
ay = a sin