Anda di halaman 1dari 68

Grafik T2 terhadap l

180
160
140
120
T(90) T (60)
100
l (m) 80
60
40
20
0
120 100 80 60 40 20

Grafik F terhadap x
3
2.5
2
1.5
1
0.5 F (N)
0
1. Sifat-sifat Elastis Bahan
a. Regangan atau strain
Regangan adalah perbandingan antara pertambahan panjang batang dengan panjang mula-
mula.

b. Tegangan atau stress


Tegangan atau stress adalah besarnya gaya yang bekerja tiap satu satuan luas penampang.

c. Modulus elastisitas
Modulus elastisitas adalah besaran yang menggambarkan tingkat elastisitas bahan. Modulus
elastisitas disebut juga modulus Young yang didefinisikan sebagai perbandingan stress
dengan strain.
2. Hukum Hooke

Pada Gambar diatas termasuk contoh elastisitas bahan. Sifat elastisitas pegas ini dipelajari
oleh Robert Hooke (1635-1703). Pada eksperimennya, Hooke menemukan adanya hubungan
antara gaya dengan pertambahan panjang pegas yang dikenai gaya. Besarnya gaya sebanding
dengan pertambahan panjang pegas. Konstanta perbandingannya dinamakan konstanta pegas
dan disimbulkan k. Dari hubungan ini dapat dituliskan persamaannya sebagai berikut.

dengan :
F = gaya (N)
x = pertambahan panjang pegas (m)
k = konstanta pegas (N/m)

3. Susunan Pegas
a. Susunan seri

b. Susunan paralel
Kp=K1+K2+K3+Kn

http://blog.uad.ac.id/isnin/2011/12/09/elastisitas/

Konstanta Pegas

Menurut hukum Hooke bahwa besar pertambahan panjang pegas akan sebanding dengan
gaya yang diberikan pada pegas asalkan gayanya tidak melebihi batas kemampuan pegas
tersebut.
Secara matematis dirumuskan

dari rumusan di atas berarti batas kemampuan yang dimaksud adalah k yang kita kenal
sebagai konstanta pegas.
Jika rumusan hukum hooke kita keluarkan k nya maka :
Dengan demikian maka konstanta pegas dapat kita artikan sebagai "BESARNYA GAYA
YANG DAPAT MENYEBABKAN PEGAS TERSEBUT BERTAMBAH SEPANJANG 1
METER".
http://cahkleca.blogspot.com/2011/12/konstanta-pegas.html

Hukum Hooke
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

Hukum Hooke untuk pegas yang bergerak secara vertikal

Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang ilmu fisika yang
terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas. Besarnya gaya Hooke ini secara
proporsional akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya,
atau lewat rumus matematis dapat digambarkan sebagai berikut:

di mana

F adalah gaya (dalam unit newton)

k adalah konstante pegas (dalam newton per meter)

x adalah jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya (dalam unit meter).

http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Hooke

TUJUAN

1. Menentukan konstanta pegas

2. Menentukan hubungan antar gaya yang bekerja pada pegas dengan penambahan panjang

pegas

3. Membuktikan hukum Hooke


B. DASAR TEORI

Bila sebuah pegas digantung vertikal dengan panjang (L 0) kemudian pegas diberi

beban dengan massa (m), maka pegas panjangnya menjadi (L), atau pegas mengalami

pertambahan panjang :

Maka harga konstanta pegas dapat di tentukan :

Tetapi jika pegas digantung vertikan ke bawah kemudian pegas diberi beban dan digetarkan,

maka pegas mengalami getaran selaras yang dapat ditentukan oleh periode getaranya (T)

Periode getar dapat dicari hubungannya dengan waktu : , di mana t adalah waktu

untuk n kali getaran melalui titik setimbang. Maka besarnya konstanta pegas dapat ditentukan

dengan persamaan : ,

Di mana k = konstanta pegas

m = massa beban

T = periode

g = konstanta gravitasi bumi (980 cm/det2)

C. ALAT DAN BAHAN

1. Dua buah pegas yang terbuat dari bahan yang berbeda

2. Anak timbangan dengan massa yang berbeda

3. Mistar

4. Statif

D. LANGKAH KERJA

1. Gantungkan sebuah pegas pada statif

2. Ukurlah panjang pegas sebelum diberi beban seagai panjang mula mula (l0 )
3. Gantunglan anak timbangan 50 g, kemudian ukur panjang pegas ketika beban masih

tergantung (l1 ) dan beban tidak bergerak lagi

4. Ukurlah pertambahan panjang pegas ( l = l + l0 )

5. Ulangilah langkah 3 dan 4 dengan menggantikan anak timbangan menjadi 50g, 100g, 150g

6. Ulangi langkah 1 5 dengan menggunakan pegas yang lain

7. Masukkan data hasil percobaan kedalam tabel berikut

E. DATA HASIL PERCOBAAN

No F l0 l L k
1 0,5 17 17,1 0,1 5
2 0,5 17 17,1 0,1 5
3 0,5 17 17,1 0,1 5
4 1 17 17,7 0,7 1,42
5 1 17 17,7 0,7 1,42
6 1 17 17,7 0,7 1,42
7 1,5 17,05 26,8 9,75 0,15
8 1,5 17,05 26,8 9,75 0,15
9 1,5 17,05 26,8 9,75 0,15
19,71

F. ANALISA DATA

No F l0 l L k k2
1 0,5 17 17,1 0,1 5 25
2 0,5 17 17,1 0,1 5 25
3 0,5 17 17,1 0,1 5 25
4 1 17 17,7 0,7 1,42 2,0164
5 1 17 17,7 0,7 1,42 2,0164
6 1 17 17,7 0,7 1,42 2,0164
7 1,5 17,05 26,8 9,75 0,15 0,0225
8 1,5 17,05 26,8 9,75 0,15 0,0225
9 1,5 17,05 26,8 9,75 0,15 0,0225
k1 19,71 k2 81,1167

K1 =

= 98

K2 =

= 98

K3 =

= 98

K4 =

= 690

K5 =

= 690

K6 =

= 690

K7 =

= 9800
K8 =

= 9800

K9 =

= 9800

k- =

k- =

= 31764,42 gr/dt2

k =

= 1,0007
Kesalahan Pengukuran =

= 5,007

Ketelitian Pengukuran =

= 94,922

G. KESIMPULAN

a. Makin besar massa yang dipergunakan maka pertambahan panjang pada sistem pembebanan
akan semakin besar.
b. Semakin banyak getaran yang dilakukan pada sistem getaran, waktu yang diperlukan
semakin banyak sehingga periodenya semakin besar.
c. Pada sistem pembebanan nilai k. ditentukan oleh massa gravitasi dan pertambahan panjang.
d. Pada sistem getaran nilai k. ditentukan banyaknya getaran, massa,dan periode.
http://7-software.blogspot.com/2012/04/laporan-fisika-konstanta-pegas.html

Hukum Hooke

Laporan Praktikum Fisika Dasar I Hukum Hooke


I. JUDUL PRAKTIKUM : HUKUM HOOKE

II. PRAKTIKUM KE : V

III. TANGGAL PRAKTIKUM : -

IV. TUJUAN PRAKTIKUM : Mahasiswa dapat memahami bahwa,


1. Pertambahan panjang pegas sebanding dengan gaya yang bekerja pada pegas.

2. Energi potensial pegas sebanding dengan kuadrat pertambahan panjang pegas.

V. LANDASAN TEORI

Robert Hooke pada tahun 1676, mengusulkan suatu hukum fisika menyangkut
pertambahan panjang sebuah benda elastik yang dikenai oleh suatu gaya. Menurut Hooke,
pertambahan panjang berbanding lurus dengan gaya yang diberikan pada benda. Secara
matematis, hukum Hooke ini dapat ditulis sebagai

F=-k x

Dengan F= gaya yang bekerja (N)

k = konstanta gaya (N/m)

x = pertambahan panjang (m)

Tanda negatif (-) dalam persamaan menunjukkan berarti gaya pemulih berlawanan
arah dengan perpanjangan.

jika gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas,pertambahan panjang pegas
berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya.

Pernyataan ini dikemukakan oleh Robert Hooke, oleh karena itu, pernyataan di atas
dikenal sebagai Hukum Hooke.Untuk menyelidiki berlakunya hukum hooke, kita bisa
melakukan percobaan pada pegas. Selisih panjang pegas ketika diberi gaya tarik dengan
panjang awalnya disebut pertambahan panjang( l).

Seperti kita menyelidiki sifat elastisitas bahan, kita juga mengukur pertambahan
panjang pegas dan besarnya gaya yang diberikan.Dalam hal ini,gaya yang diberikan sama
dengan berat benda = massa x percepatan gravitasi.

Pegas ada disusun tunggal, ada juga yang disusun seri ataupun paralel. Untuk pegas
yang disusun seri, pertambahan panjang total sama dengan jumlah masing-masing
pertambahan panjang pegas sehingga pertambahan total x adalah:

x = x1 + x 2

=+

=+

Sedangkan untuk pegas yang disusun paralel ,pertambahan panjang masing-masing


pegas sama (kita misalkan kedua pegas identik),yaitu
x1 = x2 = x. Dengan demikian:

Kp= k1 + k 2

Perlu selalu di ingat bahwa hukum hooke hanya berlaku untuk daerah elastik, tidak
berlaku untuk daerah plastik maupun benda-benda plastik. Menurut Hooke, regangan
sebanding dengan tegangannya, dimana yang dimaksud dengan regangan adalah persentase
perubahan dimensi. Tegangan adalah gaya yang menegangkan per satuan luas penampang
yang dikenainya.

Sebelum diregangkan dengan gaya F,energi potensial sebuah pegas adalah nol,setelah
diregangkan energi potensial nya berubah menjadi:

E= kx2

1.Tegangan

Tegangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya tarik F yang dialami kawat
dengan luas penampang (A)

Tegangan= atau =

Tegangan adalah besaran skalar dan memiliki satuan Nm-2 atau Pascal
(Pa).Berdasarkan arah gaya dan pertambahan panjangnya (perubahan bentuk),tegangan
dibedakan menjadi 3 macam,yaitu tegangan rentang,tegangan mampat,dan tegangan geser.

2.Regangan

Regangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara pertambahan panjang L dengan


panjang awalnya L.

Regangan= atau e =

Karena L sama-sama merupakan dimensi panjang, maka regangan tidak mempunyai


satuan (regangan tidak mempunyai dimensi). Regangan merupakan ukuran perubahan bentuk
benda dan merupakan tanggapan yang diberikan oleh benda terhadap tegangan yang
diberikan. Jika hubungan antara tegangan dan regangan dirumuskan secara matematis, maka
akan diperoleh persamaan berikut :

Ini adalah persamaan matematis dari Modulus Elastis (E) atau modulus Young (Y).
Jadi, modulus elastis sebanding dengan Tegangan dan berbanding terbalik Regangan.
Kita kenal 3 macam regangan yaitu regangan panjang,regangan volume,dan regangan
sudut.

a. regangan panjang
Dengan panjang semula sewaktu tiada regangan, l,dan penambahan panjang l akibat
regangan,regangannya diberikan oleh ,sedangkan jika luas penampang A dan gaya tegangan
yang meregangkan adalah W,maka tegangannya adalah W/A.Berdasarkan hukum hooke
ditulis;

Y() =

b. regangan volume

Menurut hukum hooke,kita dapat menulis:

B() = p

Dengan B adalah yang disebut dengan modulus ketegaran yang besarnya kurang lebih
1/3 modulus young.Berbeda dengan modulus young yang dapat diukur langsung dengan
mengukur penambahan panjangnya,l,dan gaya tegangan W serta luas penampang
A,modulus ketegaran B hampir tidak dapat diukur secara langsung karena sukarnya
mengukur pengerutan volumnya,V.

c. regangan sudut

Yang dimaksud dengan regangan sudut atau regangan luncuran sesudut adalah
deformasi,yaitu perubahan bentuk yang berkaitan dengan sudut luncuran..
3.Modulus Elastik

Ketika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda,maka ada kemungkinan bentuk
sebuah benda berubah.Secara umum,reaksi benda terhadap gaya yang diberikan dicirikan
oleh suatu besaran yang disebut modulus elastik.

Modulus elastik =

Untuk tegangan rentang,besar modulus elastik Y dinyatakan dengan

Y = atau = Y

Biasanya,modulus elastik untuk tegangan dan regangan ini disebut modulus young.
Dengan demikian,modulus Young merupakan ukuran ketahanan suatu zat terhadap perubahan
panjangnya ketika suatu gaya (beberapa gaya)diberikan pada benda.

Hukum Hooke untuk benda non Pegas


Hukum hooke ternyata berlaku juga untuk semua benda padat, tetapi hanya sampai
pada batas-batas tertentu. Mari kita tinjau sebuah batang logam yang digantung vertikal,
seperti yang tampak pada gambar di bawah.
Pada benda bekerja gaya berat (berat = gaya gravitasi yang bekerja pada benda),
yang besarnya = mg dan arahnya menuju ke bawah (tegak lurus permukaan bumi). Akibat
adanya gaya berat, batang logam tersebut bertambah panjang sejauh (delta L)
Jika besar pertambahan panjang (L) lebih kecil dibandingkan dengan panjang batang
logam, hasil eksperimen membuktikan bahwa pertambahan panjang (L) sebanding dengan
gaya berat yang bekerja pada benda. Perbandingan ini dinyatakan dengan persamaan :
Persamaan ini disebut sebagai hukum Hooke. Kita juga bisa menggantikan gaya berat
dengan gaya tarik, seandainya pada ujung batang logam tersebut tidak digantungkan beban.
Besarnya gaya yang diberikan pada benda memiliki batas-batas tertentu. Jika gaya
sangat besar maka regangan benda sangat besar sehingga akhirnya benda patah. Hubungan
antara gaya dan pertambahan panjang (atau simpangan pada pegas) dinyatakan melalui grafik
di bawah ini.
Jika sebuah benda diberikan gaya maka hukum Hooke hanya berlaku sepanjang
daerah elastis sampai pada titik yang menunjukkan batas hukum hooke. Jika benda diberikan
gaya hingga melewati batas hukum hooke dan mencapai batas elastisitas, maka panjang
benda akan kembali seperti semula jika gaya yang diberikan tidak melewati batas elastisitas.
tapi hukum Hooke tidak berlaku pada daerah antara batas hukum hooke dan batas elastisitas.
Jika benda diberikan gaya yang sangat besar hingga melewati batas elastisitas, maka benda
tersebut akan memasuki daerah plastis dan ketika gaya dihilangkan, panjang benda tidak
akan kembali seperti semula, benda tersebut akan berubah bentuk secara tetap. Jika
pertambahan panjang benda mencapai titik patah, maka benda tersebut akan patah.
Berdasarkan persamaan hukum Hooke di atas, pertambahan panjang (L) suatu benda
bergantung pada besarnya gaya yang diberikan (F) dan materi penyusun dan dimensi benda
(dinyatakan dalam konstanta k). Benda yang dibentuk oleh materi yang berbeda akan
memiliki pertambahan panjang yang berbeda walaupun diberikan gaya yang sama, misalnya
tulang dan besi.
Demikian juga, walaupun sebuah benda terbuat dari materi yang sama (misalnya
besi), tetapi memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda maka benda tersebut akan
mengalami pertambahan panjang yang berbeda sekalipun diberikan gaya yang sama. Jika kita
membandingkan batang yang terbuat dari materi yang sama tetapi memiliki panjang dan luas
penampang yang berbeda, ketika diberikan gaya yang sama, besar pertambahan panjang
sebanding dengan panjang benda mula-mula dan berbanding terbalik dengan luas
penampang. Makin panjang suatu benda, makin besar besar pertambahan panjangnya,
sebaliknya semakin tebal benda, semakin kecil pertambahan panjangnya. Jika hubungan ini
kita rumuskan secara matematis, maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut :
Persamaan ini menyatakan hubungan antara pertambahan panjang (delta L) dengan
gaya (F) dan konstanta (k). Materi penyusun dan dimensi benda dinyatakan dalam konstanta
k. Untuk materi penyusun yang sama, besar pertambahan panjang (delta L) sebanding dengan
panjang benda mula-mula (Lo) dan berbanding terbalik dengan luas penampang (A). Kalau
dirimu bingung dengan panjang mula-mula atau luas penampang, amati gambar di bawah ini.

panjang mula-mula (Lo) dan luas penampang (A

Besar E bergantung pada benda (E merupakan sifat benda). Pada persamaan ini
tampak bahwa pertambahan panjang (delta L) sebanding dengan hasil kali panjang benda
mula-mula (Lo) dan Gaya per satuan Luas (F/A).
VI. ALAT DAN BAHAN

1. Statif

2. Beban

3. Jepit penahan

4. Pegas Spiral

5. Mistar

VII. PROSEDUR PERCOBAAN

1) Gantungkan beban pada pegas (anggap berat beban adalah Fo)

2) Ukur panjang pegas (Lo)

3) Tambakan beban, lalu ukur panjang pegas (L)

4) Ulangi dengan penambahan beban bervariasi.

5) Isilah tabel

6) Perhatikan kecenderungan masing-masing tabel dari atas ke bawah

7) Bagaimana hubungan antara F dan L

8) Gambarkan grafik F terhadap L

9) Gunakan persamaan (teori) untuk menghitung konstanta pegas.

10) Hitung luas daerah di bawah grafik.

VIII. HASIL PENGAMATAN

Tabek hasil pengamatan :

No. W (N) F=W L (cm) L = L-L0 m (gr)


1. 0,6 0,6 N 13,8 0,6 60

2. 0,7 0,7 N 14,1 0,9 70

3. 0,8 0,8 N 14,4 1,2 80

4. 0,9 0,9 N 14,9 1,7 90

IX. ANALISA DATA

Mencari nilai konstanta

Data 1

l = 0, 006 m

F = 0,6 N

K1 =

= 100 N/m

Data 2

l = 0,009 m

F = 0,7 N

K2 =

= 77, 8 N/m

Data 3

l = 0,012 m

F = 0,8 N

k3 =

= 66, 7 N/m

Data 4

l = 0,017 m
F = 0,9 N

K4 =

= 52,9 N/m

= 74, 35 N/m

Mencari nilai energi potensial

Data 1

l = 0,006 m

k1 = 100 kg/s2

Ep1 = k1 l2

= 100 (0,006)2

= 0,0018 J

Data 2

l = 0,009 m

k2 = 77, 8 kg/ s2

Ep2 = k2 l2

= 77, 8 (0,009)2

= 0,0031509 J

Data 3

l = 0,012 m

k3 = 66, 7 kg/ s2

Ep3 = k3 l2

= 66, 7 (0,012)2
= 0,0048 J

Data 4

l = 0,017 m

k4 = 52,9 kg/ s2

Ep4 = k4 l2

= 52,9 (0,017)2

= 0,0076 J

= 0,0043 J

Luas = a. t

= L . F

= L . k. L

= k. L2

Maka

Luas = . L2

= . 74,35. (0,011)2

= 0,004

X. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali tentang Hukum Hooke kami mencari nilai konstanta. Pada data
pertama yakni nilai F adalah 0,6 N dan l adalah 0, 006 m, maka konstanta yang didapat
adalah100 N/m. Pada data kedua yakni nilai F adalah 0,7 N dan l adalah 0, 009 m, maka
konstanta yang didapat adalah 77,8 N/m Pada data ketiga yakni nilai F adalah 0,8 N dan l
adalah 0,012 m, maka konstanta yang didapat adalah 66, 7 N/m. Pada data keempat yakni
nilai F adalah 0,9 N dan l adalah 0, 017 m, maka konstanta yang didapat adalah 52,9 N/m
Rata- rata konstanta adalah 74, 35 N/m

Berdasarkan pada percobaan dengan mencari nilai konstanta diketahui bahwa semakin
besar nilai F dan l. Maka konstanta yang didapat semakin kecil.
Pada percobaan dengan mencari nilai energi potensial. Pada data pertama l adalah
0,006 m dan k adalah 100 kg/s2, maka energi potensial yang didapat 0,0018 J.

Pada data kedua l adalah 0,009 m dan k adalah 77,8 kg/s 2, maka energi potensial yang
didapat 0,0031509 J. Pada data ketiga l adalah 0,012 m dan k adalah 66,7 kg/s 2, maka energi
potensial yang didapat 0,0048 J. Pada data keempat l adalah 0,017 m dan k adalah 52,9
kg/s2, maka energi potensial yang didapat 0,0076 J. Rata-rata energi potensial adalah 0,0043
J.

Berdasarkan pada data yang telah didapatkan pada percobaan diketahui bahwa semakin
besar nilai l, maka nilai energi potensial yang didapat juga semakin besar. Sebaliknya
semakin kecil nilai konstanta, maka semakin besar nilai energi potensial.

Pada daerah grafik, luas daerah dibawah grafik dicari dengan persamaan :

Luas = a. t= L . F= L . k. L= k. L2

Persamaan tersebut sama dengan persamaan untuk mencari energi potensial. Pada
percobaan tersebut didapat luas daerah di bawah grafik adalah 0,004. nilai tersebut sama
dengan nilai rata-rata energi potensial.

Maka, luas daerah dibawah grafik sama dengan nilai energi potensial

XI. KESIMPULAN

1) Semakin besar nilai l, maka nilai energi potensial yang didapat juga semakin besar.
Sebaliknya semakin kecil nilai konstanta, maka semakin besar nilai energi potensial.

2) Semakin besar nilai F dan l. Maka konstanta yang didapat semakin kecil.

3) Luas daerah dibawah grafik sama dengan nilai energi potensial .

4) Pertambahan panjang (L) sebanding dengan gaya berat yang bekerja pada benda.

5) Persamaan mencari luas daerah di bawah grafik sama dengan persamaan untuk mencari energi
potensial.

http://chyfisika.blogspot.com/2012/01/hukum-hooke.html

LAPORAN PENGUKURAN KONSTANTA PEGAS

PERCOBAAN PENGUKURAN
KONSTANTA PEGAS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Laboratorium Fisika Pendidikan.

Program Studi Pendidikan Fisika


OLEH:
DWI RAHAYU WIDIYATI
1207053

FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN (FITK)


PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS SAINS AL-QURAN JAWA TENGAH DI WONOSOBO
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di masa yang modern ini, kita dituntut untuk dapat menguasai segala bidang. Tidak
terkecuali dalam bidang pendidikan, karena pendidikan dianggap sebagai hal yang penting
dalam kehidupan. Sehingga disekolah, setiap anak dituntut untuk dapat menguasai semua
mata pelajaran. Dan salah satunya adalah fisika.
Karena fisika merupakan ilmu yang fundamental, yaitu sebagai dasar dari ilmu-ilmu lain.
Maka kita semua harus dapat mempelajari dan memahaminya dengan baik. Akan tetapi
disekolah,biasanya siswa menganggap bahwa fisika itu sulit. Dengan alasan fisika itu susah
yaitu susah menghafalkan rumus dan kurang teliti dalan mengerjakan, mereka mengganggap
suatu hal yang wajar dan biasa jika mereka mendapatkan nilai yang kurang bahkan jelek.
Apalagi pada umumnya dalam menyampaikan materi pelajaran fisika, guru (pendidik) hanya
menggunakan metode ceramah saja. Dan hal tersebut membuat siswa menjadi bosan dan
tidak tertarik untuk mempelajarinya.
Sehingga untuk mempermudah siswa dalam memahami pelajaran, khususnya pelajaran fisika
maka diperlukan metode lain. Karena fisika adalah sesuatu yang dapat dipelajari dengan
nyata, sehingga kita dapat menggunakan metode percobaan/penelitian secara langsung.
Dengan bantuan alat peraga (percobaan) diharapkan siswa dapat lebih mudah dalam
memahami materi yang diberikan oleh oleh guru. Karena pembelajaran dengan metode
eksperimen akan memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa.
Maka khususnya untuk mempermudah dalam mempelajari bab Dinamika pada tingkat SMA,
yaitu pada sup bab Gaya Pegas, penulis tertarik untuk membuat alat peraga yang sederhana.
Sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa dalam materi gaya pegas tersebut.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifiksikan bahwa masalah yang ada
adalah sebagai berikut :
1. Banyaknya siswa yang menganggap bahwa pelajaran fisika itu sulit.
2. Penyampaian materi yang dilakukan oleh guru terlalu monoton,yaitu dengan metode
ceramah saja.
3. Kurangnya penggunaan media lain dalam pembelajaran,khususnya pembelajaran melalui
laboratoriun (eksperimen).

C. Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan masalah yang terlalu meluas dari rumusan masalah diatas,
maka penelitian ini dibatasi hanya akan membahas materi gaya pegas dengan menggunakan
alat peraga sederhana.

D. Rumusan Masalah.
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian gaya pegas dan konstanta pegas ini
adalah :
1. Skema alat percobaan gaya pegas dan konstanta pegas.
2. Cara pengambilan data yang diperlukan dengan alat percobaan sederhana tersebut.
3. Menentukan hubungan antara gaya tarik berat (F) yang diberikan dengan pertambahan
panjang pegas (x).
4. Gambar grafik hubungan antara gaya berat (F) dengan pertambahan panjang pegas (x).
5. Mencari besar konstanta pegas tersebut.
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian dengan alat peraga
sederhana gaya pegas dan konstanta pegas ini adalah :
1. Menambil data yang diperlukan untuk penelitian gaya pegas dan konstanta pegas (hukum
Hooke).
2.Mendapatkan hubungan antara gaya berat(F)dengan pertambahan panjang pegas(x).
3.Mengganbarkan grafik antara gaya berat (F) dengan pertambahan panjang pegas (x).
4.Mencari konstanta pegas.

F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian gaya pegas dan konstanta pegas dengan menggunakan alat peraga sederhana
ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.Dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi gaya pegas.
2.Penguasaan konsep fisika tentang gaya pegas menjadi lebih maksimal dengan metode
eksperimen menggunakan alat peraga yang sederhana.
3.Memberi pengetahuan tentang adanya media lain yang dapat digunakan dalam
pembelajaran fisika,khususnya pada materi gaya pegas.
4.Meningkatkan kemampuan untuk mengambil data dengan benar.
5.Memberikan waktu lebih banyak untuk dapat melakukan pengamatan dan menganalisis
data terhadap fenomena fisika yang terjadi disekitar kita.
6.Sebagai bahan kajian untuk penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Elastisitas
Elastisitas dapat didefinisikan sebagai sifat suatu benda atau bahan yang dapat kembali
kebentuk semula.
Bola yang terbuat dari karet, bila diberi gaya tekan maka bentuknya tidak bulat lagi. Namun
jika gaya tersebut dihilalangkan, bentuk bola tersebut juga akan kembali pada bentuk semula.
Akan tetapi jika bola yang terbuat dari tanah liat diberi gaya yang sama dan gayanya
dihilangkan, maka bentuk bola tersebut tidak dapat kembali pada bentuk semula.
Dari kejadian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada 2 golongan bahan, yaitu bahan
elastis dan bahan tidak elastis. Bahan elastis adalah bahan yang dapat kembali pada bentuk
semula jika diberi suatu gaya,contohnya adalah karet,baja dan kayu. Sedangkan bahan tidak
elastis adalah bahan yang tidak dapat kembali lagi pada bentuk semula jika diberi gaya meski
gaya tersebut telah dihilangkan, contohnya adalah tanah liat dan plastisin.

B. Hukum Hooke
Jika sebuah pegas diberi gaya berat dengan besar tertentu, maka secara otomatis pegas
tersebut akan mengalami pertambahan panjang. Hubungan antara besar gaya yang bekerja
pada pegas dengan pertambahan panjang pegas adalah konsep dasar dari hukum Hooke.Dan
bunyi hukum Hooke sendiri sebagai berikut :
Bila pada sebuah pegas bekerja sebuah gaya, maka pegas tersebut akan
bertambah panjang sebanding dengan besarnya gaya yanmempengaruh pegas tersebut

Sesuai dengan hukum Hooke tersebut, maka besar gaya berat (F) yang diberikanakan
sebanding dengan pertambahan panjang pegas (x). Sehingga dapat digambarkan dengan
grafik HUBUNGAN antara F-x
yaitu semakin besar gaya berat yang diberikan, maka semakin besar pula grafik tersebut
menunjukan pertambahanpanjang pada pegas.
Dan secara sistematis, hukum Hooke dapat dituliskan dengan persamaan :
F = k . x (1.a)
F = | F | = k .| x |
= k . x (1.b)
Dengan :F = gaya yang bekerja pada pegas (N)
k = konstanta pegas (N/m)
x = pertambahan panjang pegas (m).
Konstanta pegas merupkan suatu angka tertentu yng menjadi salah satu karakteristik suatu
pegas. Dan dalam satuan SI, konstanta pegas memiliki satuan N/m.
Ketika pegas ditarik atau ditekan, maka pada pegas bekerja gaya F yang menyebabkan pegas
tersebut bertambah panjang atau bertambah pendek. Dan secara otomatis pegas tersebut
memberikan gaya perlawanan terhadap gaya yang diberikan. Gaya perlawanan tersebut
dinamakan gaya lenting pulih (Fp). Besar gaya lenting pulih sama dengan besar gaya yamg
penyebabnya, akan tetapi arahnya berlawanan dengan gaya penyebabnya.
Fp = - F = - k . x (2.a)
Fp = | Fp | = | - F |
=k.|-x|
= k . x (2.b)
Gambar 2. Perubahan panjang pegas akibat gaya tarik/tekan.
Dari persamaan (2.a) , tanda (-) mempunyai arti bahwa gaya lenting pulih pegas berlawanan
dengan arah pertambahan panjang atau pendek pegas.
Hukum Hooke untuk pegas, hanya berlaku pada batas gaya yang besarnya tertentu.jika gaya
yang diberikan melmpaui batas tersebut, maka pegas akan menjadi patah.
Pada grafik hubungan F-x, menunjukan hubungan gaya terhadap pertambahan panjang untuk
sebuah kawat alumunium. Titik A disebut sebagai batas elastisitas, yaitu pertambahan
panjang (x) sebanding dengan gaya yang diberikan (F). Daerah OA disebut sebagai daerah
elastis dan berlaku hukum Hooke. Pada daerah OA tersebut jika gaya yang diberikan
dihilangkan, maka pegas/kawat akan kembali pada bentuk semula (awalnya).
Tetapi jika pegas/kawat tersebut terus diberi gaya hingga melampaui batas elastisitasnya,
maka pegas/kawat tersebut akan memasuki daerah plastis (AC). Pada daerah ini,pertambahan
panjang (x) tidak lagi berbanding lurus dengan gaya tarik(F), sehingga berarti hukum
Hooke tidak berlaku lagi. Dan jika gaya yang diberikan dihilangkan,pegas/kawat tersebut
tidak akan kembali pada bentuk semula (titik C) dan titik tersebut disebut titik patah
(breaking poin). Gaya maksimum yang dapat diberikan pada pegas/kawat tanpa membuatnya
patah disebut sebagai titik tekuk (titik B).
Pegas yang mendapat gaya tarik atau gaya tekan akan memiliki energi potensial, yang disebut
sebagai potensial pegas. Pada saat pegas diberi gaya, maka usaha yang dilakukan untuk
mengubah panjang pegas baik menekan atau menariknya adalah sama dengan luas dibawah
kurva F - x (gambar.1) , sehingga :
W = luas segitiga kurva.
=F.x
= (k . x) x
W = k . x (3.a)
Usaha tersebut juga dapat ditentukan dengan mengintegrasikan gaya pegas pada perubahan
panjang pegas tersebut :
W = F dx
= k . x dx
= k . x (3.b)
Menurut hukum kekekalan energi, usaha yang dilakukan oleh gaya pada pegas adalah
perubahan energi potensial pegas, sehingga dapat dinyatakan :
Ep = W = k . x
Ep Ep0 = k . x (4.a)
Dari dasar tersebut, maka persamaan (4.a) dapat diperoleh bahwa Energi Potensial pegas
sebagai berikut.
Ep = k . x (4.b)
Dengan :
Ep = Energi potensial pegas (J)
k = konstanta pegas (N/m)
x = pertambahan panjang pegas (m)

C. Susunan Pegas
Susunan pegas adalah rangkaian dua pegas atau lebih. Secara garis besar ada macam susunan
pegas,yaitu susunan seri dan susunan paralel.
1.Susunan Seri Pegas.
Jika N pegas dengan konstanta pegas masing-masing k1, k2,..., kN yang disusun secara seri
dan diberi gaya/beban F, maka pertambahan panjang pegas total adalah xs, yaitu :
F1 = F2 =...= FN (5)
xs = x1 + x2 +...+ xN (6)
Dari resamaan (5) dan (6), maka diperoleh konstanta pegas dengan susunan seri adalah :
xs = x1 + x2 +... + xN
Fs = F1 + F2 +...+ FN
ks k1 k2 kN
F = F + F + ...+ F
ks k1 k2 kN
1 = 1 + 1 +...+ 2
ks k1 k2 kN
1 = 1 (7.a)
ks i=1 ki

Bila N pegas yang disusun seri adalah pegas identik, maka konstanta pegasnya akan sama.
Sehingga konstanta pegas dengan susunan seri adalah :
ks = k .
N (7.b)
> Gambar 4. susunan seri pegas

2.Susunan Paralel Pegas.


Apabila terdapat N pegas dengan konstanta pegas masing-masing k1, k2,...,Kn yang disusun
paralel dan dibetri beban dengan gaya F, maka terjadi pertambahan panjang pegas total
sebesar xp.

Gambar 5.Susunan paralel pegas


Dan dapat dituliskan :
x1 = x2 = ... = xN = xp = x (8)
Fp = F1 + F2 + ...+ FN (9)

Dari persamaan (8) dan (9) diatas,maka diperoleh konstanta pegas dengan susunan paralel
adalah :
Fp = F1 + F2 +...+FN
kp . xp = k1. x1 + k2. x2 +...+ kN.xN
kp. Xx = k1 + k2 +...+ kkN
N
kp = ki (10.a)
i=1
Jika N pegas yang disusun paralel adalah pegas identik, maka konstanta pegasnya adalah :
kp = N . k (10.b)

D. Modulus Elastisistas
Modulus elastisitas bahan merupakan angka-angka yang menggambarkan tingkat elastisitas
bahan. Modulus elastisitas didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan dengan
rentangan (tegangan per renggangan). Modulus elastisitas juga disebut sebagai modulus
Young, dan dapat dinyatakan dengan :
Y = tegangan tarik = F / A = F . l (11)
regangan tarik l / l A . l
dengan : Y = modulus elastisitas/modulus young (N/m atau Pa)
F = gaya tarik atau gaya tekan (N)
l= panjang mula-mula benda (m)
l = pertambahan panjang benda (m)
A = luas penampang bidang tarik atau tekan (m)
Untuk modulus elastisitas/ Young beberapa bahan yang biasa digunakan dalam kehidupan
sehari-hari dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Modolus Elastisitas Beberapa Bahan.
NO Bahan Modulus elastisitas/Young (N/m atau Pa)
1 Alumunium 7,0 x 10
2 Beton 2,3 x 10
3 Tembaga 11 x 10
4 Nikel 21 x 10
5 Besi 21 x 10
6 Baja 20 x 10

Bila batas proposional gaya tidak terlampaui, maka perbandingan antara tegangan dengan
renggangan adalah konstan. Sesuai hukum Hooke yang menyatakan bahwa dalam batas
proposional, modulus elastisitas suatu bahan adalah tetap, hanya bergantung pada bahannya.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1.Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan Fisika. Di Gedung FITK Universitas
Sains Al-Quran (UNSIQ). Jalan Raya Kalibeber Km. 03 Wonosobo.
2.Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada hari Selasa 1 Juni 2010 sampai dengan tanggal 22 Juni 2010 di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Sains Al-Quran (UNSIQ) Jawa
Tengah di Wonosobo.

B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode kuantitatif. Dan
teknik pengambilan data dilakukan dengan eksperimen.

C. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.Statif
2.Pegas
3.Mistar / Penggaris
4.Beban denga masa yang berbeda-beda
5.Neraca.

D. Skema Alat Percobaan

Gambar 6. Skema alat percobaan.

E. Langkah Percobaan
Langkah-langkah percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.Menimbang semua beban dan mencatat massanya.
2.Mengaitkan ujung atas pegas pada statip dan mengukur panjang pegas sebagai panjang
mula-mula (Io).
3.Mengaitkan ujung bawah pegas dengan beban yang paling kecil (m), kemudian mengukur
panjang pegas sebagai I. Seperti pada gambar skema alat percobaan diatas.
4.Mengukur pertambahan panjang sebagai :
x = I = I Io.
5.Melepaskan beban.Dan mengganti beban yang berbeda massanya (m2), kemudian
mengukur panjang pegas sebagai I2 .
6.Mencatat hasil percobaan dalam tabel percobaan.
7.Menghitung pertambahan panjang pegas (x atau I).
8.Mengulangi langi langkah 1 sampai 6 untuk massa beban yang berbeda- beda,sehingga
diperoleh data tentang beban dan pertambahan panjang yang berbeda-beda pula.

F. Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan teknik eksperimen, yaitu pengukuran berulang. Dengan massa
yang berbeda-beda (m1, m2,..., m5) sehingga dari data hasil percobaan diperoleh panjang
pegas yang berbeda-beda juga (l1(1), l1(2),..., l1(5)).
Untuk mencari besarnya gaya yang bekerja pada pegas, maka dapat menggunakan persamaan
F = w dan w = m . g. Karena massa bebannya berbeda-beda, sehingga didapat F1, F2,...,F5
yang berbeda pula. Untuk mencari besarnya pertambahan panjang pegas dapat dicari dengan
x = l = l1 - l. Dengan nilai panjang pegas yang berbeda, maka pertambahan panjangnya
juga berbeda (x1, x2, ..., x5).
Dan dari perhitungan tersebut didapat F1, F2, ..., F5 dan x1, x2, ..., x5, maka dicari hubungan
antara gaya (F) terhadap pertambahan panjang pegas (x). Sehingga dapat digambarkan
grafiknya.
Dari hasil perhitungan (F1, F2,...,F5 dan x1, x2,...,x5) tersesebut juga digunakan untuk
nencari konstanta pegas. Yaitu dengan persamaan F = k . x. Dan data konstanta pegas tersebut
dianalisis dengan rumus sebagai berikut :
Konstanta rata-rata = k = k : n
Kesalahan mutlak k = (k - k)
n.( n -1)
kesalahan relatif = k x 100%
k

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Percobaan


Tabel 2.
Data hasil percobaan.

NO Massa / m
( kg ) Panjang Awal Pegas / l ( m ) Panjang Akhir Pegas / l1( m )
1 0,05 0,1 0,14
2 0,06 0,1 0,15
3 0,07 0,1 0,16
4 0,08 0,1 0,168
5 0,09 0,1 0,18

B. Analisis Data
Dari tabel hasil percobaan diatas, maka dapat dicari besarnya gaya berat ( F ) dan
pertambahan panjang pegasnya ( x ). Yaitu sebagai berikut :
1. F1 = m1.g x1 = l1(1) l
= 0,05kg . 9,8 (m/s) = (0,14 - 0,1)m
= 0,49 N = 0,04 m
2. F2 = m2.g x2 = l1(2) l
= 0,06kg. 9,8 (m/s) = (0,15 0,1)m
= 0,588 N = 0,05 m
3. F3 = m3.g x3 = l1(3) l
= 0,07kg. 9,8 (m/s) = (0,16 - 0,1)m
= 0,686 N = 0,06 m

4. F4 = m4.g x4 = l1(4) l
= 0,08kg. 9,8 (m/s) = (0,168 - 0,1)m
= 0.784 N = 0,068 m
5. F5 = m5.g x5 = l1(5) l
= 0,09kg. 9,8 (m/s) = (0,18 - 0,1)m
= 0,882 N = 0,08 m
Dari hasil perhitungan F dan x diatas maka digunakan untuk mencari konstanta
pegas( k ),yaitu :
1. k1 = F1
x1
= 0,49N : 0,04m
= 12,25
2. k2 = F2
x2
= 0,588N : 0,05m
= 11,76
3. k3 = F3
x3
= 0,686N : 0,06m
= 11,43
4. k4 = F4
x4
= 0,784N : 0,068m
= 11,53
5. k5 = F5
x5
= 0,882N : 0,08m
= 11,025

Tabel.3.
Hasil perhitungan

No F (N) x (m) Konstanta pegas


1 0,49 0,04 12,25
2 0,588 0,05 11,76
3 0,686 0,06 11,43
4 0,784 0,068 11,53
5 0,882 0,08 11,025
k 57,995

Nilai rata-rata Konstanta pegasnya yaitu :


k = k : n
= 57,995 : 5
= 11,599
Kesalahan mutlak konstanta pegasnya yaitu :
k = (k - k)
n.( n -1)

= 0,8125541
5(5 1 )
= 0,040627705
=0,201563153
Jadi konstanta pegas tersebut adalah k = ( k k ) = ( 11,599 0,201563153 )
Kesalahan relatif konstanta pegasnya yaitu :
= k x 100%
k
= 0,201563153 x 100%
11,599
= 0,017377632 x 100%
= 1,7377632 %

C. Pembahasan Hasil Analisis Data


Dari hasil analisis data percobaan diatas, didapatkan hasil yang berbeda-beda tergantung dari
besarnya gaya yang diberikan pada pegas tersebut. Yaitu :
1. Panjang awal pegas (l(1)) adalah 0,1m setelah diberi massa 0,05kg, panjang pegas
akhir(l1(1)) menjadi 0,14m sehingga pertambahan pajang pegas(x1) adalah 0,04m.
2. Panjang awal pegas (l(2)) adalah 0,1m setelah diberi massa 0,06kg, panjang pegas
akhir(l1(2)) menjadi 0,15m sehingga pertambahan pajang pegas(x2) adalah 0,05m.
3. Panjang awal pegas (l(3)) adalah 0,1m setelah diberi massa 0,07kg, panjang pegas
akhir(l1(3)) menjadi 0,16m sehingga pertambahan pajang pegas(x3) adalah 0,06m.
4. Panjang awal pegas (l(4)) adalah 0,1m setelah diberi massa 0,08kg, panjang pegas
akhir(l1(4))menjadi 0,168m sehingga pertambahan pajang pegas(x4)adalah 0,068m.
5. Panjang awal pegas (l(5)) adalah 0,1m setelah diberi massa 0,09kg, panjang pegas
akhir(l1(5)) menjadi 0,18m sehingga pertambahan pajang pegas(x5) adalah 0,08m.
Dari data tersebut maka dapat dicari besarnya gaya ( F ) yang diberikan pada pegas dengan
menggunakan rumus F = w = m . g dan besarnya konstanta pegas dengan menggunakan
persamaan (1.b), yaitu :
1.Besar gaya ( F1 ) yang diberikan adalah 0,49N,sehingga konstanta pegasnya (k1) adalah
12,25.
2.Besar gaya ( F2 ) yang diberikan adalah 0,588N,sehingga konstanta pegasnya (k2)
adalah11,76.
3.Besar gaya ( F3 ) yang diberikan adalah 0,686N,sehingga konstanta pegasnya (k3) adalah
11,43.
4.Besar gaya ( F4 ) yang diberikan adalah 0,784N,sehingga konstanta pegasnya (k4) adalah
11,53.
5.Besar gaya ( F5 ) yang diberikan adalah 0,882N,sehingga konstanta pegasnya (k5) adalah
11,025.
Dari data tersebut,maka dapat dicari hubungan antara besarnya gaya(F) yang diberikan
terhadap pertambahan panjang pegas(x),yaitu semakin besar gaya yang diberikan maka
pertambahan panjang pegasnya juga akan semakin besar pula. Dan dapat digambarkan
grafiknya seperti berikut :
F
8
( x10- )N
7

4
3
2
1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ( x10- )m x Gambar.8 Grafik antara gaya ( F ) dan petambahan panjang
pegas ( x )
Setelah semua nilai konstanta pegas dijumlahkan, didapatkan nilai rata-rata konstantanya
adalah k = 11,599. Dan dengan rumus k = ( k - k) maka besarnya
n(n-1)
kesalahan mutlak konstantanya adalah 0,201563153. Untuk kesalahan relatif konstantanya
dicari dengan persamaan ( k/k ) x 100% , sehinga didapat kesalahan relatifnya sebesar
1,7377632 %.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari data percobaan didapat data sebagai berikut
Tabel.4.
Hasil perhitungan

No F ( N ) x (m) Konstanta pegas


1 0,49 0,04 12,25
2 0,588 0,05 11,76
3 0,686 0,06 11,43
4 0,784 0,068 11,53
5 0,882 0,08 11,025
k 57,995

Dan besar rata-rata konstan pegasnya adalah 11,599.


2. Dalam penelitian gaya pegas dan konstanta pegas terbukti bahwa Hukum Hooke adalah
benar. Yaitu hubungan antara gaya yang diberikan pada pegas serbanding dengan
pertambahan panjang pegas ( F = k . x ).
3. Alat percobaan sederhana gaya pegas dan konstanta pegas dapat digunakan dengan baik
untuk proses pembelajaran fisika. Hal tesebut dibuktikan dengan nilai kesalahan mutlak
konstantanya hanya sebesaar 0,201563153 dan kesalahan relatifnya adalah 1,7377632 %.
4. Metode pembelajaran dengan eksperimen merupakan salah satu metode yang tepat
digunakan dan perlu dikembangkan dalam pembelajaran konsep fisika dari pada metode
konvensional.

B. Saran
1. Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam kegiatan pembelajaran khususnya fisika,
salah satu upaya yaitu melalui metode pembelajaran yang tepat dan menyenangkan, salah
satu metode tersebut yaitu metode eksperimen.
2. Pada percobaan gaya pegas dan konstanta pegas dengan alat peraga sederhana, ada baiknya
mencoba dengan menggunakan massa beban yang lebih bervariasi lagi dan menggunakan
beberapa pegas yang berbeda.
3. Dalam pembelajaran fisika pada bab lain, dapat dimungkinkan untuk menggunaan alat
peraga sederhana juga.
C. Penutup
Dengan mengucapkan Alhamdulillahi rabbil alamin, penulis memanjatkan puji sukur ke
hadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan laporan ini.
Penulis dalam penyusunan laporan ini menyelesaikannya dengan kondisi dan substansi sesuai
dengan kemampuan dari penulis. Penulisan laporan ini adalah sebagai hasil dari percobaan,
pengamatan dan analisis penulis terhadap alat peraga sederhana gaya pegas dan konstanta
pegas ( hukum Hooke ) yang telah dibuat.
Dengan penuh kesadaran, Penulis menyadari bahwa diperlukan kemampuan dan
keterampilan yang lebih untuk menjadi seorang analis. Sehingga diperoleh hasil yang
memuaskan.
Pada ahirnya penulis menyadari jika tidak ada sesuatu yang sempurna, karena kesempurnaan
hanya milik Allah SWT. Dengan hal ini penulis mengharapkan kritik,saran serta masukan
dari berbagai pihak sebagai bahan evaluasi laporan ini dan dalam penulisan selanjutnya.
Semoga laporan yang sederhana ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan sebagai bahan kajian untuk penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas
lagi. Amin Ya Rabbal alamin.

DAFTAR PUSTAKA

Foster , Bob. 2005. Fisika SMA Kelas XI . Jakarta : Erlangga


Istiyono. 2004. Sains Fisika Jilid 1a SMA. Klaten : Intan Pariwara.
. 2005. Fisika Jilid 2a SMA. Klaten : Intan Pariwara.
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
UNES.-----. Panduan Praktikum Fisika Dasar 1. Semarang : FMIPA UNES.

http://dwiayuwidiyati.blogspot.com/2010/12/laporan-pengukuran-konstanta-pegas.html

BAB ELASTISITAS.
Posted by keep.crazy in Dec 06, 2009, under Uncategorized

Elastisitas adalah sifat benda yang cenderung mengembalikan keadaan ke bentuk semula
setelah mengalami perubahan bentuk karena pengaruh gaya (tekanan atau tarikan) dari luar .

HUKUM HOOKE

Hubungan antara gaya F yang meregangkan pegas dengan pertambahan panjang pegas x pada
daerah elastisitas pertama kali dikemukakan oleh Robert Hooke (1635 1703), yang
kemudian dikenal dengan Hukum Hooke. Pada daerah elastis linier, besarnya gaya F
sebanding dengan pertambahan panjang x.

Secara matematis dinyatakan:


F = k . x .. (3.5)
dengan:
F = gaya yang dikerjakan pada pegas (N)
x = pertambahan panjang (m)
k = konstanta pegas (N/m)
Pada saat ditarik, pegas mengadakan gaya yang besarnya sama dengan gaya tarikan tetapi
arahnya berlawanan (Faksi = -Freaksi). Jika gaya ini disebut gaya pegas FP maka gaya ini
pun sebanding dengan pertambahan panjang pegas.
Fp = -F
Fp = -k.x (3.6)
dengan:
Fp = gaya pegas (N)
Berdasarkan persamaan (3.5) dan (3.6), Hukum
Hooke dapat dinyatakan:
Pada daerah elastisitas benda, besarnya pertambahan panjang sebanding dengan gaya yang
bekerja pada benda.
Sifat pegas seperti ini banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada neraca
pegas dan pada kendaraan bermotor (pegas sebagai peredam kejut).

TEGANGAN dan REGANGAN , MODULUS YOUNG

Tegangan

Gaya per satuan Luas disebut juga sebagai tegangan. Secara matematis ditulis :

http://ardhanapriadi.blog.com/2009/12/06/bab-elastisitas/

laporan praktikum fisika menentukan konstanta pegas(pegas)

ENG ING EEENG......... kali ini aku mau berbagi pengalaman saat ptaktikum Fisika,
ini dia contoh laporan praktikum saya waktu SMA kelas 3. Ada yang mau nyontek???
silahkan ...:)
jika ada kesalahan tolong diperbaiki ya ......selamat melihat-lihat.

LAPORAN UJIAN PRAKTIKUM FISIKA


MENENTUKAN KONSTANTA PEGAS (PEGAS)
DISUSUN OLEH :
NAMA: YUANITA M.R
KELAS: XII IPA 1

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


SMA NEGERI 8 BATAM TAHUN AJARAN 2011/2012

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini telah disahkan,


Tanggal :
Oleh :

1. Suroto S.Si
(Guru pembimbing) : ______________________________________

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga praktikan
bisa menyelesaikan laporan ujian praktikum fisika yang berjudul MENENTUKAN
KONSTANTA PEGAS (PEGAS). Laporan ini disusun sebagai bukti otentik dari ujian
praktek fisika tahun ajaran 2011-2012 yang dilaksanakan di laboraturium IPA SMA Negeri 8
Batam.

Tidak lupa praktikan mengucapkan terimakasih kepada:


1. Dra. Ibu Dwi Sulistyani selaku kepala sekolah SMA Negeri 8 Batam.
2. Suroto S.Si selaku guru pembimbing.
3. Majelis guru yang mendukung pembuatan karya tulis.
4. Orang tua yang selalu memberikan motivasi dan doa.
5. Teman-teman XII IPA yang membantu praktikan menyelesaikan laporan ini.

Praktikan berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, sehingga mampu
mendefinisikan konstanta pegas dan menghitung yang berfariasi bentuk dan ukurannya.
Praktikan menyadari karya tulis ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu praktikan
memohon maaf jika ada kesalahan dalam pembuatan laporan. Oleh karena itu praktikan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun demi perbaikan
pembuatan laporan dimasa mendatang.
Batam, 8 Maret 2012

Yuanita M.R

MOTTO

Santai dalam Penampilan, Serius dalam Pemikiran


Daftar Isi

LEMBAR PENGESAHAN...
1
KATA PENGANTAR..
.2
MOTTO....
..3
DAFTAR ISI........
..4
JUDUL
PRAKTIKUM..5
TUJUAN PERCOBAAN...........................................................
5
LANDASAN TEORI.....
5
ALAT DAN BAHAN....
.7
A. Alat ...7
B. Bahan........7
PROSEDUR PERCOBAAN...
..8
HASIL DAN PEMBAHASAN..
9
A. Hasil......9
B. Analisa / Pembahasan...10
KESIMPULAN....
18
KRITIK DAN SARAN.....
..19
DAFTAR PUSTAKA....
..20
I. JUDUL PRAKTIKUM
MENENTUKAN KONSTANTA PEGAS (PEGAS)

II. TUJUAN PERCOBAAN


a. Menentukan tingkat elastisitas pada bahan
b. Menentukan besarnya konstanta pegas
c. Menentukan hubungan massa dengan konstanta pegas

III. LANDASAN TEORI


Jika sebuah pegas ditarik dengan gaya tertentu, maka panjangnya akan berubah. Semakin
besar gaya tarik yang bekerja, semakin besar pertambahan panjang pegas tersebut. Ketika
gaya tarik dihilangkan, pegas akan kembali ke keadaan semula. Jika beberapa pegas ditarik
dengan gaya yang sama, pertambahan panjang setiap pegas akan berbeda. Perbedaan ini
disebabkan oleh karakteristik setiap pegas. Karateristik suatu pegas dinyatakan dengan
konstanta pegas (k).

Hukum Hook menyatakan bahwa jika pada sebuah pegas bekerja sebuah gaya, maka pegas
tersebut akan bertambah panjang sebanding dengan besar gaya yang bekerja padanya. Secara
matematis, hubungan antara besar gaya yang bekerja dengan pertambahan panjang pegas
dapat dituliskan sebagai berikut:
F=kx
Keterangan :
F = gaya yang bekerja (N)
k = konstanta pegas (N/m)
x = perubahan panjang pegas

Pegas ada yang disusun secara tunggal, ada juga yang disusun seri atau paralel. Untuk
pegas yang disusun seri, pertambahan panjang total sama dengan jumlah masing-masing
pertambahan panjang pegas . Sehingga pertambahan total x adalah: x = x1 + x2.
Sedangkan untuk pegas yang disusun paralel, pertambahan panjang masing-masing pegas
sama. Yaitu: x1 = x2 = x3. dengan demikian: Kp = k1 + k2

Perlu selalu di ingat bahwa hukum Hook hanya berlaku untuk daerah elastik, tidak berlaku
untuk daerah plastik maupun benda-benda plastik. Menurut Hooke, regangan sebanding
dengan tegangannya, dimana yang dimaksud dengan regangan adalah persentase perubahan
dimensi. Tegangan adalah gaya yang menegangkan per satuan luas penampang yang
dikenainya.
Sebelum diregangkan dengan gaya F, energi potensial sebuah pegas adalah nol, setelah
diregangkan energi potensialnya berubah menjadi: E = kx2

Jika sebuah benda diberikan gaya maka hukum Hooke hanya berlaku sepanjang daerah elastis
sampai pada titik yang menunjukkan batas hukum Hooke. Jika benda diberikan gaya hingga
melewati batas hukum Hooke dan mencapai batas elastisitas, maka panjang benda akan
kembali seperti semula. Jika gaya yang diberikan tidak melewati batas elastisitas. Tapi hukum
Hooke tidak berlaku pada daerah antara batas hukum Hooke dan batas elastisitas. Jika benda
diberikan gaya yang sangat besar hingga melewati batas elastisitas, maka benda tersebut akan
memasuki daerah plastis dan ketika gaya dihilangkan, panjang benda tidak akan kembali
seperti semula, benda tersebut akan berubah bentuk secara tetap. Jika pertambahan panjang
benda mencapai titik patah, maka benda tersebut akan patah.

Berdasarkan persamaan hukum Hooke di atas, pertambahan panjang (L) suatu benda
bergantung pada besarnya gaya yang diberikan (F) dan materi penyusun dan dimensi benda
(dinyatakan dalam konstanta k). Benda yang dibentuk oleh materi yang berbeda akan
memiliki pertambahan panjang yang berbeda walaupun diberikan gaya yang sama, misalnya
tulang dan besi.

Demikian juga, walaupun sebuah benda terbuat dari materi yang sama (misalnya besi), tetapi
memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda maka benda tersebut akan mengalami
pertambahan panjang yang berbeda sekalipun diberikan gaya yang sama. Jika kita
membandingkan batang yang terbuat dari materi yang sama tetapi memiliki panjang dan luas
penampang yang berbeda, ketika diberikan gaya yang sama, besar pertambahan panjang
sebanding dengan panjang benda mula-mula dan berbanding terbalik dengan luas
penampang. Makin panjang suatu benda, makin besar pertambahan panjangnya, sebaliknya
semakin tebal benda, semakin kecil pertambahan panjangnya.

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1. statif sebanyak 4 buah

2. baut besar sebanyak 2 buah

3. sekrup besar sebanyak 2 buah

b. Bahan
1. Dinamometer sebanyak 5 buah

2. Beban sebanyak 2 buah

3. Sekrup besar sebanyak 2 buah

4. Penggaris sebanyak 1 buah

5. Neraca pegas sebanyak satu buah

V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Susun rangkaian pegas secara seri seperti gambar.
2. Tentukan panjang awal pegas dan tulis nilainya.
3. Timbanglah massa beban dan catat massanya.
4. Pasanglah beban pada bawah pegas.
5. tentukan panjang akhir pegas dan catat nilainya.
6. tentukan nilai kostanta pegas karet dengan menggunakan persamaan.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. HASIL

NO NAMA BENDA MASSA BEBAN (m) PANJANG AWAL (lo) PANJANG


AKHIR (lt) X
1 Balok besi 0,036 kg 7,5 cm 12.10-3 63.10-3
2 Skrup panjang kurus 0,0058 kg 7,5 cm 4.10-3 71.10-3
3 Balok besar kayu 0,061 kg 7,5 cm 14.10-3 61.10-3
4 Skrup panjang
besar 0,0228 kg 7,5 cm 1.10-3 74.10-3
5 Skrup panjang kecil 0,0235 kg 7,5 cm 9.10-3 66.10-3

TUGAS AKHIR
1. Tentukan besarnya konstanta pegas pada masing-masing variasi beban!
2. Tentukan besarnya energi potensial!
Tugas akhir akan dibahas didalam analisa laporan.

b. ANALISA / PEMBAHASAN

Pada tanggal 8 Maret 2012 telah diadakan sebuah praktikum yang berjudul menentukan
Konstanta pegas, yang dilaksanakan di laboraturium IPA SMA Negeri 8 Batam dan
dibimbing oleh guru bidang studi yang bertujuan untuk:
Untuk melaksanakan sebuah praktikum, praktikan diberi waktu selama 2 jam untuk
menyelesaikan praktikum. Untuk melaksanakan praktikum praktikum dituntut untuk serius
dan memiliki ketelitian yang tinggi supaya data yang diperoleh benar dan efektif.

Sebelum melakukan percobaan, langkah awal yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan
bahan yang diperlukan seperti: statif, baut besar, sekrup besar,dinamometer, beban, sekrup
besar, dan penggaris. Selanjutnya praktikan menyusun rangkaian menjadi seperti berikut:

Dalam praktikum, ada dua macam susunan pegas yaitu seri dan paralel. Pegas yang disusun
secara seri mengalami regangan yang cukup panjang atau lebih besar nilai pertambahan
panjangnya. Sedangkan pegas yang disusun secara paralel hanya sedikit mengalami
perubahan atau regangan tidak terlalu panjang. Hal ini sesuai dengan rumus bahwa secara seri
k = F/2x = k/2, sedangkan secara paralel k =k = 2k.
Setelah itu praktikan menentukan massa beban menggunakan alat ukur yaitu neraca 3 lengan.
Beban yang digunakan yaitu balok besi, sekrup panjang kurus, balok kayu besar, sekrup
panjang besar, dan sekrup panjang kecil. Untuk mendapatkan data yang akurat sebaiknya
menggunakan neraca digital. Karena neraca digital sudah terbukti keakuratan pengukurannya.
Cara mencari massa beban dengan menggunakan neraca tiga lengan adalah, pertama letakkan
beban keatas permukaan besi pada neraca lengan. Geserkan beban paling depan pada neraca
lengan untuk mengetahui apakah beban yang digunakan memiliki massa antara 1 sampai 10
gram, dan geserkan beban kedua pada neraca lengan untuk mengetahui apakah beban yang
digunakan memiliki massa 10 sampai 100 gram dan beban ketiga yang digunakan untuk
mengetahiu apakah beban yang digunakan memiliki beban lebih dari 100 gram.

Karena kurangnya ketersediaan neraca lengan di SMA Negeri 8 Batam, membuat praktikan
harus nenunggu praktikan yang lain secara bergiliran untuk mengukur beban yang digunakan,
sehingga waktu yang tersedia tersita karena menunggu. Hal ini adalah salah satu kesulitan
dalam menjalankan praktikum dari tahun- ketahun. Seharusnya sekolah harus melengkapi
alat- alat yang digunakan untuk praktikum atau memperbanyak alat-ala tersebut supa
praktikum bisa berjalan dengan lancar dan tepat waktu.

Pada penelitian yang pertama ini, praktikan mendapatkan massa bada balok besi sebesar 36,0
gram atau 0,036 kg, selanjutnya massa sekrup panjang kurus sebesar 5,8 gram atau 0,0058
kg, massa balok kayu sebesar 61,0 gram atau 0,061 kg, massa sekrup panjang besar sebesar
22,5 gram atau 0,0228 kg dan massa sekrup panjang kurus sebesar 23,5 gram atau 0,0235 kg.
Lalu praktikan mencatat hasilnya pada tabel yang tersedia.

Langkah selanjutnya praktikan menggantung sebuah neraca pegas pada statif untuk
menentukan panjang awal pada pegas. Sama halnya seperti pembahasan diatas, karena
jumlah statif yang disediakan oleh sekolah sangat terbatas dan tidak sesuai dengan jumlah
kelompok praktikum yang ada, maka praktikan lagi-lagi harus menunggu praktikan yang lain
untuk melakukan penelitian. Praktikan harus menunggu praktikan yang lain selama kira-kira
15 menit untuk menggunakan statif. Sehingga waktu yang tersedia terbuang sia-sia.
Setelah praktikan menggantungkan pegas pada statif, kemudian praktikan memasang beban
pada bawah pegas dan menggantungnya. Pada saat menggantung beban, praktikan tidak
boleh menggantungkan secara langsung beban tersebut pada pengait pegas atau langsung
diletakkan pada pengait. Karena bisa menyebabkan pengait pada neraca pegas mengalami
kerusakan .
karena pengaitnya sangat kecil atau bisa menimbulkan kerusakan seperti lecet-lecet. Jadi,
praktikan menggunakan plastik kecil yang tipis dan ringan seperti kantong teh obeng untuk
menggantungkan benda.
Caranya, beban yang akan digantung pada neraca pegas dimasukkan kedalam kantong teh
obeng satu persatu. Setelah itu, gantungkan tali pada kantong teh obeng yang berisi beban
pada pengait pegas. Setelah semua beban di gantung, praktikan mencatat data yang di
peroleh satu per satu pada tabel yang tersedia.

Untuk mengukur panjang awal pada pegas dalam praktikum ini praktikan menggunakan
penggaris. Karena penggaris mempunyai ketelitian 0,1 mm selain itu penggaris juga mudah
untuk dipahami. Sebaiknya penggaris yang digunakan harus panjang supaya lebih mudah
dalam melakukan penghitungan. Panjang awal pada pegas yang didapat adalah 7,5 cm atau
0,075 m.

Dalam penelitian mencari panjang akhir harus dilakukan secara seksama dan teliti. Dalam
penelitian yg selanjutnya praktikan mendapatkan panjang akhir pada pegas dengan beban
balok besi sebesar 53.10-3, panjang akhir pada beban sekrup panjang kurus sebesar 71.10-3.
panjang akhir pada beban balok kayu sebesar 51.10-3, panjang akhir pada beban sekrup
panjang besar sebesar 74.10-3, dan panjang akhir pada beban sekrup panjang kurus adalah
66.10-3. Lalu praktikan mencatat hasilnya pada tabel yang tersedia.
Setelah praktikan selesai menghitung massa beban, panjang awal dan panjang akhir dari
semua beban yang digunakan, selanjutnya praktikan menghitung besarnya x atau selisih
antara panjang akhir (Lt) dan panjang awal (Lo) dengan rumus: x = Lt- Lo

Dengan menggunakan rumus tersebut praktikan dapat menghitung selisih panjang akhir (Lt)
dan panjang awal(Lo) dan mencatat semua hasilnya pada lembar tabel yang tersedia yang
nantinya x akan digunakan untuk menghitung besarnya konstanta pegas dan besarnya energi
potensial pegas.

Untuk menghitung besarnya konstanta pegas menggunakan rumus sebagai berikut: F =


F.1
M.g = k. x2
k= m.g ...3
x

Dimana : F = Gaya pegas


M = Massa beban
g = Grafitasi bumi
k = konstanta pegas
x = Selisih antara panjang akhir (Lt) dan panjang awal (Lo)

Sebelum menghitung semua nilai konstanta pegas, pastikan semua satuan yang telah diukur
dalam satuan Sistem Internasional (SI), supaya tidak terjadi kesalahan dalam pengolahan data
dan memperlambat penyelesaian praktikum. Setelah memastikan semua data yang diperoleh
dalam satuan SI, praktikan akan memulai menyelesaikan penghitungan.

Untuk mengitung nilai konstanta pegas adalah dengan memasukkan semua data yang telah
diperoleh pada rumus konstanta pegas (k). Masukkan nila massa pada beban pertama (m1),
grafitasi bumi ( g = 10 m/s) dan selisih panjang akhir dan panjang awal pada rumus konstanta
pegas tersebut. Untuk mempermudah penghitungan semua data yang ada praktikan
menggunakan kalkulator. Karena disamping cepat hasil yang didapat juga efisien. Caranya,
masukkan nilai massa, grafitasi bumi dan selisih antara panjang akhir dan panjang awal .

Hasil dari penghitungan konstanta pegas pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

a. Balok besi
k= m.g
x

= 0,036.10 = 5,71
63.10-3

b. Sekrup panjang kurus


k= m.g
x

=0,0058.10 = 0,8169
71.10-3

c. Balok besar kayu


k= m.g
x

= 0,061.10 = 10
61.10-3

d. Sekrup panjang besar


k= m.g
x
= 0,0228.10 = 3,081
74.10-3

e. Sekrup panjang kecil


k= m.g
x

= 0,0235.10 = 3,56
66.10-3

Untuk mencari besarnya energi potensial sangat mudah. Jauh lebih mudah dari
mencari nilai konstanta pegas karena semua data-data yang ada dapat langsung dimasukkan
kedalam rumus ini. Caranya, masukkan nilai x lalu kuadratkan dengan menggunakan
kalkulator untuk mempercepat penghitungan data. Lalu kalikanlah x yang telah
dikuadratkan tersebut dengan konstanta pegas yang telah dihitung tadi. Setelah mendapatkan
hasilnya kalilah hasil perkalian antara x dengan konstanta pegas dengan angka setengah
atau 0,5 atau bisa juga dengan cara dibagi dengan dua.

Dan hasil penghitungan besarnya energi potensial adalah sebagai berikut :


a. balok besi
Ep = . k . (x)2
= . 5,71 . (63.10-3)2
= 11334.10-6 joule
b. sekrup panjang kurus
Ep = . k . (x)2
= . 0,8169 . (71.10-3)2
= 2059.10-6 joule
c. balok besar kayu
Ep = . k . (x)2
= . 10 . (61.10-3)2
= 18605.10-6 joule
d. sekrup panjang besar
Ep = . k . (x)2
= . 3,081. (74.10-3)2
= 8433.10-6 joule
e. sekrup panjang kecil
Ep = . k . (x)2
= . 3,56 . (66.10-3)2
= 7753.10-6 joule
Berdasarkan kajian teori yang diperoleh, dapat dinyatakan bahwa sebuah pegas yang
diregangkan dengan satu gaya, maka pegas akan bertambah panjang. Jika gaya yang
digunakan untuk menarik suatu kawat tidak terlalu besar, maka perpanjangan pegas adalah
sebanding dengan gaya yang bekerja.
Semakin besar konstanta pegas atau semakin kaku sebuah pegas, maka semakin besar gaya
yang diperlukan untuk menekan atau meregangkan pegas. Sebaliknya semakin elastis sebuah
pegas atau semakin kecil konstanta pegas, maka semakin kecil gaya yang diperlukan untuk
meregangkan pegas. Konstanta pegas menggambarkan kekakuan pegas. Semakin besar
konstanta yang dimiliki, pegas semakin kaku dan semakin susah untuk diregangkan atau
ditekan. Begitu pula sebaliknya, jika konstanta pegas kecil, maka pegas tersebut semakin
mudah diregangkan atau ditekan.

Besarnya massa beban pada masing-masing benda ternyata sangat berpengaruh dalam
pertambaan panjang pegas. Jika semakin besar massa beban, maka pegas akan semakin
memanjang. Begitu juga sebaliknya jika semakin kecil besarnya massa benda maka tarikan
pegas tidak terlalu panjang.

Dalam praktikum, ada dua macam susunan pegas yaitu rangkaian seri dan paralel. Perbedaan
susunan rankaian dalam praktikum juga sangat berpengaruh terhadap pertambahan panjang
pegas. Jika pegas disusun secara seri maka akan mengalami regangan yang cukup panjang
atau lebih besar nilai pertambahan panjangnya. Sedangkan pegas yang disusun secara paralel
hanya sedikit mengalami regangan atau mengalami perubahan sedikit saja.

Jika massa beban diganti menjadi yang lebih besar maka pertambahan panjang pada pegas
akan semakin besar adan akan berpengaruh pada hasil penghitungan konstanta pegas, yaitu
konstanta pegas akan semakin besar. Makin panjang suatu benda, makin besar besar
pertambahan panjangnya, sebaliknya semakin tebal benda, semakin kecil pertambahan
panjangnya.

Pegas atau gulungan kawat juga sangat berpengaruh dalam melakukan penelitian. Terkadang
jika dalam suatu praktikum kesediaan alat alat tidak memenuhi, maka pegas dapat diganti
dengan karet. Namun praktikum kali ini laboraturium IPA SMA Negeri 8 Batam praktikan
menggunaka pegas. Sehingga hasil pengambilan data cukup efisien. Tetapi pegas yang
digunakan bisa saja terbuat dari bahan yang berbeda, atau panjangnya berbeda atau luas
penampangnya berbeda. Misalnya:

Pada pegas (a), dan (c) terbuat dari bahan yang sama, (b), dan (d ) panjangnya sama tetapi
luas penampangnya berbeda, (a), dan (c) luas penampangnya sama tetapi panjangnya
berbeda.

Dengan demikian, apabila pegas-pegas tersebut dikenai gaya yang sama, maka akan
menghasilkan pertambahan panjang yang berbeda. Dan pegas yang terbuat dari alumunium
akan mengalami pertambahan panjang lebih besar dari pada pegas yang terbuat dari baja.

Dari pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pertambahan panjang pegas,
berbanding lurus dengan besar gaya tarik pada pegas, dan panjang pegas mula-mula, serta
berbanding terbalik dengan luas penampang pegas dan kelenturan pegas.
Dari pembahasan yang sudah diuraikan diatas, maka dapat dikatakan bahwa karet dan
pegas adalah benda elastis. Karet dikatakan benda elastis karena setelah karet ditarik dan
dilepaskan dapat kembali ke bentuk semula, begitu juga pegas apabila ditarik maka meregang
atau memanjang, dan jika dilepaskan akan kembali ke bentuk yang semula.

Setelah praktikan selesai menghitung besarnya nilai konstanta pegas dan besarnya energi
potensial pegas, maka penulisan laporan pun selesai. Dengan demikian praktikan dapat
menaarik beberapa kesimpulan pada percobaan kali ini.

Berikut ini adalah beberapa kesimpulan yang diperoleh oleh praktikan dalam percobaan
menentukan konstanta pegas:
1. Setiap bahan memiliki nilai konstanta pegas yang berbeda-beda.
2. apabila sebuah pegas diberi gaya dan dilepaskan, maka pegas tersebut akan kembali
kebentuk awalnya.
3. besarnya konstanta pegas dan x mempengaruhi besarnya energi potensial pegas.
4. semakin berat beban yang digunakan semakin besar pula konstanta pegasnya.
5. konstanta pegas berbanding lurus denga massa dan grafitasi bumi berbanding terbalik
dengan x.
Dalam praktikum ini praktikan tidak mengalami kesulitan karena alat-alat dan bahan yang
digunakan untuk praktikum mudah didapatkan dan harganya relatif murah. Tapi sebaiknya
sebelum memulai praktikum atau dengan kata lain sebelum praktikan memasuki laboraturium
untuk membawa semua alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum supaya
praktikum bisa berjalan dengan lancar. Dan untuk mempermudah dalam penghitungan data
sebaiknya para praktikan membawa alat hitung seperti kalkulator, supaya mempercepat
penghitungan dan hasil yang diperoleh juga efisien.

VII. KESIMPULAN

Dari percobaan yang berjudul Menentukan Konstanta Pegas (pegas), dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Setiap bahan memiliki konstanta pegas yang berbeda.
2. apabila sebuah pegas diberi gaya dan dilepaskan maka pegas tersebut akan kembali ke
bentuk awalnya.
3. besarnya konstanta pegas dan x mempengaruhi besarnya energi potensial pegas.
4. Semakin besar nilai konstanta, maka nilai energi potensial yang didapat juga semakin
besar. Sebaliknya semakin kecil nilai konstanta, maka semakin besar nilai energi potensial.
5. Sifat elastis adalah sifat bahan yang selalu berusaha menghambat perubahan bentuknya
dan cenderung mengenbalikanyya ke bentuk semula. Benda yang memiliki sifat ini
dinamakan dengan benda elastis.
6. Perubahan panjang suatu pegas berbanding lurus (linier) dengan gaya tarik atau gaya
tekan yang diberikan pada pegas tersebut.
7. semakin berat beban yang digunakan semakin besar pula konstanta pegasnya.
8. konstanta pegas berbanding lurus dengan massa dan gravitasi bumi serta berbanding
terbalik dengan x.
9. jika sebuah pegas ditarik oleh gaya yang besarnya tidak melebihi batas elastisitas pegas,
pegas tersebut bertambah panjang sebanding dengan besarnya gaya yang maka
mempengaruhi pegas tersebut.
10. jika gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas, maka pertambahan panjang pegas
berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya.

VIII. KRITIK DAN SARAN


Pada praktikum fisika yang telah dilaksanakan di laboraturium IPA, terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan:
1. fasilitas diruang praktikum kurang memadai, sehingga saat siswa melakukan praktikum
harus bergantian dan menunggu kelompok yang lain selesai menggunakan alat.
2. sebaiknya alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan harus dilengkapkan agar
memudahkan untuk melakukan percobaan.
3. sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan di dalam praktikum telah tersedia secara
lengkap, sehingga waktu praktikum tidah habis untuk menyiapkan alat-alat praktikum.
4. sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum, guru pembimbing mengawasi dengan tegas
supaya situasi saat melakukanpraktikum tidak bising dan terjadi keributan.

DAFTAR PUSTAKA

Kanginan, Marthen. 2006. FISIKA untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Abdullah, Mikrojuddin. 2007. FISIKA SMA dan MA untuk kelas XI Semester 1. Jakarta:
Esis.
Cari. 2007. Aktif Belajar Fisika XI. Surakartaa: Mediatama.
www.google.com

Mengetahui, Batam, 12 Maret 2012


Guru pembimbing, Praktikan,
Suroto, S.Si
NIP. 198210102009031003 Yuanita M.R

http://tulisanyuan.blogspot.com/2012/04/laporan-praktikum-fisika-menentukan.html

Teori Hukum Hooke


Hukum Hooke untuk pegas yang bergerak secara vertikal
Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang ilmu fisika yang
terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas. Besarnya gaya Hooke ini secara
proporsional akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya,
atau lewat rumus matematis dapat digambarkan sebagai berikut:
F adalah gaya (dalam unit newton)
k adalah konstante pegas (dalam newton per meter)
x adalah jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya (dalam unit meter).

Hukum Hooke menyatakan hubungan antara gaya F yang meregangkan pegas


danpertambahan panjang (X), didaerah yang ada dalam batas kelentingan pegas.F = k.x
Atau : F = k (tetap) xk adalah suatu tetapan perbandingan yang disebut tetapan pegas yang
nilainyaberbeda untuk pegas yang berbeda.Tetapan pegas adalah gaya per satuan tambahan
panjang. Satuannya dalam SI adalah N/m
Hukum Hooke.
Salah satu prinsip dasar dari analisa struktur adalah hukum Hooke yang menyatakan bahwa
pada suatu struktur : hubungan tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah proporsional
atau hubungan beban (load) dan deformasi (deformations) adalah proporsional. Struktur yang
mengikuti hukum Hooke dikatakan elastis linier dimana hubungan F dan y berupa garis lurus.
Lihat Gambar 1.1-a. , sedangkan struktur yang tidak mengikuti hukum Hooke dikatakan
Elastis non linier, lihat Gambar 1.1-b.

http://gracep3.wordpress.com/teori-hukum-hooke/

Hukum Hooke
Fisika Kelas 1 > Dinamika

271
< Sebelum Sesudah >

=Ee

E = F/A : L/L = F L/A L

= tegangan = beban persatuan luas = F/A


e = regangan = pertambahan panjang/panjang mula-mula = L/L
E = modulus elastisitas = modulus Young
L = panjang mula-mula
c = konstanta gaya
L = pertambahan panjang

Contoh:

1. Sebuah kawat baja (E = 2 x 1011 N/m2). Panjang 125 cm dan diameternya 0.5 cm
mengalami gaya tarik 1 N.Tentukan:
a. tegangan.
b. regangan.
c. pertambahan panjang kawat.

Jawab:

a. Tegangan = F/A ; F = 1 N.
A= r2 = 3.14 (1/4 . 10-2)2
A = 1/(3.14 . 1/16 . 10-4) = 16 . 10-4/3.14 = 5.09 . 104 N/M2

b. Regangan = e = L/L = (F/A)/E


= 5.09. 104/2.1011 = 2.55.10-7

c. Pertambahan panjang kawat: L = e . L = 2.55 . 10-7 . 125 = 3.2 . 10-5 cm

http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Fisika/0271%20Fis-1-
2g2.htm

ini rangkumannya,

sifat elasyisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk


awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan.

1. TEGANGAN
adalah besaran skalar dan memiliki satuan Nm-2 (pangkat min 2) atau pascal P a
dengan rumus Tegangan =gaya dibagi luas

2. REGANGAN
adalah hasil bagi antara pertambahan panjang dgn panjang awalnya. Rumusnya
adalah Regangan=pertambahan panjang dibagi panjang awal

3. MODULUS ELASTISITAS
ADALAH perbandingan antara tegangan dgn regangan.dengan Rumus,
modulus elastisitas=tegangan dibagi regangan

http://indonesiaindonesia.com/f/9-fisika-gaya-pegas-elastisitas-bahan/

Pernakah dirimu melihat alat yang tampak pada gambar ini ? wah, hari gini
belum itu adalah gambar pegas. Nyamannya kehidupan kita tidak

terlepas dari bantuan pegas, walaupun kadang tidak kita sadari. Ketika dirimu
mengendarai sepeda motor atau berada dalam sebuah mobil yang sedang
bergerak di jalan yang permukaannya tidak rata alias jalan berlubang, pegas
membantu meredam kejutan sehingga dirimu merasa sangat nyaman berada
dalam mobil atau ketika berada di atas sepeda motor. Apabila setiap kendaraan
yang anda tumpangi tidak memiliki pegas, gurumuda yakin perjalanan anda
akan sangat melelahkan, apalagi ketika menempuh perjalanan yang jauh. Ketika
turun dari mobil langsung meringis kesakitan karena terserang encok dan pegal
linu pegas tidak hanya dimanfaatkan di mobil atau sepeda motor, tetapi

pada semua kendaraan yang selalu kita gunakan. Selengkapnya akan kita kupas
tuntas pada akhir tulisan ini. Pegas merupakan salah satu contoh benda elastis.
Contoh benda elastis lainnya adalah karet mainan

(kalo karet pasti tahu ). Btw, elastis itu apa ya ? terus apa hubungan

antara elastis dan hukum Hooke ? Nah, sekarang bersiap-siaplah untuk


melakukan pertempuran dengan ilmu fisika. Siapkanlah amunisi sebanyak-
banyaknya; sapu tangan atau tisu untuk ngelap keringat, obak sakit kepala dkk
Selamat belajar ya, semoga dirimu memenangi pertempuran ini

ELASTISITAS

Ketika dirimu menarik karet mainan sampai batas tertentu, karet tersebut
bertambah panjang. silahkan dicoba kalau tidak percaya. Jika tarikanmu
dilepaskan, maka karet akan kembali ke panjang semula. Demikian juga ketika
dirimu merentangkan pegas, pegas tersebut akan bertambah panjang. tetapi
ketika dilepaskan, panjang pegas akan kembali seperti semula. Apabila di
laboratorium sekolah anda terdapat pegas, silahkan melakukan pembuktian ini.
Regangkan pegas tersebut dan ketika dilepaskan maka panjang pegas akan
kembali seperti semula. Mengapa demikian ? hal itu disebabkan karena benda-
benda tersebut memiliki sifat elastis. Elastis atau elastsisitas adalah kemampuan
sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang diberikan
pada benda tersebut dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda
yang elastis, maka bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan karet, yang
dimaksudkan dengan perubahan bentuk adalah pertambahan panjang.

Perlu anda ketahui bahwa gaya yang diberikan juga memiliki batas-batas
tertentu. Sebuah karet bisa putus jika gaya tarik yang diberikan sangat besar,
melawati batas elastisitasnya. Demikian juga sebuah pegas tidak akan kembali
ke bentuk semula jika diregangkan dengan gaya yang sangat besar. Jadi benda-
benda elastis tersebut memiliki batas elastisitas. Batas elastis itu apa ? lalu
bagaimana kita bisa mengetahui hubungan antara besarnya gaya yang diberikan
dan perubahan panjang minimum sebuah benda elastis agar benda tersebut bisa
kembali ke bentuk semula ? untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita
berkenalan dengan paman Hooke.

HUKUM HOOKE

Hukum Hooke pada Pegas

Misalnya kita tinjau pegas yang dipasang horisontal, di mana pada ujung pegas
tersebut dikaitkan sebuah benda bermassa m. Massa benda kita abaikan,
demikian juga dengan gaya gesekan, sehingga benda meluncur pada permukaan
horisontal tanpa hambatan. Terlebih dahulu kita tetapkan arah positif ke kanan
dan arah negatif ke kiri. Setiap pegas memiliki panjang alami, jika pada pegas
tersebut tidak diberikan gaya. Pada kedaan ini, benda yang dikaitkan pada ujung
pegas berada dalam posisi setimbang (lihat gambar a). Untuk semakin
memudahkan pemahaman dirimu,sebaiknya dilakukan juga percobaan.

< ![endif]-->

Apabila benda ditarik ke kanan sejauh +x (pegas diregangkan), pegas akan


memberikan gaya pemulih pada benda tersebut yang arahnya ke kiri sehingga
benda kembali ke posisi setimbangnya (gambar b).

< ![endif]-->

Sebaliknya, jika benda ditarik ke kiri sejauh -x, pegas juga memberikan gaya
pemulih untuk mengembalikan benda tersebut ke kanan sehingga benda
kembali ke posisi setimbang (gambar c).

Besar gaya pemulih F ternyata berbanding lurus dengan simpangan x dari pegas
yang direntangkan atau ditekan dari posisi setimbang (posisi setimbang ketika x
= 0). Secara matematis ditulis :

< ![endif]-->
Persamaan ini sering dikenal sebagai persamaan pegas dan merupakan hukum
hooke. Hukum ini dicetuskan oleh paman Robert Hooke (1635-1703). k adalah
konstanta dan x adalah simpangan. Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya
pemulih alias F mempunyai arah berlawanan dengan simpangan x. Ketika kita
menarik pegas ke kanan maka x bernilai positif, tetapi arah F ke kiri (berlawanan
arah dengan simpangan x). Sebaliknya jika pegas ditekan, x berarah ke kiri
(negatif), sedangkan gaya F bekerja ke kanan. Jadi gaya F selalu bekeja
berlawanan arah dengan arah simpangan x. k adalah konstanta pegas.
Konstanta pegas berkaitan dengan elastisitas sebuah pegas. Semakin besar
konstanta pegas (semakin kaku sebuah pegas), semakin besar gaya yang
diperlukan untuk menekan atau meregangkan pegas. Sebaliknya semakin elastis
sebuah pegas (semakin kecil konstanta pegas), semakin kecil gaya yang
diperlukan untuk meregangkan pegas. Untuk meregangkan pegas sejauh x, kita
akan memberikan gaya luar pada pegas, yang besarnya sama dengan F = +kx.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa x sebanding dengan gaya yang diberikan
pada benda.

Hukum Hooke untuk benda non Pegas

Hukum hooke ternyata berlaku juga untuk semua benda padat, dari besi sampai
tulang tetapi hanya sampai pada batas-batas tertentu. Mari kita tinjau sebuah
batang logam yang digantung vertikal, seperti yang tampak pada gambar di
bawah.

< ![endif]-->

Pada benda bekerja gaya berat (berat = gaya gravitasi yang bekerja pada
benda), yang besarnya = mg dan arahnya menuju ke bawah (tegak lurus
permukaan bumi). Akibat adanya gaya berat, batang logam tersebut bertambah
panjang sejauh (delta L)

Jika besar pertambahan panjang (delta L) lebih kecil dibandingkan dengan


panjang batang logam, hasil eksperimen membuktikan bahwa pertambahan
panjang (delta L) sebanding dengan gaya berat yang bekerja pada benda.
Perbandingan ini dinyatakan dengan persamaan :

< ![endif]-->

Persamaan ini kadang disebut sebagai hukum Hooke. Kita juga bisa
menggantikan gaya berat dengan gaya tarik, seandainya pada ujung batang
logam tersebut tidak digantungkan beban.
Besarnya gaya yang diberikan pada benda memiliki batas-batas tertentu. Jika
gaya sangat besar maka regangan benda sangat besar sehingga akhirnya benda
patah. Hubungan antara gaya dan pertambahan panjang (atau simpangan pada
pegas) dinyatakan melalui grafik di bawah ini.

Jika sebuah benda diberikan gaya maka hukum Hooke hanya berlaku sepanjang
daerah elastis sampai pada titik yang menunjukkan batas hukum hooke. Jika
benda diberikan gaya hingga melewati batas hukum hooke dan mencapai batas
elastisitas, maka panjang benda akan kembali seperti semula jika gaya yang
diberikan tidak melewati batas elastisitas. tapi hukum Hooke tidak berlaku pada
daerah antara batas hukum hooke dan batas elastisitas. Jika benda diberikan
gaya yang sangat besar hingga melewati batas elastisitas, maka benda tersebut
akan memasuki daerah plastis dan ketika gaya dihilangkan, panjang benda tidak
akan kembali seperti semula; benda tersebut akan berubah bentuk secara tetap.
Jika pertambahan panjang benda mencapai titik patah, maka benda tersebut
akan patah.

Berdasarkan persamaan hukum Hooke di atas, pertambahan panjang (delta L)


suatu benda bergantung pada besarnya gaya yang diberikan (F) dan materi
penyusun dan dimensi benda (dinyatakan dalam konstanta k). Benda yang
dibentuk oleh materi yang berbeda akan memiliki pertambahan panjang yang
berbeda walaupun diberikan gaya yang sama, misalnya tulang dan besi.
Demikian juga, walaupun sebuah benda terbuat dari materi yang sama (besi,
misalnya), tetapi memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda maka
benda tersebut akan mengalami pertambahan panjang yang berbeda sekalipun
diberikan gaya yang sama. Jika kita membandingkan batang yang terbuat dari
materi yang sama tetapi memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda,
ketika diberikan gaya yang sama, besar pertambahan panjang sebanding
dengan panjang benda mula-mula dan berbanding terbalik dengan luas
penampang. Makin panjang suatu benda, makin besar besar pertambahan
panjangnya, sebaliknya semakin tebal benda, semakin kecil pertambahan
panjangnya. Jika hubungan ini kita rumuskan secara matematis, maka akan
diperoleh persamaan sebagai berikut :

< ![endif]-->
Persamaan ini menyatakan hubungan antara pertambahan panjang (delta L)
dengan gaya (F) dan konstanta (k). Materi penyusun dan dimensi benda
dinyatakan dalam konstanta k. Untuk materi penyusun yang sama, besar
pertambahan panjang (delta L) sebanding dengan panjang benda mula-mula (Lo)
dan berbanding terbalik dengan luas penampang (A). Kalau dirimu bingung
dengan panjang mula-mula atau luas penampang, coba amati gambar di bawah
ini terlebih dahulu.

< ![endif]-->

Dah paham panjang mula-mula (Lo) dan luas penampang (A) ?... Lanjut ya

< ![endif]-->

< ![endif]-->

Besar E bergantung pada benda (E merupakan sifat benda). Secara matematis


akan kita turunkan nanti tuh di bawah

Pada persamaan ini tampak bahwa pertambahan panjang (delta L) sebanding


dengan hasil kali panjang benda mula-mula (Lo) dan Gaya per satuan Luas (F/A).
Tegangan

Gaya per satuan Luas disebut juga sebagai tegangan. Secara matematis ditulis :

< ![endif]-->

Satuan tegangan adalah N/m2 (Newton per meter kuadrat)

Regangan

Regangan merupakan perbandingan antara perubahan panjang dengan panjang


awal. Secara matematis ditulis :

< ![endif]-->

Karena L sama-sama merupakan dimensi panjang, maka regangan tidak


mempunyai satuan (regangan tidak mempunyai dimensi).

Regangan merupakan ukuran perubahan bentuk benda dan merupakan


tanggapan yang diberikan oleh benda terhadap tegangan yang diberikan. Jika
hubungan antara tegangan dan regangan dirumuskan secara matematis, maka
akan diperoleh persamaan berikut :
< ![endif]-->

< ![endif]-->

Ini adalah persamaan matematis dari Modulus Elastis (E) alias modulus Young
(Y). Jadi modulus elastis sebanding dengan Tegangan dan berbanding terbalik
Regangan.

Di bawah ini adalah daftar modulus elastis dari berbagai jenis benda padat

http://fisikablogscience.blogspot.com/2009/12/hukum-hooke-dan-
elastisitas.html
laporan praktikum fisika - KONSTANTA PEGAS

ini laprak pertamaku di kelas XI yang di kelas X jangan ditanya yaa ...

A. Judul
Konstanta Pegas

B. Tujuan
1. Menyelidiki hubungan antara gaya dengan pertambahan panjang pegas.
2. Menentukan nilai konstanta pegas melalui eksperimen .

C. Alat dan Bahan


1. Mistar
2. Pegas
3. Beban
4. Statif

D. Dasar Teori
1. Hukum Hooke
F = kx

Sebuah pegas ketika diberi gaya tarik F akan bertambah panjang sejuh x, dan dalam kasus
ini hukum hooke :

F : gaya tarik (N),


k : tetapan gas (N/m),
x : partambahan panjang akibat gaya (m)
2. Energi Potensial Pegas (Ep) dan Usaha (W) Untuk Menegangkan Pegas
Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena kedudukannya terhadap suatu
acuan. Energi potensial pegas dihitung berdasarkan acuan titik setimbangnya, sehingga saat
pegas menyimpang sejauh x akan memiliki energi ptensial yang besarnya :
Ep = 12kx2

Usaha yang diperlukan untuk merenggangkan pegas akan setara dengan perubahan energi
potensial pada pegas akibat usikan peregangan tersebut, sehinggga :
W = 12kx2

E. Langkah Kerja
Mengukur tetapan gaya (konstanta pegas)
1. Ukur panjang pegas tanpa beban
2. Gantungkan beban bermassa m pada ujung bawah pegas
3. Ukur panjang pegas setelah pembebanan
4. Ulangi langkah-langkah tersebut dengan mengubah-ubah massa beban m
5. Masukkan data hasil percobaan ke dalam tabulasi berikut, hitung juga tetapan pegas yang
digunakan:
No. Massa Beban Panjang Pegas Panjang Pegas Setelah Pertambahan Tetapan Pegas
M (kg) Tanpa Beban x0 Pembebanan x (meter) Panjang k (N/m)
(meter) Pegas
/x (meter)
1
2
3
4
5

6. Membuatlah grafik hubungan antara F dan x berdasarkan data-data percbaan.


7. Mencari gradien garis dari grafik yang anda buat.
8. Mencari nilai konstanta gaya pegas dari hasil perhitungan dan grafik.
9. Apakah anda dapat simpulkan bahwa tg a = k = F/x ? jika dapat tulislah kesimpulanmu !

F. Data Hasil Percobaan


No. Massa Beban Panjang Pegas Panjang Pegas Setelah Pertambahan Tetapan Pegas
M (kg) Tanpa Beban x0 Pembebanan x (meter) Panjang k (N/m)
(meter) Pegas
/x (meter)
1 0,05 0,135 0,135 0 undefined
2 0,10 0,135 0,146 0,011 90,909
3 0,15 0,135 0,197 0,048 31,250
4 0,20 0,135 0,252 0,055 36,36
5 0,25 0,135 0,310 0,058 43,103

G. Data Hasil Percobaan

k1 = F/x
= 11,1
= 0,909
k2 = F/x
= 1,54,8
= 0,313
k3 = F/x
= 25,5
= 0,363
k4 = F/x
= 2,55.8
= 0,431

H. Pembahasan
Melakukan praktikum jika ingin mendapatkan hasil yang teliti harus di dukung dengan alat
praktikum yang memenuhi standar tetapi karena pegas yang digunakan dalam praktikum
kami pegas yang tidak sesuai dengan standar ketentuan maka hasil yang didapatkan juga
kurang teliti. Seharusnya gradien grafik k (konstanta pegas) di muka sebanding dengan F
(gaya) dan x sehingga k memiliki nilai konstan . Selain itu, keterbatan panca indera
meneliti juga menjadi faktor.
I. Kesimpulan
Berdaarkan pengamatan an perhitungan hasil yang telah kami lakukan didapatkan hasil
bahwa knstanta pegas mempunyai nilai yang konstan. Gaya berbanding lurus dengan
konstanta pegas dan pertambahan panjang berbanding terbalik dengan konstanta pegas.

http://myschoolstory-nika.blogspot.com/2011/09/laporan-praktikum-fisika-konstanta.html

PRAKTIKUM FISIKA
KONSTANTA PEGAS

Tujuan :menentukan konstanta pegas

Landasan Teori :

Elastisitas dapat didefinisikan sebagai sifat suatu benda atau bahan yang dapat
kembali kebentuk semula.
Bola yang terbuat dari karet, bila diberi gaya tekan maka bentuknya tidak bulat lagi. Namun
jika gaya tersebut dihilalangkan, bentuk bola tersebut juga akan kembali pada bentuk semula.
Akan tetapi jika bola yang terbuat dari tanah liat diberi gaya yang sama dan gayanya
dihilangkan, maka bentuk bola tersebut tidak dapat kembali pada bentuk semula.
Dari kejadian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada 2 golongan bahan, yaitu bahan
elastis dan bahan tidak elastis. Bahan elastis adalah bahan yang dapat kembali pada bentuk
semula jika diberi suatu gaya,contohnya adalah karet,baja dan kayu. Sedangkan bahan tidak
elastis adalah bahan yang tidak dapat kembali lagi pada bentuk semula jika diberi gaya meski
gaya tersebut telah dihilangkan, contohnya adalah tanah liat dan plastisin.menurut hkum
hooke jika gaya tarik tidak melampaui batas elastic pegas maka pertambahan panjang
pegas berbanding lurus dengan gaya tariknya

F = k.x
Dimana :k = konstanta gaya pegas.
X=pertambahan panjang
F=gaya

Alat Dan Bahan :


-karet
-pegas
-beban 0,6 kg
-neraca

Cara Kerja :
-Gantungkan beban yang sama(0,6 kg) sebanyak 3 kali.
-Ukur pertambahan panjangnya.
-Cari konstanta pegasnya.
-Buatlah data dan pembahasannya.

Data :
No Pertambahan Konstanta(N/m)
Panjang(m)
1 0,26 23,07
2 0,42 14,28
3 0,66 9,09
Rata-rata 15,48

Analisis data :
F:m.g:0,6.10: 6N
F:K.x
K:F/x

Data 1 K :F/x
:6/0,26
:23,07N/m

Data 2 K :F/x
:6/0,42
:14,28N/m

Data 3 K :F/x
:6/0,66
:9,09N/m
Rata-rata :jumlah K Dibagi jumlah data
: (23,07+14,28+9,09) dibagi 3
: Dibagi 3
:15,48N/m

Pembahasan :
Dari analisis data kita dapat menyimpulkan untuk mencari konstanta pegas kita
menggunakan rumus K:F/x dan kita melihat perubahan panjang pegas berbeda beda
itu karna sifat elastisnya yang membuktikan bisa melar.semakin besar pertambahan
panjangnya semakin kecil konstanta yang kita dapat.
http://xncofies.blogspot.com/2012/08/contoh-laporan-praktikum-fisika.html

Energi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

Ditinjau dari perspektif fisika, setiap sistem fisik mengandung (secara alternatif, menyimpan)
sejumlah energi; berapa tepatnya ditentukan dengan mengambil jumlah dari sejumlah
persamaan khusus, masing-masing didesain untuk mengukur energi yang disimpan secara
khusus. Secara umum, adanya energi diketahui oleh pengamat setiap ada pergantian sifat
objek atau sistem. Tidak ada cara seragam untuk memperlihatkan energi;
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Satuan

o 1.1 SI dan satuan berhubungan

2 Transfer energi

o 2.1 Kerja

3 Jenis energi

o 3.1 Energi kinetik

o 3.2 Energi potensial

o 3.3 Energi internal

4 Lihat pula

o 4.1 Energi dalam ilmu alam

o 4.2 Penggunaan energi oleh manusia

o 4.3 Topik utama

o 4.4 Artikel lainnya

5 Bacaan lebih lanjut

6 Pranala luar

[sunting] Satuan
[sunting] SI dan satuan berhubungan

Satuan SI untuk energi dan kerja adalah joule (J), dinamakan untuk menghormati James
Prescott Joule dan percobaannya dalam persamaan mekanik panas. Dalam istilah yang lebih
mendasar 1 joule sama dengan 1 newton-meter dan, dalam istilah satuan dasar SI, 1 J sama
dengan 1 kg m2 s2.

[sunting] Transfer energi


[sunting] Kerja

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kerja mekanik

Kerja didefinisikan sebagai "batas integral" gaya F sejauh s:


Persamaan di atas mengatakan bahwa kerja ( ) sama dengan integral dari dot product gaya
( ) di sebuah benda dan infinitesimal posisi benda ( ).

[sunting] Jenis energi


[sunting] Energi kinetik

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Energi kinetik

Energi kinetik adalah bagian energi yang berhubungan dengan gerakan suatu benda.

Persamaan di atas menyatakan bahwa energi kinetik ( ) sama dengan integral dari dot
product kecepatan ( ) sebuah benda dan infinitesimal momentum benda ( ).

[sunting] Energi potensial

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Energi potensial

Berlawanan dengan energi kinetik, yang adalah energi dari sebuah sistem dikarenakan
gerakannya, atau gerakan internal dari partikelnya, energi potensial dari sebuah sistem adalah
energi yang dihubungkan dengan konfigurasi ruang dari komponen-komponennya dan
interaksi mereka satu sama lain. Jumlah partikel yang mengeluarkan gaya satu sama lain
secara otomatis membentuk sebuah sistem dengan energi potensial. Gaya-gaya tersebut,
contohnya, dapat timbul dari interaksi elektrostatik (lihat hukum Coulomb), atau gravitasi.

[sunting] Energi internal

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Energi internal

Energi internal adalah energi kinetik dihubungkan dengan gerakan molekul-molekul, dan
energi potensial yang dihubungkan dengan getaran rotasi dan energi listrik dari atom-atom di
dalam molekul. Energi internal seperti energi adalah sebuah fungsi keadaan yang dapat
dihitung dalam sebuah sistem.

[sunting] Lihat pula


[sunting] Energi dalam ilmu alam

Konversi energi

enthalpy

exergy

daya (fisika)

Energi orbital spesifik

termodinamika

entropi termodinamika

[sunting] Penggunaan energi oleh manusia


[sunting] Topik utama

Daftar topik energi

Krisis energi

Pengembangan energi

Teknologi energi

Kebijakan energi

Energi terbaharui

[sunting] Artikel lainnya

Keseimbangan energi

Energy demand management and DSM

Penyimpanan energi

Transmisi energi

EU Energy Label

Spiritual energy (seperti contoh pada New Age)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia

http://id.wikipedia.org/wiki/Energi

Gerak harmonik sederhana


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Contoh gerak harmonik sederhana

Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak - balik benda melalui suatu titik
keseimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon selalu konstan[1].
Daftar isi

1 Jenis, Contoh, dan Besaran Fisika pada Gerak Harmonik Sederhana

o 1.1 Jenis Gerak Harmonik Sederhana

o 1.2 Beberapa Contoh Gerak Harmonik Sederhana

o 1.3 Besaran Fisika pada Ayunan Bandul

1.3.1 Periode (T)

1.3.2 Frekuensi (f)

1.3.3 Hubungan antara Periode dan Frekuensi

1.3.4 Amplitudo

2 Gaya Pemulih

o 2.1 Gaya Pemulih pada Pegas

2.1.1 Hukum Hooke

2.1.2 Susunan Pegas

o 2.2 Gaya Pemulih pada Ayunan Bandul Matematis

3 Persamaan, Kecepatan, dan Percepatan Gerak Harmonik Sederhana

o 3.1 Persamaan Gerak Harmonik Sederhana

o 3.2 Kecepatan Gerak Harmonik Sederhana

o 3.3 Kecepatan untuk Berbagai Simpangan

o 3.4 Percepatan Gerak Harmonik Sederhana

4 Hubungan Gerak Harmonik Sederhana (GHS) dan Gerak Melingkar


Beraturan (GMB)

5 Aplikasi Gerak Harmonik Sederhana

o 5.1 Shockabsorber pada Mobil

o 5.2 Jam Mekanik

o 5.3 Garpu Tala

6 Referensi

7 Lihat Pula

8 Pranala Luar
[sunting] Jenis, Contoh, dan Besaran Fisika pada Gerak
Harmonik Sederhana
[sunting] Jenis Gerak Harmonik Sederhana

Gerak Harmonik Sederhana dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu[1] :

Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Linier, misalnya penghisap dalam


silinder gas, gerak osilasi air raksa / air dalam pipa U, gerak horizontal /
vertikal dari pegas, dan sebagainya.

Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Angular, misalnya gerak bandul/ bandul


fisis, osilasi ayunan torsi, dan sebagainya.

[sunting] Beberapa Contoh Gerak Harmonik Sederhana

Gerak harmonik pada bandul

Gerak harmonik pada bandul

Ketika beban digantungkan pada ayunan dan tidak diberikan gaya, maka benda akan dian di
titik keseimbangan B[2]. Jika beban ditarik ke titik A dan dilepaskan, maka beban akan
bergerak ke B, C, lalu kembali lagi ke A[2]. Gerakan beban akan terjadi berulang secara
periodik, dengan kata lain beban pada ayunan di atas melakukan gerak harmonik sederhana[2].

Gerak harmonik pada pegas

Gerak vertikal pada pegas

Semua pegas memiliki panjang alami sebagaimana tampak pada gambar[2]. Ketika sebuah
benda dihubungkan ke ujung sebuah pegas, maka pegas akan meregang (bertambah panjang)
sejauh y. Pegas akan mencapai titik kesetimbangan jika tidak diberikan gaya luar (ditarik atau
digoyang)[2].

[sunting] Besaran Fisika pada Ayunan Bandul

[sunting] Periode (T)


Benda yang bergerak harmonis sederhana pada ayunan sederhana memiliki periode[3]. Periode
ayunan (T) adalah waktu yang diperlukan benda untuk melakukan satu getaran. Benda
dikatakan melakukan satu getaran jika benda bergerak dari titik di mana benda tersebut mulai
bergerak dan kembali lagi ke titik tersebut. Satuan periode adalah sekon atau detik[3].

[sunting] Frekuensi (f)


Frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan oleh benda selama satu detik, yang
dimaksudkan dengan getaran di sini adalah getaran lengkap[3]. Satuan frekuensi adalah
hertz[3].

[sunting] Hubungan antara Periode dan Frekuensi


Frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi selama satu detik. Dengan demikian selang
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu getaran adalah[3] :

Selang waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu getaran adalah periode. Dengan
demikian, secara matematis hubungan antara periode dan frekuensi adalah sebagai berikut[3] :

1 1
T= f=
f T

[sunting] Amplitudo
Pada ayunan sederhana, selain periode dan frekuensi, terdapat juga amplitudo. Amplitudo
adalah perpindahan maksimum dari titik kesetimbangan[3].

[sunting] Gaya Pemulih


Gaya pemulih dimiliki oleh setiap benda elastis yang terkena gaya sehingga benda elastis
tersebut berubah bentuk[4]. Gaya yang timbul pada benda elastis untuk menarik kembali
benda yang melekat padanya di sebut gaya pemulih[4].

[sunting] Gaya Pemulih pada Pegas

Pegas adalah salah satu contoh benda elastis[4]. Oleh sifat elastisnya ini, suatu pegas yang
diberi gaya tekan atau gaya regang akan kembali pada keadaan setimbangnya mula- mula
apabila gaya yang bekerja padanya dihilangkan[4]. Gaya pemulih pada pegas banyak
dimanfaatkan dalam bidang teknik dan kehidupan sehari- hari[4]. Misalnya di dalam
shockbreaker dan springbed[4]. Sebuah pegas berfungsi meredam getaran saat roda kendaraan
melewati jalan yang tidak rata[4]. Pegas - pegas yang tersusun di dalam springbed akan
memberikan kenyamanan saat orang tidur[4].

[sunting] Hukum Hooke

Robert Hooke

Jika gaya yang bekerja pada sebuah pegas dihilangkan, pegas tersebut akan kembali pada
keadaan semula[5]. Robert Hooke, ilmuwan berkebangsaan Inggris menyimpulkan bahwa sifat
elastis pegas tersebut ada batasnya dan besar gaya pegas sebanding dengan pertambahan
panjang pegas[5]. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa besar gaya pegas pemulih
sebanding dengan pertambahan panjang pegas. Secara matematis, dapat dituliskan sebagai[5] :

, dengan k = tetapan pegas (N / m)

Tanda (-) diberikan karena arah gaya pemulih pada pegas berlawanan dengan arah gerak
pegas tersebut.

[sunting] Susunan Pegas


Konstanta pegas dapat berubah nilainya, apabila pegas - pegas tersebut disusun menjadi
rangkaian[5]. Besar konstanta total rangkaian pegas bergantung pada jenis rangkaian pegas,
yaitu rangkaian pegas seri atau paralel[5].

Seri / Deret

Gaya yang bekerja pada setiap pegas adalah sebesar F, sehingga pegas akan mengalami
pertambahan panjang sebesar dan . Secara umum, konstanta total pegas yang
[5]
disusun seri dinyatakan dengan persamaan :
, dengan kn = konstanta pegas ke - n.

Paralel

Jika rangkaian pegas ditarik dengan gaya sebesar F, setiap pegas akan mengalami gaya tarik
[5]
sebesar dan , pertambahan panjang sebesar dan . Secara umum, konstanta
[5]
total pegas yang dirangkai paralel dinyatakan dengan persamaan :

ktotal = k1 + k2 + k3 +....+ kn, dengan kn = konstanta pegas ke - n.

[sunting] Gaya Pemulih pada Ayunan Bandul Matematis

Ayunan Bandul Matematis

Ayunan matematis merupakan suatu partikel massa yang tergantung pada suatu titik tetap
pada seutas tali, di mana massa tali dapat diabaikan dan tali tidak dapat bertambah panjang[6].
Dari gambar tersebut, terdapat sebuah beban bermassa tergantung pada seutas kawat halus
sepanjang dan massanya dapat diabaikan. Apabila bandul itu bergerak vertikal dengan
[6]
membentuk sudut , gaya pemulih bandul tersebut adalah . Secara matematis
dapat dituliskan[6] :

Oleh karena , maka :

[sunting] Persamaan, Kecepatan, dan Percepatan Gerak


Harmonik Sederhana
[sunting] Persamaan Gerak Harmonik Sederhana
Persamaan Gerak Harmonik Sederhana adalah[6] :

Keterangan :

Y = simpangan

A = simpangan maksimum (amplitudo)

F = frekuensi

t = waktu

Jika posisi sudut awal adalah , maka persamaan gerak harmonik sederhana menjadi [6]:

[sunting] Kecepatan Gerak Harmonik Sederhana

Dari persamaan gerak harmonik sederhana

Kecepatan gerak harmonik sederhana[6] :

Kecepatan maksimum diperoleh jika nilai atau , sehingga :

[sunting] Kecepatan untuk Berbagai Simpangan

Persamaan tersebut dikuadratkan

, maka[6] :

...(1)

Dari persamaan :
...(2)

Persamaan (1) dan (2) dikalikan, sehingga didapatkan :

Keterangan :

v =kecepatan benda pada simpangan tertentu

w = kecepatan sudut

A = amplitudo

Y = simpangan

[sunting] Percepatan Gerak Harmonik Sederhana

Dari persamaan kecepatan : , maka[6] :

Percepatan maksimum jika atau = 900 =

Keterangan :

a maks = percepatan maksimum

A = amplitudo

= kecepatan sudut
[sunting] Hubungan Gerak Harmonik Sederhana (GHS) dan
Gerak Melingkar Beraturan (GMB)

Gerak Melingkar

Gerak Melingkar Beraturan dapat dipandang sebagai gabungan dua gerak harmonik
sederhana yang saling tegak lurus, memiliki Amplitudo (A) dan frekuensi yang sama namun

memiliki beda fase relatif atau kita dapat memandang Gerak Harmonik Sederhana sebagai
suatu komponen Gerak Melingkar Beraturan[7]. Jadi dapat diimpulkan bahwa pada suatu garis
lurus, proyeksi sebuah benda yang melakukan Gerak Melingkar Beraturan merupakan Gerak
Harmonik Sederhana[7]. Frekuensi dan periode Gerak Melingkar Beraturan sama dengan
Frekuensi dan periode Gerak Harmonik Sederhana yang diproyeksikan[7].

Misalnya sebuah benda bergerak dengan laju tetap (v) pada sebuah lingkaran yang memiliki
jari-jari A sebagaimana tampak pada gambar di samping[7]. Benda melakukan Gerak
Melingkar Beraturan, sehingga kecepatan sudutnya bernilai konstan[7]. Hubungan antara
kecepatan linear dengan kecepatan sudut dalam Gerak Melingkar Beraturan dinyatakan
dengan persamaan[7] :

v
=
y

Karena jari-jari (r) pada Gerak Melingkar Beraturan di atas adalah A, maka persamaan ini
diubah menjadi :

v
=
y , ... (1)

Simpangan sudut (teta) adalah perbandingan antara jarak linear x dengan jari-jari lingkaran
(r), dan dinyatakan dengan persamaan :
... (2), x adalah jarak linear, v adalah kecepatan linear dan t adalah waktu
tempuh (x = vt adalah persamaan Gerak Lurus alias Gerak Linear). Kemudian v pada
persamaan 2 digantikan dengan v pada persamaan 1 dan jari-jari r digantikan dengan A :

Dengan demikian, simpangan sudut benda relatif terhadap sumbu x dinyatakan dengan
persamaan :

... (3) ( adalah simpangan waktu pada t = 0})

Pada gambar di atas, posisi benda pada sumbu x dinyatakan dengan persamaan :

...(4)

Persamaan posisi benda pada sumbu y :

Keterangan :

A = amplitudo

= kecepatan sudut

= simpangan udut pada saat t = 0

[sunting] Aplikasi Gerak Harmonik Sederhana


[sunting] Shockabsorber pada Mobil
Shockabsorber pada mobil

Peredam kejut (shockabsorber) pada mobil memiliki komponen pada bagian atasnya
terhubung dengan piston dan dipasangkan dengan rangka kendaraan[8]. Bagian bawahnya,
terpasang dengan silinder bagian bawah yang dipasangkan dengan as roda[8]. Fluida kental
menyebabkan gaya redaman yang bergantung pada kecepatan relatif dari kedua ujung unit
tersebut[8]. Hal ini membantu untuk mengendalikan guncangan pada roda[8].

[sunting] Jam Mekanik

Jam mekanik

Roda keseimbangan dari suatu jam mekanik memiliki komponen pegas[8]. Pegas akan
memberikan suatu torsi pemulih yang sebanding dengan perpindahan sudut dan posisi
kesetimbangan[8]. Gerak ini dinamakan Gerak Harmonik Sederhana sudut (angular)[8].

[sunting] Garpu Tala


Garpu tala

Garpu tala dengan ukuran yang berbeda menghasilkan bunyi dengan pola titinada yang
berbeda[8]. Makin kecil massa m pada gigi garpu tala, makin tinggi frekuensi osilasi dan
makin tinggi pola titinada dari bunyi yang dihasilkan garpu tala[8].

http://id.wikipedia.org/wiki/Gerak_harmonik_sederhana

BAB 4 GERAK HARMONIK SEDERHANA

1. PENGERTIAN
Gerak Harmonik Sederhana (GHS) adalah gerak periodik dengan lintasan yang ditempuh
selalu sama (tetap). Gerak Harmonik Sederhana mempunyai persamaan gerak dalam bentuk
sinusoidal dan digunakan untuk menganalisis suatu gerak periodik tertentu. Gerak periodik
adalah gerak berulang atau berosilasi melalui titik setimbang dalam interval waktu tetap.
Gerak Harmonik Sederhana dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Linier, misalnya penghisap dalam silinder gas, gerak
osilasi air raksa / air dalam pipa U, gerak horizontal / vertikal dari pegas, dan sebagainya.
Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Angular, misalnya gerak bandul/ bandul fisis, osilasi
ayunan torsi, dan sebagainya.

Beberapa Contoh Gerak Harmonik:


Gerak harmonik pada bandul: Sebuah bandul adalah massa (m) yang digantungkan pada
salah satu ujung tali dengan panjang l dan membuat simpangan dengan sudut kecil. Gaya
yang menyebabkan bandul ke posisi kesetimbangan dinamakan gaya pemulih yaitu dan
panjang busur adalah Kesetimbangan gayanya. Bila amplitudo getaran tidak kecil namun
tidak harmonik sederhana sehingga periode mengalami ketergantungan pada amplitudo dan
dinyatakan dalam amplitudo sudut
Gerak harmonik pada pegas: Sistem pegas adalah sebuah pegas dengan konstanta pegas (k)
dan diberi massa pada ujungnya dan diberi simpangan sehingga membentuk gerak harmonik.
Gaya yang berpengaruh pada sistem pegas adalah gaya Hooke.

Gerak Harmonik Teredam


Secara umum gerak osilasi sebenarnya teredam. Energi mekanik terdisipasi (berkurang)
karena adanya gaya gesek. Maka jika dibiarkan, osilasi akan berhenti, yang artinya GHS-nya
teredam. Gaya gesekan biasanya dinyatakan sebagai arah berlawanan dan b adalah konstanta
menyatakan besarnya redaman. dimana = amplitudo dan = frekuensi angular pada GHS
teredam.

2. SIMPANGAN GETAR
Simpangan getaran didefinisikan sebagai jarak benda yang bergetar ke titik keseimbangan.
Karena posisi benda yang bergetar selalu berubah, maka simpangan getaran juga akan
berubah mengikuti posisi benda.
Y = A sin (m) atau y = A sin w.t atau y = A sin 2 ft
Keterangan:
Y = simpangan getar (m)
A = amplitudo (m)
= sudut getar ( )
= frekuensi (Hz)
3. KECEPATAN GETAR
Kecepatan getar = kecepatan cos (meter / detik)
Vy = v cos

4. PERCEPATAN GETAR
Percepatan getar = percepatan sin (ms-2)
ay = a sin

5. ENERGI POTENSIAL GETAR


Ep = ky2

6. ENERGI KINETIK GETAR


Ek = mv2

7. ENERGI MEKANIK GETAR


Em = Ek + Ep
http://fisika-ogiwahyudi.blogspot.com/2009/12/bab-4-gerak-harmonik-sederhana.html

Anda mungkin juga menyukai