Anda di halaman 1dari 37

Dasar Teori

Jika sebuah pegas ditarik dengan gaya tertentu, maka panjangnya akan berubah. Semakin
besar gaya tarik yang bekerja, semakin besar pertambahan panjang pegas tersebut. Ketika gaya
tarik dihilangkan, pegas akan kembali keadaan semula. Jika beberapa pegas ditarik dengan gaya
yang sama, pertambahan panjang setiap pegas akan berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh
setiap karasteristik suatu pegas. Karakteristik suatu pegas dinyatakan dengan konstanta pegas
(k).
Hukum Hooke menyatakan bahwa jika pada sebuah pegas bekerja pada sebuah gaya, maka
pegas tersebut akan bertambah panjang sebanding dengan besar gaya yang bekerja padanya.
Secara matematis, hubungan antara besar gaya yang bekerja dengan pertambahan panjang pegas
dapat dituliskan sebagai beikut:
F=kx
Keterangan :
F = gaya yang bekerja (N)
k = kontanta pegas (N/m)
x = pertambahan panjang pegas (m)
Pada waktu benda ditarik dengan gaya F, pegas mengadakan gaya yang besarnya sama
dengan gaya yang menarik, tetapi arahnya berlawanan ( F aksi = F reaksi ). Jika gaya ini kita sebut
dengan gaya pegas Fp, gaya ini tentu saja sebanding dengan pertambahan panjang pegas x.
Sehingga untuk Fp dapat dirumuskan sebagai Fp = - k x.
Pada daerah elastic benda, gaya yang bekerja pada benda sebanding dengan pertambahan
panjang benda. Sifat pegas seperti yang dinyatakan hukum Hooke tidak terbatas pada pegas yang
direnggangkan. Pada pegas yang dimampatkan juga berlaku hukum Hooke, selama pegas masih
ada pada daerah ekastisitasnya. Sifat pegas yang seperti ini banyak digunakan di dalam
kehidupan sehari hari misalnya pada neraca pegas, bagian bagian mesin, dan pada kendaraan
bermotor modern (pegas sebagai peredam kejut). (Supiyanto, 72 73 : 2005)
Apabila kita menarik sebuah pegas untuk melatih otot dan dada kita, pegas berubah bentuk ,
yaitu semakin panjang. Ketika tarikan pada pegas kita dilepaskan , pegas segera kembali
kebentuk semula . dan perhatikan juga pada anak anak yang menaruh batu kecil pada karet
ketapelnya dan menarik karet tersebut sehingga karet bentuknya berubah. Pegas dan karet adalah
contoh benda elastic. Sifat elastic atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali
ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan.
(Stockley, Corinne.dkk 168 : 2000)

ANALISIS DATA

Alat dan Bahan


NO. Alat / Bahan Jumlah
1. Dasar statis 1
2. Kaki statis 2
3. Batang statis pendek 1
4. Batang statis panjang 1
5. Balok penahan 1
6. Beban 50 gram 6
7. Jepit penahan 2
8. Pegas spiral 1
9. Penggaris 1

Langkah-langkah Percobaan
Setelah seluruh alat dan bahan disiapkansesuai daftar di atas, maka:
1) Merakit statif sesuai gambar.
2) Memasang balok penahan pada batang statif.
3) Memasang jepit penahan pada balok penahan dan menggantung pegas spiral.
4) Kemudian 1 beban (W = 0,5 N) pada pegas sebagai gaya awal (Fo).
5) Mengukur pajang awal (lo) pegas dan mencatat hasilnya pada tabel di bawah.
6) Menambahkan 1 beban dan mengukur kembali panjang pegas (l). Mencatat hasil pengamatan ke
dalam tabel.
7) Mengulangi langkah 3 dengan setiap kali menambah 1 beban untuk melengkapi tabel.

Data
lo = 169 x 10-3 m; Fo = 0,5 N

Berat beban / W F = (W Fo)


NO. l (m) l = (l lo) m
(N) N

1. 0,5 0 169 x 10-3 0

2. 1,0 0,5 234 x 10-3 65 x 10-3

3. 1,5 1 318 x 10-3 149 x 10-3

4. 2,0 1,5 391 x 10-3 228 x 10-3

5. 2,5 2,0 480 x 10-3 311 x 10-3

6. 3,0 2,5 557 x 10-3 38810-3


Pengolahan Data
1) Gambar grafik pertambahan panjang pegas terhadap penambahan gaya

2) Dari grafik tentukan tetapan pegas

3) Buat kesimpulan dari hasil percobaan


- Dari hasil data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai konstanta pegas (k) relatif stabil, meskipun
berat benda (w) ditambah dan terjadi perubahan panjang.
- Semakin besar beban yang diberikan semakin besar pula pertambahan panjang pegas
Laporan Penelitian Hukum Hooke

1. Judul
Percobaan Hukum Hooke

2. Landasan Teori
k merupakan konstanta pegas atau koofisien elastisitas pegas atau ukuran kelenturan pegas.
Hubungan ini pertama kali diamati oleh Robert Hooke (1635 1703) pada tahun 1678,
karenanya dikenal sebagai hukum Hooke.

Bunyi Hukum Hooke:


jika gaya tarik tidak melampaui batas elastisitas pegas, maka perubahan panjang pegas
berbanding lurus dengan gaya tariknya

Jika besar gaya yang dikerjakan pada pegas melewati batas elastisitas pegas maka, setelah
gaya dihilangkan panjang pegas tidak kembali seperti semula. Hukum hooke hanya berlaku
hingga batas elastisitas. Batas elastisitas pegas merupakan gaya maksimum yang dapat diberikan
pada pegas sebelum pegas berubah bentuk secara tetap dan panjang pegas tidak dapat kembali
seperti semula. Jika besar gaya terus bertambah maka pegas rusak.

Hukum Hooke menyatakan hubungan antara gaya F yang meregangkan pegas dan
pertambahan panjang (X), didaerah yang ada dalam batas kelentingan pegas. F = k.x Atau F
= k (tetap dalam artian pegas tidak mengalami perubahan panjang), k adalah suatu tetapan
perbandingan yang disebut tetapan pegas yang nilainya berbeda untuk pegas yang berbeda.
Tetapan pegas adalah gaya per satuan tambahan panjang. Satuan Hukum Hooke dalam SI adalah
N/m.

Salah satu prinsip dasar dari analisa struktur adalah hukum Hooke yang menyatakan bahwa
pada suatu struktur : hubungan tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah proporsional atau
hubungan beban (load) dan deformasi (deformations) adalah proporsional. Struktur yang
mengikuti hukum Hooke dikatakan elastis linier dimana hubungan F dan X berupa garis lurus.
Lihat Gambar 1.A. , sedangkan struktur yang tidak mengikuti hukum Hooke dikatakan Elastis
non linier, lihat Gambar 1.B.
1. Tujuan
Untuk menyelidiki hubungan antara gaya dengan pertambahan panjang
Untuk mengetahui pengaruh gaya dan pertambahan panjang terhadap konstanta Elastis Linear
atau Elastis Non Linear.

2. Alat dan Bahan


Penyangga
Pegas
Beban
Penggaris

3. Cara Kerja
I. Merangkai Alat dan bahan.
II. Mengamati dan mengukur perubahaan panjang pegas, dilakukan sebanyak 5 kali percobaan
dengan massa beban yang berbeda.
III. Cara membaca mistar dengan menghitung mulai dari garis angka nol.
4. Hasil Pengamatan
X0 X1
No. Massa (g)
(cm) (cm)
1. 20 11,4 13,0
2. 40 11,4 14,8
3. 90 11,4 19,4
4. 140 11,4 24,0
5. 190 11,4 29,0

5. Pembahasan.
I. Ubah satuan kedalam SI (Satuan Internasional)
No. Massa (kg) X0 (m) X1 (m)
-3
1. 20 . 10 11,4 . 10-2 13,0 . 10-2
-3
2. 40 . 10 11,4 . 10-2 14,8 . 10-2
3. 90 . 10-3 11,4 . 10-2 19,4 . 10-2
-3
4. 140 . 10 11,4 . 10-2 24,0 . 10-2
5. 190 . 10-3 11,4 . 10-2 29,0 . 10-2

II. Mencari Perubahan Panjang (X)


X1 = X1.1 X0 X4 = X1.4 X0
X1 = 13,0 . 10-2 11,4 . 10-2 X4 = 24,0 . 10-2 11,4 . 10-2
= 1,6 . 10-2 m. = 12,6 . 10-2 m.

X2 = X1.2 X0 X5 = X1.5 X0
X2 = 14,8 . 10-2 11,4 . 10-2 X5 = 29,0 . 10-2 11,4 . 10-2
= 3,4 . 10-2 m. = 17,6 . 10-2 m.

X3 = X1.3 X0
X3 = 19,4 . 10-2 11,4 . 10-2
= 8,0 . 10-2 m.

III. Mencari Besar Gaya (F)


F1 = m.g F4 = m.g
F1 = 20 . 10-3 . 10 F4 = 140 . 10-3 . 10
= 200. 10-3 N = 1400. 10-3 N

F2 = m.g F5 = m.g
F2 = 40 . 10-3 . 10 F5 = 190 . 10-3 . 10
= 400. 10-3 N = 1900. 10-3 N

F3 = m.g
F3 = 90 . 10-3 . 10
= 900. 10-3 N

IV. Mencari Konstanta Pegas (k)

V. Hasil Akhir pengamatan


No. Massa (kg) X0 (m) X1 (m) X (m) F (N) k (N/m)
1. 20 . 10-3 11,4 . 10-2 13,0 . 10-2 1,6 . 10-2 200 . 10-3 12,50
2. 40 . 10-3 11,4 . 10-2 14,8 . 10-2 3,4 . 10-2 400 . 10-3 11,76
3. 90 . 10-3 11,4 . 10-2 19,4 . 10-2 8,0 . 10-2 900 . 10-3 11,25
4. 140 . 10-3 11,4 . 10-2 24,0 . 10-2 12,6 . 10-2 1400 . 10-3 11,11
5. 190 . 10-3 11,4 . 10-2 29,0 . 10-2 17,6 . 10-2 1900 . 10-3 10,79
Daftar Pustaka
Minggu, 03 Maret 2013, 05:08. http://gracep3.wordpress.com/fisika/teori-hukum-hooke/
Minggu, 03 Maret 2013, 05:12. http://gurumuda.net/hukum-hooke.htm
Minggu, 03 Maret 2013, 05:24. http://fisikamemangasyik.wordpress.com/fisika-2/bab-2-
elastisitas-bahan/c-hukum-hooke/
Siswanto, Sukaryadi. 2009. Kompetensi Fisik. Jakarta: Citra Aji Parama
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
GERAK HARMONIK SEDERHANA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap gerak yang terjadi secara berulang dalam selang waktu yang sama disebut gerak
periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur maka disebut juga sebagai gerak harmonik /
harmonis. Apabila suatu partikel melakukan gerak periodik pada lintasan yang sama maka
geraknya disebut gerak osilasi / getaran. Bentuk yang sedrhana dari gerak periodik adalah benda
yang berosilasi pada ujung pegas. Karenanya kita menyebutnya gerak harmonik sederhana.
Banyak jenis gerak lain (osilasi dawai, roda keseimbangan arloji, atom dalam molekul, dan
sebagainya) yang mirip dengan jenis gerakan ini.
Dalam kehidupan sehari-hari, gerak bolak-balik benda yang bergetar terjadi tidak tepat
sama karena pengaruh gaya gesekan. Ketika kita memainkan gitar, senar gitar tersebut akan
berhenti bergetar apabila kita menghentikan petikan. Demikian juga bandul yang berhenti
berayum jika tidak digerakan secara berulang. Hal ini disebabkan karena adanya gaya gesekan.
Gaya gesekan menyebabkan benda-benda tersebut berhenti berosilasi. Jenis getaran seperti ini
disebut getaran harmonik teredam. Walaupun kita tidak dapat menghindari gesekan, kita dapat
meniadakan efek redaman dengan menambahkan energi ke dalam sistem yang berosilasi untuk
mengisi kembali energi yang hilang akibat gesekan, salah satu contohnya adalah pegas dalam
arloji yang sering kita pakai.

1.2. Tujuan
1. Mengungkapkan Hukum Hooke.
2. Menyelesaikan soal-soal gerak harmonik sederhana.
3. Menentukan tetapan gas dan massa efektif pegas dengan melaksanakan percobaan ayunan pegas
yang dibebani.
4. Menentukan percepatan gravitasi dengan mengukur perpanjangan pegas yang dibebani.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak balik benda melalui suatu titik keseimbangan
tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon selalu konstan.

Gerak Harmonik Sederhana dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:


Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Linier, misalnya penghisap dalam silinder gas, gerak osilasi air
raksa / air dalam pipa U, gerak horizontal / vertikal dari pegas, dan sebagainya.
Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Angular, misalnya gerak bandul/ bandul fisis, osilasi ayunan
torsi, dan sebagainya.

Beberapa Contoh Gerak Harmonik Sederhana


Gerak harmonik pada bandul

Gambar 1. Gerak harmonik pada bandul

Ketika beban digantungkan pada ayunan dan tidak diberikan gaya, maka benda akan dian di titik
keseimbangan B. Jika beban ditarik ke titik A dan dilepaskan, maka beban akan bergerak ke B,
C, lalu kembali lagi ke A. Gerakan beban akan terjadi berulang secara periodik, dengan kata lain
beban pada ayunan di atas melakukan gerak harmonik sederhana.

Gerak harmonik pada pegas


Gambar 2. Gerak vertikal pada pegas

Semua pegas memiliki panjang alami sebagaimana tampak pada gambar. Ketika sebuah benda
dihubungkan ke ujung sebuah pegas, maka pegas akan meregang (bertambah panjang) sejauh y.
Pegas akan mencapai titik kesetimbangan jika tidak diberikan gaya luar (ditarik atau digoyang).

Besaran Fisika pada Ayunan Bandul

Periode (T)

Benda yang bergerak harmonis sederhana pada ayunan sederhana memiliki periode. Periode
ayunan (T) adalah waktu yang diperlukan benda untuk melakukan satu getaran. Benda dikatakan
melakukan satu getaran jika benda bergerak dari titik di mana benda tersebut mulai bergerak dan
kembali lagi ke titik tersebut. Satuan periode adalah sekon atau detik.

Frekuensi (f)

Frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan oleh benda selama satu detik, yang
dimaksudkan dengan getaran di sini adalah getaran lengkap. Satuan frekuensi adalah hertz.

Hubungan antara Periode dan Frekuensi

Frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi selama satu detik. Dengan demikian selang
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu getaran adalah :

Selang waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu getaran adalah


periode. Dengan demikian, secara matematis hubungan antara periode dan frekuensi adalah
sebagai berikut :

............(1)

Amplitudo
Pada ayunan sederhana, selain periode dan frekuensi, terdapat juga amplitudo. Amplitudo adalah
perpindahan maksimum dari titik kesetimbangan.

Gaya Pemulih
Gaya pemulih dimiliki oleh setiap benda elastis yang terkena gaya sehingga benda elastis
tersebut berubah bentuk. Gaya yang timbul pada benda elastis untuk menarik kembali benda
yang melekat padanya di sebut gaya pemulih.

Gaya Pemulih pada Pegas


Pegas adalah salah satu contoh benda elastis. Oleh sifat elastisnya ini, suatu pegas yang diberi
gaya tekan atau gaya regang akan kembali pada keadaan setimbangnya mula- mula apabila gaya
yang bekerja padanya dihilangkan. Gaya pemulih pada pegas banyak dimanfaatkan dalam bidang
teknik dan kehidupan sehari- hari. Misalnya di dalam shockbreaker dan springbed. Sebuah pegas
berfungsi meredam getaran saat roda kendaraan melewati jalan yang tidak rata. Pegas pegas
yang tersusun di dalam springbed akan memberikan kenyamanan saat orang tidur.

Susunan Pegas
Konstanta pegas dapat berubah nilainya, apabila pegas pegas tersebut disusun menjadi
rangkaian. Besar konstanta total rangkaian pegas bergantung pada jenis rangkaian pegas, yaitu
rangkaian pegas seri atau paralel.

Seri / Deret
Gaya yang bekerja pada setiap pegas adalah sebesar F, sehingga pegas akan mengalami
pertambahan panjang sebesar dan . Secara umum, konstanta total pegas yang
disusun seri dinyatakan dengan persamaan :

, dengan kn = konstanta pegas ke n.

Paralel
Jika rangkaian pegas ditarik dengan gaya sebesar F, setiap pegas akan mengalami gaya tarik
sebesar F1 dan F2, pertambahan panjang sebesar dan . Secara umum, konstanta total
pegas yang dirangkai paralel dinyatakan dengan persamaan :
ktotal = k1 + k2 + k3 +.+ kn, dengan kn = konstanta pegas ke n

Gerak Harmonik Sederhana pada Pegas


Gambar 3.
Gerak
Harmonik
Sederhana

Semua pegas
memiliki
panjang alami
sebagaimana
tampak pada
gambar a.
Ketika sebuah benda dihubungkan ke ujung sebuah pegas, maka pegas akan meregang
(bertambah panjang) sejauh y. Pegas akan mencapai titik kesetimbangan jika tidak diberikan
gaya luar (ditarik atau digoyang), sebagaimana tampak pada gambar B. Jika beban ditarik ke
bawah sejauh y1 dan dilepaskan (gambar c), benda akan akan bergerak ke B, ke D lalu kembali
ke B dan C. Gerakannya terjadi secara berulang dan periodik. Kita tinjau pegas yang dipasang
horisontal, di mana pada ujung pegas tersebut dikaitkan sebuah benda bermassa m. Massa benda
kita abaikan, demikian juga dengan gaya gesekan, sehingga benda meluncur pada permukaan
horisontal tanpa hambatan. Terlebih dahulu kita tetapkan arah positif ke kanan dan arah negatif
ke kiri. Setiap pegas memiliki panjang alami, jika pada pegas tersebut tidak diberikan gaya. Pada
kedaan ini, benda yang dikaitkan pada ujung pegas berada dalam posisi setimbang. Apabila
benda ditarik ke kanan sejauh +x (pegas diregangkan),
pegas akan memberikan gaya pemulih pada benda
tersebut yang arahnya ke kiri sehingga benda kembali ke
posisi setimbangnya.
Apabila benda ditarik ke kanan sejauh +x (pegas
diregangkan), pegas akan memberikan gaya pemulih
pada benda tersebut yang arahnya ke kiri sehingga benda kembali ke posisi setimbangnya
(gambar b).

Gambar 4. Benda ditarik ke kanan sejauh +x

Sebaliknya, jika benda ditarik ke kiri sejauh -x, pegas juga memberikan gaya pemulih
untuk mengembalikan benda tersebut ke kanan sehingga benda kembali ke posisi setimbang.
(gambar c)

Gambar 5. Benda ditarik ke kiri sejauh


x

Besar gaya pemulih F ternyata berbanding lurus dengan simpangan x dari pegas yang
direntangkan atau ditekan dari posisi setimbang (posisi setimbang ketika x = 0). Secara
matematis di tulis :
........ (2)

Persamaan ini sering dikenal sebagai hukum hooke dan dicetuskan oleh paman Robert
Hooke. k adalah konstanta dan x adalah simpangan. Hukum Hooke akurat jika pegas tidak di
tekan sampai kumparan pegas bersentuhan atau diregangkan sampai batas elastisitas. Tanda
negatif menunjukkan bahwa gaya pemulih alias F mempunyai arah berlawanan dengan
simpangan x. Konstanta pegas berkaitan dengan kaku atau lembut sebuah pegas. Semakin besar
konstanta pegas (semakin kaku sebuah pegas), semakin besar gaya yang diperlukan
untuk menekan atau meregangkan pegas. Sebaliknya semakin lembut sebuah pegas (semakin
kecil konstanta pegas), semakin kecil gaya yang diperlukan untuk meregangkan pegas. Untuk
meregangkan pegas sejauh x, kita akan memberikan gaya luar pada pegas, yang besarnya sama
dengan F = +kx. Pegas dapat bergerak jika terlebih dahulu diberikan gaya luar.
Besaran fisika pada Gerak Harmonik Sederhana pada pegas pada dasarnya sama dengan
ayunan sederhana, yakni terdapat periode, frekuensi dan amplitudo. Jarak x dari posisi setimbang
disebut simpangan. Simpangan maksimum alias jarak terbesar dari titik setimbang disebut
amplitudo (A). Satu getaran Gerak Harmonik Sederhana pada pegas adalah gerak bolak balik
lengkap dari titik awal dan kembali ke titik yang sama.
BAB III
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan


1. Statip
2. Skala Pelengkap statip
3. Tabung menaruh beban
4. Pegas spiral
5. Beban tambahan
6. Stopwatch
7. Kertas grafik

3.2. Prosedur Praktikum


1. Percobaan Menetukan Tetapan Pegas
a. Menggantungkan pegas pada statip dengan tabung kosong dibawahnya.
b. Menarik tabung tersebut sedikit ke bawah.
c. Melepaskan tabung tersebut.
d. Mencatat waktu yang diperlukan untuk melakukan 20 (dua puluh) getaran.
e. Mengulangi pengukuran dengan menambahkan 2 (dua) keping beban setiap kali
penambahan,hingga terakhir 10 (sepuluh) keping beban digunakan.
f. Mengolah data sesuai dengan tabel yang tersedia.
g. Membuat grafik antar T2 dengan massa total beban yang diguankan.
h. Menentukan nilai rata-rata tetapan pegas dari grafik diatas dilengkapi juga dengan
ketidakpastianya.

2. Percobaan Menetukan Percepatan Gravitasi


a. Mengatur skala hingga jarum menunjuk pada bagian skala itu.
b. Mencatat berturut-turut penunjukan jarum ketika tabung kosong dan kemudian dilakukan
penambahan satu persatu beban hingga beban kesepuluh.
c. Melakukan pengurangan beban hingga tabung kosong kembali
d. Mengolah data dengan melengkapi tabel yang tersedia.
e. Membuat grafik pada kertas grafik antara simpangan degan massa beban.
f. Menentukan percepatan gravitasi dari grafik.
g. Membandingkan nilai gravitasi yang didapat dari percobaan dengan percepatan gravitasi di
bandung menurut literature ada yaitu 9,78 m/det2.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil

Hasil Percobaan Menentukan Tetapan Pegas


Data :
M(pegas)= (9,95 . 10-3 + 0,5 . 10-3) kg M(ember)= (63,60 . 10-3 + 0,5 . 10-3) kg
M1 = (5 . 10-3 + 0,5 . 10-3) kg M6 = (5 . 10-3 + 0,5 . 10-3) kg
M2 = (5. 10-3 + 0,5 . 10-3) kg M7 = (5 . 10-3 + 0,5 . 10-3) kg
M3 = (5 . 10-3 + 0,5 . 10-3) kg M8 = (5 . 10-3 + 0,5 . 10-3) kg
M4 = (5 . 10-3 + 0,5 . 10-3) kg M9 = (5 . 10-3 + 0,5 . 10-3) kg
M5 = (5 . 10-3 + 0,5 . 10-3) kg M10 = (5 . 10-3 + 0,5 . 10-3) kg

Beban M 0,5 . 10-3 T (10T) 0,5 . 10-3 T= t/20 T2


(kg) (s) (s) (s)
member 63,60 .10-3 5,69 0,569 0,32376
member+m1+m2 73,60.10-3 5,95 0,595 0,354025
member+.+m4 83,60.10-3 7,08 0,708 0,501264
member+.+m6 93,60.10-3 7,95 0,795 0,632025
member+.+m8 103,60.10-3 8,10 0,810 0,6561
member+.+m10 113,60.10-3 9,40 0,904 0,817216
Tabel 1. Hasil Percobaan

Grafik 1. Grafik T2 terhadap mtotal


Menghitung nilai A, B, R dengan menggunakan kalkulator
1. Tekan tombol mode
2. Pilih Reg (3), pilih Lin (1)
3. Masukkan data ( x,y) , lalu tekan M+
Ket : X = mtotal
Y = T2
4. Pilih SHIFT lalu tekan 2
5. Mencari nilai A, B, dan R

A = - 0,339680141
B = 10,01217
R = 0,9836
Y = Bx + A
= 10,01217x 0,339680141

Menghitung nilai K

K=

= 3,939
Membandingkan massa efektif dengan massa sebenarnya
Mpegas = 9,95 . 10-3 kg

Mefektif = | |

=| |

= 3,39 . 10-3 kg
Hasil Praktikum: massa efektif < massa sebenarnya

Hasil Percobaan Menentukan Tetapan Pegas


X(ember) = X0 = ( 1,7 . 10-2 0,5 . 10-2 ) m
Beban F=mg X+ X- m X = -Xo
(N) m m m
m1 4,89 2,8. 10-2 2,9 . 10-2 2,85 . 10-2 1,15 .10-2
m1 + m2 9,78 3,8. 10-2 3,7 . 10-2 3,75 . 10-2 2,05 . 10-2
m1+m2+m3 14,67 4,7. 10-2 4,4 . 10-2 4,55 . 10-2 2,85 .10-2
m1+.+m4 19,56 5,5. 10-2 5,5 . 10-2 5,5 . 10-2 3,8 . 10-2
m1+.+m5 24,45 6,7. 10-2 6,6 . 10-2 6,65 . 10-2 4,95.10-2
m1+.+m6 29,34 7,4. 10-2 7,5 . 10-2 7,45 . 10-2 5,75. 10-2
m1+.+m7 34,23 8,7. 10-2 8,8 . 10-2 8,75 . 10-2 7,05. 10-2
m1+.+m8 39,12 9,4. 10-2 9,7 . 10-2 9,55 . 10-2 7,85. 10-2
m1+.+m9 44,01 10,6. 10-2 10,2 . 10-2 10,4 . 10-2 8,7 .10-2
m1+.+m10 48,90 11,5 . 10-2 11,5 .10-2 11.5 . 10-2 9,8.10-2
Tabel 2. Data Hasil Percobaan

Grafik 2. Grafik X terhadap Mbeban

Menghitung nilai A, B, R dengan menggunakan kalkulator


1. Tekan tombol mode
2. Pilih Reg (3), pilih Lin (1)
3. Masukkan data ( x,y) , lalu tekan M+
Ket : X = mbeban
Y=
4. Pilih SHIFT lalu tekan 2
5. Mencari nilai A, B, dan R

A = 0,0176 Menghitung nilai percepatan gravitasi


B = 1,9387 g=B.K
R = 0,9992 = 1,9387 . 3,939
Y = Bx + A = 7,6365393
= 1,9387x + 0,0176 g < g sebenarnya (9,78)
4.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan praktikum mengenai Gerak Harmonik Sederhana. Dalam
pelaksanaan praktikum, percobaan dibagi menjadi dua, yaitu : Percobaan Menentukan Tetapan
Pegas dan Percobaan Menentukan Percepatan Gravitasi.
Percobaan pertama yang dilakukan adalah percobaan menentukan tetapan pegas. Pertama-
tama praktikan menyiapkan beban dan mencatat setiap massa beban. Kemudian praktikan
menyusun peralatan percobaan. Pegas digantungkan pada statip dengan ember kosong tempat
beban di bawahnya. Kemudian ember tanpa beban tersebut ditarik ke bawah dan dihitung waktu
yang diperlukan untuk melakukan sepuluh kali getaran dengan menggunakan stopwatch.
Perhitungan terhadap getaran dilakukan lebih cermat agar data yang didapat lebih akurat.
Kemudian dilakukan terus dengan menambahkan dua keping beban pada setiap percobaan
sampai beban berjumlah 10 keping.
Setelah mendapatkan data yang diperlukan, dilanjutkan dengan perhitungan. Perhitungan
dimulai dengan menghitung periode getaran (T). Definisi dari periode getaran itu sendiri adalah
waktu yang diperlukan benda untuk melakukan satu getaran. Berdasarkan definisi tersebut,
periode dihitung dengan cara membagi t (waktu) dengan banyaknya getaran. Selanjutnya adalah
perhitungan T2. Setelah didapatkan T2, maka praktikan membuat grafik hubungan antara massa
total beban dengan T2. Grafik yang didapat linier tapi agak bengkok. Dilanjutkan dengan
perhitungan nilai A, B, R dengan menggunakan kalkulator. A, B, R dihitung dengan tujuan
mendapatkan persamaan Y dan untuk mendapatkan nilai dari tetapan pegas. Tetapan pegas

dihitung dengan rumus . Maka didapatkan nilai dari tetapan pegas sebesar 3,939. Setelah

didapatkan nilai tetapan pegas, maka selanjutnya akan dicari nilai dari massa efektif. Massa

efektif dicari dengan menggunakan rumus | |. Didapatlah nilai dari massa efektif sebesar

0,0339. Nilai efektif yang didapat lebih kecil dibandingkan nilai massa sebenarnya.
Percobaan kedua adalah percobaan untuk menentukan percepatan gravitasi. Percobaan
dilakukan dengan mengukur X pada saat ember belum ditaruh beban. Selanjutnya beban
ditambahkan satu per satu sampai jumlah beban mencapai sepuluh. Saat penambahan beban
selalu dicatat X nya dengan pembacaan skala. Setelah penambahan beban selesai, dilanjutkan
dengan pengurangan beban. Setelah didapatkan data keduanya, maka selanjutnya menghitung (X
rata-rata) dengan menjumlahkan X+ dan X- kemudian dibagi dua. Selanjutnya perhitungan X
dengan cara mengurangi X+ dan X-. Setelah semua data didapatkan, maka praktikan membuat
kembali grafik hubungan antara X terhadap massa beban. Grafik yang didapat linier namun di
beberapa titik ada yang tidak tepat linier. Kemudian dilajutkan dengan perhitungan
menggunakan kalkulator untuk mencari A, B, R. A, B, R pada percobaan ini dihitung untuk
mendapatkan nilai dari persamaan Y dan untuk menghitung gravitasi. Gravitasi dicari dengan
rumus g = B . k. Maka didapat gravitasi sebesar 7,6365393. Gravitasi yang didapat lebih kecil
dibandingkan gravitasi sebenarnya, yaitu 9,78. Perbedaan antara gravitasi sebenarnya dan
gravitasi yang didapat bisa dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya adalah kesalahan dalam
pembacaan skala, kesalahan dalam mengitung waktu getaran. Bisa juga dikarenakan peralatan
yang dipakai sudah lama, sehingga keakuratan tentu sudah berkurang, selain itu skala yang
tertempel pada statip tidak memiliki patokan letak sehingga pembacaan skala untuk data yang
akan diambil praktikan sudah pasti tidak akurat.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Percepatan gravitasi dapat ditentukan dengan mengukur perpanjangan pegas yang dibebani.
2. Gerak Harmonik Sederhana (GHS) adalah gerak periodik, yaitu gerak berulang atau berosilasi
dalam interval waktu tetap pada siklus waktu tertentu dengan lintasan yang ditempuh selalu tetap
pula.
3. Perbedaan nilai antara g literatur dengan g percobaan dapat terjadi karena adanya ketidaktepatan
dalam data saat praktikum yang dapat disebabkan karena faktor lingkungan maupun
ketidaktelitian praktikan.

5.2. Saran
1. Sebelum memulai praktikum, sebaiknya praktikan sudah memiliki gambaran tentang praktikum
yang akan dilakukan dan mengerti tujuan, prinsip, serta prosedur praktikum ini.
2. Sebelum pembacaan skala, sebaiknya praktikan menunggu beberapa saat sampai keadaan ember
menjadi stabil kemudian praktikan harus teliti dalam pembacaan skala nya agar data yang
didapat bisa lebih tepat.
3. Penggunaan stopwach dalam mengukur waktu yang dibutuhkan untuk ber-osilasi harus
dilakukan dengan cermat dan tepat agar data yang didapatkan lebih akurat.
4. Menjaga peralatan yang akan dipakai untuk praktikum agar tetap layak digunakan walaupun
sudah lama.

DAFTAR PUSTAKA

Ardhana. 2010. Gerak Harmonik Sederhana. Terdapat pada :


http://ardhanapriadi.blog.com/2010/12/13/gerak-harmonik-sederhana/ (diakses pada tanggal 20
Oktober 2012 pukul 17.00)

Bakokek. 2011. Gerak Harmonis Ayunan Sederhana. Terdapat pada :


http://bakokek.blogspot.com/2011/11/laporan-praktikum-fisika-gerak-harmonis.html (diakses
pada tanggal 20 Oktober 2012 pukul 17.41)

Setiya, Septian. 2012. Gerak Harmonik Sederhana. Terdapat pada :


http://blog.uad.ac.id/septian/2012/01/01/gerak-harmonik-sederhana/ (diakses pada tanggal 20
Oktober 2012 pukul 17.21)
Yosua, Carlos. 2010. Gerak Harmonis. Terdapat pada :
http://carlosyosua.wordpress.com/category/fisika/ (diakses pada tanggal 20 Oktober 2012 pukul
18.07)

Zaida, Drs., M.Si. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Faperta UNPAD.


Laporan Praktikum Fisika Elastisitas dan Hukum Hooke
Posted: October 13, 2013 in Report
Tags: fisika elastisitas, fisika hukum hooke, laporan fisika tentang elastisitas dan hukum hooke, Physics
0

Judul

Laporan Praktikum Fisika Elastisitas

Tujuan

Untuk mengetahui sifat keelastisitasan suatu benda, jika benda diberi gaya dan jika gaya itu di
hilangkan. Dan juga untuk mengetahui hubungan gaya sebesar F dan pertambahan panjang (l).

Dasar Teori

Elastisitas

Elastisitas adalah Kecenderungan pada suatu benda untuk berubah dalam bentuk baik panjang,
lebar maupun tingginya, tetapi massanya tetap, hal itu disebabkan oleh gaya-gaya yang menekan
atau menariknya, pada saat gaya ditiadakan bentuk benda kembali seperti semula.

Hukum Hooke

Hukum Hooke adalah perbandingan antara gaya yang diberikan dengan pertambahan panjang
benda adalah konstan.

F = k . l k = F/l

Keterangan :

F = gaya (N)
k = konstanta (N/m)
l = perubahan panjang (m)

Grafik Hukum Hooke


Alat dan Bahan

5 Buah karet
3 Macam air yang berbeda suhu
Penggaris
Neraca Pegas

Cara Kerja

Percobaan pengaruh suhu terhadap elastisitas :

1. Ukur panjang karet terlebih dahulu


2. Rendam 3 karet kedalam air yang suhunya berbeda-beda dantunggu sekitar 3 menit
3. Berikan gaya yang sama pada ketiga karet tersebut
4. Ukur panjangnya
5. Dan hitung hasil pertambahan panjangnya

Percobaan Hukum Hooke :

1. Ukur panjang karet terlebih dahulu


2. Berikan gaya yang bervariasi
3. Ukur panjangnya sesuai tahap gaya yang diberikan
4. Hitung pertambahan panjangnya

Hasil Pengamatan

Pengaruh Suhu Terhadap Elastisitas Benda

No Media Gaya (N) l l l


1. Panas 3N 15 51,5 36,5
2. Sedang 3N 14,5 38,5 24
3. Dingin 3N 15,4 45,5 30,1

Hukum Hooke

No Gaya (N) l l l
1. 1 15 21 6
2. 2 15 30 15
3. 3 15 41 26
4. 4 15 50 35
5. 5 15 54 39
6. 6 15 74 59
7. 7 15 76 61

Analisis Data

Pada percobaan pengaruh suhu terhadap elastisitas benda karet yang direndam dalam suhu
yang panas akan lebih mudah mengalami pertambahan panjang dan begitu sebaliknya. Namun
dari hasil percobaan karet yang direndam dalam air yang bersuhu rendah pertambahan
panjangnya lebih panjang dari pada karet yang direndam dalam air yang bersuhu normal. Hal itu
dikarenakan benda yang digunakan berbeda maka konstanta benda tersebut tidak sama.
Konstanta berbanding terbalik dengan pertambahan panjang apabila konstanta besar maka
pertambahan panjangnya kecil dan begitu sebaliknya.

Pada percobaan Hukum Hooke maka konstanta pegas (k) dapat dicari dengan menggunakan
rumus Hooke sebagai berikut:
F = k . l k = F/l

Kesimpulan

Dari percobaan diatas dapat disumpulkan bahwa :

1. Besarnya gaya yang bekerja pada karet berbanding lurus dengan pertambahan panjang
dalam keadaan seimbang.
2. Kita dapat mengetahui bahwa walaupun karet bertambah panjang namun masih bisa
kembali seperti semula sehingga dapat kita ketahui bahwa elastisitas merupakan
pertambahan panjang yang dapat kembali seperti semula, jika tidak dikenai gaya lagi.
3. Pertambahan panjang menunjukkan hasil yang berbeda-beda tergantung gaya yang
diberikan.
4. Konstanta pada masing-masing percobaan berbeda-beda karena perbedaan bahan yang
digunakan.
JUDUL

Percobaan Hukum Hooke

II. TUJUAN

Mempelajari Hukum Hooke

III. DASAR TEORI

Hokum Hooke menyatakan hubungan antara gaya F yang meregangkan

pegas dan pertambahan panjang pegas X pada daerah elastic pegas. Pada daerah

elastis linier, F sebanding dengan X. hal ini dinyatakan dalam bentuk persamaan

berikut :

Keterangan

F : gaya yang dikerjakan pada pegas (N)

x : pertambahan panjang pegas (m)

k : konstanta pegas (N/m)

Pada waktu pegas ditarik dengan gaya F, pegas mengadakan gaya yang

besarnya sama dengan gaya yang menarik, tetapi arahnya berlawanan (Faksi=-Freaksi).

Jika gaya ini kita sebut dengan gaya pegas Fp, yang besarnya sebanding dengan

pertambahan panjang pegas x, sehingga untuk Fp dapat dirumuskan sebagai :


Persamaan F = k x dan persamaan FP = - k x secara umum dapat dinyatakan

dalam kalimat yang disebut Hukum Hooke pada daerah elastisitas benda sebanding

dengan pertambahan panjang benda sifat pegas seperti yang dinyatakan oleh

Hukum Hooke tidak terbatas pada pegas yang diregangkan. Pada pegas yang

dimampatkan juga berlaku Hukum Hooke, selama pegas masih berada pada

elastisitasnya. Sifat pegas seperti itu banyak digunakan dalam kehidupan sehari-

hari.

IV. ALAT DAN BAHAN

1. Statif

2. Mistar / Penggaris

3. Beban gantung (50 gram, 60 gram, 70 gram, 80 gram, 90 gram)

4. Karet / pegas

5. Kalkulator

V. CARA KERJA

1. Menyusun alat dan bahan seperti statif, mistar, pegas dan beban gantung. Jika

sudah tersedia tidak perlu menyusun hanya mengecek apakah sudah terpasang

dengan benar apa belum.


2. Mula-mula menggantungkan beban seberat 50 gram untuk meluruskan karet /

pegas, pada keadaan ini panjang karet / pegas diukur dengan menggunakan mistar,

sebagai panjang awal (l0).

3. Menambahkan beban gantung seberat 10 gram sehingga beratnya mencapai 60 gram,

dan mengukur panjang mistar sebagai (l1). atau langsung menghitung pertambahan

panjang (x) dengan cara (l1-l0).

4. Menambahkan beban gantung seberat 20 gram sehingga beratnya mencapai 70

gram, dan mengukur panjang mistar sebagai (l2). atau langsung menghitung

pertambahan panjang (x) dengan cara (l2-l0).

5. Menambahkan beban gantung seberat 30 gram sehingga beratnya mencapai 80

gram, dan mengukur panjang mistar sebagai (l3). atau langsung menghitung

pertambahan panjang (x) dengan cara (l3-l0).

6. Menambahkan beban gantung seberat 40 gram sehingga beratnya mencapai 90

gram, dan mengukur panjang mistar sebagai (l4). atau langsung menghitung

pertambahan panjang (x) dengan cara (l4-l0).

7. Menghitung berat beban dengan rumus :

8. Menghitung pertambahan panjang, apabila belum di

cari dengan rumus :

9. Menghitung konstanta dengan

rumus :
10. Mengisi semua data yang diperoleh pada tabel, seperti di bawah ini.

Panjang Pegas Konstanta


Masa Berat
No
Panjang mula-mula l ( yg sedang Pertambahan panjang
(kg) ( F = m g) ( K = )
(lo) diukur) (x)

11. Melukis grafik hubungan antara x dengan F.

Catatan :
Percepatan gravitasi bumi ( g ) : 9,8 m/s2

VI. DATA PENGAMATAN

Panjang Pegas Konstanta


Masa Berat
No
Panjang mula-mula l ( yg sedang Pertambahan panjang
(kg) ( F = m g) ( K = )
(lo) diukur) (x)

1 5 . 10-2 kg 0,49 N 6 cm 12 cm 6 . 10-2 m 8,16 N/m

2 6 . 10-2 kg 0,588 N 6 cm 13 cm 7 . 10-2 m 8,28 N/m

3 7 . 10-2 kg 0,686 N 6 cm 14 cm 8 . 10-2 m 8,57 N/m

4 8 . 10-2 kg 0,784 N 6 cm 15 cm 9 . 10-2 m 8,66 N/m

5 9 . 10-2 kg 0,882 N 6 cm 16,5 cm 10,5 . 10-2 m 8,82 N/m

VII. PEMBAHASAN

A. Perhitungan Dalam Data Pengamatan

1. Untuk masa 5 . 10-2 kg

Mencari F = m g

F = 5 . 10-2 kg x 9,8 m/s2

= 0, 49 N

Mencari x = l (yang sedang diukur) lo

x = 12 cm 6 cm

= 6 cm ( 6 . 10-2 m)
Mencari K =

K =

= 8, 16 N/m

2. Untuk masa 6 . 10-2 kg

Mencari F = m g

F = 6 . 10-2 kg x 9,8 m/s2

= 0, 58 N

Mencari x = l (yang sedang diukur) lo

x = 13 cm 6 cm

= 7 cm ( 7 . 10-2 m)

Mencari K =

K =

= 8, 28 N/m

3. Untuk masa 7 . 10-2 kg

Mencari F = m g

F = 7 . 10-2 kg x 9,8 m/s2

= 0, 68 N

Mencari x = l (yang sedang diukur) lo

x = 14 cm 6 cm

= 8 cm ( 8 . 10-2 m)

Mencari K =

K =

= 8, 57 N/m
4. Untuk masa 8 . 10-2 kg

Mencari F = m g

F = 8 . 10-2 kg x 9,8 m/s2

= 0, 78 N

Mencari x = l (yang sedang diukur) lo

x = 15 cm 6 cm

= 9 cm ( 9 . 10-2 m)

Mencari K =

K =

= 8, 66 N/m

5. Untuk masa 9 . 10-2 kg

Mencari F = m g

F = 9 . 10-2 kg x 9,8 m/s2

= 0, 88 N

Mencari x = l (yang sedang diukur) lo

x = 16,5 cm 6 cm

= 10,5 cm ( 10,5 . 10-2 m)

Mencari K =

K =

= 8, 82 N/m

B. Grafik Hubungan Antara X dengan F.


VIII. KESIMPULAN

Dalam Percobaan mangenai Hukum Hooke yang telah kami lakukan, kami dapat

menyimpulkan bahwa gaya yang dikerjakan pada pegas berbanding lurus dengan

pertambahan panjang pegas. Semakin besar pertambahan panjang pegas, maka

semakin besar pula gaya yang dikerjakan pada pegas. Secara matematis dapat

dituliskan sebagai berikut

F=KX

Dengan Keterangan

F : gaya yang dikerjakan pada pegas (N)

x : pertambahan panjang pegas (m)

k : konstanta pegas (N/m)

Anda mungkin juga menyukai