Jika sebuah pegas ditarik dengan gaya tertentu, maka panjangnya akan berubah. Semakin
besar gaya tarik yang bekerja, semakin besar pertambahan panjang pegas tersebut. Ketika gaya
tarik dihilangkan, pegas akan kembali keadaan semula. Jika beberapa pegas ditarik dengan gaya
yang sama, pertambahan panjang setiap pegas akan berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh
setiap karasteristik suatu pegas. Karakteristik suatu pegas dinyatakan dengan konstanta pegas
(k).
Hukum Hooke menyatakan bahwa jika pada sebuah pegas bekerja pada sebuah gaya, maka
pegas tersebut akan bertambah panjang sebanding dengan besar gaya yang bekerja padanya.
Secara matematis, hubungan antara besar gaya yang bekerja dengan pertambahan panjang pegas
dapat dituliskan sebagai beikut:
F=kx
Keterangan :
F = gaya yang bekerja (N)
k = kontanta pegas (N/m)
x = pertambahan panjang pegas (m)
Pada waktu benda ditarik dengan gaya F, pegas mengadakan gaya yang besarnya sama
dengan gaya yang menarik, tetapi arahnya berlawanan ( F aksi = F reaksi ). Jika gaya ini kita sebut
dengan gaya pegas Fp, gaya ini tentu saja sebanding dengan pertambahan panjang pegas x.
Sehingga untuk Fp dapat dirumuskan sebagai Fp = - k x.
Pada daerah elastic benda, gaya yang bekerja pada benda sebanding dengan pertambahan
panjang benda. Sifat pegas seperti yang dinyatakan hukum Hooke tidak terbatas pada pegas yang
direnggangkan. Pada pegas yang dimampatkan juga berlaku hukum Hooke, selama pegas masih
ada pada daerah ekastisitasnya. Sifat pegas yang seperti ini banyak digunakan di dalam
kehidupan sehari hari misalnya pada neraca pegas, bagian bagian mesin, dan pada kendaraan
bermotor modern (pegas sebagai peredam kejut). (Supiyanto, 72 73 : 2005)
Apabila kita menarik sebuah pegas untuk melatih otot dan dada kita, pegas berubah bentuk ,
yaitu semakin panjang. Ketika tarikan pada pegas kita dilepaskan , pegas segera kembali
kebentuk semula . dan perhatikan juga pada anak anak yang menaruh batu kecil pada karet
ketapelnya dan menarik karet tersebut sehingga karet bentuknya berubah. Pegas dan karet adalah
contoh benda elastic. Sifat elastic atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali
ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan.
(Stockley, Corinne.dkk 168 : 2000)
ANALISIS DATA
Langkah-langkah Percobaan
Setelah seluruh alat dan bahan disiapkansesuai daftar di atas, maka:
1) Merakit statif sesuai gambar.
2) Memasang balok penahan pada batang statif.
3) Memasang jepit penahan pada balok penahan dan menggantung pegas spiral.
4) Kemudian 1 beban (W = 0,5 N) pada pegas sebagai gaya awal (Fo).
5) Mengukur pajang awal (lo) pegas dan mencatat hasilnya pada tabel di bawah.
6) Menambahkan 1 beban dan mengukur kembali panjang pegas (l). Mencatat hasil pengamatan ke
dalam tabel.
7) Mengulangi langkah 3 dengan setiap kali menambah 1 beban untuk melengkapi tabel.
Data
lo = 169 x 10-3 m; Fo = 0,5 N
1. Judul
Percobaan Hukum Hooke
2. Landasan Teori
k merupakan konstanta pegas atau koofisien elastisitas pegas atau ukuran kelenturan pegas.
Hubungan ini pertama kali diamati oleh Robert Hooke (1635 1703) pada tahun 1678,
karenanya dikenal sebagai hukum Hooke.
Jika besar gaya yang dikerjakan pada pegas melewati batas elastisitas pegas maka, setelah
gaya dihilangkan panjang pegas tidak kembali seperti semula. Hukum hooke hanya berlaku
hingga batas elastisitas. Batas elastisitas pegas merupakan gaya maksimum yang dapat diberikan
pada pegas sebelum pegas berubah bentuk secara tetap dan panjang pegas tidak dapat kembali
seperti semula. Jika besar gaya terus bertambah maka pegas rusak.
Hukum Hooke menyatakan hubungan antara gaya F yang meregangkan pegas dan
pertambahan panjang (X), didaerah yang ada dalam batas kelentingan pegas. F = k.x Atau F
= k (tetap dalam artian pegas tidak mengalami perubahan panjang), k adalah suatu tetapan
perbandingan yang disebut tetapan pegas yang nilainya berbeda untuk pegas yang berbeda.
Tetapan pegas adalah gaya per satuan tambahan panjang. Satuan Hukum Hooke dalam SI adalah
N/m.
Salah satu prinsip dasar dari analisa struktur adalah hukum Hooke yang menyatakan bahwa
pada suatu struktur : hubungan tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah proporsional atau
hubungan beban (load) dan deformasi (deformations) adalah proporsional. Struktur yang
mengikuti hukum Hooke dikatakan elastis linier dimana hubungan F dan X berupa garis lurus.
Lihat Gambar 1.A. , sedangkan struktur yang tidak mengikuti hukum Hooke dikatakan Elastis
non linier, lihat Gambar 1.B.
1. Tujuan
Untuk menyelidiki hubungan antara gaya dengan pertambahan panjang
Untuk mengetahui pengaruh gaya dan pertambahan panjang terhadap konstanta Elastis Linear
atau Elastis Non Linear.
3. Cara Kerja
I. Merangkai Alat dan bahan.
II. Mengamati dan mengukur perubahaan panjang pegas, dilakukan sebanyak 5 kali percobaan
dengan massa beban yang berbeda.
III. Cara membaca mistar dengan menghitung mulai dari garis angka nol.
4. Hasil Pengamatan
X0 X1
No. Massa (g)
(cm) (cm)
1. 20 11,4 13,0
2. 40 11,4 14,8
3. 90 11,4 19,4
4. 140 11,4 24,0
5. 190 11,4 29,0
5. Pembahasan.
I. Ubah satuan kedalam SI (Satuan Internasional)
No. Massa (kg) X0 (m) X1 (m)
-3
1. 20 . 10 11,4 . 10-2 13,0 . 10-2
-3
2. 40 . 10 11,4 . 10-2 14,8 . 10-2
3. 90 . 10-3 11,4 . 10-2 19,4 . 10-2
-3
4. 140 . 10 11,4 . 10-2 24,0 . 10-2
5. 190 . 10-3 11,4 . 10-2 29,0 . 10-2
X2 = X1.2 X0 X5 = X1.5 X0
X2 = 14,8 . 10-2 11,4 . 10-2 X5 = 29,0 . 10-2 11,4 . 10-2
= 3,4 . 10-2 m. = 17,6 . 10-2 m.
X3 = X1.3 X0
X3 = 19,4 . 10-2 11,4 . 10-2
= 8,0 . 10-2 m.
F2 = m.g F5 = m.g
F2 = 40 . 10-3 . 10 F5 = 190 . 10-3 . 10
= 400. 10-3 N = 1900. 10-3 N
F3 = m.g
F3 = 90 . 10-3 . 10
= 900. 10-3 N
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Mengungkapkan Hukum Hooke.
2. Menyelesaikan soal-soal gerak harmonik sederhana.
3. Menentukan tetapan gas dan massa efektif pegas dengan melaksanakan percobaan ayunan pegas
yang dibebani.
4. Menentukan percepatan gravitasi dengan mengukur perpanjangan pegas yang dibebani.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak balik benda melalui suatu titik keseimbangan
tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon selalu konstan.
Ketika beban digantungkan pada ayunan dan tidak diberikan gaya, maka benda akan dian di titik
keseimbangan B. Jika beban ditarik ke titik A dan dilepaskan, maka beban akan bergerak ke B,
C, lalu kembali lagi ke A. Gerakan beban akan terjadi berulang secara periodik, dengan kata lain
beban pada ayunan di atas melakukan gerak harmonik sederhana.
Semua pegas memiliki panjang alami sebagaimana tampak pada gambar. Ketika sebuah benda
dihubungkan ke ujung sebuah pegas, maka pegas akan meregang (bertambah panjang) sejauh y.
Pegas akan mencapai titik kesetimbangan jika tidak diberikan gaya luar (ditarik atau digoyang).
Periode (T)
Benda yang bergerak harmonis sederhana pada ayunan sederhana memiliki periode. Periode
ayunan (T) adalah waktu yang diperlukan benda untuk melakukan satu getaran. Benda dikatakan
melakukan satu getaran jika benda bergerak dari titik di mana benda tersebut mulai bergerak dan
kembali lagi ke titik tersebut. Satuan periode adalah sekon atau detik.
Frekuensi (f)
Frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan oleh benda selama satu detik, yang
dimaksudkan dengan getaran di sini adalah getaran lengkap. Satuan frekuensi adalah hertz.
Frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi selama satu detik. Dengan demikian selang
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu getaran adalah :
............(1)
Amplitudo
Pada ayunan sederhana, selain periode dan frekuensi, terdapat juga amplitudo. Amplitudo adalah
perpindahan maksimum dari titik kesetimbangan.
Gaya Pemulih
Gaya pemulih dimiliki oleh setiap benda elastis yang terkena gaya sehingga benda elastis
tersebut berubah bentuk. Gaya yang timbul pada benda elastis untuk menarik kembali benda
yang melekat padanya di sebut gaya pemulih.
Susunan Pegas
Konstanta pegas dapat berubah nilainya, apabila pegas pegas tersebut disusun menjadi
rangkaian. Besar konstanta total rangkaian pegas bergantung pada jenis rangkaian pegas, yaitu
rangkaian pegas seri atau paralel.
Seri / Deret
Gaya yang bekerja pada setiap pegas adalah sebesar F, sehingga pegas akan mengalami
pertambahan panjang sebesar dan . Secara umum, konstanta total pegas yang
disusun seri dinyatakan dengan persamaan :
Paralel
Jika rangkaian pegas ditarik dengan gaya sebesar F, setiap pegas akan mengalami gaya tarik
sebesar F1 dan F2, pertambahan panjang sebesar dan . Secara umum, konstanta total
pegas yang dirangkai paralel dinyatakan dengan persamaan :
ktotal = k1 + k2 + k3 +.+ kn, dengan kn = konstanta pegas ke n
Semua pegas
memiliki
panjang alami
sebagaimana
tampak pada
gambar a.
Ketika sebuah benda dihubungkan ke ujung sebuah pegas, maka pegas akan meregang
(bertambah panjang) sejauh y. Pegas akan mencapai titik kesetimbangan jika tidak diberikan
gaya luar (ditarik atau digoyang), sebagaimana tampak pada gambar B. Jika beban ditarik ke
bawah sejauh y1 dan dilepaskan (gambar c), benda akan akan bergerak ke B, ke D lalu kembali
ke B dan C. Gerakannya terjadi secara berulang dan periodik. Kita tinjau pegas yang dipasang
horisontal, di mana pada ujung pegas tersebut dikaitkan sebuah benda bermassa m. Massa benda
kita abaikan, demikian juga dengan gaya gesekan, sehingga benda meluncur pada permukaan
horisontal tanpa hambatan. Terlebih dahulu kita tetapkan arah positif ke kanan dan arah negatif
ke kiri. Setiap pegas memiliki panjang alami, jika pada pegas tersebut tidak diberikan gaya. Pada
kedaan ini, benda yang dikaitkan pada ujung pegas berada dalam posisi setimbang. Apabila
benda ditarik ke kanan sejauh +x (pegas diregangkan),
pegas akan memberikan gaya pemulih pada benda
tersebut yang arahnya ke kiri sehingga benda kembali ke
posisi setimbangnya.
Apabila benda ditarik ke kanan sejauh +x (pegas
diregangkan), pegas akan memberikan gaya pemulih
pada benda tersebut yang arahnya ke kiri sehingga benda kembali ke posisi setimbangnya
(gambar b).
Sebaliknya, jika benda ditarik ke kiri sejauh -x, pegas juga memberikan gaya pemulih
untuk mengembalikan benda tersebut ke kanan sehingga benda kembali ke posisi setimbang.
(gambar c)
Besar gaya pemulih F ternyata berbanding lurus dengan simpangan x dari pegas yang
direntangkan atau ditekan dari posisi setimbang (posisi setimbang ketika x = 0). Secara
matematis di tulis :
........ (2)
Persamaan ini sering dikenal sebagai hukum hooke dan dicetuskan oleh paman Robert
Hooke. k adalah konstanta dan x adalah simpangan. Hukum Hooke akurat jika pegas tidak di
tekan sampai kumparan pegas bersentuhan atau diregangkan sampai batas elastisitas. Tanda
negatif menunjukkan bahwa gaya pemulih alias F mempunyai arah berlawanan dengan
simpangan x. Konstanta pegas berkaitan dengan kaku atau lembut sebuah pegas. Semakin besar
konstanta pegas (semakin kaku sebuah pegas), semakin besar gaya yang diperlukan
untuk menekan atau meregangkan pegas. Sebaliknya semakin lembut sebuah pegas (semakin
kecil konstanta pegas), semakin kecil gaya yang diperlukan untuk meregangkan pegas. Untuk
meregangkan pegas sejauh x, kita akan memberikan gaya luar pada pegas, yang besarnya sama
dengan F = +kx. Pegas dapat bergerak jika terlebih dahulu diberikan gaya luar.
Besaran fisika pada Gerak Harmonik Sederhana pada pegas pada dasarnya sama dengan
ayunan sederhana, yakni terdapat periode, frekuensi dan amplitudo. Jarak x dari posisi setimbang
disebut simpangan. Simpangan maksimum alias jarak terbesar dari titik setimbang disebut
amplitudo (A). Satu getaran Gerak Harmonik Sederhana pada pegas adalah gerak bolak balik
lengkap dari titik awal dan kembali ke titik yang sama.
BAB III
METODOLOGI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
A = - 0,339680141
B = 10,01217
R = 0,9836
Y = Bx + A
= 10,01217x 0,339680141
Menghitung nilai K
K=
= 3,939
Membandingkan massa efektif dengan massa sebenarnya
Mpegas = 9,95 . 10-3 kg
Mefektif = | |
=| |
= 3,39 . 10-3 kg
Hasil Praktikum: massa efektif < massa sebenarnya
dihitung dengan rumus . Maka didapatkan nilai dari tetapan pegas sebesar 3,939. Setelah
didapatkan nilai tetapan pegas, maka selanjutnya akan dicari nilai dari massa efektif. Massa
efektif dicari dengan menggunakan rumus | |. Didapatlah nilai dari massa efektif sebesar
0,0339. Nilai efektif yang didapat lebih kecil dibandingkan nilai massa sebenarnya.
Percobaan kedua adalah percobaan untuk menentukan percepatan gravitasi. Percobaan
dilakukan dengan mengukur X pada saat ember belum ditaruh beban. Selanjutnya beban
ditambahkan satu per satu sampai jumlah beban mencapai sepuluh. Saat penambahan beban
selalu dicatat X nya dengan pembacaan skala. Setelah penambahan beban selesai, dilanjutkan
dengan pengurangan beban. Setelah didapatkan data keduanya, maka selanjutnya menghitung (X
rata-rata) dengan menjumlahkan X+ dan X- kemudian dibagi dua. Selanjutnya perhitungan X
dengan cara mengurangi X+ dan X-. Setelah semua data didapatkan, maka praktikan membuat
kembali grafik hubungan antara X terhadap massa beban. Grafik yang didapat linier namun di
beberapa titik ada yang tidak tepat linier. Kemudian dilajutkan dengan perhitungan
menggunakan kalkulator untuk mencari A, B, R. A, B, R pada percobaan ini dihitung untuk
mendapatkan nilai dari persamaan Y dan untuk menghitung gravitasi. Gravitasi dicari dengan
rumus g = B . k. Maka didapat gravitasi sebesar 7,6365393. Gravitasi yang didapat lebih kecil
dibandingkan gravitasi sebenarnya, yaitu 9,78. Perbedaan antara gravitasi sebenarnya dan
gravitasi yang didapat bisa dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya adalah kesalahan dalam
pembacaan skala, kesalahan dalam mengitung waktu getaran. Bisa juga dikarenakan peralatan
yang dipakai sudah lama, sehingga keakuratan tentu sudah berkurang, selain itu skala yang
tertempel pada statip tidak memiliki patokan letak sehingga pembacaan skala untuk data yang
akan diambil praktikan sudah pasti tidak akurat.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Percepatan gravitasi dapat ditentukan dengan mengukur perpanjangan pegas yang dibebani.
2. Gerak Harmonik Sederhana (GHS) adalah gerak periodik, yaitu gerak berulang atau berosilasi
dalam interval waktu tetap pada siklus waktu tertentu dengan lintasan yang ditempuh selalu tetap
pula.
3. Perbedaan nilai antara g literatur dengan g percobaan dapat terjadi karena adanya ketidaktepatan
dalam data saat praktikum yang dapat disebabkan karena faktor lingkungan maupun
ketidaktelitian praktikan.
5.2. Saran
1. Sebelum memulai praktikum, sebaiknya praktikan sudah memiliki gambaran tentang praktikum
yang akan dilakukan dan mengerti tujuan, prinsip, serta prosedur praktikum ini.
2. Sebelum pembacaan skala, sebaiknya praktikan menunggu beberapa saat sampai keadaan ember
menjadi stabil kemudian praktikan harus teliti dalam pembacaan skala nya agar data yang
didapat bisa lebih tepat.
3. Penggunaan stopwach dalam mengukur waktu yang dibutuhkan untuk ber-osilasi harus
dilakukan dengan cermat dan tepat agar data yang didapatkan lebih akurat.
4. Menjaga peralatan yang akan dipakai untuk praktikum agar tetap layak digunakan walaupun
sudah lama.
DAFTAR PUSTAKA
Judul
Tujuan
Untuk mengetahui sifat keelastisitasan suatu benda, jika benda diberi gaya dan jika gaya itu di
hilangkan. Dan juga untuk mengetahui hubungan gaya sebesar F dan pertambahan panjang (l).
Dasar Teori
Elastisitas
Elastisitas adalah Kecenderungan pada suatu benda untuk berubah dalam bentuk baik panjang,
lebar maupun tingginya, tetapi massanya tetap, hal itu disebabkan oleh gaya-gaya yang menekan
atau menariknya, pada saat gaya ditiadakan bentuk benda kembali seperti semula.
Hukum Hooke
Hukum Hooke adalah perbandingan antara gaya yang diberikan dengan pertambahan panjang
benda adalah konstan.
F = k . l k = F/l
Keterangan :
F = gaya (N)
k = konstanta (N/m)
l = perubahan panjang (m)
5 Buah karet
3 Macam air yang berbeda suhu
Penggaris
Neraca Pegas
Cara Kerja
Hasil Pengamatan
Hukum Hooke
No Gaya (N) l l l
1. 1 15 21 6
2. 2 15 30 15
3. 3 15 41 26
4. 4 15 50 35
5. 5 15 54 39
6. 6 15 74 59
7. 7 15 76 61
Analisis Data
Pada percobaan pengaruh suhu terhadap elastisitas benda karet yang direndam dalam suhu
yang panas akan lebih mudah mengalami pertambahan panjang dan begitu sebaliknya. Namun
dari hasil percobaan karet yang direndam dalam air yang bersuhu rendah pertambahan
panjangnya lebih panjang dari pada karet yang direndam dalam air yang bersuhu normal. Hal itu
dikarenakan benda yang digunakan berbeda maka konstanta benda tersebut tidak sama.
Konstanta berbanding terbalik dengan pertambahan panjang apabila konstanta besar maka
pertambahan panjangnya kecil dan begitu sebaliknya.
Pada percobaan Hukum Hooke maka konstanta pegas (k) dapat dicari dengan menggunakan
rumus Hooke sebagai berikut:
F = k . l k = F/l
Kesimpulan
1. Besarnya gaya yang bekerja pada karet berbanding lurus dengan pertambahan panjang
dalam keadaan seimbang.
2. Kita dapat mengetahui bahwa walaupun karet bertambah panjang namun masih bisa
kembali seperti semula sehingga dapat kita ketahui bahwa elastisitas merupakan
pertambahan panjang yang dapat kembali seperti semula, jika tidak dikenai gaya lagi.
3. Pertambahan panjang menunjukkan hasil yang berbeda-beda tergantung gaya yang
diberikan.
4. Konstanta pada masing-masing percobaan berbeda-beda karena perbedaan bahan yang
digunakan.
JUDUL
II. TUJUAN
pegas dan pertambahan panjang pegas X pada daerah elastic pegas. Pada daerah
elastis linier, F sebanding dengan X. hal ini dinyatakan dalam bentuk persamaan
berikut :
Keterangan
Pada waktu pegas ditarik dengan gaya F, pegas mengadakan gaya yang
besarnya sama dengan gaya yang menarik, tetapi arahnya berlawanan (Faksi=-Freaksi).
Jika gaya ini kita sebut dengan gaya pegas Fp, yang besarnya sebanding dengan
dalam kalimat yang disebut Hukum Hooke pada daerah elastisitas benda sebanding
dengan pertambahan panjang benda sifat pegas seperti yang dinyatakan oleh
Hukum Hooke tidak terbatas pada pegas yang diregangkan. Pada pegas yang
dimampatkan juga berlaku Hukum Hooke, selama pegas masih berada pada
elastisitasnya. Sifat pegas seperti itu banyak digunakan dalam kehidupan sehari-
hari.
1. Statif
2. Mistar / Penggaris
4. Karet / pegas
5. Kalkulator
V. CARA KERJA
1. Menyusun alat dan bahan seperti statif, mistar, pegas dan beban gantung. Jika
sudah tersedia tidak perlu menyusun hanya mengecek apakah sudah terpasang
pegas, pada keadaan ini panjang karet / pegas diukur dengan menggunakan mistar,
dan mengukur panjang mistar sebagai (l1). atau langsung menghitung pertambahan
gram, dan mengukur panjang mistar sebagai (l2). atau langsung menghitung
gram, dan mengukur panjang mistar sebagai (l3). atau langsung menghitung
gram, dan mengukur panjang mistar sebagai (l4). atau langsung menghitung
rumus :
10. Mengisi semua data yang diperoleh pada tabel, seperti di bawah ini.
Catatan :
Percepatan gravitasi bumi ( g ) : 9,8 m/s2
VII. PEMBAHASAN
Mencari F = m g
= 0, 49 N
x = 12 cm 6 cm
= 6 cm ( 6 . 10-2 m)
Mencari K =
K =
= 8, 16 N/m
Mencari F = m g
= 0, 58 N
x = 13 cm 6 cm
= 7 cm ( 7 . 10-2 m)
Mencari K =
K =
= 8, 28 N/m
Mencari F = m g
= 0, 68 N
x = 14 cm 6 cm
= 8 cm ( 8 . 10-2 m)
Mencari K =
K =
= 8, 57 N/m
4. Untuk masa 8 . 10-2 kg
Mencari F = m g
= 0, 78 N
x = 15 cm 6 cm
= 9 cm ( 9 . 10-2 m)
Mencari K =
K =
= 8, 66 N/m
Mencari F = m g
= 0, 88 N
x = 16,5 cm 6 cm
Mencari K =
K =
= 8, 82 N/m
Dalam Percobaan mangenai Hukum Hooke yang telah kami lakukan, kami dapat
menyimpulkan bahwa gaya yang dikerjakan pada pegas berbanding lurus dengan
semakin besar pula gaya yang dikerjakan pada pegas. Secara matematis dapat
F=KX
Dengan Keterangan