Anda di halaman 1dari 80

PENYUSUNAN INTI

Semua inti tersusun atas proton dan neutron (pengecualian inti atom hidrogen karena inti
atomnya hanya berisi satu proton). Nomor atom Z menyatakan jumlah proton dalam inti, nomor
neutron N menyatakan jumlah neutron dalam inti dan nomor massa A, menyatakan jumlah
nukleon dalam inti, A = Z + N. Nukleon adalah nama untuk penyusun inti yaitu proton dan
neutron. Notasi yang digunakan adalah dimana X adalah simbol kimia dari unsur.

Jumlah proton = Z
Jumlah neutron = A Z
Neutron = Z untuk atom netral
Elektron mempunyai muatan tunggal negatif, -e (e = 1.60217733 x 10 -19 C), proton mempunyai
muatan tunggal positif, +e, dan neutron tidak bermuatan sehingga membuatnya sulit dideteksi.
Akibatnya muatan dari inti adalah Ze. Massa suatu unsur dinyatakan dalam atomic mass units u.
Nomor massa A = 27, nomor atom Z =13 sehingga jumlah proton yang dimiliki Al adalah 13
buah dan neutron 14 (27 13). Partikel-partikel bermuatan positif yang menyusun inti yang
disebut dengan Proton. Menurut Millikan dan Thomson, massa electron sangatlah kecil,sehingga
massa proton hanya sedikit lebih kecil dari massa atom hydrogen. James Chadwick (1891-1974),
pada tahun 1933 berhasil mendemonstrasikan kehadiran partikel neutron.Proton-proton dapat
dengan mudah dideteksi oleh kamar ionisasi (ionization chamber detector). Nuklida-nuklida
dengan jumlah proton sama tetapi jumlah neutron berbeda disebut Isotop. Nuklida-nuklida
dengan jumlah nucleon sama tetapi jumlah proton berbeda disebut Isobar.Sedangkan nuklida-
nuklida dengan jumlah neutron yang sama disebut Isoton.

Energi total dari sistem terikat (inti) adalah lebih kecil dari energi kombinasi penyusun nucleon.
Sebagai contoh pada inti deuterium (deuteron) massanya 2,014102 u, sedangkan penyusunnya

1
adalah sebuah proton dan sebuah neutron. Massa total penyusun adalam massa sebuah proton
plus massa sebuah neutron yaitu 1,007825 u + 1,008665 u = 2,016490 u, harga ini 0,002388 u
lebih besar dari masa inti deuterium. Perbedaan massa ini berhubungan dengan ikatan antara
proton dengan neutron untuk membentuk deuteron. Massa 0,002388 u sama dengan 0,002388 u
x 931 MeV/u = 2,22 MeV. Perbedaan energi ini dinamakan energi ikat inti. Dapat juga
dinyatakan sebagai sejumlah energi yang diperlukan untuk memecah inti menjadi proton dan
neutron. Sebaliknya, jika deutron terbentuk dari proton dan neutron bebas, maka energi sebesar
2,22 MeV dilepaskan.
Terdapat gaya tolak elektrostatis yang sangat besar antar sesama proton dalam inti. Gaya
ini dapat menyebabkan inti hancur. Inti tetap stabil karena adanya gaya yang lain, gaya
berjangjauan pendek, dinamakan gaya inti (atau kuat). Gaya ini merupakan gaya tarik yang
bekerja pada semua partikel inti. Gaya tarik inti lebih kuat dari pada gaya tolak Coulomb pada
jarak dekat dalam inti. Fakta yang lain, tidak setiap gabungan neutron dan proton membentuk
inti yang mantap atau stabil. Pada umumnya, inti ringan (A<20) mengandung jumlah neutron
dan proton yang hampir sama, sedangkan pada inti berat proporsi neutron bertambah besar. Hal
ini terlihat pada gambar 4 yang merupakan plot antara N terhadap Z untuk nuklida stabil. Inti
ringan stabil jika N = Z. Inti berat sangat stabil ketika N > Z, karena semakin besar jumlah
proton, gaya tolak Coulomb semakin besar akibatnya diperlukan lebih banyak nukleon (neutron)
agar inti tetap stabil. Gaya nuklir memiliki jangkauan terbatas, dan sebagai hasilnya interaksi
nukleon kuat hanya terjadi antara tetangga terdekatnya. Efek ini dikenal sebagai kejenuhan
gaya nuklir. Karena tolakan Coulomb dari proton menjangkau keseluruh bagian inti, maka
terdapat batas kemampuan neutron untuk mencegah terpecahnya inti besar. Batas ini dinyatakan
dalam isotop bismut yang merupakan nuklida mantap paling berat. Tidak ada inti stabil ketika Z
> 83, inti akan bertransformasi menjadi inti yang lebih ringan melalui emisi sebuah atau lebih
partikel alfa. Inti dari berbagai atom dapat memiliki jumlah proton yang sama, meskipun
memiliki jumlah neutron yang bervariasi. Isotop adalah sebuah unsur yang memiliki Z sama
tetapi nilai N dan A berbeda.

A. Struktur dan Gaya Inti

2
3
Secara matematis dapat dinyatakan sebagai :
proton neutron A
k
volume int i 4 R 3
3
Jadi :
1
A R 3 R R0 A 3

Dimana R0 adalah nilai konstanta yang dapat ditentukan dengan lewat eksperimen dan
besarnya adalah 1,2.10 15 m atau sekitar 1,0 1,5.10 15 m . Panjang 10 15 m disebut 1
femtometer (fm)

Sifat atau Karakteristik Proton dan Elektron

Jika massa elektron 0 berarti suatu partikel tidak mempunyai massa padahal partikel materi
mempunyai massa yang dapat diukur. Begitu pula kenyataan bahwa atom itu netral
Bagaimana mungkin atom itu bersifat netral dan mempunyai, jika hanya ada elektron saja
dalam atom? Eugene Goldstein (1886) melakukan eksperimen dari tabung gas yang memiliki
katoda, yang diberi lubang-lubang dan diberi muatan listrik. Ternyata pada saat terbentuk
elektron yang menuju anoda terbentuk pula sinar positif yang menuju arah berlawanan

4
melewati lubang pada katoda Setelah berbagai gas dicoba dalam tabung ini, ternyata gas
hidrogenlah yang menghasilkan sinar muatan positif yang paling kecil baik massa maupun
muatannya, sehingga partikel ini disebut dengan proton. Massa proton = 1 sma (satuan massa
atom) dan muatan proton = +1. Dalam fisika, proton adalah partikel subatomik dengan
muatan positif sebesar 1.6 10-19 coulomb dan massa 938 MeV (1.6726231 10-27 kg, atau
sekitar 1800 kali massa sebuah elektron).

Elektron pertama kali ditemukan oleh J.J. Thomson di Laboratorium Cavendish, Universitas
Cambridge, pada tahun 1897, pada saat beliau sedang mempelajari sinar katoda.
Elektron adalah partikel subatomik. Memiliki muatan listrik negatif sebesar -1.6 10-19
coulomb, dan massanya 9.10 10-31 kg (0.51 MeV/c2). Elektron umumnya ditulis sebagai
e-. Elektron memiliki partikel lawan yang dikenal sebagai positron yang identik dengan
dirinya namun bermuatan positif. Atom tersusun dari inti berupa proton dan neutron serta
elektron-elektron yang mengelilingi inti tadi. Elektron sangat ringan jika dibandingkan
dengan proton dan neutron. Sebutir proton sekitar 1800 kali lebih berat daripada elektron.

Elektron adalah salah satu dari sekelas partikel subatom yang dikenal dengan lepton yang
dipercaya merupakan partikel dasar (yakni, mereka tak dapat dipecah lagi ke dalam bagian
yang lebih kecil). Elektron memiliki spin 1/2, artinya elektron merupakan sebuah fermion,
dengan kata lain, mematuhi statistik Fermi-Dirac.

Hipotesis Proton dan Elektron

Massa suatu atom bukanlah merupakan massa inti yang terlihat nyata, melainkan massa
atom netral. Massa suatu atom juga mencakup massa elektron yang bergerak mengelilingi
inti. Oleh karena satuan massa kilogram terlalu besar untuk satuan massa suatu atom secara
konvensional ditetapkan satuan massa atom (atomic massa unit = amu). 1 amu 1 sma =
1,6604x1027 kg. Dari pengukuran terhadap massa suatu atom, ternyata tidak semua unsure
memiliki massa yang sama, walaupun jenisnya sama, Unsur-unsur inilah yang disebut
dengan isotop. Salah satu contoh isotop yang paling sederhana adalah hydrogen. Massa
atom hydrogen adalah berturut-turut 1,007825 sma, 2,012102 sma, 3,01605 sma yang
secara berurutan diberi nama hydrogen, deuterium, dan tritium. Inti tritium disebut triton,

5
inti deuterium disebut deuteron, sedangkan isotop yang paling ringan disebut proton yang
memiliki massa atom 1,000727655 sma.

Jika dilihat, inti atom harganya selalu mendekati kelipatan bilangan bulat dari massa
atom hydrogen, yakni 1,007825 sma. Dari contoh tersebut, atom deuterium memiliki massa
kira2 dua kali massa proton (inti hydrogen), sedangkan tritium 3 kali massa proton.
Kenyataan ini mulanya melahirkan suatu anggapan bahwa inti atom terdiri dari sejumlah
atom hydrogen yang saling mengikat. Akan tetapi, dari penelitian kebih lanjut ternyata
bahwa massa inti selalu lebih besar daripada massa atom hydrogen. Sebagi contoh, atong
seng, no atomnya 30, namun semua isotopnya bermassa lebih dari dua kali 30 atom
hydrogen. Kenyataan ini menyebabkan timbulnya suatu dugaan bahwa elektron mungkin
dapat berada didalam inti dan menetralkan beberapa buah proton. Inilah yang disebut denga
hipotesis proton-elektron. Hipotesis ini juga disukung oleh suatu kenyataan bahwa sinar
beta yang dipancarkan oleh suatu inti adalah partikel yang massa dan muatannya sama
dengan elektron.

Kegagalan Hipotesis Proton dan Elektron

Hasil eksperimen yang diberikan di atas mengarah kepada satu dari kelemahan atau
kegagalan hipotesis proton electron. Perhatikan kasus, sebagai contoh 7N14 yang memiliki
nomor massa A = 14 dan nomor atom Z = 7. Sesuai dengan hipotesis proton electron, inti
dari 7N14 akan memiliki 14 proton dan 7 elektron dari total 21 partikel. Karena electron dan
proton masing-masing memiliki spin , inti 7N14 seharusnya memiliki spin pecahan ganjil,
tetapi secara eksperimental ditemukan memiliki spin bulat (I = 1). Spin yang diprediksi oleh
hipotesis model inti proton-elektron pada akhirnya bertentangan dengan hukum yang sudah
dinyatakan sebelumnya. Ada banyak isotop yang lain yang menunjukan kontradiksi seperti
ini. Beberapa isotop seperti Cd (Z = 8) and pb (Z = 82) memiliki nomor massa ganjil dan
sesuai dengan aturan di atas inti ini seharusnya memiliki spin bulat atau nol; tetapi secara
eksperimen inti ini memiliki spin pecahan ganjil.

6
Memahami Sifat Inti Melalui Massa Inti, Menentukan Ukuran Inti
dan Hamburan Rutherford

A. Massa Inti, Sifat Inti dan Menentukan Massa Inti

Satuan massa untuk SI adalah kg. Namun, satuan massa tersebut terlalu besar untuk
menggambarkan massa atom atau massa sebuah inti. Sebagai gantinya digunakan satuan
massa atom, yang dilambangkan u.

12
Menurut eksperimen 1 mol isotop 6 C adalah 12 gram. 1 mol adalah jumlah zat sebanyak

6,02 x 1023 (yang dikenal dengan bilangan Avogadro, NA)


Bila dihitung:

7
12
1 mol atom 6 C =12 g
12
6,02 x 1023 atom 6 C =12 x 10-3 kg
12
Massa 1 atom 6 C = 12 x 10-3 kg/(6,02 x 1023) = 1,99 x 10-26 kg.
12
Sesuai dengan definisi 1 u sama dengan 1/12 massa aisotop 6 C

1 u = 1,99 x 10-26 kg/12 = 1,66 x 10-27 kg.

Dalam perhitungan fisika nuklir, massa adalah ekivalen dengan energi yang dapat dihitung
dengan persamaan Einstein E = mc2
Maka 1 u setara dengan:
E = (1,660566 x 10-27 kg) x (2,9979 x 108 m/s)2 = 14,9244229 x 10-11 J
Karena 1 eV = 1,602 x 10-19 J
Maka 1 u setara dengan energi 931,502 MeV

Tabel Muatan, Massa Diam dan Spin Nukleon

Karena mayoritas massa atom berasal dari proton dan neutron, jumlah keseluruhan
partikel ini dalam atom disebut sebagai nomor massa. Massa atom pada keadaan diam
sering diekspresikan menggunakan satuan massa atom (u) yang juga disebut dalton (Da).
Satuan ini didefinisikan sebagai seperduabelas massa atom karbon-12 netral, yang kira-kira
sebesar 1,66 1027 kg. Hidrogen-1 yang merupakan isotop teringan hidrogen memiliki

8
bobot atom 1,007825 u. Atom memiliki massa yang kira-kira sama dengan nomor massanya
dikalikan satuan massa atom. Atom stabil yang paling berat adalah timbal-208, dengan
massa sebesar 207,9766521 u.

Para kimiawan biasanya menggunakan satuan mol untuk menyatakan jumlah atom.
Satu mol didefinisikan sebagai jumlah atom yang terdapat pada 12 gram persis karbon-12.
Jumlah ini adalah sekitar 6,022 1023, yang dikenal pula dengan nama tetapan Avogadro.
Dengan demikian suatu unsur dengan massa atom 1 u akan memiliki satu mol atom yang
bermassa 0,001 kg. Sebagai contohnya, Karbon memiliki massa atom 12 u, sehingga satu
mol karbon atom memiliki massa 0,012 kg.

Massa Inti Atom

Untuk mengukur massa inti dengan ketelitian tinggi digunakan spektrometer massa. Bila
detektornya masih menggunakan film, dinamakan spektrograf massa.

Gambar Spektrograf Massa


Partikel bermuatan ditembakkan memasuki suatu ruang dari sumber S melalui celah S1, dan
masuk ke dalam ruang yang dipengaruhi medan magnet B dan medan listrik E yang saling

9
tegak lurus. Hal ini berguna untuk mengatur partikel (ion) agar bergerak dengan kecepatan
tertentu.
Partikel di dalam dua medan yang berlawanan akan mengalami dua gaya yang berlawanan

..(1)
Sehingga didapatkan kecepatan partikel sebesar

..(2)
Setelah itu partikel akan bergerak dengan kecepatan v memasuki ruang yang memiliki medan
magnet B yang tegak lurus dengan lintasan partikel, melalui celah S2. Di dalam medan
magnet B, partikel akan dibelokkan oleh gaya Lorentz dengan lintasan lingkaran berjari-jari
r hingga jatuh pada pelat film.

..(3)
Jika nilai q, B, dan v telah diketahui, maka nilai m ditentukan oleh besarnya nilai r. Untuk r
kecil, m juga kecil dan sebaliknya.

Melukiskan Dan Menjelaskan Peristiwa Hamburan Rutherford.


Hamburan Rutherford disebut juga dengan hamburan alpha. Disebut dengan hamburan alpha
karena dalam proses penghamburan yang dihamburkan adalah partikel alpha. Untuk
mempelajari struktur atom, Rutherford membuat eksperimen menembakkan partikel alfa ke
lembar tipis emas. Saat itu masih dipercaya model atom Thomson. Menurut model ini,
diperkirakan partikel alfa akan dibelokkan hanya sedikit saja. Namun ternyata, ada juga
partikel alfa yang dihamburkan balik ke belakang (sudut hambur besar). Eksperimen ini
menunjukkan bahwa model atom Thomson salah dan membawa Rutherford pada model atom
yang lebih baik yaitu, atom memiliki inti di pusat yang merupakan konsentrasi seluruh massa
atom, sementara di sekeliling inti beredar elektron-elektron. Partikel alfa yang lewat dekat
dari inti emas akan dibelokkan dengan kuat, sementara yang lewat jauh dari inti emas

10
dibelokkan sedikit. Perhitungan sederhana Rutherford berdasarkan model ini sesuai dengan
hasil eksperimen.

Atom adalah satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan
negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran proton yang bermuatan
positif dan neutron yang bermuatan netral (terkecuali pada Hidrogen-1 yang tidak memiliki
neutron). Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya
elektromagnetik. Karena mayoritas massa atom berasal dari proton dan neutron, jumlah
keseluruhan partikel ini dalam atom disebut sebagai bilangan massa. Massa atom pada
keadaan diam sering diekspresikan menggunakan satuan massa atom (u). Satuan ini
didefinisikan sebagai seperduabelas massa atom karbon-12 netral, yang kira-kira sebesar
1,66 1027 kg. Atom memiliki massa yang kira-kira sama dengan bilangan massanya
dikalikan satuan massa atom.
Massa atom untuk tiap atom tidak khas, dalam arti atom suatu unsur yang sama, mungkin
memiliki massa yang berbeda. Isotop adalah unsur yang mempunyai nomor atom yang

11
sama tetapi nomor massa yang berbeda. Mengapa atom-atom dari unsur yang sama, bisa
mempunyai nomor massa yang berbeda? Hal ini disebabkan karena perbedaan jumlah
neutron yang terdapat dalam inti atomnya, karena massa atom lebih ditentukan oleh jumlah
massa proton + jumlah massa neutronnya, sementara jumlah massa elektronnya
diabaikan. Massa dari isotop dapat ditentukan dengan alat yang diberi nama Spektograf
Massa. Selain isotop, dikenal juga beberapa istilah yang lain, yaitu sebagai berikut :
Isobar, merupakan atom-atom unsur yang mempunyai nomor massa sama, tetapi nomor
atom dan unsurnya berbeda. Isoton, merupakan atom-atom unsur yang mempunyai jumlah
neutron yang sama, tetapi nomor atom dan unsurnya berbeda. Isoelektron, merupakan
atom-atom unsur yang mempunyai jumlah elektron yang sama, tetapi nomor atom dan
unsurnya berbeda.
Spektrometri Massa
Perkembangan pada mengijin spektrometri massa pengukuran massa
atom secara eksak. Peralatan spektrometer ini menggunakan magnet
untuk membelokkan trayektori berkas ion dan banyaknya defleksi
ditentukan dengan rasio massa atom terhadap muatannya. Kimiawan
Francis William Aston menggunakan peralatan ini untuk menunjukkan
bahwa isotop mempunyai massa yang berbeda. Perbedaan massa antar
isotop ini berupa bilangan bulat, dan ia disebut sebagai kaidah bilangan
bulat. Penjelasan pada perbedaan massa isotop ini berhasil dipecahkan
setelah ditemukannya neutron, yakni partikel bermuatan netral dengan
massa yang hampir sama dengan proton, oleh James Chadwick pada
tahun 1932. Isotop kemudian dijelaskan sebagai unsur dengan jumlah
proton yang sama, namun memiliki jumlah neutron yang berbeda dalam
inti atom.

12
Pengukuran Massa Isotop

Setelah ditemukan oleh Thomson bahwa ada unsur non radioaktif yang juga merupakan
unsur isotop, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan pengukuran massa dari
isotop tersebut. Meskipun metoda terakhir yang dikembangkan jauh lebih tepat dari metoda
asli yang digunakan oleh Tomson, prinsip yang diterapkan masih sama yaitu pembelokan
ion positif oleh medan listrik dan medan magnet. Dengan penerapan medan listrik dan
medan magnet, dapat ditentukan nilai dari q/M untuk ion positif dari unsur yang diselidiki
dan jika diketahui nilai dari muatan, q, dari ion, maka dapat ditentukan massa, M. Oleh
karena keaslian dan arti pentingnya, kita akan menguraikan dengan singkat analisa sinar
yang positif. Metoda yang asli terbatas pada studi gas.

Pada tahun 1913 Thomson melakukan percobaan defleksi sinar positif juga membuktikan
bahwa isotop juga muncul diantara elemen biasa. Alat yang digunakan oleh Thomson yang
dapat menunjukan pembuktian analisis sinar positif ditunjukan seperti gambar yaitu:

13
M
N P
A
F
J I
H
C

M P
N

q
Gambar 1. Peralatan ekperimen metode J.J Thomsonuntu pengukuran untuk
M
ion positif.

Katode celah S2
M z
P
celah S1

P
berkas ion
M x

Pelat fotografik (H) y

Gambar 2. Bagian sebuah berkas yang memasuki medan listrik dan magnetik.

Asumsikan bahwa koordinat sistem dimana berkas cahaya bergerak dalam arah sumbu x positif., dan
medan magnet dan medan listrik dalam arah sumbu y positif. Efek dari medan listrik adalah akan
mempercepat ion positif dalam arah sumbu y, yaitu:

Fy elec . qE Ma y .............1

dimana:

14
q adalah mutan dari ion positif.

E adalah intensitas medan magnet antara dua pelat.

M adalah massa dari setiap ion.

a y adalah percepatan dalam arah sumbu y yang dihasilkan oleh medan listrik.

Apabila kecepatan dari ion sebelum memasuki medan adalah v (dalam arah sumbu x positif)
dan panjang dari pelat adalah l, maka waktu yang diperlukan oleh ion untuk melewati
medan adalah:

t l ............. 2
v

Dengan mengkombinasikan persamaan (1) dan (2), maka akan diperoleh pembelokan dari
ion dalam arah sumbu y menjadi:

y 1 a y t 2 , dimana a y qE
2 M

Jadi:

y 1 a yt 2
2
y 1 qE l
2 M v
2

2

y 1 qEl 2 ............. 3
2 Mv

Medan magnetik mengakibatkan ion mengalami pembelokan dalam arah tegak lurus
terhadap B dan v pada arah sumbu z. Gaya yang mempercepat ion dalam arah sumbu z
adalah:

Fx mag . qvB Ma x ............. 4

dimana B adalah adalah kuat medan magnet dan a x adalah percepatan dalam arah sumbu z.
Pembelokan dalam arah sumbu z dapat ditemukan dari persamaan (2) dan persamaan (4)

15
(pembelokan sangat kecil), yaitu:

z 1 a x t 2 , dimana a x qvB
2 M

z 1 axt 2
2
z 1 qvB l
2 M v
2

2

z 1 qBl ............. 5
2 Mv

Dengan mengeliminasi v dari persamaan (3) dan (5), dapat diperoleh:

2
2
z 1 qBl v qBl
2 Mv 2Mz



qEl 2
y 1
2 qBl
2
2

M 2 Mz

qEl 2 2 Mz 2
y 1
2 M qBl 2 2

y 1

qEl 2 4 M 2 z 2
2
2 2 4
M q B l

E 4Mz 2
y 1
2 q B 2l 2


y qB 2 l 2 2 EM z 2

z2
qB l y2 2

2 EM

B 2l 2 q
z 2 y
2E M

16
kq
z2 y ............. 6
M

Persamaan ini merupakan bentuk persamaan parabola, karena k Bl


2 2

2E
adalah

konstan. Ion positif dengan nilai q/M sama dengan kecepatan berbeda, akan membentuk
sebuah pola parabola pada piringan fotografi, seperti yang ditemukan oleh Thomson. Ion-
ion yang memiliki nilai q/M yang berbeda-beda membentuk parabola yang berbeda pula.
Semakin besar parabola, maka massa akan semakin kecil. Jika tidak ada medan magnet,
ion yang memiliki kecepatan paling besar akan mengalami pembelokan paling kecil dan
menjadi paling dekat ke noda yang tidak dibelokkan/titik tak terdifraksi (undefected spot),
O. Agar bentuknya menjadi parabola maka arah medan magnet dibalik.

Thomson menggunakan metodey ini untuk beberapa gas yaitu H 2 , O2 , CO , CO2 , Ne .


Hasilnya diperoleh dengan menggunakan metode ini ditunjukkan pada gambar (4a dan 4b).

x
Hal ini termasuk neon yang tercampur dari dua buah isotop. Nilai dari
q dari
M
persamaan (6) adalah:

q z2
............. 7
M ky

dimana M = 20 dan 22 amu. Oleh karena berat atom dari neon adalah 20,20 amu. Hal ini
karena dalam percobaan ditemukan sembilan kali atom nenon dengan massa atom 20 dan

17
satu kali atom nenon dengan massa atom 22, sehingga berat atomnya dihitung sebagai
berikut.

9 20 1 22 20,20
9 1

Antara gelombang parabola memberi indikasi yang jelas menyangkut keberadaan isotop,
ini tidak menghasilkan nilai-nilai yang tepat dari massa isotopik.

P
.Z

0
Y Y

Z
Q

Gambar 3.
Gambar 4.
Pola parabola yang menggambarkan dua isotop neon
dengan Parabola yang diperoleh dengan

nomor massa 20 dan 22 sma. Titik potong PQ dengan metode J.J. Thomson
parabola

menyatakan
Jadienergi maksimumbahwa
dapat disimpulkan ion neon memiliki dua isotop. Bagi Aston menemukan
bahwa dari 100 cm3 gas neon biasa, dua bagian dengan berat 2-3 cm 3 dihitung dari
ketebalan 20,15 dan 20,28. Bagian dengan berat atomic yang lebih sedikit ianggap
memiliki atom neon dengan berat atomic 20 lebih dari neon biaa. Meskipun pembuktiannya
tidak lengkap tetapi tetap kesimpulannya yaitu bahwa neon memiliki dua isotop dengan
berat 20 dan 22.

Melalui metode parabola memberikan indikasi yang jelas tentang keberadaan


isotop, dan ini bukan merupakan hasil untuk harga massa isotop atau hal itu reelatif
banyak. Hal ini dikarenakan sebagian besar sinar ion hilang pada saat tumbukan; intensitas
total sinar sangat kecil sampai jejak foto tidak jelas. Sinar juga menyebar keluar dari

18
parabola yang utuh yang mana merupakan kontribusi dari berkurangnya intensitas. Jejak
pada plat fotografik buram tanpa adanya tepi yang jelas dank arena inilah yang
menyebabkan pengukuran menjadi tidak akurat. Sebuah metode yang presisi memerlukan
kemantapan, kebolehjadian dan eksistensi terhadap isotop. Keadaan ini mendorong
perkembangan banyaknya spektrometer massa dan spektrograf massa. Penelitian yang
dimulai oleh J.J Thomson yang kemudian dilanjutkan oleh F.W. Aston. Penelitian Aston
lebih baik dan dia mempunyai hasil yang lebih tepat daripada orang lain. Agar terjadi
peningkatan maka diperlukan pembahan kekuatan (dispersive power) atau pemisahan ion
berdasarkan massa yang berbeda dan sensitivitas peralatan. Hal ini memungkinkan untuk
membawa semua ion fokus pada sebuah titik untuk menghindari penyebaran pola parabola.
Prinsip metode yang mengaplikasikan satu medan listrik dan magnet berturut-turut dan
pada arah yang berbeda. Pertama, medan magnet menghasilkan dispersi sinar positif
dengan memiliki kecepatan dan kemudian medan magnetik tegak lurus terhadap arah
medan listrik yang mana dapat membuat penyebaran sinar menjadi lebih fokus sehingga

dapat memberikan harga q M yang lebih tepat. Peningkatan sensitifitas membuat

sensitivitas lebih besar yang mana dapat digunakan pada celah sempit untuk menghasilkan
gambar yang jelas.

Peningkatan yang dihasilkan oleh spektrograf massa Aston menghasilkan akurasi


sebesar 1 berbanding 10.000 untuk penentuan massa isotop. Instrumen lain, menggunakan
prinsip yang sama, didesain dan dibangun oleh A. Dempster, K. Bainbridge dan E. jordan,
J. Mattauch, dan A. Nier. Peningkatan desain intrumen tersebut menghasilkan harga massa
isotop dengan akurasi mencapai 1 berbanding 100.000. spektrometer massa Nier juga
merupakan itikad baik untuk perkembangan pengukuran.

B. Menentukan Ukuran Inti

Eksperimen hamburan Rutherford merupakan bukti petama bahwa inti mempunyai ukuran
yang berhingga. Percobaan dilakukan dengan menembakkan partikel alpha terhadap
lempeng target. Semenjak penemuan Rutherford ini, maka terdapat berbagai eksperimen
yang dilakukan untuk menentukan dimensi nuklir dengan hamburan partikel yang

19
disukai(Arthur Beiser, 1999: 417). Telah disepakati bahwa bentuk formulasi jari-jari inti (R)
adalah sebagai berikut.

R = r0A1/3.(1)

Keterangan: R = Jari-jari inti atom

r0 = tetapan

A = Nomor massa atom

Jari-jari atom ini jauh lebih kecil dari pada jari-jari atomnya, Jari-jari inti atom berukuran
sekitar seper sepuluh ribu jari-jari atom (Harun Yahya, 2006). Hal memungkinkan menjadi
penyebab pengukuran terhadap inti tidak dapat dilakukan secara langsung, sehingga
penentuan jari-jari inti dilakukan secara tidak langsung dan kenyataan ini masih berlangsung
sampai pada saat ini.

Ukuran atau jari-jari inti suatu atom berbeda-beda, hal itu disebabkan karena setiap atom
memiliki inti atom yang berbeda. Timbul suatu permasalahan di mana nilai jari-jari inti
yang ditentukan secara tidak langsung dengan persamaan (1) mempunyai nilai yang berbeda
dalam melakukan pengukuran terhadap inti yang sama. Hal ini disebabkan karena ukuran
dari suatu inti tergantung pada asumsi-asumsi dan jenis eksperimen yang dilakukan. Untuk
inti yang sama mempunyai number massa (A) yang sama, sehingga berdasarkan persamaan
(1) tersebut menunjukkan bahwa r0 yang mempengaruhi jari-jari intinya sehingga
menghasilkan jari-jari yang berbeda pada inti yang sama.

Secara umum, dari sekian benyak eksperimen dapat digolongkan menjadi 2, yaitu sebagai
berikut.

Metode Nuklir
Berdasarkan metode nuklir, jari-jari inti didefinisikan sebagai jarak dari pusat inti sampai
gaya inti masih dirasakan oleh partikel datang. Gaya inti mempunyai jangkauan yang kecil.
Besarnya gaya inti yang paling besar adalah pada pusat inti tersebut sedangkan gaya inti
mengecil sampai pada permukaan inti dan akhirnya gaya inti tersebut tidak dirasakan lagi
oleh partikel datang. Secara grafis dapat dilukiskan sebagai berikut.

20
Partikel
Inti atom
Datang 5 4 3 2 1
R

Gambar 5. Penentuan jari-jari atom dengan metode nuklir

Pada Gambar tersebut dimisalkan bahwa 1 menyatakan pusat inti, sedangkan 2, 3, 4, dan 5
adalah bagian di luar pusat inti. Gaya inti paling besar adalah pada posisi 1 sedangkan
paling kecil pada posisi 5. Pada pusat inti (1) gaya intinya sangat besar bahkan
memungkinkan untuk menyerap partikel dating ke dalam inti. Akibat dari jangkauan inti
yang sangat kecil, maka pergeseran sedikitpun maka partikel dating tidak akan terpengaruh
oleh gaya inti. Pada gambar 1 menunjukkan bahwa inti hanya terkena pengaruh gaya inti
dari pusat inti sampai posisi 5, sehingga dapat dikatakan menurut metode nuklir jari-jari
intinya adalah dari pusat inti 1 sampai posisi 5. Jari-jari inti yang ditentukan melalui metode
ini disebut jari-jari gaya nuklir.
Adapun beberapa eksperimen yang menggunakan metode nuklir ini adalah sebagai berikut.
a) Eksperimen hamburan alpha (alpha scattering)
b) Waktu hidup emisi alpha (lifetimes of alpha-emitters)
c) Hamburan neutron cepat (scattering of fast neutrons)
cepat ideal untuk menentukan ukuran inti, neutron berinteraksi hanya dengan gaya nuklir
yang khas. Hamburan neutron ini menyediakan informasi distribusi materi nuklir. Pada
kasus ini, panjang gelombang de Brogle dari partikel harus lebih kecil dari inti yang akan
diselidiki. (Arthur Beiser, 1999: 417)

Metode Elektromagnetik

Metode yang kedua disebut dengan metode elektromagnetik. Pada metode ini jari-jari inti
mendefinisikan inti dengan menganggap inti sebagai muatan titik dan mempunyai berbagai
macam distribusi. Distribusi muatan ini dapat dilukiskan dalam gambar berikut ini.

UNIFORM

r
r
Inti

21
Gambar 6. Variasi kerapatan inti

Pada gambar kotak menyatakan bahwa distribusi kerapatan muatan inti adalah uniform atau
sama pada setiap bagian inti, sedangkan kurva lengkung menunjukkan penurunan kerapatan
muatan inti ketika mendekati permukaan inti. Penentuan jari-jari inti diukur pada jarak
tertentu r, di mana kerapatan intinya adalah nol. Jari-jari inti ini dikenal dengan jari-jari
muatan.

Beberapa eksperimen yang menerapkan metode elektromagnetik adalah sebagai berikut.

a) Hamburan elektron
b) Atom-atom mesic
c) Mirror nuclei
d) Hamburan proton
e) Efek isotop

C. Hamburan Rutherford

Salah satu cara untuk mengukur ukuran inti adalah dengan menghamburkan partikel
bermuatan, seperti partikel alfa pada hamburan Rutherford. Selama partikel alfa masih di
luar inti, rumus Rutherford tetap berlaku, begitu jarak terdekatnya lebih kecil daripada jari-
jari inti, terjadi penyimpangan dari rumus Rutherford.

22
Gambar 7 Grafik Hamburan Rutherford dan Hamburan Nuklir

Penentuan Ukuran Inti dengan Hamburan Partikel Alpha dan Rutherford.


Partikel alpha adalah partikel bermuatan positif berenergi tinggi yang diemisikan
oleh unsur radioaktif elemen berat (uranium, thorium,radium dll) melalui
disintegrasi/peluruhan. Rutherford berpendapat bahwa apabila struktur atom yang
dikemukakan oleh Thomson adalah benar maka sebagian besar berkas partikel alfa akan
melewati lempengan logam emas dan sebagian kecil sekali yang akan didefleksi.
Eksperimen tentang hamburan partikel alpha pertama kali dilakukan oleh Geiger dan
Marsden. Eksperimen yang melibatkan sudut hambur yang besar dilakukan oleh Rutherford.
Kenyataan yang ia temui adalah bahwa ketika partikel alpha ditembakkan ke inti target
terdapat hamburan dengan sudut lebih besar dari 900. Rutherford menyimpulkan struktur
atom tersebut berlandaskan eksperimennya ini sebagai berikut:
a. Sebagian besar berkas partikel alfa yang dapat melewati lempengan logam emas
menunjukan bahwa partikel alfa ini melewati ruang kosong yang ada di dalam atom
sehingga dengan mudah partikel alfa ini melewati ruang kosong tersebut tanpa hambatan
yang berarti.
b. Berkas partikel alfa yang didefleksi menunjukan bahwa partikel alfa tersebut berada pada
posisi yang dekat dengan inti atom yang bermuatan positif. Muatan positif dengan

23
muatan positif akan saling tolak menolak, hal inilah yang menyebabkan partikel alfa
dibelokan dengan sudut yang besar.
c. Berkas partikel alfa yang di refleksi kembali (dipantulkan kembali) menunjukan bahwa
partikel alfa tersebut bertumbukkan dengan inti atom yang bermuatan positif. Inti atom
emas mempunyai massa dan muatan positif yang lebih besar disbanding dengan massa
dan muatan partikel alfa, hal inilah yang membuat partikel alfa di pantulkan kembali.

Eksperimen hamburan partikel alpha ini juga dikenal dengan hamburan Coulomb,
karena dalam penyelesaian masalah tentang hamburan ini menggunakan prinsip hukum
Coulomb. Bukti pertama dari perjalanan hamburan Coulomb diselidiki oleh E. Bieler. Ia
mengamati bahwa distribusi angular dari partikel alpha Ra (B + C) terhambur oleh unsur
magnesium (Mg) dan aluminium (Al). Perbedaan tampang lintang hasil observasi dan
tampang lintang Coulomb, observasi/coulomb untuk Al didapatkan penurunan dari 1,0 sudut
kecil sampai kira-kira 0,6 pada 110o. Variasi observasi/coulomb dengan energi partikel alpha dan
perbedaan hamburan inti target digunakan untuk memprediksi ukuran inti. Pembahasan
selanjutnya adalah bagaimana menentukan tampang lintang () dengan menggunakan
perhitungan hukum Coulomb.
Rutherford menyatakan bahwa partikel alpha dan inti yang berinteraksi dengannya
berukuran cukup kecil sehingga dapat dipandang sebagai massa atau muatan titik; bahwa
gaya listrik tolak-meolak antara partikel alpha dengan inti (keduanya positif) merupakan
satu-satunya gaya yang beraksi; dan bahwa inti begitu masif dibandingkan dengan partikel
alpha sehingga tidak bergerak ketika berinteraksi. Hukum-hukum yang berlaku pada
hamburan Coulomb hukum kekekalan momentum linier dan hukum kekekalan momentum
sudut (anguler)
Hubungan geometris dalam hamburan Rutherford dapat dilukiskan sebagai berikut.
P Pf

F(r)

Pi

24
Gambar 8. Geometris hamburan

Rutherford
r b

Q
Inti Atom
O
y
P
Pf Pfsin
( ) / 2 x

Pi P
Gambar 9.x Momentum hamburan alpha
Pi
Berdasarkan Gambar 9, diketahui bahwa
P x Pi cos 180 0 Pf cos
Pf cos Pi , merupakan resultan momentum pada sumbu-x nampak bahwa

resultan ini pada sebelah kiri gambar karena Pf cos P i. Sedangkan resultan pada sumbu-y.

P y Pf sin
Dalam hal ini
P 2 Px Py
2 2


P 2 (mv 0 ) 2 (cos 1) 2 (mv o ) 2 sin 2
P 2 (mv ) cos 2(mv ) cos (mv )
0
2 2
0
2
0
2
( mv0 ) 2 sin 2
P 2 (mv ) cos (mv ) sin (mv )
0
2 2
0
2 2
0
2
2( mv0 ) 2 cos
P 2 2(mv ) 2(mv ) cos
0
2
0
2


P 2 2( mv 0 ) 2 (1 cos )

1 cos )
P 2 4(mv0 ) 2 (
2

1 cos )
P 2 2
4(mv 0 ) (
2

1 cos
P 2 2mv0
2

Secara geometri:

cos 2 x 1 2 sin 2 x

25
1 cos 2 x
sin x ,dengan memisalkan bahwa x , maka dapat dituliskan:
2 2

1 cos 2( )
sin 2 1 cos , dengan memasukkan nilai ini diperoleh:
2 2 2

1 cos
P 2 2mv0
2

(2)
P 2 2mv0 sin
2

Berdasarkan persamaan (2) jika dinyatakan dalam hubungan antara perubahan momentum

dan impuls, maka diperoleh persamaan: P F (r ) dt

Karena gaya F(r) diantara inti dan partikel membentuk sudut dengan arah P , dengan
menguraikan komponen-komponennya, dipeoleh persamaan:

P F (r ) cos dt


P 2mv0 sin( )
2 F (r ) cos dt (3)
0

Pada persamaan (3) di atas hanya berlaku untuk komponen dari F (r )dt yang sejajar
dengan P . Sedangkan komponen yang tegak lurus terhadap P akan bernilai nol. Hal ini
disebabkan karena interaksi Coulomb yang berlangsung berupa gaya sentral, sehingga pada
setiap saat gaya yang berkerja partikel gaya sama dengan nol. Secara matematis komponen
yang tegak lurus P dapat dituliskan dalam bentuk persamaan:


0 F (r ) sin dt ..(4)
0

Momentum anguler awal sebelum tumbukan adalah mv 0b, sedangkan momentum anguler
pada saat yang lain selama hamburan adalah mr 2 . Pada kasus ini berlaku hukum
kekekalan momentum anguler, sehingga kedua persamaan ini harus sama.

26
mv0 b mr 2

Jika disederhanakan menjadi: v 0 b r 2

Keterangan: vo = kecepatan linier

b = parameter impact

= kecepatan anguler

d
Kecepatan anguler memenuhi pormulasi .
dt

Dengan demikian persamaan (3) dapat dituis kembali menjadi:

( ) / 2 dt
2mv 0 sin( )
2 ( ) / 2
F ( r ) cos
d
d ..(5)

d v o b dt r2
Karena 2 , sehingga . Dengan mensubtitusikan persamaan
dt r d vo b

dt r2
ke persamaan (5) di atas, maka akan menjadi.
d vo b

r2
2mv 0 sin( )
2 F ( r ) cos
v0 b
d

( ) / 2
2mv02 b sin( )
2 ( ) / 2
r 2 F ( r ) cos d ..(6)

Pada persamaan tersebut di atas r bukan lagi fungsi t, melainkan fungsi .

dZ
Misalkan Z = sin , maka: d cos , atau dapat ditulis dZ cos d . Jika ingin

mensubtitusikan Z = sin ke persamaan di atas, maka perlu diketahui batas atas dan bawah
dari integrasi terhadap Z yang dapat diperoleh sebagai berikut.

Untuk batas atas:

27
( )
sin sin cos sin cos
2 2 2 2 2

( )
sin 1. cos 0
2 2

( )
sin cos
2 2

Untuk batas bawah:

( )
sin sin cos sin cos
2 2 2 2 2

( )
sin 0 cos
2 2

( )
sin cos , sebagai batas bawah integralnya.
2 2

Dengan mensubtitusikan persamaan dZ cos d ke persamaan (6), maka diperoleh


persamaan berikut.

cos( / 2 )
2mv 02 b sin( )
2
cos( / 2 )
r 2 F ( r ) dZ (7)

Untuk dapat mengetahui b = b (), maka harus diketahui ketergantungan r pada


, r = r ( ). Tetapi untuk kasus khusus hukum kuadrat terbalik, gaya tersebut tidak
diperlukan untuk mengetahui r ( ) karena F(r) = qQ/r2, maka:
r 2 F r C ( kons tan ta ) qQ ......(8)
Dengan memadukan persamaan (7) dan (8) dengan nilai batas integral yang sudah diketahui,
maka diperoleh:
cos / 2
2mv02 b sin / 2 qQ dZ
cos / 2

2mv 02 b sin / 2 qQ Z Cos


Cos 2
2

2mv b sin / 2 qQ Cos 2 ( Cos 2)


2
0

mv 02 b sin / 2 qQ Cos 2
qQ Cos 2
b
mv 02 sin / 2

28
Cos 2
dimana : Cot = , dan sebuah konstanta C = qQ, maka bentuk persamaannya
2 sin / 2

adalah sebagai berikut.


C qQ
b 2
cot cot (9)
mv 0 2 mv02
2

q
db

Gambar 10. Partikel-partikel berada pada area dengan parameter dampak antara b dan b
+ db dan dengan sudut hamburan diantara dan + d.

Dari persamaan (9), maka nilai db dapat dicari yaitu sebagai berikut:


d cot d cot
db C 2 qQ 2

d mv02 d 2
mv0 d


cos
d( 2)

Sin
db C 2

d mv 02 d

1 2 1
Sin Cos 2
db C 2 2 2 2

d mv02
Sin 2
2

1 2
( Sin Cos 2 )
db C 2 2 2
, karena Sin 2 Cos 2 =1, maka
d 2
mv0 2 2
Sin 2
2

29
1
(1)
db
C 2

d mv 02
Sin 2
2

db C 1 2
Co sec
d mv02 2 2

1 C
db 2
Co sec 2 d
2 mv 0 2

1 qQ
db 2
Co sec 2 d .(10)
2 mv 0 2

Nilai d dapat dicari dengan bantuan Gambar 6 di bawah ini.

r Sin d
y
r d
r sin
d d
r


Gambar 6. Penentuan d x
r cos
d
Selanjutnya jika adalah turunan
dr dari tampang lintang hamburan, maka:
d
d
d 2 b db .(11a)
d

d 2 b db ....(11b)

d d

dA
Berdasarkan Gambar 6 dan pengertian d , dan dA rd . r Sin d =
r2
r 2 d Sin d , sehingga:
rd . r Sin d
d
r2
d Sin d d

30
Kemungkinan jangkauan yang selanjutnya dijadikan sebagai batas integral
kemungkinanannya adalah , maka:
2
d
0
Sin d d
2
d Sin d
0
d

d Sin d ( 2 ) ..(13c)

Dengan mensubstitusi persamaan (12b) dengan (12c), maka di dapat:


d 2 b db
..(13d)
d 2 Sin d
Substitusi nilai b dan db yaitu persamaan (11) dan (12) ke persamaan (13d), sehingga
didapatkan:
d 2 b db

d 2 Sin d
d b db

d Sin d
qQ 1 qQ
cot Co sec 2 d
mv 02 2 2 mv02 2
d

d Sin d

Dengan mengubah Sin = 2 Sin Cos , maka:
2 2
qQ 1 qQ
cot . Co sec 2 d
d mv 2 2 2 mv 2 2
0 0

d
2 Sin Cos d
2 2

1 qQ
2 cos

2 2
. Co sec d
2 mv 02 Sin 2
d
2
d
2 Sin Cos d
2 2
2
1 qQ
2
Co sec
. 2 d
4 mv02
Sin
d 2

d
Sin d
2

31

Co sec 2
d 1 qQ
2

. 2
2
d 4 mv0 2
Sin
2
2
d qQ
cos ec 4 .....(14)
d 2mv 02 2
Persamaan (14) merupakan formula hamburan Rutherford yang terkenal. Persamaan
tersebut juga dapat ditulis dengan bentuk yang berbeda seperti berikut.
2
d qQ
( )
cos ec 4
d 2
2mv 0 2
2

d
qQ 1
( )
d 4. 1 mv 2 4
0 Sin
2 2
1
Karena Energi kinetik awal partikel alpha adalah K mv o , maka:
2

2
2
d qQ 1
( )

d 4K (15)
Sin 4
2
Berdasarkan sifat-sifat trigonometri yaitu

Cos 1 2 Sin 2
2

2 Sin 2 1 Cos
2
1
Sin 2 1 Cos
2 2
2
1
Sin 4 1 Cos
2 2
4 1
1 Cos
2
Sin
2 4
Maka persamaan (15) menjadi:
2
d qQ 1
( )
d 4K 1
1 Cos 2
4
2
qQ 1
( )
.(16)
K
2 (1 Cos ) 2

32
PEMBAHASAN SOAL BUKU FISIKA INTI

1. Dik : A 100cm

Dit : Gambar struktur hyperfine dengan menggunakan aturan seleksi

Hit : n 1

l 1

m 1

s 0

5. Dik : A 100cm

1
r r0 A 3

r0 1,35.10 13 cm

Dit : Ek ........... ?

Hit : Ek eV

e
ek
r

ke 2

r


9.10 1,6.10
9 19
c 2

1,35.10 5 m.100
3

33

23,04.10
29

6,266.10 15

3,677.10 14 J

2,299.10 5 eV

6. Efek Compton :

h
d 'd 1 cos
m0 c 2

h d 1
Dengan : d
mc h mc

d 1 1 d 1 d
2 . 2 v
hc mc h c mc c

1 1 1
.
h v mc 2

h
d ' d 1 cos
m0 c

c c h
1 cos
v ' v m0 c

1 1 h
c 1 cos
v' v m0 c

c 1 1 1
1 cos
h v' v m0 c

1 1 1
1 cos
hv' hv m0 c 2

1 1 1
'
1 cos
hv hv m0 c 2

34
1 m0 c 2 hv
1 cos
hv ' hv.m0 c 2

hv.m0 c 2
hv ' 1 cos
m0 c 2 hv

hv.
hv ' 1 cos Terbukti
hv
1
m0 c 2

REAKSI NUKLEAR PADA KOORDINAT SISTEM PUSAT MASA

Pada bagian sebelumnya, kita menggunakan system koordinat laboratorium untuk menjelaskan
dinamika reaksi int, tetapi biasanya lebih baik menggunakan CMCS jika ditinjau secara
pandandangan teori. Contohnya kita akan lihat pada bagian 4, bagaimana CMCS dapat
digunakan untuk menghitung energy minimum yang diperlukan untuk menembakkkan partikel
untuk memulai reaksi endoergic inti. Gambar 4.2 mengilustrasikan tumbukan pada istem
koordinat LAB seperti halnya pada CMCS.

A. SEBELUM TUMBUKAN. Jika sebuah partikel dengan masaa m x memiliki kecepatan vx


pada system koordinat LAB ketika partikel dengan masa M X dalam keadaan diam , kecepatan
ve dari koordinat system pusat masa memenuhi hubungan:

m x M x ve m x v x M x

mx vx
ve (4.28)
mx M x

Kecepatan mx dan MX pada CMCS adalah vx dan VX , dimana

v "
x v x ve v

(4.29)

dan

35
M
v" x 0 ve
mx
(4.30)

Energi kinetic kedua partikel sebelum tumbukan pada CMCS adalah:

1
K "
x m x v 2
x
2
(4.31)

Dan

1
K "
x m x v 2

2
(4.32)

Total enenergi kinetic K i' system sebelum tumbukan pada CMCS adalah

K "
i K '
x K

(4.33)

Atau

M
K "
i K x
x

m x M
(4.34)

Dimana K X 1 m x v x adalah energy kinetic pada partikel x sebelum bertumbukan pada


2
2
koordinat system LAB.

36
'
B. SETELAH TUMBUKAN. Setelah tumbukan pada CMCS dimana v y dan VY' masing-
'
masing adalah kecepatan pada masa m y dan M Y berturut-turut.dan K f adalah total
energy kinetic system.
Dari konservaso momentum , maka:
m y v ' y M yV ' y (4.34)
;
Dan energy kinetic dari masa m y dan M Y pada CMCS berturut-turut adalah K y dan

K Y;
1 2
K'y M yV ' y (4.35)
2
2
1 1 my my
K ' y M yV ' y M y v' r
2
Ky (4.36)
2 2 Mr My
Dimana persamaan (4.36) diperoleh dari persamaan (4.34) dan (4.35) , sehingga energy
'
kinetic total K f diberikan oleh persamaan berikut:
1 2 1 2
K ' f K ' y K ' y m y v y M Y VY (4.37)
2 2
Dimana
Ki K f Q (4.38)
'
Substitusi untuk K dari persamaan (4.33), sehingga diperoleh:
f

Mx
K x K ' f Q
mx M x

Mx
K ' f Q K x
mx M x

Mx
Q K x 1 1
mx M x

Atau:

Mx
K ' f Q K x 1 (4.39)
mx M x

'
Perbandingan antara K f dengan K f diberikan oleh persamaan berikut:

37
K f Q Kx (4.40)

Dengan menggunakan persamaan (4.35), (4.36) ,(4.37). dan (4.38) , yang dapt memperlihatkan
;
energy kinetic K Y; dan K y setelah tumbukan pada CMCS diberikan oleh persamaan berikut:

MY mx
K'y Q 1 Kx
(4.41)
my M Y my M Y

Atau:

mY mx
K'y Q 1 Kx
(4.42)
my M Y my M Y

Serupa dengan hal itu, energy kinretik pada koordinat system pusat masa sebelum tumbukan dan
setelah tumbukan (pada system koordinat LAB) adalah:

mx
K e ( sebelum) K Z (4.43)
mx M X

mx
K e ( sesudah) KZ (4.44)
m M
y Y

'
Untuk menentukan hubungan antara c dan L , transformasi kecevatan v y setelah tumbukan
dari CMCS ke system koordinat LAB. Penyelesaiannya seperti gambar dibawah ini dan tran
sformasi kecevatan mengikuti persamaan :

v y vc v y
'
(4.45)

vy
L 38

vc
v y cos L v c v y cos c
'
(4.46a)

v y sin L v y sin c
'
(4.46b)

Bagi persamaan 21 dengan persamaan 20, hasillnya adalah :

v y sin c
'
sin c
tan L
'
vc v y cos c vc
' cos c
vy

sin c
tan L (4.47)
cos c

vc
Dimana ' , vc
vy (4.48)

'
adalah kecevatan dari massa pusat pada koordinat LAB sedangkan v y adalah kecevatab dairi
my pada CMCS.

Sehingga jika didefinisika oleh persamaan (4.48) kita dapat menentukan hubungan anatara
L dan e untuk reaksi nukler yang berbeda . Dengan memanipulasin persamaan tersebut
sehingga diperoleh :

1
mx m y K x 2

(4.49a)
M Y m y M Y Q M Y M Y m y m x K x

Q
Untuk 1amu
c2

39
1
2


mx m y Kx
(4.49b)
M xM y m
Q 1 x K x
M x

Persamaan (4.47) dapat ditunjukk

an untuk perbedaan nilai yang ditunjukkan pada gambar 4.4 dimana e ,diplot dengan L
Terdapat 2 hal yang menarik pada gambar 4.4

karena =0, bersesuaian dengan inti target yang sangat berat sehingga hamper mendekati
nol. Dari persamaan )4,47) dengan mensubstitudikan =0, maka;

e L

Untuk =1 dengan melihat persamaan (4.47) , sehingga:

e 20 L

Bersesuaian dengan hal tersebut, karena proton dan electron mengalami hamburan dengan Q=0
dan m x m y m dan M x M y M dengan memperhhatikan bahwa untuk persamaan (4.47)
dan (4.48) diubah menjadi :

sin e
Tan L
me (4.50)
cos e
m p

Dan

me
(4.51)
mp

40
MERUMUSKAN ENERGI AMBANG UNTUK REAKSI ENDOERGIK

Energi ambang yang dimaksud adalah besarnya energy minimum yang dperlukan agar
reaksi inti dapat terjadi. Berdasarkan hukum kekekalan momentum dan energi bisa dicari
energi untuk reaksi-reaksi endoergik. Untuk sebuah partikel bermassa m x yang menumbuk
partikel lain dengan massa MX dalam keadaan diam dengan kecepatan v dalam system
koordinat LAB, maka energi dalam CMCS dirumuskan:

1
K t' mred .v 2
2

Dimana mred adalah massa reduksi dengan persamaan:

mx M X
m red
(m x M X )

Kemudian energy yang dihasilkan didalam CMCS untuk sebuah reaksi endoergic,
dirumuskan:

K t' Q

41
Atau

1 mx M X
. v2 Q
2 (m x M X )
1 m MX
mx v 2 x Q
2 MX
mx
K x (1 )Q
MX

Maka energy ambang untuk reaksi endoergik adalah

mx
( K x ) min (1 )Q
MX

Energi ambangnya lebih besar daripada magnetudo dari nilai Q dengan sebuah faktor

mx
(1 ) dimana mx dan MX adalah massa partikel penumbuk dan massa inti target.
MX

mx
Persamaan ( K x ) min (1 ) Q juga bisa diturunkan dengan menggunakan persamaan
MX

koordinat system LAB, dimana:

Ky a a2 b

mx m y K x
a cos
(M Y m y )

Dan

K x (M y mx ) M Y Q
b
(M Y m y )

Kx 0

Maka

42
a0

Dan

b M Y Q /( M Y m y )

Karena Q bernilai negatif, maka a +b bernilai negative, ini berarti

Ky adalah sebuah kuntitas imajiner atau KY adalah negative. Ini menunjukkan tidak
mempunyai makna fisis. Hal ini tidak mungkin terjadi dari energi kinetic agar menjadi
mungkin maka energy Kx ditentukan dengan nilai minimum dari Kx dengan kondisi
a2 b 0

M Y my
( K x ) Q
M Y m y m x ( m x m y / M Y ) sin
2

y
Berdasarkan pengamatan partikel bermassa m dimana

Maka diperoleh:
00

M Y my
( K x ) min Q
M Y m y m x

Dengan hubungan

Q
M X mx M Y m y
c2

Diperoleh:

M X mx Q / c 2
( K x ) min Q
MX Q/c
2

43
X
Karena energy ekuivalen dengan massa M biasanya sangat besar dibandingkan dengan Q

sehingga dapat ditulis:

M X mx mx
( K x ) min Q Q(1 )
MX MX

1. Pendahuluan

Radioaktivitas ditemukan oleh H. Becquerel pada tahun 1896. Becquerel


menamakan radiasi dengan uranium. Dua tahun setelah itu, Marie Curie meneliti
radiasi uranium dengan menggunakan alat yang dibuat oleh Pierre Curie, yaitu
pengukur listrik piezo (lempengan kristal yang biasanya digunakan untuk
pengukuran arus listrik lemah), dan Marie Curie berhasil membuktikan bahwa
kekuatan radiasi uranium sebanding dengan jumlah kadar uranium yang dikandung
dalam campuran senyawa uranium. Disamping itu, Marie Curie juga menemukan
bahwa peristiwa peluruhan tersebut tidak dipengaruhi oleh suhu atau tekanan, dan
radiasi uranium dipancarkan secara spontan dan terus menerus tanpa bisa
dikendalikan.

Marie Curie juga meneliti campuran senyawa lain, dan menemukan bahwa
campuran senyawa thorium juga memancarkan radiasi yang sama dengan
campuran senyawa uranium, dan sifat pemancaran radiasi seperti ini diberi nama
radioaktivitas. Pada tahun 1898, ia menemukan unsur baru yang sifatnya mirip
dengan bismut. Unsur baru ini dinamakan polonium diambil dari nama negara asal
Marie Curie, yaitu Polandia. Setelah itu H. Becquerel dan Marie Curie melanjutkan
penelitiannya dengan menganalisis pitch blend (bijih uranium). Mereka berpendapat
bahwa di dalam pitch blend terdapat unsur yang radioaktivitasnya lebih kuat
daripada uranium atau polonium.

44
Pada tahun yang sama mereka mengumumkan bahwa ada unsur radioaktif
yang sifatnya mirip dengan barium. Unsur baru ini dinamakan radium (Ra), yang
artinya benda yang memancarkan radiasi. Emisi radiasi juga diamati dari berbagai
bahan selain garam uranium. Fenomena ini disebut sebagai radioaktivitas, dan
berbagai unsur yang memiliki perilaku seperti ini disebit unsur radioaktif. Pada
tahun 1898, Madame Marie Curie dan suaminya, Pierre Curie, menemukan dua
unsur radioaktif, yaitu Polonium dan Radium. Selanjutnya ditemukan lagi berbagai
unsur radioaktif, yaitu thorium, actinium, radiothorium, mesothorium, dan berbagai
unsur radioaktif lainnya. Salah satu sifat menarik dari unsur radioaktif adalah suatu
sampel radioaktif tidak dipengaruhi oleh perubahan fisika dan kimia. Radiasi
bersifat spontan dan tidak bergantung pada wujud atau keadaan zat tersebut,
tetapi bergantung apda konsentrasi bahan radioaktif tersebut. Sifat radioaktivitas
tidak bergantung pada keadaan struktur elektronik atom maupun lingkungannya
seperti tekanan (p), suhu (T), medan listrik (E), maupun medan magnet (B), serta
komposisi kimia bahan tersebut. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa sifat
radioaktivitas ini merupakan sifat inti. E. Rutherford dan F. Soddy pada tahun 1902
memperrkirakan bahwa radioaktivitas merupakan suatu reaksi pemisahan spontan
dari atom. Aktivitasnya merupakan sebuah proses yang panjang, berlanjut dari
waktu beberapa detik sampai jutaan tahun.

2. Identitas dari Radiasi dengan Tipe Berbeda

Setelah ditemukannya radioaktivitas, berbagai upaya dilakukan untuk


mempelajari berbagai hal terkait dengan radiasi yang terjadi, khususnya ayng
menyangkut tentang daya tembus dalam berbagai bahan, ionisasi spesifik dalam
berbagai gas yang berbeda, dan sifat-sifatnya di bawah efek dari medan magnet
atau medan listrik. Radiasi dari bahan radioaktif alam diklasifikasikan ke dalam tiga
komponen yang berbeda, didasarkan pada daya tembus bahan tersebut. Satu
komponen, dengan daya tembus yang sangat lemah, ditahan oleh selembar kertas
biasa, akan tetapi menimbulkan ionisasi yang kuat terhadap udara. Sinar tesebut
dinamakan dengan partikel alpha (). Jenis yang ke dua memiliki kemampuan
ionisasi yang lebih rendah, namun daya tembusnya lebih kuat dari sinar alpha dan
mampu dengan mudah melewati metal foil tipis (dengan ketebalan beberapa mm),

45
yang kemudian dinamai sebagai partikel beta (). Jenis yang ke tiga memiliki
kemampuan ionisasi yang lemah, namun mampu menembus berbagai bahan yang
berbeda dengan ketebalan beberapa sentimeter, yang kemudian dinamai sinar
gamma ().

Keberadaan dari ke tiga tipe radiasi ini dapat didemonstrasikan dengan alat
eksperimen sederhana dari Madame Curie sebagai berikut.

Sejumlah kecil sampel radioaktif, misalnya radium, diletakkan pada dasar


sebuah lubang panjang yang ditanamkan pada balok timbal. Hal ini menimbulkan
radiasi. Suatu medan magnet yang kuat diberikan keluar bidang kertas seperti
gambar di atas. Pada kondisi ini, partikel yang bermuatan positif akan dibelokkan
ke arah kanan (seperti yang dapat dibuktikan dengan kaidah tangan kanan),
partikel bermuatan negatif akan dibelokkan ke arah kiri, dan partikel tak bermuatan
tidak akan dibelokkan. Besarnya pembelokan akan bergantung pada kecepatan,
besarnya muatan, dan massa partikel. Pada pelat fotografi akan timbul tanda pada
berbagai lokasi yang berbeda. Partikel alpha menyebabkan suatu tanda pada
bagian kanan yang hanya berupa satu titik, hal ini menunjukkan bahwa partikel

46
alpha merupakan monoenergetik. Sinar gamma menghasilkan tanda yang tepat
segaris dengan sumber radiasi, dan partikel beta menimbulkan tanda yang tampak
pada berbagai lokasi di sisi kiri, hal ini disebabkan karena partikel beta memiliki
intensitas yang tidak uniform dan memiliki vatisi energi dari nol hingga nilai
maksimum.

A.Partikel Apha

Partikel Alpha (dinamakan sesuai huruf pertama pada abjad Yunani, )


menimbulkan fluorisensi pada beberapa materi. Partikel alpha merupakan partikel
diskret ayng dapat ditunjukkan oleh pola yang terbentuk pada layar fluorisensi.
Partikel alpha selalu mengionisasi gas yang dilaluinya, dan selama proses ionisasi
tersebut, partikel alpha kehilangan energi dan kecepatannya. Pada akhirnya setelah
mencapai kesetimbangan kecepatan, pada saat tidak mampu lagi mengionisasi,
partikel alpha menagkap elektron dan menjadi atom netral. Alpha merupakan
bentuk radiasi partikel yang menyebabkan ionisasi dengan sangat kuat, dan
kemampuan penetrasinya rendah. Partikel tersebut terdiri dari dua buah proton dan
dua buah neutron yang terikat menjadi sebuah partikel yang identik dengan nukleus
helium, dan karenanya dapat ditulis juga sebagai He 2+.

Partikel alpha dipancarkan oleh inti yang radioaktif seperti uranium atau
radium dalam proses yang disebut dengan peluruhan alpha. Kadang-kadang proses
ini membuat nukleus berada dalam excited state dan akan memancarkan sinar
gamma untuk membuang energi yang lebih. Setelah partikel alpha dipancarkan,
massa atom elemen yang memancarkan akan turun kira-kira sebesar 4 amu. Ini
dikarenakan oleh hilangnya 4. Nomor atom dari atom yang bersangkutan turun 2,
karena hilangnya 2 proton dari atom tersebut, menjadikannya elemen yang baru.
Contohnya adalah radium yang menjadi gas radon karena peluruhan alpha.

Sebagian besar partikel alpha dari unsur radioaktif memilikikeceaptan antara


1,4 x 109 cm/sekon dan 2,2 x 10 9 cm/sekon, akantetapi suatu kelompok partikel
alpha dari suatu inti selalu memiliki kecepatan yang tertentu, dan juga energi yang
tertentu. Pengukuran terhadap perbandingan antara muatan dan massa partikel

47
alpha ditentukan dengan penyimpangannya dalam medan listrik dan medan
magnet. Hal ini memberikan nilai e/m = 4823 emu/gm.

Gambar2.2 berikut menunjukkan sebuah peralatan yang bertujaun untuk


mengidentifikasi spektrum dari partikel alpha. Suatu sumber radioaktif, S, yang
menghasilkan partikel alpha ditempatkan dalam sebuah tabung gelas tipis, T.

Partikel-partikel alpha tersebut melepaskan diri dari gelas diperlambat dalam


chamber penampung, C. Setelah menangkap elektron-elektron, partikel-partikel
tersebut menjadi netral.ketika sejumlah atom netral telah terkumpul dalam
chamber dengan jumlah yang cukup, spektrum optiknya terlihat dengan
mempertahankan pemberian muatan di antara ke dua elektroda E dan E.
Ditemukan bahwa spektrumnya identik dengan spektrum dari helium.

B.Partikel Beta

Daya tembusnya 100 kali lebih kuat dari partikel

48
Daya ionisasinya lebih kecil dari partikel

Mengalami pembelokan oleh medan magnetik dan medan listrik yang mana besar
sudut belok untuk partikel lebih besar dari partikel sebab massa partikel lebih
kecil dari partikel .

Rasio muatan permassanya adalah (e/m) sebanding dengan 1,77 x 107 amu/gm.

Memiliki kemampuan atau daya memendarkan atau memijarkan suatu bahan yang
sangat bagus dan warnanya tergantung dari bahan flourensasinya.

Partikel memiliki kecepatan sebesar 0,99 c.

C. Partikel Gamma ()

Daya tembusnya paling besar yaitu sebesar 100 kali partikel

Memiliki daya ionisasi sangat lemah

Tidak dapat dibelokkan oleh medan listrik dan medan magnet sebab partikel tidak
bermuatan.

Sinar merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang


antara 1,7 x 10-10 cm sampai 4,1 x 10-8 cm.

Kecepatan sinar gamma () sama dengan kecepatan cahaya sehingga energinya paling
besar.

Berikut ini disajikan perbedaan ketiga sinar radioaktif tersebut dalam bentuk tabel
adalah sebagai berikut

Tabel 1. Sifat-sifat partikel , , dan sinar

Jenis Ientik Massa Muata Kelajuan Diserap Dalam


dengan (u) n sampai oleh medan

49
magneti
dengan k dan
listrik

Partikel inti Helium 1 selembar dibelokka


4 + 2e c
10 kertas n

Partikel Elektron selembar dibelokka


kecepatan 9 9 aluminium n dengan
c -1e c
tinggi 1480 10 setebal 3 kuat
mm

Sinar Radiasi selembar tidak


elektromagne timbal dibelokka
0 0 c
tik frekuensi setebal 3 n
tinggi cm

3. Hukum Peluruhan Radioaktif

Ketika inti atom mengemisikan sebuah patikel, partikel beta, sinar gamma,
atau partikel lainnya, atau ketika inti atom menangkap elektron dari kulit
ekstranuklir dinamakan peluruhan radioaktif. Hal yang sangat mungkin untuk
memperoleh hukum ini, jika diasumsikan bahwa peluruhan tersebut statistik dalam
kealamian.

Dalam waktu dt peluang untuk meluruh dari tiap atom akan menjadi dt. Jika
terdapat N inti yang tidak meluruh selama selang waktu tertentu, nilai dN yang
akan meluruh dalam waktu yang singkat dt adalah diberikan oleh:

dN dt N ..............( 2.1)

Persamaan di atas menyatakan bahwa jumlah inti yang meluruh dalam waktu
singkat, dt, adalah sebanding dengan jumlah inti yang tidak meluruh N dan
terhadap selang waktu dt. Tanda negative berarti bahwa N berkurang saat t
bertambah. Persamaan di atas dapat ditulis:

50
dN
dt ..............( 2.2)
N

Integralkan persamaan (2) dengan asumsi bahwa saat t =0, jumlah unsur radioaktif

yang terbentuk adalah N 0 , diberikan oleh:

N t N 0 e t ..............( 2.3)

Sedangkan aktivitas radioktif dapat dinayatakan dalam persamaan matematis


yaitu:

dN
Aktivitas = N 0 e t
dt

Aktivitas = N ..............( 2.4)

A. Waktu Paro

Waktu paro dari suatu unsur radioaktif adalah selang waktu yang dibutuhkan agar
aktivitas radiasi berkurang setengah dari aktivitas semula. Waktu paro juga dapat
didefinisikan sebagaiselang waktu yang dibutuhkan agar setengah dari inti radioaktif
yang ada meluruh.Oleh karena masa hidup suatu unsur radioaktif adalah tak berhingga,
maka tidaklah terlalu berguna untuk membicarakan tentang masa hidup (waktu hidup)
suatu bahan radioaktif. Sebagai gantinya yang ditentukan adalah waktu paro
(dilambangkan t).
Hubungan antara konstan peluruhan dan umur paro t1 / 2 dapat ditentukan dengan
mudah. Dan untuk waktu-paro akan berlaku, yaitu apabila t = t1 / 2, dan aktivitas N telah
menurun menjadi N0. jadi,
Pada saat t = t maka N = N0 sehingga berdasarkan persamaan (2.3) diperoleh:
1 N t 1
2 0
e 2
No
N N o e t
1 t 1
N e 2 ln 2 1 t 12
e t 2
No
ln 2 t 1 2
ln 2
t 12

0,693
Oleh karena nilai ln 2 = 0,693 maka didapatkan: nilai waktu paro adalah t

1
2

51
Karena t1 / 2 adalah waktu, maka adalah peluang per satuan waktu (det-1).

B.Umur Rata-Rata

Umur rata-rata, dari inti atom radioaktif dapat dihitung dengan


menjumlahkan waktu hidup seluruh nucleus dibagi dengan jumlah total nukleus,
yaitu:

t1 dN 1 t 2 dN 2 t 3 dN 3 .......
..............( 2.6)
dN 1 dN 2 dN 3 ........

Persamaan (6) dapat ditulis dalam bemtuk integral yaitu:

N0 N0

t dN t dN
0
N0
0
..............( 2.7)
N0
dN
0

dimana, N 0 dN 1 dN 2 dN 3 .......

Substitusikan persamaan (2.3) ke persamaan (2.7), sehingga diperoleh:

0
t N 0 e t dt 0
1 ..............( 2.8)

t e t dt
N0

1
Sehingga diperoleh bahwa .

52
Diilustrasikan pada gambar di atas, dengam radioaktifitas sebuah istop 44 RU105
diamana dengan mengemisikan electron ke 45 RU105 dengan waktu paro 4.5
jam.karena peluruhan konstan sehingga 4.27 x10 5 / s dan waktu hidup rata-rata
6.5hr . Dengan menggunakan ersamaan 2.3 kita dapat menentukan N, nomor
atof dari radioaktif tersebut pada suatu wrafik semi logaritma. aktu ketika
persamaan 2.4 adalah N . Gambar 2.3a menunjukkan grafik N dan N terhadap
waktu paro. Gambar 2.3b menunjukkan grafik semi-logaritmic scala. Nomor atom
dan aktifitasnya ditunjukkan kedua-duanya dengan t 1/2 dan

RU105 adalah radioaktif dan meluruh menjadi


44 46RU105 dengan waktu paro 3 hr.

53
4.Peluruhan Radioaktif Berurutan

Peluruhan radioaktif berurutan dapat menghasilkan inti anak yang sama dengan
unsur radioaktif alami maupun buatan. Peluruhan radioaktif berurutan dapat diibaratkan
sebagai berikut: suatu inti induk dari unsur radioaktif meluruh menghasilkan inti anak
kemudian inti anak tersebut meluruh lagi menghasilkan inti cucunya dan begitu
seterusnya berlangsung hingga dihasilkan inti anak yang stabil maupun belum stabil
tergantung dari proses peluruhan yang dialaminya. Namun yang menjadi permasalahan
adalah bagaimana dengan jumlah atom pada masing-masing inti selama proses
peluruhan berlangsung. Adapun untuk mencapai solusinya dapat dilakukan melalui
perhitungan berikut ini.
Contoh skema peluruhan:

menyatakan peluang kejadian per satuan waktu.


Atau skema 1 dapat digambar sebagai
di atas berikut.
N1
N 2
2
N 3

(stabil)
54
N1
1

N2
2
Dari gambar di atas kita dapat membentuk persamaannya menjadi:
N3
dN1 1 N dt (stabil)
Gambar (3)
Keterangan:

= probabilitas kejadian per satuan waktu

dN1 = jumlah atom yang meluruh dalam waktu dt

Persamaan (9) dapat ditulis sebagai berikut.

dN 1
1 N 1 ..............( 2.9)
dt

dN1
menyatakan laju peluruhan inti induk dengan laju 1 N1 . Tanda negatif (-)
dt
menyatakan berkurangnya N1 (jumlah inti mula-mula) dengan bertambahnya waktu.

dN 2
1 N 1 2 N 2 ..............( 2.10)
dt

dN 2
menyatakan aktivitas pembentukan N2 dengan laju 1 N1 dan pengurangan
dt
atau peluruhan N2 dengan laju 2 N 2 .

dN 3
2 N 2 ..............( 2.11)
dt

dN 3
menyatakan laju pembentukan N3 dengan laju 2 N 2 .
dt

Persamaan (2.10), (2.11), dan (2.12) merupakan persamaan diferensial untuk


diagram peluruhan.

55
Bentuk integral dari persamaan (2.9) adalah:

dN1
N1 N1
1dt

ln N1 t ln c

Syarat batas t = 0, N1=N10 masukkan ke persamaan , sehingga menjadi:

ln N 10 0 ln c

c N 10

Sehingga bentuk persamaan (13) menjadi:

ln N 1 t ln N 10
ln N 1 ln N10 t
N1
ln t
N10
N1
e t
N10

N1 N10 e t ..............( 2.12)

N1 N10 e t merupakan jumlah inti meluruh pada saat t.

Inti untuk meluruh = N10 N1 = N10 (1-e-t).

dN 2
1 N 1 2 N 2
dt

dN 2
2 N 2 1 N1
dt

Masukkan persamaan N1 sehingga diperoleh persamaan

dN 2
2 N 2 1 N10 e t (2.12)
dt

56
Kedua ruas persamaan 2.12 dikalikan dengan e 2t , sehingga didapat:

dN 2
e 2t 2 N 2 e 2t 1 N10 e 1t e 2t
dt

atau

d
dt

N 2 e 2t 1 N10 e 2 1 t (2.14)

Kemudian persamaan 2.14 diintegral menjadi

dt N
d
2 e 2t 1 N10 e 2 1 t

Integral diferensial suatu fungsi adalah fungsi itu sendiri. Sehingga bentuk
persamaan di atas menjadi

1 2 1 t
N 2 e 2t 1 N10 e c (2.15)
2 1

Kedua ruas persamaan (215) dikalikan dengan e 2t , sehingga kita peroleh:

1 N10 t
N2 e ce t 1 2

2 1

Pada saat t = 0, N2 =0.

1 N10
0 c
2 1

1
c N10
2 1

Substitusi nilai C ke persamaan 2.15 di atas sehingga kita peroleh

1
N2 N10 e t e t
1 2
(2.16)
2 1

57
Persamaan (2.16) menyatakan inti anak pada keadaan t.

Dengan cara yang sama, persamaan (2.11) dapat diselesaikan, dimana


kondisi N3 = N30 = 0 pada t = 0, kita dapatkan

1 2
N 3 N10 1 e 2t e 1t (2.17)
2 1 2 1

Persamaan (2.12) (2.16) (2.17) menyatakan inti atom cucu pada saat t.
Persamaan itu khusus pada kondisi hanya untuk sejumlah N0 inti induk. Dimana N1
= N10, N20 = N30 = 0, pada t = 0. Langkah selanjutnya adalah menentukan
persamaan untuk N1, N2 dan N3, jika N20 dan N30 adalah tidak nol saat t = 0. Adapun
persamaannya adalah:

N1 N10 e 1t (2.18a)

1
N2 N10 e t e t N 20 e t
1 2 2
(2.18b)
2 1

1 2

N 3 N 30 N 20 1 e 2t N10 1
2 1
e 2 t
2 1
e 1t (2.18c)

Contoh unsur yang menggunakan persamaan (2.12), (2.16), dan (2.17) adalah

peluruhan 44 Ru 105 menghasilkan 44 Rh105 dan meluruh lagi sehingga dihasilkan inti

atom 46 Pd 105 yang stabil seperti berikut ini.

44 Ru105 44 Rh105 46 Pd 105 (stabil)


t 1 4.5 hr t 1 35 hr
2 2

Gambar di bawah menunjukkan alur/proses peluruhan dan pertumbuhan dari

N1, N2 dan N3 dari unsure 44 Ru 105 dimana N10 = 100 saat t = 0 dan N20 = N30 = 0,
saat t = 0.

58
Adapun persamaan umum dari peluruhan berurutan seperti diagram pada gambar (2.4)
adalah sebagai berikut.
dN 1
1 N 1
dt
dN 2
1 N1 2 N 2
dt
dN 3
2 N 2 3 N 3
dt
..
dN n
n 1 N n 1 n N n
dt
Dimana N1, N2, N3, .., Nn merupakan banyaknya atom pada setiap waktu tertentu (t)
dan 1, 2, 3,........, n-1 merupakan konstanta peluruhan masing-masing inti. Dengan
mengetahui banyaknya atom pada saat keadaan awal (t=0) yaitu N10, N20, N30, .., Nn0
maka sangat mungkin untuk menentukan nilai N1, N2, N3, .., Nn pada setiap waktu.

5.Keseimbangan Radioaktivitas

59
Ada dua kasus yang sangat menarik mengenai peluruhan radioaktif yaitu (1) kasus
1 2 yang disebut mencapai keseimbangan transien dan (2) kasus 1 2 yang disebut
mencapai keseimbangan permanen.

A.Keseimbangan Transien

Pada kasus sebuah inti induk meluruh dengan konstanta peluruhan sebesar 1 dan
inti anak meluruh juga dengan konstanta peluruhan sebesar 2 maka keseimbangan
transien tercapai apabila inti induk meluruh dengan konstanta peluruhan mendekati
konstanta peluruhan inti anak ( 1 2 ). Akibatnya kedua inti memiliki waktu hidup
rata-rata dengan nilai orde yang hampir sama yaitu ( 1 2 ). Pada kasus ini,
menunjukkan bahwa jumlah atom inti anak mencapai maksimum dan kemudian
berkurang dengan rata-rata waktu hidup dalam peluruhan sangat lama. Beranjak dari
persamaan (2.16) diperoleh:

N 2 1 N 10 e t e - t
1 2
2.16
2 1
Waktu yang diperlukan untuk mencapai nilai N2 maksimum dapat ditentukan dengan
menurunkan persamaaan (17) yang mana hasil penurunannya sama dengan nol.
dN 2
0
dt
1
d N10 e t e - t
1m 2m

2 1 0
dt
1
N 10 1e t 2 e - t 0
1m 2m

2 1
1e 1tm 2 e -2tm 0
1
tm log e 2 2.20
2 1 1
dN 2
Setelah mencapai tm, maka peluruhan inti anak yaitu akan mengikuti konstanta
dt
peluruhan 1 atau 2 tergantung pada nilai keduanya.

60
Jika 1 2 , ini berarti waktu hidup rata-rata induk lebih lama daripada inti anak

1 2 . Ini mengindikasikan bahwa nilai e 2t pada persamaan (2.16) akan

mendekati nol sehingga e 2t dapat diabaikan. Ini memberikan:

1
N2 N 10 e 1t 2.21
2 1

N 2 1 N1
2 1
N2
1 2.22
N1 2 1
Sehingga nilai perbandingan antara aktivitas inti anak dan inti induknya adalah:

dN 2 dt 2 N 2 2
2.23
dN 1 dt 1 N 1 2 1
Berdasarkan persamaan (2.21) menyatakan bahwa peluruhan inti anak bergantung

juga dengan nilai konstanta peluruhan inti induk 1 . Sedangkan persamaan (2.22)

menyatakan bahwa perbandingan N 2 N 1 adalah konstan. Sedangkan persamaan


(2.23) menyatakan aktivitas inti anak lebih besar daripada aktivitas inti induknya

1
dengan adanya faktor . Pada kasus seperti ini, inti induk dan inti anaknya
2 1
dikatakan mengalami keseimbangan transien.

Jika 1 2 , ini berarti waktu hidup rata-rata induk lebih lama daripada inti anak

1 2 . Ini mengindikasikan bahwa nilai e 1t pada persamaan (17) akan

mendekati nol sehingga e 1t dapat diabaikan. Ini memberikan:

1
N2 N10 e 2t 2.24
2 1
Ini berarti setelah mencapai waktu tertentu, inti anak meluruh dengan konstanta
peluruhan yang ditentukan oleh nilai 2 . Ini terjadi pada peluruhan berurutan yang
mana setelah proses peluruhan inti induk musnah dan digantikan oleh inti anak
baru.

61
B.Keseimbangan Sekular

Beranjak dari persamaan (17) pada peluruhan berurutan, dan bila waktu paro inti

induk adalah sangat lama bila dibandingkan dengan inti anak 1 2 , maka:

N 2 1 N10 e t e - t
1 2
2.16
2 1
Menjadi:


N 2 1 N10 1 e -2t
2
2.25
karena 2 - 1 2 dan e -1t 1
Jika t dibandingkan dengan waktu hidup rata-rata inti anak didapatkan bahwa

1
t , maka nilai e - 2t akan cepat menuju nol sehingga dapat diabaikan, maka
2
diperoleh:
1
N2 N 10 (2.26)
2
Karena nilai 1 2 , maka atom induk memerlukan waktu yang lama untuk

meluruh sehingga N 1 N 10 , diperoleh:



N 2 1 N1
2
1 N1 2 N 2 2.27a
Persamaan (28) menyatakan bahwa aktivitas inti induk sama dengan aktivitas intii anak.
Atau persamaan (28) dapat dituliskan menjadi:
N 1 2 1
2.27b
N 2 1 2

Dari persamaan di atas dapat dideskripsikan bahwa perbandingan jumlah inti


induk dengan inti anak sebanding dengan konstanta peluruhan mereka masing-
masing, atau berbanding terbalik terhadap rata-rata hidup mereka.

Pesamaan (2.27 b) dapat dengan mudah didiferensialkan dengan

menggunakan persamaan dN 2 dt 1 N 1 2 N 2 . Pada kesetimbangan berlaku

dN 2 dt 0 , sehingga:

1 N1 2 N 2

62
hal ini juga megimplikasikan bahwa dN 1 dt 0 1 N 1 , dimana hal ini kira-kira

benar karena 1 sangat kecil, sehingga hasil dari 1 N 1 0 .

Pada kasus peluruhan berantai, dimana inti induk memiliki waktu paro yang
lebih lama dibandingan dengan inti yang dihasilkannya pada saat peluruhan, maka
dapat ditulis kondisi dari kesetimbangan sekular yaitu:

1 N 1 2 N 2 3 N 3 ......... n N n (2.28a)

atau

N 1 1 N 2 2 N 3 3 ......... N n n (2.28b)

Gambar berikut merupakan peluruhan dan pemulihan kembali unsur radon.

6.Deret Radioaktivitas Alami

63
Dalam proses peluruhan radioaktif, nomor massa A inti induk akan berubah dengan 4
satuan (peluruhan ) atau A tidak berubah (peluruhan ). Karena itu harga nomor massa A
dari isotop-isotop anggota suatu pelurhan berantai berbeda dengan kelipatan 4. Dengan
demikian dapat diharapkan ada empat deret radioaktif yang mungkin dengan nomor massa
A, semua isotop-isotop radioaktif dari Z=81 sampai Z=92 yang terjadi secara alamiah, yang
diklasifikasikan ke dalam empat jenis deret yaitu sebagai berikut.
A = 4n Deret Thorium
A = 4n+1 Deret Neptunium
A = 4n+2 Deret Uranium
A = 4n+3 Deret Aktinium
Dengan n adalah bilangan bulat. Deret di atas menyatakan penggolongan inti anak hasil
peluruhan ke dalam deret-deret radioaktif berdasarkan pengurangan nomor massa setelah
peluruhan belangsung.
Masing-masing deret radioaktif diberi nama sesuai dengan inti induknya (Kanginan,
Marthen: 2002). Deret radioaktif 4n+2 diberi nama deret uranium karena inti induknya
238
adalah 92U , yang mengalami peluruhan berantai sampai tercapai inti akhir stabil yaitu
206
82 Pb . Deret radioaktif 4n+3 diberi nama deret actinium karena inti induknya adalah
235 207
92 U , yang mengalami peluruhan berantai sampai tercapai inti akhir stabil 82 Pb . Deret
232
radioaktif 4n diberi nama deret Thorium karena inti induknya adalah 90 Th , yang
208
mengalami peluruhan berantai sampai tercapai inti akhir stabil 82 Pb . Deret radioaktif
237
4n+1 diberi nama deret Neptunium karena inti induknya adalah 93 Np , yang mengalami
209
peluruhan berantai sampai tercapai inti akhir stabil 83 Bi . Keempat deret radioaktif ini

dirangkum pada tabel (2).


Tabel 2. Empat Deret Radioaktif

Waktu Paro Rumus Inti stabil


Deret Inti Induk
(tahun) Deret Akhir

Uranium 238
92U 4,47 x 109 4n+2
206
82 Pb

Aktinium 235
92U 7,04 x 108 4n+3 207
82 Pb

64
Thorium 232
90 Th 1,41 x 1010 4n
208
82 Pb

Neptunium 237
93 Np 2,14 x 106 4n+1 209
83 Bi

Catatan: Ketiga deret pertama yang terjadi secara alamiah berakhir pada inti stabil timbal (Pb).
Berikut dijelaskan mengenai salah satu deret radioaktif alami yaitu deret Uranium seperti
238 234
yang ditunjukkan pada gambar (4). Pertama kali inti induk 92 U meluruh menjadi Th
90

234
dengan memancarkan partikel , kemudian Th meluruh dengan memancarkan partikel
90

234
menjadi 91 Pa . Deret berlanjut terus dan pada dasar ditunjukkan beberapa cabang yang
218 214
mungkin. Misalnya, 84 Po dapat menghasilkan peluruhan menjadi 82 Pb atau
218 206
peluruhan menjadi 85 At . Deret berakhir pada isotop stabil timbal yaitu 82 Pb . Delapan

isotop pertama yang merupakan anggota dari deret uranium disajikan dalam tabel (3).
Tabel 3. Delapan Isotop Pertama Anggota dari Deret Uranium

Energi

Unsur Nuklida Waktu Paro Radiasi atau

dalam MeV

Uranium 238
4,77 x 109
92 U , 4,2
tahun

Thorium 234
90 Th 24,1 hari , 0,19

Protactinium 234
91 Pa 6,75 jam , 2,3

Uranium 234
2,47 x 105
92 U , 4,77
tahun

Thorium 230
90 Th 8,0 x 104 tahun , 4,68

Radium 226
88 Ra 1.620 tahun , 4,78

Radon 222
86 Rn 3,82 hari 5,49

Polonium 218
84 Po 3,05 menit 6,0

65
66
Gambar 2.6 dan 2.7 menunjukkan grafik N terhadap Z.
Kecuali deret Neptunium, ketiga deret lainnya mengikuti empat kaedah umum yaitu:

a. Semua unsur radioaktif dari ketiga deret tersebut memiliki waktu paro sangat lama
sebagai contohnya:

Th 232
90 t 12 1,39 x 1010 tahun

92 U 238 t 12 4,5 x 10 9 tahun

92 U 235 t 12 7,15 x 108 tahun

b. Ketiga deret tersebut yang terjadi secara alamiah berakhir pada inti akhir stabil yaitu
206 207 208
82 Pb (deret Uranium), 82 Pb (deret Aktinium) dan 82 Pb (deret Thorium).

c. Masing-masing berupa gas pada Z = 86. Adapun nama unsur-unsurnya Thoron ( 220
86 Rn )

untuk deret Thorium, Radon ( 222 219


86 Rn ) untuk deret Uranium, dan Aktinon ( 86 Rn ) untuk

deret Aktinium.

d. Dalam semua deret, sebuah isotop C mengalami peluruhan berantai berbentuk segiempat
dengan memancarkan partikel dan , dan menghasilkan dua buah inti anak dengan
memancarkan partikel yang berbeda dimana inti anak meluruh lagi menghasilkan inti
anak yang sama dengan memancarkan partikel yang berbeda pula. (gambar 2.8)

67
Contoh isotop radioaktif yang menglami peluruhan berantai pada masing-masing deret
adalah sebagai berikut.

Deret Thorium adalah Thorium A (Th A) dan Thorium B (Th B).

Deret Neptunium adalah Bismut (Bi).

Deret Uranium adalah Radium A (Ra A), Radium B (Ra B), Radium C (Ra C), dan
(At).

Deret Aktinium adalah Radon (Rd), Ae, Ac A dan Ac C.

Para ahli percaya bahwa hampir semua nuklida yang terdapat di bumi dibentuk
bersamaan dengan terbentuknya bumi, kira-kira 5 milyar tahun yang lalu (5 x 10 9 tahun).
237
Deret Neptunium yang diawali dengan inti inti induk 93 Np memiliki waktu paro sebesar
2,14 x 106 tahun (jauh lebih kecil dari umur bumi), sehingga saat ini unsur 237
93 Np sudah

tidak terdapat di bumi. Ketiga deret radioaktif lainnya memiliki waktu paro yang setara
dengan umur bumi, karena ketiga deret ini masih hadir saat ini di bumi. Demikian pula
banyak nuklida-nuklida yang memiliki waktu paro singkat dengan cepat meluruh sampai
habis sehingga pada hari ini tidak lagi dapat dijumpai di alam.
Kehadiran deret radioaktif di alam memungkinkan lingkungan hidup secara konstan
dilengkapi dengan unsur-unsur radioaktif yang seharusnya sudah musnah sejak lama.
226
Sebagai contoh, suplai radium 88 Ra dengan waktu paro hanya 1.600 tahun (jauh lebih

kecil dari umur bumi) seharusnya sudah musnah karena peluruhan radioaktif pada saat lalu.
238
Tetapi karena adanya deret radioaktif Uranium yang diawali dengan inti induk 92 U (waktu

paro 4,77 x 109 tahun atau mendekati umur bumi) yang dalam beberapa langkah meluruh
226 226
menghasilkan 88 Ra , maka pada saat ini masih ditemukan unsur 88 Ra di alam.

7.Satuan Radioaktivitas

Dalam satuan Internasional satuan aktivitas radiasi dinyatakan dalam becquerel


(disingkat Bq), sesuai dengan nama penemu radioaktivitas untuk pertama kalinya,
dimana:
1 Bq 1 peluruhan
s
Satuan yang paling sering digunakan oleh alat pengukur aktivitas radiasi adalah curie
(disingkat Ci). Satu curie didefinisikan sebagai banyaknya peluruhan yang dilakukan
oleh satu gram radium alam waktu satu sekon.

68
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan waktu paro radium 1620 tahun sehingga
tetapan peluruhannya adalah:
0,693
radium 13,8 x 10 12 s 1
1,62 x 10 3 tahun
Massa radium adalah 226 amu dan terdapat 6,02 x 1023 atom di dalam satu gram atom
radium, Sehingga satu gram radium mengandung:
6,02 x 10 23
2,66 x 10 21 atom
226
Oleh karena itu, peluruhan rata-ratanya aalah:
dN
dt

N 13,8 x 10 12 2,66 x 10 21
N 3,7 x 1010 peluruhan
s
Dengan menggunakan nilai t untuk bahan radium yang diberikan oleh berbagai
ilmuwan maka diperoleh nilai peluruhan tiap sekonnya bervariasi ari 3,4 x 10 10 sampai
3,7 x 1010 peluruhan dalam satu sekon, tetapi untuk satu curie diambil 3,7 x 10 10

peluruhan , sehingga di dapat hubungan:


s
1 Ci 3,7 x 1010 peluruhan 3,7 x 1010 Bq
s
Satu curie merupakan satuan aktivitas yang cukup besar, sehingga di dalam prakteknya
sering igunakan satuan milicurie (mCi) dan mikrocurie (Ci) yang mana
penyetaraannya adalah sebagai berikut.
1 mCi 10 3 Ci
1 Ci 10 6 Ci
Karena masih adanya kebingungan untuk mendefinisikan satu curie maka American
National Bureau of Standards menetapkan satuan baru untuk aktivitas radiasi yaitu

rutherford (disingkat rd). satu rutherford didefinisikan sama dengan 10 6 peluruhan ,


s
adapun penyetaraannya aalah sebagai berikut.
1 mrd 10 3 peluruhan
s
1 rd 1 peluruhan
s

69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79

Anda mungkin juga menyukai