Anda di halaman 1dari 27

Perbedaan Materi Hidrologi antara Hasil Perkuliahan Hidrologi Universitas

Negeri Malang (UM) dengan Materi Hidrologi Sekolah Menengah Atas


(SMA)
GEOGRAFI UNTUK SMA KELAS X KTSP 2006 Semester 1

Oleh
Kharisa Syifana
160721614438

Offering B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
GEOGRAFI
S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JANUARI 2017
Judul buku : GEOGRAFI UNTUK SMA/MA KELAS X KTSP 2006 semester 1
Nama pengarang : Danang Endarto, Sarwono, Singgih Prihadi
Nama Penerbit : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009
Kurikulum : KTSP 2006
Materi : Bab 5 HIDROSFER DAN PENGARUHNYA TERHADAP
KEHIDUPAN

Pertemuan 1
Nama dosen : Fatiya Rosyida, M.Pd
Materi yang disampaikan : SIKLUS HIDROLOGI
Pembahasan :
Siklus hidrologi atau siklus air dapat disebut juga degan daur ulang air. Volume air
di bumi mempuyai jumlah yang tetap karena adanya daur ulang air. Di dalam
siklus hidrologi terdapat istilah-istilah sebagai berikut:
1) Evaporasi, adalah berubahya wujud cair mejadi gas atau disebut juga
dengan peguapan. Evaporasi merupaka salah satu proses dari siklus
hidrologi dimana pengupan air berasal dari air di laut dan di permukaan
bumi.
2) Transpirasi, adalah penguapa yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang
melakukan fotosintesis.
3) Evapotranspirasi, adalah gabunngan dari evaporasi dan transpirasi dimana
seluruh penguapan air di seluruh permukaan bumi baik itu berasal dari
laut, permukaan bumi, maupun tumbuh-tumbuhan.
4) Kodensasi, adalah proses dimana setelah uap air naik ke atmosfer yang
kemudian bergabung mengalami proses pedinginan dan menjadi partikel-
partikel es di stratosfer dan membentuk awan
5) Adveksi, adalah proses berpindahnya awan dari satu tempat ke tempat lain
akibat adanya agin atau perbedaan tekanan udara
6) Presipitasi, adalah nama lain dari hujan dimana awan yang sudah
mengalami kejenuhan menyebabkan jatuhnya cairan atau zat padat ke
permukaan bumi
7) Intersepsi, dimana air yang jatuh hasil dari presipitasi tidak langsung jatuh
ke tanah melainkan terhambat oleh vegetasi
a. Interception loss: air jatuh melewati vegetasi sudah menguap saat
sebelum jatuh ke tanah
b. Through fall: air hujan yang jatuh terhambat oleh dedauan vegetasi
baru kemudian menuju ke tanah
c. Steam flow: air hujan yang mengalir melewati batang vegetasi
yang kemudian meuju ke tanah
8) Infiltrasi, adalah proses pergerakan air yang jatuh menuju ke dalam tanah.
9) Runoff, adalah proses dimana sudah penuhnya kapasitas infiltrasi sehingga
air bergerak dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Run off sering
disebut juga sebagai aliran air permukaan/ limpasan.
a. Overland flow (aliran di atas permukaan tanah) adalah air hujan
yang meniggalkan daerah aliran sungai (DAS) setelah terjadi hujan
(badai).
b. Surface runoff adalah sinoim dengan overland flow, namun lebih
banyak dipergunnakan untuk pengukuran air permukaan sungai.
c. Sub surface storm flow (aliran langsung di bawah permukaan)
adalah aliran sungai yang dipasok dari sumber air bawah
permukaan tanah.
10) Perkolasi adalah proses mengalirnya air ke bawah secara gravitasi dari
suatu lapisan tanah ke lapisan di bawahnya, sehingga mencapai permukaan
air tanah pada lapisan jenuh air.

Berdasarkan panjang pendeknya proses yang di alaminya siklus hidrologi


dapat dibedakan menjadi 3 macam. Macam macam siklus hidrologi tersebut yaitu
siklus hidrologi pendek, siklus hidrologi sedang, dan siklus hidrologi panjang.
a. Siklus hidrologi pendek

E v
a p
Pe o r Ko
ra i a si n d
ra e n
n sa s
P re A
i
s ip i w
ta s i a
n

b. Siklus hidrologi sedang


Evapotranspira
si

Peraira Kondens
n asi

Perkolas Aw
i an

Ifiltrasi Advek
si

Presipitasi
c. Siklus hirologi panjang tropis

Evapotraspi
rasi

Perair Konden
an sasi

Perkola Aw
si an

Infiltrasi Adve
ksi

Presipita Menuju
si Pegunungan
d. Siklus hirologi panjang sub tropis

Evapotraspirasi

Perairan Kondensas
i

Perkolasi Awa
n

Infiltrasi Adveksi

Presipitasi Menuju
Pegunungan

Sublimasi

Sub Bab buku : Pengertian Hidrosfer


Pembahasan :
Jumlah air di bumi tidak bertambah dan tidak berkurang, namun wujud
dan tempatnya sering mengalami perubahan. Perubahan wujud air (padat, cair,
dan gas) membentuk suatu siklus atau daur yang disebut siklus/daur hidrologi.
Siklus hidrologi adalah proses perputaran air, dari air menguap menjadi awan, dan
apabila sudah mencapai titik jenuh awan tersebut akan jatuh dalam bentuk air
hujan begitu seterusnya.
Dalam siklus hidrologi air mengalami perubahan bentuk. Berbagai
perubahan bentuk air dalam siklus hidrologi diuraikan sebagai berikut.
1. Proses penguapan air permukaan, seperti air laut, sungai, danau, sawah,
dan air yang terkandung dalam tumbuhan menguap karena terkena sinar
matahari. Proses penguapan tersebut disebut dengan evaporasi, di mana
dalam proses ini terjadi perubahan bentuk air dari cair menjadi uap air atau
awan.
2. Uap air dari hasil penguapan pada ketinggian tertentu berubah menjadi
awan dan ada yang terbawa angin naik ke pegunungan, karena pengaruh
udara dingin air berubah menjadi awan. Dalam proses ini terjadi
perubahan bentuk air dari cair menjadi gas (uap) dan berubah lagi menjadi
embun bahkan menjadi kristal-kristal es (benda padat).
3. Awan sampai pada suhu dan ketinggian tertentu akhirnya jatuh ke bumi
dalam bentuk hujan. Dalam proses ini air yang berbentuk padat (kristal es)
jatuh ke permukaan bumi menjadi air. Air hujan yang jatuh di permukaan
bumi ada yang mengalir di permukaan tanah (mengalir ke sungai, danau,
dan laut) dan ada pula yang meresap ke dalam tanah. Air yang berada di
permukaan tanah akan menguap lagi menjadi uap air dan awan, kemudian
turun menjadi hujan, begitu seterusnya.
Kesimpulan :

Persamaan Perbedaan Pembenaran


Menjelaskan siklus hidrologi Siklus dalam perkuliahan Macam siklus di buku SMA
lebih bermacam, dan istilah lebih di perjelas, bukannya
istilah dalam siklus hujan dijadikan satu.
dijelaskan lebih detail
Pertemuan 2
Nama dosen : Fatiya Rosyida, M.Pd
Materi yang disampaikan : Presipitasi
Pembahasan :
Presipitasi merupakan fenomena hidrologis yang berlangsung di atmosfer.
Presipitasi merupakan salah satu dari proses hidrologi dimana setelah awan
terkondensasi dan kemudian mengalami kejenuhan, awan akan mencair akibat
suhu udara yang tinggi dan menghasilkan benda bentuk cair atau padat (salju/es)
yang jatuh ke permukaan bumi. Presipitas dan hujan adalah sebuah istilah yang
prosesnya sama, namun bentuk hasilnya yang berbeda.
Terjadinya presipitasi berawal dari evapotranspirasi yaitu proses
penguapan dari badan air secara langsung dan dari tumbuhan, setelah itu
dianjutkan proses kondensasi yaitu naikknya air sampai ke lapisan stratosfer yang
saling mengikat kemudian membentuk inti kondensasi (partikel dan garam)
dimana massa udara terisi oleh air, setelah itu awan akan terbawa oleh angin yang
terjadi akibat perbedaan tekanan udara, apabila awan sudah pada titik jenuh dan
pada suhu disekitar naik maka akan terjadi presipitasi. Sedangkan untuk hujan
salju, awan akan terkondensasi dalam bentuk es dan sengan suhu -4oC.
Presipitasi dalam meteorologi dan klimatologi mengaji tentang gerakan,
proses terjadinya presipitasi, dan distribusi atau persebarannya (agihan), uap air
diudara. Sedangkan dalam hidrologi presipitasi dikaji mengenai pengukuran
hujan, siklus, dan ruang dari presipitasi tersebut. Dalam siklus hidrologi,
presipitasi memegang peran yang paling penting, dimana presipitasi sebagai input
terbesar dalam siklus tersebut.
Klasifikasi hujan, adalah pembagian hujan menurut kelas-kelas tertentu.
Berikut klasifikasi hujan berdasarkan proses terjadinya
1) Hujan zenithal, hujan yang terjadi di daerah khatulistiwa.
Hujan ini terjadi karena massa udara yang terbawa arus
konveksi yang banyak mengandung uap air naik secara
vertikal. Massa udara tersebut terus mengalami penurunan
suhu, pada akhirnya terjadilah pengembunan (kondensasi)
dan membentuk awan dan terjadilah hujan.
2) Hujan frontal, terjadi di daerah pertemuan antara massa
udara panas dan massa udara dingin. Massa udara panas
yang kurang padat akan naik ke atas massa udara dingin
yang lebih padat. Sepanjang bidang miring ini disebut
daerah front. Hujan terjadi di daerah front karena massa
udara panas yang lembap bertemu dengan massa udara
dingin sehingga terjadi kondensasi. Kemudian,
terbentuklah awan pada akhirnya turun hujan.
3) Hujan orografis, terjadi karena massa udara yang
mengandung uap air bergerak menaiki ke tempat yang
lebih tinggi seperti lereng gunung atau pegunungan. Oleh
karena itu, massa udara tersebut terus mengalami
penurunan suhu sehingga mengalami kondensasi menjadi
titik-titik air. Akhirnya, titik-titik air turun di sekitar lereng
pegunungan. Fenomena itulah yang dinamakan hujan
orografis. Hujan orografis juga mengakibatkan bayangan
hujan di balik pegunungan tempat terjadinya hujan
orografis. Bayangan hujan tersebut membawa uap dan
suhu yang panas menuju lereng balik gunung.
4) Hujan siklonal, adalah hujan yang terjadi akibat adanya
udara panas yang naik sambil berputar seperti siklon.
Udara naik ini mengalami penurunan suhu dan penurunan
kapasitas penampungan, sehingga uap air yang
terkandung mengalami kondensasi dan dilepaskan sebagai
hujan.
5) Hujan muson, adalah hujan yang terjadi sebagai akibat
adanya angin muson yang bergerak dari Asia ke Australia,
dan menyebabkan terjadinya musim hujandi Indonesia
pada bulan Oktober sampai April.

Pengukuran Hujan
Jenis alat penakar hujan:
1) Alat penakar hujan tidak otomatis
2) Alat penakar hujan otomatis
Ketebalan hujan
Tingginya ketebalan hujan saat jatuh tanpa adanya infiltrasi
Intensitas hujan
Tebal hujan( P)
Waktu (t)

Presipitasi total
V = P x Luas daerah pengukuran
Perhitungan rata-rata curah hujan
a) Cara rata rata aljabar
- Digunakan pada daerah cukup datar
- Jarah antar stasiun relatif hampir sama
- Curah hujannya seragam
- Mudah dalam perhitungannya
- Hasil perhitungan sangat objektif
1
P= ( P 1+ P 2+ ) Pn
n

Keterangan:
P : rata-rata curah hujan wilayah (mm)
P1,2,.. : curah hujan pada stasiun 1,2,...,n
n : jumlah stasiun
b) Rerata poligon theisesen
- Titik pengamatan tidak merata
- Mewakili daerah stasiun
- Mempunyai ketelitian lebih tinggi
A 1 P1+ A 2 P 2+ .. .+ A n P n
P = A 1+ A 2+ + An

Keterangan:
P : rata-rata curah hujan wilayah (mm)
P1,2,..n: curah hujan pada stasiun (mm)
A1,2,.n: luas pengaruh masing-masing (km2)
c) Rerata garis isohiet
- Cara paling baik dibanding metode yang lain
- Lebih rasional karena mempertimbangkan topografinya
- Digunakan di daerah pegunungan

P = B+
A1 ( P1+2 P 2 )+ + An ( Pn+2Pn+ 1 )
A 1+ A 2+ + An

Keterangan:
P : rata-rata curah hujan wilayah (mm)
P1,2,..n: curah hujan pada stasiun (mm)
A1,2,.n: luas pengaruh masing-masing (km2)

Sub Bab buku : Menghitung air hujan yang jatuh ke DAS


Pembahasan :
Pembangunan sebuah bendungan erat kaitannya dengan DAS dan jatuhnya
curah hujan pada DAS tersebut. Untuk itu, diperlukan perhitungan-perhitungan
dan pengukuran jumalh air hujan yang jatuh. Dua metode perhitungan yang
dikenal adalah methode poligon dan isohyet.
1. Metode Poligon Theissen
Jika titik-titik pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata, maka
cara perhitungan curah hujan rata-rata itu dilakukan dengan perhitungan
daerah pengaruh tiap titik pengamatan. Curah hujan daerah tersebut dapat
dihitung dengan persamaan berikut:
A 1 R 1+ A 2 R 2+. ..+ A n R n
R = A 1+ A 2++ An

A 1 R 1+ A 2 R 2+. ..+ A n R n
= A

= W1R1 + W2R2 + . . . + WnRn


Keterangan:
R : Curah hujan daerah
R1, R2, . . . ,Rn : Curah hujan di setiap titik pengamatan dan n adalah jumlah titik
pengamatan
A1, A2, . . . ,An : Bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan
A1 A 2 An
W1,WA2, ... ,Wn: , ,,
A A A

Metode ini digenakan untuk wilayah yang DAS-nya tidak memanjangdan


sempit, dengan luas antara 1.000 5.000 km2.
2. Metode Isohyet
Peta isohyet digambar pada peta topografi dengan perbedaan (interval) 10-
20mm berdasarkan data curah hujan pada titik-titik pengamatan di dalam dan
di sekitar daerah yang dimaksud. Luas bagian daerah antar dua garis isohyet
yang berdekatan diukur dengan planimeter. Dengan demikian juga harga rata-
rata dari garis-garis isohyet yang berdekatan yang termasuk bagian=bagian
daerah itu dapat di hitung. Curah hujan menurut persamaan sebagai berikut:
A 1 R 1+ A 2 R 2+. ..+ A n R n
R = A 1+ A 2++ An

Keterangan:
A1, A2, . . . ,An : luas bagian-bagian antara garis-garis isohyet
R1, R2, . . . ,Rn : Curah hujan rata-rata pada bagian-bagian A1, A2, . . . ,An
Metode ini dapat digunakan untuk DAS yang luasnya melebihi 5.000km2.

Kesimpulan :

Persamaan Perbedaan Pembenaran


Perhitungan curah hujan Tidak adanya metode aljabar Rumus metode isohiet di
dalam buku SMA buku SMA yang tidak sesuai
Pertemuan 3
Nama dosen : Fatiya Rosyida, M.Pd
Materi yang disampaikan : Evaporasi
Pembahasan :
Evaporasi adalah salah satu komponen siklus hidrologi, yaitu peristiwa
menguapnya air dari permukaan air, tanah,dan bentuk permukaan bukan
dari vegetasi lainnya.Evaporasi merupakan proses penguapan air yang
berasal dari permukaan bentangan air atau dari bahan padat yang
mengandung air.
Transpirasi adalah proses hilangnya air dari dalam tumbuhanakibat
penguapan saat terjadinya fotosintesis
Evapotranspitasi adalah seluruh penguapan yang terjadi baik itu air, tanah,
dan tumbuhan
Evapotranspirasi potesial adalah jumlah penguapan total pada waktu sesaat
Evapotranspirasi actual adalah jumlah penguapan total yang benar-benat
tepat atau terjadi pada saat itu.
Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya penguapan air:
- Kelembaban udara, semakin tinggi kelembaban udara maka semakin
rendah penguapan yang terjadi,
- Tekanan udar, semakin besar tekanan udara maka pengupan akan
semakin besar
- Kedalaman dan luas permukaan air, semakin dalam air maka
penguapan akan semakin kecil dan semakin luas permukaan air maka
semakin besar penguapan.
- Kualitas air, semakin air tercemar oleh ion ion maka akan cepat terjadi
penguapan.
- Kecepatan angin, semakin besar kecepatan angin maka akan semakin
besar penguapan
- Topografi, suatu daerah yang letanya semakin tinggi, maka suhunya
semakin kecil sehingga penguapan akan semakin kecil.
- Iklim/musim, perbedaan musim akan berpengaruh terhadap
penguapan di suatu wilayah
- Lama penyinaran, semakin lama penyinaran maka semakin besar
penguapan
- Temperatur, semakin tinggi temperatur maka semakin besar
penguapan.
- Pengukuran Evaporasi
a) Pengukuran evaporasi secara langsung
1) Atmometer berupa mata bidang berpori
2) Panci evaporasi panci bulat dengan diameter terrtentu
- Class A evaporation pan bejana logam, diameter 4 kaki,
kedalaman 10 inch, dipasang di rangka kayu setinggi 6 inch dari
permukaan tanah
-Colorado sunken pan bejana logam, diameter 3 kaki, ketinggian
3 kaki, dimasukkan ke dalam tanah dan dimunculkan 4 inch dari
permukaan tanah
- Six foot sunken pan bejana logam, diameter 6 kaki, ketinggian 3
kaki, dimasukkan ke dalam tanah dan dimunculkan 4 inch dari
permukaan tanah
- Floating pan mengukur penguapan di waduk dan danau
3) Neraca air menghitung penguapan dengan keseimbangan air
E=I O S

Keterangan:
E : evaporasi atau penguapan
I : aliran air masuk (inflow)
O : aliran air keluar (outflow)
S : perubahan simapanan air (change in storage)
b) Pengukuran evaporasi secara tidak langsung
P
E=
0,9+( PtI )2
Kete rangan:

E : evaporasi nyata rata-rata tahunan (mm)


P : hujan tahunan rata-rata (mm)
I : 300+25t+0,05t3
T : temperatur tahunan rata-rata
Pertemuan 4
Nama dosen : Fatiya Rosyida, M.Pd
Materi yang disampaikan : Sungai
Pembahasan :
Sungai merupakan wadah atau tempat mengalirkan air di suatu DAS ke tempat yang
lebih rendah dan umunya bermuara di laut/lautan. Potamologi, merupakan cabang ilmu
hidrologi yang khusus mempelajari air yang mengalir di atas permukaan tanah dan di
dalam sungi. Air yang masuk (input) dan air yang keluar (output) jumlahnya sama.. Air
yang mengalir berasal dari berbagai hal diantaranya, hujan dan ai permukaan sebagain
input sementara, sedangkan subsurface flow dan groundwater flow sebagai simpanan.
Istilah istilah yang ada dalam lingkup sungi antara lain surface storage, deppression
storage, surface detention, overland flow, subsurface flow, runoff, direc runoff, rivers
area. Klasifikasi sungai antara lain

1. Berdasarkan Sumber Air


a) Sungai Mata Air
Sungai mata air yaitu sungai yang airnya berasal dari mata air,
misalnya sebagian besar sungai di Pulau Jawa. Contoh yang berada di
luar Indonesia adalah Sungai Puerto Princesa di Filipina.

Gb 1. Sungai Puerto Princesa Sungai Bawah Tanahdi Filipina (Google)


b) Sungai hujan
Sungai hujan adalah sungai yang tentunya pasti dari air hujan yang turun ke daratan.
Biasanya seperti ini banyak dijumpai di pulau Jawa dan kawasan Nusa Tenggara. Contoh
sungai hujan yang ada di Serang yaitu sungai Opak.

Gb 2. Sungai Opak di Serang (Google)


c) Sungai Gletser
Sungai gletser adalah sungai yang berasal dari melelehnya es. Peristiwa ini sering
dijumpai di Negara-negara yang beriklim dingin seperti sungai Gangga di India dan
sungai Rhein di Jerman.

Gb 3. Sungai Rhien dari Pegunungan Alpen di Swiss wilayah Graubnden (Google)

2. Berdasarkan Struktur Geologi


a) Sungai Anteseden
Sungai antesedendalahsungai yang arah alirannya tetap karena dapat
mengimbangi penangkatan yang terjadi. Biasa terjadi apabila pengangkatan tersebut
berjalan dengan lambat. Contohnya sungai di Sangiran, Jawa Tengah.

Gb 4. Sungai Cemoro di Sangiran, Sragen, Jawa Tengah (Google)

b) Sungai Superimposed
Sungai superimposed adalahsungai yang mengalirpadalapisan sedimen datar yang
menutupi lapisan batuan di bawahnya. Ketika terjadi peremajaan, sungai tersebut dapat
mengikis lapisan-lapisan penutup dan memotong formasi batuan yang semula tertutup,
sehingga sungai tersebut menempuh jalan yang tidak sesuai dengan struktur batuan.

Gb 5. Sungai Superimposed di Basin Bighorn, Wyoming, Amerika Serikat (Google)


3. Berdasarkan Arah Aliran
a) Sungai Konsekuen
Sungai konsekuendalahsungai yang mengalirnyasesuaidengankemiringanbatuan
yang dilaluinya. Sungai jenisinibanyakterdapat di daerahgunungmerapiberumurmudaatau
stadium awal. ContohnyayaitusungaiProgo di Jawa Tengah
ketikamenurunilerenggunungmerapi.

Gb 6. Sungai Progo di Jawa Tengah (Google)


b) Sungai Insekuen

Sungai insekuen adalah sungai yang terjadi tanpa ditentukan oleh sebab-sebab
yang nyata. Sungai ini tidak mengalir mengikuti perlapisan batuan atau dip. Sungai ini
mengalir dengan arah tidak tentu sehingga terjadi pola aliran dendritis.

c) Sungai Subsekuen
Sungai subsekuen adalahsungai yang
alirannyategakluruspadasungaikonsekuendanbermuarapadasungaikonsekuen, misalnya
Sungai Opak di Yogyakarta.
d) Sungai Obsekuen
Sungai obsekuen adalahsungai yang mengalirnya berlawanan dengan arah
kemiringan lapisan batuan daerah tersebut dan merupakan anak sungai subsekuen.

Gb 7 Sungai Bawah Tanah di daerah Karst Gunung Kidul (Google)


4. Berdasarkan Kontiunitas Aliran
a) Sungai Perenial
Sungai perenial yaitu sungai yang sepanjang tahun mengalirkan air. Tipe sungai
ini dapat dibedakan menjadi seperti berikut.
1. Sungai periodik, yaitu sungai yang pada musim hujan airnya banyak
sedangkan pada musim kemarau airnya sedikit.
2. Sungai permanen, yaitu sungai yang pada musim hujan dan musim
kemarau debit airnya hampir sama.
Contoh dari sungai permanen adalah Sungai Kapuas, Sungai Kahayan,
Sungai Barito, Sungai Mahakam, Sungai Musi, dan Sungai Indragiri.
Gb 8. Sungai Kahayan (Google)
b) Sungai Intermiten
Sungai Intermitten yaitu sungai yang mengalirkan air pada musim hujan,
sedangkan pada musim kemarau kering. Sungai ini disebut juga sebagai sungai episodik.
Contoh sungai intermittent adalah Sungai Kalada di Pulau Sumba dan Sungai Batanghari
di Sumatra.

Gb 9. Sungai Batanghari di Sumatera (Google)

c) Sungai Ephimeral,
Sungai Ephimeral yaitu sungai yang mengalir saat dan beberapa saat setelah
terjadi hujan. Pada dasarnya sungai ini hampir sama dengan sungai episodik, hanya saja
pada saat hujan airnya belum tentu banyak.
Contoh sungai ephimeral adalah sungai-sungai yang ada di Pulau jawa, misal Sungai
Brantas, Sungai Bengawan Solo, dan Sungai Code di Yogyakarta.

Gb 12. Sungai Code di Yogyakarta (Google)


5. Berdasarkan Pola Aliran Sungai
a) Dendritik
Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang
sungainya menyerupai struktur pohon. Pada umumnya pola aliran
sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan yang homogen. Pola
aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol
oleh jenis batuannya. Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas
batuan yang tidak/kurang resisten terhadap erosi akan membentuk
tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang
resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang). Hal
ini dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat
berpengaruh pada proses pembentukan alur-alur sungai, batuan yang
tidak resisten cenderung akan lebih mudah dierosi membentuk alur-
alur sungai. Contoh dari pola dendritis adalah aliran sungai di sekitar Gunung Lawu.

Gb 13. Sungai Caroni di Venezuela (Google)


b) Trellis
Pola aliran trellis dicirikan oleh sungai yang mengalir lurus di
sepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari lereng yang
curam dari kedua sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya
membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai bentuk pagar. Pola
aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis)
dan dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin.
Sungai trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang berpola sejajar,
mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran
utamanya. Saluran utama berarah searah dengan sumbu lipatan.
Contoh pola trellis terdapat di daerah sekitar Pegunungan Appalachian.

Gb 14. Pola Aliran Trelis Sungai Sampean Baru di Bondowos (Google)


c) Radial Sentrifugal
Pola aliran Sentrifugal adalah pola aliran pada kerucut gunung berapi atau dome
yang baru mencapai stadium muda dan pola alirannya menuruni lereng-lereng
pegunungan. Contohnya pada sungai Qolbu yang menyebar dari Pegunungan Argopuro.

Gb 16. Pola Aliran Radial Sentrifugal Sungai Qolbu di Pegunungan Argopuro


Probolinggo (Google)
d) Radial Sentripetal
Pola aliran sentripetal merupakan ola aliran yang berlawanan dengan pola radial,
di mana aliran sungainya mengalir ke satu tempat yang berupa cekungan (depresi). Pola
aliran sentripetal merupakan pola aliran yang umum dijumpai di bagian barat dan barat
laut Amerika, mengingat sungai-sungai yang ada mengalir ke suatu cekungan, di mana
pada musim basah cekungan menjadi danau dan mengering ketika musin kering. Dataran
garam terbentuk ketika air danau mengering.

Gb 15. Hay River yang menuju ke Danau Great Slave Canada America (Google)
e) Rectanguler
Pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur
geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan
oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.
Gb 17. Batang Sianok (Sungai Sianok) di Patahan Semangko di Sumatra Barat.
f) Anular
Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya
menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah
hilir aliran kembali bersatu. Pola aliran annular biasanya dijumpai pada
morfologi kubah atau intrusi loccolith.

Gb 18. Sungai Pedu di Kedah (Google)

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah tangkapan hujan. Air hujan yang
jatuh di dalam suatu DAS akan direspon dan diperlakukan oleh DAS, sehingga
karakteristik yang keluar melalui outlet ssebenarnya merupakan hasil respon DAS
terhadap air hujan tersebut. DAS dibedakan menjadi 3 bentuk,
a) DAS bentuk bulat, panjang sungi pendek sehingga apabila hujan gampang terjadi
banjir
b) DAS bentuk daun, berperilaku normal
c) DAS bentuk memanjang, sangat jarang mengalami banjir karena panjang sungai
yang sangat panjang.
Sub Bab buku : Perairan darat, Daerah aliran sungai
Pembahasan :
Perairan darat merupakan bagian dari hidrosfer. Perairan darat terdiri dari
perairan yang terdapat di permukaan bumi dan di bawah permukaan bumi.
Dengan adanya siklus hidrologi, air daratan maupun laut dapat naik ke atmosfer
dalam wujud uap air karena adanya pemanasan matahari, kemudian jatuh sebagai
hujan di atas daratan dan lautan Di daratan, air hujan tersebut akan dapat
mengalami tiga hal, yaitu menggenang, mengalir, dan meresap. Dengan demikian,
air permukaan dapat dibedakan antara lain sebagai berikut.
1. Air Permukaan
Air permukaan terdiri dari sungai, danau, dan rawa.
a. Sungai
Sungai adalah aliran air tawar yang bergerak melalui saluran alami yang
kedua pinggirnya dibatasi oleh tanggul sungai dan bermuara ke laut, danau, atau
sungai lain (sungai induk)
Beberapa istilah penting yang perlu kita ketahui yaitu alur sungai, daerah
aliran sungai, rezim sungai, hilir sungai, hulu sungai, muara sungai, mata air, dan
debit sungai
1) Menurut genetiknya, sungai dapat dibedakan atas:
Sungai konsekwen, yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan
kemiringan lereng sungai (K)
Sungai subsekwen, sungai yang aliran airnya tegak lurus terhadap sungai
konsekwen (S)
Sungai obsekwen, yaitu anak sungai subsekwen yang aliran airnya
berlawanan arah dengan sungai konsekwen (O)
Sungai insekwen, yaitu sungai yang arah alirannya tidak teratur dan terikat
oleh lereng daratan (I)
Sungai resekwen, yaitu anak sungai subsekwen yang arah aliran airnya
sejajar dengan sungai konsekwen (R)

2) Menurut tipenya, sungai dibedakan atas: Sungai epigenesa dan anteseden


3) Menurut sumber airnya, sungai dapat dibedakan atas: Sungai hujan,
sungai gletser, dan sungai campuran
4) Berdasarkan keadaan airnya sepanjang tahun, sungai dapat dibedakan atas:
Sungai permanen, sungai periodik dan sungai episodik.
Pola aliran dan daerah aliran sungai
Tiap sungai mempunyai pola aliran tersendiri. Ada beberapa tipe pola
aliransungai, diantaranya sebagai berikut.
1. Pola aliran radial, yaitu sungai-sungai yang mengalir dengan memiliki
pola menjauhi atau keluar dari sebuah dome (pegunungan kubah) ataupun
cekungan. Jika menjauhi puncak dome disebut sebagai pola aliran radial
sentrifugal. Jika menuju daerah cekungan disebut sebagai radial
sentripetal.
2. Pola aliran dendritik, pola aliran sungai berbentuk seperti akar pohon
dengan cabang- cabangnya. Sebuah sungai induk mendapat aliran dari
sejumlah anak sungainya.
3. Pola aliran trelis, pola aliran sungai yang merupakan kombinasi dari
sungai konsekwen, resekwen, dan obsekwen, i mana sungai mengalir
sepanjang lembah dari suatu bentukan antiklin dan sinklin yang paralel.
4. Pola aliran anular, pola aliran sungai yang yang membentuk lingkaran dan
melewati batuan induk, karena daerahnya telah mencapai stadium dewasa.
5. Pola aliran pinate, pola aliran sungai yang a sungainya membentuk sudut-
sudut lancip dengan sungai induknya
6. Pola aliran rektanguler, pola aliran sungai yang aliran-alirannya melalui
daerah patahan baik patahan sejati maupun joint.

Kesimpulan :

Persamaan Perbedaan Pembenaran


Membahas lasifikasi sungai Didak lengkapnya klasifikasi Pengertian di buku SMA
sungai di dalam buku SMA kurang mendetail.
Pertemuan 5
Nama dosen : bu Yuli
Materi yang disampaikan : Kualitas air
Pembahasan :
Kualitas air merupakan indikator penentuan baik buruknya suatu air untuk
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari hari. Kualitas air bisa dipengaruhi secara fisik
(warna, suhu, bau, dll) dan kandungan kimia. Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi kualitas air yang ada di bumi diantaranya,

a. Iklim
Temperatur udara mendorong terjadinya penguapan, semakin tinggi temperatur
udara maka akan semakin tinggi penguapan. Seperti halnya temperatur, semakin
tinggi tekanan udara akan semakin banyak gas yang larut dalam air dan sebaliknya.
Kualitas air yang berada pada udara yang bertekanan tinggi akan cenderung
mengandung unsur kimia yang tinggi.
b. Geologi
Pada batuan beku air bersentuhan dengan batuan dalam tempo cepat sehingga
kontak dengan air tidak cukup kuat untuk melarutkan senyawa kimia batuan
akibatnya kualitas air tergolong rendah karena miskin mineral.
Pada batuan sedimen khususnya batu pasir unur pengikatnya lebih mudah larut
sehingga lebih banyak berpengaruh terhadap air.
Pada batuan metamorf, karena strukturnya massif sehingga tidak mendukung bagi
proses pelarutan unsur kimia akibatnya kualitas air rendah (miskin mineral)
c. Vegetasi
Vegetasi yang matidan membusuk nantinya akan mempengaruhi unsur kimia yang
siap dilarutkan.
d. Aktivitas manusia
Aktivitas manusia merupakan pengaruh yang paling besar dalam penentuan
pengaruh kualitas air. Pertumbuhan manusia yang sangat tinggimenuntut
tersedianya kebutuhan hidup yang tinggi. Akibatnya manusia melalukan eksploitasi
terhadap alam, dimana eksploitasi tersebut pastinya meghasil kan limbah-limbah
yang biasanya di buang ke air. Limbah tersebut antara lain limbah industri, limbah
rumah tangga, limbah pertanian, limbah pertambangan dan limbah radioaktif.

Sub Bab buku : Perairan darat, Daerah aliran sungai


Pembahasan :
Air adalah zat pelarut yang berdaya guna dan mampu melarutkan zat-zat lain
dengan jumlah yang lebih besar daripada zat cair lainnya.
1. Kualitas Air Laut
Air laut banyak mengandung garam bahkan juga mengandung gas-gas
udara yang terlarut. Diperkirakan hampir sebesar 50 trilliun metrik ton garam
yang larut dalam air laut. Semua gas-gas yang terdapat di udara dapat dijumpai di
laut meskipun dengan jumlah yang berbeda.
Kepadatan air laut adalah 1,026 -1,028. Jika dibandingkan dengan air
murni, air laut memiliki kepadatan yang lebih besar (karena mengan- dung
raman). Tekanan air laut pada kedalaman berbeda memiliki besar yang berbeda,
yakni semakin dalam semakin besar pula tekanannya
2. Suhu Air Laut
Suhu air laut adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan
organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme
maupun perkembangbiakkan organisme-organisme tersebut. Baik daratan maupun
lautan keduanya dipanasi oleh sinar matahari melalui suatu proses yang
dinamakan insolation. Pengaruh pemanasan tidaklah sama untuk daerah-daerah
yang terletak pada lintang yang berbeda. Hal tersebut didasarkan atas beberapa
faktor sebagai berikut.
a. Sinar matahari yang merambat melalui atmosfer akan banyak kehilangan
panas sebelum sampai ke daerah kutub, bila dibandingkan dengan daerah
ekuator.
b. Besarnya perbedaan sudut datang sinar matahari ketika mencapai
permukaan bumi. Pada daerah kutub, sinar matahari yang sampai di
permukaan bumi akan tersebar lebih luas daripada di daerah ekuator.
c. Di daerah kutub lebih banyak sinar matahari yang dipantulkan kembali ke
atmosfer (hal ini disebabkan oleh sudut datang)
d. Awan yang menutupi
e. Curah hujan.
Semakin dalam suhu air laut, maka suku akan semakin turun. Pada
kedalaman sampai 200 meter suhu masih relatif panas. Namun pada kedalaman
200 1.000 meter suhu turun secara mendadak dan membentuk sebuah kurva
dengan lereng yang sangat tajam atau dikenal sebagai termoklin. Air pada daerah
terdalam biasanya mempunyai suhu kurang dari 2oC
3. Kecerahan dan Warna
Radiasi matahari juga penting dalam melengkapi cahaya yang dibutuh- kan oleh
tanaman hijau untuk proses fotosintesis. Penyinaran cahaya matahari semakin
berkurang sesuai dengan kedalamannya. Pada perairan yang dalam dan jernih
proses fotosintesis hanya terdapat pada kedalaman 200 meter saja. Bahan-bahan
yang melayang-layang dan tinggi nilai kekeruhannya di perairan dekat pantai
membuat penetrasi cahaya akan berkurang. Akibatnya penyebaran tanaman hijau
hanya dibatasi sampai kedalaman 15- 40 m.
Warna air laut bermacam-macam, tergantung pada gelombang warna yang
terpantul atau sedimen yang diendapkan. Contoh, warna hitam disebabkan oleh
endapan lumpur biru tua yang terdapat pada dasar laut. Air laut di Indonesia
umumnya jernih dan pada laut dalam, warnanya terlihat biru. Pada umumnya, di
dekat pantai terlihat kehijau-hijauan dan biasanya terdapat binatang koral. Pada
muara sungai di Pantai Utara Jawa sampai 200 meter warna air laut keruh
dan warnanya agak kecoklatan karena endapan erosi.
Beberapa penyebab perbedaan warna air laut di muka bumi, yaitu:
a. Banyaknya pemantulan sinar matahari yang bergelombang pendek
daripada sinar lain, sehingga air laut pada umumnya berwarna biru
b. Adanya lumpur berwarna kuning di dasar perairan, menyebabkan lautan
berwarna kuning. Contohnya, muara Sungai Kuning, Cina.
c. Adanya lumpur di dasar perairan yang berwarna hitam menyebabkan air
laut berwarna hitam. Contohnya, Laut Hitam dan Pantai Senggigi
d. Adanya plankton-plankton berjumlah besar, menyebabkan perairan
berwarna hijau atau kehijauan.
e. Adanya permukaan laut yang tertutup es, menyebabkan perairan
Contohnya, laut di Kutub Utara dan Selatan.
Jadi, kecerahan dan warna air laut dipengaruhi oleh faktor alami (seperti
kandungan sedimen humus, gambut, plankton, bentos, dan sejenisnya) maupun
faktor non-alami (seperti kandungan yang berasa dari kegiatan manusia yang
menghasilkan limbah berwarna).
Selain itu, warna atau tingkat kecerahan air laut dapat diidentifikasi
dengan alat bantu penginderaan jauh (citra). Pengamatan terhadap warna air laut
bermanfaat dalam kegiatan usaha penangkapan ikan, yakni sebagai petunjuk
kandungan plankton-plankton atau beberapa jenis bentos (bahan makanan ikan)
yang terkandung di dalam air laut
4. Salinitas
Konsentrasi rata-rata seluruh garam yang terdapat di dalam laur dikenal
sebagai salinitas. Konsentrasi ini biasanya sebesar 3% dari berat seluruhnya.
Mereka biasanya lebih sering disebut sebagai bagian per seribu atau biasa ditulis
dengan 35 %o. Konsentrasi garam-garam ini jumlahnya relatif sama dalam setiap
contoh-contoh air laut, sekalipun mereka diambil dari tempat yang berbeda di
seluruh dunia.

Kesimpulan :

Persamaan Perbedaan Pembenaran


Membahas kualitas air Pada buku materi SMA Penambahan faktor yang
hanya membahan tentang mempengaruhi kualitas air
kulitas air laut

Anda mungkin juga menyukai