Anda di halaman 1dari 5

PREVALENSI KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR NEGERI

DI DESA CIHANJUANG RAHAYU PARONGPONG


BANDUNG BARAT

1 2
Mettison M. Silitonga, Untung Sudharmono, Masta Hutasoit
1
Jurusan Biologi Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam Unai
2
Fakultas Keperawatan Unai

ABSTRAK

Penyakit infeksi akibat cacing usus di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini berhubungan dengan kurang
diperhatikannya pola perilaku hidup bersih dan sehat. Penyakit cacing dapat mengganggu pertumbuhan anak dan
menghambat prestasi belajar murid sekolah dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data prevalensi
kecacingan pada murid Sekolah Dasar Negeri di Desa Cihanjuang Rahayu. Penelitian ini menggunakan metode
epidemiologik observasional dengan bentuk dan rancangan prevalensi selektif. Objek penelitian ini adalah sampel
tinja murid-murid SD Kelas III hingga Kelas V dari empat SD yang berbeda selama 25-27 juni 2008. Pemilihan sampel
dilakukan dengan purposive sampling design. Sampel tinja diperiksa menggunakan teknik sediaan tebal atau teknik
Kato. Dari 142 sampel yang diperiksa, ditemukan 22 sampel yang positif mengandung telur atau larva cacing, yaitu:
12 sampel mengandung cacing A. lumbricoides, 7 sampel mengandung cacing T. trichiura, 1 sampel mengandung E.
vermicularis, dan 2 sampel mengandung cacing tambang. Prevalensi kecacingan pada murid SDN di Desa
Cihanjuang Rahayu adalah 15,5%. Angka ini menunjukkan bahwa ada sebanyak 15,5% murid-murid SDN terinfeksi
atau mengidap penyakit cacing.

Kata kunci: Prevalensi, cacing usus, SDN, Cihanjuang Rahayu

PREVALENCE OF HELMINTHIC DISEASE AMONG GOVERNMENT


ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS AT CIHANJUANG RAHAYU VILLAGE
PARONGPONG, WEST BANDUNG

ABSTRACT

The prevalence of helminthic disease in Indonesia is still high. This is due to the negligence of healthy life style.
Helminthic disease may disrupt physical growth and development of a child and even lowers his intellectual ability.
The purpose of this research was to measure the prevalence rate of helminthic disease among Government
Elementary School Students in Cihanjuang Rahayu Village. The research was conducted by using observational
epidemiologic method. The object of the research was the stool of third to fifth grade pupils from four different
elementary schools during 25-27 june 2008. The sample was chose by using purposive sampling design and the stool
was observed with Kato technique. From 142 samples, it was found out that 22 samples were positive with egg and
larva of helminth, which further classification as follows: A. limbriocoides, T. trichiura, E. Vermicularis, and N.
americanus/A. duododenale were found in 12, 7, 1, and 2 samples, respectively. The prevalence of helminthic
disease among government elementary students in Cihanjuang Rahayu village was 15.5 percent. This number
shows that there are 15,5 percent students infected by helminthic disease.

Key words: Prevalence, helminthes, elementary school, Cihanjuang Rahayu

_________________________________
Alamat Korespondensi
Mettison M. Silitonga
Jurusan Biologi Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam UNAI
Telp: 081802033777
Email: mettison@gmail.com; msilitonga@unai.edu
PENDAHULUAN Jika prevalensi kecacingan yang
diperoleh lebih dari 20%, maka perlu dilakukan
Penyakit akibat cacing masih merupakan pengobatan masal. 5 Diharapkan dengan
penyakit endemik yang dapat ditemukan di pemberantasan kecacingan ini akan dapat
berbagai tempat di Indonesia. Prevalensi infeksi meningkatkan prestasi belajar siswa-siswi di
cacing yang ditularkan melalui tanah (soil- sekolah.
transmitted helminth) masih cukup tinggi dan
infeksi cacing ini dapat menyebabkan masalah
kesehatan masyarakat, khususnya pada anak METODE
yang masih dalam usia sekolah dasar.
Cacing yang ditularkan melalui tanah Penelitian ini merupakan penelitian epidemiolo-
mempunyai bentuk infektif di tanah yang sesuai. gik observasional menggunakan bentuk dan
Ada beberapa jenis cacing yang ditularkan rancangan prevalensi selektif atau selective
melalui tanah yang penting pada manusia, yaitu: prevalence design. Populasi sasaran adalah
Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator murid-murid Sekolah Dasar Negeri yang berada
americanus, Ankylostoma duodenale, dan di Desa Cihanjuang Rahayu. Objek penelitian ini
Strongyloides stercoralis.1,2 adalah sampel tinja yang dikumpulkan dari
Prevalensi kecacingan ini bervariasi dari murid-murid SD tersebut.
satu daerah ke daerah lain, terpengaruhi bebera- Populasi subjek dalam penelitian ini
pa faktor, di antaranya adalah daerah tempat adalah murid-murid SDN di Cihanjuang Rahayu
tinggal (desa atau kota, kumuh, dll), kelompok yang berada pada empat Sekolah Dasar, yaitu:
usia yang diperiksa, teknik pemeriksaan, SDN Cihanjuang II, SDN Mekar Rahayu, SDN
kebiasaan penduduk setempat (tempat buang Cihanjuang IV, dan SDN Tutugan Rahayu.
air besar, cuci tangan sebelum makan, tidak Teknik pengambilan sampel menggu-
beralas kaki, dll), dan pekerjaan penduduk. nakan purposive sampling design, murid-murid
Prevalensinya di Indonesia masih cukup tinggi SD yang diperiksa terbatas hanya pada Kelas III,
dan cacing usus yang tertinggi prevalensinya Kelas IV, dan Kelas V. Penelitian ini dilaksana-
adalah A. lumbricoides.2 kan pada tanggal 2527 Juni 2008 dengan
Golongan anak sekolah dasar merupa- sampel tinja yang berhasil dikumpulkan seba-
kan kelompok usia yang rentan terhadap infeksi nyak 142 tabung.
cacing. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan
bermain pada anak yang tidak memperhatikan sampel tinja yang telah dikumpulkan menggu-
kebersihan diri dan lingkungannya. Demikian nakan teknik sediaan tebal (cellophane-covered
pula dengan kebiasaan mengkonsumsi makan- thick smear technic) atau disebut teknik Kato.
an yang dijual di sekolah, tanpa memperhatikan Pada teknik ini digunakan selofan (cellophane
higiene serta sanitasi makanan dan lingkungan. tape) sebagai pengganti kaca tutup. Telur cacing
Prevalensi kecacingan di Jawa Barat, dapat ditemukan lebih banyak, sebab tinja yang
khususnya di daerah pedesaan masih cukup diperiksa lebih banyak. Teknik ini dianjurkan pula
tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang untuk pemeriksaan tinja yang melibatkan jumlah
dilakukan pada murid Kelas I SDN Kartika XI-12 sampel yang besar seperti pada penelitian epi-
Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong demiologi, karena lebih sederhana dan murah,
6,7
menunjukkan bahwa prevalensi infeksi cacing serta morfologi telur cacing juga cukup jelas.
tambang adalah 24,6%, pada anak laki-laki Prevalensi kecacingan adalah jumlah
prevalensinya 22,8% dan pada anak perempuan sampel tinja yang positif terinfeksi cacing dibagi
adalah 26,9%.3 dengan jumlah murid yang diperiksa dikalikan
Demikian pula dengan hasil penelitian dengan 100%.5
yang dilakukan pada murid Kelas I SDN
Karyawangi Parongpong menunjukkan bahwa
dari 72 murid yang diperiksa tinjanya ada HASIL
sebanyak 72,2% yang positif terinfeksi cacing
Ascaris lumbricoides.4 Dari sebanyak 142 sampel tinja yang berhasil
Beberapa penelitian sebelumnya dikumpulkan, diperoleh hasil pemeriksaan tinja
menunjukkan bahwa prevalensi kecacingan seperti tertera pada Tabel 1.
pada murid sekolah dasar masih tergolong Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 16
tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh sampel tinja yang dikumpulkan dari SD
data prevalensi kecacingan pada murid SDN di Cihanjuang II, maka ditemukan ada dua sampel
Desa Cihanjuang Rahayu. Penelitian ini penting tinja yang positif terinfeksi cacing, yaitu cacing A.
sebagai langkah awal untuk pemberantasan lumbricoides dan T. trichiura. Sedangkan dari 44
penyakit infeksi akibat kecacingan pada murid sampel tinja yang berasal dari murid SDN
sekolah dasar, sehingga diharapkan pada waktu Tutugan Rahayu, ada tujuh sampel tinja yang
yang akan datang dapat dilakukan survei positif terinfeksi cacing dan jenis cacing yang
menyeluruh terhadap siswa/siswi SDN lainnya. ditemukan adalah A. lumbricoides dan T.
Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Sampel Tinja pada Murid SDN di Cihanjuang Rahayu
Jumlah Sampel Jenis Cacing
SDN Sample Positif A. lumbricoides T. trichiura E. vernikularis N. americanus &
(%) A. duodenale
Cihanjuang II 16 12,5 1 1 - -
Tutugan 44 15,9 4 3 - -
Rahayu
Cihanjuang IV 39 15,4 2 2 1 1
Mekar 43 16,3 5 1 - 1
Rahayu
Total 142 12 7 1 2

Demikian pula hasil yang diperoleh dari ditemukan sebanyak 22 sampel tinja
pemeriksaan tinja pada murid SDN Cihanjuang yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa rata-
IV, dari 39 sampel tinja yang dikumpulkan maka rata prevalensi kecacingan di SDN di Desa
ditemukan ada enam sampel yang positif Cihanjuang Rahayu sebesar 15,5%.
terinfeksi cacing dari jenis A. lumbricoides, T. Gambar berikut ini adalah gambar yang
trichiura, E. vermicularis, dan cacing tambang. diambil dari hasil pemeriksaaan tinja murid SDN
Sedangkan dari hasil pemeriksaan 43 sampel di Desa Cihanjuang Rahayu.
tinja murid SDN Mekar Rahayu, terdapat tujuh
sampel tinja yang positif terinfeksi cacing, jenis
cacing yang ditemukan adalah cacing A. PEMBAHASAN
lumbricoides, T. trichiura, dan cacing tambang.
Jadi, dari seluruh sampel tinja yang Dari hasil pemeriksaan sampel tinja yang bera-
berjumlah 142 sampel yang diperiksa, maka sal dari murid SDN Cihanjuang II, maka ditemu-

Gambar 1 Telur A. lumbricoides yang Gambar 2 Telur A. lumbricoides Fertil


Berasal Sampel Tinja Berasal dari Sampel Tinja

Gambar 3 Larva A. lumbricoides yang Gambar 4 Telur E.Vermicularis yang


Berasal dari Sampel Tinja Berasal dari Sampel Tinja

Gambar 5 Telur T. trichiura yang Gambar 6 Telur Cacing Tambang yang


Berasal dari Sampel Tinja Berasal dari Sampel Tinja
kan sekitar 12,5% terinfeksi cacing, dan sampel yang rawat inap. Hal ini menunjukkan
tinja yang berasal dari murid SDN Tutugan bahwa pada usia sekolah dan usia produktif
Rahayu, terdapat 15,9% terinfeksi. masih sangat sedikit yang datang berobat ke
Demikian pula hasil yang diperoleh dari rumah sakit, dan tampaknya lebih banyak kasus
pemeriksaan tinja pada murid SDN Cihanjuang yang terjadi di masyarakat jika dibandingkan
IV, ditemukan sekitar 15,4% terinfeksi cacing, dengan data yang tercatat.11
serta hasil pemeriksaan sampel tinja murid SDN Sebenarnya ada berbagai macam faktor
Mekar Rahayu, terdapat 16,3% yang terinfeksi. yang mempengaruhi prevalensi kecacingan di
Jenis cacing yang ditemukan pada suatu daerah. Hal ini berhubungan dengan pola
murid Sekolah Dasar Negeri di Desa Cihanjuang perilaku hidup bersih dan sehat yang memper-
Rahayu adalah cacing A. lumbricoides (cacing hatikan higienis dan sanitasi lingkungan.
gelang), T. trichiura (cacing cambuk), E. vermicu- Perilaku hidup bersih dan sehat
laris (cacing keremi), serta N. americanus dan A. merupakan sekumpulan tindakan (perilaku)
duodenale (cacing tambang).8 yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai
Jenis cacing yang paling banyak ditemu- hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang
kan dalam sampel tinja yang diperiksa dalam atau keluarga dapat menolong diri sendiri
penelitian ini adalah cacing gelang (54,5%), (memecahkan masalah-masalah) di bidang
kemudian diikuti oleh cacing cambuk (31,8%) kesehatan, serta berperan aktif dalam mewu-
dan cacing tambang (9,1%), serta yang paling judkan kesehatan masyarakatnya. Pelaksanaan
sedikit adalah cacing keremi (4,5%). perilaku hidup bersih dan sehat secara langsung
Berdasarkan hasil pemeriksaan terha- maupun tidak langsung berpengaruh terhadap
dap 142 sampel tinja yang dikumpulkan dari penanggulangan masalah kesehatan melalui
murid-murid SDN yang berada di Desa pencegahan terjadinya kesakitan maupun
Cihanjuang Rahayu, maka ditemukan tingkat kematian. Pembinaan hidup bersih dan sehat ini
prevalensinya sebesar 15,5%. dilaksanakan baik di rumah tangga, di sekolah, di
Prevalensi merupakan suatu ukuran tempat kerja, serta di tempat umum dan sarana
keadaan suatu penyakit di suatu populasi pada kesehatan. Indikator perilaku hidup bersih dan
suatu waktu atau periode tertentu.9 Dengan kata sehat antara lain, makan dengan gizi berimbang,
lain, pada saat penelitian ini dilakukan ada ketersediaan air bersih, adanya jamban, tingkat
sebanyak 15,5% dari murid-murid SDN terinfeksi kepadatan hunian, dan lain-lain.11
atau mengidap penyakit cacing. Sistem pembuangan kotoran manusia
Jika prevalensi kecacingan ini lebih dari melalui jamban sangat erat kaitannya dengan
20%, maka perlu dilakukan pengobatan masal.5 kondisi fisik lingkungan dan risiko penularan
Dalam hal ini, hasil pemeriksaan yang didapat penyakit khususnya penyakit infeksi saluran
masih lebih rendah dari 20% sehingga tidak pencernaan. Pada tahun 2006, ada sebesar
perlu dilakukan pengobatan masal tapi perlu 60,77% rumah tangga mempunyai fasilitas tem-
pengobatan individual. pat pembuangan kotoran manusia milik sendiri,
Prevalensi infeksi cacing pada murid 13,53% menggunakan fasilitas milik bersama,
sekolah dasar di Desa Cihanjuang ini sebenar- 10,93% menggunakan fasilitas milik umum, dan
nya masih jauh lebih rendah jika dibandingkan 14,77% tidak mempunyai fasilitas tempat
dengan hasil penelitian yang dilakukan pembuangan kotoran. Persentase rumah tangga
sebelumnya pada murid Kelas I SDN Kartika XI- yang mempunyai tempat penampungan
12 Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong pembuangan tinja hanya 47,46% dan yang
yang prevalensinya mencapai 24,6%.3 lainnya melalui kolam/sawah 15,27%, sungai/
Demikian pula dengan hasil penelitian danau/laut 22,21%, lobang tanah 11,99%, dan
yang dilakukan pada murid Kelas I SDN pantai/kebun/ lainnya 1,44%.11
Karyawangi Parongpong menunjukkan angka Kunci pemberantasan kecacingan ada-
prevalensi kecacingan sebesar 72,2%.4 Hasil lah memperbaiki higiene dan sanitasi lingkung-
penelitian ini masih jauh lebih tinggi jika diban- an. Misalnya, tidak menyiram kebun sayur
dingkan hasil penelitian yang diperoleh dari SDN dengan air got yang tercemar tinja. Sebaiknya,
Cihanjuang Rahayu. bilas sayur mentah dengan air mengalir atau
Prevalensi kecacingan yang cukup mencelupkannya beberapa detik kedalam air
tinggi juga diperoleh dari studi yang dilakukan mendidih. Juga tidak jajan di sembarang tempat,
pada murid sekolah dasar di Pemalang Jawa apalagi jajanan yang terbuka. Biasakan pula
Tengah, didapatkan infestasi cacing gelang mencuci tangan sebelum makan, bukan hanya
(38,847,1%) dan cacing tambang (18,8 sesudah makan. Dengan demikian, rantai
39,6%) yang merupakan penyakit cacing yang penularan kecacingan bisa diputus.8
paling sering dijumpai.10
Penyakit infeksi dan parasit lainnya
pada kelompok usia 544 tahun di Provinsi Jawa Ucapan Terima kasih
Barat pada tahun 2006 ada sebesar 0,91%
penderita yang rawat jalan dan 2,12% penderita Terima kasih penulis sampaikan kepada Dinas
Pendidikan Kecamatan Parongpong dan Kepala 4. Frans DA. Prevalensi ascariasis pada murid
Sekolah SDN di Desa Cihanjuang Rahayu yang kelas I SDN Karyawangi Parongpong Bandung
telah membantu dalam pengumpulan tinja. (Skripsi). Bandung: Universitas Advent
Terima kasih pula disampaikan kepada Indonesia; 2003.
Lembaga Penelitian Universitas Advent
Indonesia yang telah membiayai penelitian ini. 5. Prasetyo RH. Helmintologi kedokteran.
Yogyakarta: Airlangga University Press; 1996.
Dari hasil penelitian ini, maka dapatlah
disimpulkan bahwa: prevalensi kecacingan pada 6. Ismid IS, Winita R, Sutanto I, Zulhasril,
murid SDN yang terletak di Desa Cihanjuang Sjarifuddin PK. Penuntun praktikum
Rahayu adalah 15,5%. Dari 22 sampel positif, parasitologi kedokteran. Jakarta: FKUI; 2000.
maka ditemukan 12 sampel (54,5%)
mengandung cacing A. lumbricoides, 7 sampel 7. Iwan A. Survei kecacingan di 3 SDN dan 1 MI
(31,8%) mengandung cacing T. trichiura, 1 Kota Banjar [Online] (diunduh 21 Juli 2008).
sampel (4,5%) mengandung E. vermicularis, dan Te r s e d i a d a r i : h t t p : / / w w w. b a n j a r -
2 sampel (9,1%) mengandung cacing tambang. jabar.go.id/redesign.cetak. php?id=533
Pencegahan infeksi cacing dapat dilakukan 8. Departemen Kesehatan RI. Mengintip ulah
melalui menjaga kebersihan diri dan lingkungan. cacing perut, oh seram [Online] (diunduh 21
Juli 2008).Tersedia dari: http://www.depkes.
go.id/index.php?option =article&task.
DAFTAR PUSTAKA
9. Departemen Kesehatan RI. Metodologi
1. Onggowaluyo S, Ismid IS. Gangguan fungsi penelitian kesehatan penuntun latihan
kognitif akibat infeksi cacing yang ditularkan metode penelitian. Jakarta: Pusat Penelitian
melalui tanah. MKI. 1998;48(5):198-204. Penyakit Tidak Menular; 1999.

2. Tjitra E. Penelitian-penelitian soil-transmitted 10. Rahmat ES, Setianingrum SW. Perbandingan


helminth di Indonesia. Cermin Dunia efektivitas pengobatan cacing dengan
Kedokteran. 1991;72:12-5. piperasin vs levamisol pada murid SD. MKI.
3. Pasaribu MR. Pemeriksaan infeksi cacing 1997;47(9):435-40.
tambang dengan teknik natif pada murid kelas I
SDN Kartika XI-12 Desa Karyawangi 11. Departemen Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Parongpong Bandung (Skripsi). Bandung: Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2006.
Universitas Advent Indonesia; 2003. (Skripsi) Bandung: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
Barat; 2007.

Anda mungkin juga menyukai