5. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, dan transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan
modal ventura;
6. Penghasilan dari transaksi pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan (harta berupa tanah
dan/atau bangunan dan usaha real estate);
1
1. Penerima bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan
bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
2. Penerima hadiah undian;
3. Penjual saham dan sekuritas lainnya; dan
4. Pemilik properti berupa tanah dan/atau bangunan;
2. penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta gerak;
6. penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut serta dalam
pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan;
2
8. keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha tetap.
Hal yang paling mendasar PPh Pasal 24 ini adalah adanya batas maksimum yang boleh
dikreditkan seperti yang tercantum dalam ayat 2 Pasal 24 UU PPH seperti tersebut di atas.
Penggabungan Penghasilan yang berasal dari Luar Negeri :
1. Penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya penghasilan.
2. Penghasilan berupa dividen, dilakukan dalam tahun pajak pada saat perolehan dividen tersebut.
3. Penghasilan lainnya, dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan tersebut.
4. Kerugian yang diderita di luar negeri tidak boleh digabungkan dalam menghitung Penghasilan
Kena Pajak di Indonesia.
Mekanisme Pengkreditan PPh yang Dibayar di Luar Negeri :
1. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di Luar Negeri dapat dikreditkan dengan Pajak
Penghasilan yang terutang di Indonesia.
2. Pengkreditan PPh yang dibayar di Luar Negeri (PPh Pasal 24) dilakukan dalam tahun pajak
digabungkannya penghasilan dari luar negeri tersebut dengan penghasilan di Indonesia.
3. Jumlah PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan maksimum sebesar jumlah yang lebih rendah di
antara PPh yang dibayar atau terutang di Luar Negeri dan jumlah yang dihitung menurut
perbandingan antara penghasilan dari luar negeri dan seluruh Penghasilan Kena Pajak, atau
maksimum sebesar PPh yang terutang atas seluruh Penghasilan Kena Pajak dalam hal di dalam
negeri mengalami kerugian (Penghasilan dari LN lebih besar dari jumlah Penghasilan Kena
Pajak).
Untuk melaksanakan pengkreditan pajak luar negeri, Wajib Pajak wajib menyampaikan
permohonan kepada direktur Jenderal Pajak dengan melampirkan :
1. Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri;
2. Fotokopi surat pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri; dan
3. Dokumen pembayaran pajak di luar negeri.
Permohonan kredit pajak luar negeri tersebut harus disampaikan bersamaan dengan
penyampaian Surat Pembeitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. Namun, atas permohonan Wajib
Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian lampiran-lampiran
permohonan tersebut karena alasan-alasan di luar kemampuan wajib pajak (force majeur).
Atas permohonan wajib pajak, Kepala KPP dapat memperpanjang jangka waktu
penyampaian lampiran-lampiran di atas, karena alasan-alasan di luar kekuasaan wajib pajak :
1. Dalam hal terjadi perubahan besarnya penghasilan yang berasal dari luar negeri, wajib pajak
harus melakukan pembetulan SPT Tahunan yang bersangkutan dengan melampirkan dokumen-
dokumen yang berkenaan dengan perubahan tersebut.
2. Apabila karena pembetulan SPT tersebut menyebabkan PPh kurang dibayar, maka atas
kekurangan bayar tersebut tidak dikenakan sanksi bunga.
3. Apabila karena pembetulan SPT tersebut menyebabkan lebih bayar, maka atas kelebihan tersebut
dapat dikembalikan kepada wajib pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak lainnya.
3
3. KETENTUAN KHUSUS PPh ATAS TRANSAKSI / INDUSTRI TERTENTU
4
No Tarif Besaran Transaksi Saham
1 0,1% (nol koma Nilai transaksi penjualan saham
satu persen)
2 Tambahan 0,5% Nilai saham perusahaan pada saat penutupan bursa
(nol koma lima efek di akhir tahun 1996
persen)
3 Tambahan 0,5% Nilai saham pada saat Penawaran Umum Perdana
(nol koma lima (IPO) dalam hal saham perusahaan
persen) diperdagangkan di bursa efek setelah 1 Januari
1997
Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari transaksi
penjualan saham di bursa adalah:
1) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997;
2) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 282/KMK.04/ 1997.
4. Konstruksi
PP Nomor 51 Tahun 2008 mengenal beberapa tarif yaitu :
1) 2% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan penyedia jasa yang berkualifikasi usaha kecil;
2) 4% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan penyedia jasa yang tidak memiliki
berkualifikasi usaha;
3) 3% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan penyedia jasa yang berkualifikasi usaha
menengah dan besar;
4) 4% untuk perencanaan atau pengawasan konstruksi yang dilakukan penyedia jasa yang
berkualifikasi usaha; dan
5) 6% untuk perencanaan atau pengawasan konstruksi yang dilakukan penyedia jasa yang tidak
berkualifikasi usaha.
5
5. Pajak Penghasilan atas Dana Pensiun
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 234/PMK.03/2009 bahwa Penghasilan yang
diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan dari
penanaman modal berupa:
1) bunga, diskonto, dan imbalan dari deposito, sertifikat deposito, dan tabungan, pada bank di
Indonesia yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah, serta Sertifikat Bank Indonesia;
2) bunga, diskonto, dan imbalan dari obligasi, obligasi syariah (sukuk), Surat Berharga Syariah
Negara, dan Surat Perbendaharaan Negara, yang diperdagangkan dan / atau dilaporkan
perdagangannya pada bursa efek di Indonesia; atau
3) dividen dari saham pada perseroan terbatas yang tercatat pada bursa efek di Indonesia,
dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan.
6. Restrukturisasi Utang
Restrukturisasi hutang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2001 mengenai
pemberian keringanan Pajak Penghasilan kepada Wajib Pajak yang melakukan restrukturisasi utang
usaha melalui lembaga khusus yang dibentuk pemerintah.
Restrukturisasi hutang hanya dapat dilakukan oleh Satuan Tugas Prakarsa Jakarta. Keringanan
pajak diberikan pada kreditur dan juga debitur berdasar rekomendasi Komite Kebijakan Standar
Keuangan yang berada di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Selain itu,
dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 Pasal 4 ayat (1) huruf k mengatur pembebasan pajak
dengan mengurangi Pendapatan Kena Pajak debitur sebesar pembebasan pajak yang diterima
debitur bagi debitur yang menerima pembebasan hutang hinga batasan 350 juta Rupiah.
(Pembebasan itu tidak menjadi penghasilan bagi debitur) Kreditur juga menerima keringanan pajak
berupa pengurangan penghasilan sebesar pembebasan pajak yang diberikan kreditur seperti diatur
di dalam UU PPh pasal 6 ayat (1) huruf h. Hal ini juga berlaku bagi pembebasan bunga. ( Tidak
akan mengurangi peghasilan kena pajak kreditor)
Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor Kep. 28/PJ71999, pengakuan
penghasilan atas pembebasan hutang bagi wajib pajak tertentu memutuskan bahwa keuntungan dari
penghapusan hutang dari kreditur dalam pelaksanaan program pemerintah, pengakuan penghasilan
atas penghapusan hutang tersebut dapat diakui bertahap selama 5 tahun, tiap tahun sebesar 20% dari
total penghapusan hutang. Kreditur juga dapat memilih untuk mengakui keuntungan pembebasan
hutang tersebut secara sekaligus. Kreditur harus melaporkan hal ini kepada Kantor Pelayanan Pajak
6
setempat, jika tidak, maka kreditur akan dianggap mengakui keuntungan pembebasan hutang
tersebut secara sekaligus.
8
Tabel Tarif PPh Pasal 15
Penyetoran &
No Uraian Tarif x DPP Dasar Hukum
Pelaporan
Setor dengan
menggunakan SSP,
1,8%x Peredaran Bruto dengan:
yang diterima KMK
Charter
berdasarkan perjanjian KAP: 411129, 475/KMK.04/199
1 Penerbangan
charter. 6
Dalam Negeri KJS: 101
TIDAK FINAL SE 35/PJ.4/1996
Dilaporkan dalam SPT
Masa PPh Pasal 15,
dilaporkan paling
lambat tanggal 20 bulan
berikutnya.
Disetor oleh
pemotong: disetor
paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya.
Disetor sendiri:disetor
paling lambat tanggal 15
bulan berikutnya
Perusahaan
Pelayaran Setor dengan KMK
1,2% x Peredaran bruto
2 Dalam Negeri menggunakan SSP, 416/KMK.04/199
FINAL dengan: 6
KAP: 411128 SE 29/PJ.4/1996
KJS: 410
Setor dengan
menggunakan SSP,
dengan:
KAP: 411128,
9
KJS: 411
9. Dana Pensiun
Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-333/PJ/2001 pasal 2 menyatakan:
10
Dengan adanya pengalihan tanggung jawab pembayaran pensiun dari Dana Pensiun yang telah
disahkan Menteri Keuangan kepada perusahaan asuransi jiwa, maka perlakuan perpajakan terhadap
pembayaran pensiun adalah sebagai berikut :
1) Pada saat tanggung jawab pembayaran pensiun dialihkan kepada perusahaan asuransi jiwa,
Peserta dianggap telah menerima hak atas manfaat pensiun yang dibayarkan secara sekaligus,
sehingga Dana Pensiun wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 149 Tahun 2000 jo. Keputusan Menteri Keuangan Nomor
112/KMK.03/2001 tanggal 6 Maret 2001, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Penghasilan bruto di atas Rp 25.000.000.00 (dua puluh lima juta rupiah) sampai dengan Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dipotong PPh Pasal 21 sebesar 5% (lima persen);
b. Penghasilan bruto di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah), dipotong PPh Pasal 21 sebesar 10% (sepuluh persen);
c. Penghasilan bruto diatas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dipotong PPh Pasal 21 sebesar 15% (lima belas
persen);
d. Penghasilan bruto di atas Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dipotong PPh Pasal 21
sebesar 25% (dua puluh lima persen); dan
e. Dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 21 apabiia penghasilan bruto sebesar Rp
25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) atau kurang.
2) Pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) bersifat final.
3) Dengan adanya pengalihan tanggung jawab pembayaran pensiun kepada perusahaan asuransi
jiwa maka program pensiun berubah menjadi program asuransi sehingga pada saat peserta
menerima hak atas manfaat pensiun tersebut, perusahaan asuransi jiwa tidak melakukan
pemotongan PPh Pasal 21.
10. Derivatif
Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 Tahun 2009 menyatakan:
Pasal 1
Penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh orang pribadi atau badan dari transaksi derivatif
berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat
final.
Pasal 2
Besarnya Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah sebesar 2,5% (dua
koma lima persen) dari margin awal.
Pasal 3
11
(1) Lembaga kliring dan penjamin wajib memungut Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 pada saat menerima penyetoran margin awal oleh pialang berjangka atau
anggota bursa.
(2) Lembaga kliring dan penjamin wajib menyetor seluruh pajak yang dipungut sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada kantor pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
(3) Lembaga kliring dan penjamin wajib menyampaikan laporan pemungutan dan penyetoran
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepada Kantor
Pelayanan Pajak.
12