1. Pendahuluan
Semua sistem yang mengupas hal mengenai atom, molekul, dan kristal dapat dijelaskan secara eksak dengan
menggunakan persamaan mekanika kuantum yang diberikan oleh Schrdinger. Schrdinger telah mampu memberikan
solusi mekanika kuantum dari atom Hidrogen dengan sangat gemilang. Hal ini membuat para fisikawan dan kimiawan
tertarik untuk melakukan hal yang sama pada atom-atom lainnya. Namun hal itu tidaklah mungkin diselesaikan secara
eksak menggunakan mekanika kuantum. Diperlukan suatu metoda lainnya untuk menghitung interaksi elektron-elektron,
nuklei-nuklei, dan nuklei-elektron, yaitu suatu aproksimasi (non-eksak).
Pada awalnya, teorema Bloch hadir untuk memecahkan permasalahan pada persamaan Schrdinger. Teorema Bloch
menggunakan translasi simetri untuk menghasilkan fungsi gelombang bidang kristal periodik yang terdiri atas orbital-
orbital kristal yang disebut pita elektronik sehingga persoalan yang banyak bisa diwakilkan pada satu unit sel saja.
Kemudian semakin lengkap dengan hadirnya teori pertukaran dan korelasi yang menjelaskan bagaimana seharusnya
elektron-elektron berinteraksi dalam orbital yang kemudian disusul pula oleh postulat Pauli yang melarang terjadinya dua
buah elektron dalam satu orbital dengan arah spin yang sama.
Hadirnya teori pertukaran dan korelasi bukanlah tanpa masalah. Hal ini membuat para ilmuwan semakin yakin bahwa
persoalan elektron ini tidaklah mampu diselesaikan secara eksak. Hadirlah kemudian Hartree dan Fock (HF) yang untuk
pertama kalinya mengajukan suatu pendekatan (aproksimasi) yang disebut self consistent field untuk menghitung
keberadaan interaksi elektron. Walaupun demikian, formulasi HF ini belumlah cukup karena tidak memasukan perhitungan
korelasi di dalamnya.
Density Functional Theory (DFT) merupakan teori berbasiskan kerapatan yang saat ini banyak dipakai karena
kemampuannya dalam menjelaskan interaksi elektron dengan baik. Teori berbasiskan kerapatan dikemukakan pertama kali
oleh Thomas dan Fermi, namun saat itu teori mereka belumlah akurat. DFT hadir berdasarkan dua teorema Hohenberg dan
Kohn yang diformulasikan sebagai the excact theory of many-body system.[1] Mereka menyatakan bahwa potensial
ekternal Vext(r) ditentukan secara unik oleh ground state particle density n0(r) dan bahwa ground state energy dari sebuah
sistem adalah nilai terminimum dari fungsi energi E[n] dan kerapatan n(r) yang meminimisasi fungsi ini adalah the excact
ground state density n0(r). Dengan mendapatkan nilai kerapatan pada keadaan terendah (ground state), maka akan dapat
pula ditentukan fungsi gelombang pada keadaan terbawah 0 yang secara teoritis akan dapat menentukan semua
properties sebuah sistem. Kohn dan Sham kemudian mengemukakan suatu trik yang sangat jenius dalam memformulasikan
DFT menjadi mungkin untuk dihitung pada sistem riil dengan banyak elektron.
Saat ini seiring dengan kemajuan teknologi komputer sudah banyak tersedia program-program perangkat lunak
berbasiskan DFT untuk memecahkan permasalahan elektron. Sebagai contoh, diantaranya tersedia perangkat lunak VASP,
Ab Init, Quantum Espresso, ADF, dan Machikaneyama2000 untuk menghitung struktur material periodik serta tersedia pula
Gaussian03 dan Mopack untuk menghitung struktur material cluster. Di Indonesia khususnya, bidang keahlian komputasi
ini masih sangat kurang diminati mahasiswa karena berbagai alasan. Salah satu kendalanya adalah kerumitan dalam
formulasi matematis. Walaupun sebenarnya saat ini untuk melakukan suatu perhitungan berbasiskan DFT hanya
memerlukan kemampuan penggunaan perangkat lunak, wawasan dasar teori kuantum dan fisika material tetap diperlukan
untuk bisa memodelkan struktur material dan menganalisis hasil perhitungan. Oleh karena itu, dalam manuskrip ini
dijelaskan secara singkat mengenai dasar dalam pemodelan struktur material, khususnya padatan, sebagai tahap awal
dalam menggunakan perangkat lunak berbasiskan DFT. Sedangkan penjelasan mengenai bagaimana menganalisis hasil
suatu perhitungan akan disampaikan di manuskrip lain .
2. Apa saja yang bisa dilakukan dengan komputasi
Dalam dunia komputasi material dikenal istilah perhitungan ab initio atau first principle dan istilah semiempirik. Suatu
perhitungan dikatakan ab initio atau first principle jika dalam seluruh perhitungannya hanya digunakan hukum-
hukum/teorema/postulat matematika dan ilmu pengetahuan (dalam hal ini DFT). Sedangkan suatu perhitungan dikatakan
semiempirik apabila dalam perhitungannya disertakan pula data-data empirik seperti hasil eksperimen, dll.
Pada dasarnya suatu hasil perhitungan komputasi material menghasilkan suatu penjelasan terhadap sifat dan proses
material yang sudah diketahui dan juga memberikan prediksi sifat dan proses fundamental dari suatu hypothetical material
dalam skala atomik, yang justru kebanyakan tidak bisa dilakukan di laboratorium. Sifat-sifat dan proses fundamental yang
bisa diamati menggunakan DFT diantaranya adalah sifat magnetik, sifat elektrik, proses adsorpsi, proses dekomposisi, dll.
3. Trend perhitungan
Terdapat dua trend utama dalam komputasi material, khususnya padatan, yaitu bulk calculation dan surface calculation.
Bulk calculation adalah perhitungan sebuah model material padatan dalam 3D. Bulk calculation dengan posisi atom-atom
freeze sangat bermanfaat untuk optimisasi nilai konstanta lattice, energi cutoff, dan k-points dari suatu model. Sedangkan
surface calculation adalah perhitungan sebuah model 2D berbentuk layer yang kemudian dapat pula disusun menjadi bulk
3D berupa susunan layer-layer dan sebuah ruang vakum di atasnya agar tidak berinteraksi dengan surface lain hasil
periodiknya (dikenal sebagai slab model). Kini di berbagai lembaga penelitian material, termasuk di Tohoku University
(Kawazoe group), Osaka University (Kasai group), dan The University of Wisconsin (Mavrikakis group), perhatian lebih
dipusatkan pada surface calculation. Salah satu alasan dari banyak keistimewaan surface calculation adalah karena
material katalis, yang kini banyak diperlukan di berbagai proses industri dan energy source, dapat dihitung menggunakan
slab model dan mampu menghasilkan prediksi yang baik.
a). b).
2/3
a
2/3
2a
b).
a).
a). b).
a). b).
2/3
1/3
a(3/8)
a/8 a/2 1/3 2/3
7.3 Diamond
Contoh unsur yang memiliki tipe kristal (bravais) diamond adalah karbon (C), silikon (Si), germaniun (Ge), dan timah (Sn-)
Bravais diamond memiliki 18 bola atom per satu unit sel (Gambar 7.7 (a)) dan dua atom per satu sel primitif, yaitu pada
1 1 1
posisi 0,0,0 dan /4, /4, /4 (lihat Gambar 7.7 (b)). Sedangkan ketiga lattice vektor primitifnya adalah sebagai berikut:
A(1) = a X + a Y
A(2) = a Y + a Z
A(3) = a X + a Z
a). b).
-4.6
Nilai konstanta lattice sebenarnya adalah konstanta
3.6 3.8 4 4.2 4.4 4.6 lattice dengan energi terrendah. Dari kurva di samping,
-4.7
konstanta lattice dengan energi terendah dapat
-4.8
ditemukan dengan cara mencari nilai akar-akar positif
-4.9
dari persamaan y(x), yaitu 3.923 . Persamaan y(x)
-5
didapatkan melalui proses fitting (regresi) orde empat.
-5.1
Untuk memodelkan struktur fcc(111) dengan 3x3 unit
-5.2
y= 3.0944x4 - 54.522x3 + 361.23x2 - 1064.6x + 1170.6 sel dapat dilakukan secara mudah dengan cara saling
-5.3
menempelkan struktur fcc(111) primitif sebanyak 9
buah di sampingnya. Pada gambar di samping diper-
16 17 18 lihatkan hasil model fcc(111) 3x3 unit sel dimana atom-
A(1) = (3/2)a X + 0a Y + 0a Z
1/2 (10+a*(N-1)/3)/a. Dengan konstanta
A(2) = (-3/8)a X + 3.(3/8) aY+ 0a Z
lattice a=3.887, N adalah banyaknya
A(3) = 0a X + 0a Y + 3,12642a Z - layer dan lebar vakum 10 -1/(3,12642.3)
dan (Zn1 x , TM x/ 2 , TM x/ 2 )O untuk sistem dengan momen magnet antar TM anti-paralel (anti-ferromagnetik).
Dari hasil eksperimen (akan lebih baik jika dari hasil perhitungan sendiri menggunakan perangkat lunak yang sama)
diketahui konstanta lattice a = b = 3.2495 , c = 5.2069 dan u = 0.345. Lattice vaktor menggunakan lattice vektor primitif
yang sudah dijelaskan di atas, sehingga posisi atom-atom adalah sebagai berikut:
B(1) = 1/3 A1 + 2/3 A2
B(2) = 2/3 A1 + 1/3 A2 + A3
B(3) = 1/3 A1 + 2/3 A2 + u A3
B(4) = 2/3 A1 + 1/3 A2 + ( + u) A3
Atau dalam koordinat kartesian (dalam satuan konstanta lattice a dan c) adalah sebagai berikut:
B(1) = 0.00000000a 0.00000000a 0.00000000c
B(2) = 0.50000000a 0.28867513a 0.50000000c
B(3) = 0.00000000a 0.00000000a 0.34500000c
B(4) = 0.50000000a 0.28867513a 0.84500000c
Dengan file input specx sebagai berikut: (detail tutorial menggunakan Machikaneyama2000 dapat dibaca referensi [10])
dan file input fmg sebagai berikut (untuk membalikan arah spin atom Mn yang kedua):
../data/namafile 1 2 3 4
../data/namafile 12 -3 4
serta dilakukan kalkulasi untuk setiap keadaan, setiap ketidakmurnian, dan setiap konsentrasi, didapatkan hasil berikut:
Dengan menerapkan rumus E = EAF - EF dan nilai positif
menunjukkan kestabilan alloy pada keadaan ferromagnetik,
maka dari gambar di samping didapatkan kesimpulan bahwa
ZnO dengan ketidakmurnian V, Cr, Fe, Co, atau Ni
merupakan kandidat untuk menghasilkan alloy dengan sifat
ferromagnetik.
Cat.: sistem dengan energi total lebih rendah adalah sistem
yang lebih stabil.
*Pada Machikaneyama2000, lattice vektor primitif diberikan secara otomatis sesuai tipe bravais yang dipilih dalam file
input specx. Untuk dapat mendefinisikan lattice vektor yang lebih besar dapat dibaca referensi [10] bagian 3.2 halaman 5.
9. Referensi
[1] Martin, Richard, Electronic Structure Basic Theory and Practical Methods, Cambridge University Press, 2004.
[2] Dronskowski, Richard, Computational Chemistry of Solid State Materials, Weinheim: WILLEY-VCH Verlag GmbH & Co.,
2005.
[3] http://mathworld.wolfram.com/GaussianElimination.html
[4] M.J.S. Spencer, N. Todorova, I. Yarovsky, H2S dissociation on the Fe(100) surface: An ab initio molecular dynamics
study, Surf. Sci. 602 (2008) 1547.
[5] http://www.vlab.msi.umn.edu/events/download/tutorial_wyckoff.pdf
[6] Center for Computational Material Science, Naval Research Laboratory Washington DC, Crystal Lattice Structures,
November 2008, http://cst-www.nrl.navy.mil/lattice/
[7] http://dcwww.camd.dtu.dk/campos/Dacapo/tut/exercise2/exercise2.html
[8] http://cms.mpi.univie.ac.at/vasp/
[9] http://sham.phys.sci.osaka-u.ac.jp/~kkr
[10] http://www.ghfecher.de/Run_AKAI-KKR.pdf
When you decide something based on what you wanna be in the future, you will never find the meaning of your efforts, but when you
understand what people and the world need in the future and you are there for them, your life will be meaningful