Anda di halaman 1dari 112

PERANAN KOMITE AUDIT DALAM MENINGKATKAN

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL


( Studi kasus pada PT. Ultrajaya Milk Industri & Trading Company )

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat
dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama

Disusun oleh :
Nama : Yudi Suardi
NRP : 01.05.041

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA


Terakreditasi (Accredited)
S.K. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor : 014/BAN- PT/AK-XII/SI/VI/2009
Tanggal 12 Juni 2009
BANDUNG
2009
PERANAN KOMITE AUDIT DALAM MENINGKATKAN
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL
( Studi kasus pada PT. Ultrajaya Milk Industri & Trading Company )

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat
dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama

Disusun oleh :
Nama : Yudi Suardi
NRP : 01.05.041

Menyetujui,
Dosen Pembimbing,

( H. Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si., Ak. )

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi, Ketua Program Studi Akuntansi,

( Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak. ) ( Eriana Kartadjumena, S.E., M.M., Ak. )
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Yudi Suardi


NRP : 01.05.041
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 02 Februari 1987

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Peranan Komite Audit dalam


Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan Audit Internal, adalah benar dan
hasilnya sendiri. Bila terbukti tidak demikian, saya bersedia menerima segala
akibat yang telah ditetapkan. Demikian skripsi ini dibuat sebagaimana mestinya.

Bandung, 15 Desember 2009


Penulis

Yudi Suardi
ABSTRAK

PERANAN KOMITE AUDIT DALAM MENINGKATKAN


EFEKTIVITAS PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL

Komite audit dalam kegiatannya meliputi melaksanakan penelaahan,


mengevaluasi dan mereview pengendalian sistem intern yang dilaksanakan oleh
audit internal, serta memberikan rekomendasi hasil laporan audit internal.
Sedangkan pelaksanaan audit internal di dalam organisasi perusahaan untuk
mengendalikan intern perusahaan yang optimal dan efektif. Pelaksanaan audit
internal diukur dari standar pelaksanaan berdasarkan Standar Profesional Audit
Internal (SPAI).
Penelitian ini dilakukan pada PT Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company Tbk dengan data yang diperoleh dari kuesioner. Tujuan penelitian ini
dilakukan adalah untuk mengetahui kefektivitasan pelaksanaan audit internal dan
untuk mengetahui peran komite audit dalam meningkatkan efektivitas
pelaksanaan audit internal.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi
analisis dengan pendekatan studi kasus, sedangkan untuk memperoleh data
dilakukan dengan penelitian lapangan berupa wawancara, observasi, dan
kuesioner (data primer). Selain itu juga dilakukan penelitian kepustakaan untuk
mendapatkan data sekunder sebagai landasan teoritis yang dipakai untuk dasar
pertimbangan dengan kenyataan yang ada selama dilakukannya penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pelaksanaan audit internal pada PT Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company Tbk telah dilakukan dengan efektif dan demikian pula dengan komite
audit dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaa audit internal pada PT Ultrajaya
Milk Industry & Trading Company Tbk telah dilaksanakan dengan efektif. Hal ini
dapat dilihat dari persentase jawaban kuesioner sebesar 84.23%. Jadi hipotesis
yang penulis kemukakan, yaitu: Komite Audit sangat berperan dalam
meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit internal, dapat diterima.
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Puji dan syukur hanya kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Peranan Komite Audit dalam Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan Audit
Internal yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana
Akuntansi pada Universitas Widyatama.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini banyak mendapat
bantuan berupa bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, untuk itu pada
kesempatan ini penulis ingani mengucapakan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Kedua orang tua, papah dan mamah tercinta serta adik-adikku, Andi dan Adie
tersayang yang telah memberikan doa, kasih sayang, perhatian, semangat
serta dukungan moril dan materil dikehidupan penulis.
2. Bapak H. Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing
yang dengan telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk
membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyelesaian
skripsi.
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Koesbandijah A.K., M.S., Ak., selaku Ketua Badan Pengurus
Yayasan Widyatama Bandung.
4. Bapak Dr. H. Mame S. Sutoko, Ir, DEA, selaku Rektor Universitas
Widyatama.
5. Bapak Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Widyatama.
6. Bapak Eriana Kartadjumena, S.E., M.M., Ak. selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.
7. Bapak Usman Sastradipraja, S.E., M.Si., AK. selaku Sekretaris Program Studi
Akuntansi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama sekaligus dosen wali
penulis.
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Universitas Widyatama yang telah banyak
memberikan bimbingan selama masa perkuliahan penulis.
9. Seluruh Staf dan Karyawan Universitas Widyatama yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada Bapak Zainal Kholiddin, S.E., selaku Staf General Affair di
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Co., terima kasih telah mengarahkan
penulis untuk melakukan penulisan dan bersedia meluangkan waktu nya
dalam rangka penyusunan skripsi ini
11. Untuk Widya Saraswati, S.E. Daya dan keluarga, yang selalu memberikan
dukungan, nasihat, saran sama gemblengan nya dan bantuan materil serta
doanya yang sangat memberikan motovasi dan semangad dalam
menyelesaikan skripsi ini. Makasih ya Nyon.....
12. Buat sahabat-sahabatku Dgangstah yaitu Anna Ratna Kurnia Sari Ano,
Arini Sri Wahyuni Arin, Dewi Rahmi Azachra Dedew, Nida Annisa
Djayadikarta Needa, Widya Saraswati Daya, Ratih Windarti Wewe,
Aditya Pratama Dower, Ali Subrata Abah, Fajar Shidiq Zay,
Muhammad Miftah Ibrahim Meep, Riza Ahmad Fuazi Iza Cribs, Kang
Yoga Kakang. Sahabat yang selama ini menguatkan, meneguhkan dan
banyak mendoakan penulis. Terima kasih untuk support kalian yang tidak
terputus, untuk kesetiaan dan pengorbanan serta selalu mengajak jalan-jalan
disaat jenuh dan juga telah mengenalkan dengan seseorang yang telah sangat
berati dalam hidup ini.
13. Buat sahabat-sahabat SD Sabang anak kelas 6C yang sekarang suka ngumpul
bareng lagi.
14. Buat Om Aan, Tante Yeyen, dan Tante Santi yang selalu memberi dukungan
pada penulis.
15. Kepada teman-teman angkatan 2005, teman-teman kepanitiaan mabim
2006,2007,2008 yang telah banyak membantu penulis selama masa
perkuliahan.
16. Buat anak-anak TRASH di Jl. Taruna raya yang selalu memberikan support
juga pada penulis.
17. Buat anak-anak POS Daniel, Abe, Egi, Firman, Acay, Rendy, Midun, Armi,
Berry, Robby, Arly, Dian, Abi, Opick, Candra, Dicky, Riza, Meep, Gilang,
Emir, Husni, Zam-zam, Milvan, Sukma, Anjar, Faldin, Allen, Riska, Rizny,
Achie, Mutty, Ronal, Sinyo, Dean, Ayam, Nova, Mamoth, Rangga, Atis,
Rizky, Bokir, dan semua anak Pos yang belum disebutin, intinya terima kasih
sudah bisa masuk keluarga Pos. Bisa futsal bareng.
18. Buat anak-anak Kelas B Manikam, Amel, Aty, Mayang, Guantina, Denny,
Yudi, Fajar, Rama, Ance, Riche, Anto, Nugie, Adiguna, Avip, Robby, Egi,
dan semua anak Kelas B yang belum disebutin.
Akhir kata semoga Allah SWT memberikan balasan berupa hidayah dan
karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dan semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat serta menambah wawasan tentang Ilmu
Akuntansi bagi siapapun yang membacanya, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, 23 Maret 2009

Yudi Suardi
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................... 5
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ............................................. 6
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................. 6
1.5 Kerangka Pemikiran ............................................................ 7
1.6 Objek dan Metode Penelitian ............................................. 10
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12


2.1 Komite Audit ........................................................................ 12
2.1.1 Pengertian Komite Audit .......................................... 12
2.1.2 Perkembangan Komite Audit ................................. 13
2.1.3 Latar Belakang Terbentuknya Komite Audit ........... 15
2.1.4 Kompisisi dan Persyaratan Anggota Komite
Audit ......................................................................... 17
2.1.5 Tugas-tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit .... 20
2.1.6 Wewenang dan Tanggung Jawab Komite Audit
kepada Audit Internal ............................................... 22
2.1.7 Mengembangkan Komite Audit yang Handal .......... 23
2.2 Audit ..................................................................................... 24
2.2.1 Pengertian Audit ...................................................... 24
2.2.2 Jenis-jenis Audit ....................................................... 25
2.3 Audit Internal ....................................................................... 26
2.3.1 Pengertian Audit Internal ......................................... 26
2.3.2 Karakateristik Audit Internal .................................... 27
2.3.3 Tujuan dan Ruang Lingkup audit Internal ............... 28
2.3.4 Peranan Audit Internal ............................................. 31
2.3.5 Program Audit .......................................................... 34
2.3.6 Pelaksanaan Audit Internal ...................................... 36
2.3.7 Laporan Hasil Audit ................................................. 37
2.3.8 Kinerja Audi t Internal ............................................. 40
2.4 Efektivitas ............................................................................ 44
2.4.1 Pengertian Efektivitas .............................................. 44
2.4.2 Indikator efektivitas Audit Internal .......................... 45

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 49


3.1 Objek Penelitian ................................................................... 49
3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan .................................... 49
3.1.2 Visi dan Misi PT Ultrajaya .................................... 50
3.1.3 Akta Pendirian & Akta Perubahan Anggaran
Dasar Perseroan ........................................................ 51
3.1.4 Lokasi Kantor Pusat dan Pabrik Perseroan .............. 51
3.1.5 Tata Kelola Perusahaan ............................................ 52
3.1.5.1 Anggaran Dasar Perseroan ........................ 52
3.1.5.2 Organisasi Perseroan ................................. 53
3.1.6 Struktur Organisasi Perusahaan ............................... 54
3.1.7 Job Description Perusahaan ..................................... 55
3.1.8 Proses Produksi Perusahaan ..................................... 60
3.1.9 Hasil Produksi dan Daerah Pemasaran .................... 62
3.1.9.1 Hasil Produksi ........................................... 62
3.2.9.2 Daerah Pemasaran 63
3.2 Metode Penelitian ................................................................. 65
3.2.1 Metode yang Digunakan .......................................... 65
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ....................................... 65
3.2.3 Operasional Variabel ................................................ 66
3.2.4 Teknik Pengembangan Instrumen ............................ 69
3.2.5 Rancangan Analisis Data ......................................... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Pelaksanaan Audit Internal .................................................. 72
4.1.1. Independensi Audir Internal PT Ultrajaya Milk
Industry .................................................................... 72
4.1.2 Pemeriksaan Audit Internal PT Ultrajaya Milk
Industry .................................................................... 72
4.1.3 Aktivitas Audit Internal PT Ultrajaya Milk
Industry .................................................................... 74
4.1.4 Prosedur Tetap (Protap) Pelaksanaan Audit
Internal ..................................................................... 76
4.2 Misi, Tugas dan Tata Laksana Komite Audit Komisaris
PT Ultrajaya Milk Industry .................................................. 81
4.2.1 Tugas Komite Audit ................................................. 81
4.2.2 Tugas Khusus ........................................................... 83
4.2.3 Tata Laksana Komite Audit ..................................... 83
4.2.4 Laporan Komite Audit ............................................. 83
4.3 Pembahasan .......................................................................... 84
4.4 Pengujian Data Analisis ....................................................... 90
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan .............................................................................. 93
5.2 Saran .................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 95


LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 96
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Hasil Produksi PT Ultra Jaya ........................................................ 64
Tabel 3.2 Indikator Variabel dan Skala Pengukuran ..................................... 67
Tabel 3.3 Indikator Variabel dan Skala Pengukuran...................................... 68
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Skema Proses Produksi Susu ..................................................... 61


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Struktur Organisasi PT. Ultrajaya Milk Industry &


Trading Co.
Lampiran 2 : Struktur Organisasi Audit Internal PT. Ultrajaya Milk
Industry & Trading Co.
Lampiran 3 : Berita Acara Pemeriksaan Fisik Kas PT. Ultrajaya Milk
Insdustry & Trading Co.
Lampiran 4 : Berita Acara Pemeriksaan Fisik Persediaan PT.Ultrajaya
Milk Industry & Trading Co.
Lampiran 5 : Surat Pemerikaan Audit Internal PT. Ultrajaya Milk
Industry & Trading Co.
Lampiran 6 : Program Operasional Audit PT. Ultrajaya Milk
Industry & Trading Co.
Lampiran 7 : Surat Survey
Lampiran 8 : Kartu Bimbingan Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di kawasan Asia,
terutama Asia Tenggara secara terus menerus berusaha menggalakkan
pembangunan ekonomi, yang merupakan bidang yang selalu mendapatkan
prioritas utama. Faktor utama pertumbuhan ekonomi bersumber dari kemajuan
teknologi dan berhubungan juga dengan tingkat keahlian atau kemahiran dari
sumber daya manusia. Perseroan Terbatas (PT) sebagai salah satu pelaku ekonomi
dengan misi dan peran yang dimilikinya, saat ini mengahadapi tantangan
kompetisi global dunia usaha yang semakin besar.
Dalam era globalisasi sekarang ini telah tumbuh dan berkembang
bermacam-macam perusahaan industri berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang
satu sama lain saling bersaing dalam membangun pertumbuhan ekonomi, di
tambah lagi arus informasi yang bergerak sangat cepat, akurat, dan tepat waktu.
Perseroan Terbatas (PT) baik yang sudah go public maupun tidak atau
belum go public, kepemilikan satuan usahanya terbagi dalam saham-saham yang
dimiliki oleh para pemegang saham. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
merupakan kekuasaan tertinggi dalam Perseroan Terbatas (PT) dan
diselenggarakan sebagai tempat berkumpulnya para pemilik untuk membahas dan
mengambil keputusan atas masalah-masalah yang timbul dalam perusahaan. Bagi
perusahaan yang go public, di mana para pemegang sahamnya tersebar luas di
berbagai daerah di dalam negeri hingga bahkan di luar negeri sangatlah sulit dan
tidak praktis untuk menghadiri RUPS yang terlalu sering.
Deregulasi, desentralisasi, dan demokratisasi dalam perusahaan sebaiknya
tidak hanya menyangkut aktivitas operasionalnya saja, tetapi menyangkut
kewenangan yang dimiliki oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Untuk
itu perlu kiranya sebagian tugas dan wewenang RUPS dilimpahkan kepada
Dewan Komisaris akan terlibat langsung dalam pengelolaan perusahaan bersama
Dewan Direksi perusahaan. Dewan Komisaris umumnya terdiri dari beberapa
orang dengan latar belakang pendidikan dan atau pengalaman yang berbeda-beda.
Dengan sebagian besar kewenangan RUPS dilimpahkan kepada dewan komisaris,
tidaklah mungkin dipikirkan dan ditangani sendiri oleh Dewan Komisaris. Dengan
demikian diperlukan suatu unit independen yang dinamakan Komite Audit.
Salah satu prasyarat implementasi Good Corporate Governance (GCG) di
BUMN dan perusahaan publik Indonesia adalah keberadaan Komite Audit di
dalam organisasi perusahaan. Khusus untuk BUMN, keberadaan Komite Audit
adalah suatu keharusan bagi BUMN yang telah diatur dan ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep-117/M-MBU/2002
yang dikeluarkan pada tanggal 1 Agustus 2002. Selain itu, Komite Audit juga
ditetapkan dalam surat keputusan dari Bapepam Nomor : KEP-41/PM/2003
tanggal 22 Desember 2003 pasal 2 tentang Emitten atau perusahaan publik wajib
memiliki Komite Audit.
Bank, BUMN, dan perusahaan publik wajib membentuk dan
mengembangkan fungsi internal audit yang independen, memiliki staf yang
kompeten, dan didukung sumber daya yang memadai. Fungsi internal audit
memberikan assessment (penilaian) atas pengendalian internal dan proses
pengelolaan risiko kepada Manajemen Senior, Direksi, Komite Audit, dan
Komisaris. Direksi dan komisaris pada bank , BUMN, dan Perusahaan Publik
diwajibkan melaporkan hasil penelitian atas efektivitas pengendalian internal pada
organisasinya termasuk kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku,
dalam laporan tahunan perusahaan. Bank, BUMN, dan Perusahaan Publik
membentuk Komite Audit untuk membina dan mendukung internal auditor dalam
melakukan penilaian atas proses corporate governance, pengelolaan risiko, dan
pengendalian internal. Direksi bertanggung jawab atas proses corporate
governance, pengelolaan risiko, dan pengendalian internal. Dewan Komisaris
bertanggung jawab memonitor efektivitas pelaksanaannya. Oleh karena itu,
internal audit wajib menyampaikan laporannya kepada Direktur Utama dan
kepada Komisaris Utama melalui Komite Audit.
Komite Audit beranggotakan auditor independen yang bertanggungjawab
dan diketuai oleh komisaris independen. Komite Audit bertanggungjawab kepada
Dewan Komisaris dan bertugas untuk memberikan pendapat profesional yang
independen tentang telaah atas informasi keuangan yang dikeluarkan perusahaan,
telaah atas ketaatan peusahaan pada peraturan perundang-undangan pasar modal
serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan
perusahaan dan telaah atas kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan
publik untuk memastikan semua risiko telah dipertimbangkan. Selain itu, Komite
Audit juga bertanggungjawab untuk mendorong terbentuknya struktur
pengawasan internal yang memadai, meningkatkan kualitas keterbukaan dan
pelaporan keuangan, mengkaji ruang lingkup dan ketepatan eksternal audit, biaya
eksternal audit, dan kemandirian serta objektivitas eksternal auditor.
Berdasarkan tinjauan historis dalam artikel yang ditulis oleh Hekinus
(2004 : 5) menunjukkan bahwa keberadaan Komite Audit menjadi semakin
penting terutama untuk memulihkan dan mempertinggi daya tahan perusahaan
setelah berbagai kasus kecurangan yang terjadi. Tujuan pembentukan Komite
Audit umumnya dimaksudkan untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat
terhadap mekanisme akuntansi, auditing, serta sistem pengendalian yang lain
sehingga unsur-unsur pengendalian tersebut tetap optimal dalam sistem ekonomi
pasar.
Masih dari artikel yang dikemukakan Hekinus, disebutkan bahwa hingga
saat ini belum ada kesepakatan mengenai tolak ukur keberhasilan atau efektivitas
suatu Komite Audit. Sementara belum terdapat hasil pembuktian empiris
mengenai hal ini, Summer (1991) berpandangan bahwa Komite Audit di banyak
perusahaan belum melakukan tugasnya dengan baik. Menurut Summer, banyak
Komite Audit yang hanya sekedar melakukan tugas-tugas rutin, karena banyak di
antara mereka tidak memiliki kompetensi dan independensi yang memadai, dan
juga banyak yang belum memahami peran pokoknya. Summer berpendapat bahwa
adanya Komite Audit yang efektif akan memberi perlindungan bagi akuntan
publik yang melakukan kegiatan audit, serta mengangkat hakikat auditor internal
karena pelaksanaan fungsinya akan lebih diperhatikan.
Belum efektifnya Komite Audit juga disebutkan dalam artikel Kompas
(2003) Komisaris Independen PT Indofood Sukses Makmur, Wahjudi Prakarsa
mengatakan bahwa Komite Audit belum bertindak secara benar. Menurut Hekinus
Manao selaku Kepala Pusat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Departemen
Keuangan Republik Indonesia berpendapat bahwa fakta ketidakefektifan Komite
Audit di Indonesia terlihat dari gagalnya Komite Audit pada BUMN dan bank-
bank swasta. Hekinus Manao juga mengatakan kegagalan Komite Audit ini
disebabkan beberapa fakta antara lain peran Komisaris yang oportunis,
pemahaman fungsi Komite Audit masih rendah, kendala implementasi GCG
berkaitan fungsi RUPS yang masih kurang jelas dan masih diperebutkannya
auditor eksternal.
Audit internal yang fungsinya sebagai penilai kegiatan perusahaan
seharusnya memiliki andil yang cukup besar dalam membantu perusahaan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Jasa yang diberikan oleh seorang
auditor internal bisa memberi banyak masukkkan baik untuk auditee yang
diperiksanya, untuk pihak manajemen, untuk Dewan Direksi, untuk Komite
Audit, atau bahkan untuk auditor eksternal, apabila tugasnya dilaksanakan secara
efektif. Peran penting auditor internal di dalam suatu organisasi dapat dilihat
dalam laporan survey Harvard University seperti yang dikemukakan Chamber
(1981 : 10), terdapat dalam majalah Internal Audit No. 3 tahun 1997, yaitu :
Audit internal telah menangani sekitar 30% efisiensi dan efektivitas
kegiatan perusahaan. Di samping itu, audit internal semakin banyak
memberikan kepada manajemen di mana aktivitas audit tidak lagi berfokus
kepada keuangan, namun telah banyak ke bidang operasional antara lain
produksi, penjualan, distribusi, personalia, dsb.

Audit internal yang merupakan alat pengendalian perpanjangan tangan


manajemen dalam melakukan fungsi pengawasan (controlling) adalah penting
untuk membantu manajemen dalam mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan.
Lebih lagi perkembangan saat ini telah menempatkan fungsi audit internal pada
posisi yang lebih penting daripada sebelumnya di mana ada pergeseran peran
audit internal dari suatu fungsi yang bertugas memberikan penilaian dan
pengawasan menjadi suatu fungsi yang dapat memberikan masukkan-masukkan
operasional dan strategis.
Kenyataan ini mendorong penulis untuk mengamati apakah adanya
peranan dan hubungan Komite Audit dengan membantu audit internal dalam
meningkatkan efektivitas pelaksanaanya di dalam perusahaan. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peran Komite Audit dan
hubungan dalam peningkatan efektivitas pelaksanaan audit internal di salah satu
Perusahaan yang berada di Bandung. Jika ternyata peran Komite Audit hasilnya
positif dalam efektivitas pelaksanaan yang dilakukan oleh audit internal, maka
audit internal diharapkan untuk melakukan langkah-langkah perubahan
pelaksanaannya sebagai implikasi dari adanya peranan Komite Audit sehingga
dapat lebih memberikan nilai tambah dalam mencapai tujuan perusahaan
tempatnya bekerja.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : PERANAN KOMITE AUDIT DALAM
MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PELASANAAN AUDIT INTERNAL

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang sebelumnya, penulis
mengidentifikasi masalah yang diangkat dalam peneltian ini adalah :
1. Apakah pelaksanaan audit internal telah berjalan efektif
2. Apakah terdapat peran Komite Audit dalam meningkatkan efektivitas
pelaksanaan audit internal
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data yang
berhubungan dengan berperannya Komite Audit dan meningkatkan efektivitas
pelaksanaan audit internal untuk digunakan peneliti sebagai data penyusunan
skripsi. Skripsi tersebut sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui keefektivitasan pelaksanaan audit internal.
2. Untuk mengetahui peran Komite Audit dalam meningkatkan efektivitas
pelaksanaan audit internal.

1.4 Kegunaan Penelitian


Hasil penelitian yang berkaitan dengan peranan Komite Audit terhadap
efektivitas pelaksanaan audit internal ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Bagi Penulis
Kegiatan penelitian ini dapat memberikan wawasan pengatahuan atas
permasalahan yang diteliti, pengalaman dan bentuk penerapan ilmu yang telah
didapat selama kuliah.
2. Bagi Perusahaan
Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan masukkan dan saran
kepada pihak perusahaan untuk mengetahui pentingnya peran Komite Audit
terhadap efektivitas audit internal dalam suatu perusahaan, dan untuk
mengevaluasi efektivitas unit audit internal di perusahaan sehingga terjadi
perbaikan di masa yang akan datang.
3. Bagi Masyarakat Umum
Diharapkan dari penelitian ini dapat menambah informasi dan wawasan
masyarakat umum mengenai peran Komite Audit terhadap efektivitas
pelaksanaan audit internal.
1.5 Kerangka Pemikiran
Pada perusahaan yang masih memiliki ukuran relatif kecil di mana
operasional atau kegiatan perusahaan dapat dikerjakan beberapa orang, pemilik
atau pimpinan dapat mengawasi dan mengendalikan segala sesuatu yang terjadi
dalam perusahaan secara langsung. Namun, dengan bertambah besar dan
kompleksnya perusahaan, jarak antara manajemen dan pegawai semakin jauh.
Lebih banyak orang yang terlibat dan lebih banyak struktur yang dibutuhkan
dalam perusahaan. Oleh karena itu, penggunaan audit internal adalah sangat
penting bagi perusahaan. Mengenai pengendalian manajemen, Ratliff (2002)
mengemukakan:
The management control process is expected to ensure that organization
is working toward its stated objectives and that required resources to
achieve such goals are available when needed

Manajemen bertanggung jawab atas pengendalian internal organisasi dan


tanggung jawab ini diwujudkan melalui audit internal untuk mengawasi kinerja
sistem pengendalian organisasi, di mana audit internal berfungsi sebagai feedback
untuk manajemen. Audit internal merupakan fungsi dalam organisasi yang
bertugas memeriksa dan menilai aktivitas-aktivitas dalam perusahaan. Tanpa
fungsi audit internal, Dewan Direksi tidak memiliki sumber informasi internal
yang bebas mengenai organisasi, mengingat pengertian audit internal adalah :
Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting
activity designed to add value and improve an organizations operations.
It helps an organization accomplish its objectives by bringing a
systematic, diciplined approach to evaluate and improve the effectiveness
of risk management, control and governance processes (Arens et al,
2003 : 732; Pickett 2004: 3, IIA Research Foundation-IIARF-2004: xxvii).

Untuk mencapai tujuan tersebut audit internal menganalisis, menilai,


memberikan rekomendasi, memberikan bimbingan, dan memberikan informasi
sehubungan dengan aktivitas yang diperiksa. Adanya internal audit selama
ini di dalam perusahaan ternyata kurang dapat memberikan kepercayaan
yang maksimal bagi pihak publik atas efektivitas kinerja perusahaan. Maka
dibutuhkan suatu pihak yang independen yang dapat menjamin kepercayaan
publik terhadap suatu perusahaan yang saat ini dikenal dengan nama Komite
Audit.
Komite Audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang
lebih besar, untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-
tugas khusus (Hiro, 2002:8). Sebuah Komite Audit dapat melayani perusahaan
dengan sangat baik pada saat ia merupakan kelompok independen dan memiliki
tanggung jawab yang pasti, pada saat Ia memiliki akses penuh terhadap informasi
keuangan perusahaan dan pada saat diinformasikan dari semua kepentingan
manajemen.
Menurut Amin Widjaya Tunggal (2002:1), faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas Board of Directors dan Komite Audit
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Board of Director dan
Komite Audit suatu entitas mencakup independensi dari Komite Audit,
pengalaman dan kualitas anggotanya, tingkat keterlibatan mereka terhadap
aktivitas, ketepatan tindakan mereka, tingkat kualitas pertanyaan yang
muncul dan terus dipertanyakan kepada manajemen, serta interaks mereka
dengan auditor internal dan auditor ekstenal.

Lingkungan pengendalian (control environment) dari suatu organisasi


secara signifikan dipengaruhi oleh efektivitas Board of Directors (Dewan
Komisaris, Direksi, dan Komite Audit). Board of Directors dan Komite Audit
umumnya bertugas untuk mengarahkan dan mengawasi suatu entitas. Mereka
bertanggung jawab untuk memonitor operasi dan kemajuan entitas, mengotorisasi
aktivitas tertentu, memberikan nasihat kepada manajemen dan mengawasi
pengendalian intern serta pelaporan keuangan.
Komite Audit harus terhindar dari campur tangan keputusan-keputusan
operasional sehari-hari. Kecuali terhadap jumlah yang terbatas dari pembentukan
suatu lingkungan kontrol yang efektif. Jika Komite Audit mengambil alih fungsi
manajemen, Ia akan kehilangan independensi dan objektivitasnya dalam
hubungan dengan manajemen.
Menurut Surat Edaran Bapepam SE-03/PM/2003, Komite Audit
mempunyai fungsi Dewan Komisaris untuk :
1. Meningkatkan kualitas Laporan Keuangan.
2. Menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat mengurangi
kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan.
3. Meningkatkan efektivitas internal auditor dan eksternal auditor.
4. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris.

Lebih jauh lagi menurut Hiro dan dikutip oleh Kasyful (Media Ak,
2003:49) tentang wewenang dan tanggung jawab Komite Audit kepada auditor
internal atas sebagai referensi kepada auditor internal dalam hal :
1. Melakukan penelaahan terhadap program kerja dan fungsi audit internal.
2. Melakukan pekerjaan untuk bisa membangun dan mengembangkan semua
fungsi audit internal.
3. Melakukan investigasi yang diperlukan dengan atau di bawah kewenangan
dari Kepala Audit Internal ke dalam semua aktivitas perusahaan yang
berhubungan dengan Komite Audit.
Peranan yang baik atas Komite Audit diharapkan dapat memberikan
implikasi yang baik terhadap peran yang mungkin dimainkan oleh auditor internal
dalam mencapai efektivitas pelaksanaan audit internal yang baik.

Menurut Komarudin (1994) pengertian peranan (role) dapat didefinisikan


sebagai berikut :
1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh seseorang dalam
manajemen.
2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status.
3. Bagian dari fungsi seseorang dalam kelompok.
4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada
padanya.
5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.
Pelaksanaan audit internal menurut Standar Profesi Audit Internal (SPAI)
dapat terlihat dari indikator-indikator sebagai berikut :
1. Independensi atau kemandirian bagian internal audit yang membuatnya
terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksa dan keobjektifan para
pemeriksa intern (auditor internal).
2. Kemampuan profesional dan penggunaan kemahiran profesional secara cermat
dan seksama para pemeriksa intern.
3. Lingkup pekerjaan pemeriksaan intern.
4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan intern.
5. Pemantauan tindak lanjut.

Penilaian terhadap efektif tidaknya hasil pelaksanaan yang dilakukan oleh


audit internal dilihat dari keberadaan peranan Komite Audit di dalam perusahaan
itu sendiri, serta hubungan Komite Audit dengan pihak yang berhubungan
langsung dengan auditor internal (pihak auditee), ataupun pihak lain yang ada
hubungannya dengan internal seperti pihak auditor eksternal ataupun pihak-pihak
yang terlibat dalam organisasi profesi yang diikuti oleh auditor intern.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran, maka penulis merumuskan
hipotesis, yaitu : Komite Audit sangat berperan dalam Meningkatkan Efektivitas
Pelaksanaan Audit Internal

1.6 Objek dan Metode Penelitian


1.6.1 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah peranan Komite Audit dalam meningkatkan
efektivitas pelaksanaan audit internal, yang akan diteliti dengan menggunakan
kuesioner.
Pemilihan data-data di atas didasarkan atas pertimbangan untuk
mendapatkan gambaran mengenai peranan Komite Audit dan hubungannya dalam
meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit internal.
1.6.2 Metode Penelitian
Dalam rangka mencari dan mengumpulkan data yang akan dipakai untuk
menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu
metode yang digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan mengenai objek
yang diteliti. Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan
metode survey yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan pertanyaan
lisan dan tertulis. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara
studi literatur. Data yang diperoleh tersebut kemudian akan diolah, dianalisis dan
diproses lebih lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari sehingga dari
data tersebut dapat ditarik kesimpulan.
Teknik yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan ini akan dilakukan dengan cara meneliti data primer yang
merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber data yaitu
perusahaan tempat penelitian yang berupa kuesioner, prosedur-prosedur serta
data-data yang terkait dengan prosedur audit internal dan Komite Audit.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini gunanya untuk memperoleh data sekunder yang merupakan data
yang diperoleh dari orang atau badan lain yang belum dikumpulkan atau
belum diolah menjadi data-data yang diperlukan. Dengan cara mempelajari
buku-buku yang mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti dan dapat
digunakan sebagai landasan teoritis dalam menganalisis masalah, selain itu
dapat digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan studi dan penelitian
dalam lapangan.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian


Dalam penyusunan skripsi ini penelitian dilakukan di PT. Ultrajaya Milk
Industry & Trading Company Tbk, yang berlokasi di Jalan Raya Cimareme 131
Padalarang 40552- Kabupaten Bandung. Waktu penelitian dilakukan mulai dari
bulan September 2009 sampai dengan bulan November 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komite Audit


Telah diketahui secara umum bahwa untuk dapat bekerja secara tepat guna
dalam suatu lingkungan usaha yang kompleks, Dewan Komisaris harus
mendelegasikan beberapa tugas kepada komite-komite. Adanya komite-komite ini
merupakan suatu sistem yang bermanfaat untuk dapat melaksanakan pekerjaan
Dewan Komisaris secara lebih rinci dengan memusatkan perhatian Komisaris
kepada bidang khusus perusahaan atau cara pengelolaan yang baik (governance)
oleh manajemen. Salah satu komite yang umumnya dibentuk adalah Komite
Audit.

2.1.1 Pengertian Komite Audit


Pengertian Komite Audit adalah komite yang bertugas untuk membantu
dewan pengawas organisasi dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian
intern dan efektivitas tugas auditor eksternal dan auditor internal (Hiro, 2004). Di
dalam perusahaan, Komite Audit sangat berguna untuk menangani masalah-
masalah yang membutuhkan integrasi dan koordinasi sehingga dimungkinkan
permasalahan-permasalahan yang signifikan atau penting dapat segera teratasi.
Pengertian Komite Audit menurut Arens et al (2006:84) adalah sebagai
berikut :
An audit committee is a selected number of members of companys Board
of Directors whose responsibilities include helping auditors remain
independent of management. Most audit committees are made up of three
to five or sometimes as many as seven directors who are not a part of
company management.
K.H. Spencer Picket menyatakan pengertian Komite Audit (2006:37)
sebagai berikut :
The audit committee (AC) is a standing committee of the main board and
tends to consist of a minimum of three non-executive directors (NEDs).
Most audit committees meet quarterly and they are now found in all
business and government sectors for larger organization. The format is
normally that the CFO, external audit, CEO and CAE attend whenever
required.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk


mempertahankan independensi dan kebebasan dalam melaksanakan tugasnya
anggota Komite Audit hanya terdiri atas anggota Dewan Komisaris yang bukan
termasuk manajemen perusahaan (tidak terlibat dalam menjalankan operasi
perusahaan).

2.1.2 Perkembangan Komite Audit


Perkembangan Lembaga Komite Audit di Indonesia (Hiro Tugiman, 2004)
adalah sebagai berikut :

Tanggal 5 Oktober 1995


Badan Usaha di Indonesia yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan
terlebih-lebih yang sudah terjun ke pasar modal (go public) sebaiknya diwajibkan
membentuk Komite Audit.

Tanggal 8 Maret 1999


Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara (M-P.BUMN)
dengan Surat Keputusan Nomor : KEP-133/M-BUMN/1999, tentang
Pembentukan Komite Audit Bagi Badan Usaha Milik Negara yang antara lain
mengatur : Komisaris Badan Usaha Milik Negara dapat membentuk Komite Audit
(pasal 2 ayat 1).

Tanggal 6 September 1999


Setelah mengetahui Surat Keputusan yang dikelurkan pada tanggal 8
Maret 1999, Hiro khawatir kalau ada yang bertanya antara lain tentang tugas,
tanggung jawab, hak dan kewajiban dari Komite Audit. Lalu Beliau menyusun
buku Contoh Anggaran Dasar Komite Audit tertanggal 6 September 1999, yang
mana Beliau selanjutnya mengirimkan buku tersebut kepada sebagian besar
Komisaris BUMN di Indonesia (semuanya dibiayai oleh PT Telkom).

Tanggal 19 Juni 2003


Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 19
tahun 2003 tanggal 19 Juni 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, antara lain
mengatur : (1) Komisaris dan Dewan Pengawas BUMN wajib membentuk Komite
Audit yang bekerja secara kolektif atau berfungsi membantu Komisaris atau
Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya (Pasal 70).

Tanggal 29 Juli 2003


Lima organisasi profesi auditor internal Indonesia yang terdiri dari : (1)
The Institute of Internal Auditors (IIA) Indonesia Chapter; (2) Forum Komunikasi
Satuan Pengawasan Internal (FKSPI BUMN/D); (3) Yayasan Pendidikan Internal
Audit (YPIA); (4) Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA); dan
(5) Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII) mengeluarkan Position Paper
# 1/ 2003, yaitu: Rekomendasi Mengenai Peran Audit Internal dalam
Meningkatkan Corporate Governance di Indonesia.
Rekomendasi tersebut disampaikan oleh organisasi profesi auditor internal
kapada Gubernur Bank Indonesia, Menteri BUMN, dan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal; yang isinya antara lain:
(1) Direksi dan Komisaris pada Bank, BUMN, dan Perusahaan Publik agar
diwajibkan melaporkan hasil penilaian atas efektivitas pengendalian intern
pada organisasinya termasuk kepatuhan tarhadap peraturan perundangan yang
berlaku,dalam laporan tahunan perusahaan.
(2) Bank, BUMN, dan Perusahaan Publik agar membentuk Komite Audit untuk
membina dan mendukung auditor internal dalam melakukan penilaian atas
proses corporate governance, pengelolaan risiko, dan pengendalian intern.

Tanggal 22 Desember 2003


Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) mengeluarkan Surat
Keputusan Nomor : KEP-41/PM/2003, tentang Pembentukan dan Pedoman
Pelaksanaan Kerja Komite Audit, antara lain mengatur : Emiten atau Perusahaan
Publik wajib memiliki Komite Audit sebagaimana diisyaratkan dalam lampiran
keputusan ini, selambat-lambatnya pada tanggal 31 Desember 2004.

2.1.3 Latar Belakang Terbentuknya Komite Audit


Perkembangan teknologi setelah revolusi industri memberikan pengaruh
yang besar terhadap perkembangan perekonomian dunia. Dengan perkembangan
teknologi memungkinkan diadakannya mekanisme dan perubahan kerja di
berbagai bidang. Pola kerja lebih cepat dan tepat sehingga lebih efisien dalam
penggunaan sumber daya, dan produk yang dihasilkan lebih optimal. Perubahan
itu berdampak kepada ekspansi usaha yang semakin cepat, yang mana
mengakibatkan semakin besar modal yang dibutuhkan untuk melakukan investasi
baru. Salah satu upaya yaitu dengan melakukan penambahan modal secara go
public.
Karena kepemilikan saham yang dikuasai oleh masyarakat luas baik
nasional maupun internasional, sehingga berakibat kepada sulitnya pengambilan
keputusan pada tingkat tinggi. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai
kekuasaan tertinggi dalam perusahaan, tidak mungkin diadakan sesering mungkin
karena beragamnya pemilik. Di lain pihak, banyak wewenang yang harus
diputuskan oleh RUPS di antaranya (Hiro, 1996:6-7) :
1. Melakukan perubahan dan pengesahan anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga perusahaan.
2. Mengesahkan pertanggungjawaban atas laporan keuangan tahunan.
3. Mengangkat dan memberhentikan Dewan Direksi.
4. Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris.
5. Menyetujui pengeluaran saham baru.
6. Penunjukkan auditor internal.
7. Menyetujui dan mengesahkan revisi rencana kerja dan anggaran sampai
dengan batas tertentu.
8. Menghibahkan harta perusahaan.
9. Mengesahkan dan menyetujui pembentukan perusahaan anak.
10. Menyetujui rencana penjualan aktiva tetap.

Oleh karena itu, perlu dilakukan deregulasi wewenang sehingga sebagian


tugas dan wewenang RUPS dilimpahkan kepada Dewan Komisaris. Tugas RUPS
dibatasi hanya membahas hal-hal yang sangat signifikan yaitu (Hiro, 1995:8) :
1. Pertanggungjawaban laporan keuangan.
2. Perubahan anggaran dasar perusahaan.
3. Pengangkatan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris.

Akibat adanya pelimpahan wewenang kepada Dewan Komisaris, tugas


yang diemban Dewan Komisaris semakin berat. Untuk menangani pekerjaan
Dewan Komisaris, khususnya mengenai masalah pengendalian, dibentuklah suatu
komite, yang beranggotakan Komisaris yang tidak terlibat dalam manajemen serta
dapat dibantu oleh pihak luar yang independen. Komite itu dinamakan Komite
Audit.
Secara kuantitatif maupun kualitatif, pembentukan Komite Audit akan
banyak membantu efektivitas dan efisiensi perusahaan. Bahkan adanya Komite
Audit merupakan suatu keharusan apabila perusahaan tersebut mendaftarkan diri
pada bursa saham di New York Stock Exchange, seperti yang dikemukakan oleh
Arens (1994: 84) :
An audit committee is required for all companies listed on the New York
Stock Exchange
Menurut Hiro Tugiman, keuntungan yang dicapai dengan dibentuknya
suatu Komite Audit, yaitu :
1. Penggabungan keahlian khusus yang dimiliki para anggota komite yang
diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas atau masalah tertentu.
2. Dapat memfokuskan diri secara intensif pada pokok permasalahan, sehingga
masalah dapat diselesaikan dalam periode yang relatif lebih singkat.
3. Masalah-masalah yang berlanjut untuk periode waktu yang lama dapat terus
diawasi.
4. Dapat menimbulkan perasaan terlibat dan partisipasi yang tinggi dalam diri
anggota komite, karena mereka membagi tanggung jawab yang sama atas
penyelesaian masalah.
5. Anggota dapat mengembangkan keterampilan secara bersama-sama.

Dalam hal ini untuk kepentingan Dewan Komisaris, pembentukan Komite


Audit kelihatannya berarti suatu perusahaan/peningkatan penugasan dalam arti :
1. Aktif dalam mekanisme pemeriksaan, baik pemeriksaan yang dilakukan oleh
eksternal auditor maupun yang dilaksanakan oleh internal auditor.
2. Aktif dalam mengadakan penelaahan terhadap kebijakan akuntansi yang
dilaksanakan oleh perusahaan khususnya mengenai laporan keuangan.

2.1.4 Komposisi dan Persyaratan Anggota Komite Audit


Surat Keputusan Menteri P.BUMN Nomor : KEP-133/M-P.BUMN/1999
tanggal 8 Maret 1999 pasal 4 dan 5 telah mengatur komposisi dan persyaratan
anggota Komite Audit yaitu :
Pasal 4
(1) Keanggotaan Komite Audit terdiri dari sekurang-kurangnya :
a. Satu orang Komisaris
b. Dua orang ahli yang bukan merupakan pegawai BUMN yang
bersangkutan.
(2) Salah satu anggota Komisaris sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a,
bertindak sebagai Ketua Komite Audit.
Pasal 5
Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai anggota Komite Audit adalah :
1. Memiliki integritas yang baik dan pengetahuan serta pengalaman kerja yang
cukup di bidang pengawasan / pemeriksaan dan bidang-bidang lainnya yang
dianggap perlu sehingga dapat melaksanakan fungsinya sebagaimana
tercantum dalam pasal 3 secara optimal.
2. Tidak memiliki kepentingan / keterkaitan pribadi yang dapat menimbulkan
dampak negatif dan konflik kepentingan terhadap Badan Usaha Milik Negara
yang bersangkutan, misalnya :
a. Mempunyai kaitan keluarga sedarah atau semenda sampai dengan derajat
ketiga baik menurut garis lurus maupun garis ke samping dengan
pengawas atau pejabat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bersangkutan.
b. Mempunyai kaitan dengan rekanan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bersangkutan.
3. Mampu kaitan dengan rekanan Badan Usaha Milik Negara yang bersangkutan.

Surat Keputusan Bapepam Nomor : KEP-41/PM/2003, tanggal 22


Desember 2003, tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit sebagai berikut :
Pedoman Pembentukan Komite Audit :
1. Struktur Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris dan
dilaporkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham.
2. Anggota Komite Audit yang merupakan Komisaris Independen bertindak
sebagai Ketua Komite Audit. Dalam hal Komisaris Independen yang menjadi
anggota Komite Audit lebih dari satu orang maka salah satunya bertindak
sebagai Komite Audit.

Persyaratan keanggotaan Komite Audit :


1. Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan pengetahuan dan pengalaman
yang memadai sesuai dengan latar belakang pendidikannya, serta mampu
berkomunikasi dengan baik.
2. Salah seorang dari anggota Komite Audit memiliki latar belakang pendidikan
akuntansi atau keuangan.
3. Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan
keuangan.
4. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang peraturan perundangan di
bidang pasar modal dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya.
5. Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik yang memberikan jasa
audit dan atau non-audit pada Emiten atau Perusahaan Publik yang
bersangkutan dalam 1 (satu) tahun terakhir sebelum diangkat oleh Komisaris
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor VIII A2 tentang independensi
Akuntan yang memberikan jasa audit di pasar modal.
6. Bukan merupakan Karyawan Kunci Emiten atau Publik yang bersangkutan
dalam 1 (satu) tahun terakhir sebelum diangkat Komisaris.
7. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Emiten
atau Perusahaan Publik. Dalam hal anggota Komite Audit memperoleh saham
akibat suatu peristiwa hukum maka dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
setelah diperolehnya saham tersebut wajib mengalihkan kepada pihak lain.
8. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Emiten atau Perusahaan Publik,
Komisaris, Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan
Publik.
9. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang
berkaitan dengan usaha Emiten atau Perusahaan Publik.
10. Tidak merangkap sebagai anggota Komite Audit pada Emiten atau
Perusahaan Publik lain pada periode yang sama.

Pedoman Kerja Komite Audit


Secara umum, Audit Committee Charter merupakan misi, wewenang,
kewajiban, dan tanggung jawab Komite Audit Charter tersebut harus mendapat
persetujuan dari Dewan Komisaris.
Audit Committee Charter mendefinisikan :
1. Maksud dan tujuan secara keseluruhan.
2. Ukuran organisasi, keseringan dan waktu pertemuan.
3. Peranan dan tanggung jawab.
4. Hubungan dengan manajemen, auditor internal dan auditor eksternal.
5. Tanggung jawab pelaporan.
6. Wewenang untuk melakukan investigasi khusus.

2.1.5 Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit


Tugastugas Komite Audit seperti yang disebutkan dalam buku Audit
Internal (Hiro, 2002:3) difokuskan pada :
1. Terhadap proses pemeriksaan
Tanggung jawab tertinggi dari Komite Audit dititikberatkan kepada proses
pemeriksaan di lokasi atau area, akan tetapi lebih sering melakukan
penelaahan terhadap ruang lingkup tindak lanjut dari hasil pemeriksaan
auditor eksternal, yang menyangkut :
a. Meyakini bahwa semua temuan atau rekomendasi dari auditor telah
ditanggapi dan ditindaklanjuti oleh manajemen dengan persetujuan/
pemberitahuan kepada auditor.
b. Melakukan penelaahan dan pengujian bersama-sama dengan auditor
terhadap hasil pemeriksaan.
c. Melakukan penelaahan terhadap audit program auditor eksternal.
d. Membahas ruang lingkup pemeriksaan setelah berkonsultasi dengan
auditor.
e. Melakukan penelaahan atas efektivitas dari auditor eksternal.
2. Terhadap Laporan Keuangan
Tanggung jawab Komite Audit yang harus dilakukan dalam laporan keuangan
mencakup :
a. Melihat dan mengamati pembuatan laporan tahunan gabungan dan akun-
akun terkait serta memberikan rekomendasi yang diperlukan.
b. Melakukan penelaahan tengah tahunan terhadap ikhtisar keuangan
termasuk juga perspektus perusahaan sebelum diserahkan kepada Dewan
Komisaris dan sebagai dasar untuk persetujuan.
c. Mengadakan diskusi dengan auditor dan manajemen tentang dasar atau
kebijaksanaan akuntansi yang diterapkan, kebijakan dan aplikasi dalam
penyiapan akun serta menyajikan angka yang sebenarnya ikhtisar
keuangan disertai dengan semua rincian yang diperlukan secara lengkap.
d. Mengadakan penelaahan terhadap kemungkinan adanya perubahan
perlakuan akuntansi di masa yang akan datang.
e. Melakukan penelaahan terhadap semua perubahan dari perlakuan
akuntansi serta pengaruhnya terhadap hukum perusahaan dan
melaporkannya kepada Dewan Komisaris.
3. Terhadap masalah keuangan dan pembelanjaan
Tanggung jawab Komite Audit dalam masalah keuangan dan pembelanjaan
mencakup :
a. Melakukan penelaahan terhadap posisi keuangan gabungan dengan
referensi anggaran kas, deviden yang mungkin diterima atau dibayarkan
dan laba yang diinginkan.
b. Tanggap terhadap proposal dari pejabat berwenang yang berhubungan
dengan :
1) Target keuangan, termasuk target tahunan.
2) Mengadakan pertemuan dengan kelompok penyandang dana dan
memberikan metode alternatif dalam pemilihan mitra penyandang
dana.
3) Mengadakan analisa terhadap batas pembelanjaan modal dalam satu
tahun.
c. Membuat catatan terhadap proposal untuk kegiatan pembelanjaan di atas
jumlah tertentu dan memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris.
d. Melakukan penelaahan terhadap proses pekerjaan untuk kontrak yang
nilainya lebih dari jumlah tertentu.
e. Melakukan penelaahan terhadap dasar disetujuinya investasi yang tidak
ada dalam program perusahaan.
4. Terhadap sistem informasi manajemen
Komite Audit juga melakukan penelaahan terhadap sistem informasi
manajemen yang meliputi :
a. Meyakini akan kebenaran dari sistem informasi manajemen yang
dihasilkan oleh perusahaan.
b. Bertindak sebagai standing committee dari Dewan Komisaris apabila
Dewan Komisaris memberikan hal-hal yang positif tentang kelayakan
laporan keuangan dengan obyek atau perusahaan.

5. Terhadap sistem dan pengendalian


Komite Audit juga melakukan penelaahan terhadap sistem dan pengendalian
dalam bentuk :
a. Melakukan penelaahan terhadap efektivitas dari pengendalian manajemen
dan pengendalian intern.
b. Melakukan penelaahan terhadap sistem pengendalian intern.
c. Melakukan penelaahan dan pengujian yang memadai terhadap sistem
akuntansi dan pengendalian operasi.
d. Melakukan pengawasan dan koordinasi pada kebijaksanaan pengendalian
gabungan dalam hubungannya dengan sistem akuntansi.
e. Tanggap terhadap rekomendasi yang diberikan oleh eksternal auditor
dalam menyangkut akuntansi, pengendalian intern dan masalah lainnya.
f. Melakukan monitoring untuk mengetahui tingkat ketaatan dengan
kebijaksanaan/peraturan yang telah ditetapkan, anggaran, perintah, dan
prosedur yang berhubungan dengan perilaku sikap pejabat/personil
perusahaan.

2.1.6 Wewenang (Authority) dan Tanggung Jawab (Responsibility) Komite


Audit kepada Audit Internal
Menurut Hiro Tugiman, yang dikutip oleh Kasyful (MIA, 2003:49),
wewenang dan tanggung jawab Komite Audit kepada Audit Internal adalah
sebagai referensi kepada auditor eksternal dalam hal :
a. Melakukan penelaahan terhadap program kerja dan fungsi audit internal.
Berdasarkan seminar nasional FKSPI BUMN/BUMD (Antonius:2003), dalam
hubungan dengan perannya untuk melakukan pengawasan terhadap fungsi
audit internal, Komite Audit harus :
1) Memberikan persetujuan atas penunjukkan dan atau pemberhentian Ketua
Audit Internal perusahaan yang diajukan oleh Presiden Direktur.
2) Melakukan review atas charter dari audit internal.
3) Melakukan review atas struktur fungsi audit internal.
4) Melakukan review atas rencana audit tahunan.
b. Melakukan pekerjaan untuk bisa membangun dan mengembangkan semua
fungsi audit internal. Komite Audit harus (berdasarkan seminar nasional
FKSPI BUMN/BUMD:2003) :
1) Memastikan bahwa fungsi audit internal memiliki metodologi, alat bantu,
dan sumber daya yang tepat dan cukup sehingga dapat memenuhi charter
mereka, dan menyelesaikan rencana tahunan audit internal.
2) Melakukan review atas semua laporan audit internal.
3) Memonitor kinerja fungsi audit internal.
4) Memastikan bahwa fungsi audit internal patuh terhadap standar-standar
profesional yang berlaku.
c. Melakukan investigasi yang diperlukan dengan atau di bawah kewenangan
dari Kepala Audit Internal ke dalam semua aktivitas perusahaan yang
berhubungan dengan Komite Audit.
d. Melakukan penelaahan dan pengujian terhadap perencanaan dan mengadakan
koordinasi antara auditor eksternal dan auditor internal untuk memberikan
pelayanan yang efektif.

2.1.7 Mengembangkan Komite Audit yang Andal


Sesuai dengan ruang lingkup Komite Audit yang terkait dengan
pengawasan risiko dan pengendalian internal yang efektif. Dewan Komisaris perlu
mengembangkan Komite Audit (dengan memperhatikan komposisi struktur,
tanggung jawab dan efektivitas) yang andal. Hal yang perlu harus menjadi
perhatian pertama adalah pentingnya anggota Komite Audit memiliki keahlian
dalam bisnis, regulasi, auditing, corporate (financial) reporting, dan corporate
governance. Komite Audit bertanggungjawab untuk mengkaji hasil kerja dan
mengembangkan hubungan kerja yang erat dengan auditor eksternal atau
independen. Komite Audit juga diharapkan memiliki hubungan kerja dan
memberdayakan audit internal atau Satuan Pengawasan Intern (SPI) perusahaan
yang terwujud dengan adanya hubungan langsung.

2.2 Audit
2.2.1 Pengertian Audit
Pengertian mengenai audit internal telah banyak dikemukakan oleh para
ahli. Sebelum mengupas lebih jauh apa itu audit internal, ada baiknya bila kita
mengenal lebih dahulu kata audit itu sendiri.
Pada dasarnya, pemeriksaan atau yang lebih dikenal dengan audit
bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan sudah selaras dengan apa yang telah
disajikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa audit merupakan proses
untuk membandingkan antara kenyataan dengan sesuatu yang seharusnya terjadi.
Hal ini sesuai dari pernyataan Mulyadi (2002:9) yang mendefinisikan auditing
adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antar pernyataan-
penyataan tersebut dengan kinerja yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-
hasil kepada pemakai yang berkepentingan.
Boynton (2006:6) mendefinisikan audit sebagai berikut :
A systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence
regarding assertions about economic actions and events to ascertain the
degree of correspondence between those assertion and established criteria
and communicating the result to interested users.

Arens (2008:4) mendefinisikan audit (auditing) :


Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence
between and information and established criteria. Auditing should be done
by competent, independent person

Pernyataan tersebut mendefinisikan audit sebagai suatu proses


pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat
diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang kompeten
dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian yang
ditetapkan.

2.2.2 Jenis-jenis Audit


Ada beberapa jenis audit yang dikemukakan dan dikelompokkan oleh
Arens et al (2006, 14-15) yaitu :
1. Operational audit (Audit operasional)
Adalah suatu tinjauan terhadap setiap bagian prosedur dan metode operasi
suatu organisasi unuk menilai efisiensi dan efektivitas kegiatan entitas
tersebut. Pada akhir pemeriksaan operasional biasanya diajukan saran-saran
rekomendasi pada manajemen untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas
operasional organisasi.
2. Financial statement audit (Audit laporan keuangan)
Pemeriksaan keuangan merupakan pemeriksaan atas laporan keuangan suatu
organisasi atau perusahaan secara keseluruhan merupakan informasi terukur
yang akan diverifikasi telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu yang
dalam hal ini adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum atas penyajian
laporan keuangan.
3. Compliance audit (Audit ketaatan/kepatuhan)
Pemeriksaan ketaatan merupakan proses pemeriksaan yang
mempertimbangkan apakah klien telah mengikuti atas suatu prosedur atau
peraturan tertulis yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang yang memiliki
otoritas yang lebih tinggi. Biasanya hasil atau laporan dari auditor ketaatan
tidak dilaporkan kepada pihak luar tertentu.
Audit yang dilakukan dapat bermacam-macam. Cashin mengelompokkan
audit menjadi 3 (tiga) cabang seperti yang dikutip oleh Hiro (2002:4) yaitu
independent auditing (audit independen), internal audit (audit internal), dan
governmental auditing (audit pemerintah). Dengan begitu kita dapat mengatakan
bahwa audit internal merupakan bagian dari audit.

2.3 Audit Internal


2.3.1 Pengertian Audit Internal
Audit internal pada dasarnya merupakan suatu fungsi independen yang ada
di dalam perusahaan untuk melakukan pengendalian atas pengendalian internal
perusahaan.
Internal audit pada dasarnya merupakan suatu fungsi yang independen
yang ada di dalam organisasi untuk pengendalian atas pengendalian internal
perusahaan.
Adapun pengertian audit internal menurut Sawyers (2005:10) adalah
sebagai berikut:
Audit internal adalah sebuah penilaian yang sitematis dan objektif yang
dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda
dalam organisasi untuk menentukan apakah:
1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalakan
2. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan
diminimalisasi
3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa
diterima telah diikuti
4. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi
5. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis
6. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif
Semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen
dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya
secara efektif.
The Institute of Internal Auditors telah memberikan definisi baru tentang
audit internal yang dikutip oleh Arens (2008:9) sebagai berikut:
Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting
activity designed to add value and improve an organization operations. It
helps an organizations accomplish its objectives by bringing a systematic,
disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk
management, control and governance processes.

Sementara itu acuan bagi auditor internal di Indonesia dapat kita lihat pada
pernyataan tanggung jawab internal auditor yang disusun oleh Hiro Tugiman
(2006) :
Internal auditing adalah suatu fungsi penilaian yang independen yang
dibuat dalam suatu organisasi dengan tujuan untuk menguji dan
mengevaluasi berbagai kegiatan yang dilaksanakan organisasi.

Sedangkan di dalam SPAI (2004: 5) disebutkan bahwa definisi audit


internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan obyektif,
yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan
operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai
tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan
proses governance.

2.3.2 Karakteristik Audit Internal


Dari definisi di atas terdapat lima konsep yang dikemukakan, yaitu :
Independence and objective, assurance and consulting activity, adding value,
organizational objective, and a systematic and disiplined approach. Independensi
merupakan prasyarat yang dibutuhkan dalam suatu fungsi pemeriksaan.
Courtmanche menganggap bahwa independensi dan objektivitas berkaitan erat
dalam mempengaruhi kecenderungan emosional, tetapi independensi tidak selalu
menghasilkan objektivitas.
Independensi berperan pada saat auditor internal akan mengumpulkan
temuan-temuan dan membuat laporan audit. Independensi tidak lain adalah
kemampuan untuk berbicara atau menuliskan sesuatu yang benar secara bebas
tanpa rasa takut. Masih menurut Courtmanche, seseorang akan mampu bersikap
objektif jika ia mampu melihat realitas dengan tepat. Kemampuan tersebut
dipengaruhi oleh :
a. Kecerdasan
b. Pengetahuan formal/pendidikan
c. Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman
d. Tidak adanya kecenderungan emosional, misal cinta, loyalitas, benci, takut,
kepentingan pribadi, dsb.

2.3.3 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal


Di dalam Standar Profesi Audit Internal (SPAI) yang ditulis oleh
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, standar yang terkait adalah Standar
Atribut 1000 tentang tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab (2004: 8) yang
menyatakan bahwa :
Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab fungsi audit internal harus
dinyatakan secara formal dalam Charter Audit Internal, konsisten dengan
Standar Profesi Audit Internal (SPAI), dan mendapat persetujuan dari
Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi

Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab bagian audit internal harus


didokumentasikan secara tertulis yang formal yang di dalamnya menjelaskan
posisi audit internal dalam organisasi, kewenangan fungsi audit internal untuk
mendapatkan akses tehadap semua catatan, personil dan asset perusahaan yang
diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas dan juga menjelaskan ruang lingkup
fungsi audit internal.
Tujuan audit internal sebenarnya telah tersirat dalam definisi audit internal
itu sendiri, yaitu membantu seluruh anggota manajemen agar dapat melaksanakan
tanggung jawab secara efektif dengan jalan memberikan analisis, penilaian,
rekomendasi, saran dan keterangan dari operasi perusahaan yang diperiksa.
Tujuan utama audit internal menurut IIA (1995:95) adalah :
The objective of internal auditing is to assist number of organization in
the effective discharge of the responsibilities, to the end, internal auditing
furnishes them with analysis, appraisals, recommendations, counsels, and
information concerning the activities reviewed. The audit objective
includes promoting effective control at reasonable cost.

Pengertian dari pernyataan di atas, tujuan audit internal yang


dialihbahasakan oleh Hiro Tugiman (2006:99) dapat dilihat sebagai berikut :
Tujuan pelaksanaan audit internal adalah membantu para anggota
organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggungjawabnya secara
efektif. Tujuan internal mencakup pula usaha mengembangkan
pengendalian yang efektif dengan biaya yang wajar.

Dengan kata lain, tujuan audit internal sangat luas tergantung pada besar
kecilnya organisasi dan permintaan dari manajemen organisasi yang
bersangkutan. Namun tujuan adanya audit internal dalam organisasi adalah
membantu agar para anggota organisasi dapat menjalankan tanggung jawabnya
dengan baik, sehingga setiap organisasi dapat saling bekerja sama satu sama lain,
tujuan organisasi dapat dicapai dengan mudah, dan audit internal dapat menilai
dan menyesuaikan pengendalian internal dalam organisasi agar sesuai dengan
perubahan lingkungan yang sangat cepat agar pengendalian tersebut dapat
berjalan efektif dengan biaya yang wajar.
Wewenang yang dimiliki auditor internal dalam melakukan audit adalah
kebebasan unutk me-review dan menilai kebijakan-kebijakan, rencana, prosedur,
dan sistem yang telah ditetapkan. Wewenang yang diberikan harus bersumber dari
manajemen dan disetujui oleh Dewan Direksi.
Tanggung jawab audit internal menurut Komite Ikatan Akuntan Indonesia
dalam SPAP (IAI, 2001: 322) adalah :
Auditor internal bertanggungjawab untuk menyediakan jasa analisis dan
evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan informasi lain
kepada manajemen entitas dan Dewan Komisaris, atau pihak lain yang
setara wewenang dan tanggung jawabnya tersebut, auditor internal
mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang
diauditnya. Tanggung jawab penting fungsi audit internal adalah
memantau kinerja pengendalian entitas .
Ruang lingkup audit internal menurut Hiro Tugiman (2006:99-100) bahwa
ruang lingkup audit internal menilai keefektifan sistem pengendalian internal serta
mengevaluasi terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian internal
serta mengevaluasi terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian
internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang
diberikan. Pemeriksaan internal harus :
1. Mereview keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi finansial dan
operasional serta cara yang dipengaruhi untuk mengidentifikasi, mengukur,
mengklasifikasikan, dan melaporkan informasi tersebut.
2. Mereview berbagai sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan
kesesuaiannya dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, hukum, dan
peraturan yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan organisasi, serta
harus menentukan apakah organisasi telah mencapai kesesuaian dengan hal-
hal tersebut.
3. Mereview berbagai cara yang digunakan untuk melindungi harta dan bila
dipandang perlu memverifikasi keberadaan harta-harta tersebut.
4. Menilai keekonomisan dan keefisiensian pengguna berbagai sumber daya.
5. Mereview berbagai operasi atau program untuk menilai apakah hasilnya
konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dan apakah
kegiatan atau program tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang
direncanakan.
Dalam buku Standar Profesi Audit Internal (SPAI) tahun 2004, ruang
lingkup audit internal dijelaskan bahwa fungsi audit internal melakukan evaluasi
dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko,
pengendalian, dan governance, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis,
teratur, dan menyeluruh.
1. Pengelolaan risiko (Seksi 2110)
Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi
dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap
peningkatan pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern.
2. Pengendalian (Seksi 2120)
Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara
pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan,
efisiensi, dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan
pengendalian intern secara berkesinambungan. Berdasarkan hasil penilaian
risiko, fungsi audit internal harus mengevaluasi kecukupan dan efektivitas
sistem pengendalian intern, yang mencakup governance, kegiatan operasi dan
sistem informasi organisasi. Hal ini harus mencakup :
a. Efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi.
b. Keandalan dan integritas informasi.
c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Pengamanan asset organisasi.
3. Proses Governance
Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai
untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan-tujuan
berikut:
a. Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai di dalam organisasi
b. Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas
c. Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian kepada unit-
unit yang tepat di dalam organisasi
d. Secara efektif mengkoordinasikan kegiatan dari, dan mengkomunikasi
informasi di antara pimpinan, dewan pengawas, auditor internal, auditor
eksternal, dan manajemen.

2.3.4 Peranan Audit Internal


Peranan audit internal seperti yang disebutkan oleh Courtmanche dan
dalam Hiro (1996:16) menyatakan bahwa :
Pengawas internal berperan untuk membantu para anggota organisasi
agar dapat menyelesaikan tanggung jawab secara efektif. Untuk tujuan
tersebut, pengawas internal menyediakan bagi mereka berbagai analisis,
penilaian, rekomendasi, nasihat, dan informasi sehubungan dengan
aktivitas yang diperiksa.
Sedangkan peranan audit internal yang dikemukakan oleh Hiro (1996:4)
adalah :
Pemeriksa internal berperan dalam memastikan efektivitas dan
kecukupan pengendalian internal yang dijalankan dan membantu anggota
organisasi dalam menjalankan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya
sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dan pada akhirnya
pemeriksa internal ini berperan untuk memperbaiki kinerja perusahaan
secara keseluruhan.

Menurut modul internal auditor di Abad 21 (YPIA, 1999: 25-26)


disebutkan bahwa auditor internal memiliki 3 (tiga) peran, yaitu :
1. Watch dog: auditor internal memperhatikan dan mengingatkan, yaitu :
a. Peran sebagai watch dog melibatkan observasi, penghitungan, dan
pengecekan ulang untuk memastikan bahwa operasi perusahaan sudah
sesuai dengan hukum, peraturan, dan kebijakan organisasi.
b. Proses audit utama dari peran watch dog ini adalah compliance audit
(audit ketaatan). Audit ketaatan ini berfokus pada variasi yang ada pada
sistem (kesalahan, penghilangan, penundaan, dan kecurangan).
c. Audit ketaatan merupakan cara untuk mengidentifikasi variasi-variasi
yang ada pada sistem sehingga perbaikan bisa dilakukan.
2. Consultant : auditor internal menyarankan dan berpartisipasi, yaitu sebagai
partner dari manajemen.
a. Ruang lingkupnya : ekonomis, efisiensi, dan efektivitas.
b. Fokus pada perannya sebagai consultant adalah pemeliharaan sumber daya
perusahaan dan membantu manajemen untuk mengurusnya.
3. Catalyst : auditor internal mengarahkan dan menggerakan yang lain untuk
mematuhi kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen senior. Sebagai
catalyst, auditor internal mencari dampak jangka panjang yang ada dalam
organisasi dengan memfokuskan auditnya pada nilai organisasi untuk jangka
panjang.
Peran aktivitas audit internal dengan Komite Audit sesuai dengan standar
yang berlaku yaitu Standar Profesional Audit Internal (Konsorsium Organisasi
Profesi Audit Internal, 2004) yang meliputi :
1. Meminta komite untuk secara tahunan mereview dan menyetujui charter audit
internal.
2. Bersama-sama komite mereview fungsi dan tanggung jawab laporan
administrasi audit internal untuk memastikan bahwa struktur organisasi
berjalan sehingga pemeriksa internal cukup independen.
3. Di dalam charter dimuat bahwa Komite Audit mereview keputusan dan
pengangkatan Penanggungjawab Fungsi Audit Internal (PFAI), termasuk
penunjukkan dan pemberhentian serta kompensasi PFAI.
4. Di dalam charter dimuat bahwa Komite Audit mereview dan menyetujui
usulan untuk melakukan outsourcing beberapa aktivitas audit internal tertentu.
5. Membantu Komite Audit mengevaluasi kecukupan personalia, budget, dan
cakupan serat hasil pelaporan aktivitas audit internal.
6. Memberikan informasi atas koordinasi fungsi control dan monitoring lainnya,
misal : manajemen risiko, kepatuhan, security, kelangsungan bisnis, legal,
ethic, lingkungan, audit eksternal.
7. Memberikan informasi atas status, posisi rencana pemeriksaan tahunan serta
kecukupan sumber daya dalam melaksanakan tujuannya kepada manajemen
senior dan Komite Audit.
8. Melaporkan pelaksanaan rencana pemeriksaan tahunan yang telah disetujui,
termasuk tugas atau proyek khusus yang diminta oleh manajemen dan Komite
Audit.
9. Memasukkan ke dalam charter audit internal tanggung jawab dari FAI untuk
melaporkan ke Komite Audit secara tepat waktu setiap dugaan fraud yang
melibatkan manajemen atau pegawai yang secara signifikan terlibat.
Audit internal dapat memberikan berbagai layanan kepada organisasi
perusahaan yaitu membantu mengevaluasi aktivitas dalam bidang-bidang :
1. Pengendalian akuntansi internal
2. Pencegahan dan pendeteksian kecurangan
3. Pemeriksaan keuangan
4. Pemeriksaan ketaatan
5. Pemeriksaan operasional
6. Pemeriksaan manajemen
7. Pemeriksaan kontrak
8. Pemeriksaan sistem informasi
9. Pengembangan kualitas internal
10. Hubungan dengan entitas di luar perusahaan

2.3.5 Program Audit


Program audit merupakan perencanaan prosedur dan teknik-teknik
pemeriksaan yang tertulis secara sistematis untuk mencapai tujuan pemeriksaan
secara efektif dan efisien. Selain berfungsi sebagai alat perencanaan juga penting
untuk mengatur pembagian kerja, memonitor jalannya kegiatan pemeriksaan,
menelaah pekerjaan yang telah dilakukan.
Konsorsium Organisasi Audit Internal (2004: 15) mendefinisikan program
audit sebagai berikut :
Dalam merencanakan penugasan auditor internal harus
mempertimbangkan sasaran penugasan, alokasi sumber daya penugasan,
serta program kerja penugasan.

Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa program kerja harus menetapkan
prosedur untuk mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, dan
mendokumentasikan informasi selama penugasan. Program kerja harus
memperoleh persetujuan sebelum dilaksanakan. Penugasan atau penyesuaian atas
program kerja harus segera mendapat persetujuan.
Program audit yang baik mencakup :
1. Tujuan audit dinyatakan dengan jelas dan harus tercapai atas pekerjaan yang
direncanakan.
2. Disusun sesuai dengan penugasan yang bersangkutan
3. Langkah kerja yang terperinci atas pekerjaan yang yang harus dilaksanakan
dan bersifat fleksibel, tetapi setiap perusahaan yang ada harus diketahui oleh
atasan auditor.

Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya program audit antara lain :
1. Memberikan bimbingan prosedur untuk melaksanakan pemeriksaan
2. Memberikan checklist pada saat pemeriksaan berlangsung, tahap demi tahap
sehingga tidak ada yang terlewatkan
3. Merevisi program audit sebelumnya, jika ada perubahan standar dan prosedur
yang digunakan perusahaan.

Manfaat program audit antara lain sebagai berikut :


1. Meratanya pembagian kerja auditor
2. Program audit yang rutin hasilnya lebih baik dan menghemat waktu
3. Program audit memilih tujuan audit yang penting saja
4. Program audit yang telah digunakan dapat menjadi pedoman untuk tahun
berikutnya
5. Program audit menampung pandangan manajer atas mitra kerja
6. Program audit memberikan kepastian bahwa ketentuan umum akuntansi telah
dijalankan.

Kelemahan program audit antara lain :


1. Tanggung jawab audit pelaksanaan terbatas pada program audit saja
2. Sering menimbulkan hambatan untuk berpikir kreatif dan membangun
3. Kegiatan audit menjadi monoton
2.3.6 Pelaksanaan Audit Internal
Empat langkah kerja pelaksanaan audit internal menurut Hiro Tugiman
(2006: 53-78) yaitu sebagai berikut :
1. Perencanaan pemeriksaan, dapat meliputi :
a. Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan
b. Memperoleh informasi dasar tentang kegiatan yang akan diperiksa
c. Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan
pemeriksaan
d. Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu
e. Melaksanakan survei secara tepat untuk lebih mengenali kegiatan
yang diperlukan, risiko-risiko, dan pengawasan-pengawasan, untuk
mengidentifikasi area yang ditekankan dalam pemeriksaan, serta untuk
memperoleh berbagai ulasan dan sasaran dari pihak yang akan diperiksa.
f. Menilai program pemeriksaan
g. Menentukan kapan, kepada siapa hasil pemeriksaan dikomunikasikan
h. Mendapatkan persetujuan untuk perencanaan pekerjaan pemeriksaan
2. Pengujian dan pengevaluasian informasi, pemeriksaan internal haruslah
mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan membuktikan kebenaran
informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan. Proses pengujian dan
pengevaluasian informasi adalah sebagai berikut :
a. Berbagai informasi tentang seluruh hal yang berhubungan dengan tujuan
pemeriksa dan lingkup kerja haruslah dikumpulkan.
b. Informasi haruslah mencakupi, kompeten, relevan, dan berguna untuk
membuat dasar yang logis bagi temuan pemeriksaan dan rekomendasi.
c. Prosedur pemeriksaan, termasuk teknik pengujian dan penarikan contoh
yang dipergunakan, harus terlebih dahulu diseleksi bila memungkinkan
dan diperluas atau diubah bila keadaan menghendaki demikian.
d. Proses pengumpulan, analisis, penafsiran, dan pembuktian kebenaran
informasi haruslah diawasi untuk memberikan kepastian bahwa sikap
objektif pemeriksa terus dijaga dan sasaran pemeriksaan dapat dicapai.
e. Adanya kertas kerja pemeriksaan.
3. Penyampaian hasil pemeriksaan, pemeriksa internal harus melaporkan hasil
pemeriksaan yang dilakukan. Pemeriksaan internal harus menyampaikan
laporan hasil pemeriksaannya.
a. Laporan tertulis setelah pekerjaan pemeriksaan selesai
b. Laporan objektif dan jelas, singkat, konstruktif dan tepat waktu
c. Laporan menyatakan tujuan dan ruang lingkup dari hasil pemeriksaan
d. Laporan mencakup rekomendasi untuk pemeliharaan dan pernyataan
kebrhasilan pelaksanaan disertai tindakan koreksi
4. Tindak lanjut Following up dimana, pekerjaan audit internal tidak berakhir
hanya sampai dengan dikeluarkannya laporan tetapi harus berlanjut dengan
memonitor untuk menentukan apakah tindakan yang tepat telah diambil dan
dilaksanakan sebagaimana diungkapkan dalam temuan-temuan dan saran audit
didalam laporan akhir audit.

2.3.7 Laporan Hasil Audit


Laporan hasil audit menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal
(2004: 16-17) bahwa Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil
penugasannya secara tepat waktu (Seksi 2400).
1. Kriteria Komunikasi (Seksi 2410)
Komunikasi harus mencakup sasaran dan lingkup penugasan, simpulan,
rekomendasi, dan rencana tindakannya.
a. Komunikasi akhir hasil penugasan, bila memungkinkan memuat opini
keseluruhan dan kesimpulan auditor internal (Seksi 2410.1).
b. Auditor internal dianjurkan untuk memberi apresiasi, dalam komunikasi
hasil penugasan, terhadap kinerja yang memuaskan dari kegiatan yang
direview (Seksi 2410.2).
c. Bilamana hasil penugasan disampaikan kepada pihak di luar organisasi,
maka pihak yang berwenang harus menetapkan pembatasan dalam
distribusi dan penggunaannya (Seksi 2410.3).
2. Kualitas Komunikasi (Seksi 2420)
Komunikasi yang disampaikan baik tertulis maupun lisan harus akurat,
objektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap, dan tepat waktu.
3. Pengungkapan atas Ketidakpatuhan terhadap Standar (Seksi 2430)
Dalam hal terdapat ketidakpatuhan terhadap standar yang mempengaruhi
penugasan tertentu, komunikasi hasil-hasil penugasan harus mengungkapkan :
a. Standar yang tidak dipatuhi
b. Alasan ketidakpatuhan
c. Dampak dari ketidakpatuhan terhadap penugasan
4. Diseminasi Hasil-Hasil Penugasan (Seksi 2440)
Penanggungjawab fungsi audit internal harus mengkomunikasikan hasil
penugasan kepada pihak yang berhak.

Laporan hasil audit menurut Hiro Tugiman (2006:191), bahwa laporan


hasil penugasan akan dianggap baik apabila memenuhi 4 (empat) kriteria
mendasar, yaitu :
1. Objektivitas
2. Kewibawaan
3. Keseimbangan
4. Penulisan yang profesional

Dari uraian tersebut dapat diartikan bahwa laporan hasil audit internal
dibuat setelah selesai melakukan audit, laporan ditujukan kepada manajemen.
Pada dasarnya audit internal dirancang untuk memperkuat pengendalian internal,
menentukan ditaatinya prosedur atau kebijakan yang telah digariskan oleh
manajemen dan meyakinkan bahwa pengendalian intern yang telah ditetapkan
cukup baik, ekonomis, dan efektif. Hasil pemeriksaan haruslah dikomunikasikan
secara tepat waktu baik untuk pihak di dalam organisasi, maupun di pihak luar
organisasi. Hasil laporan pemeriksaan harus mencakup sasaran, lingkup
penugasan, simpulan, rekomendasi, dan rencana tindakannya.
Keempat kriteria mendasar menurut Hiro Tugiman dapat diartikan :
1. Objektivitas
Suatu laporan hasil pemeriksaan yang objektif membicarakan pokok persoalan
dalam pemeriksaan, bukan perincian prosedural atau hal-hal lain yang
diperlukan dalam proses pemeriksaan. Objektivitas juga harus dapat
memberikan uraian mengenai dunia auditee dengan tidak menunjuk pada
pribadi tertentu dan tidak menyinggung perasaan orang lain.
2. Kewibawaan
Laporan pemeriksaan tersebut harus dapat dipercaya dan mendorong para
pembacanya menyetujui substansi yang terdapat di dalam laporan tersebut.
Para pembaca belum tentu akan menerima temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi pengawas internal dengan senang hati, namun mereka cenderung
tidak menolaknya. Mereka percaya kepada pengawas internal dan
percaya kepada laporan pemeriksaan. Dipandang dari hal tersebut,
kewibawaan merupakan inti pemeriksaan dan penulisan laporan pemeriksaan
yang efektif.
3. Keseimbangan
Laporan pemeriksaan yang seimbang adalah laporan yang memberikan
gambaran tentang organisasi atau aktivitas yang ditinjau secara wajar dan
realistis. Keseimbangan adalah keadilan.
4. Penulisan yang profesional
Laporan yang ditulis secara profesional memperhatikan beberapa unsur,
yaitu :
a. Struktur
b. Kejelasan
c. Keringkasan
d. Nada laporan
e. Pengeditan
Oleh karena itu auditor internal harus melaporkan hasil pemeriksaan
kepada manajemen dan dapat mengkomunikasikan hasil pemeriksaan tersebut,
apabila terdapat penyimpangan-penyimpangan yang berarti, auditor internal
mengusulkan cara-cara perbaikannya, apabila disetujui oleh manajemen, auditor
internal akan mengawasi perbaikan tersebut.

2.3.8 Kinerja Audit Internal


Unit audit internal atau biro Satuan Pengawas Internal (SPI) merupakan
bagian yang potensial dan esensial untuk melakukan monitoring. Dan agar fungsi
ini efektif, adalah penting bahwa staf audit internal independen baik untuk
operasional maupun akuntansinya, serta melaporkan hasil auditnya langsung pada
pihak yang memiliki otoritas yang lebih tinggi dalam organisasi, baik itu pada top
management ataupun pada Komite Audit. Di samping itu, dalam perannya untuk
pengendalian intern, auditor internal yang memadai dapat memberikan kontribusi
hasil auditnya untuk mengurangi biaya auditor eksternal dengan cara memberikan
bantuan langsung pada auditor eksternal.
Manajemen atau pengelolaan yang berhasil dari satuan audit intern bukan
diukur dari volume atau jumlah temuan yang berhasil dikumpulkan, tetapi lebih
ke arah manfaat yang dapat dirasakan oleh pihak manajemen dengan hadirnya
satuan audit intern ini. Beberapa faktor yang merupakan ukuran keberhasilan
pangelolaan atau satuan audit intern, antara lain adalah :
1. Meningkatkan manfaat dan lingkungan pengawasan
2. Diikutkan oleh pimpinan perusahaan dalam diskusi berbagai masalah strategis
3. Diikutkan untuk berpartisipasi dalam berbagai telaahan bisnis
4. Meningkatkan frekuensi permintaan bantuan oleh obyek untuk memperoleh
dukungan kelancaran pelaksanaan program
5. SDM audit intern dijadikan sumber untuk menetapkan nominasi untuk
mengisi formasi jabatan
6. Peningkatan kemampuan profesionalisme auditor
7. Memperoleh umpan balik dari obyek dan para auditor sebelumnya
Untuk efektif dan berhasilnya fungsi satuan audit intern, maka fungsi ini
harus didukung oleh berbagai komponen atau elemen, yakni :
1. Kelembagaan atau organisasi yang mantap
2. Sumber daya manusia yang profesional
3. Perencanaan jangka panjang
4. Budaya lingkungan yang kondusif
5. Quality assurance satuan audit intern

Dalam menjalankan fungsinya sebagai bagian dari unit audit internal,


auditor internal berpedoman pada standar, pedoman, dan prosedur. Pedoman ini
menyajikan stabilitas, kontinuitas, dan standar pelaksanaan yang dapat diterima,
serta merupakan alat untuk mengkoordinasi berbagai usaha dan tindakan para staf
dan orang-orang yang ada di dalam organisasi satuan audit intern. Pedoman dan
prosedur pengawasan dibutuhkan staf audit untuk :
1. Mencegah masing-masing individu untuk bertindak inkonsisten dan
menyimpang
2. Menetapkan standar untuk meningkatkan kinerja
3. Menyajikan kepastian bahwa produk akhir departemen audit internal
memenuhi standar yang ditetapkan top management

Kinerja unit audit internal yang baik yaitu apabila telah mengikuti dan
sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu Standar Profesional Audit Internal
(SPAI) tahun 2004, yang meliputi :
1. Independensi dan Objektivitas
a. Independensi organisasi
Fungsi audit internal harus ditempatkan pada posisi yang memungkinkan
fungsi tersebut memenuhi tanggung jawabnya. Independensi akan
meningkat jika fungsi audit internal memiliki akses komunikasi yang
memadai terhadap pimpinan dan dewan pengawas organisasi
b. Objektivitas Auditor Internal
Auditor internal harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak memihak
dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan
(conflict of interest)
2. Keahlian dan Kecermatan Profesional
a. Keahlian
Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
kompetensi lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab
perorangan
b. Kecermatan profesional
Auditor internal harus menerapkan kecermatan dan keterampilan dan
kompetensi layaknya dilakukan oleh seorang auditor internal yang prudent
dan kompeten. Dalam menerapkan kecermatan profesional auditor internal
perlu mempertimbangkan :
1) Ruang lingkup penugasan
2) Kompleksitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan
3) Kecukupan dan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan proses
governance
4) Biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan
5) Penggunaan teknik-teknik audit berbantuan komputer dan teknik-
teknik analisis lainnya
3. Lingkup Penugasan
Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap
peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian dan governance, dengan
menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh.
a. Pengelolaan risiko : Fungsi audit internal harus membantu organisasi
dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan
memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan risiko dan
sistem pengendalian intern
b. Pengendalian : Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam
memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi
kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian tersebut, serta
mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan.
Evaluasi sistem pengendalian intern harus mencakup :
1) Efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi
2) Keandalan informasi
3) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
4) Pengamanan asset organisasi
c. Proses Governance
Proses governance dalam mencapai tujuan-tujuan berikut :
1) Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai di dalam
organisasi
2) Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan
akuntabilitas
3) Secara efektif mengomunikasikan risiko dan pengendalian kepada
unit-unit yang tepat di dalam organisasi
4) Secara efektif mengkoordinasikan kegiatan dan mengkomunikasikan
informasi di antara pimpinan, dewan pengawas, auditor internal dan
eksternal serta manajemen
4. Pelaksanaan penugasan
Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus mengidentifikasi,
menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi yang
memadai untuk mencapai tujuan penugasan.
a. Perencanaan penugasan: Auditor internal harus mengembangkan dan
mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan yang mencakup
ruang lingkup sasaran, waktu dan alokasi sumber daya
b. Mengidentifikasi, analisis dan evaluasi informasi: Auditor internal harus
mengidentifikasi informasi yang memadai, handal, relevan, dan berguna
untuk mencapai sasaran penugasan. Auditor internal harus mendasarkan
kesimpulan dan hasil penugasan pada analisis dan evaluasi yang tepat
c. Komunikasi hasil penugasan: Auditor internal harus mengkomunikasikan
hasil penugasan secara tepat waktu. Komunikasi harus mencakup sasaran
dan lingkup penugasan, simpulan, rekomendasi dan rencana selanjutnya
d. Penyampaian hasil penugasan: penanggungjawab fungsi audit internal
harus mengkomunikasikan hasil penugasan kepada pihak yang berhak
5. Pemantauan Tindak lanjut
Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun dan menjaga sistem
untuk memantau tindak lanjut hasil penugasan yang telah dikomunikasikan
kepada manajemen.

2.4 Efektivitas
2.4.1 Pengertian Efektivitas
Pengertian efektif secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti dapat membawa hasil atau berhasil guna, sedangkan pengertian efektivitas
adalah suatu keadaan yang memberikan pengaruh atau keberhasilan usaha.
Efektivitas dapat digambarkan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan
tingkat keberhasilan (atau kegagalan) kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Pengertian efektivitas menurut Anthony dan Govindrajan (2003:150)
adalah sebagai berikut :
Effectiveness is the relationship between a responsibility centers output
and its objective.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas berarti


hubungan antara output yang dihasilkan dan tujuan yang hendak dicapai oleh
perusahaan. Pada dsaranya, efektivitas merupakan derajat keberhasilan bagi suatu
perusahaan, sampai seberapa jauh suatu perusahaan dinyatakan berhasil dalam
usahanya mencapai tujuan perusahaan tersebut. Semakin besar kontribusi output
terhadap tujuan, maka semakin efektif unit tersebut.
Menurut Arens et al (2006:776) mendefenisikan efektivitas sebagai
berikut :
Effectiveness of internal control therefore a part operational auditing is
the purpose is to help on organization operate its business more
effectively of efficiently

Dari definisi tersebut dikatakan efektivitas pengendalian intern merupakan


suatu bagain dari audit operasioanl tujuannya untuk membantu perusahaan untuk
menjalankan kegiatan usahanya agar lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain,
efektivitas mengacu pada pencapaian tujuan perusahaan dan efektivitas lebih
menitikberatkan pada tingkatan keberhsilan organisasi dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Jadi penilaian efektivitas adalah pencapaian sasaran yang
berkaitan dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2.4.2 Indikator Efektivitas Audit Internal


Walaupun sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai indikator apa
yang digunakan untuk menilai efektivitas fungsi audit internal (Manau, 1997:21),
akan tetapi berdasarkan penelitian dari The IIA Research bahwa terdapat 15 (lima
belas) indikator efektivitas audit internal, yaitu :
1. Kelayakan dan Arti Penting Temuan Pemeriksaan beserta Rekomendasinya
(Reasonable and Meaningful Findings and Recommendations)
Tolok ukur ini untuk melihat apakah suatu temuan dan rekomendasi dari audit
internal dapat memberikan nilai tambah bagi auditee dan apakah dapat
dipergunakan oleh manajemen sebagai suatu informasi yang berharga.
2. Respon dari Obyek yang Diperiksa (Auditees Response and Feedback)
Berkaitan dengan tolak ukur pertama tetapi berkenan dengan umpan balik dan
respon dari auditee, apakah temuan dan rekomendasi tersebut dapat diterima
dan dioperasionalisasikan oleh auditee. Temuan pemeriksaan dan
rekomendasi dari auditor yang tidak dioperasionalisasikan dan tidak mendapat
respon dari auditee kemungkinan pula terjadi karena adanya kesalahan dalam
proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor atau sebab-sebab lainnya.
3. Profesionalisme Auditor (Professionalisme of the Internal Audit Department)
Adapun kriteria dari profesionalisme adalah :
a. Independensi
b. Integritas seluruh personal pemeriksaan
c. Kejelian dan ketajaman review pimpinan tim pemeriksa
d. Penampilan, sikap, dan perilaku pemeriksa
e. Kesanggupan dan kemampuan dalam memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan auditee atas permasalahan yang diajukan
f. Kemampuan tim pemeriksa dalam melakukan komunikasi dan didapatnya
tanggapan yang baik dari auditee atau manajemen puncak
g. Pendidikan dan keahlian pemeriksa
4. Tercapainya Program Pemeriksaan (Adherence to Audit Plan)
Meliputi tindakan evaluasi terhadap risiko obyek yang diperiksa serta jaminan
bahwa bidang-bidang yang berisiko tinggi telah ditempatkan sebagai prioritas
utama dalam perencanaan pemeriksaan.
5. Peringatan Dini (Absence of Surprises)
Auditor hanya mampu memberikan laporan peringatan dini baik dalam bentuk
formal maupun informal mengenai kelemahan atau permasalahan operasi
perusahaan serta kelemahan pengendalian manajemen.
6. Kehematan Biaya Pemeriksaan (Cost Effectiveness of The Internal Audit
Department)
Output dari suatu biaya pemeriksaan tidak dapat diukur. Bila pemeriksaan
yang dilakukan dapat meminimalisasi biaya tanpa mengurangi nilai tambah
yang dihasilkan, maka pemeriksaan sudah efektif ditinjau dari tolak ukur ini.
7. Pengembangan Personil (Development of People)
Jika pengembangan personil dianggap menjadi peran yang penting, maka
pimpinan auditor akan menggunakan waktunya dalam pembinaan untuk
penempatan dan pengembangan stafnya.
8. Evaluasi oleh Auditor Eksternal (External Auditor Evaluation of the Internal
Audit Department)
Pendapat dari auditor eksternal terhadap auditor akan mempunyai nilai yang
tinggi bila peran auditor keuangan cukup menonjol. Namun, pada waktu-
waktu tertentu auditor eksternal dapat diminta melakukan pemeriksaan
operasional audit lainnya antara lain dalam hal :
a. Penerapan buku pedoman pemeriksaan
b. Tenaga auditor dan biaya pemeriksaan
c. Penyusunan dan rencana kerja pemeriksaan
d. Objektivitas dan independensi
e. Organisasi bagian internal auditor
f. Kebijakan pemeriksaan
9. Umpan Balik dari Manajemen Lainnya (Operating Managements Feedback)
Umpan balik dari manajemen lainnya bersifat subjektif dan sangat
dipengaruhi oleh profesi auditor itu sendiri. Sampai sejauh mana dukungan
yang diberikan oleh para manajemen lainnya terhadap para auditor dalam
melaksanakan kegiatan pemeriksaan.
10. Meningkatnya Jumlah Pemeriksaan (Number of Requests for Audit Work)
Semakin baik dan semakin meningkat kemampuan auditor maka manfaat dari
audit ini akan semakin dirasakan. Dengan semakin dirasakannya manfaat
tersebut, maka jumlah pemeriksaan pun akan semakin meningkat seiring
dengan perkembangannya.
11. Penyajian Ikhtisar Laporan Keuangan (Audit Directors Report)
Tolok ukur ini berisikan tentang laporan yang disusun oleh auditor yang
antara lain meliputi masalah penyelesaian laporan, perihal temuan-temuan
yang penting, dan pemanfaatan sumber daya.
12. Evaluasi dari Pimpinan terhadap Auditor (Audit Committees Evaluation of
Internal Audit Department)
Tugas atasan tersebut adalah untuk menentukan dan mereview pelaksanaan
tugas pemeriksaan, sehingga penilaian yang baik dari pimpinan atas auditor
akan mengindikasikan bahwa kinerja dan fungsi-fungsi pemeriksaan telah
memadai.
13. Mutu Kertas Kerja Pemeriksaan (Quality of Working Paper)
Mutu kertas kerja pemeriksaan harus diperhatikan oleh auditor karena kertas
kerja pemeriksaan yang baik akan menggambarkan sistematik pelaksanaan
tugas pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor.
14. Internal Review (Result of Internal Review)
Tolok ukur ini berkenaan dengan tindakan review terutama yang dilakukan
oleh pimpinan pemeriksa dalam proses pemeriksaan, mutu dokumen, serta
review atas temuan dan rekomendasi. Review yang memadai atas pelaksanaan
pemeriksaan mengindikasikan profesionalisme yang tinggi dan menjamin
mutu hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor.
15. Penelaahan Organisasi Profesi (Peer Feedback)
Hal ini berkaitan dengan kegiatan pemeriksaan yang dapat diterima dan
dibicarakan di dalam organisasi profesi. Peranan auditor yang menonjol dalam
organisasi profesi akan meningkatkan sisi-sisi baik dalam kemampuan,
profesi, dan efektivitas dari auditor.
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah peranan
Komite Audit dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit internal.
Pemilihan pengukuran peran Komite Audit dan efektivitas pelaksanaan audit
internal bertujuan untuk seberapa besar peran Komite Audit terhadap efektivitas
pelaksanaan audit internal.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis melakukan penelitian di
PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Co., Tbk. Perusahaan ini bergerak
dibidang industri makanan dan minuman ringan yang bertempat di Jl. Raya
Cimareme No. 131 Padalarang, Kab. Bandung, Jawa Barat. Perusahaan ini dipilih
sebagai objek penelitian dengan alasan bahwa di dalam perusahaan tersebut
terdapat unit yang relevan dengan materi penulisan skripsi ini.

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan


Bermula dari usaha keluarga yang dirilis sejak tahun 1960-an oleh Bapak
Achmad Prawirawidjaja (Alm.). PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company
Tbk (Perseroan) terus berkembang, dan saat ini telah menjadi salah satu
perusahaan yang cukup terkemuka di bidang industri makanan & minuman,
khususnya di bidang industri minuman aseptik yang dikemas dalam kemasan
karton. Usaha keluarga yang sejak awal telah bergerak di bidang pengolahan susu
murni itu pada tahun 1970an memasuki tahapan baru dengan menjadi pionir di
bidang industri pengolahan minuman yang diproses dengan teknologi UHT (Ultra
High Temperature) yang dikemas dalam kemasan karton.
Pada awal berdirinya, perusahaan ini merupakan Home Industry
biasa yang memproduksi beberapa macam produk mulai dari obat gosok, pasta
gigi, sampai minuman dari susu. Semua produk tersebut dipasarkan tidak secara
besar-besaran karena modal dan kemampuan produksi yang terbatas, oleh
karena itu produk-produk hanya dipasarkan di daerah-daerah sekitar tempat
produksi, seperti pasar Kosambi, pasar baru dan warung-warung konsumsi rumah
tangga.
Seiring dengan berkembangnya pembangunan di Indonesia pada saat itu,
dimana mulai banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang bermunculan dan
memiliki modal yang sangat kuat. Perusahaan-perusahaan besar tersebut mulai
memasuki pasar, memproduksi dan memasarkan produk-produknya. Hal tersebut
membuat industri-industri kecil seperti Home Industry kalah bersaing. Namun
keberhasilan CV. Jaya Murni yang merupakan cikal bakal dari PT. Ultrajaya Milk
Industry & Trading Co. Tbk, dalam memasarkan produksi susu mendorong
pemilik perusahaan untuk mendirikan perusahaan berbentuk perseroan terbatas di
daerah Padalarang, Kab. Bandung, tepatnya di Jl. Raya Cimareme No.131.
Perusahaan tersebut kemudian dikenal denga nama PT. Ultrajaya Milk
Industry & Trading Co. Tbk, atau singkatnya PT. Ultrajaya. Sebuah perusahaan
yang memproduksi berbagai macam minuman dalam kemasan. Pada awal
berdirinya, PT. Ultrajaya memiliki modal yang terbatas, oleh karena itu proses
produksinya masih dilakukan dengan cara yang relatif masih tradisional, seperti
penggunaan perapian dalam mengolah minuman-minuman yang akan diproduksi.
Seiring dengan mulai berkembangnya perusahaan, dimana volume penjualan terus
meningkat, PT. Ultrajaya melakukan pengembangan-pengembangan dengan
mulai menggunakan mesin-mesin produksi yang lebih modern dan mulai
memproduksi berbagai macam minuman kemasan baru.

3.1.2 Visi dan Misi PT. Ultrajaya


Visi PT. Ultrajaya adalah, menjadi perusahaan industri makanan dan
minuman yang terbaik dan terbesar di Indonesia, dengan senantiasa
mengutamakan kepuasan konsumen, serta menjunjung tinggi kepercayaan para
pemegang saham dan mitra kerja perusahaan.
Sedangkan Misi PT. Ultrajaya, yaitu menjalankan usaha dengan dilandasi
kepekaan yang tinggi untuk senantiasa berorientasi kepada pasar/konsumen, dan
kepekaan serta kepedulian untuk senantiasa memerhatikan lingkungan, yang
dilakukan secara optimal agar dapat memberikan nilai tambah sebagai wujud
pertanggung-jawaban kepada para pemegang saham.

3.1.3 Akta Pendirian & Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan


Perseroan didirikan berdasarkan Akta No. 8 tanggal 2 November 1971,
juncto Akta Perubahan No. 71 Tanggal 29 Desember 1971, yang dibuat oleh
Komar Andasasmita S.H, Notaris di Bandung. Kedua akta tersebut telah
memeroleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan
keputusan No. Y.A.5/34/21 tanggal 20 Januari 1973 dan telah diumumkan dalam
Berita Acara Negara Republik Indonesia No. 34 tanggal 27 April 1973. Tambahan
No. 313. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan.
Perubahan terakhir dilakukan dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat
PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk No. 9 tanggal 20 Juni 2006 dibuat
oleh Fani Andayani S.H., Notaris di Cimahi. Pelaporan tentang perubahan akta ini
telah diterima oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
dengan No. C-20559 HT.01.04.TH.2006 tanggal 13 juli 2006, didaftarkan dalam
Daftar Perusahaan di Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Bandung
dengan TDP No. 102411500112 tanggal 26 Oktober 2000 di bawah Agenda
Pendaftaran No. 603/BH.10.24/VII/06 dan telah diumumkan dalam Berita Acara
Negara Republik Indonesia No. 68 tanggal 25 Agustus 2006, Tambahan No. 890.

3.1.4 Lokasi Kantor Pusat dan Pabrik Perseroan


Kantor Pusat dan Pabrik Perseroan berdiri di atas tanah milik Perseroan
seluas lebih dari 210.000 m2 yang terletak di Jl. Raya Cimareme No. 131,
Padalarang, Kab. Bandung. Lokasi ini sangat strategis karena terletak di daerah
lintasan hasil peternakan dan pertanian sehingga memudahkan pendistribusian
hasil produksinya. Pasokan Bahan baku susu murni dipasok oleh para peternak
sapi yang tergabung dalam Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS)-
Pangalengan, Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU)-Lembang, dan
Koperasi Unit Desa Lainnya.
Buah-buahan segar seperti jambu, mangga, nenas, sirsak, dan lain-lain
dipasok oleh petani buah yang tergabung dalam Koperasi Unit Desa yang berada
di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk menjaga
kelangsungan dan keteraturan pasokan bahan baku ini Perseroan membina dan
memelihara hubungan kemitraan yang sangat baik dengan para peternak sapi
perah dan petani buah. Buah-buahan lain seperti jeruk (orange), leci (lychee), dan
anggur (grape), demikian pula bahan kemasan aseptik (aseptic packaging
materials) untuk produk minuman UHT masih diperoleh secara impor.

3.1.5 Tata Kelola Perseroan


Perseroan menyadari bahwa tata kelola perusahan yang baik merupakan
hal yang sangat penting untuk diterapkan agar dapat menjaga kepercayaan para
Pemegang Saham Perseroan dan melindungi hak-haknya. Oleh karena itu,
Perseroan terus berusaha menerapkan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik
(Good Corporate Governance) secara konsisten dan berkesinambungan, serta
terus berusaha menjadikanya sebagai landasan operasional. Prinsip dasar tata
kelola perusahaan yaitu transparasi, akuntabilitas, pertanggung-jawaban,
independensi, dan keadilan terus diusahakan untuk dikembangkan dan diterapkan.
Prinsip-prinsip dasar tersebut tercermin dalam anggaran dasar dan organ
perseroan.

3.1.5.1 Anggaran Dasar Perseroan


Sebagai badan hukum yang didirikan di Indonesia dalam kegiatan sehari-
harinya, Perseroan selalu berusaha untuk memenuhi semua ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Sehubungan dengan
itu, seluruh Anggaran Dasar Perseroan telah dirubah dan disesuaikan dengan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tetang Perseroan Terbatas, dan sebagai
perusahaan terbuka Perseroan juga telah menyesuaikannya dengan Undang-
undang Pasar Modal.
Di dalam Anggaran Dasar Perseroan antara lain diatur tentang tugas dan
wewenang Direksi, tugas dan wewenang Komisaris, tahun buku Perseroan, hal-
hal mengenai Rapat Umum Pemegang saham Perseroan, penggunaan laba, dan
hal-hal pokok dan penting lainnya yang diperlukan dalam mengelola sebuah
perusahaan. Semua ini cukup mencerminkan perlindungan terhadap hak dan
kepentingan dari pemegang saham Perseroan.

3.1.5.2 Organ Perseroan


Dalam UU tentang perseroan terbatas, yang dimaksudkan dengan Organ
Perseroan terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris,
dan Direksi.
RUPS merupakan Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang
tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan komisaris dalam batas yang
ditentukan dalam undang-undang dan/atau Anggaran Dasar Perseroan. RUPS
dalam Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST)
dan/atau Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). RUPST
diselenggarakan setiap tahun atau paling lambat 6 (enam) bulan setelah periode
ditutup.
RUPST berhak untuk :
a. Mengesahkan perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca dan perhitungan
laba rugi dari tahun buku yang baru dan yang telah diaudit oleh Akuntan
Publik.
b. Menyetujui laporan tahunan mengenai keadaan dan jalannya Perseroan.
c. Memutuskan penggunaan laba.
d. Menunjuk akuntan publik yang akan memeriksa buku-buku Perseroan.

Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan


atas kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan Perseroan, serta memberikan
nasihat kepada Direksi. Komisaris mempunyai kewenangan untuk
memberhentikan sementara seseorang atau lebih anggota Direksi yang telah
bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar Perseroan atau perundang-
undangan yang berlaku. Komisaris juga berwenang untuk memeriksa hasil
pembukuan Perseroan, dan meminta penjelasan Direksi tetang jalannya Perseroan.
Komisaris memiliki sedikitnya 3 (tiga) orang anggota dan sebanyak-banyaknya 5
(lima) orang anggota, dengan susunan Seorang Presiden Komisaris dan sisanya
Anggota Komisaris.
Direksi adalah Organ perseroan yang bertanggung-jawab penuh dalam
melaksanakan tugasnya untuk kepentingan Perseroan dalam mencapai maksud
dan tujuannya sebaik mungkin, dengan mengindahkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Secara umum Direksi bertugas dan bertanggung-jawab
mengelola Perseroan dalam mencapai tujuannya. Direksi juga berkewajiban untuk
menjamin bahwa semua aset Perseroan telah digunakan sesuai peruntukannya
guna kepentingan Perseroan dan para Pemegang Saham Perseroan.
Keanggotaan Direksi terdiri atas sedikitnya 3 (tiga) orang anggota Direksi
dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang anggota, dengan susunan seorang
Presiden Direktur dan sisanya Direktur. Anggota Direksi diangkat oleh RUPS
untuk masa jabatan selama 5 tahun yaitu sejak tanggal yang ditentukan pada
RUPS yang mengangkat mereka, sampai penutupan RUPST tahun ke-5 (lima)
setelah tanggal pengangkatan mereka.

3.1.6 Struktur Organisasi Perusahaan


Struktur organisasi perusahaan merupakan syarat mutlak bagi
suatu perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang sempurna, maka
akan terlihat secara jelas tanggungjawab dan wewenang setiap bagian yang ada
dalam perusahaan tersebut. Struktur yang digunakan oleh PT. Ultrajaya adalah
bentuk struktur organisasi garis dan staff. Bentuk struktur organisasi garis dan
staff ini menggambarkan hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam
organisasi dan bertanggung jawab serta wewenang dalam organisasi tersebut.
(terlampir).
Bentuk garis dan arah vertikal dalam struktur tersebut memerhatikan
bahwa mereka memiliki wewenang secara langsung, dimana bawahan terlibat
dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan dan bertanggungjawab kepada atasannya.
Sedangkan hubungan staff dengan arah horizontal memerlihatkan bahwa bagian
yang ada pada tingkat yang sama saling membantu dan juga membantu pada
bagian diatasnya.
Dari struktur organisasi tersebut dapat terlihat bahwa setiap bagian
memiliki tugas, tanggungjawab, dan wewenang masing-masing. Dalam
pengambilan keputusan, PT. Ultrajaya menggunakan cara sentralisasi dan
desentralisasi. Jika keputusan memengaruhi perusahaan secara keseluruhan, maka
cara yang dipakai adalah sentralisasi. Sedangkan jika keputusan yang diambil
hanya menyangkut pada suatu departemen tertentu, seperti keadaan kantor
perwakilan, maka pengambilan keputusan dilakukan dengan cara desentralisasi.

3.1.7 Job Description


Adapun uraian tugas dari masing-masing jabatan dalam PT. Ultrajaya
adalah sebagai berikut:
1. Shareholders Meeting (Rapat Umum Pemegang Saham)
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan Organ Perseroan yang
mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan
Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang dan/atau
Anggaran Dasar Perseroan. RUPS dalam perseroan adalah Rapat Umum
Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan/atau Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa (RUPSLB). Perseroan wajib menyelenggarakan RUPST setiap
tahun, paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku perseroan ditutup,
sedangkan RUPSLB dapat diselenggarakan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
RUPST berhak untuk :
- Mengesahkan perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca dan
perhitungan laba rugi dari tahun buku yang baru lalu yang telah diaudit
oleh akuntan publik,
- Menyetujui laporan tahunan mengenai keadaan dan jalannya Perseroan,
hasil-hasil yang dicapai dan hal lain yang dialami Perseroan di tahun buku
yang lalu,
- Memutuskan penggunaan laba,
- Menunjuk akuntan publik yang akan memeriksa buku-buku Perseroan,
Sedangkan RUPSLB diselenggarakan untuk memutuskan hal-hal seperti :
- Perubahan anggaran dasar,
- Mengangkat dan memberhentikan Komisaris dan/atau Direksi, dan
- Memutuskan hal-hal lain yang memang menjadi kewenangannya.
2. Board of Commissioners (Komisaris)
- Melakukan pengawasan atas kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan
Perseroan, serta memberikan nasihat kepada Direksi,
- Memberhentikan sementara seorang atau lebih anggota Direksi yang telah
bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar Perseroan atau perundang-
undangan yang berlaku,
- Memeriksa semua pembukuan Perseroan, dan
- Meminta penjelasan dari Direksi tentang jalannya Perseroan.
3. Audit Committee (Komite Audit)
- Bertanggung jawab kepada Komisaris,
- Membantu Komisaris dalam mengevaluasi laporan-laporan yang
disampaikan oleh Direksi Perseroan, baik berupa laporan keuangan
maupun laporan kegiatan operasional lainnya,
- Memastikan bahwa laporan keuangan Perseroan telah dibuat dan disusun
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, termasuk telah
diterapkannya Standar Akuntansi Keuangan Indonesia.
- Memastikan Bahwa sistem pengendalian internal telah dilaksanakan
secara memadai.
4. Board of Directors (Direksi)
- Bertugas dan bertanggungjawab mengelola Perseroan dalam mencapai
tujuannya,
- Berkewajiban untuk menjamin bahwa semua aset Perseroan telah
digunakan sesuai peruntukannya guna kepentingan Perseroan dan Para
Pemegang Saham Perseroan,
- Direksi mewakili dan mengikat Perseroan baik di dalam maupun di luar
pengadilan, dan berhak melakukan untuk dan atas nama Perseroan segala
perbuatan pengurusan dan segala perbuatan pemilikan, dengan ketentuan
yang diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan.
5. Corporate Secretary
- Bertugas sebagai penghubung antara Perseroan dengan masyarakat umum
dan memastikan bahwa Perseroan telah mematuhi ketentuan perundang-
undangan,
- Sebagai penghubung antara Perseroan dengan Para Pemegang Saham,
otoritas pasar modal, komunitas pasar modal, biro administrasi efek, media
massa, serta masyarakat umum lainnya,
- Mengikuti perkembangan Pasar Modal dan Bursa Efek, khususnya dalam
masalah ketentuan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang
berlaku di pasar modal.
- Menjalankan dan mematuhi aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang
telah ditentukan di dalam Anggaran Dasar Perseroan, Undang-undang
Pasar Modal, Undang-undang Perseroa Terbatas, dan Undang-undang
serta peratuan pemerintah lain yang berlaku di Indonesia,
- Mematuhi ketentuan-ketentuan Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga
Keuangan (Bapepam & LK) dan Bursa Efek sehubungan dengan
kewajiban-kewajiban Perseroan sebagai perusahaan publik.
- Sekretaris Perusahaan bertanggungjawab kepada Direksi.
6. Internal Audit
- Bertanggungjawab untuk menyusun rencana, melaksanakan, melakukan
koordinasi, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan audit di internal
Perseroan,
- Memberikan masukan berupa opini yang objektif dan independen kepada
Direksi Perseroan serta memberikan saran-saran yang diperlukan,
- Menyampaikan langsung laporan audit kepada Direksi Perseroan setalah
temuan-temuan audit disepakati oleh pihak yang diaudit.
7. Sales & Distribution
- Bertanggungjawab untuk mencapai tingkat volume penjualan yang
menguntungkan bagi perusahaan,
- Bertanggungjawab untuk memelihara dan mengembangkan penjualan
yang efektif dan efisien,
- Bertanggungjawab atas kelancaran proses penjualan dan pendistribusian,
- Membuat Forecasting atau peramalan permintaan konsumen dimasa
mendatang.
8. Human Resources & General Affairs
- Bertanggungjawab terhadap urusan ketenagakerjaan,
- Menyelenggarakan program keterampilan dan pelatihan bagi tenaga kerja,
- Bertanggungjawab terhadap keamanan di lingkungan pabrik,
- Bertanggungjawab terhadap kegiatan operasional kendaraan perusahaan,
- Menjalin hubungan baik dengan pihak-pihak luar (Masyarakat, serta
pihak-pihak yang berkepentingan dengan Perseroan),
- Bertanggungjawab atas kelancaran kegiatan CSR (Corporate Social
Responsibility).
9. Manufacturing
Divisi ini dipimpin oleh seorang manager pabrik (Plant Manager) yang
bertanggungjawab atas kelangsungan kegiatan produksi secara keseluruhan
dan mengatur keseimbangan antara investasi dan produksi.
Plant Manager menbawahi enam bagian:
1) UHT Plant bertanggungjawab terhadap keseluruhan proses produksi
minuman UHT (Ultra High Temperature).
2) SCM/PD Plant (Sweet Condensed Milk/Spray Drier), bertanggungjawab
terhadap proses pembuatan susu kental manis, krimmer kental manis, dan
susu bubuk.
3) Juice Plant, bertanggungjawab terhadap pengendalian mutu bahan baku
dan proses pembuatan pulp buah/jus buah maupun konsentrat buah,
4) Quality Control (QC), bertanggungjawab terhadap pengendalian mutu
bahan baku hingga produk akhir.
5) PPIC (Production Planning and Inventory Control), bertanggungjawab
terhadap perencanaan kegiatan produksi, perencanaan sumber-sumber
daya/material yang dibutuhkan dalam kegiatan produksi, penjadwalan
(scheduling) berbagai kegiatan produksi, penjadwalan tenaga kerja dan
inventory management,
6) MS (Maintenance), bertanggungjawab terhadap perbaikan dan
pemeliaharan dan mesin-mesin, penyediaan utilitas dan penanganan
limbah (Waste Treatment).
10. Marketing
- Menentukan kebijaksanaan dan strategi pemsaran, monitor penjualan,
mengevaluasi kebutuhan Pasar, mengatur pemasaran produk serta
membuat laporan administrasi pemasaran,
- Mengadakan iklan dan promosi yang efsien dan efektif,
- Pembuatan design kemasan produk, sehingga memudahkan komunikasi
visual dengan konsumen,
- Membuat Forecasting atau peramalan permintaan konsumen dimasas
mendatang.
11. Engineering
Bertangungjawab dalam pengembangan, pembangunan dan pemeliharaan fisik
perusahaan termasuk didalamnya masalah pabrik, mesin-mesin dan peralatan
perusahaan.
12. Information & Technology
- Bertanggungjawab terhadap kelancaran sistem data perusahaan melalui
sistem informasi komputer,
- Melakukan koordinasi untuk melakukan pengembangan dan
penyempurnaan dalam hal sistem dan prosedur pencatatan, pengolahan
data serta pelaporan transaksi perusahaan.
13. Finance & Accounting
Mengelola dana perusahaan, melakukan pembayaran, dan melakukan
penagihan dengan perusahaan lain diluar maupun negeri.
3.1.8 Proses Produksi Perusahaan
Dalam melakukan kegiatan proses produksi terutama dalam produk
minuman susu terdapat tiga tahap proses produksi, antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Raw Materials
Dalam memeroleh susu segar, perseroan bekerjasama dengan 4 (empat)
koperasi yang berada didaerah Jawa Barat. Susu yang berasal dari koperasi
tersebut diangkut dengan menggunakan truk tangki berkapasitas 8000-12000
liter dalam keadaan masih segar dan dingin agar mikroba tidak berkembang
dengan cepat. Setelah masuk ke pabrik, susu tersebut diolah ke bagian
reparasi. Pada tahap ini, susu diukur kadar lemaknya 1-2%, apabila lebih maka
rasa susu akan tidak enak.
2. Heat Treatment
Pada tahap ini susu dipasteurisasi, susu dipanaskan pada suhu dibawah 100 C
selama waktu tertentu. Lalu masuk pada tahap mixing atau penempatan yang
membutuhkan waktu antara 1-1,5 jam untuk volume susu 3000 liter. Lalu
masuk kedalam tangki yang berukuran lebih kecil untuk memasuki pembuatan
susu setengah jadi pada suhu sekitar 4-6 C. setelah itu susu tersebut diambil
sebanyak 2 liter sebagai sampel untuk diuji di labolatorium untuk melakukan
standarisasi apakah layak untuk dikonsumsi atau tidak.
Standarisasi ini dilakukan dengan cara menggunakan alkohol 70% sebanyak
1 ml untuk menguji kesegaran susu lalu dikocok, bila warna susu berubah
maka susu tidak layak untuk dikonsumsi serta apakah baunya berubah atau
tidak. Susu yang layak tersebut memasuki tahap Adjustment atau penyesuaian
dengan cara menambah atau mengurangi bahan. Misalnya bila susu
mengalami kelebihan dalam rasa yang terlalu manis, maka akan ditambahkan
komposisi lain untuk menyeimbangkan rasa manis yang berlebih tersebut.
Selanjutnya susu masuk tangki untuk pemanasan UHT (Ultra High
Temperature), disini susu dipanaskan pada temperatur 140 C selama 4 detik,
bertujuan untuk mensterilkan susu untuk layak dikonsumsi dan membunuh
kuman-kuman.
3. Filling UHT (Ultra High Temperature)
Ini merupakan tahap akhir dalam proses produksi, merupakan tahap
pengemasan produk. Dalam pengemasan, produk tidak tersentuh oleh tangan
sama sekali karena seluruhnya dilakukan oleh mesin-mesin agar produk
benar-benar steril.

Berikut ini adalah skema proses produksi Susu Ultra di PT. Ultrajaya.
Gambar 3.1
Skema Proses Produksi Susu

Susu Sapi Segar Pengambilan sampel


untuk dianalisa

Pendingin

Separator

Mixing Tank Bahan-bahan lain (*)

Pengambilan
Pasteurisasi 90C Cooling Storage Tank sampel
8-10 detik untuk
dianalisa

Balance Tank

Cooling Sterilisasi UHT


(140 C), 4 detik

Pengambilan sampel Filling and Packing


untuk dianalisa

Paletizing Warehouse

Keterangan :
Yang disebut Bahan-bahan lain (*) adalah :
Susu Coklat : Gula, Cacao Powder, Stabilizer CM
Susu Strawberry : Gula, Strawberry Concentrate, Stabilizer RS
Susu Mocca : Gula, Nescafe, Stabilizer RS
Sumber : PT Ultrajaya
3.1.9 Hasil Produksi dan Daerah Pemasaran
3.1.9.1 Hasil Produksi
Pada tahun 1975 Perseroan memproduksi produk susu UHT dengan merk
dagang Ultra Milk, tahun 1978 memproduksi produk sari buah UHT dengan
merk dagang Buavita, tahun 1981 memproduksi produk the UHT dengan merk
dagang The Kotak, dan pada tahun 1982 perseroan memeroleh lisensi dari Kraft
General Food Ltd, USA, untuk memproduksi dan memasarkan produk keju
dengan merk dagang Kraft. Pada tahun 1994 kerjasama ini ditingkatkan dengan
didirikannya perusahaan patungan PT Kraft Ultrajaya Indonesia.
Perseroan melakukan penawaran perdana (IPO) di tahun 1990. Pada tahun
1994 Perseroan melakukan ekspansi dengan memasuki bidang industry SCM
(Sweetened Condensed Milk = Susu Kental Manis), dan Powder Milk (Susu
Bubuk) di tahun 1995. Perseroan juga membangun gudang yang dalam
pengoperasiannya menggunakan komputerisasi penuh dengan teknologi AS/RS
(Automatic Storage and Retrieval System). Sampai saat ini Perseroan telah
memproduksi lebih dari 60 macam produk dan terus berusaha untuk senantiasa
menjadi market leader di bidang industri minuman aseptik. Berikut adalah tabel
hasil produksi dan pengembangan produk yang dihasilkan :

Pengembangan Produk

1975 UHT Milk- Tetrahedron


1976 All Kind UHT- Tetrapack
1977 Buavita Juice Drink
1982 Tea Product (The Kotak, Lemon Tea, Jasmin Tea, Unsweat Tea)
1984 GOGO Juice Drink
1985 Kraft Cheese, Butter Unsalted, Sari Kacang Ijo, Sari Asem Asli
1989 Ultra Butter 340gr
1992 Pineapple Concentrate
1993 Coco Pandan
1994 Pineapple Buavita, Ultra Ginseng
1995 Teh Celup, Ultra Junior Milk
1996 YOGO, Yoghurt Drink

Pengembangan Produk

1998 Susu Kental Manis Cap Manis, Cap Sapi, Cap Kincir
1999 Susu Sekolah (Bantuan dari USA untuk Negara-negara berkembang,
terutama Asia Pasifik
2000 Susu Bubuk, Morinaga Product
2001 Susu Sekolah Soya Choco (Bantuan dari USA untuk Negara-negara
berkembang, terutama Asia Pasifik)
2003 Susu Kental Manis Ultra Milk
2007 Susu Sehat Rasa Vanilla, Ultra Milk Low Fat Rasa Chocolatte, Ultra
Milk Low Fat Rasa Plain, Ultra Milk Rasa Honey, Ultra Mini Rasa
Vanilla

Sumber : PT Ultrajaya

3.1.9.2 Daerah Pemasaran


Perseroan menjual hasil produksinya ke seluruh pelosok di dalam negeri
melalui penjualan langsung (direct selling), melalui modern trade dan melalui
penjualan tidak langsung (indirect selling) yang dilakukan melalui agen atau
distributor. Penjualan langsung (direct selling) dilakukan ke toko-toko, kios-kios,
dan pasar-pasar tradisional lainnya di seluruh Pulau Jawa dengan menggunakan
armada penjualan milik perseroan yang terdapat di kantor-kantor pemasaran dan
depo-depo yang terletak di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung,
Semarang, Yogyakarta, Surabaya, serta beberapa kota lainnya di Pulau Jawa.
Penjualan melalui modern trade seperti ke supermarket, hypermarket, dan mini
market yang tersebar di seluruh wilayah di Pulau Jawa juga dilakukan melalui
kantor pemasaran dan depo-depo tersebut. Sedangkan penjualan tidak langsung
(indirect selling) dilakukan ke pelanggan yang berada di luar Pulau Jawa dan
dilakukan melalui agen atau distributor yang ditunjuk yang tersebar di seluruh
Ibukota propinsi di seluruh wilayah Indonesia. Di samping penjualan di dalam
negeri Perseroan juga melakukan penjualan ekspor ke beberapa negara.
Tabel 3.1
Hasil Produksi PT. Ultrajaya
Jenis Produk Merk Dagang Rasa
Susu Cair Ultra Milk Murni/Full Cream
Moca/Mocca
Coklat/Chocolate
Strawberri/Strawberry
Liquid Milk Twin Cow Coklat/Chocolate
Susu Serat Coklat/Chocolate
Low Fat Murni/Full Cream
Sari Buah BUAVITA Jeruk/Orange
Jambu/Guava
Apel/Apple
Mangga/Mango
Sirsak/Soursop
Leci/Lychee

Minuman UHT Fruit Juice GOGO Jeruk/Orange


Jambu/Guava
Apel/Apple
Mangga/Mango
Sirsak/Soursop
Leci/Lychee
The Teh Kotak The Melati/Jasmine Tea
The Chrysanthemum/
Tea Teh Bunga Chrysanthemum Tea
Minuman Kesehatan/ Sari Asam Murni Asam/Pure
health drinks Tammarind
Minuman Lainnya Kacang Ijo Kacang Ijo/Green Peas
Coco Pandan Saripati Kelapa/Coconut
Milk
Other Drinks Yogo Yoghurt/Yoghurt Jeruk/
Orange , Strawberry
Mentega ULTRA Tawar/Unsalted
Butter
Makanan Susu Bubuk Morinaga Rupa-rupa/Various
Food Powder Milk
Susu Kental Manis Cap Sapi Filled/Creamer
Sweeted Condensed Cap Manis Filled/Creamer
Milk
Konsentrat Buah- ULTRA Nanas
buahan Sirsak
Lain-lain Fruits Consentrat Mangga
Others Jambu
Teh Celup Teh Kotak Teh Melati
Teh Bag Teh Hitam
Sumber : PT Ultrajaya
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Metode yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah metode
deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis adalah metode penelitian dengan cara
mengumpulkan data yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, serta
informasi lainnya yang diperoleh selama periode penelitian. Data dan informasi
tersebut kemudian diproses serta dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan
dasar berupa teori yang telah dipelajari, sehingga dapat memerjelas gambaran
mengenai objek yang diteliti. Tujuan dari penelitian deskriptif analitis adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual, dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta berhubungan fenomena yang
diselidiki.
Berdasarkan objek penelitian yang sudah dikemukakan diatas,
pengumpulan data dilakukan melalui survei. Metode survei adalah metode yang
diadakan untuk memeroleh fakta dari gejala-gejala yang ada, dan mencari
keterangan-keterangan secara aktual, baik masalah sosial, ekonomi, atau politik.
Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan, disusun dan diolah untuk
selanjutnya dilakukan analisis sehingga menghasilkan simpulan.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data


Dalam rangka penelitian ini, penulis menggunakan dua metode penelitian
dalam pengumpulan data yaitu :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meninjau
langsung objek yang diteliti untuk memperoleh data primer, yaitu data utama
yang berhubungan langsung dengan perusahaan yang akan diteliti, melalui
cara-cara :
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang
berwenang dan bertanggung jawab untuk memberikan data yang ada
hubungannya dengan objek penelitian.
b. Observasi
Observasi adalah suatu pengamatan yang dilakukan secara langsung
terhadap aktivitas perusahaan guna melengkapi dan membandingkan
dengan catatan-catatan yang telah diperoleh dari hasil wawancara
Kuesioner
c. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara memberikan
sejumlah pertanyaan kepada kepala pabrik beserta staf yang membuat
anggaran biaya produksi dan kepala produksi beserta staf yang
mengendalikan proses produksi.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh data sekunder yang akan digunakan sebagai landasan teoritis,
yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti. Penelitian ini dilakukan
dengan cara mempelajari buku-buku, literatur, catatan-catatan kuliah dan
sumber lain yang relevan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini,
sebagai bahan perbandingan dengan data penelitian yang diperoleh.

3.2.3 Operasional Variabel


Agar penulisan skripsi ini lebih terarah maka perlu ditentukan terlebih
dahulu variabel-variabel yang akan diteliti. Variabel adalah konsep yang diberi
lebih dari satu nilai atau sesuatu yang mempunyai variasi nilai. Berdasarkan judul
skripsi Peranan Komite Audit dalam Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan
Audit Internal, maka penulis dapat menentukan variabel sebagai berikut :
Variabel Pertama : Efektivitas Pelaksanaan Audit Internal
Variabel Kedua : Peranan Komite Audit dalam Meningkatkan Efektivitas
Pelaksanaan Audit Internal

Untuk dapat menyusun kuesioner maka harus ditetapkan terlebih dahulu


variabel-variabel yang akan diukur berserta indikator-indikatornya. Variabel dan
serta pengukuran disajikan dalam tabel operasional sebagai berikut :
Tabel 3.2
Indikator Variabel dan Skala Pengukuran
Skala
Variabel Indikator Sub Indikator
Pengukuran
Kelayakan dan a. Temuan pemeriksaan memiliki kedudukan yang Ordinal
arti penting penting dalam audit internal
temuan b. Temuan pemeriksaan yang dihasilkan oleh audit
pemeriksaan internal dapat dijadikan sebagai suatu informasi
beserta yang berharga dalam perbaikan terhadap
rekomendasinya pengendalian manajemen
c. Hasil rekomendasi audit internal dapat membantu
kelancaran penyelesaian pekerjaan sehari-hari
d. Rekomendasi audit internal dapat diterima dan
dioperasionalisasikan
e. Audit internal memantau perkembangan tindak
lanjut (follow up) telah dilaksanakan atas
rekomendasi yang disampaikan
f. Rekomendasi yang dilaksanakan dapat
meningkatkan pengendalian intern, efektivitas, dan
efisiensi dari unit kerja
g. Rekomendasi didiskusikan terlebih dahulu dengan
unit kerja
Feedback dan a. Unit kerja membantu audit internal dalam
respon dari pelaksanaan proses audit
pihak yang b. Dukungan top management terhadap fungsi audit
diawasi internal
Profesionalisme a. Staf audit internal dapat menempatkan diri sebagai
Efektivitas
Auditor partner dari auditee
Pelaksanaan
b. Staf audit internal tanggap dalam menjawab
Audit
pertanyaan atas masalah dari objek yang diperiksa
Internal
c. Staf audit internal memiliki pengetahuan yang
memadai dan menguasai bidang operasional pada
objek yang diperiksa
Tercapainya Audit internal melakukan tindakan evaluasi terhadap
Program risiko obyek yang diperiksa serta jaminan bahwa
Pemeriksaan bidang-bidang yang berisiko tinggi telah ditempatkan
sebagai prioritas utama dalam perencanaan pemeriksaan
Peringatan Dini Unit audit internal memberikan laporan peringatan dini
terhadap permasalahan kritis yang dihadapi oleh
manajemen
Kehematan Audit internal mampu meminimalisasi biaya
Biaya pemeriksaan, tanpa mengurangi nilai tambah yang
Pemeriksaan dihasilkan
Pengembangan Kepala audit internal menggunakan waktunya dalam
Personil pembinaan (melalui pendidikan dan pelatihan) untuk
penempatan dan pengembangan stafnya
Evaluasi oleh Pada waktu-waktu tertentu auditor eksternal dapat
Auditor diminta melakukan pemeriksaan operasional audit
Eksternal lainnya dalam hal penerapan buku pedoman
pemeriksaan; hal tenaga auditor dan biaya pemeriksaan;
hal penyusunan dan rencana kerja pemeriksaan; hal
objektivitas dan independensi; hal organisasi bagian
internal auditor; dan hal kebijakan pemeriksaan
Skala
Variabel Indikator Sub Indikator
Pengukuran
Umpan Balik manajemen lainnya memberikan dukungan terhadap
dari Manajemen para auditor dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan
Lainnya
Banyaknya Unit kerja menyampaikan permintaan untuk melakukan
permintaan audit
audit
Penyajian a. Temuan audit didukung dengan bukti-bukti reliabel
ikhtisar laporan b. Laporan audit diselesaikan tepat waktu
pemerikaan c. Dilakukannya Closing Conference
d. Diterbitkannya laporan yang memuat rekomendasi,
pernyataan kepuasan kinerja, dan tindakan perbaikan
yang dilakukan terhadap temuan pemeriksaan
Evaluasi dari Komite Audit turut menentukan dan mereview
Pimpinan pelaksanaan tugas pemeriksaan
terhadap
Auditor
Mutu Kertas Auditor internal selalu memerhatikan mutu kertas kerja
Kerja pemeriksaan
Pemeriksaan
Internal Review Pimpinan pemeriksa melakukan review di dalam proses
pemeriksaan; mutu dokumen; temuan dan rekomendasi
Penelaahan Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan dapat diterima
Organisasi dan dibicarakan di dalam organisasi profesi
Profesi

Tabel 3.3
Indikator Variabel dan Skala Pengukuran
Skala
Variabel Indikator Sub Indikator
Pengukuran
Penelaahan a. Penelaahan terhadap program kerja audit internal Ordinal
terhadap tiap awal dan akhir tahun.
Program dan b. Penelaahan terhadap fungsi audit internal tiap awal
Fungsi Audit dan akhir tahun.
Internal. c. Memberikan persetujuan atas penunjukkan dan atau
pemberhentian kepala audit internal yang diajukan
oleh presiden direktur
d. Melakukan review atas charter dari audit internal
tiap akhir tahun
e. Melakukan review struktur audit
Peranan
internal tiap akhir tahun
Komite
Membangun dan a. Membantu pembangunan dan pengembangan
Audit
Mengembangkan fungsi audit internal yang optimal dalam setiap
Semua Fungsi penugasan yang diberikan
Audit Internal b. Memastikan bahwa fungsi audit internal memiliki
metodologi, alat bantu, dan sumber daya yang tepat
dan cukup sehingga dapat memenuhi charter yang
dibuat dan menyelesaikan rencana audit tahunan
c. Melakukan review atas semua laporan audit internal
tiap tahun
d. Memonitor kinerja audit internal setiap 6 bulan
sekali
Skala
Variabel Indikator Sub Indikator
Pengukuran
e. Memastikan bahwa fungsi audit internal secara
keseluruhan patuh terhadap standar-standar yang
berlaku
Melakukan a. Membantu dalam investigasi semua aktivitas
Investigasi yang perusahaan baik aktivitas operasional maupun
Diperlukan ke administrasi
Dalam Semua b. Membantu audit internal melakukan pemeriksaan
Aktivitas terhadap kegiatan operasional perusahaan
Perusahaan yang
Berhubungan
dengan Komite
Audit
Melakukan a. Menelaah perencanaan dalam unit audit internal
Penelaahan dan tiap awal dan akhir tahun
Pengujian b. Menguji perencanaan dalam unit audit internal tiap
terhadap 6 bulan sekali
Perencanaan dan c. Mengadakan koordinasi antara auditor eksternal
Mengadakan dan auditor internal untuk mengetahui keadaan
Koordinasi dalam perusahaan minimal 3 kali dalam setahun
antara Auditor
Eksternal dan
Auditor Internal

3.2.4 Teknik Pengembangan Instrumen


Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan instrumen adalah alat untuk
menghimpun data. Dalam data yang dikumpulkan terdiridaeu dua jenis, yaitu data
pirmer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kuesioner, wawancara, dan
observasi yang merupakan hasil dari penelitian lapangan. Sedangkan data
sekunder duperoleh dari penelitian kepustakaan.
Dalam dara primer terdapat kuersioner yang merupakan suatu
penyelidikan masalah yang dilakukan dengan cara mengedarkan daftar pertanyaan
berupa formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah responden untuk
mendapatkan jawaban tertulis.
Pengumpulan data yang terdapat dalam kuesioner berasal dari variabel-
variabel yang dikembangkan dalam benruk pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
kemudian diberikan kepada responden. Adapun kuesioner yang digunakan penulis
dalam pengunmpulan data terdiri dari dua bagian, yaitu:
1. Pertanyaan Umum
Pertanyaan umum adalah pertanyaan yang menyangkut identitas umum
responden, antrara lain : nama, jenis kelamin, usia, pendidikan, melalui
pertanyaan terbuka yang jawabannya tidak ditentukan terlebih dahulu dan
responden mempunyai kebebasan dalam menentukan jawabannya.
2. Pertanyaan Khusus
Pertanyaan khusus adalah pertanyaan yang berkaitan dengan peranan Komite
Audit dalam meningkatkan efeltivitas pelaksanaan audit internal. Kuesioner
yang diajukan adalah dengan menggunakan metode pertanyaan terbuka dan
pertanyaan tertutup.
a. Pertanyaan Terbuka
Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang jawabannya tidak ditentukan
terlebih dahulu oleh penulis, sehingga responden bebas dalam memberikan
jawaban.
b. Pertanyaan Tertutup
Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang jawabannya telah ditentukan
sebelumnya dan responden tidak diberi kesempatan untuk memberikan
jawaban lain. Dalam pertanyaan tertutup ini penulis menyediakan
beberapa alternatif jawaban yaitu Ya,Ragu-ragu,Tidak.

3.2.5 Rancangan Analisis Data


Dalam menganalisa data diperlukan pengukuran skala ordinal, yaitu
tingkat ukuran yang memungkinkan peneliti untuk mengurutkan respondennya
dari tingkat yang paling randah ke tingkat yang paling tinggi. Atas data yang
diperoleh dari pengukuran di atas, yaitu data ordinal secara kuantitatif yang
didasrkan pada pertimbangan-pertimbangan yang mengacu pada unsur-unsur yang
mendukung variabel tersebut.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam rancangan analisis data adalah
sebagai berikut:
1. Dibuatkan tebel rekapitulasi untuk menampung jawaban responden.
2. Memasukan jawaban rersponden ke dalam tabel rekapitulasi.
3. Menghitung jumlah jawaban Ya dari semua responden.
4. Memasukan jumlah jawaban Ya ke dalam rumus.

Jumlah Jawaban " Ya"


Persentase = x 100%
Jumlah Pertanyaan
5. Menghitung skor
6. Membandingkan atau mencocokkan skor tersebut dengan kriteria yang ada.
Adapun kriteria hasil perhitungan menggunakan klasifikasi menurut Dean J.
Champion (1990:302) dalam bukunya Basic Statistic for Social Research
sebagai berikut:
0%-25% = No association or low association (weak association)
26%-50% = Moderately low association (moderately weak
association)
51%-75% = Moderately high association (moderately strong
association)
76%-100% = High association (strong association) up to perfect
association).

Berdasarkan definisi di atas maka dapat dijelaskan sebagai berikut :


a. Efektivitas Pelaksanaan Audit Internal
Skala Pengukuran Keterangan
0%-25% Pelaksanaan tidak efektif
26%-50% Pelaksanaan kurang efektif
51%-75% Pelaksanaan cukup efektif
76%-100% Pelaksanaan sangat efektif

b. Peranan Komite Audit dalam Meningkatkan Efektivitas Pelakasanaan


Audit Internal
Skala Pengukuran Keterangan
0%-25% Komite Audit tidak berperan
26%-50% Komite Audit kurang berperan
51%-75% Komite Audit cukup berperan
76%-100% Komite Audit sangat berperan

7. Membuat kesimpulan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Audit Internal


4.1.1 Independensi Audit Internal di PT. Ultrajaya Milk Industry
Kegiatan Audit Internal pada PT. Ultrajaya Milk Industry sepenuhnya
dilaksanakan auditor internal. Berdasarkan struktur organisasi perusahaan dapat
kita ketahui bahwa kedudukan Audit Internal pada PT. Ultrajaya Milk Industry
terpisah dari bagian fungsi lainnya, dalam artian Audit Internal perusahaan
merupakan bagian dalam perusahaan yang berdiri sendiri dan tidak bergabung
dengan atau berada di bawah departemen lain, serta bertanggungjawab langsung
pada pimpinan.
Audit internal dalam melaksanakan aktivitasnya bersifat independen,
dalam arti tidak terlibat dengan kegiatan operasional perusahaan yang dapat
membiaskan independensinya, selain itu ada kemungkinan penugasan staf di
bagian Audit Iternal dirotasikan secara periodik untuk menjaga agar auditor tetap
independen.

4.1.2 Pemeriksaan Internal di PT. Ultrajaya Milk Industry


Berdasarkan ketetapan dalam surat keputusan dari Bapepam Nomor KEP-
41/PM/2003 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pasal 22
Sistem Pengendalian Internal dan Standar Profesi Audit Internal dari Konsorsium
Organisasi Profesi Audit Internal, 12 Mei 2004, memberikan definisi mengenai
Pemeriksaan Internal Perusahaan yaitu adalah suatu jasa assurance konsultasi
yang independen den objektif yang menjadi bagian dari proses manajemen risiko,
pengendalian dan governance. Fungsi ini membantu manajemen perusahaan
dalam memonitor, mengevaluasi dan memberikan masukan perbaikan atas
eksistensi, kecukupan serta efektivitas pengendalian intern, manajemen risiko dan
proses governance perusahaan. Pemeriksaan internal memberikan rekomendasi
menuju perubahan yang memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Kebijakan pemeriksaan internal ini meliputi: sistem pengendalian internal;
sistem manajemen risiko dan proses corporate governance secara sistematis,
teratur dan menyeluruh. Adapun isi dari Pemeriksaan Internal Perusahaan, yaitu :
1. Perusahaan melaksanakan kegiatan pemeriksaan internal sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Standar Profesi Audit
Internal.
2. Perusahaan menetapkan bahwa seluruh personil pemeriksa internal tidak
diperkenankan untuk ikut serta dalam segala bentuk proses operasionalisasi
atau ikut serta secara aktif menentukan jalannya pelaksanaan perusahaan,
kecuali melakukan pemeriksaan, memberikan konsultasi dan sebagai
katalisator antar unit kerja.
3. Perusahaan memberikan kewenangan penuh kepada pemeriksa internal untuk
melakukan akses terhadap semua informasi baik berupa catatan, data dan
ataupun dalam bentuk lainnya, memasuki seluruh tempat/wilayah kerja
perusahaan, melihat seluruh aset dan seluruh aktivitas perusahaan, meminta
penjelasan kepada semua karyawan dan direksi perusahaan.
4. Perusahaan menetapkan bahwa seluruh karyawan dan direksi perusahaan
memberikan data apabila diminta dan diperlukan oleh pemeriksaan internal
perusahaan.
5. Perusahaan menetapkan bahwa seluruh pelaksana pemeriksa internal menjaga
rahasia atas seluruh informasi, data, dokumen, dan pendukung pemeriksaan
lainnya dari pihak-pihak yang tidak berhak. Pelanggaran atas hal ini akan
ditindaklanjuti oleh perusahaan dengan tuntutan hukum pidana.
6. Perusahaan menetapkan bahwa untuk mencapai keseluruhan tujuan dan ruang
lingkup pemeriksaan internal, maka kegiatan kegiatan pemeriksaan internal
meliputi perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, komunikasi
hasil pemeriksaan, pemantauan tindak lanjut.
7. Perusahaan menetapkan bahwa Komisaris, Direksi, dan seluruh karyawan
memperhatikan dan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan atas
segala sesuatu yang dikemukakan dalam setiap laporan hasil pemeriksaan
yang dibuat oleh Satuan Pengawasan Internal.
8. Perusahaan menetapkan bahwa strategi, perencanaan, dan pengendalian
kegiatan pemeriksaan internal dilakukan secara terpusat.

4.1.3 Aktivitas Audit Internal di PT. Ultrajaya Milk Industry


Fungsi Audit Internal sebagai pengelola aktivitas pemeriksaan perusahaan
diuraikan menjadi 6 (enam) aktivitas utama sebagai berikut :
1. Merencanakan Program Audit Internal
Mengelola kegiatan penyusunan perencanaan program Audit Internal baik
jangka panjang maupun jangka pendek yang meliputi kegiatan pemeriksaan
dan non-pemeriksaan. Penyusunan rencana pemeriksaan didasarkan penilaian
risiko yang dilakukan paling sedikit setahun sekali. Sebagai bahan masukan
penyusunan diambil dari Laporan Internal dan Eksternal, Data Monitoring,
dan Permintaan Audit dari manajemen. Penyusunan rencana non-pemeriksaan
meliputi aktivitas pemberian jasa konsultasi, penilaian dan pengembangan
aktivitas audit, training, partnership dan lain-lain.
2. Melaksanakan Program Audit
Mengelola kegiatan pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan melalui 3 (tiga)
tahap, yaitu :
a. Tahap persiapan pemeriksaan dengan tujuan mengumpulkan informasi
umum dan bukti pemeriksaan sebagai dasar pembuatan program
Pemeriksaan Pendahuluan seperti dasar hukum, sejarah usaha, organisasi,
daftar aktiva, prosedur kegiatan, tinjauan fisik.
b. Tahap Pemeriksaan Pendahuluan dengan tujuan memperoleh identifikasi
mengenai aspek pengendalian manajemen yang lemah sebagai dasar
penyusunan Program Pemeriksaan Lanjutan.
c. Tahap Pemeriksaan Lanjutan merupakan pemeriksaan secara rinci yang
merupakan kelanjutan dari pemeriksaan pendahuluan.
3. Melaporkan Hasil Audit
Mengelola kegiatan penyusunan hingga pendistribusian laporan yang di
antaranya meliputi :
a. Konfirmasi temuan pemeriksaan dengan pihak auditee yang menghasilkan
daftar temuan rinci.
b. Penyusunan Draft Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
c. Konfirmasi akhir atas draft LHP dengan pimpinan tertinggi auditee.
d. Pembuatan LHP dan menyampaikannya kepada direktur utama dan pihak
yang terkait lainnya.
4. Memonitor dan Memeriksa Tindak Lanjut Temuan/Rekomendasi Mengelola
kegiatan pelaksanaan pemeriksaan tindak lanjut, yaitu :
a. Membuat daftar monitoring yang dihasilkan dari aktivitas auditee.
b. Memeriksa tindak lanjut atas temuan/rekomendasi yang telah disampaikan
melalui LHP.
c. Merekomendasikan temuan monitoring sebagai fungsi Daily Operation
Control.
5. Mengevaluasi Kinerja Auditor
Mengelola kegiatan pelaksanaan memonitor dan menilai efektivitas Program
Jaminan dan Peningkatan Kualitas Audit yang meliputi tahapan :
a. Mengumpulkan dan menganalisa LHP dan bukti pemeriksaan.
b. Membuat kuesioner yang akan diisi oleh manajemen/auditee.
c. Menganalisa isi kuesioner.
d. Membuat penilaian kinerja auditor.
6. Mengembangkan Metoda Audit
Mengelola kegiatan pelaksanaan pengembangan pemeriksaan yaitu sebagai
berikut :
a. Mengumpulkan dokumen audit dan hasil observasi kegiatan pemeriksaan
baik berupa hasil Evaluasi Kinerja Auditor maupun Riwayat atau
permasalahan yang dihadapi pemeriksa.
b. Membuat konsep/modal pemeriksaan sehingga melahirkan berbagai
alternatif konsep/model dengan menggunakan teori/teknik audit modern.
c. Pengujian konsep/model pemeriksaan bersama-sama dengan pemeriksa.
d. Membuat kebijakan audit seperti : Kebijakan Pemeriksaan, Strategi
Pemeriksaan, Prosedur Pemeriksaan, Teknik dan Metoda Pemeriksaan.

4.1.4 Prosedur Tetap (Protap) Pelaksanaan Audit PT. Ultrajaya Milk


Industry
Prosedur ini merupakan panduan yang digunakan oleh Tim Audit yang
ditugaskan untuk melakukan pemerikasaan di Kantor Cabang/Kantor
Perwakilan/Stock Point.
Prosedur Tetap (protap) ini secara global terbagi ke dalam 3 (tiga) bagian
yaitu : persiapan pemeriksaan; pemeriksaan di lapangan; serta penyusunan dan
penyampaian LHP.
Berikut ini adalah rincian prosedur tetap yang harus dilakukan :
I. Persiapan Pemeriksaan
1. Tim Audit Melakukan Preliminary Audit sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
a. Ketuan Tim bersama Supervisor menentukan Ruang Lingkup dan
Tujuan Audit yang akan dilakukan.
b. Ketua Tim melakukan pembagian tugas Preliminary Audit kepada
anggota lain.
c. Ketua Tim melakukan review da memberikan koreksi atas preliminary
dari anggota tim.
d. Ketua Tim menyusun Resume Indikasi Permasalahan yang telah
ditemukan.
2. Pembasan Hasil Preliminary Audit antara Tim Audit dengan Supervisor.
a. Ketua Tim beserta anggotanya menyampaikan Resume Indikasi
Permasalahan kepada Supervisor.
b. Audit Supervisor melakukan review dan emberikan koreksi atau
tambahan atas Resume Indikasi Permasalahan.
c. Ketua Tim melakukan revisi terhadap Resume Indikasi Permasalahan
berdasarkan koreksi atau tambahan supervisor.
3. Penyampaian & Pembahasan Hasil Preliminary Audit oleh Tim Audit
dengan Internal Audit Manager.
a. Tim Audit bersama Supervisor menyampaikan Resume Indikasi
Permasalahan kepada Internal Audit Manager.
b. Internal Audit Manager melakukan review serta memberikan koreksi
atau tambahan Internal atas Resume Indikasi Permasalahan dari Tim
Audit.
c. Ketua Tim melakukan revisi atau Resume Indikasi Permasalahan
berdasarkan koreksi atau tambahan dari Internal Audit Manager.
d. Ketua Tim menugaskan anggota lain untuk membuat Kertas Kerja
Temuan Audit (Audit Notes WorksheeT) yang akan diserahkan kepada
Audit untuk ditanggapi berdasarkan Resume Indikasi Permasalahan.
4. Mempersiapkan anggaran biaya pemerikasaan
a. Ketua Tim dan Supervisor membuat anggaran pengeluaran biaya
pemeriksaan dan disampaikan kepada sekretaris untuk dibuatkan
Pengajuan Biaya Perjalanan Dinas.
b. Ketua Tim dan Supervisor melakukan review pengajuan Biaya
Perjalanan Dinas sebelum diajukan oleh sekretaris kepada Internal
Audit Manger.
5. Mempersiapkan Program dan Prosedur Audit yang akan dilakukan
a. Ketua Tim mempersiapkan Program dan Prosedur Audit yang akan
dilakukan pada saat pemeriksaan di lapangan dan disampaikan kepada
Supervisor.
b. Supervisor melakukan review dan memberikan koreksi atau tambahan
atas Program dan Prsedur Audit yang disusun oleh Ketua Tim.
c. Ketua Tim melakukan revisi Program dan Prosedur Audit berdasarkan
koreksi atau tambahan dari Supervisor.
6. Membuat Surat Tugas dan Kartu Penugasan Audit.
a. Ketua Tim membuat surat Tugas dilengkapi dengan Kartu Penugasan
Audit dan diserahkan kepada Supervisor untuk di review.
b. Audit Supervisor melakukan review dan memberikan koreksi atas
Surat tugas dan Kartu Penugasan Audit.
c. Ketua Tim melakukan revisi atas Surat Tugas dan Kartu Penugasan
sebelum disampaikan kepada Internal Audit Manager.
7. Menyiapkan form KKP dan ATK.
a. Ketua Tim menugaskan anggotanya untuk menyiapkan form KKP dan
ATK.
b. Anggota Tim menyiapkan form KKP dan ATK disesuaikan dengan
kebutuhan pada saat pemeriksaan di lapangan.
8. Memindahkan file-file hasil Preliminary Audit dan pendukungnya ke
laptop.
9. Menyiapkan peralatan penunjang pelaksanaan pemeriksaan (Kamera,
Voice Recorder).

II. Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan (Audit Fieldwork)


1. Tim Audit menyampaikan Surat Tugas Kepada pimpinan terkait
(BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord. Admin), dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Audit Supervisor atau Ketua Tim menemui pimpinan terkait
(BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord. Admin).
b. Audit Supervisor atau Ketua Tim menyampaikan Surat Tugas
dan Kartu Penugasan langsung kepada pimpinan terkait
(BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord. Admin).
2. Tim Audit memberikan penjelasan pokok-pokok permasalahan yang
ditemukan pada saat preliminary dan harus segera ditangani oleh pimpinan
terkait (BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord. Admin).
3. Tim Audit menyampaikan rancana pemeriksaan lapangan (Audit
Fieldwork) serta prosedur audit yang akan dilakukan secara ringks kepada
pimpinan terkait (BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord. Admin).
4. Dapatkan informasi penting lainnya rerkait temuan audit terdahulu dari
pimpinan (BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord. Admin) serta tindak
lanjut yang telah dilakukan.
5. Dapatkan informs dan ketersediaan ruangan yang dapat dipergunakan oleh
Tim Audit selama melakukan pemeriksaan lapangan.
6. Tim Audit menyampaikan indikasi permasalahan kepada personil terkait
(staf auditi) sertamemberikan penjelasan atas permasalahan yang
ditemukan, sehingga anggoaan yang diberikan oleh staf Auditi dapat
menjawab permasalahan yang terjadi.
7. Tim Audit mulai melaksanakan pemeriksaan lapangan sesuai dengan
program dan prosedur audit yang telah ditetapkan dilengkapi dengan KKP
dan dokumen pendukungnya.
8. Lakukan koordinasi dengan pimpinan terkait (BM/ASM/Ka.Admin/Sales
Spv/Koord. Admin) mengenai prosedur audit yang dilakukan sebagai
contoh :
a. Konfirmasi langsung ke customer
b. Stock Opname Gudang/Kendaraan
c. Inventarisasi fisik invoice
d. Cash Count
9. Permasalahan yang ditentukan oleh Tim Audit pada saat pemeriksaan
berlangsung dibuatkan Kertas Kerjanya dan meminta tanggapan atas
permasalahan tersebut kepada staf auditi atau pimpinan terkait
(BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord. Admin).
10. Dapatkan tanggapan dari staf auditi atau pimpinan terkait
(BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord. Admin) atas indikasi
permasalahan yang ditentukan pada saat preliminary audit.
11. Ketua Tim membuat draft Audit Finding berdasarkan Kertas Kerja
Temuan Audit yang telah dilengkapi dengan tanggapan auditi.
12. Pada saat audit berkahir Tim Audit melakukan pembahasan atas Audit
Finding, serta menyerahkan copy draft Audit Notes (ikhtisa Temuan
Audit) kepada pimpinan terkait (BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord.
Admin), sedangkan draft Audit Notes asli yang telah ditandatangani oleh
pimpinan terkait dibawa oleh Tim Audit untuk diserahkan kepada Internal
Audit Manager.
13. Tim Audit meminta kembali Kartu Penugasan yang telah diisi oleh
pimpinan terkait (BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord. Admin) dan
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak di kantor
Cabang/Perwakilan/Stock Point yang telah membantu pelaksanaan
pemeriksaan.

III. Pembuatan & Penyampaian LHP


1. Tim Audit menyerahkan draft Audit Finding kepada Internal Audit
Manager untuk dilakukan review.
2. Tim Audit melakukan pembahasan draft Audit Finding bersama
Supervisor dan Internal Audit Manager.
3. Ketua Tim melakukan revisi atas draft Audit Finding berdasarkan hasil
review dan koreksi dari supervisor dan Internal Audit Manager.
4. Ketua Tim menugaskan anggota tim untuk mendokumentasikan KKP dan
menyusunnya dalam odner disesuaikan dengan pos-pos yang diperiksa.
5. Ketua Tim dibantu oleh anggota tim menyusun draft LHP dilengkapi
dokumen-dokumen pendukungnya.
6. Ketua Tim menyampaikan draft LHP kepada Audit Supervisor untuk
dilakukan review.
7. Audit Supervisor melakukan review dan memberikan koreksi atau
tambahan atas draft LHP.
8. Ketua Tim melakukan revisi atas LHP sebelum diserahkan kepada Internal
Audit Manager.
9. Internal Audit Manager melakukan review aras draft LHP serta
memberikan koreksi atau tambahan.
10. Ketua Tim melakukan revisi atas LHP berdasarkan koreksi atau tambahan
dari Internal Audit Manager.
11. Ketua Tim menyampikan kembali LHP yang telah direvisi kepada
Supervisor sebelum direview oleh Internal Audit Manager.
12. Setelah LHP disetujui oleh Internal Audit Manager, Ketua Tim membuat
Surat Pengantar LHP dengan memperhatikan nomor surat pengantar LHP
sebelumnya.
13. Tim Audit kemudian memperbanyak dan menjilid LHP tersebut untuk
pimpinan terkait di kantor cabang/perwakilan/dan pihak lain yang
berkepentingan sesuai dengan Surat Pengantar LHP.
14. LHP yang telah diperbanyak kemudian ditandatangani oleh Internal Audit
Manager, selanjutnya Ketua Tim menyerahkan LHP tersebut kepada
Sekretaris untuk dibuatkan bukti ekspedisi dan dikirimkan kepada alamat
penerima LHP.

4.2 Misi, Tugas dan Tata Laksana Komite Audit Komisaris PT. Ultrajaya
Milk Industry
4.2.1 Misi Komite Audit
1. Membantu Dewan Komisaris secara profesional dan independen dalam
mendorong perusahaan untuk bekerja efektif, efisien, mematuhi
peraturan perundangan dan melaporkan semua kegiatan dan hasil
usahanya secara transparan, akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan,
mandiri, tidak memihak, handal, dapat dipercaya secara tepat waktu.
2. Memastikan efektivitas struktur pengendalian intern, efektivitas
pelaksanaan tugas auditor internal dan auditor eksternal dalam rangka
meningkatkan corporate governance dan pengawasan perusahaan.

4.2.2 Tugas Komite Audit


Komite Audit mempunyai tugas pokok membantu Komisaris dalam
melaksanakan tugas-tugasnya yang berkaitan dengan pengawasan laporan
keuangan, corporate governance, dan kegiatan usaha perusahaan. Dalam
melaksanakan tugas pokoknya, Komite Audit memberikan pendapat profesional
yang independen kepada Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang
disampaikan oleh Direksi kepada Komisaris serta mengidentifikasi hal-hal yang
memerlukan perhatian Komisaris. Rincian tugas Komite Audit adalah sebagai
berikut :
1. Menilai perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan hasil audit yang dilakukan
oleh Auditor Internal, sehingga dapat dicegah pelaksanaan audit yang tidak
memenuhi standar.
2. Menilai pelaksanaan dan hasil audit yang dilakukan oleh Auditor Eksternal
sehingga dapat dicegah pelaporan yang tidak memenuhi standar.
3. Menelaah pelaksanaan dan memberikan rekomendasi mengenai
penyempurnaan struktur pengendalian intern perusahaan.
4. Menelaah tindak lanjut yang dilakukan perusahaan terhadap keputusan
Pemegang Saham, rekomendasi Komisaris, dan rekomendasi atas temuan hasil
audit yang disampaikan oleh Auditor Eksternal dan Auditor Internal.
5. Memilih dan mengusulkan calon Auditor Eksternal kepada Komisaris beserta
besarnya honorarium/imbalan jasa untuk Auditor Eksternal tersebut.
6. Memastikan bahwa telah terdapat prosedur review yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku terhadap informasi berbentuk brosur, laporan
keuangan berkala, proyeksi (forecast) dan lain-lain informasi keuangan yang
dikeluarkan oleh PT. Ultrajaya Milk Industry untuk para Stakeholder (pihak
yang berkepentingan).
7. Menelaah laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya yang
diterbitkan dan disampaikan oleh Direksi kepada Komisaris.
8. Menelaah kebijakan-kebijakan dan praktek akuntansi yang penting yang
dilakukan oleh perusahaan sebagaimana tertuang dalam laporan keuangan.
9. Menelaah efektivitas pelaksanaan struktur pengendalian internal perusahaan.
10. Menelaah tingkat kepatuhan pelaksanaan terhadap pemenuhan ketentuan
peraturan-peraturan yang berlaku termasuk prinsip-prinsip good corporate
governance.
11. Mengidentifikasikan hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris.
12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Komisaris sepanjang masih
dalam lingkup tugas dan kewajiban Komisaris berdasarkan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

4.2.3 Tugas Khusus


Untuk membantu Komisaris menjalankan fungsi pengawasannya terhadap
perusahaan, Komite Audit dapat ditugaskan secara khusus untuk melakukan audit
investigasi. Pemberian tugas khusus kepada Komite Audit oleh Komisaris
dilakukan melalui perintah tertulis kepada Ketua Komite Audit dengan penjelasan
tentang :
1. Sifat pekerjaan
2. Lingkup pekerjaan
3. Tujuan dan sasaran pekerjaan
4. Waktu penugasan

4.2.4 Tata Laksana Kerja Komite Audit


1. Komite Audit bekerja berdasarkan laporan-laporan yang diterima
melalui Komisaris.
2. Komite Audit melakukan koordinasi teknis dengan Auditor Internal
dan Auditor Eksternal melalui pertemuan berkala.
3. Hal-hal lain di luar ketentuan di atas, hanya dilakukan Komite Audit
berdasarkan Perintah Tertulis dari Komisaris.

4.2.5 Laporan Komite Audit


Komite Audit wajib menyampaikan kepada Komisaris :
1. Laporan berkala, setiap 3 (tiga) bulan, berisi pokok-pokok hasil pelaksanaan
tugas sebagaimana dimaksud dalam butir 3 (tiga). Laporan ini harus
disampaikan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah Triwulan
bersangkutan berakhir yang ditandatangani oleh Ketua Komite Audit.
2. Laporan kegiatan yang berisi hasil-hasil yang diperoleh dari pelaksanaan
tugas, sebagaimana yang diuraikan dalam butir 3 (tiga), disampaikan
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah pelaksanaan kegiatan berakhir yang
ditandatangani oleh Ketua Komite Audit dan anggota Komite Audit yang
melaksanakan kegiatan dimaksud.
3. Laporan khusus, yang berisi hasil pelaksanaan tugas khusus yang dimaksud
dalam butir 5 (lima). Laporan ini harus disampaikan selambat-lambatnya 10
(sepuluh) hari setelah waktu penugasan berakhir, termasuk memuat dissenting
opinion atau pendapat yang berbeda (apabila ada) dan ditandatangani oleh
seluruh anggota Komite Audit.

4.3 Pembahasan
Komite dapat membantu perusahaan dalam berhubungan, baik hubungan
dengan pihak eksternal maupun dengan pihak internal yaitu dapat berperan dalam
meningkatkan efeketivitas pelaksanaan audit internal untuk mencapai sasaran dan
tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Efektivitas Pelaksanaan Audit
Internal yang telah dilaksanakan dalam perusahaan sebagai berikut :
1. Kelayakan dan arti penting temuan pemeriksaan beserta rekomendasinya
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan menunjukkan adanya
kualitas yang tinggi dari rekomendasi yang dihasilkan, yaitu terlihat dari
penginformasian temuan yang bisa dijadikan sebagai bahan masukan dan
pertimbangan bagi objek pemeriksa terutama dengan adanya diskusi yang
dilakukan antara tim pemriksa dengan pengawas pemeriksa yang dipimpin
oleh objek yang diperuksa sebelum penyusunan Laporan Hasil pemeriksaan
(LHP) audit internal. Dengan adanya diskusi tersebut dapat dihasilkan suatu
rekomendasi yang tepat dalam arti rekomendasi tersebut bukan hanya dapat
meminimalkan masalah dan akibat yang ditimbulkan, tetapi juga dapat
dioperasionalisasikan oleh objek yang diperiksa.
2. Feedback dan respon dari pihak yang diawasi
Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh para responden, hal ini menunjukan
bahwa indikator tersebut telah dilaksanakn dengan baik, dimana temuan dan
rekomendasi yang dihasilkan oleh audit internal dapat diterima dan
dioperasionalisasikan oleh auditee. Meskipun ada beberapa kasus di mana
auditee memperlihatkan/mengisyaratkan sikap enggan untuk diaudit.
3. Professionalisme auditor
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan menunjukkan bahwa indikator tersebut
terlaj dilaksanakan dengan baik. Hal ini menunjukkan adanya kemampuan
auditor ke arah peningkatan profesionalisme terutama menyangkut masalah
integritas, penampilan sikap dan perilaku, ketanggapan dan kemampuan
menjawab pertanyaan dari objek yang diperiksa berkenan dengan masalah-
masalah yang timbul.
4. Tercapainya program pemeriksaan
Berdasarkan jawaban dari responden, dapat mengindikasikan bahwa indikator
ini telah dilaksanakan dengan baik dan diterapkan oleh perusahaan. Hal ini
menunjukan bahwa audit internal telah melakukan tindakan evaluasi terhadap
resiko objek yang diperiksa serta dapat memberikan jaminan, karena bidang-
bidang yang berisiko tinggi telah ditempatkan sebagai prioritas utama dalam
perencanaan pemeriksaan. Sehingga pada nantinya tidak akan mengganggu
kegiata operasional perusahaan yang dapat menyebabkan kerugian perusahaan
secara keseluruhan.
5. Peringatan dini
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan, sikap auditor mengenai pemahaman
dan pelaksanaan dari peringatan dini dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini
menunjukkan peringatan dini yang diberikan baik informal maupun formal
lebih menekankan kelemahan operasi dan kelemahan pengendalian
manajemen. Dengan adanya peringatan dini yang diberikan maka auditor
internal melakukan pengendalian preventif, dimana pengendalian ini
diharapkan dapat mencegah terjadinya kerugian dan risiko tertentu karena
peringatan ini dilakukan sebelum adanya kesalahan dan penyelewengan yang
mungkin terjadi.
6. Kehematan biaya pemeriksaan
Menurut para responden, audit internal sudah atau telah sanggup
meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan didalam melakukan
pemeriksaan, tanpa harus mengurangi nilai tambah yang dihasilkan kelak. Hal
ini tentu saja akan berdampak positif bagi perusahaan Karena baik secara
langsung ataupun tidak langsung ataupun tidak langsung dapat menghemat
kas perusahaan, yang mana dapat dialokasikan kepada bidang lain yang
membutuhkan dana lebih dalam menjalankan kegiatan opersinya. Selain itu
audit internal juga telah berhasil menerapkan 3E yakni Efektif, Efisien,
Ekonomis.
7. Pengembangan personil
Berdasarkan jawaban dari pertanyaan, para responden juga meyakini bahwa
audit internal telah melakukan atau melaksanakan pembinaan, yakni melalui
pendidikan dan pelatihan, baik itu dilaksanakan di dalam maupun di luar
perusahaan dengan tujuan para staf audit internal mendapatkan ilmu baru yag
dapat berpengaruh dalam meningkatkan dan mengembangkan potensi diri,
yang secara tidak langsung akan menambah keuntungan bagi pihak
perusahaan yang mana akan memperoleh sumber daya manusia yang lebih
baik dari segi kualitas dibanding sumber daya manusia yang dimiliki
sebelumnya.
8. Evaluasi oleh auditor eksternal
Hal ini menunjukkan bahwa indikator tersebut telah dilaksanakan dengan
baik, karena pada waktu-waktu tertentu auditor eksternal dapat diminta
melakukan pemeriksaan iperasional auait lainnya dalam hal penerpan buku
pedoman pemeriksaan; hal tenaga auditor dan biaya pemeriksaan; hal
penyusunan dan rencana kerja pemeriksaan; hal objektivitas dan independensi;
hal organisasi bagia internal auditor; dan hal kebijakan pemeriksaan. Dengan
begitu dapat diketahui bahwa auditor internal dapat berhubungan dan bekerja
sama dengan baik denagn auditor eksternal, sehingga tidak ada kesan saling
menutup-nutupi yang akan berdampak negatif bagi perusahaan kelak.
9. Umpan balik dari manajemen lainnya
Di samping auditor internal bisa berhubungn baik dengan auditor eksternal
seperti yang telah diuraikan di atas (no.8), para auditor internal juga harus
dapat berhubungan baik dan bekerja sama dengan para manajemen lainnya.
Dukungan ynag diberikan para manajemen lainnya kepada para auditor di
dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan adalah sangat penting untuk
dilakukan. Dan hal ini telah dilakukan oleh PT Ultrajaya Milk Industry &
Trading Company Tbk, dengan berdasar kepada jawaban kuesioner yang
diberikan oleh para responden terhadap indikator tersebut.
10. Banyaknya permintaan audit
Berdasarkan jawaban dari pertanyaan, menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi banyaknya perminyaan audit telah dilaksanakan dengan cukup
baik dalam artian bahwa adanya penigkatan kualitas auditor internal dalam
memenuhi dan melayani serta membantu melalui permintaan audit work ini.
11. Penyajian ikhtisar laporan pemeriksaan
Indikator tersebut telah dilaksanakan dengan baik, dengan berdasarkan
jawaban atas pertanyaan yang menunjukkan bahwa pada umumnya temuan-
temuan audit telah didukung dengan bukti-bukti yang handal (reliabel),
temuan audit telah diselesaikan tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan,
dan dilakukannya tahap pendiskusian dengan auditee mengenai temuan yang
diperoleh audit internal pada saat melakukan audit (closing conference).
12. Evaluasi dari pimpinan terhadap auditor
Berdasarkan jawaban dari para responden yang diperoleh menunjukkan
bahwa indikator ini cukup baik dilaksanakan dan diterapkan oleh perusahaan.
Dengan adanya campur tangan dari Komite Audit di dalam menentukan dan
melakukan review di dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan,diharapkan akan
meminimalisasi kesalahan-kesalahan yang dapat berdampak negatif bagi
perusahaan secara keseluruhan.
13. Mutu kertas kerja pemeriksaan
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan, menunjukkan bahwa audit internal di
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk selalu memperhatikan
mutu dari kertas kerja pemeriksaan. Tentu saja hal ini baik bagi perusahaan
karena dalam terjaganya mutu kertas kerja pemeriksaan yang diterapkan di
dalam perusahaan maka diharapkan akan menghasilkan rekomendasi-
rekomendasi yang dapat membantu kegiatan operasional perusahaan, seperti
dlam pengambilan keputusan dan dalam melakukan perbaikan-prbaikan
sehingga diperoleh 3E (efektif, efisien, ekonomis).
14. Internal review
Berdasarkan jawaban dari responden, dapat mengindikasikan bahwa indikator
ini telah dilaksanakan dan diterapkan dengan baik oleh perusahaan. Hal ini
ditunjukkan dengan turut campurnya pimpinan pemeriksa di dalam melakukan
review dari dalam proses pemeriksaan, review atas mutu dokumen, dan review
atas temuan dan rekomendasi. Ketiga review tersebut juga berfungsi
meminimalisasi kesalahan atas pemeriksaan yang telah dilakukan sebelumnya.
15. Penelaahan oraganisasi profesi
Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh para responden, hal ini
menunjukkan bahwa indikator tersebut telah dilaksanakan dengan cukup baik
oleh perusahaan, karena kegiatan pemeriksaan yang dilakukan dapat diterima
dan dibicarakan di dalam organisasi. Hal ini menandakan adanya hubungan
dan kerjasama yang baik yang dilakukan oleh semua auditor dan juga antara
auditor dengan auditee, sehingga nantinya akan diperoleh hasil yang positif
bagi perusahaan secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat terlihat bahwa adanya Komite Audit


dalam perusahaan mempunyai peranan dalam meningkatkan efektivitas
pelaksanaan audit internal, jika pelaksanaan Komite Audit dapat ditingkatkan
maka secara otomatis pelaksanaan audit internal dapat meningkat juga. Semakin
baik Komite Audit dilaksanakan maka efektivitas pelaksanaan audit internal juga
akan semakin meningkat, tetapi sebaliknya jika Komite Audit dalam perusahaan
dijalankan dengan tidak baik atau dapat dikatakan buruk maka efeltivitas
pelaksanaan audit internal juga ridak meningkat. Pelaksanaan Komite Audit dapat
dikatakan baik dengan diharapakan agar melakukan :
1. Kedudukan Komite Audit dalam orgasnisasi ditempatkan sebagai wadah yang
tergabung dengan tenaga professional untuk memberikan pelayanan dan
saran yang lebih baik. Selain itu tidak memiliki keterkaitan pribadi
yang menimbulkan dampak negative dan konflik kepentingan terhadap
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk dan tidak berkaitan
langsung dengan Kantor Akuntan Publik sehingga tidak dipengaruhi oleh
pihak lain. Hal ini mendorong Komite Audit agar aktif dan objektif dalam
memberikan arahan atau nasihat kepada internal auditor terhadap semuua
aktivitas yang diperlukan.
2. Komite audit memiliki kompeten dan integritas, dimana sumber daya manusia
yang dimiliki oleh Komite Audit merupkan orang-orang yang memiliki
pengetahuan serta pengalaman kerja yang baik di bidang pengawasan/
pemeriksaan dan bidang keuangan serta teknis agar dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik di PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company
Tbk. Sehingga setiap orang yang menjadi Komite Audit diwajibkan
mengetahui dan menguasai bidang akuntansi dan auditing, analisa laporan
keuangan, sistem informasi manajemen, sistem pengendalian perusahaan dan
tanggap segala perkembangan.
3. Adanya program kerja yang spesifik dan terarah sesuai dengan sasaran atau
objek pemeriksaan. Program kerja yang dilaksanakan meliputi perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan. Pelaksanaan Komite Audit untuk menilai atau
mereview kegiatan serta hasil yang dilakukan audit internal sehingga dapat
dicegah pelaksanaan dan pelaporan yang tidak memenuhi standar.
4. Adanya laporan ikhtisar tahuann atau penialian atas hasil aktivitas
pemeriksaan yang sesuai dengan misi dan cakupan pekerjaan pemeriksaan
yang telah diterapkan. Selain itu membuat laporan khusus yang berisi setiap
temuan tang diperkirakan dapat mengganggu perusahaan.
5. Komite audit dapat melakukan penelaahan secara intensif terhadap program
kerja dan pengembangan fungsi audit internal sehingga dapat mengetahui
efektivitas sistem pengendalian intern dan pelaksanaan tugas auditor internal.
Selain itu area spesifik dalam melakukan penelaahan seperti laporan
keuangan, risiko, dan Good Corporate Goverance (GCG) yang ditugaskan
oleh komisaris.
6. Komite audit dapat membantu audit internal dalam mereview atas semua
laporan asudit internal, rencana audit internal, rencana audit tahunan, dan
charter audit internal serta membantu aduit internal dalam melakukan
pemeriksaaan terhadap kegiatan opersional perusahaan. Serta melakukan
pengawasan unruk memastikan diterpakannya risk based audit internal.
7. Komite audit dapat membuat evaluasi serta rekomendasi terhadap laporan
tahunan perusahaan dan menindaklanjuti atas perbaikan terhadap objek
pemeriksaan.
8. Komite audit dapat berkomunikasi dengan baik dengan audit internal untuk
membicarakan msalah-masalah yang sensitif sehingga tidak bertentangan
dengan kebijakan, rencana dan prosedur serta pengaturan perundangan yang
berlaku juga keandalan dan kebenaran informasi untuk mencapaitujuan
perusahaan dan sasaran program.

4.4 Pengujian Data Analisis


Untuk mengetahui sejauh mana peranan Komite Audit dalam
meningkatkan efektivitas pelakasanaan audit internal, penulis menggunakan
pengujian hipotesis dengan mengihitung persentase yang menunjukkan berapa
besar peranan Komite Audit dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit
internal. Langkah- langkah yang dilakukan dalam pengolahan kuesioner yang
diperoleh dari 10 responden adalah sebagai berikut :
1. Memisahkan tiap-tiap jawaban responden sesuai dengan jawaban yang
diberikan yaitu Ya, Ragu-ragu,danTidak.

2. Menjumlah berapa banyak jumlah jawaban Ya, Ragu-ragu dan Tidak.


3. Jumlah jawaban Ya dibagi dengan jumlah keseluruhan jawaban kuesioner
kemudian dikalikan 100%.
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diperoleh jawaban Ya dari
variabel Efektivitas Pelaksanaan Audit Internal, dan dari variabel Peranan
Komite Audit dalam Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan Audit Internal
sebanyak 438 jawaban dari jumlah keseluruhan kuesioner yaitu 520. Dengan
demikian dapat diperoleh besarnya persentase peranan Komite Audit dalam
meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit internal dengan perhitungan sebagai
berikut :
Jumlah Jawaban " Ya"
Persentase = x 100%
Jumlah Pertanyaan

438
= x 100
520

= 84,23%

Berdasarkan perhitungan di atas berarti Komite Audit sangat berperan


dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit internal sebesar 84.23%, hal ini
memiliki arti bahwa Komite Audit dapat dilaksanakan dengan baik, yaitu :
1. Penelaahan, yaitu Komite Audit di PT Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company Tbk telah dilaksanakan Dengan baik yaitu terhadap program kerja
audit internal dan memonitor pelaksanaan audit internal serta dalam
pembangunan dan pengembangan fungsi audit internal yang optimal, serta
menelaah atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundangan yang
berlaku dan informasi keuangan perusahaan sehingga dapat membawa
dampak positif bagi perusahaan.
2. Mengevaluasi dan mereview, Komite Audit di PT Ultrajaya Milk Industry &
Trading Company Tbk telah dilaksanakan yaitu selalu rutin dan mareview atas
semua laporan audit internal dan telah ikut membantu audit internal dalam
melakukan pemeriksaan kegiatan operasi perusahaan dengan objektif.
3. Memastikan, yaitu Komite Audit di PT Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company Tbk telah dilaksanakan yaitu dalam memastikan efektivitas sistem
pengendalian intern dan pelaksanaan tugas audit internal dan secara sangat
berperan dapat memastikan fungsi audit internal secara keseluruhan patuh
terhadap standar professional yang berlaku.
4. Merekomendasi, yaitu Komite Audit PT Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company Tbk telah dilaksanakan dalam setiap program kerja Komite Audit
dalam laporan tahunan dan khusus, dengan memberikan saran dalam hasil
laporan pemeriksaan audit internal masih perlu ditingkatkan di bidang
operasional dan harus memahami sistem dan prosedur yang ada.

Dapat disimpulkan bahwa peranan Komite Audit dalam meningkatkan


efektivitas pelaksanaan audit internal di PT Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company Tbk sangat berperan dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit
internal. Dengan demikian hipotesis yang dikemukakan di Bab I, yaitu : Komite
Audit sangat berperan dalam Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan Audit
Internal dapat diterima.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan analisa yang penulis lakukan pada
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk mengenai peranan Komite
Audit dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit internal, penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan audit internal pada PT Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company dinilai telah terlaksana secara efektif, hal ini terlihat dari adanya
penerapan standar efektivitas pelaksanaan audit internal yaitu diukur dari
kelayakan dan arti penting tamuan pemeriksaan beserta rekomendasinya;
feedback dan respon dari pihak yang diawasi; profesionalisme auditor;
tercapainya program pemeriksaan; peringatan dini; kehematan biaya
pemeriksaan; pengembangan personil; evaluasi oleh auditor eksternal; umpan
balik dari manajemen lainnya; banyaknya permintaan audit; penyajian ikhtisar
laporan pemeriksaan; evaluasi dari pimpinan terhadap auditor; mutu kertas
kerja pemeriksaan; internal review; dan penelaahan organisasi profesi.
2. Adanya peranan Komite Audit dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan
audit internal pada PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company yang
dilakukan oleh Komite Audit dinilai memadai, hal ini dapat dilihat dari
kegiatan Komite Audit dalam melaksanakan penelaahan, mengevaluasi dan
meriview, memastikan efektivitas sistem pengendalian intern serta
memberikan rekomendasi atas hasil laporan pemeriksaan dari bagian audit
internal.
3. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji statistic champion
dimana memperoleh hasil 84.23% yang dapat diinterpretasikan mempunyai
peranan yang baik. Maka dari hasil tersebut mengindikasikan bahwa Komite
Audit berperan dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit internal.
5.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian atas peranan Komite Audit dalam
meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit internal pada PT Ultrajaya Milk
Industry & Trading Company, penulis mencoba untuk mengemukakan beberapa
saran yang dimaksudkan untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan
untuk meningkatkan pelaksanaan Komite Audit dan efektivitas pelaksanaan audit
internal :
1. Bagi Perusahaan
a. Komite audit diperusahaan diharapkan dapat senantiasa mempertahankan
perannya berdasarkan fungsi, wewenang, dan tanggung jawabnya kepada
audit internal, mengingat peran Komite Audit dalam meningkatkan
efektivitas pelaksanaan audit internal yang terjadi pada saat ini di
PT Ultrjaya Milk Industry & Trading Company sudah dinilai baik.
b. Komite audit diharapkan dapat meningkatkan kualitas anggota dan
memperjelas criteria seleksi anggota Komite Audit. Anggota Komite
Audit harus orang-orang yang kompeten, professional, dan mempunyai
komitmen kuat untuk mengakkan prinsip GCG (independency,
transparany, and disclousure, accountability, and responsibility, and
fairness) pada korporasi di Indonesia.
c. Komite audit dan audit internal diharuskan untuk menjalin hubungan dan
berkomunikasi secara terbukan dan efektif dalam menyelesaikan masalah
yang terjadi di perusahaan baik berupa laporan keuangan, risk based audit,
dan sistem pengendalian intern.
d. Audit internal diwajibkan untuk meningkatkan pengetahuan pendidikan
yang bekerlanjutan agar mempunyai keahlian di bidang pengawasan dan
bidang akuntansi. Selain itu juga audit internal dituntut untuk lebih
memahami dan mematuhi adanya penerapan prosedur dan kebijakan
dalam kegiatan pemeriksaan diperusahaan.
e. Bagi manajemen perusahaan untuk turut menciptakan lingkunga yang
kondusif bagi audit internal agar dapat menjalankan fungsi dan perannya
secara efektif dan efeisien dalam upaya meningkatkan efektivitas
pelaksanaan aduit internal. Hal ini dapat menghindari atau meminimalisir
dari tingakt role stress yang dialami oleh internal auditor, sehingga dapat
meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit internal di perusahaan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Menganalsis faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi efektivitas
pelaksanaan audit internal, misalnya kebijakan manajemen dan
profesionalisme auditor itu sendiri.
b. Mengganti atau menambah variabel dan indikator yang di gunakan agar
didapatkan segi penilaian yang baru, baik mengenai peran Komite Audit
internal maupun mengenai efektivitas pelaksanaan audit internal.
DAFTAR PUSTAKA

Antonius Alijoyo, F. 2003, Keberadaan & Peran Komite Audit dalam Rangka
Implementasi GCG, Seminar Nasional FKSPI BUMN/BUMD.

Arens, Alvin A, and James K. Lobbecke, 2008, Auditing and Assurance Service
an Integrated Approach, 11th Edition, New Jersey : Prentice-Hall.

Arens, Alvin A, Elder, Randal.J and Beasley, Mark.S, 2006, Auditing and
Assurance Service an Integrated Approach, 11th Edition, New Jersey :
Pearson Education in Upper Saddle River.

Boyton, William C., Johnson, Raymond N. and Kell, Walter G., 2006, Modern
Auditing, John Wiley and Sons, Inc.

Braiotta. Jr, Louis. 1999, The Audit Committe Handbook, 3rd Edition

FCGI, Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan


Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan), jilid II, edisi ke-2.

Goodwin, Jenny. 2003, The relationship Between The Audit Committe and The
Internal Audit Function: Evidence from Australia and New Zealand.
International Journal of Auditing, Vol. 7, Issue 3, November 2003, pp.263.

Hekinus Manao, Dr. Peranan Komite Audit dalam Pengelolaan Perusahaan;


Ulasan Historis, Teori, Praktik, & Perspektif.

Hiro Tugiman, 2004, Menuju Audit Internal Organisasi Yakting Efefektif.

___________, 2006, Audit Internal, Yayasan Pendidikan & Pelatihan Audit dan
Manajamen.

___________, 2007, Audit Internal, Yayasan Pendidikan Internal Audit.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, Jakarta :


Salemba Empat.

Kasyful Anwar, dkk, 2003, Komite Audit, Pengawasan dan Pengendalian


Perusahaan, Suaru Perspektif Teori, Media Akuntansi. Edisi 32, April
2003, hlm 48-51.
Kep. Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002.

Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004, Standar Profesi Audit


Internal, Jakarta.
Mulyadi, Puradiredja, Kanaka, 2002, Auditing, Edisi Keenam, Jakarta : Salemba
Empat.

Raider, Rob, CPA,MBA, Phd, Operational Review, Second Edition, John Willey
& Sons Inc.

Sawyers, Lawrence B., 2005, Internal Auditing, 5th Edition, Jakarta : Salemba
Empat.

Surat Edaran Bapepam Nomor SE-033/PM/2002.

Anda mungkin juga menyukai