Laporan Pendahuluan Struma
Laporan Pendahuluan Struma
TOXIC
OLEH
DARMA RIYANI, S.Kep
70900115007
CI LAHAN CI
INSTITUSI
( ) (
)
BAB I
A. Definisi
Pembesaran pada kelenjar tiroid biasa disebut sebagai struma nodosa atau
struma. Pembesaran pada tiroid yang disebabkan akibat adanya nodul, disebut
membesar bila kelenjar tiroid lebih dari 2x ukuran normal. Pembesaran ini dapat
terjadi pada kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien yang kekurangan hormon
menderita struma nodosa dan perempuan berisiko 4 kali lipat dibanding laki-laki
(Incidence and Prevalence Data, 2012). Kebutuhan hormon tiroid meningkat pada
masa pertumbuhan, masa kehamilan dan menyusui. Pada umumnya struma nodosa
banyak terjadi pada remaja, wanita hamil dan ibu menyusui. Struma nodosa
terdapat dua jenis, toxic dan non toxic. Struma nodusa non toxic merupakan struma
Pada penyakit struma nodusa non toxic tiroid membesar dengan lambat.
Struma nodosa toxic ialah keadaan dimana kelenjar tiroid yang mengandung nodul
tiroid yang mempunyai fungsi yang otonomik, yang menghasilkan suatu keadaan
terdapat trakea dan esophagus. Struma nodosa dapat mengarah ke dalam sehingga
mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas
dan disfagia (Rehman, dkk 2006). Hal tersebut akan berdampak terhadap
gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran
keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak,
B. Etiologi
Penyebab utama struma nodosa ialah karena kekurangan yodium (Black and
tiroglobulin dalam jumlah yang besar ke dalam folikel, dan kelenjar menjadi
bertambah besar. Penyebab lainnya karena adanya cacat genetik yang merusak
metabolisme yodium, konsumsi goitrogen yang tinggi (yang terdapat pada obat,
agen lingkungan, makanan, sayuran), kerusakan hormon kelenjar tiroid, gangguan
hormonal dan riwayat radiasi pada kepala dan leher (Rehman dkk, 2006).
Hal yang mendasari pertumbuhan nodul pada struma nodosa non toxic
adalah respon dari sel-sel folikular tiroid yang heterogen dalam satu kelenjar tiroid
pada tiap individu. Dalam satu kelenjar tiroid yang normal, sensitivitas sel-sel
dalam folikel yang sama terhadap stimulus TSH dan faktor perumbuhan lain (IGF
dan EGF) sangat bervariasi. Terdapat sel-sel autonom yang dapat bereplikasi tanpa
stimulasi TSH dan sel-sel sangat sensitif TSH yang lebih cepat bereplikasi. Selsel
akan bereplikasi menghasilkan sel dengan sifat yang sama. Sel-sel folikel dengan
daya replikasi yang tinggi ini tidak tersebar merata dalam satu kelenjar tiroid
C. Patofisiologi
hormon tiroid. Bahan yang mengandung yodium diserap usus, masuk kedalam
sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tiroid. Dalam kelenjar,
yodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimulasikan oleh Tiroid
terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin
menunjukan pengaturan umpan balik negatif dari seksesi TSH dan bekerja
pembentukan T4 dan T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid
mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat
tanpa gejala kecuali benjolan di leher. Sebagian besar penderita dengan struma
nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa keluhan. Walaupun sebagian struma
Awalnya kelenjar membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma cukup
besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada
respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan. Klien
tidak mempunyai keluhan karena tidak ada hipo atau hipertiroidisme. Benjolan
gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar, dan kelelahan
E. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
2009):
1. Pemeriksaan laboratorium.
2. Pemeriksaan radiologi.
tiroid:
tentang ukuran, bentuk, lokasi dan yang utama adalah fungsi bagian-
bagian tiroid.
3. Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration Biopsy). Biopsi ini
F. Komplikasi
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan konservatif
Oleh karena itu untuk menekan TSH serendah mungkin diberikan hormon
metimasol/karbimasol..
dalam bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah sakit,
obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah operasi, sebelum
2. Penatalaksanaan operatif
a. Tiroidektomi
-. Lobektomi tiroid parsial, yaitu pengangkatan bagian atas atau bawah satu
lobus
istmus
limfatik servikal.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
asuhan keperawatan sebagai dasar pemecahan masalah pasien secara ilmiah dan
1. Pengkajian
secara keseluruhan guna mendapat data atau informasi yang dibutuhkan untuk
a. Aktivitas/istirahat
berat.
b. Eliminasi
diare.
c. Integritas ego
Data subyektif : mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik.
Data obyektif : emosi labil, depresi.
d. Makanan/cairan
e. Rasa nyeri/kenyamanan
f. Pernafasan
g. Keamanan
retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering
h. Seksualitas
Data subyktif : libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali,
impotensi.
a. Data subyektif
Data subyektif mencakup gangguan koordinasi insomnia, perubahan
b. Data obyektif
Hal ini ditandai dengan adanya atropi otot, emosi labil, depresi,
B. Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut
2. Intoleransi Aktivitas
3. Risiko Infeksi
4.
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut
Batasan Karakteristik
Subjektif
Objektif
b. Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas, tidak bertenaga sampai
kaku
c. Perubahan selera makan
i. Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur, atau tidak
selalu ):
(sebutkan 1-5: sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada):
5) Gelisah
SKALA NYERI
0 Tidak nyeri
3 Seperti perih
4 Seperti keram
46 (Nyeri sedang)
79 (Nyeri berat)
10 (Sangat nyeri)
Intervensi NIC
terapi bermain, distraksi, kompres hangat atau dingin sebelum, setelah, dan
keperawatan
f. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa
2. Intoleransi aktivitas
a. Defenisi
b. Batasan Karakteristik
Subjektif:
Objektif:
terhadap aktivitas
2) Kelemahan umum
3) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebututhan oksigen
d. Hasil NOC:
1) Toleransi aktivitas
2) Ketahanan
3) Penghematan energi
4) Kebugaran fisik
5) Energi psikomotorik
f. Intervensi NIC:
1) Terapi aktivitas
2) Manajemen energi
3) Manajemen lingkungan
g. Aktivitas Keperawatan:
Pengkajian:
iii. Pantau respons oksigen pasien (mis: denyut nadi, irama jantung,
aktivitas keperawatan
iv. Pantauasupan nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energi yang
adekuat
dalam jam
Ajarkan pada klien dan keluarga teknik perawatan diri yang akan
meminimalkan konsumsi o2
mencegah kelelahan
Aktivitas Kolaboratif:
Aktivitas Lain:
1) Pantau TTV sebelum, selama, dan setelah aktivitas; hentikan aktivitas
3. Risiko Infeksi
Faktor Risiko
a. Penyakit kronis
d. Pertahanan primer tidak adekuat (mis. Kulit luka, trauma jaringan, statis
h. Prosedur invasif
i. Malnutrisi
k. Kerusakan jaringan
l. Trauma
Saran Penggunaan:
Jangan selalu menggunakan diagnosis ini pada pasien insisi pembedahan.
tepat mencegah infeksi insisi. Jangan pula selalu emnggunakan Risiko infeksi
Pada kenyataannya, setiap orang berisiko terkena infeksi. Oleh sebab itu,
gunakan diagnosis ini hanya pada pasien yang mempunyai risiko infeksi lebih
tinggi dari risiko lazim. Sebagai contoh, pada pasien kurang gizi atau
gangguan sistem imun. Untuk pasien yang mengidap infeksi aktual, gunakan
a. Faktor risiko infeksi akan hilang yang dibuktikan oleh pengendalian risiko
dan pemantauan
Intervensi NIC
a. Pantau tanda dan gejala infeksi (mis. Suhu tubuh, denyut jantung,
drainase, penampilan luka, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise)
infeksi
terhadap infeksi
4. Risiko Perdarahan
Kriteria evaluasi :
dan hipermetabolisme.
Klien terbebas dari cedera akibat keterbatasan fisik dan efek anestesi.
Rencana intervensi :
Mandiri
kesemutan
signs.
pasca
pembedahan tiroid.
berdebar.
kulit.
6. Berikan lingkungan yang aman pada klien, pasang handrail, jauhkan dari
benda-benda berbahaya.
Kolaborasi