Dokumen - Tips - Makalah Kimia Sawit Pengaruh Asam Lemak Bebas
Dokumen - Tips - Makalah Kimia Sawit Pengaruh Asam Lemak Bebas
PENDAHULUAN
berasal dari daging buah ( mesocarp ) yang dihasilkan dari perebusan dan pemerasan (press).
Minyak jenis ini dikenal sebagai minyak sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO). Kedua,
minyak yang berasal dari inti sawit, dikenal sebagai minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil
(PKO).
Crude Palm Oil (CPO) adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam
lemak. CPO dapat digunakan sebagai bahan makanan antara lain, minyak goreng, margarin,
bahan tambahan coklat dan pembuatan asam lemak. Kosmetik, shampo, lotion, Sebagai
sumber provitamin A yang dapat mencegah kebutaan (defisiensi Vitamin A) dan pemusnahan
radikal bebas yang selanjutnya juga bermanfaat untuk mencegah kanker, antioksidan alam dan
juga sebagai sumber vitamin E (Pardamean, 2008). Untuk memperoleh hasil produksi CPO
dengan kualitas yang baik serta dengan rendemen minyak yang tinggi adalah dengan cara
penentuan tingkat kematangan yang tepat, biaya panen, cara panen, frekuensi panen dan
sistem pengangkutan yang digunakan. Dan dilakukan proses pengolahan untuk pemurnian
minyak. Sebab mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik, sering sekali
minyak mengalami kerusakan.
Salah satu kerusakan yang terjadi pada CPO ditandai dengan adanya kandungan asam
lemak bebas, yang dapat menimbulkan bau dan cita rasa minyak yang tidak enak. Asam lemak
bebas sendiri merupakan asam asam lemak yang terdiri dari oleat, linoleat, stearat dan lain
lain, yang tidak berikatan dengan molekul gliserin. Asam lemak bebas adalah hasil reaksi
antara lemak dan air baik dalam temperatur pemanasan maupun tanpa pemanasan.
1
Menyadari akan kerugian yang ditimbulkan oleh asam lemak bebas terhadap mutu CPO
maka penulis tertarik untuk mengambil judul makalah ini yaitu pengaruh asam lemak bebas
terhadap kualitas minyak kepala sawit.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui berapa kadar Asam Lemak Bebas yang seharusnya dalam minyak
kelapa sawit.
2. Untuk mengetahui pengaruh ALB terhadap kualitas minyak kelapa sawit.
1.4 Metodologi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaesis Guineses Jacq) merupakan tumbuhan tropis berkeping
satu golongan palma yang termasuk dalam family palawija. Nama genus Elaeis berasal dari
bahasa Yunani Elaion atau minyak, sedangkan nama spesies Guinensis berasal dari kata
Guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit
pertama kali di pantai Guinea. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklimk
tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22o 32o C.
Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan buahnya menjadi masak
5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari
perubahan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah
telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buahnya telah maksimal. Jika
terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dari tangkai tandannya. Hal ini disebut dengan
istilah membrondol.
Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Indonesia ada banyak jenisnya. Varietas
tanaman tersebut dapat dibedakan berdasarkan tebal tipisnya tempurung (cangkang) dan
kandungan minyak dalam buah maka kelapa sawit dapat dibedakan dalam 3 tipe yakni :
1. Dura
Tempurung (cangkang) pada buah sekitar 25-45%, sangat tebal antara 2-8 mm dan tidak
terdapat lingkaran sabut pada bagian luar cangkang. Daging buah relative tipis sekitar 20-
65% dan kandungan minyak pada buah rendah.
2. Psifera
Jenis psifera memiliki tempurung yang tipis, biji yang kecil, daging buah yang tebal, tidak
mempunyai cangkang, intinya kecil namun kandungan minyak dalam buah tinggi.
Tanaman ini tidak bisa digunakan unutk penggunaan komersil tapi jenis ini sering disebut
sebagai tanaman betina yang steril. Melalui persilangan antara jenis dura dan psifera
dihasilkan jenis ketiga yaitu jenis tenera.
3. Tenera
Merupakan persilangan antara Dura sebagai pohon itu dengan Psifera sebagai pohon
bapak. Tenera bertempurung tipis dan inti yang besar dan kandungan minyak dalam buah
tinggi. Ukuran daging buah sekitar 60-90%, ketebalan cangkang antara 0,5-4 mm (Risza
S, 1993).
Perbandingan penampang dari ketiga jenis buah kelapa sawit dapat dilihat pada gambar 1.
3
Gambar 1. Perbandingan penampang bagian dari Dura, Tenera, Psifera yang menunjukkan
bagian dari ukuran serat, cangkang dan inti
Cara panen buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Panen
yang mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak yang paling maksimal.
Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan Asam Lemak Bebas
atau Free Fatty Acid (ALB atau FFA). Hal itu tentu akan merugikan sebab pada buah yang
terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan
menurunkan mutu minyak. Lagi pula, buah yang terlalu masak lebih mudah terserang hama
dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan kandungan
minyak, walaupun ALB-nya rendah (Haro N. D, 2006)
5
sawit digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarine, butter, vanaspati (vegetable ghee),
shortening, ice creams, bahan untuk membuat kue-kue, instan noodle, sugar confactionary,
filled milk (Fauzi, 2012).
Kadar kolesterol dalam minyak sawit relatif lebih rendah dibandingkan dengan minyak
nabati lainnya yang terdiri dari sisosterol, compesterol, sigmasterol, dan kolesterol. Dalam
CPO, kadar sterol berkisar 360 - 620 ppm dengan kadar kolesterolnya hanya sekitar 10 ppm
atau sebesar 0.001% dalam CPO. Bahkan, dari hasil penelitian dinyatakan bahwa kandungan
kolesterol dalam satu butir telur setara dengan kandungan kolesterol dalam 29 liter minyak
sawit. Minyak sawit dapat dikatakan sebagai minyak goreng nonkolesterol (kadar
kolesterolnya rendah).
Selain kandungan kolesterol dalam minya swit yang rendah juga mengandung asam
lemak tak jenuh yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Minyak
kelapa sawit juga mengandung karoten (sumber provitamin A) yang berfungsi sebagai bahan
obat anti kanker dan karoten deterofenol untuk bahan pengawet yang meningkatkan
kemantapan minyak terhadap oksidasi (mencegah bau tengik). Kandungan lainnya adalah
tokoferol sebagai sumber vitamin E yang dapat melindungi kulit dari oksidasi dan
oleokemikal seperti asam lemak, metil ester, lemak alkohol, asam amino, dan gliserol yang
dapat digunakan sebagai bahan baku minyak makan (margarin, minyak goreng, butter, dan
minyak untuk pembuatan kue) (Ares Wan, 2012).
Minyak kelapa sawit memiliki nilai kalori sebesar 9 kkal, dimana nilai kalori unuk
protein dan karbohidrat masing-masing 4 kkal. Minyak kelapa sawit merupakan sumber
minyak yang kaya vitamin A, dimana kandungan betakaroten mencapai 1000 mg/kg.
Kandungan alami provitamin A pada minyak kelapa sawit cukup tinggi, yaitu sekitar 900 IU/g
sehingga jauh lebih tinggi dari kandungan provitamin A pada minyak ikan (sekitar 600 IU/g).
(Iyung Pahan, 2007 : 20).
Secara alami, minyak sawit merupakan sumber vitamin E yang potensial, tertutama
dalam bentuk tokoferol dan tokotrienol. Tokoferol dan tokotrienol dari minyak sawit dapat
berperan sebagai antioksidan alami, menangkap radikal bebas dan karena itu berperan
melindungi sel-sel dari proses kerusakan. Telah banyak penelitian dilakukan untuk
membuktikan bahwa tokoferol dan tokotrienol bisa melindungi sel-sel dari proses penuaan
dan penyakit degeneratif seperti atherosclerosis dan kanker.
6
2.4 Karakteristik Kualitas Minyak Kelapa Sawit
Mutu minyak kelapa sawit bisa diukur dengan angka-angka dari minyak sawit itu
sendiri. Beberapa kriteria yang bisa digunakan untuk mengukur kualitas minyak sawit harus
dipahami benar oleh produsen jika ingin produknya diterima oleh konsumen, terutama
konsumen luar negeri. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2901-2006
mengenai mutu kelapa sawit diperoleh keterangan sebagai berikut :
7
Asam lemak adalah asam organic yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak,
baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam karboksilat yang
mempunyai rantai karbon panjang. Asam lemak ini ada yang jenuh dan tidak jenuh. Asam
lemak dengan rantai karbon jenuh adalah rantai karbin yang tidak mengandung ikatan
rangkap, sedangkan yang mengandung ikatan rangkap diesbut rantai karbon tidak jenuh.
Pada umumnya asam lemak mempunyai jumlah atom karbon genap, dengan rumus
umum CnH2nO2 dengan n=4,6,8 dan seterusnya sampai 13. Asam lemak jenuh yang umum
dikenal misalnya asam butirat (C3H7COOH), asam kaproat (C5H11COOH), asam kaprilat
(C7H15COOH), asam palmitat (C15H31COOH), asam stearat (C17H35COOH). Sedangkan asam
lemak tidak jenuh yaitu asam oleat (C 17H33COOH), asam linoleat (C17H31COOH), dan asam
linolenat (C17H29COOH).
Asam lemak tidak jenuh dapat mengandung satu ikatan rangkap atau lebih. Misalnya
asam oleat mengandung satu ikatan rangkap. Pada asam lemak jenuh yang mempunyai rantai
karbon pendek (misalnya butirat dan kaproat) mempunyai titik lebur yang rendah. Ini berarti
kedua asam tersebut berupa zat cair pada suhu kamar. Makin panjang rantai karbon, makin
tinggi titik leburnya. Asam palmitat dan stearat berupa zat padat pada suhu kamar dengan titik
lebur masing-masing 64 dan 69,4C.
Apabila dibandingkan dengan asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh mempunyai
titik lebur lebih rendah. Asam oleat mempunyai rantai karbon sama panjang dengan stearat,
akan tetapi pada suhu kamar asam oleat berupa zat cair. Disamping itu makin banyak jumlah
ikatan rangkap, makin rendah titik leburnya.
Asam butirat larut dalam air. Kelarutan asam lemak dalam air berkurang dengan
bertambah panjangnya rantai karbon. Asam kaproat larut sedikit dalam air, sedangkan asam
palmitat, stearat, oleat dan linoleat tidak larut dalam air. Asam linolenat mempunyai kelarutan
dalam air sangat kecil. Umumnya asam lemak larut dalam eter atau alkohol panas (Anna
Poedjiadi, 1994).
Komposisi asam lemak minyak sawit (Lihat Tabel 2) terdiri dari sekitar 40% asam oleat
(asam lemak tidak jenuh tunggal), 10% asam linoleat (asam lemak tidak jenuh ganda), 44%
asam palmitat (asam lemak jenuh) dan 4,5% asam stearat (asam lemak jenuh). Jadi secara
umum, minyak sawit mempunyai komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh dengan
proporsi yang seimbang.
Tabel 2. Komposisi asam lemak pada minyak sawit
Asam Lemak *) % terhadap asam lemak total
8
Kisaran Rata-rata
Asam Laurat (C12:0) 0.1 1.0 0.2
Asam Miristat (C14:0) 0.9 1.5 1.1
Asam Palmitat (C16:0) 41.8 45.8 44.0
Asam Palmitoleat (C16:1) 0.1 0.3 0.1
Asam Stearate (C18:0) 4.2 5.1 4.5
Asam Oleat (C18:1) 37.3 40.8 39.2
Asam Linoleiat (C18:2) 9.1 11.0 10.1
Asam Linolenat (C18:3) 0.0 0.6 0.4
Asam Arakidonat (C20:0) 0.2 0.7 0.4
*) Asam Lemak dinyatakan dengan notasi Cm:n, dimana m adalah panjang rantai karbon,
dan n adalah jumlah ikatan rangkap.
Karena kondisi inilah (Tabel 2) maka minyak sawit tidak menempati posisi yang special
(khusus); dan tidak bisa dikaregorisasikan sebanyak minyak jenuh atau pun minyak tidak
jenuh. Secara fisik, minyak sawit bersifat semi-solid, dan bisa difraksinasi untuk mendapatkan
berbagai jenis minyak; baik minyak yang lebih jenuh maupun minyak yang lebih tidak jenuh,
yang secara ideal bisa diaplikasikan untuk keperluan tertentu.
9
dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini
berlangsung maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relative tinggi
dalam minyak sawit antara lain:
- Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu
- Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah
- Penumpukan buah yang terlalu lama
- Proses hidrolisis selama pemprosesan di pabrik
Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik. Pada proses
tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu
tertentu. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu dala proses
pengolahan. Akan tetapi, proses yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak
diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu
proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak. Untuk itu, setelah akhir proses
pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan dengan suhu 90C. Sebagai ukuran standar
mutu dalam perdagangan untuk ALB ditetapkan sebesar 5% (Darnoko D.S, 2003).
Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan Asam Lemak Bebas
atau free fatty acid (ALB atau FFA), sehingga akan merugikan sebab pada buah yang terlalu
masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan
mutu minyak. Lagi pula, buah yang terlalu masak lebih mudah terserang hama dan penyakit.
Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan kandungan minyak,
walaupuun ALB nya rendah.
10
2.6 Bilangan Asam
Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung berdasarkan
berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai
jumlah milligram KOH 0,1 N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang
terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak (Ketaren, 2012).
Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak dan
dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga merupakan parameter
penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak
bebas yang ada dalam minyak akibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat
pengolahan. Bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar pula.
Asam lemak merupakan struktur kerangka dasar untuk kebanyakan bahan lipid.
Terkadang bilangan asam juga dinyatakan sebagai derajat asam yaitu banyaknya
mililiter KOH/NaOH 0,1 N yang diperlukan untuk menetralkan 100 gram minyak atau lemak
(Sudarmadji, 1998).
Prosedur :
Minyak atau lemak yang akan diuji ditimbang 10 20 gram di dalam erlenmeyer.
Ditambahkan 50ml alkohol 95%, kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air
sambil diaduk. Larutan ini kemudian dititar dengan KOH 0,1N dengan indikator
phenolptalein sampai terlihat warna merah jambu. Kemudian dihitung jumlah milligram KOH
yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram minyak atau lemak.
Perhitungan :
Bilangan asam = ml KOH x N KOH x 56.1
11
Berat (gram) sampel
Dari rumus di atas, faktor 56,1 adalah bobot molekul larutan KOH, jika dipergunakan
larutan NaOH untuk titrasinya, maka faktor tersebut menjadi 39,9.
Terkadang bilangan asam juga dinyatakan sebagai derajat asam, yakni banyaknya mililiter
larutan KOH 0,1 N yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak yang terkandung
dalam 100 gram minyak.
Derajat asam = 100 x ml KOH x N KOH
Berat (gram) sampel (Achmad Burhanuddin, 2012).
BAB III
PEMBAHASAN
12
(enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang
terbentuk.
13
Juga pada suhu rendah, aktifitas enzim juga menurun yang diakibatkan oleh denaturasi
enzim.
14
perbedaan persentase minyak yang terdapat pada setiap buah yang berada dalam satu
tandan.
Pada buah kelapa sawit, semakin matang buah maka kadar minyaknya akan semakin
tinggi. Dengan semakin tingginya kadar minyak pada buah maka proses hidrolisa secara
enzimatis akan semakin cepat terjadi, sehingga perolehan asam lemak akan lebih tinggi.
3. Pelumatan (Digester)
Di dalam alat ini buah akan dilumat dengan pisau pisau sambil pemberian panas,
sehingga perkembangan ALB tidak mungkin dapat dielakkan apalagi proses pelumatan
15
menggunakan suhu yang relatif tinggi ((80 90 0C). Sehingga sangat perlu diperhatikan
waktu pelumatan karena waktu yang panjang akan mempengaruhi kenaikan ALB.
5. Vibrating Screen
Pada alat ini waktu yang digunakan adalah relatif pendek sehingga perkembangan ALB
tidak begitu dipengaruhi, karena setelah minyak disaring dari ampas ampas dan jatuh ke
dalam tangki penampung dan segera dipompakan ke CST.
8. Sludge Separator
Karena alat ini hanya sebagai alat lintas melalui sentrifuge, sehingga waktu yang
digunakan sangat singkat maka pengaruh terhadap ALB tidak begitu nyata.
9. Vacum Drier
Temperatur dalam alat ini adalah 90 95 0C, tetapi karena dalam keadaan vacum maka
kesempatan minyak untuk terhidrolisa tidak ada karena hampir semua air yang tersedia
akan terserap oleh pompa, sehingga tidak terjadi pengaruh panas terhadap.
Dari gambaran tersebut, untuk meminimalisasi kenaikan ALB, hal utama yang perlu
16
diperhatikan adalah:
Menghindari/ memperkecil kerusakan mekanis buah.
Waktu yang secepat mungkin antara panen dan perebusan.
Menjaga kebersihan unit unit pengolahan untuk mencegah kontaminasi mikrobia
(Novianti, 2013).
17
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral.
Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang berubah warna diantara bentuk
terionisasinya dan bentuk tidak terionisasinya. Sebagai contoh fenolftalein (pp), mempunyai
pka 9,4 (perubahan warna antara pH 8,4-10,4). Struktur fenolftalein akan mengalami perataan
ulang pada kisaran pH ini karena proton dipindahkan dari struktur fenol dari pp sehingga pH
meningkat akibatnya akan terjadi perubahan warna.
18
1. Ditimbang 10 gram minyak dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml.
2. Ditambah etanol netral sebanyak 50 ml.
3. Dipanaskan kurang lebih 40C.
4. Ditambah indikator PP 1% sebantyak 2-3 tetes.
5. Dititrasi dengan KOH 0,05 N sampai warna merah jambu atau merah muda konstan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
http://free-rawwatertreatment.blogspot.com/2011/05/asam-lemak-bebas-dari-buah-kelapa-
sawit.html (fauziah)
20
http://prosespengolahansawitdananalisaminyak.blogspot.com/2013/02/proses-pengolahan-
sawit-dan-analisa.html (osma noviannti)
http://permathic.blogspot.com/2013/08/kandungan-dan-manfaat-minyak-kelapa.html (iyung
Pahan)
21