Komunikasi Islam PDF
Komunikasi Islam PDF
Mohd. Rafiq
Abstrak
Komunikasi ala Barat dibangun dengan kerangka empirikal,
mengabaikan aspek normatif dan historikal yang menghasilkan
premature universalism dan naive empirism. Sementara
komunikasi Islam dibangun melalui Islamic world-view,
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan berdasarkan kaedah
komunikasi dalam Alquran dan Hadis. Dengan begitu akan lahir
Islamic Triangular Relationship, yakni hubungan segitiga antara
Allah, manusia dan masyarakat. Tujuannya untuk mewujudkan
persamaan makna secara universal, menuju perubahan masyarakat
Muslim, demi kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Namun,
tantangan dominasi informasi sepihak oleh Barat dapat
menyebabkan terjadinya subordinasi dan stereotype Islam dan
umat Islam di belantara global sebagai akibat dari rendahnya
modal dan sumber daya umat Islam. Konsepsi taud, ilm,
ikmah, adl, ijma, syra, istila dan ummah dapat dijadikan
sebagai aset berharga dan peluang bagi pengembangan
komunikasi Islam di masa depan.
Pendahuluan
Secara leksikal komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan
pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami.1 Komunikasi mempengaruhi perubahan
perilaku, cara hidup kemasyarakatan, serta nilai-nilai yang ada.
Perubahan-perubahan di atas tampaknya berbanding lurus dengan
perkembangan teknologi komunikasi.
Efektivitas komunikasi menyangkut kontak sosial manusia
dalam masyarakat. Ini berarti, kontak dilakukan dengan cara yang
berbeda-beda. Kontak yang paling menonjol dikaitkan dengan
perilaku. Selain itu, masalah yang menonjol dalam proses
komunikasi adalah perbandingan antara pesan yang disampaikan
150 Analytica Islamica, Vol. 5, No. 2, 2003: 149-168
dengan pesan yang diterima. Informasi yang disampaikan tidak
hanya tergantung kepada jumlah (besar atau kecil), tetapi sangat
tergantung kepada sejauhmana informasi itu dapat dimengerti atau
tidak. Tujuannya adalah bagaimana mewujudkan komunikasi yang
efektif dan efisien.
Dalam perspektif Islam, komunikasi di samping untuk
mewujudkan hubungan secara vertikal kepada Allah, juga untuk
menegakkan komunikasi secara horizontal terhadap sesama
manusia. Komunikasi dengan Allah tercermin melalui ibadah-
ibadah fardu (salat, puasa, zakat dan haji) yang bertujuan untuk
membentuk takwa. Sedangkan komunikasi dengan sesama
manusia terwujud melalui penekanan hubungan sosial yang
disebut muamalah, yang tercermin dalam semua aspek kehidupan
manusia seperti sosial, budaya, politik, ekonomi, seni dan
sebagainya.2 Tulisan ini selanjutnya akan mendiskusikan apa dan
bagaimana komunikasi Islam itu, serta tantangan dan peluangnya
pada era globalisasi informasi.
Penutup
Akserelasi teknologi komunikasi informasi telah menyebebkan
perubahan dalam cara hidup dan cara berpikir umat Islam. Oleh
sebab itu sikap proaktif untuk mengambil peran dalam
merumuskan konsep komunikasi Islami dalam revolusi teknologi
komunikasi informasi menjadi sangat penting. Dalam perspektif
Islam, penyampaian informasi lebih mementingkan pesan yang
disampaikan kepada komunikan dalam framework keselamatan di
dunia dan akhirat. Secara jujur diakui bahwa bangunan falsafah,
teori komunikasi Islam belum semapan teori-teori komunikasi
Barat. Namun, kita tidak harus bekerja dari nol. Dasaran
sintesisnya dapat mengambil teori-teori yang telah ada, dengan
membenahi kerangka ontologis, epistemolgois dan perspektif
164 Analytica Islamica, Vol. 5, No. 2, 2003: 149-168
Alquran dan Hadis, masa depan komunikasi Islam optimis
tercerahkan. Tentu saja dengan menciptakan sintesis baru melalui
kerja keras semua pihak untuk mendukung tata pelaksanaan
komunikasi Islam di tengah masyarakat. Kecendrungan untuk
menjadikan komunikasi Islam sebagai komunikasi alternatif
dirasakan sangat mendesak, mengingat perspektif komunikasi
Barat ternyata banyak menimbulkan masalah dalam era globalisasi
informasi, terutama karena paradigmanya lebih mengoptimalkan
tujuan komunikator dengan mengenyampingkan aspek
komunikan.
Tantangan dan Peluang Komunikasi Islam (Mohd. Rafiq) 165
Catatan
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI., Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hal. 517.
2
Zulkiple Abd. Ghani, Islam, Komunikasi dan Teknologi Maklumat,
(Kuala Lumpur: Utusan Publications & Distributors Sdn. Bhd., 2001), hal.
4.
3
Mohd. Yusof Hussain, et.al., Dua Puluh Lima Soal Jawab Mengenai
Komunikasi Islam, (Jabatan Komunikasi Pembangunan, Pusat
Pengembangan dan Pendidikan Lanjutan, University Pertanian Malaysia,
1990), hal. 1.
4
Majid Tehranian, Communication Theory and Islamic Perspective,
dalam Wimal Dissanayake (ed.), Communication Theory: The Asian
Perspective, (Singapore: Mass Communication Research and Information
Centre, 1988).
5
Zulkiple Abd. Ghani, op.cit., hal. 6.
6
Ibid., hal. 34.
7
Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam,
(Jakarta: Logos, 1999), hal. 13.
8
Departemen Agama RI., Alquran dan Terjemahnya, (Semarang:
Toha Putra, 1989), hal. 546.
9
Ibid., hal. 419.
10
Ibid., hal. 846.
11
Ibid., hal. 429.
12
Ibid., hal. 93.
13
Ibid., hal. 47.
14
Bandingan dengan konsep Barat dalam proses komunikasi
cenderung lebih menguntungkan aspek komunikator daripada
komunikan.
15
Marwah Daud Ibrahim, Teknologi Emansipasi dan Transendensi
(Wacana Peradaban dengan Visi Islam), (Bandung: Mizan, 1994), hal.
72.
16
AM. Saefuddin, Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi,
(Bandung: Mizan, 1990), hal. 157.
17
Anwar Arifin, Ilmu Komuinkasi: Sebuah Pengantar Ringkas, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1995), hal. 19.
18
B. Aubrey Fisher, Teori-teori Komunikasi, (Bandung: Remadja
Karya, 1986), hal. 7.
19
John Naisbitt, Megatrends, Ten New Directions Transforming our
166 Analytica Islamica, Vol. 5, No. 2, 2003: 149-168
Bibliografi
_____________
Mohd. Rafiq adalah mahasiswa Program Pascasarjana (S2)
IAIN Sumatera Utara Program Studi Kominikasi Islam.